PERSEPSI DOSEN KEPERAWATAN TENTANG PELAKSANAAN OSCA DI UNIVERSITAS Persepsi Dosen Keperawatan Tentang Pelaksanaan Osca Di Universitas Muhammadiyah Surakarta.
PERSEPSI DOSEN KEPERAWATAN TENTANG
PELAKSANAAN OSCA DI UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Oleh :
YUDHA ARNANDA DWIDAYANTO J210151040
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
(2)
HALAMAN PERSETUJUAN
PERSEPSI DOSEN KEPERAWATAN TENTANG
PELAKSANAAN OSCA DI UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SURAKARTA
PUBLIKASI ILMIYAH
Oleh:
Yudha Arnanda Dwidayanto J210151040
Telah diperiksa dan disetujui oleh:
Dosen Pembimbing
(3)
(4)
PERNYATAAN
Dengan ini, saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang sepengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila ternyata kelak dikemudian hari terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya diatas, maka saya bertanggung jawab sepenuhnya.
Surakarta, 20 Maret 2017
(5)
PERSEPSI DOSEN KEPERAWATAN TENTANG PELAKSANAAN OSCA DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Abstrak
Latar belakang: Objective structured clinical assessment (OSCA) dilakukan untuk menilai kompetensi dan keterampilan klinis mahasiswa secara objektif dan terstruktur. Keberhasilan pelaksanaan OSCA salah satunya dipengaruhi oleh kemampuan penguji dalam pelaksanaan ujian OSCA hal ini dikarenakan persepsi dosen keperawatan yang positif dapat meningkatkan kompetensi dari mahasiswa kesehatan dalam memahami praktik klinik di rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan persepsi dosen keperawatan tentang pelaksanaan OSCA. Metode: Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif. Populasi penelitian adalah dosen jurusan keperawatan yang pernah menjadi Penguji OSCA di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Sample penelitian sebanyak 24 dosen yang diperoleh dengan teknik total populasi. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang dibuat peneliti yang sudah diuji sehingga valid dan reliable, sedangkan analisis data menggunakan analisis univariat. Hasil penelitian: persepsi dosen keperawatan pada komponen sistem penilaian adalah positif (92%), pada komponen feedback pelaksanaan prosedur OSCA adalah positif (96%), pada komponen standardized patient adalah positif (88%), pada komponen proses OSCA adalah positif (100%), dan pada komponen lain dalam OSCA dalah positif (96%). Kesimpulan:
Persepsi dosen keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta tentang pelaksanaan OSCA sebagian besar adalah positif, baik pada komponen sistem penilaian, feedback pelaksanaan prosedur OSCA, Standardized Patient, proses OSCA, dan komponen lain dalam OSCA.
Keywords: Dosen, Persepsi, OSCA, OSCE, Keperawatan, Implementasi
Abstract
Background: Objective structured clinical assessment (OSCA) is performed to assess clinical competency and skills of students in an objective and structured. The Success implementation of OSCA is influenced by the ability of examiner in the OSCA, this is because the positive perception of nursing faculty to upgrade the competence of medical students in understanding the clinical practice in hospitals. The purpose of his study to describe the perception of lecturers on objective structured assessment clinikal (OSCA).
Methods: This study was a quantitative with descriptive method. The study population is a lecturer of nursing who had been examiner OSCA at Muhammadiyah University of Surakarta. The sample are 24 lecturers obtained by total sampling technique. Collecting data using questionnaires, while data analysis using descriptive test. Collecting data using a questionnaire designed by researchers who have tested so that valid and reliable, while the data were analyzed using univariate analysis. Result: Results from this study is the perception of nursing faculty to system components is positive ratings (92%), the implementation of procedures OSCA feedback component is positive (96%), on standardized of patient components was positive (88%), Reviewed OSCA process component is positive (100%), and the other components in the OSCA is positive (96%).
Conclusion: perception of nursing faculty Muhammadiyah University of Surakarta on the implementation OSCA is largely positive, both in the assessment system components, feedback OSCA implementation procedures, Standardized Patient, OSCA process, and other components in the OSCA.
(6)
PENDAHULUAN
Evaluasi program sarjana merupakan komponen utama dalam menilai kemampuan peserta didik pada pendidikan tinggi ilmu keperawatan. Pengujian klinik lapangan merupakan peran kunci dalam menilai kompetensi mahasiswa ilmu keperawatan. Lulus dari ujian merupakan keharusan dan sebagai standar sejauh mana kompetensi sudah dicapai oleh mahasiswa (Nursalam & Efendi, 2008).
Oleh karena itu, evaluasi pada performa klinik perlu disusun dengan baik, berkelanjutan, dan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menampilkan kemampuan professional yang optimal. Untuk membentuk kemampuan yang profesional dibutuhkan suatu sistem evaluasi. Sehingga kompetensi yang harus dicapai setiap tahap dapat terpenuhi. Metode evaluasi klinik lapangan terdiri dari evaluasi tertulis, observasi, wawancara, dan salah satunya adalah penerapan OSCE / OSCA (Nursalam & Efendi, 2008).
Objective Structured Clinical Examination atau Original OSCE diperkenalkan pertama kali oleh Dr. RM Harden dari Dundee University di Inggris pada tahun 1975 (Yihua et all., 2011; Peeraer et all., 2008; Furlong, 2008). OSCE yaitu jenis metode komprehensif yang digunakan mahasiswa kedokteran untuk mengevaluasi pengetahuan, sikap, (Yihua et all., 2011), dan ketrampilan di situasi simulasi klinis (Yihua et al., 2011; Rush et all., 2014). Uji ini dilakukan melalui berbagai stasi pemeriksaan, setiap mahasiswa diberikan waktu lima menit untuk menyelesaikan tugas pemeriksaan disetiap stasi itu secara bergantian (Rush et all, 2014).
OSCE/OSCA juga diadopsi oleh berbagai institusi pendidikan seperti Keperawatan (Oranye et all., 2012; Eswi et all., 2013; Rush et all., 2014; East et all., 2014), Kebidanan (Duke et all., 2015), Farmasi (Deborah, 2010), dan Kedokteran Gigi (Baharin, 2011; Zaric et all., 2015). OSCAs telah digunakan untuk menilai mahasiswa kedokteran sejak pertengahan tahun 1970-an dan telah menjadi alat populer untuk menilai kompetensi klinis antara perawat dalam dua dekade terakhir (Rush et all, 2014).
Universitas Muhammadiyah Surakarta merupakan institusi pendidikan tinggi swasta yang menyelenggarakan pendidikan formal untuk sarjana dan diploma diantaranya fakultas ilmu kesehatan, fakultas tersebut sudah melaksanakan metode OSCA. Dalam pelaksaan OSCA tersebut dosen sangatlah berperan penting dalam mengevaluasi hasil belajar yang berfungsi untuk mengukur pencapaian kompetensi suatu pendidikan. Evaluasi kompetensi harus mencakup penilaian formatif dan sumatif untuk menilai tahap peningkatan individu. Berdasarkan Panduan Akademik UMS tahun 2015, penilaian tiap mata kuliah dilakukan untuk menilai kemampuan kognitif, psikomotor dan afektif. Uji tulis untuk menilai aspek kognitif sedangkan ujian OSCA dilakukan untuk menilai aspek psikomotor,
(7)
afektif dan professional behaviour dengan menggunakan checklist penilaian. Ujian skills lab dilakukan dengan Objective Structured Clinical Assessment (OSCA).
OSCA Komprehensif dilakukan di Mini Hospital (Laboratorium Keperawatan) dengan probandus (Standardized patient) yang berpura-pura sebagai pasien untuk membantu proses berlangsungnya ujian dan dosen sebagai penguji. Keberhasilan sebuah ujian termasuk OSCA tidak terlepas dari komponen-komponen yang mempengaruhi. Komponen-komponen utama dalam ujian OSCA adalah mahasiswa, fasilitator, Standardized patient dan dosen sebagai penguji (McCoy & Merrick, 2001). Satu dengan yang lainya tidak bisa terpisahkan dan saling mempengaruhi. Selain sebagai penguji atau exeminer dosen juga mempunya peran yang penting dalam sebuah ujian ketrampilan klinik diantaranya adalah sebagai role model, fasilitator, motivator, manajer, konselor,
researcher dan yang tidak kalah penting adalah peran dosen sebagai evaluator dimana dosen mengevaluasi performa mahasiwa dengan memberikan feedback, serta sebagai evaluator dalam ujian sumatif (Hays, 2009).
Berdasarkan pengalaman penulis dalam pelaksanaan OSCA yang dialami selama bangku perkuliahan yaitu peran dosen sebagai penguji dalam ujian OSCA sangat penting bagi mahasiswa untuk memperoleh keterampilan keperawatan yang sudah diajarkan selama perkuliahan berlangsung. Dalam proses ujian OSCA, ketika ujian berlangsung memakan waktu yang relatif lama karena dalam pelaksaan ujian OSCA, satu dosen penguji harus berhadapan secara langsung melakukan penilaian terhadap satu mahasiswa yang melakukan ujian dengan durasi waktu yang relatif lama yaitu 30 menit sehingga berdampak pada hasil dari mahasiswa itu sendiri, ada yang lulus dan ada yang tidak lulus. Hasil tersebut digunakan untuk indikator dalam praktek klinis yaitu mahasiswa yang lulus diharapkan dapat praktek klinik dengan baik sedangkan yang belum lulus diberi kesempatan untuk remidial hingga lulus.
Menurut penelitian yang dilakukan Musiana dan Hussein (2015) persepsi mahasiswa terhadap perencanaan pembelajaran sebagian besar dalam kategori tidak baik (50,2%), terhadap pelaksanaan pembelajaran laboratorium oleh instruktur sebagian besar baik (62,6%), terhadap metode pembelajaran baik (61,1%), dan terhadap sarana dan prasarana laboratorium sebagian besar baik (54,7%). Sedangkan persepsi dosen masih banyak didapatkan mahasiswa yang kurang terampil dan tidak memahami prinsip atau critical point prosedur keterampilan. Padahal persepsi dosen terhadap OSCA di butuhkan untuk mengetahui gambaran peran dosen sebagai penguji dalam proses pembelajaran OSCA yang dapat meningkatkan kompetensi dari mahasiswa kesehatan dalam memahami praktik pelayanan kesehatan dan dapat membentuk mahasiswa yang dapat memahami tugas serta wewenangnya masing-masing sesuai profesinya (Musiana dan Hussein, 2015). Pada
(8)
kenyataannya masih ada beberapa mahasiswa yang kurang terampil dan tidak memahami prinsip atau
critical point prosedur keterampilan padahal seharusnya keterampilan tersebut sudah mereka kuasai dengan baik karena sudah melalui proses bimbingan di laboratorium dan juga sudah melaksanakan praktik klinik di rumah sakit, beberapa mahasiswa bahkan harus diulang kembali proses ujiannya (remedial) di laboratorium kampus. Sedangkan masalah dari dosen penguji sendiri adalah kurangnya koordinasi antar dosen penguji dan tidak adanya arahan setiap team sebelum ujian OSCA dilaksanakan menyebabkan ujian menjadi berjalan tidak maksimal.
Berdasarkan masalah diatas, peneliti merumuskan pertanyaan penelitian yaitu: “Bagaimanakah
Persepsi Dosen Keperawatan tentang Pelaksanaan OSCA di Universitas Muhammadiyah Surakarta?”. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan persepsi dosen keperawatan tentang pelaksanaan objective structured clinical assessment (OSCA).
METODEPENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yaitu membuat gambaran tentang keadaan secara objectif tentang satu variabel. Cross sectional penelitian yang dilakukan pada waktu tertentu dengan satu fokus (Susila & Suyanto, 2015).
Populasi yang diteliti ialah dosen jurusan keperawatan yang pernah menjadi penguji OSCA yang berjumlah 24 orang yang terdata tahun 2016 di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Penelitian ini menggunakan teknik total sampling, dimana semua populasi yang berjumlah 24 orang dijadikan sebagai responden.
HASILPENELITIANDANPEMBAHASAN 3.1Hasil Penelitian
3.1.1 Karakteristik Responden
Tabel 1 Karakteristik Responden (N=24)
No Karakteristik Frekuensi Persentase (%) 1. Jenis kelamin
a. Perempuan b. Laki-laki 15 9 63 37 2. Masa kerja
a. 0-3 tahun b. 4-5 tahun c. > 5 tahun
5 4 15 21 17 62 3. Pendidikan
a. S1 b. S2 c. S3 1 21 2 4 88 8
(9)
3.1.2 Persepsi Dosen tentang Sistem Penilaian OSCA
Tabel 2 Persepsi Dosen tentang Sistem Penilaian OSCA
Nilai Statistik Kategori
Minimum Maksimum Mean Standar Deviasi Positif (%) Negatif (%) 7,00 15,00 12,38 1,69 92 8 Nilai statistik komponen sistem penilaian diperoleh skor minimal 7, skor maksimal 15, rata-rata 12,38 dan standar deviasi 1,69. Sedangkan persentase komponen format penilaian dalam prosedur ujian OSCA menunjukkan hasil tertinggi adalah positif yaitu (92%) dan negative (8%).
3.1.3 Persepsi Dosen tentang Feedback Pelaksanaan Prosedur OSCA
Tabel 3 Persepsi Dosen tentang Feedback Pelaksanaan Prosedur OSCA
Nilai Statistik Kategori
Minimum Maksimum Mean Standar Deviasi Positif (%) Negatif (%) 5,00 10,00 8,33 1,58 96 4 Nilai statistik komponen feedback pelaksanaan prosedur OSCA diperoleh skor minimal 5, skor maksimal 10, rata-rata 8,33 dan standar deviasi 1,58.
Selanjutnya persentase persepsi dosen tentang feedback pelaksanaan prosedur OSCA menunjukkan nilai tertinggi adalah positif yaitu (96%) dan negative (4%).
3.1.4 Persepsi Dosen tentang Standardized Patient dalam OSCA
Tabel 4 Persepsi Dosen tentang Standardized Patient dalam OSCA
Nilai Statistik Kategori
Minimum Maksimum Mean Standar Deviasi Positif (%) Negatif (%) 9,00 15,00 12,17 1,43 88 12 Nilai statistik komponen Standardized Patient dalam OSCA diperoleh skor minimal 9,00, skor maksimal 15,00, rata-rata 12,17, dan standar deviasi 1,43.
Selanjutnya persentase persepsi dosen tentang Standardized Patient dalam OSCA menunjukkan nilai tertinggi adalah positif (88%) dan negatif (12%).
3.1.5 Persepsi Dosen tentang Proses OSCA
Tabel 5 Persepsi Dosen tentang Proses OSCA
Nilai Statistik Kategori
Minimum Maksimum Mean Standar Deviasi Positif (%) Negatif (%) 30,00 32,00 26,00 2,98 100 0
Nilai statistik komponen proses OSCA diperoleh skor minimal 30, skor maksiml 32, rata-rata 26,00 dan standar deviasi 2,98.
Selanjutnya persentase persepsi dosen tentang proses OSCA menunjukkan semua responden memiliki persepsi positif (100%).
(10)
3.1.6 Persepsi Dosen tentang Komponen lain dalam OSCA
Tabel 6 Persepsi Dosen tentang Komponen lain dalam OSCA
Nilai Statistik Kategori
Minimum Maksimum Mean Standar Deviasi Positif (%) Negatif (%) 20,00 42,00 34,17 6,16 96 4 Nilai statistik komponen lain dalam OSCA diperoleh skor minimal 20, skor maksiml 42, rata-rata 34,17 dan standar deviasi 6,16.
Selanjutnya persentase persepsi dosen tentang komponen lain dalam OSCA menunjukkan persentase tertinggi adalah positif yaitu sebanyak (96%) dan negative (4%).
3.2Pembahasan
Persepsi dosen Keperawatan tentang Pelaksanaan OSCA menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki persepsi positif. Persepsi sebagian besar responden tentang program OSCA yang positif tersebut sebagaimana disimpulkan dalam penelitian Yuniawan, dkk (2015) yang meneliti persepsi dan kesiapan dosen terhadap pembelajaran interprofesional. Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar dosen dalam penelitian yaitu 84,9% memiliki persepsi yang baik terhadap pembelajaran interprofesional. Selanjutnya persepsi dosen tentang OSCA berdasarkan komponen persepsi adalah sebagai berikut.
3.2.1 Persepsi Dosen tentang Sistem Penilaian dalam Pelaksanaan OSCA
Persepsi dosen tentang Sistem Penilaian dalam Pelaksanaan OSCA menunjukkan nilai tertinggi adalah positif. Berdasarkan hasil analisis, maka persepsi dosen tentang sistem penilaian yang mereka lakukan kepada mahasiswa pada pelaksanaan OSCA adalah baik.
Pengujian kemampuan klinis mahasiswa keperawatan dengan ujian OSCA dilakukan dengan metode evaluasi yang merujuk pada satu stasion dalam waktu 30 menit, 30 menit terdiri dari persiapan alat, dan melakukan prosedur tindakan serta di akhiri dengan dokumentasi. Pada mulanya mahasiswa akan dihadapkan dengan soal kasus, kemudian mahasiswa menentukan tindakan yang akan dilakukan. OSCA ini hanya menguji satu sampai dua prasat saja (Smee, 2013).
Keberhasilan pelaksanaan ujian OSCA salah satunya ditentukan oleh kemampuan para dosen dalam menguji mahasiswa keperawatan. Kinerja dosen dalam menguji mahasiswa keperawatan dalam ujian tersebut berdampak tingkat akurasi dan presisi kemampuan klinis mahasiswa keperawatan yang sebenarnya.
Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kinerja dosen adalah persepsi dosen terhadap tindakan yang dilakukannya. Persepsi didefinisikan sebagai proses dimana individu mengorganisasikan dan menginterpretasikan impresinya supaya dapat memberikan arti pada
(11)
lingkungan sekitarnya. Individu menggunakan panca indra untuk mengenal lingkungan yaitu melalui pandangan, pendengaran, pengecapan dan pembauan. Persepsi membantu individu dalam memilih, mengatur, menyimpan dan mengintepretasikan rangsangan menjadi gambaran dunia yang utuh dan berarti (Stephen & Timothy, 2008).
Cara seorang pekerja melihat keadaan sering mempunyai arti yang lebih banyak untuk mengerti perilaku dari pada keadaan itu sendiri. Persepsi berperan dalam penerimaan rangsangan, mengaturnya dan menterjemahkan atau mengintepretasikan rangsangan yang sudah teratur itu untuk mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap
3.2.2 Persepsi Dosen tentang Feedback Pelaksanaan Prosedur OSCA
Persepsi dosen tentang Feedback Pelaksanaan Prosedur OSCA menunjukkan nilai tertinggi adalah positif. Komponen feedback merupakan bagaimana dosen menilai perilaku mereka dalam memberikan umpan balik pada saat OSCA maupun sesudah pelaksanaan OSCA adalah baik.
Pelaksanaan OSCA dilakukan dengan disusunnya suatu scenario yang mengharuskan mahasiswa terlibat dalam interaksi penggunaan instrument keperawatan atau berkomunikasi dengan pasien. Pelaksanaan OSCA dosen berperan sebagai penyusun skenario sekaligus sebagai pengawas agar pelaksanaan OSCA berjalan sesuai dengan scenario dan tujuan yang ingin dicapai.
Pemberian feedback dalam pelaksanaan OSCA membantu mahasiswa agar mereka mampu melaksanakan OSCA dengan lebih baik. Pentingnya feedback dosen dalam pelaksanaan OSCA sebagaimana dikemukakan oleh Alinier (2003) yang mengemukakan bahwa pemberian feedback oleh dosen pembimbing bermanfaat agar mahasiswa dapat memahami letak kesalahan yang dilakukan serta dapat segera memperbaiki tindakan keperawatan yang dilakukan pada saat OSCA.
Kemampuan dosen dalam memberikan feedback dipengaruhi oleh pengalaman dan kompentensi dosen dalam penggunaan objek uji. Hal ini sebagaimana ditunjukkan dalam penelitian Bryne and Smyth (2007) yang meneliti pengalaman dan persepsi dosen dalam penggunaan obyek uji dalam uji klinis. Penelitian ini menunjukkan bahwa ujian OSCEs direkomendasikan untuk meningkatkan kemampuan klinis perawat. Dosen penguji harus memiliki kompentensi yang mencukupi dalam melakukan pengujian, dimana salah satu faktor yang berhubungan dengan kompentensi dosen dalam menguji OSCEs adalah pengalaman dan persepsi dosen tentang obyek uji OSCEs.
3.2.3 Persepsi Dosen tentang Standardized Patient dalam OSCA
Persepsi Dosen tentang Standardized Patient dalam OSCA menunjukkan nilai tertinggi adalah positif. Keberadaan Standardized Patient dalam pelaksanaan ujian OSCA sangat penting, karena salah satu
(12)
tujuan OSCA adalah mengkondisikan dan memperkenalkan mahasiswa dengan situasi nyata sebagaimana yang terjadi di rumah sakit.
Pelaksanaan ujian OSCA salah satu tujuannya adalah mahasiswa dapat merasakan situasi dan kondisi yang nyata sebagaimana ketika menghadapi pasien di rumah sakit. Hal ini sebagaimana
dikemukakan oleh Marion, et al (2005) dalam artikelnya tentang “The Objective Structured Clinical
Examination (OSCE): Optimising its value in the undergraduate nursing curriculum” yang
menyebutkan bahwa tujuan pelaksanaan ujian OSCA adalah untuk meningkatkan kemampuan psikomotor skill yang dipadukan dengan pemahaman pengetahuan dan aplikasi tentang tindakan keperawatan. Upaya untuk mengkondisikan agar pelaksanaan ujian OSCA dapat merepresentasikan keadaan yang nyata di rumah sakit, maka diperlukan Standardized Patient atau probandus yang dapat menghayati perannya sehingga skenario yang disusun dalam ujian OSCA dapat berjalan dengan baik, tetapi masih ada beberapa Standardized Patient atau Probandus yang kurang menghayati perannya, hal ini perlu dilakukan briefing atau penjelasan lebih lanjut terhadap kasus yang akan diperankan oleh Standardized Patient atau Probandus agar dalam ujian OSCA dapat berjalan lebih baik lagi.
3.2.4 Persepsi Dosen tentang Proses OSCA
Persepsi dosen tentang Proses OSCA menunjukkan nilai tertinggi adalah positif. Persepsi Dosen tentang Proses OSCA adalah penilaian dosen terhadap proses ujian OSCA dari awal hingga akhir. Persepsi Dosen tentang Proses OSCA berhubungan dengan motivasi dosen dalam melaksanakan ujian OSCA.
Individu menggunakan panca indra untuk mengenal lingkungan yaitu melalui pandangan, pendengaran, pengecapan dan pembauan. Persepsi membantu individu dalam memilih, mengatur, menyimpan dan mengintepretasikan rangsangan menjadi gambaran dunia yang utuh dan berarti. Cara seorang pekerja melihat keadaan sering mempunyai arti yang lebih banyak untuk mengerti perilaku dari pada keadaan itu sendiri. Persepsi berperan dalam penerimaan rangsangan, mengaturnya dan menterjemahkan atau mengintepretasikan rangsangan yang sudah teratur itu untuk mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap (Stephen & Timothy, 2008).
Penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi dosen tentang prosedur OSCA ditinjau dari komponen prosedur OSCA sebagian besar adalah positif. Hal ini sesuai dengan penelitian dari Allinier
(2005) yang meneliti Nursing Students’ And Lecturers’ Perspectives Of OSCE, Incorporating Simulation yang menyimpulkan bahwa persepsi dosen tentang pelaksanaan ujian OSCE adalah positif.
(13)
3.2.5 Persepsi Dosen tentang Komponen lain dalam OSCA
Persepsi dosen tentang Komponen lain dalam OSCA menunjukkan nilai tertinggi adalah positif. Persepsi dosen tentang komponen OSCA adalah bagaimana dosen menilai materi-materi yang diujikan dalam program OSCA telah sesuai dengan ketentuan dan mampu memberikan manfaat bagi mahasiswa.
Program OSCA merupakan salah satu upaya untuk mengukur kemampuan klinis mahasiswa keperawatan. Peningkatan kemampuan klinis mahasiswa keperawatan terus dilakukan seiring dengan tuntutan pelayanan kesehatan yang berkualitas semakin meningkat seiring meningkatnya kesadaran masyarakat entang kesehatan. Davis (2008) menyatakan kunci dari pelayanan kesehatan yang bermutu dengan biaya yang efisien adalah dengan meningkatkan kemampuan klinis tenaga kesehatan.
Pengujian kemampuan klinis mahasiswa keperawatan dengan ujian OSCA dilakukan dengan metode evaluasi yang merujuk pada satu atau dua stasion dalam waktu 30 menit, 30 menit terdiri dari persiapan alat, dan melakukan prosedur tindakan serta di akhiri dengan dokumentasi. Pada mulanya mahasiswa akan dihadapkan dengan soal kasus, kemudian mahasiswa menentukan tindakan yang akan dilakukan. OSCA ini hanya menguji satu sampai dua prasat saja.
Komponen OSCA dalam meliputi panitia ujian, koordinator ujian, daftar chek list keterampilan, perilaku dan sikap yang dinilai, mahasiswa (nara uji/examinee), penguji, tempat ujian, stasion ujian, alokasi waktu antara stasion, simulasi pasien, time keeper, time clock and time signal,
contingency plans, assessment of performance of the OSCE, dan SOP ujian (Mc Coy and Merrick, 2001). Pemahaman dosen tentang komponen OSCA berhubungan dengan persepsi dosen terhadap materi yang diujikan dalam OSCA.
Salah satu factor yang mempengaruhi kemampuan dosen dalam memahami materi OSCA adalah factor pendidikan dosen. Pendidikan seseorang berhubungan dengan kemampuan orang tersebut menginterpretasi suatu informasi dalam pengambilan keputusan. Semakin tinggi tingkat pengetahuan orang, maka kemampuannya mengambil keputusan sesuai situasi dan kondisi yang diinginkan semain meningkat (Agarwal et.al, 2010).
KESIMPULANDANSARAN 4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan penelitian sebagai berikut:
a. Karakteristik dosen keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta sebagian besar adalah perempuan dengan masa kerja lebih dari 5 tahun dan memiliki tingkat pendidikan magister atau
(14)
sarjana strata 2 (S2).
b. Persepsi dosen keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta tentang pelaksanaan OSCA sebagian besar adalah positif, baik pada komponen sistem penilaian, feedback pelaksanaan prosedur OSCA, Standardized Patient, proses OSCA, dan komponen lain dalam OSCA.
4.2 Saran
a. Bagi Institusi Pendidikan
Institusi pendidikan khususnya jajaran pimpinan di jurusan Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta hendaknya melakukan evaluasi secara rutin terhadap persepsi dosen keperawatan. Usaha ini penting dilakukan untuk mengetahui tingkat persepsi dosen dalam OSCA dan pembelajaran secara umum, sehingga apabila terjadi penurunan persepsi dosen segera diketahui dan dapat dilakukan langkah-langkah untuk memperbaikinya.
b. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya yang ingin meneliti dengan tema yang sama hendaknya meningkatkan jumlah sampel penelitian dengan melibatkan dosen-dosen keperawatan dari beberapa institusi pendidikan keperawatan yang ada di Surakarta, sehingga gambaran persepsi dosen keperawatan tentang OSCA semakin general. Peneliti selanjutnya juga perlu untuk melakukukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi dosen keperawatan terhadap OSCA.
DAFTAR PUSTAKA
Alinier, G., Hunt, W.B., & Gordon, R. (2003). Nursing Students’ and Lecturers’ Perspectives of
Objective Structured Clinical Examination Incorporating Simulation. Elsevier, pp. 419 – 426 Allinier, G. (2005). Nursing Students’ And Lecturers’ Perspectives of OSCE, Incorporating
Simulation. Nursing Education Article. Department of Nursing & Paramedic Sciences University of Hertfordshire College Lane Hatfield
Baharin, S. (2012). Objective structured clinical examination (OSCE) in operativedentistry course – its implementation and improvement. Procedia – Social and Behavioral Sciences, 60, 259-265. Davis, Keith & John W. Newstorm. (2008). Jilid 1-2 Perilaku dalam Organisasi. Jakarta: PT. Erlangga Deborah, A.S. (2010). Objective structured clinical examination in doctor of pharmacy programs in
the United States. American Journal of Pharmaceutical Education, 8, 74 – 148.
Duke at all, E.U., Nsemo, A.D., Mary, M., Alasia, O., Easter, C., Osuchukwu., Chigozie, A., Nkwonta., Mary, O., Olajide, M. (2015). Influence of age on perception of midwives and their performance in objective structured clinical examination (OSCE) in Nigeria. Journal of Education and Training Stusdies, 5, 216-224.
East, Leah. (2014). Evaluating Objective Structured Clinical Assessment (OSCA) in undergraduate nursing. Jurnal of Nurse Education in Practice. 14, 461-46
(15)
nursing student’s perspective. American Journal of Research Communication, 1, 143-162. Hays, R. (2009). Self-directed learning of clinical skill. Blackwell Publising: Me education
Marion, LM, Henderson A, Grove M, Dalton M, and Nulty D. (2005) The Objective Structured Clinical Examination (OSCE): Optimising its Value in the Undergraduate Nursing Curriculum.
Article Nursing Education. a School of Nursing & Midwifery, Logan, Logan campus, Griffith University, Meadowbrook, Queensland, 4131, Australia.
McCoy, J.A., & Merrick, H.W. (2001). The Objective structured clinical examination.
Musiana dan Hussein, Ratna Dewi. (2015). Persepsi Mahasiswa Terhadap Pembelajaran Praktik Laboratorium Di Jurusan Keperawatan Tanjungkarang.
Nursalam & Effendi, Ferry. (2008). Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Oranye, N.O. (2012). Assessing nursing clinical skills competence through objective structured
clinical examination (OSCE) for open Distance Learning Students in Open University Malaysia.
Contemporary Nurse, 41, 233-241.
Peraturan Penilaian Belajar Mahasiswa Tahun 2015
Robbins, Stephen P dan Timothy A. Judge. (2008). Perilaku Organisasi Edisi ke-12. Jakarta: Salemba Empat
Rush, S., Ann Ooms., Di Marks-Maran., & Terry Firth. (2014). Students’ perseptions of practice assesment in the skills laboratory: An evaluation study of OSCAs with immediate feedback. Nurse Education in Practice, 14, 627-634.
Susila & Suyanto. (2015). Metodologi Penelitian Cross Sectional. Klaten: Boss Script
Yihua, D., Ke Yu., Li Xiaohong., Wang Feng., & Wang Tingting. (2011). Brief analysis of application of objective structured clinical examination (OSCE) in graduation exams of clinical medical students. Published by Canadian Center of Science and Education, 92, 475 – 478.
Zaric, S., & Belfield, L.A. (2015). Objective structured clinical examination (OSCE) with immediate feedback in early (preclinical) stages of the dental curriculum. Creative Education, 6, 585-59
(1)
3.1.6 Persepsi Dosen tentang Komponen lain dalam OSCA
Tabel 6 Persepsi Dosen tentang Komponen lain dalam OSCA
Nilai Statistik Kategori
Minimum Maksimum Mean Standar Deviasi Positif (%) Negatif (%)
20,00 42,00 34,17 6,16 96 4
Nilai statistik komponen lain dalam OSCA diperoleh skor minimal 20, skor maksiml 42, rata-rata 34,17 dan standar deviasi 6,16.
Selanjutnya persentase persepsi dosen tentang komponen lain dalam OSCA menunjukkan persentase tertinggi adalah positif yaitu sebanyak (96%) dan negative (4%).
3.2Pembahasan
Persepsi dosen Keperawatan tentang Pelaksanaan OSCA menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki persepsi positif. Persepsi sebagian besar responden tentang program OSCA yang positif tersebut sebagaimana disimpulkan dalam penelitian Yuniawan, dkk (2015) yang meneliti persepsi dan kesiapan dosen terhadap pembelajaran interprofesional. Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar dosen dalam penelitian yaitu 84,9% memiliki persepsi yang baik terhadap pembelajaran interprofesional. Selanjutnya persepsi dosen tentang OSCA berdasarkan komponen persepsi adalah sebagai berikut.
3.2.1 Persepsi Dosen tentang Sistem Penilaian dalam Pelaksanaan OSCA
Persepsi dosen tentang Sistem Penilaian dalam Pelaksanaan OSCA menunjukkan nilai tertinggi adalah positif. Berdasarkan hasil analisis, maka persepsi dosen tentang sistem penilaian yang mereka lakukan kepada mahasiswa pada pelaksanaan OSCA adalah baik.
Pengujian kemampuan klinis mahasiswa keperawatan dengan ujian OSCA dilakukan dengan metode evaluasi yang merujuk pada satu stasion dalam waktu 30 menit, 30 menit terdiri dari persiapan alat, dan melakukan prosedur tindakan serta di akhiri dengan dokumentasi. Pada mulanya mahasiswa akan dihadapkan dengan soal kasus, kemudian mahasiswa menentukan tindakan yang akan dilakukan. OSCA ini hanya menguji satu sampai dua prasat saja (Smee, 2013).
Keberhasilan pelaksanaan ujian OSCA salah satunya ditentukan oleh kemampuan para dosen dalam menguji mahasiswa keperawatan. Kinerja dosen dalam menguji mahasiswa keperawatan dalam ujian tersebut berdampak tingkat akurasi dan presisi kemampuan klinis mahasiswa keperawatan yang sebenarnya.
Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kinerja dosen adalah persepsi dosen terhadap tindakan yang dilakukannya. Persepsi didefinisikan sebagai proses dimana individu mengorganisasikan dan menginterpretasikan impresinya supaya dapat memberikan arti pada
(2)
lingkungan sekitarnya. Individu menggunakan panca indra untuk mengenal lingkungan yaitu melalui pandangan, pendengaran, pengecapan dan pembauan. Persepsi membantu individu dalam memilih, mengatur, menyimpan dan mengintepretasikan rangsangan menjadi gambaran dunia yang utuh dan berarti (Stephen & Timothy, 2008).
Cara seorang pekerja melihat keadaan sering mempunyai arti yang lebih banyak untuk mengerti perilaku dari pada keadaan itu sendiri. Persepsi berperan dalam penerimaan rangsangan, mengaturnya dan menterjemahkan atau mengintepretasikan rangsangan yang sudah teratur itu untuk mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap
3.2.2 Persepsi Dosen tentang Feedback Pelaksanaan Prosedur OSCA
Persepsi dosen tentang Feedback Pelaksanaan Prosedur OSCA menunjukkan nilai tertinggi adalah positif. Komponen feedback merupakan bagaimana dosen menilai perilaku mereka dalam memberikan umpan balik pada saat OSCA maupun sesudah pelaksanaan OSCA adalah baik.
Pelaksanaan OSCA dilakukan dengan disusunnya suatu scenario yang mengharuskan mahasiswa terlibat dalam interaksi penggunaan instrument keperawatan atau berkomunikasi dengan pasien. Pelaksanaan OSCA dosen berperan sebagai penyusun skenario sekaligus sebagai pengawas agar pelaksanaan OSCA berjalan sesuai dengan scenario dan tujuan yang ingin dicapai.
Pemberian feedback dalam pelaksanaan OSCA membantu mahasiswa agar mereka mampu melaksanakan OSCA dengan lebih baik. Pentingnya feedback dosen dalam pelaksanaan OSCA sebagaimana dikemukakan oleh Alinier (2003) yang mengemukakan bahwa pemberian feedback oleh dosen pembimbing bermanfaat agar mahasiswa dapat memahami letak kesalahan yang dilakukan serta dapat segera memperbaiki tindakan keperawatan yang dilakukan pada saat OSCA.
Kemampuan dosen dalam memberikan feedback dipengaruhi oleh pengalaman dan kompentensi dosen dalam penggunaan objek uji. Hal ini sebagaimana ditunjukkan dalam penelitian Bryne and Smyth (2007) yang meneliti pengalaman dan persepsi dosen dalam penggunaan obyek uji dalam uji klinis. Penelitian ini menunjukkan bahwa ujian OSCEs direkomendasikan untuk meningkatkan kemampuan klinis perawat. Dosen penguji harus memiliki kompentensi yang mencukupi dalam melakukan pengujian, dimana salah satu faktor yang berhubungan dengan kompentensi dosen dalam menguji OSCEs adalah pengalaman dan persepsi dosen tentang obyek uji OSCEs.
3.2.3 Persepsi Dosen tentang Standardized Patient dalam OSCA
(3)
tujuan OSCA adalah mengkondisikan dan memperkenalkan mahasiswa dengan situasi nyata sebagaimana yang terjadi di rumah sakit.
Pelaksanaan ujian OSCA salah satu tujuannya adalah mahasiswa dapat merasakan situasi dan kondisi yang nyata sebagaimana ketika menghadapi pasien di rumah sakit. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Marion, et al (2005) dalam artikelnya tentang “The Objective Structured Clinical Examination (OSCE): Optimising its value in the undergraduate nursing curriculum” yang menyebutkan bahwa tujuan pelaksanaan ujian OSCA adalah untuk meningkatkan kemampuan psikomotor skill yang dipadukan dengan pemahaman pengetahuan dan aplikasi tentang tindakan keperawatan. Upaya untuk mengkondisikan agar pelaksanaan ujian OSCA dapat merepresentasikan keadaan yang nyata di rumah sakit, maka diperlukan Standardized Patient atau probandus yang dapat menghayati perannya sehingga skenario yang disusun dalam ujian OSCA dapat berjalan dengan baik, tetapi masih ada beberapa Standardized Patient atau Probandus yang kurang menghayati perannya, hal ini perlu dilakukan briefing atau penjelasan lebih lanjut terhadap kasus yang akan diperankan oleh Standardized Patient atau Probandus agar dalam ujian OSCA dapat berjalan lebih baik lagi.
3.2.4 Persepsi Dosen tentang Proses OSCA
Persepsi dosen tentang Proses OSCA menunjukkan nilai tertinggi adalah positif. Persepsi Dosen tentang Proses OSCA adalah penilaian dosen terhadap proses ujian OSCA dari awal hingga akhir. Persepsi Dosen tentang Proses OSCA berhubungan dengan motivasi dosen dalam melaksanakan ujian OSCA.
Individu menggunakan panca indra untuk mengenal lingkungan yaitu melalui pandangan, pendengaran, pengecapan dan pembauan. Persepsi membantu individu dalam memilih, mengatur, menyimpan dan mengintepretasikan rangsangan menjadi gambaran dunia yang utuh dan berarti. Cara seorang pekerja melihat keadaan sering mempunyai arti yang lebih banyak untuk mengerti perilaku dari pada keadaan itu sendiri. Persepsi berperan dalam penerimaan rangsangan, mengaturnya dan menterjemahkan atau mengintepretasikan rangsangan yang sudah teratur itu untuk mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap (Stephen & Timothy, 2008).
Penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi dosen tentang prosedur OSCA ditinjau dari komponen prosedur OSCA sebagian besar adalah positif. Hal ini sesuai dengan penelitian dari Allinier (2005) yang meneliti Nursing Students’ And Lecturers’ Perspectives Of OSCE, Incorporating Simulation yang menyimpulkan bahwa persepsi dosen tentang pelaksanaan ujian OSCE adalah positif.
(4)
3.2.5 Persepsi Dosen tentang Komponen lain dalam OSCA
Persepsi dosen tentang Komponen lain dalam OSCA menunjukkan nilai tertinggi adalah positif. Persepsi dosen tentang komponen OSCA adalah bagaimana dosen menilai materi-materi yang diujikan dalam program OSCA telah sesuai dengan ketentuan dan mampu memberikan manfaat bagi mahasiswa.
Program OSCA merupakan salah satu upaya untuk mengukur kemampuan klinis mahasiswa keperawatan. Peningkatan kemampuan klinis mahasiswa keperawatan terus dilakukan seiring dengan tuntutan pelayanan kesehatan yang berkualitas semakin meningkat seiring meningkatnya kesadaran masyarakat entang kesehatan. Davis (2008) menyatakan kunci dari pelayanan kesehatan yang bermutu dengan biaya yang efisien adalah dengan meningkatkan kemampuan klinis tenaga kesehatan.
Pengujian kemampuan klinis mahasiswa keperawatan dengan ujian OSCA dilakukan dengan metode evaluasi yang merujuk pada satu atau dua stasion dalam waktu 30 menit, 30 menit terdiri dari persiapan alat, dan melakukan prosedur tindakan serta di akhiri dengan dokumentasi. Pada mulanya mahasiswa akan dihadapkan dengan soal kasus, kemudian mahasiswa menentukan tindakan yang akan dilakukan. OSCA ini hanya menguji satu sampai dua prasat saja.
Komponen OSCA dalam meliputi panitia ujian, koordinator ujian, daftar chek list keterampilan, perilaku dan sikap yang dinilai, mahasiswa (nara uji/examinee), penguji, tempat ujian, stasion ujian, alokasi waktu antara stasion, simulasi pasien, time keeper, time clock and time signal, contingency plans, assessment of performance of the OSCE, dan SOP ujian (Mc Coy and Merrick, 2001). Pemahaman dosen tentang komponen OSCA berhubungan dengan persepsi dosen terhadap materi yang diujikan dalam OSCA.
Salah satu factor yang mempengaruhi kemampuan dosen dalam memahami materi OSCA adalah factor pendidikan dosen. Pendidikan seseorang berhubungan dengan kemampuan orang tersebut menginterpretasi suatu informasi dalam pengambilan keputusan. Semakin tinggi tingkat pengetahuan orang, maka kemampuannya mengambil keputusan sesuai situasi dan kondisi yang diinginkan semain meningkat (Agarwal et.al, 2010).
KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan penelitian sebagai berikut:
(5)
sarjana strata 2 (S2).
b. Persepsi dosen keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta tentang pelaksanaan OSCA sebagian besar adalah positif, baik pada komponen sistem penilaian, feedback pelaksanaan prosedur OSCA, Standardized Patient, proses OSCA, dan komponen lain dalam OSCA.
4.2 Saran
a. Bagi Institusi Pendidikan
Institusi pendidikan khususnya jajaran pimpinan di jurusan Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta hendaknya melakukan evaluasi secara rutin terhadap persepsi dosen keperawatan. Usaha ini penting dilakukan untuk mengetahui tingkat persepsi dosen dalam OSCA dan pembelajaran secara umum, sehingga apabila terjadi penurunan persepsi dosen segera diketahui dan dapat dilakukan langkah-langkah untuk memperbaikinya.
b. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya yang ingin meneliti dengan tema yang sama hendaknya meningkatkan jumlah sampel penelitian dengan melibatkan dosen-dosen keperawatan dari beberapa institusi pendidikan keperawatan yang ada di Surakarta, sehingga gambaran persepsi dosen keperawatan tentang OSCA semakin general. Peneliti selanjutnya juga perlu untuk melakukukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi dosen keperawatan terhadap OSCA.
DAFTAR PUSTAKA
Alinier, G., Hunt, W.B., & Gordon, R. (2003). Nursing Students’ and Lecturers’ Perspectives of Objective Structured Clinical Examination Incorporating Simulation. Elsevier, pp. 419 – 426 Allinier, G. (2005). Nursing Students’ And Lecturers’ Perspectives of OSCE, Incorporating
Simulation. Nursing Education Article. Department of Nursing & Paramedic Sciences University of Hertfordshire College Lane Hatfield
Baharin, S. (2012). Objective structured clinical examination (OSCE) in operativedentistry course – its implementation and improvement. Procedia – Social and Behavioral Sciences, 60, 259-265. Davis, Keith & John W. Newstorm. (2008). Jilid 1-2 Perilaku dalam Organisasi. Jakarta: PT. Erlangga Deborah, A.S. (2010). Objective structured clinical examination in doctor of pharmacy programs in
the United States. American Journal of Pharmaceutical Education, 8, 74 – 148.
Duke at all, E.U., Nsemo, A.D., Mary, M., Alasia, O., Easter, C., Osuchukwu., Chigozie, A., Nkwonta., Mary, O., Olajide, M. (2015). Influence of age on perception of midwives and their performance in objective structured clinical examination (OSCE) in Nigeria. Journal of Education and Training Stusdies, 5, 216-224.
East, Leah. (2014). Evaluating Objective Structured Clinical Assessment (OSCA) in undergraduate nursing. Jurnal of Nurse Education in Practice. 14, 461-46
(6)
nursing student’s perspective. American Journal of Research Communication, 1, 143-162. Hays, R. (2009). Self-directed learning of clinical skill. Blackwell Publising: Me education
Marion, LM, Henderson A, Grove M, Dalton M, and Nulty D. (2005) The Objective Structured Clinical Examination (OSCE): Optimising its Value in the Undergraduate Nursing Curriculum. Article Nursing Education. a School of Nursing & Midwifery, Logan, Logan campus, Griffith University, Meadowbrook, Queensland, 4131, Australia.
McCoy, J.A., & Merrick, H.W. (2001). The Objective structured clinical examination.
Musiana dan Hussein, Ratna Dewi. (2015). Persepsi Mahasiswa Terhadap Pembelajaran Praktik Laboratorium Di Jurusan Keperawatan Tanjungkarang.
Nursalam & Effendi, Ferry. (2008). Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Oranye, N.O. (2012). Assessing nursing clinical skills competence through objective structured
clinical examination (OSCE) for open Distance Learning Students in Open University Malaysia. Contemporary Nurse, 41, 233-241.
Peraturan Penilaian Belajar Mahasiswa Tahun 2015
Robbins, Stephen P dan Timothy A. Judge. (2008). Perilaku Organisasi Edisi ke-12. Jakarta: Salemba Empat
Rush, S., Ann Ooms., Di Marks-Maran., & Terry Firth. (2014). Students’ perseptions of practice assesment in the skills laboratory: An evaluation study of OSCAs with immediate feedback. Nurse Education in Practice, 14, 627-634.
Susila & Suyanto. (2015). Metodologi Penelitian Cross Sectional. Klaten: Boss Script
Yihua, D., Ke Yu., Li Xiaohong., Wang Feng., & Wang Tingting. (2011). Brief analysis of application of objective structured clinical examination (OSCE) in graduation exams of clinical medical students. Published by Canadian Center of Science and Education, 92, 475 – 478.
Zaric, S., & Belfield, L.A. (2015). Objective structured clinical examination (OSCE) with immediate feedback in early (preclinical) stages of the dental curriculum. Creative Education, 6, 585-59