Gambaran Pengetahuan Dan Keterampilan Kader Dalam Pemantauan Pertumbuhan Bayi Dan Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Tahun 2014

(1)

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN KADER DALAM PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BAYI DAN BALITA DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS DESA LALANG TAHUN 2014

S K R I P S I

Oleh: RIA SUTIANI NIM: 101000041

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN KADER DALAM PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BAYI DAN BALITA DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS DESA LALANG TAHUN 2014

S K R I P S I

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memproleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh: Ria Sutiani

101000041

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi :GAMBARAN PENGETAHUAN DAN

KETERAMPILAN KADER DALAM

PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BAYI DAN BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DESA LALANG TAHUN 2014

Nama Mahasiswa : RIA SUTIANI

Nomor Induk Mahasiswa : 101000041

Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat

Peminatan : Gizi Kesehatan Masyarakat

Tanggal Lulus : 21 Juli 2014

Disahkan Oleh Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si NIP. 19620529 198903 2 001 NIP. 19670613 199303 3 1004

Medan, Juli 2014 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

Dr. Drs. Surya Utama, M.S NIP. 19610831 198903 1 001


(4)

ABSTRAK

Pemantauan pertumbuhan merupakan kegiatan yang penting dalam rangka kewaspadaan gizi bayi dan balita. Hasil pemantauan pertumbuhan yang tidak tepat dapat menyebabkan interpretasi status gizi yang salah sehingga salah pula dalam mengambil keputusan untuk menanganinya. Keberhasilan dari kegiatan ini terkait dengan kualifikasi kader termasuk pengetahuan dan keterampilannya dalam melaksanakan tugas.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dan keterampilan kader dalam pemantauan pertumbuhan bayi dan balita di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Pengetahuan kader diukur dengan menggunakan kuesioner sedangkan keterampilannya dengan lembar observasi. Populasi pada penelitian ini adalah 155 kader sedangkan sampel sebanyak 62 kader yang dipilih secara purposif. Analisis data dilakukan dengan menggunakan distribusi frekuensi, sedangkan hubungan antara pengetahuan dengan keterampilan kader diuji dengan uji Chi Square (CI=95%).

Hasil penelitian menunjukkan 80,6% kader memiliki pengetahuan yang baik dan sebanyak 66,1% kader kurang terampil dalam melaksanakan tugasnya. Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan keterampilan kader dalam pemantauan pertumbuhan bayi dan balita (p=0,046).

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kegiatan pemantauan pertumbuhan bayi dan balita belum terlaksana dengan optimal karena masih banyak kader kurang terampil walaupun pengetahuan mereka baik. Disarankan agar petugas kesehatan lebih mengutamakan pelatihan dengan metode praktek daripada metode ceramah sehingga pengetahuan kader yang sudah baik dapat diterapkan ke dalam tidakan untuk meningkatkan keterampilannya. Kader diharapkan dapat mengikuti pelatihan yang diadakan oleh pihak Puskesmas dan menerapkan pengetahuan yang telah mereka dapatkan dalam tindakan saat melaksanakan tugas di Posyandu.

Kata Kunci: posyandu, pengetahuan kader, pemantauan pertumbuhan bayi dan balita


(5)

ABSTRACT

Growth monitoring is an important activity in order to alert the nutrition of infant and under five children. The results of growth monitoring which is not appropriate can lead to the wrong interpretation of nutritional status and so do in making decisions to solve it. The success of these activities related to the cadres qualifications including their knowledge and skills in performing their duties.

This study aimed to determine the knowledge and skills of cadres in monitoring the growth of infant and under five children at Puskesmas Desa Lalang. This research is an analytical study with cross sectional approach. The knowledge of cadres was measured by using a questionnaire, while their skills by the observation sheet. The population in this study was 155 cadres while the sample of 62 cadres chosen purposively. Data analysis was performed by using frequency distributions, while the correlation between knowledge and skills of cadres was tested by Chi-square test (CI = 95%).

The results showed that 80,6% of cadres had knowledge in good category and 66,1% of them has less skilled in carrying out their duties. There was a significant correlation between knowledge and skills of cadres in growth monitoring of infant and under five children (p = 0,046).

Based on the results it can be concluded that growth monitoring of infant and under five children has not been performing optimally because of many cadres has less skills although their knowledge is good. It is suggested that health workers can prioritize the training with practice methods than lecturing method so that good knowledge of cadres can be applied into action to improve their skills. Cadres are expected to following the training which is organized by Puskesmas and applying their information obtained in the action when carrying out their duties at Posyandu.

Key words : Posyandu, cadres knowledge, infant and under five children growth monitoring


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ria Sutiani

Tempat Tanggal Lahir : Pangkalan, 01 Maret 1992

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin

Jumlah Bersaudara : 5 (Lima) Orang Bersaudara

Alamat Rumah : Jl. Lintas Sumbar-Riau, Pauh Anok Kenagarian Pangkalan Kecamatan Pangkalan Koto Baru Kabupaten Lima Puluh Kota Sumatera Barat

Riwayat Pendidikan : 1. Tahun 1996-1998: TK Bundo Kanduang Pangkalan Koto Baru

2. Tahun 1998-2004: SDN 01 Pangkalan Koto Baru 3. Tahun 2004-2007: SMPN 01 Pangkalan Koto Baru 4. Tahun 2007-2010: SMAN 02 Payakumbuh

5. Tahun 2010-2014: Fakultas Kesehatan Masyarakat USU


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul

“Gambaran Pengetahuan dan Keterampilan Kader Dalam Pemantauan Pertumbuhan Bayi Dan Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Tahun 2014”. Skripsi ini penulis persembahkan untuk kedua orang tua tercinta, Ayahanda H. Rasyidi Hasan dan Ibunda Hj. Candrawati yang tak pernah berhenti memberikan kasih sayang, doa, arahan, motivasi serta dukungan moril maupun materil. Penulis berharap dapat menjadi kebanggaan bagi mereka.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak memperoleh bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Hj. Rafidah, SpAK selaku Kepala Puskesmas Desa Lalang yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Kelurahan Lalang.

3. dr. Rini Susanty selaku Kepala Puskesmas Pembantu Balam yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Kelurahan Sei Sikambing B.

4. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si selaku Kepala Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat dan selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu


(8)

untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu dan memberikan saran serta arahan sejak persiapan hingga skripsi ini diselesaikan.

6. Ibu Ernawati Nasution, SKM, M.Kes selaku dosen Pembimbing Akademik sekaligus Dosen Penguji skripsi yang banyak memberikan masukan dan motivasi kepada penulis.

7. Ir. Etti Sudaryati, MKM, Ph.D selaku Dosen Penguji skripsi yang telah memberikan saran dan arahan demi penyusunan skripsi yang lebih baik. 8. Seluruh dosen yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis menjalani

pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 9. Bapak Marihot Samosir, S.T serta seluruh staff yang telah membantu penulis

dalam urusan administrasi.

10.Saudara-saudariku tercinta yang telah memberikan dukungan secara moril, materil dan kasih sayang tak terhingga; Richi Haswandi, Wira Masmora,S.pd, Rudolf Agita Chandra (Alm.), Wempi Rasyd,S.ip, dr.Yona Oktavia. Keponakan-keponakan tersayang: Fadhil, Aby, Echa, dan Aurel.

11.Keluarga yang telah memberikan banyak bantuan dan tempat berlindung: Om Win, Amai Lina, Bang Eri, Kak Willy, Bang Adri, dan seluruh sanak saudara yang ada di Medan.

12.Keluarga besar Imapaliko Sumatera Utara yang telah memberikan dukungan, motivasi, rasa kekeluargaan, dan pengalaman berorganisasi bagi penulis.


(9)

13.Sahabat-sahabat seperjuangan di perantauan yang selalu ada: Nadia Chalida Nur, Fitri Haniffa, Rizki Fajariyah, Febria Octasari, Sri Novita Amelia, Mabruri Pratama, Syahid Izuddin, Surya Ramadhani, terima kasih atas bantuannya, kerjasama yang baik dan hari-hari perkuliahan dengan rasa persaudaraan, serta seluruh teman-teman angkatan 2010 yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu.

14.Keluarga Limah Duah: Om dan Tante Bernali, Kak Yanti, Kak Ayu, Kak Icha, Kak Ipit, Kak Sari, Gita, Tari, Ika, Qori, Indah, Putri, Rizka, Dwi, Retno, Mayang, Mia, dan Fika.

15.Keluarga Orange House yang selalu kompak: Mak Ge, Mak Ayi, Akkang, Yuyu, Mbak Yu, Bang Les, Miong Hee, Hong Tae Song dan Opung.

16.Ibu Pesi, Ibu Ameta, Ibu Devi, Ibu Diana, Ibu Pida, Ibu Nurma, Ibu Leni dan seluruh Petugas Puskesmas Desa Lalang dan Puskesmas Pembantu Balam yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian.

17.Seluruh kader Posyandu yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun harapan penulis semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2014 Penulis,

(Ria Sutiani)


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

RIWAYAT HIDUP PENULIS ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan ... 6

1.3.1. Tujuan Umum ... 6

1.3.2. Tujuan Khusus ... 7

1.4. Hipotesis ... 7

1.5. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kader Posyandu ... 8

2.2. Tugas Kader Posyandu ... 10

2.3. Pengetahuan dan Keterampilan Kader ... 13

2.4. Pemantauan Pertumbuhan Bayi dan Balita ... 18

2.5. Landasan Teori ... 27

2.6. Kerangka Konsep ... 29

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 30

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 30

3.2.2. Waktu Penelitian ... 31

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 31

3.3.1. Populasi Penelitian ... 31

3.3.2. Sampel Penelitian ... 31

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 32

3.4.1. Data Primer ... 32

3.4.2. Data Sekunder ... 33

3.5. Alat Pengumpulan Data ... 33

3.6. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 33

3.7. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 36

3.7.1. Variabel Penelitian ... 36


(11)

3.8. Aspek Pengukuran ... 37

3.9. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 38

3.9.1. Metode Pengolahan Data ... 38

3.9.2. Analisis Data ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 40

4.1.1. Letak Geografis ... 40

4.1.2. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 40

4.1.3. Sumber Daya Manusia di Puskesmas Desa Lalang ... 41

4.1.4. Cakupan Penimbangan Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang ... 42

4.2. Karakteristik Kader ... 43

4.3. Pengetahuan Kader... 45

4.4. Keterampilan Kader ... 47

4.5. Distribusi Pengetahuan Berdasarkan Karakteristik Kader ... 49

4.6. Distribusi Keterampilan Berdasarkan Karakteristik Kader... 51

4.7. Hubungan Pengetahuan dengan Keterampilan Kader... 53

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Pengetahuan Kader Tentang Kegiatan Pemantauan Pertumbuhan Bayi dan Balita di Posyandu ... 56

5.2 Keterampilan Kader Dalam Pemantauan Pertumbuhan Bayi dan Balita di Posyandu... 58

5.3 Hubungan Pengetahuan dengan Keterampilan Kader Dalam Pemantauan Pertumbuhan Bayi dan Balita di Posyandu ... 61

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 66

6.2. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian Lampiran 2 Kuesioner Penelitian Lampiran 3 Master Data

Lampiran 4 Output Pengilahan Data

Lampiran 5 Surat Keterangan Selesai Penelitian


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Pengetahuan

Kader ... 35 Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Keterampilan

Kader ... 36 Tabel 4.1 Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di

Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Tahun 2013 ... 40 Tabel 4.2 Sumber Daya Manusia di Puskesmas Desa Lalang

Tahun 2014... 41 Tabel 4.3 Cakupan Penimbangan Balita di Wilayah Kerja Puskesmas

Desa Lalang Periode Januari – Desember 2013 ... 42 Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Kader Posyandu ... 44 Tabel 4.5 Distribusi Pengetahuan Kader dalam Pemantauan Pertumbuhan

Bayi dan Balita ... 45 Tabel 4.6 Gambaran Pengetahuan Kader dalam Pemantauan Pertumbuhan

Bayi dan Balita ... 46 Tabel 4.7 Distribusi Keterampilan Kader dalam Pemantauan Pertumbuhan

Bayi dan Balita ... 47 Tabel 4.8 Gambaran Keterampilan Kader dalam Pemantauan Pertumbuhan

Bayi dan Balita ... 48 Tabel 4.9 Distribusi Pengetahuan Kader Tentang Tugasnya Dalam

Pemantauan Pertumbuhan Bayi dan Balita Berdasarkan Umur Kader ... 50 Tabel 4.10 Distribusi Pengetahuan Kader Tentang Tugasnya Dalam

Pemantauan Pertumbuhan Bayi dan Balita Berdasarkan Pendidikan Kader ... 50 Tabel 4.11 Distribusi Pengetahuan Kader Tentang Tugasnya Dalam

Pemantauan Pertumbuhan Bayi dan Balita Berdasarkan Lama Menjadi Kader ... 51 Tabel 4.12 Distribusi Keterampilan Kader Dalam Pemantauan Pertumbuhan

Bayi dan Balita Berdasarkan Umur Kader ... 51 Tabel 4.13 Distribusi Keterampilan Kader Dalam Pemantauan Pertumbuhan

Bayi dan Balita Berdasarkan Pendidikan Kader ... 52 Tabel 4.14 Distribusi Keterampilan Kader Dalam Pemantauan Pertumbuhan

Bayi dan Balita Berdasarkan Lama Menjadi Kader ... 53 Tabel 4.15 Hubungan Pengetahuan dengan Keterampilan Kader dalam

Pemantauan Pertumbuhan Bayi dan Balita ... 54


(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja ... 28 Gambar 2.2 Gambaran Pengetahuan dan Keterampilan Kader Dalam Pemantauan

Pertumbuhan Bayi dan Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang ... 29


(14)

ABSTRAK

Pemantauan pertumbuhan merupakan kegiatan yang penting dalam rangka kewaspadaan gizi bayi dan balita. Hasil pemantauan pertumbuhan yang tidak tepat dapat menyebabkan interpretasi status gizi yang salah sehingga salah pula dalam mengambil keputusan untuk menanganinya. Keberhasilan dari kegiatan ini terkait dengan kualifikasi kader termasuk pengetahuan dan keterampilannya dalam melaksanakan tugas.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dan keterampilan kader dalam pemantauan pertumbuhan bayi dan balita di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Pengetahuan kader diukur dengan menggunakan kuesioner sedangkan keterampilannya dengan lembar observasi. Populasi pada penelitian ini adalah 155 kader sedangkan sampel sebanyak 62 kader yang dipilih secara purposif. Analisis data dilakukan dengan menggunakan distribusi frekuensi, sedangkan hubungan antara pengetahuan dengan keterampilan kader diuji dengan uji Chi Square (CI=95%).

Hasil penelitian menunjukkan 80,6% kader memiliki pengetahuan yang baik dan sebanyak 66,1% kader kurang terampil dalam melaksanakan tugasnya. Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan keterampilan kader dalam pemantauan pertumbuhan bayi dan balita (p=0,046).

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kegiatan pemantauan pertumbuhan bayi dan balita belum terlaksana dengan optimal karena masih banyak kader kurang terampil walaupun pengetahuan mereka baik. Disarankan agar petugas kesehatan lebih mengutamakan pelatihan dengan metode praktek daripada metode ceramah sehingga pengetahuan kader yang sudah baik dapat diterapkan ke dalam tidakan untuk meningkatkan keterampilannya. Kader diharapkan dapat mengikuti pelatihan yang diadakan oleh pihak Puskesmas dan menerapkan pengetahuan yang telah mereka dapatkan dalam tindakan saat melaksanakan tugas di Posyandu.

Kata Kunci: posyandu, pengetahuan kader, pemantauan pertumbuhan bayi dan balita


(15)

ABSTRACT

Growth monitoring is an important activity in order to alert the nutrition of infant and under five children. The results of growth monitoring which is not appropriate can lead to the wrong interpretation of nutritional status and so do in making decisions to solve it. The success of these activities related to the cadres qualifications including their knowledge and skills in performing their duties.

This study aimed to determine the knowledge and skills of cadres in monitoring the growth of infant and under five children at Puskesmas Desa Lalang. This research is an analytical study with cross sectional approach. The knowledge of cadres was measured by using a questionnaire, while their skills by the observation sheet. The population in this study was 155 cadres while the sample of 62 cadres chosen purposively. Data analysis was performed by using frequency distributions, while the correlation between knowledge and skills of cadres was tested by Chi-square test (CI = 95%).

The results showed that 80,6% of cadres had knowledge in good category and 66,1% of them has less skilled in carrying out their duties. There was a significant correlation between knowledge and skills of cadres in growth monitoring of infant and under five children (p = 0,046).

Based on the results it can be concluded that growth monitoring of infant and under five children has not been performing optimally because of many cadres has less skills although their knowledge is good. It is suggested that health workers can prioritize the training with practice methods than lecturing method so that good knowledge of cadres can be applied into action to improve their skills. Cadres are expected to following the training which is organized by Puskesmas and applying their information obtained in the action when carrying out their duties at Posyandu.

Key words : Posyandu, cadres knowledge, infant and under five children growth monitoring


(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan yang strategis serta berfungsi sebagai media promosi maupun sarana pemantauan pertumbuhan bayi dan balita. Kegiatan Posyandu diharapkan dapat mendeteksi kasus gizi buruk secara dini di masyarakat sehingga tidak berkembang menjadi kejadian luar biasa. Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan penyelenggaraan Posyandu dalam Kemenkes RI (2010), yaitu untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian bayi dan balita serta mengoptimalkan potensi tumbuh kembang anak melalui program penimbangan.

Pemantauan pertumbuhan merupakan kegiatan yang penting dalam rangka kewaspadaan gizi bayi dan balita. Menurut Kemenkes RI (2011), kegiatan ini mempunyai tiga tujuan penting, yaitu mencegah bertambah buruknya keadaan gizi, mempertahankan keadaan gizi yang baik, dan meningkatkan keadaan gizi. Apabila ketiga tujuan tersebut dapat dilaksanakan oleh petugas kesehatan, kader, dan masyarakat dengan baik, maka penurunan prevalensi gizi kurang dan gizi buruk dapat segera terwujud.

Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, kecenderungan frekuensi pemantauan pertumbuhan anak umur 6-59 bulan di Posyandu yang lebih dari empat kali penimbangan pada enam bulan terakhir sedikit menurun pada tahun 2013 yaitu sebesar 44,6% dibanding tahun 2007 yang mencapai angka 45,4%. Sedangkan anak umur 6-59 bulan yang tidak pernah ditimbang dalam enam bulan terakhir meningkat dari 25,5% pada tahun 2007 menjadi 34,3% pada


(17)

tahun 2013. Berdasarkan provinsi yang ada di Indonesia, frekuensi penimbangan yang lebih dari empat kali dalam enam bulan terakhir tertinggi adalah di DI Yogyakarta (79,0%) dan terendah di Sumatera Utara (12,5%).

Secara nasional status gizi anak di Indonesia masih menjadi masalah. Berdasarkan data dari Riskesdas (2013), prevalensi berat-kurang pada tahun 2013 adalah 19,6% yang terdiri dari 5,7% gizi buruk dan 13,9% gizi kurang. Berarti masalah gizi berat-kurang di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang mendekati prevalensi tinggi. Prevalensi masalah gizi pada tahun 2013 juga meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2007 (18,4%) dan tahun 2010 (17,9%). Terdapat 19 dari 33 provinsi di Indonesia yang memiliki prevalensi gizi kurang dan gizi buruk di atas angka prevalensi nasional, yaitu berkisar antara 21,2% sampai dengan 33,1% dan Sumatera Utara berada pada urutan ke-16.

Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Kota Medan tahun 2012, jumlah kasus gizi kurang dan gizi buruk yang ada di Kota Medan adalah sebanyak 1491 yang terdiri dari 1367 gizi kurang dan 124 gizi buruk. Kasus gizi kurang dan gizi buruk ini tersebar pada wilayah kerja 39 Puskesmas di Kota Medan. Salah satu Puskesmas yang jumlah gizi kurang dan gizi buruknya cukup banyak dan meningkat dari tahun 2012 hingga tahun 2013 adalah Puskesmas Desa Lalang. Terdapat 30 kasus pada tahun 2012, terdiri dari 25 gizi kurang dan 5 gizi buruk yang tersebar pada 31 unit Posyandu di wilayah kerjanya. Berdasarkan Profil Puskesmas Desa Lalang tahun 2013, jumlah kasus gizi kurang dan gizi buruk yang ada di wilayah kerja Puskesmas tersebut adalah 43 kasus yang terdiri dari 38 gizi kurang dan 5 gizi buruk. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan kasus gizi kurang sebesar 52% di


(18)

wilayah kerja Puskesmas tersebut, sedangkan jumlah kasus gizi buruk tidak mengalami perubahan dari tahun 2012 hingga tahun 2013. Hal ini terlihat pula pada cakupan hasil penimbangan yang tidak mencapai target, yaitu sebesar 74,04% pada tahun 2013.

Menurut Sukiarko (2007), salah satu penyebab terjadinya peningkatan kasus gizi kurang adalah kurang berfungsinya lembaga-lembaga sosial dalam masyarakat, seperti Posyandu. Akibatnya, pemantauan status gizi pada bayi dan balita tidak terlaksana dengan optimal. Ada tidaknya masalah gizi di suatu daerah tidak terlepas dari peranan kader dalam menyelenggarakan Posyandu.

Kader merupakan pelayan kesehatan (health provider) yang memiliki frekuensi tatap muka lebih sering dengan masyarakat daripada petugas kesehatan lainnya sehingga kader lebih tahu tentang harapan dan kebiasaan masyarakat (Simanjuntak, 2012). Peran kader terhadap Posyandu sangat besar mulai dari tahap perintisan, penghubung dengan lembaga yang menunjang penyelenggaraan Posyandu, sebagai perencana pelaksana dan sebagai pembina serta sebagai penyuluh untuk memotivasi masyarakat agar berperan serta dalam kegiatan Posyandu di wilayahnya. Oleh karena itu, kader dapat dikatakan garda terdepan dalam pelayanan kesehatan untuk masyarakat melalui Posyandu. Namun menurut Kemenkes RI (2012), masih banyak kader yang belum memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam melaksanakan tugasnya. Kader sebaiknya mampu mengelola Posyandu dengan baik sehingga fungsi Posyandu dapat dimanfaatkan dengan optimal oleh masyarakat di wilayahnya.

Menurut Setijowati, Wirawan, dan Mbeo (2012), kader seharusnya memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam pemantauan pertumbuhan karena hasil dari


(19)

kegiatan ini dibutuhkan dalam memberikan intervensi terhadap keadaan pertumbuhan bayi dan balita. Jika hasil pemantauan pertumbuhan tidak tepat, maka dapat menyebabkan interpretasi status gizi yang salah dan berakibat pula pada kesalahan dalam pengambilan keputusan untuk penanganan masalah gizi.

Penelitian Sumiatun, Subagyo, dan Sukardi (2012) di Desa Musir Kidul Kecamatan Rejoso Kabupaten Nganjuk menggambarkan bahwa kader telah melaksanakan perannya sebesar 80% di meja I, 76% di meja II, 44% di meja III dan hanya 16% kader yang sudah melaksanakan perannya di meja IV. Menurutnya, faktor dominan yang menyebabkan peran kader di meja III dan IV masih kurang adalah karena pengetahuan dan keterampilan kader yang kurang, serta belum mendapatkan pelatihan secara berkala bagi kader yang masih baru. Penelitian Irma (2013) di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang juga menyebutkan bahwa lebih dari setengah kader di Posyandu tersebut tidak terampil dalam melaksanakan tugasnya (54,1%), sedangkan faktor yang paling berpengaruh terhadap keterampilan tersebut adalah pengetahuan kader.

Pemantauan pertumbuhan bayi dan balita perlu ditingkatkan peranannya dalam tindak kewaspadaan untuk mencegah buruknya keadaan gizi melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan kader dalam melaksanakan tugasnya di Posyandu. Penelitian Fitrianigrum (2010) menyebutkan bahwa kader yang mempunyai pengetahuan yang baik (77%) belum tentu keterampilannya juga baik (22,9%) dalam melakukan pemantauan pertumbuhan. Penelitian Hamariyana (2011) juga menunjukkan hal yang serupa, bahwa kader yang pengetahuannya baik adalah sebesar 48,6%, sedangkan kader yang terampil dalam menilai kurva pertumbuhan


(20)

balita hanya 25,7%. Namun dari kedua penelitian tersebut diketahui bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan keterampilan kader dalam melaksanakan tugasnya di Posyandu.

Menurut Jaya et al. (2010), terdapat hubungan pengetahuan dan keterampilan kader dengan capaian pemantauan pertumbuhan balita di Kabupaten Lombok Barat. Capaian pemantauan pertumbuhan balita dapat menggambarkan kinerja kader dalam melaksanakan kegiatan Posyandu. Jika pengetahuan dan keterampilan kader baik, maka capaian pemantauan pertumbuhan balita akan baik. Apabila capaian pemantauan pertumbuhan di Posayndu tersebut baik, maka diharapkan status gizi bayi dan balita juga baik sehingga prevalensi masalah gizi kurang dan gizi buruk tidak meningkat.

Poduktivitas suatu Posyandu dalam memantau pertumbuhan bayi dan balita tentu saja tidak terlepas dari kinerja kadernya. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas Posyandu adalah pengetahuan dan keterampilan kader. Kader yang kinerjanya bagus merupakan kader yang memiliki pengetahuan baik dan terampil dalam menjalankan tugasnya. Jika tugasnya tidak terlaksana dengan baik, maka kader tersebut dapat dikatakan kurang terampil.

Survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti terhadap 10 orang kader di lokasi penelitian menghasilkan bahwa masih terdapat kader yang melakukan kesalahan dalam melaksanakan tugasnya. Beberapa hal yang dapat menyebabkan kesalahan dalam memperoleh hasil pemantauan pertumbuhan bayi dan balita, yaitu penimbangan yang tidak dilakukan dengan benar. Sebagian besar bayi ditimbang tanpa harus melepas sepatu, jaket, popok yang basah ataupun topi padahal seharusnya


(21)

penimbangan dilakukan dengan pakaian bayi dan balita seminimal mungkin. Kemudian saat bandul dacin diletakkan pada angka nol, paku timbang pada dacin tidak tegak lurus karena adanya beban dari sarung atau kain yang digantung pada dacin tersebut sehingga hasil penimbangan seharusnya dikurangi dengan berat sarung atau kain. Kesalahan ini tidak mendapat perhatian dari kader sehingga hasil penimbangan anak berlebih dari berat badan yang sebenarnya.

Kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam pemantauan pertumbuhan bayi dan balita merupakan pertanda bahwa kurangnya keterampilan kader dalam kegiatan tersebut. Keterampilan kader yang kurang baik dapat juga disebabkan oleh karena tidak adanya pergantian tugas. Artinya kader hanya bertugas pada kegiatan yang sama pada setiap bulannya sehingga kader tidak terampil dalam menjalankan setiap tugas yang ada di Posyandu. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti gambaran pengetahuan dan keterampilan kader dalam pemantauan pertumbuhan bayi dan balita di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang tahun 2014.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran pengetahuan dan keterampilan kader dalam pemantauan pertumbuhan bayi dan balita di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang tahun 2014.

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan keterampilan kader dalam pemantauan pertumbuhan bayi dan balita di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang.


(22)

1.3.2Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan keterampilan kader dalam pemantauan pertumbuhan bayi dan balita di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang.

1.4Hipotesis

Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan keterampilan kader dalam pemantauan pertumbuhan bayi dan balita di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang tahun 2014.

1.5Manfaat Penelitian

1. Sebagai informasi bagi pihak Puskesmas tentang gambaran pengetahuan dan keterampilan kader di wilayah kerjanya sehingga menjadi bahan evaluasi serta masukan untuk perencanaan dalam melakukan pembinaan kader di masa yang akan datang.

2. Sebagai bahan evaluasi bagi kader Posyandu tentang pengetahuan dan keterampilannya dalam memantau pertumbuhan bayi dan balita.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kader Posyandu

Kader, menurut Widodo et al. (2004) berarti perwira-perwira rendahan; orang yang diberi pendidikan untuk menjadi pelanjut tongkat estafet suatu partai atau organisasi; calon; tunas (muda); generasi muda. Kader Posyandu adalah anggota masyarakat yang bersedia, mampu dan memiliki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan Posyandu secara sukarela. (Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 19 tahun 2011).

Menurut Anggidin (2011), kader Posyandu adalah warga masyarakat yang ditunjuk untuk bekerja secara sukarela dalam melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan sederhana di Posyandu. Kader Posyandu dipilih oleh pengurus Posyandu dari anggota masyarakat yang bersedia, mampu dan memiliki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan Posyandu.

Kriteria kader posyandu menurut Kemenkes RI (2011) ada tiga, yaitu pertama, kader yang dipilih diutamakan berasal dari anggota masyarakat setempat sehingga kader lebih mengetahui karakteristik dan memahami kebiasaan masyarakat. Selain itu kader lebih mudah dalam memantau situasi dan kondisi bayi dan balita yang ada di wilayah kerja Posyandu dengan melakukan kunjungan rumah bagi bayi dan balita yang tidak datang pada hari buka Posyandu maupun memantau status pertumbuhan bayi dan balita yang mengalami gizi kurang dan gizi buruk.

Kedua, kader juga harus bisa membaca dan menulis huruf latin karena pelaksanaan tugas di Posyandu berhubungan juga dengan pencatatan dan pengisian


(24)

KMS yang menuntut kader agar bisa membaca dan menulis. Kemampuan dalam membaca dan menulis ini merupakan hasil dari pendidikan dasar kader tersebut. Menurut Rosphita (2007), terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan pendidikan kader dengan interprestasi hasil penimbangan dan menggambar grafik pertumbuhan anak. Interpretasi tersebut hanya dapat dilakukan jika kader dapat membaca dan menuliskan hasil penimbangan di KMS.

Ketiga, kader sebaiknya dapat menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan di Posyandu serta bersedia bekerja secara sukarela, memiliki kemampuan dan waktu luang agar kegiatan dapat terlaksana dengan baik. Jika kader dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam arti sebagian besar ibu dari bayi dan balita mau datang ke Posyandu, maka keberhasilan program Posyandu akan terwujud.

Jadi, persyaratan-persyaratan yang diutamakan dapatlah disimpulkan bahwa kriteria pemilihan kader kesehatan antara lain sanggup bekerja secara sukarela, mendapat kepercayaan dari masyarakat serta mempunyai kredibilitas yang baik dimana perilakunya menjadi panutan masyarakat, memiliki jiwa pengabdian yang tinggi, mempunyai penghasilan tetap, pandai baca tulis, sanggup membina masyarakat sekitarnya. Kader kesehatan mempunyai peran yang besar dalam upaya meningkatkan kemampuan masyarakat menolong dirinya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Selain itu peran kader ikut membina masyarakat dalam bidang kesehatan dengan melalui kegiatan yang dilakukan baik di posyandu.

Dalam keadaan tertentu, terutama di daerah perkotaan karena kesibukan yang dimiliki tidak mudah mencari anggota masyarakat yang bersedia aktif secara sukarela


(25)

sebagai kader Posyandu. Untuk mengatasinya kedudukan dan peranan kader Posyandu dapat digantikan oleh tenaga profesional terlatih yang bekerja secara purna/paruh waktu sebagai kader Posyandu dengan mendapat imbalan khusus dari dana yang dikumpulkan oleh dan dari masyarakat. Kader mempunyai peran yang besar dalam upanya meningkatkan kemampuan masyarakat menolong dirinya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Selain itu kader berperan dalam membina masyarakat di bidang kesehatan melalui kegiatan di Posyandu yang mana salah satunya adalah pemantauan pertumbuhan bayi dan balita (Zulkifli, 2003).

2.2 Tugas Kader Posyandu

Menurut Depkes RI (2006) jumlah minimal kader yang dibutuhkan untuk setiap Posyandu adalah lima orang yang mengacu pada sistem kerja lima meja. Mengingat bahwa pada umumnya kader bukanlah tenaga kesehatan profesional melainkan hanya membantu dalam pelayanan kesehatan, maka perlu adanya pembatasan tugas yang diemban, baik menyangkut jumlah maupun jenis pelayanan. Kegiatan yang dapat dilaksanakan dengan penuh oleh kader di Posyandu adalah pendaftaran, penimbangan, pencatatan, dan penyuluhan. Sedangkan tugas kader untuk pelayanan kesehatan hanya membantu petugas dari Puskesmas misalnya mendampingi ibu bayi dan balita saat imunisasi.

Kader diharapkan berperan aktif dan mampu menjadi pendorong, motivator dan penyuluh masyarakat. Kader diharapkan dapat menjembatani antara petugas kesehatan dengan masyarakat serta membantu masyarakat mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan kesehatan mereka sendiri. Kader juga diharapkan dapat menyediakan informasi bagi pejabat kesehatan berwenang yang mungkin tidak dapat


(26)

mencapai masyarakat langsung, serta mampu mendorong para pejabat kesehatan di sistem kesehatan agar mengerti dan merespons kebutuhan masyarakat. Kader dapat membantu mobilisasi sumber daya masyarakat, mengadvokasi masyarakat serta membangun kemampuan lokal (Iswarawanti, 2010).

Tugas kader dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: tugas pada sebelum hari Posyandu, tugas pada hari Posyandu, dan tugas setelah hari buka Posyandu (Kemenkes RI, 2012).

1. Tugas sebelum hari buka Posyandu, yaitu berupa tugas-tugas persiapan yang dilakukan oleh kader agar kegiatan pada hari buka Posyandu berjalan dengan baik. Misalnya melakukan persiapan penyelenggaraan kegiatan Posyandu berupa penyiapan tempat, pemeriksaan alat penimbangan apakah masih layak digunakan atau sudah tiba waktunya untuk ditera atau dikalibrasi, menyiapkan materi penyuluhan, menyiapkan buku register Posyandu, dan menyiapkan pemberian makanan tambahan. Selain itu kader juga bertugas untuk menyebarluaskan informasi tentang hari buka Posyandu melalui pertemuan warga setempat atau surat edaran agar partisipasi masyarakat meningkat dalam kegiatan Posyandu sehingga pemantauan pertumbuhan bayi dan balita dapat dilaksanakan dengan optimal.

2. Tugas pada hari buka Posyandu, yaitu berupa tugas-tugas dalam melaksanakan pelayanan lima kegiatan. Kegiatan wajib yang selalu dilaksanakan di Posyandu adalah pendaftaran, penimbangan, pencatatan (pengisian KMS), penyuluhan, dan pelayanan kesehatan yang berkoordinasi dengan petugas kesehatan dari Puskesmas. Pendaftaran dilakukan sebagai rekapitulasi data hasil penimbangan


(27)

dan seterusnya dilaporkan ke Puskesmas. Penimbangan merupakan kegiatan yang wajib dilakukan setiap bulan untuk memantau pertumbuhan bayi dan balita kemudian kader memplot hasil penimbangan pada KMS sehingga membentuk grafik berat badan dan kader memberikan penjelasan kepada ibu bayi dan balita tentang keadaan pertumbuhan anaknya berdasarkan hasil penimbangan yang tertera di KMS melalui konseling ataupun penyuluhan. Tugas kader dalam pelayanan kesehatan biasanya hanya untuk mendampingi ibu yang mempunyai bayi dan balita saat imunisasi. Sedangkan pelayanan kesehatan yang lain, seperti KB dilakukan sendiri oleh petugas kesehatan.

Penelitian Sumiatun dkk. (2012) di Desa Musir Kidul Kecamatan Rejoso Kabupaten Nganjuk menggambarkan bahwa kader telah melaksanakan perannya sebesar 80% di meja I, 76% di meja II, 44% di meja III dan hanya 16% kader yang sudah melaksanakan perannya di meja IV. Faktor dominan yang menyebabkan peran serta kader Posyandu di meja III dan IV masih kurang adalah kurangnya pengetahuan dan keterampilan kader oleh karena tingkat pendidikan yang kurang memadai, serta belum mendapatkan pelatihan secara berkala bagi kader yang masih baru.

3. Tugas sesudah hari buka Posyandu, yaitu berupa tugas-tugas kader yang dilakukan untuk mengevaluasi kegiatan Posyandu yang telah diselenggarakan, melakukan kunjungan rumah pada balita yang tidak hadir pada hari buka Posyandu, pada anak yang kurang gizi, atau pada anak yang mengalami gizi buruk rawat jalan, dan lain-lain. Selain itu kader juga merencanakan waktu penyelenggaraan Posyandu pada bulan berikutnya dan melengkapi rekapitulasi


(28)

data bulanan untuk pelaporan ke Puskesmas. Secara teknis tugas-tugas tersebut sangat sempurna untuk menghasilkan pelayanan yang baik, namun untuk operasional di lapangan sekiranya belum dilaksanakan dengan maksimal oleh kader.

2.3Pengetahuan dan Keterampilan Kader

Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi keterampilan, seperti yang disebutkan Sutermeister (1978) dalam Sugiyono (2008) tentang teori produktivitas kerja. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keterampilan adalah pengetahuan, pengalaman, pendidikan, pembinaan, sikap dan kepribadian seseorang.

Pengetahuan adalah hasil dari “tahu”, dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap sesuatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010).

Aspek kognitif dibedakan atas enam jenjang menurut taksonomi Bloom yang diurutkan secara hirarki piramidal. Sistem klasifiksi Bloom ini dijabarkan oleh Notoatmodjo (2010), yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintetis, dan evaluatif. Berdasarkan klasifikasi ini, maka keterampilan kader baru dapat terlihat jika telah sampai pada tahap aplikasi. Hasil penelitian Fitrianingrum (2010) menyatakan bahwa kader yang memiliki pengetahuan baik (77,1%) tidak selalu merupakan kader yang terampil (22,9%), tetapi ditemukan adanya hubungan antara tingkat pengetahuan kader dengan keterampilan dalam pemantauan pertumbuhan balita. Berdasarkan


(29)

penelitian Hamariyana (2011) dan Irma (2013), pengetahuan merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap keterampilan kader dalam melaksanakan kegiatan Posyandu. Selain itu, tingkat pengetahuan dan ketrampilan kader akan lebih baik jika pendidikannya tinggi, mengikuti kursus, mendapat pengajaran lima modul dasar dalam kursus, aktif dalam mengikuti pembinaan serta mempunyai frekuensi tinggi mengikuti pembinaan.

Pengalaman juga dapat mempengaruhi keterampilan. Semakin lama seseorang bekerja menjadi kader Posyandu maka keterampilan dalam melaksanakan tugas pada saat kegiatan posyandu akan semakin meningkat. Semua tindakan yang pernah dilakukan akan direkam dalam bawah sadar mereka dan akan dibawa terus sepanjang hidupnya. Dari sini dapat disimpulkan bahwa semakin banyak pengalaman seseorang dan dikaitkan dengan masa kerja yang lama dalam menangani suatu pekerjaan, orang tersebut akan semakin terampil dan pekerjaannya menjadi kebiasaan (Hidayat, 2011). Namun penelitian Hamariyana (2011) di Kota Semarang menyebutkan bahwa tidak ada hubungan antara lama bekerja sebagai kader dengan keterampilan kader dalam menilai kurva pertumbuhan balita.

Pendidikan yang dimaksud disini adalah pendidikan formal yang merupakan bagian dari karakteristik kader. Tingkat pendidikan seorang kader Posyandu merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi cakupan pelayanan Posyandu. Pendidikan merupakan modal untuk bisa menjalankan tugas dan peranannya dengan baik disamping pelatihan yang didapatnya (Kemenkes RI, 2011). Semakin tinggi tingkat pendidikan kader, maka semakin bertambah pula kecakapannya baik secara intelektual dan emosionalnya.


(30)

Semakin tinggi pendidikan formal kader maka keterampilannya juga akan semakin baik. Tingkat pendidikan formal kader berperan penting dalam pengelolaan Posyandu khususnya dalam hal pencatatan dan pelaporan karena kader dengan pendidikan formal yang tinggi cepat dan mudah mengerti serta memahami segala sesuatu yang diperolehnya baik pada waktu mengikuti pelatihan maupun waktu melaksanakan kegiatan di Posyandu. Menurut Notoatmodjo (2010), pendidikan merupakan kegiatan yang sengaja dilakukan untuk memperoleh hasil berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap seseorang. Pendidikan yang tinggi membuat seseorang lebih mudah memahami suatu informasi.

Pembinaan merupakan intervensi yang datang dari luar diri kader dan dilakukan dengan tujuan untuk memantapkan dan meningkatkan pengetahuan, sikap serta keterampilan terhadap kegiatan yang telah berjalan. Pembinaan sangat penting artinya untuk kelangsungan kegiatan yang telah dijalankan, karena pada tahap awal latihan kader hanya sekedar memperoleh informasi sehubungan dengan peningkatan pengetahuan. Hasil penelitian Irma (2013) menyebutkan bahwa pembinaan dapat mempengaruhi keterampilan kader. Semakin tinggi frekuensi pembinaan yang diikuti kader maka semakin baik juga pengetahuan dan keterampilannya. Menurut Fitrianingrum (2010) pembinaan dapat dilakukan oleh pihak Puskesmas ataupun orang-orang yang ahli dalam bidang tersebut menyangkut tugas-tugas yang harus dilaksanan kader di Posyandu. Namun hasil penelitian Sagala (2005) menyebutkan bahwa 50% kader tidak pernah mendapatkan pembinaan dari Puskesmas. Pengetahuan dan keterampilan kader dipengaruhi oleh adanya pembinaan. Pembinaan kader akan meningkatkan pengetahuan, aktivitas dan keterampilan kader dalam


(31)

menjalankan tugasnya. Menurut Junaedi (1990) dalam Sandi (2012), bahwa bimbingan dan supervisi dari petugas kesehatan akan berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan dan keterampilan kader. Disamping itu pengetahuan dan kemampuan kader juga dapat ditingkatkan melalui pelatihan kader baru, pelatihan ulang kader, pengalaman kader selama menjalankan kegiatan posyandu dan kunjungan petugas di luar hari kegiatan posyandu.

Sikap dan kepribadian kader berhubungan dengan kemauan kader dalam melaksanakan Posyandu. Jika sikap dan kepribadian kader terbuka terhadap perkembangan, maka dapat membawa modifikasi terhadap kemampuannya selama ini dalam bertugas. Selain beberapa hal tersebut, keterampilan tidak akan dapat dicapai bilamana tidak didukung dengan sarana yang memadai sesuai dengan apa yang diinginkan, karena sarana merupakan bagian dari proses untuk membuat seseorang terampil (Hidayat, 2011). Sarana disini adalah seluruh fasilitias (termasuk tempat penyelenggaraan Posyandu) dan peralatan yang memadai yang digunakan dalam suatu kegiatan pemantauan pertumbuhan bayi dan balita, misalnya timbangan atau dacin untuk menimbang berat badan bayi, microtioise atau infantometer untuk mengukur tinggi atau panjang badan, alat pengukur lingkar kepala maupun lingkar lengan atas. Faktor sarana dapat menjadikan suasana kerja menjadi lebih optimal dan tentunya lebih mendukung keterampilan seseorang dalam melakukan suatu tindakan.

Keterampilan merupakan suatu kemampuan seseorang untuk bertindak setelah menerima pengalaman belajar tertentu dengan menggunakan anggota badan dan peralatan yang tersedia atau kemampuan seseorang dalam menerapkan pengetahuan kedalam bentuk tindakan (Notoatmodjo, 2010). Jadi, keterampilan sebenarnya


(32)

dituntut apabila kader telah mendapatkan pelatihan dari Puskesmas, setelah diberikan penjelasan-penjelasan maka kader sebaiknya menerapkannya pada tindakan dalam melaksanakan tugasnya di Posyandu.

Menurut Kamus Bahasa Indonesia Online, pengertian keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas. Jadi, keterampilan kader Posyandu merupakan kecakapan seorang kader dalam menjalankan tugasnya di Posyandu setelah sebelumnya mendapatkan pengetahuan baik melalui pelatihan maupun pengalaman kader tersebut. Keterampilan adalah hasil dari latihan berulang, yang dapat disebut perubahan yang meningkat atau progresif oleh orang yang mempelajari keterampilan tadi sebagai hasil dari aktivitas tertentu. Menurut Juliawan, Prabandari, dan Hartini (2010) keterampilan kader Posyandu merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam sistem pelayanan di Posyandu, karena dengan pelayanan kader yang terampil akan mendapat respon positif dari ibu-ibu dari balita dan balita sehingga terkesan ramah, baik, pelayanannya teratur hal ini yang mendorong ibu-ibu rajin ke Posyandu.

Menurut James A.F. Stoner 1996 dalam Hidayat (2011) keterampilan dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu keterampilan teknis, keterampilan manusiawi (Human Relation Skills), dan keterampilan konseptual. Ketiga bagian keterampilan ini seharusnya dimiliki oleh kader sehingga pelaksanaan kegiatan Posyandu menjadi lebih baik.

Keterampilan teknis merupakan kecakapan seseorang dalam menggunakan prosedur yang sudah ditetapkan sebelumnya. Keterampilan jenis ini lebih mengutamakan pada penggunaan tenaga daripada pemikiran yang mendalam, serta jarang menguasai berbagai bidang, biasanya hanya satu bidang tertentu saja.


(33)

Misalnya seorang kader hanya terampil pada kegiatan penimbangan saja karena tidak ada pergantian tugas setiap bulannya. Jadi, keterampilan teknis kader dapat terlihat saat mereka melaksanakan tugas-tugasnya pada hari buka Posyandu.

Keterampilan manusiawi merupakan kecakapan dalam mengadakan kerja sama, memahami dan memotivasi orang lain. Keterampilan jenis ini biasanya banyak dimiliki oleh orang yang mudah bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang disekitarnya dari berbagai lapis masyarakat. Seorang kader Posyandu seharusnya juga memiliki keterampilan manusiawi sehingga menimbulkan kenyamanan bagi peserta maupun dengan sesama kader, meningkatkan partisipasi peserta Posyandu, dan akhirnya peserta tidak malas untuk datang lagi ke Posyandu pada bulan berikutnya.

Keterampilan konseptual merupakan kecakapan seseorang dalam mengkoordinasikan, mengintegrasikan dan mengaktifkan organisasi. Biasanya jenis keterampilan ini banyak dimiliki oleh seorang menejer yang sudah berpengalaman dalam bidang tertentu dan digunakan untuk membuat suatu keputusan mulai dari perencanaan sampai dengan evaluasi. Keterampilan konseptual ketua Posyandu harus baik sehingga dapat membawa anggota dalam pencapaian program Posyandu yang optimal.

2.4Pemantauan Pertumbuhan Bayi dan Balita

Menurut Supariasa et al. (2008) pertumbuhan (growth) berkaitan dengan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, dan fungsi tingkat sel, organ maupun individu, yang diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (centimeter, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). Jadi pertumbuhan lebih menekankan pada aspek fisik.


(34)

Pertumbuhan paling capat dalam kehidupan terjadi selama empat bulan pertama sesudah dilahirkan. Masa empat bulan hingga delapan bulan berikutnya merupakan masa transisi ke pola pertumbuhan yang lebih lambat. Pada usia delapan bulan pola tumbuh bayi sama dengan usia dua tahun. Penilaian pola tumbuh fisik merupakan cara utama untuk menetapkan status gizi bayi dan balita (Almatsier, 2011).

Proses pertumbuhan dapat diamati dengan perubahan-perubahan yang dapat dinyatakan dalam nilai ukuran tubuh, misalnya berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas dan sebagainya. Jadi pertumbuhan ini bersifat kuantitatif sehingga dengan demikian dapat diukur dengan mempergunakan satuan panjang atau satuan berat (Narendra et al., 2010).

Kemenkes RI tahun 2010 dalam buku Pedoman Kader Seri Kesehatan Anak menyebutkan bahwa pertumbuhan memenuhi beberapa aspek, yaitu bertambahnya ukuran jumlah sel serta jaringan interselular; bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan; dapat diukur dengan satuan panjang dan berat. Masa lima tahun pertama kehidupan anak balita merupakan masa yang sangat peka terhadap lingkungan dan masa ini berlangsung sangat pendek serta tidak dapat diulang lagi, maka masa baltia disebut sebagai “masa keemasan” (golden period),

“jendela kesempatan” (window of opportunity) dan “masa kritis” (critical period). Oleh karena itu, diperlukan pemantauan yang baik terhadap pertumbuhan maupun perkembangan pada masa tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian Kusminarti (2009) di Kelurahan Salaman Mloyo menyebutkan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan balita


(35)

adalah riwayat status gizi balita, penyakit infeksi, pendapatan orangtua, dan pengetahuan ibu tentang gizi.

Pertumbuhan seorang anak bukan hanya sekedar gambaran perubahan berat badan, tinggi badan atau ukuran tubuh lainnya, tetapi lebih dari itu memberikan gambaran tentang keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi seorang anak yang sedang dalam proses tumbuh. Pertumbuhan fisik merupakan indikator status gizi bayi dan balita. Oleh karena itu pemantauan pertumbuhan fisik ini hendaknya dilakukan secara rutin setiap bulan sehingga apabila terjadi masalah gizi dan masalah pertumbuhan dapat dideteksi lebih awal sehingga untuk penanganannya dapat dilakukan lebih baik dan optimal.

Pemantauan pertumbuhan adalah serangkaian kegiatan yang terdiri dari penilaian pertumbuhan anak secara teratur melalui penimbangan berat badan setiap bulan, pengisian KMS, menentukan status pertumbuhan berdasarkan hasil penimbangan berat badan, menindaklanjuti setiap kasus gangguan pertumbuhan berupa konseling, pemberian makanan tambahan, pemberian suplementasi gizi dan rujukan (Kemenkes, 2010). Menurut Aliyatun (2014) peran pemantauan pertumbuhan balita adalah untuk mengontrol pertambahan berat badan anak agar anak tetap terjamin dapat tumbuh normal dalam upaya mempartahankan anak yang berstatus gizi baik tetap bergizi baik, meningkatkan status gizi anak menjadi lebih baik, mencegah agar status gizi anak tidak memburuk, dan promosi untuk menciptakan keluarga sadar gizi.

Pemantauan pertumbuhan bayi dan balita sebenarnya dapat dilakukan sendiri di rumah, tetapi di Indonesia biasanya dilakukan di Puskesmas atau di Posyandu


(36)

dengan melakukan penimbangan setiap bulan. Hasil penimbangan tersebut akan diplot oleh kader Posyandu di Kartu Menuju Sehat (KMS) yang dibedakan menjadi dua, yaitu KMS untuk laki-laki berwarna biru atau KMS untuk perempuan yang berwarna merah muda (Almatsier, 2011).

Menurut Adoerrachman et al. (2007), KMS anak balita tahun merupakan salah satu alat untuk menerangkan bagaimana keadaan status gizi anak tersebut, kelengkapan imunisasi, penyakit-penyakit apa saja yang telah diderita anak tersebut dan sebagainya. Selain itu, menurut Kemenkes RI (2011) KMS juga dapat digunakan sebagai media edukasi dan komunikasi antara kader dengan ibu bayi dan balita. KMS menjadi media edukasi dan komunikasi ketika kader menjelaskan status pertumbuhan kepada ibu anak yang bersangkutan dan memberikan konseling serta penyuluhan tentang pola asuh anak yang baik, ASI eksklusif, makanan yang bergizi dan berimbang dan materi-materi lainnya yang dapat menunjang perbaikan kesehatan anak.

Pemantauan pertumbuhan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dan teratur, dengan adanya kegiatan ini setiap ada gangguan keseimbangan gizi pada seorang anak dapat diketahui secara dini melalui perubahan pertumbuhannya. Jika gangguan gizi dapat diketahui secara dini maka tindakan penanggulangannya dapat dilakukan dengan segera, sehingga keadaan gizi yang memburuk dapat dicegah.

Hasil penimbangan anak setiap bulan secara tetap dan teratur yang tercatat pada KMS dapat memberikan informasi apakah pertumbuhan anak mengalami kenaikan atau menurun. KMS tersebut dapat beguna apabila penimbangan dan


(37)

deteksi tumbuh-kembang balita dilakukan setiap bulan. Kemudian semua kolom isian, keadaan kesehatan dan gizi anak diisi dengan benar oleh kader. Sedangkan orangtua diharapkan selalu memperhatikan catatan-catatan pada KMS, setiap ada gangguan pertumbuhan anak, maka harus dilaporkan kepada kader maupun petugas kesehatan dan mereka mencari penyebabnya kemudian melakukan tindakan yang sesuai, seperti penyuluhan gizi dalam bentuk konseling yang dilakukan setiap kali anak selesai ditimbang.

Pertumbuhan bayi dan balita dapat dipantau dari beberapa indikator seperti berat badan (BB), tinggi badan (TB) atau panjang badan (PB), lingkar kepala (LK) dan Lingkar Lengan Atas (LILA). Namun pada sebagian Posyandu pengukuran hanya dilakukan untuk berat badan saja padahal selain berat badan paling tidak pemantauan juga dilakukan terhadap panjang/tinggi badan yang dilakukan dengan teliti dan dicatat dengan cermat sehingga peningkatan atau perlambatan pertumbuhan dapat dimonitor dengan baik (Almatsier, 2011). Pengukuran antropometri dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan dan kader terlatih.

Antropometri dalam pemantauan pertumbuhan bayi dan balita yang biasa digunakan di Posyandu, yaitu berat badan dan panjang/tinggi badan. Berat badan merupakan ukuran antropometri terpenting dan dipakai pada setiap kesempatan memeriksa kesehatan anak pada setiap kelompok umur. Berat badan merupakan hasil keseluruhan peningkatan jaringan-jaringan tulang, otot, lemak, cairan tubuh dan lainnya (Hidayat, 2009). Menurut Kemenkes RI (2010) perubahan berat badan merupakan indikator yang sangat sensitif untuk memantau pertumbuhan anak. Jika kenaikan berat badan anak lebih rendah dari yang semestinya pertumbuhan anak


(38)

terganggu dan anak beresiko mengalami kekurangan gizi. Sebaliknya jika kenaikan berat badan lebih besar dari yang seharusnya merupakan indikasi risiko kelebihan gizi.

Pengukuran berat badan dapat dilakuan dengan tepat menggunakan timbangan elektronik, dimana bayi ditimbang dalam keadaan telanjang atau memakai baju dalam saja. Timbangan ini hanya digunakan untuk menimbang anak sampai umur dua tahun atau selama anak masih bisa berbaring atau duduk tenang sedangkan timbangan lain yang dapat digunakan adalah dacin, atau timbangan injak yang secara teratur ditera untuk menjaga ketepatannya (Narendra et al., 2010). Menurut Kemenkes RI (2010) penimbangan berat badan anak dengan umur diatas dua tahun dapat dilakukan dengan menggunakan timbangan injak atau seperti timbangan badan untuk orang dewasa. Kader diharapkan dapat mengusahakan agar pada saat penimbangan bayi atau balita ditimbang dengan pakaian yang seminimal mungkin atau paling tidak memakai baju sehari-hari yang tipis sehingga tidak mempengaruhi hasil penimbangan.

Tinggi badan merupakan indikator yang dapat digunakan untuk menilai status gizi anak disamping faktor genetik. Pengukuran ini dapat dilakukan dengan mudah dalam menilai gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak (Hidayat, 2009). Disamping itu tinggi badan merupakan ukuran kedua yang penting karena dengan menghubungkan barat badan terhadap tinggi badan (Quac stick), faktor umur dapat dikesampingkan (Supariasa et al, 2008). Menurut Kemenkes RI (2010) pengukuran panjang badan atau tinggi badan sangat penting untuk menentukan status gizi bayi dan balita. Pada kenyataannya ada sebagian besar kader Posyandu yang tidak melakukan pengukuran ini sehingga kegiatan data panjang atau tinggi anak tidak


(39)

tersedia di Puskesmas. Menurut Almatsier et al. (2011) jika pengukuran dilakukan dengan cara anak dibaringkan maka hasilnya disebut dengan panjang badan. Jika pengukuran dilakukan dengan posisi anak berdiri maka hasilnya disebut dengan tinggi badan.

Menurut Patterson dan Pietinen (2004) dari semua ukuran antropometri yang ada, ukuran berat badan dan tinggi/panjang badan memiliki keuntungan utama bahwa ukuran ini cukup akurat, tidak invasif, dan tidak mahal. Keuntungan lainnya adalah bahwa pengukuran ini dapat memberikan informasi mengenai riwayat gizi jangka panjang dan dapat dikerjakan oleh petugas yang relatif tidak terampil.

Aliyatun (2014) menyebutkan bahwa masalah yang sering ditemukan dalam pemantauan pertumbuhan kesalahan dalam menimbang anak dan kesalahan dalam menghitung umur anak. Kesalahan menimbang anak biasanya disebabkan oleh pemasangan dacin yang salah dimana batang dacin tidak diatur agar seimbang setelah meletakkan sarung penimbang, akibatnya berat anak berlebih dari yang seharusnya. Menurut Kemenkes RI (2010) untuk menyeimbangkan batang dacin yang telah digantungi kain penimbang, maka perlu dipasang bandul penyeimbang berupa plastic yang diisi batu atau pasir.

Kesalahan menimbang anak juga disebabkan karena dacin yang digunakan tidak layak pakai (harus ditera). Kesalahan menghitung umur anak terjadi karena umur dihitung hanya mengurangkan bulan dan tahun penimbangan dengan bulan dan tahun lahir anak dan mengabaikan mengabaikan selisih hari, konsekuensinya umur anak lebih tua atau lebih muda dari sebenarnya karena sangat tergantung dari jadwal hari buka Posyandu


(40)

Kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam pemantauan pertumbuhan dapat mengakibatkan terjadinya kesalahan interpretasi status pertumbuhan anak dan kesalahan plot pada KMS. Kesalahan interpretasi status pertumbuhan dapat menyebabkan kesalahan dalam memberikan intervensi kepada bayi atau balita tersebut.

Kemenkes RI (2011) menyebutkan bahwa pertumbuhan bayi dan balita dapat dipantau dengan menimbang berat badan anak setiap bulan. Hasil penimbangan balita diterjemahkan ke dalam KMS yang menghasilkan status pertumbuhan balita. Status pertumbuhan dapat diketahui dengan dua cara, yaitu dengan menilai garis pertumbuhannya atau dengan menghitung kenaikan berat badan anak dibandingkan dengan kenaikan Berat Badan Minimum (KBM). Kesimpulan dari penentuan status pertumbuhan anak adalah Naik (N) atau Tidak naik (T).

Berat badan bayi dan balita dapat dikatakan Naik (N) jika grafik berat badan memotong garis pertumbuhan di atasnya dan kenaikan berat badan lebih besar dari KBM atau grafik berat badan mengikuti garis pertumbuhannya dan kenaikan berat badan lebih besar dari KBM. Sedangkan berat badan dikatakan Tidak Naik (T) jika grafik berat badan memotong garis pertumbuhan di bawahnya dan kenaikan berat badan lebih kecil dari KBM atau jika grafik berat badan mendatar dan kenaikan berat badan lebih kecil dari KBM atau grafik berat badan menurun dan kenaikan grafik berat badan lebih kecil dari KBM. Kemudian dari penentuan status pertumbuhan tersebut dapat diberikan intervensi atau tindaklanjut agar masalah pertumbuhan dapat diatasi sejak dini.


(41)

Tindak lanjut terhadap status pertumbuhan dapat dilakukan dengan memberi dukungan kepada ibu yang berat badannya normal agar mempertahankan pola asuh yang baik tersebut untuk mempertahankan status kesehatan anak. Jika berat badan anak tidak naik satu kali maka kader memberikan makanan tambahan, konseling tentang pola asuh yang baik kemudian menunggu penimbangan pada bulan berikutnya. Jika pada bulan berikutnya anak tidak juga naik berat badannya atau berat badannya berada di bawah garis merah, maka kader sebaiknya merujuk anak tersebuut ke Puskesmas (Kemenkes, 2011).

Menurut Depkes RI (2006) data yang tersedia di Posyandu dapat dibagi menjadi dua kelompok sesuai dengan fungsinya, yaitu: kelompok data yang dapat digunakan untuk pemantauan pertumbuhan balita, baik untuk penilaian keadaan pertumbuhan individu (N, T, atau BGM), dan penilaian keadaan pertumbuhan balita di suatu wilayah (N/D). Kelompok data yang digunakan untuk tujuan pengelolaan program atau kegiatan di Posyandu (D/S dan K/S).

Hasil penelitian Jaya et al. (2010) menyebutkan bahwa pengetahuan dan keterampilan kader dalam pemantauan pertumbuhan mempunyai hubungan dengan cakupan hasil penimbangan balita (N/D) di Kabupaten Lombok Barat, namun tidak ada hubungan antara keterampilan dengan balita yang berat badannya berada di Bawah Garis Merah (BGM) berdasarkan balita yang ditimbang pada bulan tersebut (BGM/D). Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan berat badan balita ternyata juga tidak terlepas dari pengetahuan dan keterampilan kader dalam memantau pertumbuhan bayi dan balita di Posyandu.


(42)

2.5 Landasan Teori

Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini merupakan modifikasi dari teori Sutermeister (1978) dalam Sugiyono (2008) tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja seseorang. Sutermeister menyebutkan bahwa produktivitas seseorang tidak terlepas dari penampilan kerja atau yang biasa disebut dengan kinerja serta didukung oleh perkembangan teknologi. Tanpa adanya teknologi maka produktivitas kerja seseorang tidak akan terwujud. Penampilan kerja juga dipengaruhi oleh kemampuan dan motivasi kerja. Kemampuan kerja sangat ditentukan oleh pengetahuan dan keterampilan seseorang dalam bekerja. Pengetahuan dan keterampilan ini dipengaruhi pula oleh latihan dan pengalaman, pendidikan, sikan dan kepribadian individu tersebut sedangkan motivasi kerja dipengaruhi oleh kondisi sosial, kebutuhan individu (psikologis, sosial, dan sebagainya), maupun kondisi fisik tempat kerja (cahaya, temperatur, ventilasi, waktu istirahat, tata ruang dan sebagainya).

Kader yang pengetahuannya baik diharapkan juga memiliki keterampilan yang baik agar tercipta suatu kemampuan dalam melaksanakan tugasnya untuk memantau pertumbuhan bayi dan balita melalui Posyandu. Kegiatan pemantauan pertumbuhan yang dilakukan oleh kader merupakan suatu upaya untuk mencegah terjadinya gizi kurang maupun gizi buruk secara dini sehingga penanganannya akan lebih efektif dan produktivitas Posyandu terwujud secara optimal. Adapun kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut ini.


(43)

Gambar 2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas

Sumber: Sugiyono (2008)

Berdasarkan kerangka teori diatas, maka dapat disimpulkan bahwa produktivitas kerja kader dapat pula mewujudkan produktivitas, efektivitas dan efisiensi Posyandu dalam melayani masyarakat. Salah satu factor yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja kader adalah kemampuannya dalam melaksanakan tugas. Kemampuan tersebut dapat ditingkatkan melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan kader dalam memantau pertumbuhan bayi dan balita di Posyandu.

Keterampilan Pengetahuan

Kepribadian Sikap Pendidikan

Latihan, pengalaman

kerja

Kemampuan

Motivasi Kerja

Perkembangan Teknologi

Penampilan Kerja

Kondisi fisik tempat kerja Kebutuhan Individu Kondisi Sosial

Produktivitas Individu

-Produktivitas Organisasi -Efektivitas -Efisiensi -Kelangsungan hidup


(44)

2.6 Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori pada gambar 2.1 di atas, maka kerangka konsep pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut:

Gambar 2.2 Gambaran pengetahuan dan keterampilan kader dalam pemantauan pertumbuhan bayi dan balita

Keterangan:

: Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti

Jadi, penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pengetahuan kader tentang tugasnya dalam pemantauan pertumbuhan bayi dan balita serta sejauh mana kader tersebut melaksanakan tugas tersebut di Posyandu. Pelaksanaan tugas ini nantinya ditetapkan sebagai indikator untuk mengukur keterampilan kader. Jika kader tersebut pengetahuannya baik dan dapat menerapkan pengetahuaannya itu kedalam bentuk tindakan yang mencerminkan keterampilan yang baik pula, maka kader tersebut dapat dikatakan mempunyai kemampuan dalam memantau pertumbuhan bayi dan balita. Selain itu, peneliti juga bermaksud untuk menganalisis hubungan pengetahuan dengan keterampilan kader dalam pemantauan pertumbuhan bayi dan balita di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang.

Pengetahuan kader tentang pemantauan pertumbuhan

bayi dan balita

Keterampilan kader dalam memantau pertumbuhan

bayi dan balita

Kemampuan kader dalam memantau pertumbuhan


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat (Arikunto, 2009). Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dimana pengumpulan data sekaligus pada suatu saat, artinya pengukuran variabel bebas dan variabel terikat dilakukan pada waktu yang bersamaan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Posyandu yang ada di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang. Puskesmas ini beralamat di Jalan Binjai Km 7,2 Kelurahan Lalang, Kecamatan Medan Sunggal dengan wilayah kerja yang terdiri dari 2 kelurahan, yaitu Kelurahan Lalang dan Kelurahan Sei Sikambing B. Posyandu di Kelurahan Lalang merupakan binaan Puskesmas Desa Lalang sedangkan Posyandu di Kelurahan Sei Sikambing B merupakan binaan Puskesmas Pembantu Balam yang berada di Jalan Balam.

Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa Puskesmas Desa Lalang merupakan salah satu Puskesmas di Kota Medan yang kasus gizi kurangnya meningkat pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012, yaitu sebesar 52% dan jumlah kasus gizi buruknya tidak mengalami perubahan. Terdapat 30 kasus pada tahun 2012 yang terdiri dari 25 gizi kurang dan 5 gizi buruk sedangkan pada tahun 2013 adalah 43 kasus yang terdiri dari 38 gizi kurang dan 5 gizi buruk.


(46)

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2014.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh kader posyandu yang ada di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang, yaitu sebanyak 155 kader yang tersebar pada 31 Posyandu. Sebaran Posyandu yang ada di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang yaitu sebanyak 12 unit Posyandu di Kelurahan Lalang dan 19 unit Posyandu di Kelurahan Sei Sikambing B.

3.3.2 Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini ditetapkan berdasarkan rumus Slovin dalam Amirin (2011), yaitu:

Keterangan :

N : besar populasi yang diketahui n : besar sampel

e : tingkat kesalahan yang dapat ditolerir (10%)

Perhitungan besar sampel: n =

n =

n = N


(47)

n =

n = 60,7 n = 61

Jumlah Posyandu yang ada di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang adalah 31 unit, berarti dari setiap Posyandu dapat diambil 2 orang kader sebagai sampel. Oleh karena itu, jumlah sampel digenapkan menjadi 62 orang kader. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dimana kader yang dipilih adalah mereka yang bertugas pada kegiatan penimbangan dan pengisian KMS saat penyelenggaraan Posyandu. Kriteria ini ditetapkan karena kegiatan tersebut mendominasi keberhasilan kegiatan pemantauan pertumbuhan bayi dan balita di Posyandu.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan adalah wawancara terstruktur dengan menggunakan kuesioner dan observasi terhadap kegiatan yang dilakukan kader di Posyandu berdasarkan pedoman observasi. Jenis data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.

3.4.1 Data Primer

Data primer tentang pengetahuan kader diperoleh melalui wawancara terstruktur dengan kuesioner, sedangkan keterampilan kader diperoleh melalui observasi terhadap kegiatan kader dalam pemantauan pertumbuhan bayi dan balita.


(48)

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Profil Puskesmas Desa Lalang tahun 2013 tentang gambaran umum lokasi penelitian, jumlah kasus gizi kurang dan gizi buruk, jumlah posyandu dan kader yang ada di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang.

3.5 Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data adalah alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data sehingga lebih mudah diolah. Jenis alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan lembar observasi.

a. Kuesioner A

Kuesioner ini terkait dengan identitas responden yang terdiri dari nomor dan nama responden, nama posyandu, umur, pekerjaan kader, pendidikan kader, dan lama menjadi kader.

b. Kuesioner B

Kuesioner ini terdiri dari 15 pertanyaan dalam bentuk pilihan ganda untuk mengukur pengetahuan kader posyandu dalam melaksanakan pemantauan pertumbuhan bayi dan balita.

c. Lembar Observasi

Lembar observasi ini digunakan untuk mengukur keterampilan kader dalam melakukan pemantauan pertumbuhan bayi dan balita yang terdiri dari 20 pertanyaan.

3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas

Kelayakan dalam menggunakan instrumen yang akan dipakai untuk penelitian diperlukan uji validitas dan reliabilitas. Kuesioner yang menjadi alat ukur pada


(49)

penelitian ini seharusnya dapat mengukur apa yang akan diukur. Uji validitas diperlukan untuk mengetahui apakah instrumen penelitian (kuesioner) yang dipakai cukup layak digunakan sehingga mampu menghasilkan data yang akurat dengan cara melakukan korelasi antar skor variabel atau item dengan skor total variabel (Corrected Item Total Correlation), dengan ketentuan bila r hitung > r tabel maka dinyatakan valid dan bila r hitung < r tabel maka dinyatakan tidak valid (r tabel= 0,444 pada taraf signifikansi 5%, df=18).

Uji reliabilitas terhadap kuesioner bertujuan untuk melihat konsistensi jawaban. Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Sugiyono (2008) menyatakan bahwa suatu instrumen dikatakan reliable atau konsisten jika digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data atau jawaban yang sama, dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Uji reliabilitas dilakukan setelah semua data dinyatakan valid dengan menggunakan metode Cronbach’s Alpha. Ketentuannya adalah jika nilai r Alpha > r tabel maka dinyatakan reliable dan ika nilai r Alpha < r tabel maka dinyatakan tidak reliabel (r tabel = 0,60).

Tabel 3.1 menunjukkan semua nilai Corrected Item-Total Correlation lebih besar dari nilai r tabel, yaitu 0,444. Artinya seluruh pertanyaan yang digunakan untuk mengukur variabel pengetahuan adalah valid. Sedangkan nilai Cronbach’s Alpha yang lebih dari 0,60 menunjukkan bahwa pertanyaan yang ada pada kuesioner pengetahuan adalah reliabel. Jadi, semua pertanyaan yang ada pada kuesioner pengetahuan ini sudah valid dan reliabel sehingga dapat dikatakan layak untuk dijadikan instrumen penelitian.


(50)

Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Pengetahuan Kader Pengetahuan n Corrected

Item-Total Correlation Hasil Uji

Cronbach’s

Alpha Hasil Uji

1 20 0,795 Valid 0,955 Reliabel

2 20 0,795 Valid 0,955 Reliabel

3 20 0,795 Valid 0,955 Reliabel

4 20 0,801 Valid 0,955 Reliabel

5 20 0,688 Valid 0,957 Reliabel

6 20 0,600 Valid 0,959 Reliabel

7 20 0,492 Valid 0,961 Reliabel

8 20 0,872 Valid 0,953 Reliabel

9 20 0,758 Valid 0,956 Reliabel

10 20 0,872 Valid 0,953 Reliabel

11 20 0,715 Valid 0,957 Reliabel

12 20 0,758 Valid 0,956 Reliabel

13 20 0,872 Valid 0,953 Reliabel

14 20 0,801 Valid 0,955 Reliabel

15 20 0,836 Valid 0,954 Reliabel

Tabel 3.2 di bawah ini menunjukkan menunjukkan semua nilai Corrected Item-Total Correlation lebih besar dari nilai r tabel, yaitu 0,444. Artinya seluruh pertanyaan yang digunakan untuk mengukur variabel keterampilan adalah valid. Sedangkan nilai Cronbach’s Alpha yang lebih dari 0,60 menunjukkan bahwa pertanyaan yang ada pada lembar observasi keterampilan adalah reliabel. Jadi, semua pertanyaan yang ada pada lembar observasi keterampilan ini sudah valid dan reliabel sehingga dapat dikatakan layak untuk dijadikan instrumen penelitian.


(51)

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Lembar Observasi Keterampilan Kader Keterampilan n Corrected

Item-Total Correlation Hasil Uji

Cronbach’s

Alpha Hasil Uji

1 20 0,777 Valid 0,960 Reliabel

2 20 0,823 Valid 0,959 Reliabel

3 20 0,795 Valid 0,959 Reliabel

4 20 0,791 Valid 0,960 Reliabel

5 20 0,886 Valid 0,958 Reliabel

6 20 0,746 Valid 0,960 Reliabel

7 20 0,840 Valid 0,958 Reliabel

8 20 0,742 Valid 0,960 Reliabel

9 20 0,699 Valid 0,961 Reliabel

10 20 0,823 Valid 0,959 Reliabel

11 20 0,754 Valid 0,960 Reliabel

12 20 0,823 Valid 0,959 Reliabel

13 20 0,778 Valid 0,960 Reliabel

14 20 0,653 Valid 0,962 Reliabel

15 20 0,771 Valid 0,960 Reliabel

3.7 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.7.1 Variabel Penelitian

Variabel yang diteliti terdiri dari variabel bebas dan variable terikat. Variabel bebas yaitu pengetahuan kader, sedangkan variabel terikatnya adalah keterampilan kader dalam melakukan pemantauan pertumbuhan bayi dan balita.

3.7.2 Definisi Operasional

Adapun definisi operasional untuk penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kader Posyandu adalah orang yang bertugas untuk melakukan pendaftaran,

penimbangan, pengisian KMS, dan penyuluhan di Posyandu.

2. Pengetahuan kader adalah pemahaman kader tentang tugas-tugasnya dalam melaksanakan pemantauan pertumbuhan bayi dan balita di Posyandu.


(52)

3. Keterampilan kader adalah kemampuan kader dalam melaksanakan tugasnya di Posyandu meliputi pendaftaran, penimbangan, pencatatan dan penyuluhan dengan benar.

3.8 Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengetahuan

Pengetahuan diukur menggunakan alat ukur Kuesioner B dengan pertanyaan dalam bentuk pilihan ganda sebanyak 15 pertanyaan. Berdasarkan skala Guttman (Sugiyono, 2008), setiap jawaban yang benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor nol sehingga dari total 15 pertanyaan didapatkan skor tertinggi yaitu 15 dan skor terendah yaitu nol. Skala data variabel ini adalah ordinal. Berdasarkan jumlah skor yang diperoleh, maka pengetahuan dikategorikan sebagai berikut (Arikunto, 2009):

- Baik, apabila skor yang dicapai > 66,6%, yaitu > 10.

- Cukup, apabila skor yang dicapai 33,3% - 66,6%, yaitu 5 – 10. - Kurang, apabila skor yang dicapai <33,3%, yaitu < 5.

Namun untuk keperluan analisis kategori pengetahuan dibagi menjadi 2, yaitu baik dan kurang baik. Kader yang pengetahuannya cukup dan kurang digabungkan menjadi satu, artinya kader yang pengetahuannya cukup diasumsikan menjadi pengetahuan kurang baik.


(53)

2. Keterampilan Kader

Keterampilan kader diukur dengan menggunakan Lembar Observasi yang terdiri dari 15 pernyataan. Jika responden melakukan tugasnya dengan benar, maka diberi nilai 1 sedangkan jika reponden tidak melakukan tugasnya dengan benar, maka diberi nilai nol. Bardasarkan penilaian tersebut, maka skor tertinggi adalah 15 dan skor terendah adalah nol. Skala data variabel ini adalah ordinal. Berdasarkan jumlah skor yang diperoleh, maka keterampilan dikategorikan sebagai berikut (DepKes RI, 2003 dalam Hamariyana, 2011):

- Terampil, apabila kader melaksanakan tugasnya dengan benar dengan skor ≥ 80%, yaitu ≥ 12.

- Kurang terampil, apabila kader tidak melaksanakan tugasnya dengan benar dengan skor < 80%, yaitu < 12.

3. 9 Metode Pengolahan dan Analisis Data 3.9.1 Metode Pengolahan Data

Setelah kuesioner dan lembar observasi diisi maka dapat dilakukan pengolahan data dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Editing, yaitu meneliti kembali apakah pertanyaan dalam lembar kuesioner sudah ditanyakan semua atau belum. Editing dilakukan di tempat pengumpulan data sehingga jika ada kekurangan data dapat segera dikonfirmasi kepada responden.

b. Coding, yaitu mengklasifikasikan jawaban-jawaban yang ada menurut macamnya. Klasifikasi dilakukan dengan jalan menandai masing-masing


(54)

jawaban dengan kode berupa angka kemudian dimasukkan dalam lembaran tabel kerja guna mempermudah pembacaan.

c. Tabulating, yaitu langkah memasukkan data-data hasil penelitian ke dalam tabel-tabel sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.

d. Entery data yaitu proses memasukkan data dalam kategori tertentu untuk dilakukan analisis data dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS.

e. Cleaning, yaitu memeriksa kembali data yang sudah dientry apakah ada kesalahan atau tidak, atau membuang data yang sudah tidak dipakai.

3.9.2 Analisis Data

Gambaran pengetahuan dan keterampilan kader dalam pemantauan pertumbuhan bayi dan balita dianalisis dengan menggunakan distribusi frekuensi. Sedangkan untuk menganalisis hubungan pengetahuan dengan keterampilan kader dalam pemantauan pertumbuhan bayi dan balita dilakukan dengan uji Chi-Square pada taraf kepercayaan 95% (p<0,05). Jika hasil analisis statistik diperoleh p<0,05 berarti Ho ditolak atau dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan keterampilan kader dalam pemantauan pertumbuhan bayi dan balita.


(55)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1Letak Geografis

Puskesmas Desa Lalang merupakan salah satu Puskesmas yang menjadi pusat pembangunan, pembinaan dan pelayanan kesehatan. Puskesmas ini didirikan sejak tahun 1980 dan memberikan pelayanan kesehatan untuk dua kelurahan, yaitu Kelurahan Lalang (199 Ha) dan Kelurahan Sei Sikambing B (30,4 Ha).

Puskesmas Desa Lalang terletak di Jalan Binjai km 7,5 Kelurahan Lalang Kecamatan Medan Sunggal dengan letak geografissebagai berikut :

a. Sebelah Utara : Kelurahan Cinta Damai b. Sebelah Selatan : Kelurahan Sei Sikambing B c. Sebelah Barat : Kelurahan Lalang

d. Sebelah Timur : Kelurahan Simpang Tanjung

4.1.2Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal disajikan dalam Tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 4.1 Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Tahun 2013

No Jenis Kelamin Jumlah

n %

1. Laki-laki 21.408 50,82

2. Perempuan 20.712 49,18

Jumlah 42.120 100,00

Sumber : Pencatatan dan pelaporan Puskesmas Desa Lalang Tahun 2014


(1)

Keterampilan Kader

Terampil >80%

Kurang

Terampil <80%

Total

Lama menjadi Kader

(tahun)

Tidak lama <5

tahun

9

27

36

Lama >5 tahun

12

14

26

Total 62 100.0 100.0

PK_12

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 16 25.8 25.8 25.8

Benar 46 74.2 74.2 100.0

Total 62 100.0 100.0

PK_13

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 19 30.6 30.6 30.6

Benar 43 69.4 69.4 100.0

Total 62 100.0 100.0

PK_14

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(2)

Benar 48 77.4 77.4 100.0

Total 62 100.0 100.0

PK_15

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 20 32.3 32.3 32.3

Benar 42 67.7 67.7 100.0

Total 62 100.0 100.0

KETERAMPILAN

KK_01

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 10 16.1 16.1 16.1

Ya 52 83.9 83.9 100.0

Total 62 100.0 100.0

KK_02

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 10 16.1 16.1 16.1

Ya 52 83.9 83.9 100.0

Total 62 100.0 100.0


(3)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 15 24.2 24.2 24.2

Ya 47 75.8 75.8 100.0

Total 62 100.0 100.0

KK_04

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 46 74.2 74.2

Ya 16 25.8 25.8 100.0

Total 62 100.0 100.0

KK_05

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 13 21.0 21.0 21.0

Ya 49 79.0 79.0 100.0

Total 62 100.0 100.0

KK_06

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 4 6.5 6.5 6.5

Ya 58 93.5 93.5 100.0


(4)

KK_07

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 14 22.6 22.6 22.6

Ya 48 77.4 77.4 100.0

Total 62 100.0 100.0

KK_08

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 11 17.7 17.7 17.7

Ya 51 82.3 82.3 100.0

Total 62 100.0 100.0

KK_09

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 12 19.4 19.4 19.4

Ya 50 80.6 80.6 100.0

Total 62 100.0 100.0

KK_10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(5)

Ya 24 38.7 38.7 100.0

Total 62 100.0 100.0

KK_11

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 48 77.4 77.4 77.4

Ya 14 22.6 22.6 100.0

Total 62 100.0 100.0

KK_12

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 46 74.2 74.2 74.2

Ya 16 25.8 25.8 100.0

Total 62 100.0 100.0

KK_13

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 23 37.1 37.1 37.1

Ya 39 62.9 62.9 100.0

Total 62 100.0 100.0


(6)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 30 48. 4 48.4 48.4

Ya 32 51.6 51.6 100.0

Total 62 100.0 100.0

KK_15

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 17 27.4 27.4 27.4

Ya 45 72.6 72.6 100.0


Dokumen yang terkait

Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Kepentingan Imunisasi Pada Bayi Dan Balita

1 100 109

PEMBERDAYAAN KADER DENGAN MENINGKATKAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN KADER DALAM PELAYANAN POSBINDU Pemberdayaan Kader dengan Meningkatkan Pengetahuan dan Keterampilan Kader di Wilayah Kerja Puskesmas Bayat.

0 3 15

PEMBERDAYAAN KADER DENGAN MENINGKATKAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN KADER DALAM PELAYANAN POSBINDU DI WILAYAH Pemberdayaan Kader dengan Meningkatkan Pengetahuan dan Keterampilan Kader di Wilayah Kerja Puskesmas Bayat.

0 2 17

Pengaruh Pelatihan terhadap Pengetahuan dan Keterampilan Kader dalam Menilai Pertumbuhan Balita di Puskesmas Peureulak Kabupaten Aceh Timur Tahun 2014

0 0 16

Pengaruh Pelatihan terhadap Pengetahuan dan Keterampilan Kader dalam Menilai Pertumbuhan Balita di Puskesmas Peureulak Kabupaten Aceh Timur Tahun 2014

0 0 2

Pengaruh Pelatihan terhadap Pengetahuan dan Keterampilan Kader dalam Menilai Pertumbuhan Balita di Puskesmas Peureulak Kabupaten Aceh Timur Tahun 2014

0 0 8

Pengaruh Pelatihan terhadap Pengetahuan dan Keterampilan Kader dalam Menilai Pertumbuhan Balita di Puskesmas Peureulak Kabupaten Aceh Timur Tahun 2014

0 0 20

Gambaran Pengetahuan Dan Keterampilan Kader Dalam Pemantauan Pertumbuhan Bayi Dan Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Tahun 2014

0 0 25

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Gambaran Pengetahuan Dan Keterampilan Kader Dalam Pemantauan Pertumbuhan Bayi Dan Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Tahun 2014

0 0 7

Gambaran Pengetahuan Dan Keterampilan Kader Dalam Pemantauan Pertumbuhan Bayi Dan Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Tahun 2014

0 0 13