Peran Komisi Pemilihan Umum Daerah Kota Yogyakarta Dalam Melakukan Sosialisasi Pemilihan Presiden Tahun 2014
Melakukan Sosialisasi Pemilihan Presiden Tahun 2014
Nama : M. Tri Martin Nim : 20120520126
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
(2)
i
Melakukan Sosialisasi Pemilihan Presiden Tahun 2014
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Stara Satu (S1) Pada Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh : Nama : M. Tri Martin
Nim : 20120520126
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
(3)
ii
sepanjang pengetahuan penulis, di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan oleh orang lain maupun pihak lain sebagai bentuk pengajuan untuk memperoleh gelar keserjanaan pada perguruan tinggi manapun.
Selanjutnya apabila nanti di kemudian hari terdapat publikasi oleh pihak lain yang merasa di rugikan dan menuntut penulis atas karya tulis ini, maka hal itu merupakan suatu hal yang berada diluar kesenjangan penulis dan untuk itu penulis akan mempertanggungjawabkan hasil karya tulis ini serta menerima segala resiko ataupun konsekuensi yang menyertainya.
Yogyakarta, 18 Desember 2016
M. Tri Martin NIM : 20120520126
(4)
(5)
iv Assalamuaialaikum Wr.Wb
Alhamdulillahirabbilalamin penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelasaikan penyusun skripsi ini yang berjudul “Peran Komisi Pemilihan Umum Daerah Kota Yogyakarta Dalam Melakukan Sosialisasi Pemilihan Presiden Pada Tahun 2014” Skripsi ini di susun sebagai syarat menyelesaikan program SI pada program studi Ilmu Pemerintahan, di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Tentunya ini bukan akhir dari studi yang telah dijalankan pada masa sekarang akan tetapi penulis yakin ini adalah awal dari tanggungjawab sebagai bagian dari peran akademisi sekaligus juga sebagai praktisi serta amanah cendikiawan muslim untuk terus memberikan kontribusi dan masukan dalam rangka membumikan Ilmu Pemerintahan. Inilah sebuah perjalanan dan perjuangan yang telah ditempuh” semuanya ini tentunya tak akan menjadi suatu kenyataan tanpa adanya uluran tangan dan kepedulian serta dorongan dari berbagai pihak untuk itu penulis perlu menyampaikan ucapan terimakasih :
1. Rasa puji dan syukur Allah SWT atas curahan segala nikmat, rahmat dan karunia yang tiada tara. Tak sanggup hamba ini dalam menyelesaikan skripsi ini tanpa adanya pertolongan dan petunjuk serta hidayahNya.
2. Shalawat serta salam dijunjungkan kepada Nabi Muhammad SAW yang membawa umat manusia dari jaman jahiliyah ke jaman pendidikan.
(6)
v
menyemangati anaknya sampai akhirnya mendapatkan gelar SI ini.
4. Kepada abang dan adik-adik ku ( Dwi Saputra, Gustiya Ulfah, Nur Yunita Sari, Najwa Hidayanti ) terimkasih atas dukungan kalian dan setiap pertanyaan kalian “abang kapan wisuda?” yang menjadikan semangat untuk terus mengerjakan skirpsi ini. Dan juga terimakasih untuk seluruh keluarga besar Alm Ma’as (kakek) dan keluarga besar Alm Husin (datuk) yang selalu memberikan auara positif dan aura penuh semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Terimakasih untuk teman-teman yang ikut serta membagi pikiran saran atau masukan dalam pembuatan skripsi ini ; Imam Syaukani fitrah, S.IP, Mila Wulandari, Hendri Van Hellen, dan Riky Prasetyo, S.IP berkat masukan dan saran kalian sedikit demi sedikit skripsi ini akhirnya terselesaikan.
6. Teman-teman yang pernah ikut nongkrong atau mengobrol untuk pembahasan skripsi ini terimakasih atas waktu kalian untuk mendengarkan curhatan dan keluhan dalam pembuatan skripsi ini.
7. Terimakasih untuk para penghuni kontrakan Pak Bos Taufik serta tamu-tamu yang datang untuk menghibur penulis ketika dalam keadaan stress, pusing dan galau dalam pengerjaan skripsi ini, dengan adanya kalian maka penulis merasakan kebahagiaan diatas kesulitan dalam proses mengerjakan skripsi ini.
Dengan segala keerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik, saran demi kesempurnaan skripsi ini.
(7)
vi
Yogyakarta, 18 Desember 2016
Penulis
(8)
vii
Alhamdulillahirabbil’alamin atas segala nikmat Iman, Islam, kesempatan, serta kekuatan yang telah diberikan Allah Subhanahuwata’ala sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beriring salam untuk tuntunan dan suri tauladan Rasulullah Shallallhu’awalaihiwasallam beserta keluarga dan sahabat beliau yang senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai Islam yang sampai saat ini dapat dinikamati oleh seluruh manusia di penjuru dunia.
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Peran Komisi Pemilihan Umum Daerah Kota Yogyakarta Dalam Melakukan Sosialisasi Pemilihan Presiden Tahun 2014”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Muhammadiyah Yogyakarta Jurusan Ilmu Pemerintahan. Maka dari itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak terkait :
1. Bapak Prof. Dr. Bambang Cipto, M.A., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Bapak Ali Muhammad, S.IP., M.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Ibu Dr.Titin Purwaningsih., S.IP., M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
(9)
viii
5. Bapak Eko Priyo Purnomo, Ph.D selaku dosen penguji I 6. Bapak Dr. Zuly Qodir M.Si selaku dosen pembimbing II
7. Seluruh anggota KPU yang telah bersedia menjadi informan demi kelengkapan skripsi ini.
8. Seluruh anggota Relawan Demokrasi yang telah bersedia menjadi informan demi kelengkapan skripsi ini.
9. Staf dan karyawan jurusan ilmu pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah banyak membantu dalam hal urusan administrasi dan keperluan lainnya
10.Semua pihak yang membantu penulisan skripsi ini baik langsung maupub tidak langsung,
Yogyakarta, 18 Desember 2016 Penulis
(10)
ix
HALAMAN PENGESAHAN ... HALAMAN PERNYATAAN ... HALAMAN MOTTO ... HALAMAN PERSEMBAHAN ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR BAGAN... DAFTAR GAMBAR ... SINOPSIS ...
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 10
C. Tujuandan Manfaat Penelitian ... 10
1. Tujuan Penelitian ... 10
2. Manfaat Penelitian ... 10
D. Kerangka Dasar Teori ... 10
1. KPU Umum dan KPU Daerah ... 10
1.1Pemilihan Umum ... 11
1.2Asas Pemilihan Umum ... 13
1.3Tujuan Pemilihan Umum ... 14
1.4Macam-macam Pemilihan Umum ... 14
2. Pengertian sosialisasi ... 15
2.1Sosialisasi Politik ... 16
(11)
x
2.6Kendala Sosialisasi Pemilihan Umum... 21
E. Definisi Konsepsional ... 24
F. Definisi Operasional ... 24
G. Metode Penelitian ... 35
BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN ... 30
A. Gambaran Umum Kota Yogyakarta ... 30
1. Kondisi Geografis Kota Yogyakarta ... 30
2. Kondisi Demografi Kota Yogyakarta ... 35
3. Kondisi Sosial Politik Kota Yogyakarta ... 37
B. Gambaran Umum Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Yogyakarta ... 38
1. Anggota KPU ... 38
2. Tugas dan Fungsi KPU Kabupaten/Kota ... 39
BAB III PEMBAHASAN ... 41
A. Peran KPUD Kota Yogyakarta dalam Pemilu Presiden tahun 2014 ... 41
1. Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan ... 41
2. Membentuk Agen-agen Relawan Demokrasi (Relasi) ... 45
a. Pemilih Pemula ... 46
b. Disabilitas atau Difable ... 50
c. Kaum Perempuan ... 57
d. Kaum Marjinal ... 61
B. Metode Sosialisasi Pemilu ... 65
1. Komunikasi ... 66
2. Komunikasi melalui media masa ... 69
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Sosialisasi ...76
a. Faktor Pendukung ... 76
(12)
xi
B. Saran ... 84
DAFTAR PUSTAKA ... 85 LAMPIRAN
(13)
xii
TABEL 1.2 Perbandingan Tingkat Partisipasi Masyarakat Pemilu 2009 dengan Pemilu 2014 ... TABEL 1.3 Perbandingan Tingkat Partisipasi Masyarakat Kota Yogyakarta dalam Pemilu 2009 dan 2014 ... TABEL 2.1 Luas Wilayah, Jumlah RT dan RW Mwnurut Kecamatan dan Kelurahan Kota
Yogyakarta 2011 ... TABEL 2.2 Kepadatan dan Pertumbuhan Penduduk Kota Yogyakarta Hasil sensus penduduk dan SUPAS 1971-2010 ... TABEL 2.3 Penduduk Menurut Kelompok Umuru dan Jenis Kelamin di Kota Yogyakarta ... TABEL 3.1 Akumulasi Total Jumlah Pemilih ... TABEL 3.2 Jumlah Pemilih DPT Kota Yogyakarta 2014 ... TABEL 3.3 Data Pemilu Kaum Difable ...
(14)
(15)
:
HALAMAII PENGESAHAN SKRIPSI
DenganJudul:
Peran Komisi Pemilihan Umum Daerah Kota Yogyakarta Dalam Melakukan $osialisasi Pemilihan Presiden Tahun 2014
Oleh:
PENGUII
I
Eko Priyo Purnomo, Ph.D Dr. ZulylQodir, M.Si
(16)
lepas dari fenomena kemajemukan yang ada di kota Yogyakarta dan dibentuknya relawan demokrasi (Relasi) yang mempermudah kinerja KPUD kota Yogyakarta. Hadirnya relawan demokrasi dikhususkan untuk mendorong partisipasi beberapa segmen pemilih melalui kegiatan sosialisasi dengan segmen pemilih strategi, yaitu pemilih pemula, kelompok agama, kelompok perempuan, penyandang disabilitas dan kelompok pinggiran. Bentuk segmentasi yang dibuat menunjukkan bahwa ada perhatian khusus yang diberikan oleh pihak penyelenggara pemilihan umum kepada kelompok-kelompok tersebut agar terlihat dalam kegiatan pemilihan umum.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif naturalistik - diskriptif dengan metode observasi, wawancara, wawancara mendalam (indept interview), dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model analisis Huberman dan Miles. Dengan demikian penelitian ini diharapkan mampu menjabarkan dan menganalisa tahapan-tahapn dari proses perencanaan, monitoring dan pelaksanaan sosialisasi pemilu presiden 2014.
Dalam pelaksanaan sosialisasi pemilu 2014 oleh KPUD kota Yogyakarta, mampu memberikan pemahaman yang baik kepada masyarakat dinilai sukses. Keberhasilan sosialisasi tersebut dapat dilihat dari beberapa aspek yakni penggunaan alat peraga simulasi (APS) yang digunakan oleh KPUD kota Yogyakarta untuk segenap elemen masyarakat dan dianugrahi penghargaan sebagai pelaksana pemilu terbaik di 2014. Metode dan inovasi penggunaan media massa yang dilakukan oleh KPUD dengan memanfaatkan videotron sebagai wahana sosialisasi juga menarik perhatian dan yang pertama yang dilakukan di Indonesia.
Adapun faktor pendukung dalam sosialisasi adalah: (1) jangkauan geografis; (2) kerjasama dengan organisasi masyarakat; (3) pemanfaatan media massa; (4) penggunaan APS dan (5) peran aktif KPUD dan Relasi. Sedangkan faktor penghambatnya adalah: (1) target sosialisasi; (2) faktor individualisme yang tinggi.
Saran yang dapat diberikan melalui penelitian ini antara lain: (1) perlunya memanfaatkan budaya sebagai wadah sosialisasi; (2) aktualisasi target sosialisasi; dan (3) intesitas pemberian sosialisasi
(17)
1
Demokrasi secara Etimologis berasal dari kata demos dan cratein yang mempunyai arti keadaan negara dimana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada di tangan rakyat. Sejarah demokrasi sendiri diawali oleh pidato Pericles di depan masyarakat Athena pada masa Yunani klasik sebelum masehi. Menurut Collier dan Levitsky (2007) demokrasi bisa diartikan sebagaimana menggunakan kekuasaan secara bijak sehingga mampu mencapai tatanan masyarakat yang berkeadilan, berprikemanusiaan, pluralitas kesamaan dalam kehidupan bernegara dan bersinergi dalam memanifestasikan seluruh potensi. Nilai-nilai demokrasi mengajarakan kepada kita bahwa dalam demokrasi perbedaan bukanlah sebuah aib, bukan awal perpecahan, bukan awal menjadi penyebab. Permusuhan yang di permasalahkan namun justru sebagai kekuatan dimana manusia diajarkan untuk menghormati dan saling menghargai (Collier dan Levitsky, 2007).
Menurut Undang-undang No 15 tahun 2011 tentang penyelenggaraan pemilihan umum, definisi Pemilihan Umum (pemilu) adalah “sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam negara kesatuan Republik Indonesia berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
Sesusai dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum, harus ada lembaga yang mengatur
(18)
dalam penyelenggara pemilihan umum dan lembaga tersebut adalah Komisi Pemilihan Umum (KPU). KPU adalah lembaga penyelenggara pemilu yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri. Yang bertugas melaksanakan pemilu KPU Provinsi dan KPU Kabupaten atau Kota adalah penyelenggara pemilu di Provinsi dan Kabupaten atau Kota. Wilayah kerja KPU meliputi seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. KPU menjalankan tugasnya secara berkesinambungan dalam menyelenggarakan pemilu. KPU bebas dari pengaruh pihak manapun yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas dan wewenangnya. KPU berkedudukan di Ibu Kota Negara Republik Indonesia, KPU Provinsi berkedudukan di ibu kota Provinsi, dan KPU Kabupaten atau Kota berkedudukan di ibu kota kabupaten atau kota (undang-undang nomor 15 tahun 2011).
Tanggungjawab KPU secara Yuridis formal adalah dalam hal Penyelenggaraan Pemilu. Akan tetapi apabila dimaknai secara mendalam sesungguhnya KPU mempunyai tanggung jawab moral yang lebih besar tidak saja dalam hal penyelenggaraan pemilu, tetapi juga dalam mewujudkan pemerintahan yang demokratis dalam rangka mencapai tujuan dan cita-cita nasional yakni masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur. Hal ini disebabkan karena pemilu adalah titik awal dan kunci strategis dalam mewujudkan pemerintahan yang pro rakyat sebagai pemilik Bangsa dan Negara. Keberhasilan KPU dalam melaksanakan pemilu jujur, adil, dan bersih akan ikut mendorong terciptanya pemerintahan yang demokratis di Indonesia (radarnusantara.com).
Terdapat parameter untuk menilai keberhasilan pemilu, antara lain dapat dilihat dari tingkat partisipasi pemilih (voter turn out). Meskipun dalam perspektif
(19)
demokrasi prosedural (demokrasi minimalis), Golongan Putih (golput) tidak berpengaruh terhadap keabsahan hasil pemilu, namun tinggi rendahnya partisipasi pemilih selalu dianggap berpengaruh terhadap keberhasilan pemilu. Pada saat yang sama KPU selalu menjadi kambing hitam atas rendahnya partisipasi. Hal itu karena tinggi rendahnya partisipasi pemilih dalam pemilu berpengaruh terhadap tingkat legitimasi hasil pemilu (kpu, 2016).
Komisi Pemilihan Umum (KPU) mempunyai cara dalam mendorong tingginya partisipasi pemilih dalam pemilu adalah lewat pelaksanaan program sosialisasi pemilu dan pendidikan pemilih. Ketika pemilu selalu mengalami perubahan prosedur teknis, maka KPU punya kepentingan agar rakyat khususnya pemilih terpenuhi hak informasi atas perubahan regulasi tersebut. KPU punya kepentingan agar jangan sampai ada pemilih yang terhambat keinginannya untuk berpartisipasi dalam pemilu gara-gara tidak memahami prosedur tentang bagaimana cara rakyat atau pemilih untuk berpartisipasi dalam tahap-tahap pelaksanaan pemilu. Meskipun KPU sangat menyadari bahwa ada keterbatasan dalam menjalankan kegiatan sosialisasi pemilu dan pendidikan pemilih tersebut, sehingga dukungan dari banyak pihak sangatlah dibutuhkan (kpu, 2016).
Komisi pemilihan umum (KPU) secara umum mempunyai pencapaian target kinerja sebagaimana telah di tetapkan pada tahun 2014 dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas dan legalitas pemilihan umum (pemliu) yang demokratis. Adapun capaian indikator kinerja sasaran tersebut pada tahun 2014 sebagaimana dapat dilihat pada table 1.1 dibawah ini.
(20)
Table. 1.1.
Pengukuran kinerja terhadap sasaran meningkatnya partisipasi pemilih dalam pemilihan umum
INDIKATOR KINERJA
KINERJA
TARGET REALISASI %
CAPAIAN
(1) (2) (3) (4)
Presantase pemilih yang menggunakan
hak pilihnya dalam pemihan umum 75% 73,21 97,61
Presentase pemilih perempuan yang menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan umum
70% 75,73 108,19
Sumber: Laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintahan komisi pemilihan umum tahun 2014.
Jika didasarkan pada target nasional terhadap partisipasi pemilih dalam pemilu yakni rata-rata sebesar 75%, presentase partisipasi masyarakat yang menggunakan hak pilihnya pada pemilu tahun 2014 sebagaimana tercantum pada table 1 diatas belum dapat mencapai target, hanya mencapai angka 73,21%. Meskipun demikian, perlu ditegaskan bahwa angka tersebut merupakan angka rata-rata pasrtispasi masyarakat pada pemilu Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Adapun perbandingan angka partisipasi pemilih dalam pemilu tahun 2009 dengan pemilihan tahun 2014 dapat dilihat pada table 1.2 dibawah ini.
Table 1.2
perbandingan tingkat partisipasi masyarakat pemilihan umum 2009 dengan pemilihan umum tahun 2014.
Tahun Target Realisasi
2009 72% 71%
2014 75% 73,21%
Sumber: Laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintahan komisi pemilihan umum tahun 2014
(21)
Nampak disini masyarakat di Indonesia dalam melakukan pemilihan tahun 2014 kurang antusias, partisipasi pemilih dalam pemilihan tahun 2014 meleset dari yang ditargetkan komisi pemilihan umum sebesar 75% walaupun angka partisipasi pemilih pada tahun 2014 relatif tinggi di bandingkan dengan angka partisipasi pemilih pada tahun 2009.
Dengan melihat angka partisipasi pemilih yang telah dijelaskan diatas, ada beberapa penjelasan tentang sosialiasi yang di lakukan oleh KPU pusat dalam mensosialisasikan pemilu pada tahun 2014 diantaranya, pemilihan tidak lagi menggunakan sistem contreng tetapi dengan sistem pencoblosan. Hal itu dikarenakan untuk meminimalisir berbagai kemungkinan adanya kecurangan-kecurangan yang terjadi dalam proses pemungutan suara. Selain itu KPU juga melaunching program goes to campus dengan tujuan untuk mengedukasikan para pemilih pemula dan pemilih yang sudah terdaftar sebelumnya untuk mengetahui lebih sistematika pemungutan suara pada pemilihan umum tahun 2014 (kpu, 2016). Meskipun demikian tingkat partisipasi pemilih dari pemilu di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta relatif lebih tinggi di banding data partisipasi tingkat nasional, namun secara umum di seluruh kabupaten atau kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kecenderungan partisipasi yang terus menurun.
Untuk mengatasi kecenderungan penurunan partisipasi pemilih tersebut Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan KPU Kabupaten atau Kota seluruh Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki beberapa strategi bersama dalam mengatasi hal tersebut, meliputi ; Pertama, mendorong partisipasi dengan kelompok-kelompok masyarakat terhadap aktifitas pendidikan
(22)
komunitas, pemilih bagi hal itu dilakukan dengan menyelenggarakan TOT (Training of Trainer) bagi relawan pendidikan pemilih, yang diikuti oleh aktifis Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Organiasi Masyarakat dan media massa, serta menyelenggarakan sosialisasi tentang prosedur teknis pemilu pada kelompok-kelompok masyarakat terfokus, seperti tokoh agama, tokoh masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Organisasi Masyarakat (Ormas), PT Media Massa dan lain-lain. Dengan harapan para tokoh masyarakat atau agama dan media massa tersebut bersedia menyebarluaskan informasi teknis pemilu pada komunitas atau pembaca mereka.
Kedua, mengkonsolidasi program pendidikan pemilih dan informasi pemilu di KPU Provinsi dan KPU Kabupaten atau Kota di seluruh Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta guna merancang melaksanakan dan mengendalikan aktifitas informasi pemilu dan pendidikan pemilih pada masyarakat. Ketiga, kerja sama dijalin dengan berbagai pihak guna mendorong efektifitas pelaksanaan program sosialisasi pemilu dan pendidikan pemilih. Kerjasama dilakukan dengan radio, televisi, koran, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Organisasi Masyarakat serta berbagai kelompok masyarakat untuk aktifitas penyebaran informasi pemilu dan pendidikan pemilih. Kerjasama dengan aktifis mahasiswa diberbagai perguruan tinggi seperti, Universitas Gajah Mada (UGM), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Universitas Islam Negeri (UIN), Universitas Muhammdiyah Yogyakarta (UMY), Universitas Islam Indonesia (UII), Universitas Pembangunan Nasional Veteran Negeri Yogyakarta (UPN) dan lain-lain dalam menyelenggarakan sosialisasi pemilu dan pendidikan pemilih di
(23)
masyarakat basis, khususnya dalam paket Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik pendidikan Pemilih dan Pemantauan Pemilihan Umum.
Keempat, bekerjasama dan sinkronisasi materi pendidikan pemilih dan informasi pemilu serta berbagi peran antara KPU Provinsi dengan KPU Kabupaten atau Kota dalam penyelenggaraan program sosialisasi pemilu dan pendidikan pemilih. KPU Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta lebih terfokus untuk menangani sosialisasi pemilu dan pendidikan pemilih lewat media massa dan penerbitan berbagai barang cetakan, sedangkan KPU Kabupaten atau Kota lebih fokus pada aktifitas penyampaian informasi pemilu di masyarakat basis, lewat pertemuan tatap muka, maupun dengan jalan mendorong kesertaan Panitia Penyelenggara Kecamatan (PPK), Panitia Pemungutan Suara (PPS) dan Kelompok Penyelenggara Suara (KPPS) dalam menyelenggarakan sosialisasi pemilu pada pemilih di masyarakat (kpud DIY, 2016).
Untuk wilayah kota Yogyakarta, partisipasi masyarakat kota Yogyakarta dalam pemilihan presiden (pilpres) tahun 2014 cukup realtif tinggi, berdasarkan catatan KPU kota Yogyakarta partisipasi pemilih mencapai 77,76% presentase itu naik dibandingkan partisipasi pemilih pemilu presiden pada tahun 2009 yaitu 69,21%. Ikhtisar partisipasi pemilih dalam pemilu Daerah Istimewa Yogyakarta sebagaimana tersebut dalam table 1.3
(24)
Table 1.3
Perbandingan tingkat partisipasi masyarakat kotaYogyakarta dalam pemilihan umum 2009 dan 2014.
No Kabupaten atau Kota Pemilihan Legislatif Pemilihan Presiden
2009 2014 2009 2014
1 Kota Yogyakarta 66,54% 75,88% 69,21% 77,76%
2 Bantul 74,08% 81,20% 79,11% 81,31%
3 Kulonprogo 73,37% 80,66% 73,46% 79,32%
4 Sleman 72,68% 81,40% 77,61% 81,72%
5 Gunungkidul 75,14% 78,53% 75,36% 76,89%
6 Derah Istimewa Yogyakarta
72,94% 80,02% 75,97% 79,84%
Sumber : Data hasil pemilihan umum 2014 Daerah Istimewa Yogyakarta.
Partisipasi memilih ini berbanding lurus dengan angka golongan putih (golput). Sehingga bisa disebut angka golput pada pemilihan presiden tahun 2014 sebesar 22,24% angka ini menurun dari pada pemilihan presiden di tahun 2009 sebesar 30,79% dan pada pemilihan legislatif tahun di 2014 sebesar 24,12%. (news.detik.com, 2016).
Dengan demikian jumlah suara sah pemilihan presiden (Pilpres) tahun 2014 di Kota Yogyakarta adalah 246.341, sedangkan jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) pilpres di Kota Yogyakarta ada 310.280 pemilih. Jumlah pemilh yang menggunakan hak pilih juga termasuk pemilih pada Daftar Pemilih Khusus (DPK) pemilihan presiden kota Yogyakarta ada 781 dan Daftar Pemilih Khusus Tambahan (DPKTb) di kota Yogyakarta sebanyak 4.040.
Untuk meningkatnya angka partisipasi masyarakat dan meningkatkan kesadaran akan betapa pentingnya pemilihan umum, KPU kota Yogyakarta menyelenggarakan sosialisasi pemilu dengan berbagai cara. Berkurangnya pemahaman tentang sosialisasi menyebabkan salah pengertian dan salah tangkap dengan apa yang sebenarnya ingin disampaikan dalam proses sosialisasi.
(25)
Sosialisasi yang dilakukan oleh KPU kota Yogyakarta apabila berhasil maka dapat memberikan implikasi terhadap dampak peningkatan angka partisipasi pemilih dan menurunkan angka golput, tentunya jika sosialisasi kurang tepat sasaran maka mengakibatkan menurunnya partisipasi pemilih dan meningkatnya angka golput pada pemilihan umum 2014.
Untuk mengantasipasi ketidaktepatan sasaran dan memaksimalkan proses sosialisasi maka KPUD kota Yogyakarta dengan berdasarkan Undang-undang No. 23 Tahun 2013 pasal 19 tentang pendidikan politik, membentuk Relawan Demokrasi (Relasi) yang tujuannya adalah sebagai penunjang kinerja KPUD kota Yogyakarta dalam memberikan sosialisasi kepada masyarakat kota Yogyakarta pada khususnya. Dalam buku petunjuk pelaksanaan program relawan demokrasi pemilihan umum tahun 2014, relawan demokrasi memang sengaja dibentuk seabagai sebuah gerakan sosial untuk meningkatkan partisipasi dan kualitas pemilih dalam menggunakan hak pilih. Hadirnya relawan demokrasi dikhususkan untuk mendorong partisipasi beberapa segmen pemilih melalui kegiatan sosialisasi, kelompok sasaran relawan demokrasi dibagi kedalam 5 (lima) segmen pemilih strategi, yaitu pemilih pemula, kelompok agama, kelompok perempuan, penyandang disabilitas dan keompok pinggiran. Bentuk segmentasi yang dibuat menunjukkan bahwa ada perhatian khusus yang diberikan oleh pihak penyelenggara pemilihan umum kepada kelompok-kelompok tersebut agar terlihat dalam kegiatan pemilihan umum. (kpud DIY, 2016).
Berdasarkan uraian pembahasan yang telah diuraikan diatas, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana Peran Komisi Pemilihan Umum Daerah
(26)
(KPUD) Kota Yogyakarta Dalam Melakuakan Sosialisasi Pemilihan Presiden Tahun 2014.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan pokok permasalahan dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana peran KPUD Kota Yogyakarta dalam mensosialisasikan pemilihan umum presiden pada tahun 2014?
2. Bagaimana bentuk sosialisasi yang dilakukan KPUD Kota Yogyakarta dalam pemilihan umum presiden tahun 2014?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana peran KPUD kota Yogyakarta dalam melakukan sosialisasi pemilihan umum presiden pada tahun 2014.
2. Untuk mengetahui lebih dalam bentuk sosialisasi yang dilakukan KPUD Kota Yogyakarta dalam pemilihan umum presiden tahun 2014.
D. Kerangka Teori
1. Komisi Pemilihan Umum atau Komisi Pemilihan Umum Daerah
Komisi pemilihan umum (KPU) adalah suatu lembaga yang dipilih dan ditetapkan berdasarkan undang-undang sebagai penyelenggara pemilihan umum (pemilu), KPU merupakan lembaga yang beranggotakan orang-orang yang nonpartisan dan kebanyakan dari kalangan perguruan tinggi dan lembaga swadaya masyarakat. Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) merupakan
(27)
bawahan KPU pusat yang berfungsi untuk menyelanggarakan pemilu secara berjenjang (Amirudin Ibramsyah, 2008 : 47).
Ketentuan yang melahirkan KPU terdapat dalam pasal 22E Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 dalam bab VII B pemilu yang merupakan hasil perubahan ketiga tahun 2001. Pasal 22E ayat 5 menyatakan bahwa “Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap dan mandiri”. Dalam hal ini, nama KPU belum menunjukkan nama yang pasti, namun hal ini menjadi dasar bahwa pemerintah terlepas dari KPU yang bertugas menyelenggarakan pemilu sebagai organ yang mandiri di dalam kinerjanya.
Pasal 1 point 8 Undang-undang Nomor 15 tahun 2011 tentang penyelenggaraan pemilihan umum menyatakan : Komisi pemilihan umum Kabupaten atau Kota, selanjutnya disingkat KPU kabupaten atau Kota, adalah penyelenggara pemilihan umum yang bertugas melaksanakan pemilihan umum di Kabupaten atau Kota.
1.1Pemilihan Umum
Pemilihan umum (pemilu) menurut Undang-undang Republik Indonesia 1945 pasal 22E ayat 1 tentang pemilihan umum yang selanjutnya disebut pemilu adalah sarana pelaksana kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (Undang-undang 1945 pasal 22E ayat 1).
(28)
Pengertian pemilu menurut Harris G. Warren dalam Harianto (2004) pemilu merupakan :
“Elections are the accostions when citizens choose their officials and
cecide, what they want the government to do. In making these decisions
citizens determine what rights they want to have and keep”
Pendapat diatas pada intinya adalah mengemukakan bahwa pemilu merupakan kesempatan bagi warga Negara untuk memilih pejabat-pejabat pemerintah dan menentukan apa yang mereka inginkan untuk dikerjakan oleh pemerintah ketika mereka membuat keputusan (Harianto, 2004:85).
Sedangkan menurut Prihatmoko (2008) pemilu ialah suatu proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu, seperti presiden, wakil presiden, wakil rakyat, di berbagai tingkat pemerintahan, sampai yang paling sederhana atau juga paling kecil yaitu kepala desa. Pada konteks yang lebih puas, pemilihan umum juga dapat berarti proses mengisi jabatan-jabatan tertentu. Pemilihan umum merupakan salah satu usaha untuk mempengaruhi rakyat secara persuasif (tidak memaksa) dengan melakukan kegiatan retorika, hubungan kemasyarakatan, komunikasi massa, lobbying, dan lain-lain (Prihatmoko, 2008:43).
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa pemilihan umum sebagai sarana yang penting dalam kehidupan suatu Negara yang menganut asas demokrasi yang memberi kesempatan berpartisipasi politik sebagai warga Negara untuk memilih wakil rakyat yang akan menyuarakan aspirasi mereka.
(29)
1.2Asas Pemilihan Umum
Beradasarkan pasal 2 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2003 tentang pemilihan umum, asas pemilihan umum yaitu : langsung, umum, bebas, rahaisa, jujur, dan adil. Kemudian dapat di uraikan sebagai berikut : (undang-undang nomor 8 tahun 2012).
a) Langsung
Rakyat sebagai pemilih mempunyai hak untuk secara langsung untuk memberikan suaranya sesuai dengan kehendak hati nuraninya, tanpa perantara
b) Umum
Pada dasarnya semua warga Negara yang memenuhi persyaratan minimal dalam usia, yaitu sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau pernah menikah berhak ikut memilih dalam pemilihan
c) Bebas
Setiap warga Negara yang berhak memilih bebas menentukan pilihannya tanpa tekanan dan paksaan dari siapapun.
d) Rahasia
Dalam memberikan suaranya, pemilih dijamin bahwa pemilihnya tidak akan diketahui oleh pihak manapun dengan jalan apapun.
e) Jujur
Dalam menyelanggarakan pemilihan umum, penyelenggara pemilihan umum, aparat pemerintah, pemantau pemilihan umum, pemilih serta
(30)
semua pihak yang terkait harus bersikap dan bertindak jujur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
f) Adil
Dalam penyelanggaraan pemilihan umum, setiap pemilihan umum dan peserta pemilihan umum mendapat peralatan yang sama, serta bebas dari kecurangan pihak manapun.
1.3Tujuan Pemilihan Umum
Pemilihan umum (pemilu) dilaksanakan dengan tujuan untuk memilih wakil rakyat dan wakil daerah, serta untuk membentuk pemerintahan yang demokratis, kuat dan memperoleh dukungan rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan nasional sebagai mana diamanatkan dalam Undang-undang Dasar 1945.
1.4Macam-macam Pemilihan Umum a. Pemilihan Umum Legislatif
Pemilihan umum legislatif adalah pemilihan umum untuk memilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten atau Kota dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia (undang-undang nomor 42 tahun 2008).
b. Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden
Pemilihan umum presiden adalah pemilihan umum untuk memiih Presiden dan Wakil Presiden dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
(31)
berdasarkkan Pancasila dan Undang-undang Tahun 1945 (undang-undang nomor 42 tahun 2008)
c. Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
Pemilihan umum untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila secara dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (undang-undang nomor 65 tahun 2009).
2. Pengertian Sosialisasi
Secara sederhana sosialisasi dapat diartikan sebagai sebuah proses seumur hidup yang berkenan dengan bagaimana individu mempelajari cara-cara hidup, norma dan nilai sosial yang terdapat dalam kelompoknya agar dapat berkembang menjadi pribadi yang dapat diterima oleh kelomponya.
Adapun definisi sosialisasi menurut para ahli, Charlotte Buhler dalam Kamanto Soenarto (2003) menyebutkan sosialisasi adalah proses yang membantu individu-individu belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup dan berfikir kelompoknya agar ia dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya.
Sedangkan Peter Barger dalam Kamanto Soenarto (2003) menyebutkan sosialisasi adalah suatu proses dimana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat.
Dari beberapa definisi tentang pengertian sosialisasi diatas, penulis menyimpulkan bahwa pengertian sosialisasi adalah proses manusia untuk mempelajari bagaiamana tatacara kehidupan dalam bermasyarakat, untuk
(32)
mendapat kepribadian dan membangun kapasitas diri agar berfungsi dengan baik untuk diri sendiri dan kelompok.
2.1 Sosialisasi Politik
Pengertian sosialisasi politik Dennis Kavanagh (2000): Political Socialization is the term used to describe the process whereby the individual learns about and develops orientations to politics, Pengertian sosialisasi diatas mengandung maksud bahwa sosialisasi politik merupakan suatu proses dimana seseorang mempelajari dan menumbuhkan pandangan tentang politik yang dilakuakan dengan berbagai cara di masyarakat (Dannis Kavanagh, 2002 :28)
Sosialisasi politik menurut Gabriel A. Almond (2002) merupakan pewarisan nilai-nilai politik dari satu generasi ke generasi lain, disosialisasikan melalui agen-agen sosialisasi. Sosialisasi politik ini berperan dalam mengubah pertahanan dan bentuk budaya politik. Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam melakukan sosialisasi politik di masyarakat yakni: (Gabriel A. Almond, 2002 : 34)
a) Sosialisasi itu berjalan secara terus menerus selama hidup seseorang. Sikap-sikap terbentuk selama masa kanak-kanak yang berlanjut hingga dewasa dalam upaya pemahaman politik.
b) Sosialisasi politik dapat berwujud transmisi dan pengajaran yang langsung maupun tidak langsung. Sosialisasi politik secara langsung kalau melibatkan komunikasi informasi, nilai-nilai atau perasaan-perasaan mengenai politik secara eksplisit.
(33)
Dalam proses ini bukan hanya pandangan seseorang atau negara terhadap politik yang di rubah melainkan juga bagaimana sebuah kebudayaan politik individu, masyarakat atau negara juga dirubah. Tentu saja perubahan yang dimaksud tidak secara gradual.Situasi sosialisasi yang dapat merubah kebudayaan politik apabila suatu masyarakat atau negara mengalami perubahan yang revosioner dalam suatu bentuk pengalaman kehidupan politik baru atau terdapat situasi yang terjadi sangat berkaitan dengan kebudayaan atau kebiasaan yang berbeda dengan situasi sebelumnya. Sosialisasi politik dalam masyarakat dijalankan oleh agen-agen sosialisasi pada umumnya yaitu: keluarga, sekolah, kelompok pertemanan (per group) dan media massa. (Haryanto, 2001 :2).
a. Keluarga
Merupakan agen sosialisasi pertama yang dialami seseorang. Keluarga memiliki pengaruh yang besar terhadap anggota-anggotanya, pengaruh yang paling jelas adalah dalam hal pembentukan sikap terhadap wewenang kekuasaan.
b. Sekolah
Sekolah memainkan peran sebagai agen sosialisasi politik melalui kurikulum pengejaran formal, beraneka ragam kegiatan ritual sekolah dan kegiatan guru. Sekolah melalui kurikulumnya memberikan pandangan-pandangan yang kongkrit tentang lembaga-lembaga politik dan hubungan-hubungan politik. Sekolah juga dapat memegang peran penting dalam pembentukan sikap terhadap aturan permainan politik yang tak tertulis.
(34)
c. Kelompok pertemanan (per group)
Kelompok pertemanan ini mulai mengambil alih pentingnya dalam proses sosialisasi politik selama masa remaja dan berlangsung terus sepanjang usia dewasa. Selama periode ini, orang tua dan guru-guru sekolah sebagai figur otoritas pemberi transmitter proses belajar sosial. d. Media massa
Media massa seperti surat kabar, radio, majalah, televisi, dan internet memgang peran penting dalam menularkan sikap-sikap dan nilai-nilai modern kepada bangsa-bangsa baru merdeka. Selain memberikan informasi tentang informasi-informasi politik, media massa juga menyampaikan nilai-nilai utama yang dianut oleh masyarakatnya.
2.2Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Sosialisasi
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi sosialisasi antara lain : (Bagja Waluya, 2007 : 25)
a. Faktor intrinsik, merupakan faktor-faktor yang berasal dari dalam diri sesorang. Sering kali disebut dengan pembawaan atau warisan biologis. Bentuk nyata dari faktor intrinsik ini antara lain adalah, keterampilan-keterampilan, Intelligence Quotient (IQ) atau tingkat kecerdasan.
b. Faktor ekstrinsik, adalah faktor-faktor yang berasal dari luar diri seorang individu. Faktor ekstrinsik ini berupa faktor lingkungan sosial budaya, tempat seorang individu hidup dan melaksanakan pergaulan dengan warga masyarakat yang lain. Kondisi lingkungan masyarakat setempat, kondisi lingkungan pergaulan, kondisi lingkungan pendidikan, kondisi lingkungan
(35)
pekerjaan, kondisi lingkungan masyarakat luas, termasuk sebagai sarananya adalah media masa cetak maupun elektronik.
2.3 Sosialisasi Pemilihan Umum
Sosialisasi pemilihan umum adalah proses penyampaian informasi dan sosialisasi tentang tahapan dan program dalam penyelenggaraan pemilihan umum anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten atau Kota serta Pemilihan umum presiden dan wakil presiden. (Undang-undang Nomor 40 tahun 2008)
2.4Tujuan Sosialisasi Pemilihan Umum
Didalam peraturan komisi pemilihan umum Nomor 39 tahun 2009 disebutkan bahwa kegiatan sosialisasi dan partisipasi yang di lakukan oleh penyelanggara pemilihan umum bertujuan : (undang-undang nomor 39 tahun 2009, tujuan dan target capaian dalam sosialisasi dan penyampaian informasi umum)
Pertama, meningkatkan pemahaman dan pengetahuan mayarakat akan pentingnya pemilihan umum dalam membangun kehidupan demokrasi di Indonesia.
Kedua, meningkatkan pemahaman dan pengetahuan masyarakat tentang tahapan dan program pemilihan umum presiden wakil presiden.
(36)
Ketiga, meningkatkan pemahaman dan pengetahuan masyarakat tentang berapa hal teknis dalam menggunakan hak politik dan hak pilihnya dengan benar.
Keempat, meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya pemilih untuk berperan serta dalam setiap tahapan pemilihan umum presiden wakil presiden.
Kelima, meningkatkan kesadaran dan partisipasi pemilih dalam menggunakan hak pilihnya pada pemilihan umum presiden dan wakil presiden.
2.5Metode Sosialisasi Pemilihan Umum
Sesuai dengan peraturan komisi pemilihan umum Nomor 39 tahun 2009 terdapat beberapa metode yang digunakan sebagai bahan sosialisasi pemilihan, anatara lain yaitu : (undang-undang nomor 39 tahun 2009) komunikasi tatap muka, komunikasi melalui media massa dan mobilisasi sosial.
a) Komunikasi tatap muka dapat berupa pertemuan, dalam bentuk diskusi, seminar, workshop, rapat kerja, training of trainneer atau facilitator, ceramah maupun simulasi.
b)Komunikasi melalui media massa dilakukan dengan penyampaian informasi di media cetak maupun elektronik maupun tulisan, gambar, suara, maupun audio visual.
c) Mobilisasi sosial dilakukan melalui ajakan peran serta seluruh komponen masyarakat baik organisasi kemasyarakatan, organisasi keagamaan, adat,
(37)
lembaga swadaya masyarakat untuk ikut dalam melaksanakan setiap tahapan pemilihan umum seperti gerakan sadar pemilihan umum, deklarasi kampanye damai, gerakan anti golongan putih dan seterusnya.
2.6Kendala Sosialisasi Pemilihan Umum
Terkait dengan bahan sosialisasi komisi pemilihan umum kota Yogyakarta sudah membuat bebrapa produk seperti : brosur, leaflet, pamphlet, booklet, poster, folder, stiker. Hanya saja, menyangkut di media massa tidak banyak yang dapat digunakan oleh komisi pemilihan umum kota atau kabupaten hanya sebatas pada radio saja. Padahal segmentasi pengguna media ini sangat terbatas. Sealain radio, kegiatan sosialisasi komisi pemilihan umum kota juga mengandalkan media konvensional, seperti pembuatan baliho, spanduk, leaflet dan pamphlet.
Segmentasi menggunakan metode sosialisai ini cukup menjadi hambatan bagi komisi pemilihan umum kota Yogyakarta untuk melakukan inovasi disebabkan karena anggaran yang kurang memadai. Akan tetapi, ada pembelajaran inovasi dari komisi pemilihan umum kota melalui kerjasama dengan pemerintah kota dan Televisi Republik Indonesia (TVRI). Kerjasama tersebut membuka peluang bagi komisi pemulihan umum kota untuk menggunakan saluran informasi selain yang telah diatur dalam aturan metode kampanye. (kpud DIY, 2016)
Sebagai peneliti dengan judul penelitian “Peran Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kota Yogyakarta Dalam Melakukan Sosialisasi Pemilihan Presiden Pada Tahun 2014” dapat di simpulkan mungkin belum
(38)
banyak masyarakat yang masih belum paham atau mengerti peranan dari komisi pemilihan umum secara menyeluruh, kemungkinan banyak dari sebagian masyarakat mengerti bahwa peranan komisi pemilihan umum hanya sebagai lembaga penyelenggara pemilihan umum saja. Akan tetapi sebenarnya banyak kegiatan lain yang di lakukan oleh komisi pemilihan umum selain menyelenggarakan pemilihan umum, contohnya sesuai judul yang diteliti yaitu mensosialisasikan kegiatan pemilihan umum yang baik dan benar dengan bertujuan untuk meningkatkan jumlah angka partisipasi masyarakat dalam pemilihan umum. Hal itu di lakukan dengan kerja sama dengan lembaga terkait untuk mengajak masyarakat untuk berpartispasi. Salah satu terobosan sosialisasi pemilihan umum presiden khususnya di kota Yogyakarta dapat dilakukan melalui sosialisasi kultur budaya, hal ini dikarenakan kota Yogyakarta identik dengan budaya yang kental, maka hal tersebut bisa dimanfaatkan sebagai wahana sosialisasi pemilu, baik pemilu legislatif maupun pemilu presiden. Budaya yang dapat dipraktekkan dilingkup masyarakat dapat berupa sosialisasi melalui pawai budaya-budaya tradisional pagelaran-pagelaran budaya semisal ketoprak, ludruk, maupun kesenian yang lainnya.
Dalam penelitian ini, disini juga menimbulkan pertanyaan seperti apa bentuk sosialisasi yang dilakukan oleh komisi pemilu untuk meningkatkan partisipasi masyarakat. Dan penulis memilih judul ini utuk menemukan jawaban itu dengan harapan dapat menjadi bacaan atau bahan pertimbangan masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam pemilu baik pemilu presiden,
(39)
kepala daerah maupun legislatif. Dengan membuat rincian kegiatan sosialisasi ataupun data jumlah partisipasipan dalam pemilu.
Disini penulis juga melakukan perbandingan atau perbedaan dengan penelitian yang sejenis, dan penelitian tersebut dari peneliti mahasiswi (Eka) kampus Universitas Mulawarman dengan penelitian yang berjudul “Peran Komisi Pemilihan Umum Dalam Sosialisasi Pemilihan Umum Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Partisipasi Politik Masyarakat Pada Pemilihan Umum Presiden 2014 di Kalimantan Timur”. Ada beberapa point perbedaan penelitian yang saya buat dengan penelitian ini, yaitu:
1. Teori
Dalam penulisan teori atau pengambilan teori tidak sama, teori dalam penelitian kurang lengkap dalam pengambilan teori sosialisasi, penelitian ini hanya menggunaan sosialisasi politik dan tidak menggunakan teori sosialisasi pemilihan umum.
2. Metode yang digunakan
Dalam penelitian ini bentuk metode sosialisasi yang digunakan menggunakan teori komunikasi interaksine simbolik dikarenakan dipandang sedikit lebih dinamis dari pada komunikasi satua arah, sosialisasi dalam model ini dapat lebih mengeksplor permasalahan, dimana isi pesan (content) dapat dikemas secara lentur dan presuasif berdasarkan konteks media komunikasi yang digunakan.
(40)
E. Defenisi Konseptual 1. Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses-proses manusia mempelajari tata cara kehidupan dalam masyarakat, untuk memperoleh kepribadian dan membangun kapasitasnya agar berfungsi dengan baik sebagai individu maupun sebagai suatu kelompok.
2. Komisi pemilihan Umum daerah
Komisi pemilihan umum suatu lembaga yang dipilih dan ditetapkan berdasarkan undang-undang sebagai penyelenggara pemilihan umum. Komisi pemilihan umum daerah merupakan bawahan komisi pemilihan umum pusat yang berfungsi untuk mneyelenggarakan pemilihan umum secara berjenjang. 3. Pemilihan umum
Pemilihan umum secara luas yaitu sebagai sarana yang penting dalam kehidupan suatu Negara yang menganut azas demokrasi yang memberi kesempatan berpartisipasi politik bagi warga untuk memilih wakil-wakilnya yang akan menyuarkan dan menyalurkan aspirasi rakyat.
F. Definisi Operasional.
Berdasarkan undang-undang Nomor 40 tahun 2008 sosialisasi pemilihan umum adalah proses penyampaian informasi dan sosialisasi tentang tahapan dan program dalam penyelenggaraan pemilihan umum anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten atau Kota serta pemilihan umum Presiden dan
(41)
Wakil Presiden. Maka untuk mengetahui peran KPUD dalam melakukan sosialisasi pemilihan umum Presiden, indikator yang digunakan yaitu sebagai berikut :
1. Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan
2. KPUD kota Yogyakarta membentuk agen-agen relawan demokrasi (relasi) guna memperlancar kinerja KPUD, RELASI ini ditunjukkan kepada pemilik hak suara dalam pemilihan umum, antara lain :
- Pemilih pemula - Difable
- Kaum perempuan - Kaum marjinal
3. Metode sosialisasi pemilihan umum cara yang digunakan untuk memperlancar proses sosialisasi khususnya pemilihan umum, metode yang digunakan antara lain :
- Komunikasi
- Komunikasi melalui media massa 4. Hambatan
5. Pendukung G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Pada penelitian ini, penyusun menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriftif. Bogdan dan Taylor memaparkan dalam Lexy J Moleong (2001) teknik metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
(42)
deskriftip berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut Bogdan dan Taylor, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistic (utuh). Jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau oraganisasi kedalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari sesuatu keutuhan (Lexy J Moleong, 2011 :4)
2. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di sekretariat KPU Daerah Kota Yogyakarta yang memiliki peran sebagai penyelenggara pemilihan umum di Kota Yogyakarta. Tempat ini dipilih dengan pertimbangan KPU sebagai lembaga resmi yang berhak mengadakan pemilihan umum baik tingkat pusat maupun sampai tingkat daerah.
3. Data dan sumber data
Informan adalah orang yang paling tahu tentang variabel yang akan diteliti, baik itu dari seri pelaksanaan, pendistribusian, evaluasi. Jika hanya satu subjek responden jelas belum cukup, penentuan informan lain berdasarkan purposive, seimbang disesuaikan dengan tujuan dan hakekat peneliti. Subjek sekunder juga harus paham betul mengenai permasalahan dan dapat dipercaya (Moelong, 2010:23).
Informan dalam penelitian yang akan di wawancarai adalah :
1) Anggota KPU kota Yogyakarta sebagai koordinator sosialisasi (Sri Surani. SP )
(43)
Pemilih pemula ( Nuzul Hafizah )
Difable ( Widi Haryanti )
Kaum perempuan ( Sri Lestari )
Kaum marjinal ( Yuni Sarah Al Bukori ) 3) Lembaga Sosial Masyrakat (sigap)
4. Teknik Pengumpulan Data
Metode teknik pengumpulan data yang dipakai dalam pengumpulan data adalah :
a. Wawancara
Upaya yang dilakukan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dengan cara bertanya secara langsung kepada segenap tokoh-tokoh yang duduk dijajaran KPU Kota Yogyakarta, yakni : Anggota KPU Kota Yogyakarta ( Sri Surani. SP ) dan anggota relawan demokrasi KPU Kota Yogyakarta ( Nuzul Hafizah, Widi Haryanti, Sri Lestari, Yuni Sarah Al Bukori ).
b. Dokumentasi
Teknik dokumenter digunakan untuk mendapatkan data sekunder yaitu dengan menggunakan data yang diperoleh dari catatan-catatan, buku-buku, arsip-arsip dan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penelitian ini dan diharapkan dapat menjadi pelengkap dalam menganalisa permasalahan dalam penelitian ini. Adapun dokumen yang dibutuhkan antara lain :
(44)
- Notulensi
- Dokumen sosialisasi KPU - Dokumen program sosialisasi 5. Teknik Analisis Data
Peneliti dalam menganalisa data menggunakan data kualitatif adengan sifat deskriptif analisis yaitu dengan cara pengumpulan data kemudian data tersebut dianalisa dari awal hingga akhir penelitian. Secara urut proses pengumpulan data dapat dijelaskan seabagai berikut :
a. Analisis data dalam penelitian ini mengacu pada model analisis interaktif menurut Huberman dan Miles. Huberman dan Miles dalam Indrawati (2011) mengemukakan bahwa langkah pertama dalam model analisis interaktif adalah reduksi data, yaitu merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, dan mencari tema serta polanya. Reduksi data dalam penelitian ini dilakukan setelah diperoleh data dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi, kemudian dipilih data-data pokok dan difokuskan pada hal-hal penting, sehingga data penelitian menjadi lebih jelas dan sistematis (Indrawati, 2011 :27)
b. Langkah kedua dalam model analisis interaktif adalah penyajian data yang dikemukakan oleh Miles dalam Indrawati (2011) mengemukakan bahwa penyajian data merupakan analisis merancang deretan dan kolom-kolom dalam sebuah matriks untuk data kualitatif dan menentukan jenis dan bentuk data yang dimaksudkan dalam kotak-kotak matriks. Dalam penelitian ini, data disajikan berupa teks naratif yang mendeskripsikan
(45)
mengenai subjek penelitian, yakni menggambarkan bagaiman peran KPUD Kota Yogyakarta dalam melakukan sosialisasi pemilihan presiden 2014 (indarwati, 2011 : 28).
c. Langkah ketiga dalam model analisis interaktif adalah verifikasi data. Proses analisa data dalam penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :
d.
Sumber : Burhan Bungin, 2007
Skema 1 Proses Analisis Data
PENYAJIAN DATA PENGUMPULAN
DATA
REDUKSI DATA SIMPULAN/
(46)
30 A. Kondisi Geografis Kota Yogyakarta
1. Letak Wiayah
Kota Yogyakarta terletak antara 110º24’19’’-110º28’53’’ Bujur Timur dan antara 07º49’26’’-07º15’24’’ Lintang Selatan, dengan luas sekitar 32,5 Km² atau 1,02% dari luas wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jarak terjauh dari utara ke selatan kurang lebih 7,5 Km dan barat ke timur kurang lebih 5,6 Km.
Kota Yogyakarta yang terletak di daerah dataran lereng aliran gunung merapi memiliki kemiringan lahan yang relatif datar (antara 0-2%) dan berada pada ketinggian rata-rata 114 meter dari permukaan air laut (dpa). Sebagian wilayah dengan luas 1.657 hektar terletak pada ketinggian kurang dari 100 meter dan sisanya (1.539 hektar) berada ketinggian antara 100-199 meter dpa. Sebagian besar jenis tanahnya adalah regosol.
Terdapat 3 sungai yang mengalir dari arah utara ke selatan yaitu : Sungai Gajahwong yang mengalir dibagian timur kota, Sungai Code dibagian tengah, dan Sungai Winongo dibagian barat kota.
(47)
Gambar 2.1 Peta Yogyakarta
2. Luas Wilayah
Kota Yogyakarta memiliki luas wilayah tersempit dibandingkan dengan daerah tingkat II lainnya, yaitu 32,5 Km² yang berarti 1,025% dari luas wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan luas 3.250 tersebut menjadi 14 kecamatan, 45 kelurahan, 617 RW dan 2.531 RT. Kondisi tanah kota Yogyakarta cukup subur dan memungkinkan ditanami berbagai tanaman pertanian maupun perdagangan, disebabkan oleh letaknya yang berada didataran lereng gunung merapi (fluvis volcanic foot plain) yang garis besarnya mengandung tanah regosol atau tanah vulkanis muda.
Dari 14 kecamatan yang ada di kota Yogyakarta, kecamatan Umbulharjo memiliki jumlah wilayah atau luas area paling luas yaitu 261, sedangkan kecamatan Pakualaman memiliki luas area paling kecil yakni 63.
(48)
Table 2.1
Luas Wilayah, Jumlah RT dan RW menurut Kecamatan dan kelurahan di Kota Yogyakarta 2011
Kecamatan Kelurahahan Luas
Area
Jumlah
RT Jumlah RW MANTRIJERON 1.Gedongkiwo 2.Suryodiningratan 3.Mantrijeron 0,90 0,85 0,86 2,61 18 17 20 55 86 69 75 230 KRATON 1.patehan 2.Penembahan 3.Kadipaten 0,40 0,66 0,34 1,40 10 18 15 43 44 78 53 175 MERANGSAN 1.Brontokusuman 2.Keparakan 3.Wirogunan 0,93 0,53 0,85 2,31 23 13 24 60 83 57 76 216 UMBULHARJO 1.Giwangan 2.Sorosutan 3.Pandean 4.Warungboto 5.Tahunan 6.Muja-Muju 7.Semaki 1,26 1,68 1,38 0,83 0,78 1,53 0,66 8,12 13 16 12 9 11 12 10 83 42 63 49 38 48 55 34 329 KOTAGEDE 1.Prenggan 2.Purbayan 3.Rejowinangun 0,99 0,83 0,25 3,07 13 14 13 40 57 58 49 164 GONDOKUSUMAN 1.Baciro 2.Demangan 3.Klitren 4.Kotabaru 5.Terban 1,03 0,74 0,68 0,71 0,80 3,97 21 12 16 4 12 65 87 44 63 20 59 273 DANUREJAN 1.Suryatmajan 2.Tegalpanggung 3.Bausasran 0,28 0,35 0,47 1,10 15 16 12 43 45 66 49 160 PAKUALAMAN 1.Purwokinanti
2.Gunungketur 0,33 0,30 0,63 10 9 19 47 36 83 GONDOMANAN 1.Prawirodirjan
2.Ngupasan 0,67 0,45 1,12 18 13 31 61 49 110
(49)
NGAMPILAN 1.Notoprajan 2.Ngampilan 0,37 0,45 0,82 8 13 21 50 70 120 WIROBRAJAN 1.Patangpuluhan 2.Wirobrajan Pakuncen 0,44 0,67 0,65 1,76 10 12 12 34 51 58 56 165 GEDONGTENGEN 1.Peringgokusuman
2.Sosromendurann 0,46 0,50 0,96 14 23 37 54 89 143 JETIS 1.Bumijo 2.Gowongan 3.Cokrodiningratan 0,59 0,47 0,66 1,72 13 13 11 37 56 52 60 168 TEGALREJO 1.Tegalrejo 2.Bener 3.Kricak 4.Karangwaru 0,82 0,57 0,82 0.70 2,91 7 12 13 14 46 25 46 61 56 188
JUMLAH 45 32,50 614 2.524
Sumber : BPS Kota Yogyakarta
3. Topografi
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terletak di bagian selatan tengah pulau Jawa yang dibatasi oleh Samudra Hindia di bagian selatan dan Provinsi Jawa Tengah di bagian lainnya. Batas dengan Provinsi Jawa Tengah meliputi :
Kabupaten Wonogiri di bagian tenggara
Kabupaten Klaten di bagian timur laut
Kabupaten Magelang di bagian barat laut
Kabupaten Purworejo di bagian barat
Secara astronomis, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terletak antara 70º 33’ LS - 8º 12’ LS dan 110º 00’ 50º BT. Komponen fisiografi yang menyusun Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terdir dari 4 satuan
(50)
fisiografis yaitu satuan pegunungan selatan (datran tinggi karst) dengan ketinggian tempat berkisar antara 150-700 meter, satuan gunung merapi dengan ketinggian tempat berkisar antara 80-2.911 meter, satuan dataran rendah yang membentang antara pegunungan selatan dan pegunungan kulonprogo pada ketinggian 0-80 meter, dan pegunungan kulonprogo dengan ketinggian hingga 572 meter.
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai luas 3.185,80km², terdiri dari 4 kabupaten dan 1 kota, Yaitu Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunungkidul, dan Kabuapaten Kulonprogo. Setiap kabupaten atau kota mempunyai kondisi fisik yang berbeda sehingga potensi alam yang tersedia juga tidak sama perbedaan kondisi fisik ini ikut menentukan dalam rencana pengembangan daerah.
Potensi air tanah dan keberadaan air permukaan satu daerah tidak sama dengan daerah lainnya walaupun keduanya mempunyai curah hujan yang sama. Hal ini disebabkan kondisi lahan (geologi, geomorfologi, dan tanah) setiap daerah berbeda. Perbedaan-perbedaan ini akhirnya membawa keberagaman dalam potensi sumberdaya alam dan potensi kebencanaan alam sehingga antara pengembangan sumberdaya alam daerah harus memperhatikan potensi-potensi alam tersebut. Pengembangan suatu potensi sumberdaya alam harus memperhatikan sifat dari sumberdaya yang akan dikembangkan, yaitu apakah sumberdaya alam tersebut berupa cadangan (tak terbaharui, misalnya tambang mineral atau buatan) atau sebagai sumberdaya alam yang terbaharui (terbaharui, misalnya biota). Dengan kata lain,
(51)
pengembangan sumberdaya alam harus memperhatikan kesinambungan pemanfaatan dan kelestarian lingkungam. Kekeliruan pengembangan sumberdaya alam selain berdampak pada degaradasi sumberdaya alam bersangkutan juga berperan dalam memicu terjadinya bencana alam yang berakibat sangat merugikan.
4. Kondisi Demografi Kota Yogyakarta
Berdasarkan hasil sensus penduduk 2010 jumlah penduduk tahun 2010 tercatat 388.627 orang. Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin adalah 48.67% laki-laki dan 51.33% perempuan. Secara keseluruhan jumlah penduduk perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk laki-laki seperti tampak dari rasio jenis kelamin penduduk yang lebih kecil dari 100, dimana pada tahun 2010 sebesar 94.81.
Jumlah penduduk Kota Yogyakarta pada tahun 2011 sebanyak 390.554 orang dengan rincian sebanyak 190.075 orang penduduk laki-laki dan 200.479 orang penduduk perempuan. Rasio jenis kelamin adalah perbandingan antara banyaknya penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan pada suatu daerah dan waktu tertentu. Biasanya dinyatakan dengan banyaknya penduduk laki-laki untuk 100 penduduk perempuan. Dengan luas wilayah 32,50 km², kepadatan penduduk Kota Yogyakarta 12.017 jiwa per km². kepadatan penduduk di Kota Yogyakarta termasuk kedalam kategori padat penduduk.
(52)
Table 2.2
Kepadatan dan Pertumbuhan Penduduk Kota Yogyakarta Hasil Sensus Penduduk dan SUPAS 1971-2010
Tahun JumlahPenduduk (jiwa)
Kepadatan (jiwa/km²)
Pertumbuhan Penduduk (%)
1971 340.908 10.489 0,90
1980 398.192 12.252 1,72
1990 412.059 12.679 0,35
1995 418.944 12.891 0,33
2000 397.398 12.228 -0,37
2005 435.236 13.392 1,87
2010 388.627 11.958 -2,24
Sumber : BPS Kota Yogyakrta
Kepadatan dan pertumbuhan penduduk Kota Yogyakarta hasil sensus penduduk dan SUPAS 1971-2010 berdasarkan pengamatan hasil table diatas cenderung meningkat ditiap tahunnya.
Table 2.3
Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Yogyakarta
Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah
0 – 4 13.207 12.390 25.597
5 – 9 12.917 12.224 25.141
10 – 14 13.058 12.302 25.360
15 – 19 18.773 21.123 39.896
20 – 24 24.600 25.762 50.362
25 – 29 18.831 17.312 36.143
30 – 34 15.043 14.847 29.890
35 – 39 13.624 14.087 27.711
40 – 44 13.164 14.505 27.669
45 – 49 11.974 13.531 25.505
50 – 54 10.948 11.923 22.871
55 – 59 8.392 8.941 17.333
60 – 64 4.916 5.864 10.780
65 – 69 3.965 5.170 9.135
70 – 74 3.095 4.510 7.605
75+ 3.568 5.988 9.556
Jumlah 190.075 200.479 390.554
(53)
Penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin di Kota Yogyakarta paling tinggi jumlahnya terdapat pada kelompok umur 20-24 dengan jumlah 50.362 orang, dengan persentase jumlah laki-laki 24.600 orang dan perempuan 25.762 orang. Sedangkan jumlah penduduk menurut kelompok umur paling rendah terdapat pada kelompok umur 70-74 dengan jumlah total 7.605 dengan persentase jumlah laki-laki 3.095 orang dan perempuan 4.510 orang.
5. Kondisi Sosial Politik Kota Yogyakarta
Sejak resmi lahirnya Kota Yogyakarta pada tanggal 13 Februari 1947, terdapat 9 orang Walikota yang menjabat sebagai kepala daerah tingkat II di bawah Gubernur. Walikota Yogyakarta yang pertama adalah M. Enoch (Mei 1947-Juli 1947) dan dilanjutkan oleh Mr. Soedarisman Poerwokoesoemo (Juli 1947-Januari 1966). Walikota Yogyakarta yang ketiga adalah Sooedjono A. Y. yang menjabat selama sepuluh tahun, yaitu pada (Januari 1966-November 1975). Kemudian pengabdian Soedjono dilanjutkan oleh Walikota keempat yaitu H. Ahmad pada periode (November 1975-Mei 1981). Periode berikutnya adalah Soegiarto (1981-1986) satu periode. Djatmiko D pada (1986-1991) satu periode. R. Widagdo dua periode (1991-2001). Herry Zudianto juga menjabat dua periode kepemimpinannya yaitu pada (2001-2011). Sedangkan untuk periode 2011 hingga sekarang kursi Walikota Yogyakarta di jabat oleh Drs. H. Haryadi Suyuti.
(54)
B. GAMBARAN UMUM KOMISI PEMILIHAN UMUM (KPU) KOTA YOGYAKARTA
1. Anggota KPU
Perekrutan anggota KPU Kota Yogyakarta dibentuk melalui seleksi yang menunjuk pada SK Wakikota tentang pembentukan Tim Seleksi anggota KPUD. Adapun calon-calon anggota yang dapat mencalonkan diri adalah : a) Non Partisan
b) Jika seorang PNS, maka bersedia melepas semua jabatannya, baik struktural maupun fungsional.
Pada tahap penyeleksian, para calon diminta untuk menggambarkan visi dan misinya sebanyak 5 lembar HVS dan setelah persyaratan adimistrasinya selesai, maka pemuda mengumumkan calon-calon tersebut kepada masyarakat sehingga masyarakat dapat berperan langsung dalam memberi opini atau laporan-laporan terkait calon-calon tersebut. Dan untuk hal ini diberikan waktu 5 hari. Tahap akhir seleki adalah Fit and Propert test yang kemudian menghasilkan 10 orang yang kemudian disusutkan menjadi 5 orang dengan sistem pergantian antar waktu dengan lama kontrak 5 tahun.
Kompisisi personalia KPU Kota Yogyakarta periode 2008-2013 merupakan komposisi kepenggurusan yang menjalankan tahapan verifikasi Parpol calon peserta Pemilu 2014 di Kota Yogyakarta. Dengan diketuai oleh bapak Nasrullah S.H.,S.Ag.,M.CL yang juga merupakan seorang dosen Fakultas Hukum di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) hingga tahapan vertifikasi Parpol sebagai calon peserta Pemilu tahun 2004 selesai dan
(55)
sampai pada penetapan Parpol yang memenuhi syarat dan yang tidak memenuhi syarat. Kemudian kepengurusan ini dilanjutkan oleh kompisisi personalia yang baru untuk periode 2013-2018.
Kemudian untuk komposisi personalia kepengurusan periode 2013-2018 ini diketuai oleh bapak Wawan Budiyanto, S.Ag, MSI yang merupakan anggota dari kepengurusan periode sebelumnya mempunyai jabatan devisi umum, rumah tangga dan organisasi dalam tahapan vertifikasi Parpol calon peserta Pemilu 2014.
2. Tugas dan Fungsi KPU Kabupaten atau Kota a. Tugas
1. Merencanakan penyelenggaraan Pemilu.
2. Menetapkan organisasi dan tata cara semua tahapan pelaksanan Pemilu. 3. Mengkoordinasikan, menyelenggarakan, dan mengendalikan semua
tahapan pelaksanaan pemilu. 4. Menetapkan peserta Pemilu.
5. Menetapkan daerah pilihan, jumlah kursi dan calon Anggita DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota.
6. Menetapkan waktu, tanggal, tata cara pelaksanaan kampanye, dan pemungutan suara.
7. Menetapkan hasil pemilu dan mengumumkan calon terpilih Anggota, DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota.
8. Melakukan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan Pemilu.
(56)
b. Fungsi
1. Penyusunan program dan anggaran Pemilu di Kabupaten/Kota.
2. Pemberian pelayanan teknis pelaksanaan penyelenggaraan Pemilu di Kabupaten/Kota.
3. Pemberian pelayanan administrasi yang meliputi ketatausahaan, kepegawaian, anggaran, dan perlengkapan.
4. Perumusan dan penyusunan bantuan serta penyelesaian masalah dan sengketa hukum.
5. Pemberian dan pelayanan imformasi Pemilu, partisipasi masyarakat dan penyelenggarakan hubungan masyarakat bagi keperluan pemilihan umum di Kabupaten/Kota.
6. Pengelolaan data Pemilu di Kabupaten/Kota.
7. Pengelolaan logistik dan distribusi barang atau jasa keperluan pemilihan umum.
8. Pelaksanaan kerjasama antar lembaga.
9. Penyusunan laporan penyelenggara kegiatan atau pertanggung jawaban KPU Kabupaten/Kota.
(57)
41
YOGYAKARTA DALAM SOSIALISASI PEMILIHAN PRESIDEN TAHUN 2014
A. Peran Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kota Yogyakarta dalam Pemilihan Umum Presiden 2014
Berdasarkan Undang-undang Nomor 42 tahun 2008 sosialisasi pemilihan umum (pemilu) adalah proses penyampaian informasi dan sosialisasi tentang tahapan dan program dalam penyelenggaraan pemilihan umum presiden dan wakil presiden. Untuk mengetahui peran KPUD kota Yogyakarta dalam mensosialisasikan pemilu presiden 2014 menggunakan dua indikator yaitu : (1) meningkatkan pemahaman dan pengetahuan, (2) membentuk agen-agen Relawan Demokrasi (relasi). Penelitian dilapangan dengan membagi beberapa indikator pertanyaan kepada KPUD Yogyakarta selaku badan penyelenggara pemilu terkait dengan sosialisasi pemilu presiden 2014. Dengan demikian dapat di analisa apakah peran sosialisasi tersebut berjalan baik atau tidak.
1. Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan
Di kota Yogyakarta sendiri terdapat 310.280 daftar pemilih tetap (DPT) yang telah dirilis oleh KPUD kota Yogyakarta, adapun pembagianya jenis gendernya, diolah dalam data sebagai berikut :
(58)
Tabel 3.1
Akumulasi Total Jumlah Pemilih.
No Jenis Kelamin Jumlah
(dalam jiwa)
1 Laki-Laki 149.235
2 Perempuan 161.045
Total 310.280
Sumber: Laporan Mutakhir KPUD kota Yogyakarta, diolah.
Tabel 3.2
Jumlah Pemilih DPT Kota Yogyakarta 2014.
Jumlah pemilih total DPT kota Yogyakarta 2014, diolah.
Dari data dari KPUD kota Yogyakarta tersebut, dapat dilihat bahwa jumlah DPT di regional kota Yogyakarta tinggi, dengan jumlah yang tinggi tersebut maka sosialisasi KPUD kota Yogyakarta dalam memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang pemilu presiden dan wakil presiden tahun 2014 menjadi tugas yang tidak mudah untuk diimplikasikan kepada masyarakat, sehingga diperlukan strategi dan metode pendekatan kepada masyarakat, apalagi disetiap tahun ada perubahan, khusunya pertambahan bagi para pemilih baru. Untuk
No Kecamatan DPT Total
Laki – laki Perempuan
1 Mantrijeron 12.585 13.598 26.183
2 Kraton 8.021 8.890 16.911
3 Mergasan 11.594 12.656 24.250
4 Pakualaman 4.379 4.565 9.035
5 Gondomanan 5.889 6.481 12.370
6 Ngampilan 6.604 7.321 13.952
7 Wirobrajan 9.875 10.518 20.393
8 Gedongtengen 7.492 8.103 15.595
9 Jetis 9.839 10.531 20.370
10 Tegalrejo 12.927 13.735 26.662
11 Danurejan 8.574 8.934 17.508
12 Gondokusuman 16.244 17.935 34.159
13 Umbulharjo 23.797 25.493 49.290
14 Kotagede 11.435 12.195 23.639
(59)
memperdalam bagaimana meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang pemilu presiden dan wakil presiden 2014, maka peneliti mewawancarai Sri Surani SP, ;
“Dalam peningkatan pemahaman dan pengetahuan tentang pemilu presiden di tahun 2014 ya, kami bekerja sama dengan dinas pendidikan, media kompas dan camat di 14 kecamatan yang ada di kota Yogyakarta dalam memberikan sosialisasi terhadap pemilih pemula, nah untuk meningkatkan pemahaman kepada masyarakat secara umum, kami mengacu pada peraturan perundangan yang telah ditetapkan sesuai UU, kemudian kita memperhatikan segmentasi sesuai peraturan KPU RI no 39 tahun 2009 ya, seperti meningkatkan pemahaman dan pengetahuan masyarakat tentang tahapan dan program pemilihan presiden dan wakil presiden, meningkatkan pengetahuan tentang hal teknis, meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam menggunakan hak pilihnya, sehingga harapan tinggi pada tingkat partisipasi pemilih pada pemilu 2014.”
(Wawancara dengan Sri Surani SP, pada Oktober 2016)
Dalam uraian yang telah dijelaskan oleh Sri Surani, menegaskan bahwa untuk memperdalam pemahaman dan pengetahuan tentang pemilu presiden di 2014 harus hierarki dengan aturan KPU RI, sehingga ada korelasi yang baik antara pusat daerah dalam mewujudkan tujuan sosialisasi pemilu yang baik, penggandengan instansi pendukung yaitu dinas pendidikan sebagai peran sentral dalam memberikan pemahaman kepada pihak pemilih pemula melalui mekanisme yang telah ditetapkan, dan juga menggandeng para Camat yang berada di bawah struktur wewenang Pemeritah kota Yogyakarta, sehingga dengan menggandeng camat dalam proses sosialisasi akan mempermudah KPUD kota Yogyakarta dalam menjadi fasilitator proses sosialisasi tahapan dan proses pemilu.
(60)
Di wawancara lain, dijelaskan sebagai berikut;
“untuk masuk dalam ranah pengenalan tentang pemilu ya mas, kita melakukan pendekatan melalui warga-warga khususnya di kota Yogyakarta, dan untuk yang pemilih pemula, kita bekerja sama dengan instansi lain, misalnya aja ya mas dengan dinas pendidikan kota, media kompas, sehingga dengan kerjasama yang kita laksanakan itu mempermudah akses kita untuk memberikan sosialisasi kepada masyarakat secara umum dan pemilih pemula secara khususnya.”
(Wawancara dengan Sri Surani SP, pada Oktober 2016)
Dari uraian tambahan yang telah disampaikan oleh Sri Surani, maka peran KPUD kota Yogyakarta khususnya, dalam memperhatikan tingkatan partisipasi masyarakat baik pemilih yang sudah terdaftar maupun pemilih pemula dikatakan baik, karena segala sektor pemilih dirangkul dalam mensukseskan proses pelaksaan pemilu presiden 2014. Penguatan pengetahuan kepada pemilih pemula secara khusus dan pemilih yang sudah memiliki hak suara perlu lebih intens dalam memberikan pengetahuan tentang tahapan pemilu presiden dan wakil presiden, dikarenakan mekanisme pemilihan yang tidak sama dengan pemilihan sebelumnya maka perlu adanya edukasi terhadap kedua belah pemilik suara, baik pemula maupun yang sudah terdaftar sebagai DPT.
Sehingga dengan adanya proses perangkulan yang baik pada tingkatan masyarakat yang sudah memiliki hak suara dan terdaftar sebagai DPT KPUD kota Yogyakarta dan juga para pemilih pemula akan memberikan hasil yang selaras dan atau terwujudnya cita-cita sosialisasi dengan perencanaan ataupun tujuan awal proses sosialisasi.
Cara KPU dalam meningkatkan pemahaman dan pengetahuan ke masyarakat tentang pemilu presiden dan wakil presiden tahun 2014 bekerjasama
(61)
dengan dinas pendidikan sebagai peran sentral pemahaman kepada pihak pemilih pemula, selanjutnya bekerjasama dengan pihak media kompas dan bekerjasama dengan camat di 14 kecamatan sebagai fasilitator proses sosialisasi tahapan dan proses pemilu.
2. Membentuk agen-agen relawan demokrasi (relasi)
Dalam peraturan Undang-undang Nomor 23 tahun 2013 pasal 19 pendidikian politik dilakukan melalui mobilisasi sosial, pemanfaatan jejaring sosial, media lokal atau tradisional, pembentukan agen-agen atau relawan demokrasi (relasi) serta bentuk-bentuk lain yang menjadikan tujuan dari pendidikan politik. Dalam melakukan sosialisasi pemilihan umum, Komisi pemilihan umum kota Yogyakarta membentuk agen-agen atau Relawan Demokrasi (RELASI).
Terkait dengan ini, komisi pemilihan umum kota Yogyakarta sudah menjalankan pembentukan relawan demokrasi. Dalam buku petunjuk pelaksanaan program relawan demokrasi pemilihan umum tahun 2014, relawan demokrasi memang sengaja dibentuk seabagai sebuah gerakan sosial untuk meningkatkan partisipasi dan kualitas pemilih dalam menggunakan hak pilih. Hadirnya relawan demokrasi dikhususkan untuk mendorong partisipasi beberapa segmen pemilih melalui kegiatan sosialisasi, kelompok sasaran relawan demokrasi dibagi kedalam 5 segmen pemilih strategi, yaitu pemilih pemula, kelompok perempuan, penyandang disabilitas, kaum marjinal, kelompok agama. Bentuk segmentasi yang dibuat menunjukkan bahwa ada perhatian khusus yang diberikan oleh pihak
(62)
penyelenggara pemilihan umum kepada kelompok-kelompok tersebut agar terlihat dalam kegiatan pemilihan umum.
a. Pemilih pemula.
Pemilh pemula yang di maksud disini adalah pemilih yang akan genap berusia 17 tahun pada tanggal 9 juli 2014. Jumlah pemilih pemula kota Yogyakarta sebanyak 1.142 jiwa dengan jumlah pemilih pemula laki - laki sebanyak 549 jiwa dan pemilih pemula perempuan sebnanyak 593 jiwa. Disni peneliti mewawancarai Sri Surani SP seperti apakah peran KPUD kota Yogyakarta bersosialisasi untuk para pemilih pemula, dan hasil wawancarai tersebut adalah :
“Di pemilih pemula ini kita berkerja sama dengan dinas pendidikan untuk melakukan sosialisasi dengan teman-teman pemilih pemula untuk di izinkan masuk kedalam seluruh sekolah negeri di kota Yogyakarta khususnya SMA (sekolah menengah atas) untuk bisa mengajar di sesi pelajaran PPKN dengan mengisi materi pemilu, kemudian melakuakn simulasi dibeberapa sekolah berkerja sama dengan kompas group melakukan simulasi untuk pemilih pemula kemudian leflate dam pamflate disebarkan ke pemilih pemula, kemudian kpu juga masuk dimana tempat nongkrongnya anak-anak muda (cafe) untuk menyebarkan pamflate ke pemilih pemula.”
(wawancara dengan Sri Surani, Oktober 2016)
Dari hasil wawancara dengan Sri Surani, SP. Peneliti akan membahas segmen persegmen dari apa yang sudah dilakukan oleh KPU dalam sosialisasi ke pemilih pemula.
1. Bekerjasama dengan dinas pendidikan
Dengan melakukan kerjasama dengan dinas pendidikan untuk memudahkan akses Relasi bersosialisasi dengan pemilih pemula dan pihak sekolahpun mendapatkan keuntungan dari pihak KPU karena dengan adanya
(63)
sosialisasi tersebut di persekolahan mendapatkan materi khusus tentang pengetahuan pemilihan umum dan tata cara pelaksanaannya, sehingga dengan adanya KPU goes to school akan memberikan implusi bagi perkembangan politik dimasa yang akan datang.
2. Bekerjasama dengan kompas group
Kerjasama KPU dengan kompas group, sebuah terobosan inovasi baru khususnya dalam pelaksanaan simulasi penyelenggaraan pemilu presiden dengan adanya pergerakan ini kpu lebih mudah bersosialisasi karena adanya kompas group, media perantara itu akan lebih mudah di ketahui oleh banyak masyarakat secara umum, dan masyarakat kota Yogyakarta secara khusus, dan juga karena kompas group salah satu media nasional yang sudah mempunyai kapabilitas sebagai salah satu media nasional, sehingga dengan adanya kerjasama dengan pihak swasta yakni media nasional, maka akan memberikan akses mudah bagi KPU dalam memberikan pengetahuan dan informasi tentang pelaksanaan pemilu presiden.
3. Bersosialisasi dengan cara “jemput bola”
Cara KPU bersosialisasi dengan memasuki tempat berkumpulnya anak muda, baik di café, zona terbuka, pusat perbelanjaan dan tempat strategis lainnya, dengan cara sosialisasi seperti ini akan menarik minat anak muda bagi yang belum bisa tahu dan belum mengerti tentang tahapan pemilihan umum diharapkan bisa menarik antusiasme dan memperoleh informasi baru yang bisa diperoleh, tidak hanya di lingkup pembelajaran sekolah saja tetapi juga bisa di dapatkan di luar jam sekolah atau di luar kelas melalui pendekatan
(64)
sosialisasi yang dilakukan oleh KPUD kota Yogyakarta. Bagi peneliti terobosan “jemput bola” (mengunjungi pemuda atau anak muda) ditempat-tempat umum lebih menjadikan peran KPUD kota Yogyakarta melalui Relasi semakin semarak, karena selain mengacu pada modul aturan yang telah ditetapkan oleh KPU RI, melainkan juga melihat fenomena di masyarakat kota Yogyakarta, khususnya para anak muda yang telah berkembang seiring dengan multikulturalisme budaya dan peradaban di kota Yogyakarta itu sendiri.
Dalam waktu yang berbeda peneliti melakukan wawancara lain yang dilakukan dengan salah satu koordinator Relasi dibidang sosialisasi di tingkatan pemilih pemula yakni Nuzul Hafiazah, tujuan wawancara kepada pihak koordinator ini untuk mencari informasi lebih mendalam tentang pelaksanaan sosialisasi yang telah dilakukan oleh KPUD kota Yogyakarta melalui Relasi, adapun penuturan yang bersangkutan adalah sebagai berikut;
“Pada dasarnya mas, kita dibekali dulu pemahaman dan pengetahuan tentang peran Relawan Demokrasi itu sendiri, dan dari pihak KPUD menjelaskan secara detail bagaimana kerja kami nantinya pada waktu diterjunkan ke lapangan. Sehingga kami mengerti akan jobdesk kami selaku koordinator yang bergerak untuk mensosialisikan pemilu 2014, kerja kami dilapangan merangkul kalangan muda untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang prosesi pemilu, walaupun juga sudah ada ya yang masuk sekolah, tetapi kami juga membuat group-group kecil guna memperlancar kinerja kami. Selebihnya kami melakukan kepada para pemuda dan pemilih pemula untuk mengajak mereka memilih pada pemilu 2014 silam, dengan mensimulasi tata cara pemilihan, memberikan brosur dan pamflet, serta mengajak mereka berinteraksi dalam permainan agar mereka lebih tertarik untuk menggunakan hak pilihnya itu.”
(65)
Dari untaian penjelasan yang dijelaskan oleh Nuzul H pada sesi wawancara lanjutan yang dilakukan oleh peneliti, “sayap” demokrasi yang dinamakan Relasi ini merupakan salah satu pilar penting dalam pelaksanaan sosialisasi pemuda, hemat peneliti perekrutan kawula muda sebagai garda depan dalam mensosialisasikan tentang pemilu kepada para pemilih pemula mempunyai nilai positif, hal ini bisa dikarenakan kedekatan atau kerelatifan umur yang tidak terpaut cukup jauh, sehingga memudahkan untuk memberikan pengetahuan melalui Relasi di bidang pemilih pemula. Pelaksanaan sosialiasi yang dilakukan oleh Relasi pemilih pemula seperti ini menggunakan metode pendekatan sosial yang dikemukan oleh Haryanto (2001:2), dan untuk klasifikasi dari teori yang dikemukakan oleh Haryanto, yang paling relevan dengan kinerja dari Relasi pemilih pemula adalah pada klasifikasi kelompok pertemanan (per group), sekolah sebagai medi pendekatan. Dalam pendekatan itulah yang dinilai paling mudah untuk memberikan pemahaman-pemaham tentang sosialisasi pemilu, sehingga perjalanan sosialiasi akan lebih efektif diterima oleh para pemilih pemula.
Penerapan metode baru yang dilakukan oleh KPUD kota Yogyakarta diharapkan akan mampu menarik minat para pemilih pemula, sehingga target capaian pemilih secara total dapat terpenuhi pada umumnya dan meningkatnya presentase pemilih pemula di pemilu presiden dan wakil presiden 2014. Akan tetapi melihat jumlah pendatang yang sangat banyak dan KPUD kota Yogyakarta juga perlu menseleksi dalam pola sosialisasi “jemput bola” ini masyarakat atau lebih khususnya adalah pemuda kota Yogyakarta yang
(66)
memiliki hak pilih dalam pemilu, karena yang dikhawatirkan adalah salahnya sasaran sosialisasi sehingga akan tidak tercapai dalam subtansi dari tujuan sosialisasi itu sendiri.
Komisi pemilihan umum disini bereperan sebagai fasilitator dalam melakukan sosialisasi untuk pemilih pemula, KPU mempunyai peran sebagai jembatan ke dinas pendidikan untuk memudahkan akses relasi dalam bersosialisasi untuk pemilih pemula dan juga sebagai jembatan dengan kompas group untuk melaksanakan simulasi.
Dalam melakukan sosialisasi ke pemilih pemula terdapat kurangya efektifitas dalam bersosialisasi dengan menggunakan cara jemput bola, dikarenakan tidak bisa dipastikan di setiap tempat bersosialisasi semua yang ada di tempat tersebut adalah sebagai daftar pemilih tetap kota Yogyakarta. b. Disabilitas atau difable.
Kaum disabilitas adalah seseorang yang mempunyai kekurangan mental maupun fisik yang dialami dalam diri seseorang, di dalam perundang-undangan kaum difable ini dijamin haknya sebagai pemilik hak suara di pemilu sesuai dengan ketetapan yang berlaku. Di kota Yogyakarta kaum difable diberikan hak untuk menggunakan hak suaranya melalui mekanisme pemilihan yang telah ditetapkan oleh KPUD kota Yogyakarta. Adapun data pemilu dari kaum difable tersebut adalah:
(67)
Table 3.3
Data pemilu kaum difable
No Kategori disabilitas Jumlah
1 Tuna netra / buta 126
2 Tuna rungu / wicara 131
3 Fisik 42
4 Daksa -
5 Lainnya 1
Total 300
Daftar pemilih difable, sumber KPU, diolah.
Untuk menguatkan analisa tentang difable maka peneliti melakukan wawancara dengan pihak KPU adapun transkip dari wawancara sebagai berikut :
“Kemudian untuk teman teman difable kita bekerja sama dengan teman teman organisasi bagian difable (sigap, cikal, sabda) dan teman teman kelompok difable yang ada di Yogyakarta untuk melakukan sosialisasi dengan datang keperkumpulan teman-teman difable. Kita mengundang mereka kesini dan juga melakukan simulasi. Di difable ini kpu kota yogyakarta di tahun 2014 mendapat penghargaan no 1 seindonesia sebagai kpu kota/kabupaten yang berhasil melaksanakan dan memfasilitasi kawan-kawan difable. Apa yang kami lakukan kami memfasilitasi kawan-kawan difable itu mulai dari sosialisasai, simulasi dengan brail (surat suara brail) alat bantu coblos brail kemudian di hari H (pileg) kpu kota menyediakan alat bantu coblos bagi kawan-kawan di dprd untuk pemilihan dprd kota Yogyakarta sedangkan kpu DIY untuk DPRD DIY sehingga di Indonesia satu satunya daerah yang kaum difable (khusunya tunanetra) dapat pelayan lebih untuk alat bantu coblos. Kemudian kita juga melakukan ke teman KPPS untuk bisa menyediakan akses TPS buat teman difable, kemudian kita juga meminta teman dibafle untuk menjadi penyelenggara pemilu pada level KPPS dan juga PPS dan itu ada. Itu beberapa hal yang kita lakukan untuk kawan-kawan difable dan itu semua bekerja sama dengan teman-teman pegiat difable. Di setiap event acara tentu saja kita selalu menyediakan penerjemah untuk kawan -kawan tuna rungu, itu kita sediakan entepreter untuk teman-temen tuna rungu, harapan kami proses sosialisasi benar-benar masuk di kaum difable.”
(68)
Menurut penuturan Sri Surani diatas menyebutkan bahwa tahapan sosialisasi hingga pemilihan ternyata menarik minat dari kaum difable karena KPUD kota Yogyakarta ini memberikan fasilitas yang sangat baik hal ini di tunjukan dengan antusiasme pemilih difable dan penghargaaan yang di peroleh KPUD Yogyakarta atas penyelenggaraan pemungutan suara di pemilu 2014 bagi kaum difable. Jadi menurut analisa peneliti, sukses besar pelaksanaan sosialisasi terhadap kaum difable adalah wujud orientasi pelayanan maksimal sesuai dengan tujuan sosialisasi pemilihan umum hingga memudahkan akses, kesadaran dan pemahaman serta pengetahuan tentang pemilu kepada kaum difable.
Menurut peneliti memperhatikan masyarakat penyandang difabel atau disabilitas ini adalah sebuah catatan bagus dalam pelaksanaan pemilu yang dilakukan oleh KPUD kota Yogyakarta, dengan memberikan pemahaman dan pengetahuan yang baik, melakukan simulasi pencoblosan yang pada akhirnya penyandang difabel atau disabilitas tidak mengalami kendala dalam proses pelaksanaan pemungutan suara pada waktu pemilihan. Dari untaian penjelasan yang telah disampaikan oleh narasumber atau informan primer yakni dari pihak KPUD kota Yogyakarta, maka peneliti melakuakan observasi lebih mendalam dengan mencari informasi lain dari pihak penyandang disabilitas maupun dari pihak Relasi yang mengkoordinir kaum disabilitas, hasil yang didapat oleh peneliti dikodingkan dalam bentuk teks, adapun hasil wawancara adalah sebagai berikut :
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)