Latar Belakang PENDAHULUAN Persepsi Dosen Keperawatan Tentang Pelaksanaan Osca Di Universitas Muhammadiyah Surakarta.

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Evaluasi program sarjana merupakan komponen utama dalam menilai kemampuan peserta didik pada pendidikan tinggi ilmu keperawatan. Pengujian klinik lapangan merupakan peran kunci dalam menilai kompetensi mahasiswa ilmu keperawatan. Lulus dari ujian merupakan keharusan dan sebagai standar sejauh mana kompetensi sudah dicapai oleh mahasiswa Nursalam Efendi, 2008. Oleh karena itu, evaluasi pada performa klinik perlu disusun dengan baik, berkelanjutan, dan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menampilkan kemampuan professional yang optimal. Untuk membentuk kemampuan yang profesional dibutuhkan suatu sistem evaluasi. Sehingga kompetensi yang harus dicapai setiap tahap dapat terpenuhi. Metode evaluasi klinik lapangan terdiri dari evaluasi tertulis, observasi, wawancara, dan salah satunya adalah penerapan OSCE OSCA Nursalam Efendi, 2008. Objective Structured Clinical Examination atau Original OSCE diperkenalkan pertama kali oleh Dr. RM Harden dari Dundee University di Inggris pada tahun 1975 Yihua et all., 2011; Peeraer et all., 2008; Furlong, 2008. OSCE yaitu jenis metode komprehensif yang digunakan mahasiswa kedokteran untuk mengevaluasi pengetahuan, sikap, Yihua et all., 2011, dan ketrampilan di situasi simulasi klinis Yihua et al., 2011; Rush et all., 2014. Uji ini dilakukan melalui berbagai stasi pemeriksaan, setiap mahasiswa diberikan waktu lima menit untuk menyelesaikan tugas pemeriksaan disetiap stasi itu secara bergantian Rush et all, 2014. OSCEOSCA juga diadopsi oleh berbagai institusi pendidikan seperti Keperawatan Oranye et all., 2012; Eswi et all., 2013; Rush et all., 2014; East et all., 2014, Kebidanan Duke et all., 2015, Farmasi Deborah, 2010, dan Kedokteran Gigi Baharin, 2011; Zaric et all., 2015. OSCAs telah digunakan untuk menilai mahasiswa kedokteran sejak pertengahan tahun 1970-an dan telah menjadi alat populer untuk menilai kompetensi klinis antara perawat dalam dua dekade terakhir Rush et all, 2014. Universitas Muhammadiyah Surakarta merupakan institusi pendidikan tinggi swasta yang menyelenggarakan pendidikan formal untuk sarjana dan diploma diantaranya fakultas ilmu kesehatan, fakultas tersebut sudah melaksanakan metode OSCA. Dalam pelaksaan OSCA tersebut dosen sangatlah berperan penting dalam mengevaluasi hasil belajar yang berfungsi untuk mengukur pencapaian kompetensi suatu pendidikan. Evaluasi kompetensi harus mencakup penilaian formatif dan sumatif untuk menilai tahap peningkatan individu. Berdasarkan Panduan Akademik UMS tahun 2015, penilaian tiap mata kuliah dilakukan untuk menilai kemampuan kognitif, psikomotor dan afektif. Uji tulis untuk menilai aspek kognitif sedangkan ujian OSCAdilakukan untuk menilai aspek psikomotor, afektif dan professional behaviour dengan menggunakan checklist penilaian. Ujian skills lab dilakukan dengan Objective Structured Clinical Assessment OSCA. OSCA Komprehensif dilakukan di Mini Hospital Laboratorium Keperawatan dengan probandus Standardized patient yang berpura-pura sebagai pasien untuk membantu proses berlangsungnya ujian dan dosen sebagai penguji. Keberhasilan sebuah ujian termasuk OSCA tidak terlepas dari komponen-komponen yang mempengaruhi. Komponen-komponen utama dalam ujian OSCA adalah mahasiswa, fasilitator, Standardized patient dan dosen sebagai penguji McCoy Merrick, 2001. Satu dengan yang lainya tidak bisa terpisahkan dan saling mempengaruhi. Selain sebagai penguji atau exeminer dosen juga mempunya peran yang penting dalam sebuah ujian ketrampilan klinik diantaranya adalah sebagai role model, fasilitator, motivator, manajer, konselor, researcher dan yang tidak kalah penting adalah peran dosen sebagai evaluator dimana dosen mengevaluasi performa mahasiwa dengan memberikan feedback, serta sebagai evaluator dalam ujian sumatif Hays, 2009. Berdasarkan pengalaman penulis dalam pelaksanaan OSCA yang dialami selama bangku perkuliahan yaitu peran dosen sebagai penguji dalam ujian OSCA sangat penting bagi mahasiswa untuk memperoleh keterampilan keperawatan yang sudah diajarkan selama perkuliahan berlangsung. Dalam proses ujian OSCA, ketika ujian berlangsung memakan waktu yang relatif lama karena dalam pelaksaan ujian OSCA, satu dosen penguji harus berhadapan secara langsung melakukan penilaian terhadap satu mahasiswa yang melakukan ujian dengan durasi waktu yang relatif lama yaitu 30 menit sehingga berdampak pada hasil dari mahasiswa itu sendiri, ada yang lulus dan ada yang tidak lulus. Hasil tersebut digunakan untuk indikator dalam praktek klinis yaitu mahasiswa yang lulus diharapkan dapat praktek klinik dengan baik sedangkan yang belum lulus diberi kesempatan untuk remidial hingga lulus. Menurut penelitian yang dilakukan Musiana dan Hussein 2015 persepsi mahasiswa terhadap perencanaan pembelajaran sebagian besar dalam kategori tidak baik 50,2, terhadap pelaksanaan pembelajaran laboratorium oleh instruktur sebagian besar baik 62,6, terhadap metode pembelajaran baik 61,1, dan terhadap sarana dan prasarana laboratorium sebagian besar baik 54,7. Sedangkan persepsi dosen masih banyak didapatkan mahasiswa yang kurang terampil dan tidak memahami prinsip atau critical point prosedur keterampilan. Padahal persepsi dosen terhadap OSCA di butuhkan untuk mengetahui gambaran peran dosen sebagai penguji dalam proses pembelajaran OSCA yang dapat meningkatkan kompetensi dari mahasiswa kesehatan dalam memahami praktik pelayanan kesehatan dan dapat membentuk mahasiswa yang dapat memahami tugas serta wewenangnya masing-masing sesuai profesinya Musiana dan Hussein, 2015. Pada kenyataannya masih ada beberapa mahasiswa yang kurang terampil dan tidak memahami prinsip atau critical point prosedur keterampilan padahal seharusnya keterampilan tersebut sudah mereka kuasai dengan baik karena sudah melalui proses bimbingan di laboratorium dan juga sudah melaksanakan praktik klinik di rumah sakit, beberapa mahasiswa bahkan harus diulang kembali proses ujiannya remedial di laboratorium kampus. Sedangkan masalah dari dosen penguji sendiri adalah kurangnya koordinasi antar dosen penguji dan tidak adanya arahan setiap team sebelum ujian OSCA dilaksanakan menyebabkan ujian menjadi berjalan tidak maksimal.

B. Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

PERSEPSI DOSEN KEPERAWATAN TENTANG PELAKSANAAN OSCA DI UNIVERSITAS Persepsi Dosen Keperawatan Tentang Pelaksanaan Osca Di Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 4 15

PERSEPSI DOSEN KEPERAWATAN TENTANG PELAKSANAAN OSCA DI UNIVERSITAS Persepsi Dosen Keperawatan Tentang Pelaksanaan Osca Di Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 5 16

DAFTAR PUSTAKA Persepsi Dosen Keperawatan Tentang Pelaksanaan Osca Di Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 2 5

GAMBARAN TINGKAT KEPUASAN MAHASISWA S1 KEPERAWATAN TERHADAP PELAKSANAAN OSCA DI UNIVERSITAS Gambaran Tingkat Kepuasan Mahasiswa S1 Keperawatan Terhadap Pelaksanaan Osca Di Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 10 24

GAMBARAN TINGKAT KEPUASAN MAHASISWA S1 KEPERAWATAN TERHADAP PELAKSANAAN OSCA DI UNIVERSITAS Gambaran Tingkat Kepuasan Mahasiswa S1 Keperawatan Terhadap Pelaksanaan Osca Di Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 4 14

PENDAHULUAN Gambaran Tingkat Kepuasan Mahasiswa S1 Keperawatan Terhadap Pelaksanaan Osca Di Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 5 8

PENILAIAN MAHASISWA KEPERAWATAN TENTANG STANDARDIZED PATIENT DALAM UJIAN OSCA DI UNIVERSITAS Penilaian Mahasiswa Keperawatan Tentang Standardized Patient Dalam Ujian OSCA Di Universitas Muhammadiyah Surakarta.

1 5 12

PENDAHULUAN Penilaian Mahasiswa Keperawatan Tentang Standardized Patient Dalam Ujian OSCA Di Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 3 9

PENDAHULUAN Persepsi Mahasiswa Keperawatan Dalam Menjalani Osca Komprehensif Di Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 5 8

PENDAHULUAN Persepsi Dosen Tentang Interprofesional Education (Ipe) Di Universitas Muhammadiyah Surakarta.

1 2 10