Rekrutmen Calon Kepala Daerah: Studi Terhadap Rekrutmen Calon Walikota Dan Wakil Walikota Dari Partai Demokrat Dalam Rangka Pemilihan Kepala Daerah Kota Medan Tahun 2010
REKRUTMEN CALON KEPALA DAERAH:
Studi Terhadap Rekrutmen Calon Walikota Dan Wakil Walikota
Dari Partai Demokrat Dalam Rangka Pemilihan Kepala Daerah
Kota Medan Tahun 2010
D
I
S
U
S
U
N
Oleh:
NAMA : HENDRA KURNIAWAN MANIK
NIM : 070906037
DOSEN PEMBIMBING : Warjio, SS, MA
DOSEN PEMBACA : Indra Fauzan, S.H.I, M.Soc. Sc
DEPARTEMEN ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(2)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya, penulis telah dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini diajukan guna memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Strata Satu (S1) Jurusan Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Adapun yang menjadi judul dari skripsi ini adalah “REKRUTMEN CALON KEPALA DAERAH: Studi Terhadap Rekrutmen Calon Walikota Dan Wakil Walikota Dari Partai Demokrat Dalam Rangka Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota Medan Tahun 2010”. Ketertarikan penulis untuk membahas penelitian ini adalah untuk mengetahui mekanisme perekrutan calon Kepala Daerah Kota Medan 2010 oleh Partai Demokrat dan mengetahui faktor-faktor yang menjadi pertimbangan bagi Partai Demokrat dalam menetapkan calon Kepala Daerah Kota Medan yang akan diusungnya pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota Medan Tahun 2010.
Dalam skripsi ini penulis mengunakan metode penelitian deskripsi dengan beberapa teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara dan kepustakaan, sehingga dapat menjelaskan terhadap permasalahan yang ada. Sekiranya skripsi ini dapat memperkaya kajian ilmiah tentang pelaksanaan rekrutmen politik.
Akhirnya penulis menyadari akan ketidaksempurnaan dalam pembuatan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis membuka diri atas saran yang diberikan demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.
Medan, Februari 2011 Penulis,
(3)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI……… ii
DAFTAR TABEL……… v
ABSTRAK……… vi
BAB I PENDAHULUAN……….. 1
1.1 Latar Belakang……… 1
1.2 Rumusan masalah……… 10
1.3 Tujuan Penelitian………. 10
1.4 Manfaat Penelitian……….. 11
1.5 Kerangka Teori……… 11
1.5.1. Rekrutmen Politik……….. 11
1.5.2. Sistem Rekrutmen Politik……….. 13
1.5.3. Rekrutmen Calon Kepala Derah……… 17
1.5.4. Pemilihan Kepala Daerah langsung……… 19
1.5.5. Jenis Sistem Pencalonan……… 20
1.6 Metodologi Penelitian……… 21
1.6.1. Jenis Penelitian……….. 22
1.6.2. Lokasi Penelitian……… 22
1.6.3. Teknik Pengumpulan Data……… 22
1.6.4. Teknik Analisis data………. 23
(4)
BAB II DESKRIPSI PARTAI DEMOKRAT………. 25
2.1 Sejarah Pembentukan Dan Berdirinya Partai Demokrat…………. 25
2.2 Pengesahan Partai Demokrat……….. 27
2.3 Deskripsi Tentang Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrat Kota Medan………... 28
2.4 Kewajiban Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrat Kota Medan……… 30
2.5 Hak Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrat Kota Medan……… 31
2.6 Visi, Misi dan Tujuan Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrat Kota Medan……… 31
2.6.1. Visi partai Demokrat………. 31
2.6.2. Misi Partai Demokrat……… 32
2.6.3. Tujuan Partai Demokrat……… 33
2.7 Program Kerja Partai Demokrat………... 33
2.7.1. Sasaran Dan Pokok-Pokok Program……… 35
2.7.2. Program Operasional Konsolidasi……… 37
BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA……….. 42
3.1 Mekanisme Rekrutmen Calon Kepala Daerah Oleh Partai Demokrat……… 42
3.2 Mekanisme Rekrutmen Calon Walikota Kota Medan Oleh Partai Demokrat……… 45
(5)
4.1 Kesimpulan………. 61
(6)
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Simulasi Pilihan Terbuka
Tabel 2 Simulasi Pilihan Tertutup 10 Nama Tabel 3 Simulasi Pilihan Tertutup 6 Nama Tabel 4 Simulasi Pilihan Tertutup 4 Nama Tabel 5 Simulasi Pilihan Tertutup 3 Nama Tabel 6 Simulasi Pilihan Tertutup 2 Nama
(7)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK
NAMA : HENDRA KURNIAWAN MANIK
NIM : 070906037
REKRUTMEN CALON KEPALA DAERAH:
Studi Terhadap Rekrutmen Calon Walikota Dan Wakil Walikota Dari Partai Demokrat Dalam Rangka Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota Medan Tahun 2010
ABSTRAK
Penyelengaraan pemilihan kepala daerah secara langsung saat ini sudah seharusnya juga membawa dampak baik bagi partai politik. Di mana pilkada semacam ini mampu menjadi motivasi bagi partai politik dalam melaksanakan fungsinya yaitu rekrutmen politik, dalam artian mempersiapkan kader-kadernya terbaiknya yang nantinya akan mampu bersaing dalam setiap pemilihan kepala daerah. Rekrutmen politik pada dasarnya menjadi fungsi strategis dalam membesarkan partai politik atau pun menghimpun masyarakat suara dalam memenagkan Pilkada apabila partai-partai politik menjalankan fungsi ini.
Partai Demokrat merupakan salah satu partai politik yang ikut ambil bagian dalam pertarungan perebutan jabatan nomor satu di lembaga eksekutif Kota Medan. Partai Demokrat mempunyai 32% dari jumlah kursi DPRD Medan sehingga berhak untuk mendaftarkan pasangan calon Walikota Kota Medan dalam Pilkada Kota Medan 2010. Dalam rangka menghadapi Pilkada Kota Medan tersebut, Partai Demokrat pun melaksanakan proses rekrutmen calon walikota dan wakil walikota. Dalam penetapan akhir, Partai Demokrat memutuskan mengusung Rahudman Harahap dan Dzulmi Eldin sebagai pasangan calon Walikota dan calon Wakil Walikota yang merupakan berasal dari kalangan luar Partai Demokrat.
Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian deskriptif, yaitu dengan menggunakan observasi, metode wawancara dan studi pustaka untuk mengetahui tentang mekanisme perekrutan calon Kepala Daerah Kota Medan 2010 oleh Partai Demokrat dan mengetahui faktor-faktor yang menjadi pertimbangan bagi Partai Demokrat dalam menetapkan calon Kepala Daerah Kota Medan.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah Rekrutmen calon kepala daerah yang dilakukan oleh Partai Demokrat didasarkan atas Peraturan Organisasi Nomor: 10/PO-02/DPP/PD/II/2007 tentang pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah. Proses rekrutmen calon kepala daerah dari Partai Demokrat menggunakan sistem rekrutmen politik terbuka yang dirangkai dalam suatu tata cara penjaringan bakal calon kepala daerah dan wakil kepala daerah.
(8)
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pemilihan kepala daerah dengan memilih secara langsung oleh rakyat telah menjadi gaya baru dalam menerapkan demokrasi di negara kita saat ini Indonesia. Hampir tidak ada hentinya pemilihan kepala daerah ini dilaksanakan di negeri ini yang akrab disebut dengan Pilkada. Dalam menegakkan demokrasi, Pilkada semacam ini memberikan wewenang yang besar bagi masyarakat dalam memilih pemimpinnya, di mana masyarakat dapat menetukan pilihan secara langsung sesuai dengan kehendaknya. Sebagai mana yang dikemukakan Prihatmoko, ia mengemukakan bahwa Pillkada langsung merupakan mekanisme demokratis dalam rangka rekrutmen pemimpin di daerah, di mana rakyat secara menyeluruh memiliki hak dan kebebasan untuk memilih calon-calon yang didukungnya, dan calon-calon bersaing dalam suatu medan permainan dengan aturan main yang sama.1
Keadaan semacam itu seharusnya tidaklah harus terjadi karena masyarakat saat ini akan semakin cerdas dalam menentukan pilihannya. Sehingga dalam hal ini peran partai politik lah yang seharusnya diperhatikan dalam memaksimalkan
fungsi-Pilkada saat ini menjadi kegiatan rutinitas lima tahunan, di mana masyarakat seakan dijadikan konsumen ataupun aktor penting yang diperebutkan suaranya bagi para calon pemimpin kepala daerah yang betarung di Pilkada. Masyarakat pun dimanjakan dengan berbagai perhatian dan diberikan impian untuk hidup lebih baik oleh para petarung dalam Pilkada demi kemenangannya.
1 Joko J. Prithatmoko, Pemilihan Kepala Daerah Langsung, Yogyakarta, pustaka pelajar. 2005. Hal.
(9)
fungsi partai politik. Adanya pelaksanaan Pilkada langsung di Indonesia yang pertama sekali diterapkan sejak bulan Juni 2005 memang menjadi ujian bagi partai politik untuk lebih terbuka atau membuka diri terhadap dinamika masyarakat. Pemberdayaan masyarakat sipil sebenarnya ditumbuh kembangkan melalui kemampuan partai politik dalam menarik dukungan dan minat rakyat untuk berpolitik, dalam arti menjadi bagian dari proses pengambilan keputusan secara langsung.2
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Koirudin bahwa partai politik merupakan salah satu institusi inti dari pelaksanaan demokrasi modern.3
Selain hal tersebut pemimpin juga menjadi salah satu faktor penting lainnya untuk membawa perubahan dan perkembangan suatu bangsa. Pemimpin dalam hal ini adalah kepala daerah. Kepala daerah adalah jabatan politik dan jabatan publik yang bertugas memimpin birokrasi menggerakkan jalannya roda pemerintahan. Kepala daerah menjalankan fungsi pengambilan kebijakan atas fungsinya yaitu menjadi perlindungan, pelayan publik dan pembangunaan. Istilah jabatan public mengandung pengertian bahwa kepala daerah menjalankan fungsi pengambilan Demokrasi modern mengandalkan sebuah sistem yang disebut keterwakilan, baik keterwakilan dalam lembaga formal kenegaraan maupun keterwakilan aspirasi masyarakat dalam institusi kepartaian. Upaya menegakkan demokrasi tentulah dibutuh sarana atau saluran politik yang koheren dengan kebutuhan masyarakatnya. Dalam hal tersebut partai politik adalah salah satu sarana yang dimaksud, di mana partai politik mempunyai ragam fungsi, platform, dan dasar pemikiran. Hal itulah yang dapat dijadikan pertimbangan untuk menilai demokrasi tidaknya suatu pemerintahan.
2
Pnenie Chalid (ed), Pilkada Langsung, Demokratisasi Daerah dan Mitos Good Governance, Jakarta, Pertnership Kemitraan, 2005, hal.19-20.
(10)
kebijakan yang terkait langsung dengan kepentingan rakyat, berdampak terhadap rakyat, dan dirasakan oleh rakyat.4
Partai politik saat ini hanya dianggap sebagai suatu jalan menuju tampuk kekuasaan tanpa memandang makna dan fungsi sebuah partai politik sebagai sarana untuk melakukan pendidikan politik, rekrutmen politik, dan sosialisasi politik sudah terlupakan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ramlan Surbakti bahwa terdapat beberapa fungsi dari partai politik, yaitu sosialisasi politik, rekrutmen politik, partisipasi politik, pemadu kepentingan, komunikasi politik, pengendali konflik, dan kontrol politik.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kepala daerah lah yang menjadi penentu bagi kemajuan atau pun kemunduran dari kondisi kehidupan masyarakatnya. Namun jika kita perhatikan saat ini ketidakmenentuan menjadi keaadan yang dominan yang dihasilkan para pemimpin. Kepala daerah yang saat ini dilahirkan dari pemilihan langsung oleh rakyatnya ternyata bukan lah secara murni untuk memperjuangkan nasib rakyat. Nasib rakyat hanya diperhatikan sebatas saat menjelang pemilihan kepala daerah saja, setelah pemilihan kepala daerah berlangsung maka mulai ditinggalkan lah nasib rakyat. Ini lah yang selama ini menjadi pemaknaan yang keliru dari partai politik dan pemilihan kepala daerah.
5
Partai politik sebagai suatu organisasi sangat beperan dalam mencetak pemimpin yang berkualitas dan berwawasan nasional dengan tidak hanya berorientasi pada kepentingan partai politik yang diwakilinya.
Salah satu fungsi partai politik yang menarik disorot terkait pelaksanaan Pilkada langsung ini adalah rekrutmen politik.
6
4 Joko J. Prihatmoko, Pemilihan Kepala Daerah Langsung. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. 2005.
hal.203.
5 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Jakarta, Grasindo, hal.161.
6 Firmanzah, Mengelolah Partai Politik, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia,2008, hal. 70.
Hal ini lah yang menjadi alasan diperlukannya sistem rekrutmen politik. Menurut Almond dan Powel,
(11)
mereka mengungkapkan bahwa partai politik mempunyai peran dalam menyeleksi orang-orang berbakat ataupun orang-orang pilihan untuk mengisi posisi-posisi politik tertentu dan selanjutnya memotivasi mereka untuk bekerja dalam kerangka kepentingan serta tuntutan partai politik yang bersangkutan. Miriam Budiardjo pun mengemukakan hal yang sama, bahwa rekrutmen politik menjadi fungsi partai politik untuk mencari orang-orang muda berbakat untuk aktif dalam kegiatan politik.7 Dalam menjalankan fungsi ini setidaknya ada dua cara yang dilakukan partai politik, yaitu secara terbuka dan secara tertutup. Rekrutmen terbuka berarti bahwa seluruh warga negara tanpa kecuali mempunyai kesempatan yang sama untuk direkrut apabila yang bersangkutan telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditetukan. Sedangkan rekrutmen politik tertutup merupakan suatu proses rekrutmen secara terbatas, di mana hanya individu-individu tertentu saja yang dapat diangkat ataupun direkrut untuk menduduki jabatan politik atau jabatan politik.8
Penyelengaraan pemilihan kepala daerah secara langsung saat ini sudah seharusnya juga membawa dampak baik bagi partai politik. Di mana pilkada semacam ini mampu menjadi motivasi bagi partai politik dalam melaksanakan fungsinya yaitu rekrutmen politik, dalam artian mempersiapkan kader-kadernya
Rekrutmen politik tertutup ini mengindikasikan tidak adanya kesempatan yang sama bagi setiap warga negara untuk direkrut partai politik, dengan artian bahwa hanya individu-individu yang dekat dengan penguasa atau pemimpin politiklah yang mempunyai kesempatan untuk masuk dalam partai politik dan menduduki jabatan-jabatan politik. Fungsi partai sebagai rekrutmen politik lah yang menjadi landasan dalam membahas permasalahan ini.
7
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta, PT. Gramedia, 2008,hal,408.
8 Syamsudin Haris (ed), Pemilu Langsung di Tengah Oligarki Partai Proses Nominasi dan Seleksi
(12)
terbaiknya yang nantinya akan mampu bersaing dalam setiap pemilihan kepala daerah. Sebagaimana yang dikemukakan Eriyanto, bahwa dalam Pilkada langsung semacam ini, kandidat yang mempunyai ketokohan tinggi akan lebih dipilih, tidak peduli berasal dari partai mana. Hal inilah yang menyebabkan betapa pentingnya tahap rekrutmen yang dilakukan oleh partai politik.9
Namun, pada kenyataan yang ada saat ini sering dijumpai partai politik yang melakukan cara praktis dalam menentukan aktor yang dia usung sebagai kepala daerah. Seperti yang dikemukakan Koordinator Bidang Pemenangan Pemilu DPP Partai Golkar Leo Nababan menyatakan strategi partai politik (parpol) merekrut calon pemimpin instan dianggap merusak proses kaderisasi internal. Selain itu, langkah tersebut telah merusak citra parpol sebagai pencetak calon pemimpin. Ia juga mengemukakan munculnya banyak parpol di era reformasi merupakan sebuah kemajuan dalam demokrasi. Namun, sayangnya kebanyakan parpol lupa mempersiapkan infrastruktur yang bisa menjadi pondasi kuat seperti kaderisasi.
Rekrutmen politik atau suatu proses seleksi terhadap calon-calon atau kader partai yang akan ditempatkan dalam jabatan pemerintahan merupakan salah satu fungsi partai politik yang menarik untuk diperhatikan. Rekrutmen politik pada dasarnya menjadi fungsi strategis dalam membesarkan partai politik atau pun menghimpun masyarakat suara dalam memenagkan Pilkada apabila partai-partai politik menjalankan fungsi ini.
10
9Eriyanto, Pilkada dan Penguasaan Partai Politik, Kajian LSI Edisi 03-juli 2007,
www.isi.co.id/2007/07.
10 Dalam Okezone.com. Kaderisasi Parpol Terancam Gagal. www.okezone.com. Kamis, 11
September 2008.
Hal tersebut dengan kata lain dapat menandakan bahwa kebanyakan para calon kepala daerah bukan lahir dari kaderisasi partai politik yang berjenjang melainkan
(13)
berasal dari kalangan birokrasi, pengusaha dan partai politik terkadang lebih memilih figur yang berasal dari kader partai politik lain ketimbang dari kadernya sendiri. Hal semacam itu dapat terjadi dilakukan karena adanya tujuan yang telah melekat dalam partai politik yaitu mengambil bagian ataupun dapat dikatakan memenangkan perebutan kekuasaan. Partai politik memaknai Pilkada langsung ini sebagai sebuah jalan dalam mencapai tujuannya tersebut. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ahmad Nyarwi, bahwa terdapat beberapa makna penting kemenangan Pilkada bagi partai politik yaitu: pertama, sebagai kata kunci awal di dalam memperebutkan kekuasaan eksekutif di masing-masing daerah. Setidaknya, arena eksekutif inilah nantinya bisa menjadi mesin yang ampuh dalm menjalankan kebijakan dan visi-visi politik masing-masing paratai politik. Kedua, sebagai peluang bagi partai politik dalam proses pembelajaran para kader politiknya. Hal ini terutama bagi partai politik yang selama proses Pilkada cendrung mendorong para kadernya untuk maju sebagai kandidat. Ketiga, sebagai arena untuk menjaring para kader potensial yang popular.11
Kota Medan pada Rabu 12 Mei 2010 melakasanakan Pemilihan Kepala Daerah Langsung yang merupakan wujud dari demokrasi, di mana masyarakat kota Medan mempunyai hak dalam menentukan pemimpin kotanya. Partai Demokrat merupakan salah satu partai politik yang ikut ambil bagian dalam pertarungan perebutan jabatan nomor satu di lembaga eksekutif Kota Medan. Kesempatan Partai Ddemokrat untuk ikut serta dalam pilkada tersebut diperoleh berdasarkan pada UU NO. 32 Tahun 2004 tentang Pemerinthan Daerah pasal 59 ayat (2) yang menyatakan bahwa “Partai politik atau gabungan partai politik dapat mendaftarkan pasangan calon apabila memenuhi persyaratan perolehan sekurang-kurangnya 15% (lima belas
11Ahmad Nyarwi, Siasat Partai Politik dan Strategi Pencalonan , Kajian LSI Edisi 03-juli 2007,
(14)
persen) dari jumlah kursi DPRD atau 15% (lima belas persen) dari akumulasi perolehan suara sah dalam Pemilihan Umum anggota DPRD di daerah yang bersangkutan”. Partai Demokrat sendri diketahui dalam pemilu legislatif DPRD Medan, Partai Demokrat mampu meraih 16 kursi dari 50 kursi anggota DPRD Medan yang ada.12
Dalam rangka menghadapi Pilkada Kota Medan tersebut, Partai Demokrat pun melaksanakan proses rekrutmen calon walikota dan wakil walikota. Terdapat beberapa nama bakal calon yang melakukan pendekatan, sebagaimana yang dikemukakan Koordinator tim 9 DPC Partai Demokrat Kota Medan Parlindungan Sipahutar, diantaranya Akhwan Ismadi, Amin Daulay, Safwan Khayat, Bahdin Nur Tanjung dan Maulana Pohan.
Dengan demikian Partai Demokrat mempunyai 32% dari jumlah kursi DPRD Medan dan berhak untuk mendaftarkan pasangan calon Walikota Kota Medan dalam Pilkada Kota Medan 2010.
13
Penetapan calon walikota dan wakil walikota Medan dari partai Demokrat terlihat tidak mudah. Pendaftaraan Denni Ilham bersama Dianto ke KPU 10 Februari 2010 sebagai pasangan calon walikota dan wakil walikota Kota Medan, menjadi pemicu selisih paham antara DPP Partai Demokrat dengan DPC Partai Demokrat Sementara terdapat dua nama bakal calon walikota maupun wakil walikota yang berasal dari kalangan internal Partai Demokrat sendiri yakni Denni Ilham Panggabean yang pada saat itu menjabat sebagai Ketua DPC Partai Demokrat Kota Medan dan nama bakal calon berikutnya yakni Nurhasanah sebagai bakal calon wakil Walikota Medan.
12 Dalam hariansib.com.
13
Dalam Skala Indonesia.com, Ketua Partai Demokrat Medan Denni Ilham Dinonaktifkan,
Pencalonannya Menjadi Walikota Medan Ditarik dari KPU.
(15)
Kota Medan yang diketuai oleh Denni Ilham.14 Mereka keduanya merupakan kader Partai Demokrat yang didukung sepenuhnya oleh Dewan Pengurus Anak Cabang Partai Demokrat Kota. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Atan Gultom Ketua DPAC Medan Kota mewakili DPAC se Kota Medan, “Kami atas nama DPAC Partai Demokrat Se- Kota Medan, mendukung sepenuhnya pasangan Denni dan Dianto MS (DEDI) untuk menjadi Walikota dan Wakil Walikota priode 2010 – 2015, yang akan di gelar tanggal 12 Mei 2010 nanti. Dukungan ini murni dari DPAC, tidak ada bentuk paksaan apapun atau intimidasi dari siapapun. Karena, menurut kami, pasangan DEDI ini layak untuk mengambil posisi tersebut”. Selain itu ia juga mengemukakan bahwa Para DPAC secara tegas menolak balon Walikota dan Wakilnya diluar dari pada pengurus maupun kader partai Demokrat sendiri. Sebab, kalau bukan dari kalangan pengurus dan kader partai,artinya partai ini sudah tidak jelas lagi arahnya. Pasangan DEDI adalah, merupakan kader partai terbaik,yang telah membesarkan partai Demokrat di Kota Medan. Jadi, wajib hukumnya kepada seluruh kader dan simpatisan partai Demokrat untuk mensukseskan dan memenangkan pasangan DEDI menjadi Walikota dan Wakil Walikota Medan.15
Namum, pada kenyataanya keputusan Denni Ilham untuk mendaftarkan diri sebagai calon walikota Medan mendapat tentangan dari DPP Partai Demokrat. Berdasarkan Anggaran Dasar Partai Demokrat pasal 16 ayat (5) yang menggariskan bahwa “DPP Partai Demokrat yang mempunyai wewenang dalam menetapkan calon bupati, calon wakil bupati, calon walikota, dan calon wakil walikota atas usul Dewan Pimpinan Cabang melalui Dewan Pimpinan Daerah”. Dapat dikatakan pendaftaran
14 Ibid,.
15
Dalam DNABerita.com, DPAC Partai Demokrat se- Kota Medan Dukung “DEDI”. www.dnaberita.com.Sabtu 13/02/2010.
(16)
Denni Ilham ke KPU Medan yang telah ia lakukan bukanlah berdasarkan atas keputusan DPP Partai Demokrat mekipun ia telah mendapat dukungan dari DPAC se Kota Medan.
Keadaan semakin mengejutkan ketika DPP Partai Demokrat membuat keputusan bahwa yang menjadi pasangan calon walikota dan calon wakil walikota yang diusung Partai Demokrat dalam Pilkada Kota Medan adalah Rahudman dan Eldin yang diketahui bukan berasal dari kader Partai Demokrat. Denni Ilham yang sempat mendaftarkan diri pun kemudian menarik pendaftarannya dan di nonaktifkan sebagai Ketua DPC Partai Demokrat Kota Medan. Melihat hal tersebut terlihat bahwa kader bukan lah menjadi priyoritas penting bagi Partai Demokrat dalam mempertimbangkan penetapkan calon kepala daerah. Kader partai seperti Denni Ilham yang yang juga menjabat sebagai Ketua Demokrat ternyata tidak menjamin ia akan mulus melangkah menjadi calon walikota Kota Medan. Suara dari para DPAC Partai Demokrat yang mendukung pencalonan Denni Ilham pun seakan diabaikan. DPP Partai Demokrat yang mempunyai kewenangan atas penetapan calon kepala daerah ternyata lebih memilh pasangan Rahudman dan Eldin.
Keputusan pencalonan Rahudman dan Dzulmi Eldin yang bukan berasal dari Partai Demokrat tersebut merupakan fenomena yang menarik untuk dibahas dalam mengetahui mekanisme perekrutan calon kepala daerah yang dilakukan oleh Partai Demokrat. Keputusan DPP Partai Demokrat yang lebih memilih Rahudman dari pada Denni Ilham yang merupakan kader Partai Demokrat sebagai calon walikota itu pun menimbulkan pertannyaan, seperti faktor apa saja yang menjadi alasan Partai Demokrat lebih memilih Rahudman yang bukan berasal dari kader Partai Demokrat? Hal tersebut menjadi menarik untuk dibahas karena posisi Partai Demokrat yang mengalami peningkatan perolehan suara dalam pemilu legislatif khususnya di Kota
(17)
Medan ternyata terlihat masih belum memberikan kepercayaan diri lebih bagi Partai Demokrat untuk memajukan kader-kadernya sendiri sebagai calon kepala daerah Kota Medan.
Dari uraian tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan kajian terhadap Rekrutmen Calon Kepala Daerah: Studi Terhadap Rekrutmen Calon Walikota dan Wakil Walikota dari Partai Demokrat Dalam Rangka Pemilihan Kepala Daerah Kota Medan Tahun 2010.
1.2.Rumusan Masalah
Bedasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam latar belakang maka yang menjadi rumusan masalah penelitian ini adalah:
1. Bagaimana mekanisme perekrutan calon kepala daerah Kota Medan yang dilakukan oleh Partai Demokrat?
2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi pertimbangan bagi Partai Demokrat dalam merekrut Rahudman Harahap menjadi calon kepala daerah dalam Pilkada Kota Medan 2010?
1.3.Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui mekanisme perekrutan calon Kepala Daerah Kota Medan 2010 oleh Partai Demokrat.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi pertimbangan bagi Partai Demokrat dalam menetapkan Rahudman menjadi calon Kepala Daerah Kota Medan.
(18)
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan kreatifitas dan mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis serta sebagai media bagi penulis untuk menghasilkan sebuah karya ilmiah.
2. Penelitian ini dapat memperkaya kajian ilmiah tentang mekanisme perekrutan calon kepala daerah yang dilakukan oleh Partai Demokrat pada Pilkada Kota Medan 2010.
3. Menambah informasi bagi partai politik ataupun masyarakat tentang mekanisme perekrutan calon kepala daerah serta faktor-faktor yang menjadi kriteria partai politik dalam menetapkan seseorang menjadi calon kepala daerah.
1.5. Kerangka Teori
Dalam membahas permaslahan ini digunakan beberapa konsep teori sebagai berikut:
1.5.1. Rekrutmen Politik
Mochtar Mas’oed mengemukakan bahwa rekrutmen politik merupakan fungsi penyeleksi rakyat untuk kegiatan politik dan jabatan pemerintahan melalui penampilan dalam media komunikasi, menjadi anggota organisasi, mencalonkn diri untuk jabatan tertentu, pendidikan dan ujian.16
16 Hesel Nogi Tangkilisan, Kebijakan Publik yang Membumi, Yogyakarta: Yayasan Pembaruan
Administrasi Publik Indonesia & Lukman Offset, 2003, hal. 188.
Peran dan
fungsi partai politik tersebut Juga secara detail dijelaskan oleh Ramlan Surbakti. Ia mengemukakan bahwa fungsi utama partai politik adalah mencari dan mempertahankan kekuasaan guna mewujudkan program-program yang disusun
(19)
berdasarkan ideology tertentu. Cara yang digunakan oleh suatu partai politik dalam sistem politik demokrasi untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan adalah ikut serta dalam pemilihan umum. Ketika melaksanakan fungsi itu partai politik dalam sistem politik demokrasi melaksanakan tiga kegiatan, yaitu meliputi seleksi calon-calon, kampanye, dan melaksanakan fungsi pemerintahan (legislatif/ yudikatif). Apabila kekusaan untuk memerintah telah diperoleh maka partai politik itu beperan pula sebagai pembuat keputusan politik. Partai politik yang tidak mencapai mayoritas di badan perwakilan rakyat akan beperan sebagai pengontrol terhadap partai mayoritas.
Ramlan Surbakti juga mengemukakan bahwa rekrutmen politik adalah seleksi dan pemilihan atau seleksi dan pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem sistem politik pada utmen umumnya dan pemerintahan pada khususnya. Fungsi ini semakin besar posisinya manakala partai politik itu merupakan partai politik tunggal seperti dalam sistem politik totaliter, atau manakala partai politik ini merupakan partai mayoritas dalm badan perwakilan rakyat sehingga berwenang membentuk pemerintahan dalam sistem politik demokrasi. Fungsi rekrutmen merupakan kelanjutan dari fungsi mencari dan mempertahankan kekuasaan. Selain itu fungsi rekrutmen politik sangat penting bagi kelangsungan sistem politik sebab tanpa elit yang mampu melaksanakan peranannya, kelangsungan hidup sistem politik akan terancam.17
(20)
1.5.2. Sistem Rekrutmen Politik
Menurut Nazaruddin Syamsudin, sistem rekrutmen politik dibagi menjadi dua cara18
• Pertama, rekrutmen terbuka yaitu dengan menyediakan dan memberikan kesempatan yang sama bagi seluruh warga negara untuk ikut bersaing dalam proses penyeleksian. Dasar penilaian dilaksanakan melalui proses dengan syarat-syarat yang telah ditentukan, melalui pertimbangan-pertimbangan yang objektif rasional, di mana setiap orang yang memenuhi syarat untuk mengisi jabatan politik yang dipilih oleh rakyat mempunyai peluang yang sama dalam melakukan kompetisi untuk mengisi jabatan baik jabatan politik maupun administrasi atau pemerintahan.
:
• Kedua, rekrutmen tertutup yaitu adanya kesempatan untuk masuk dan dapat menduduki posisi politik tidaklah sama bagi setiap warga negara, artinya hanya individu-individu tertentu yang dapat direkrut untuk menempati posisi dalam politik maupun pemerintah. Dalam sistem yang tertutup ini orang yang mendapatkan posisi elite melalui cara-cara yang tidak rasional seperti pertemanan, pertalian keluarga dan lain-lain.
Sistem rekrutmen politik bakal calon yang diberlakukan partai politik berbeda-beda, antara lain sistem pemilihan tertutup dan dan sistem konvensi: 1. Sistem Pemilihan Tertutup
Sistem pemilihan tertutup adalah sistem rekrutmen bakal calon yang dilakukan hanya oleh pengurus partai politik dangan berbagai variasi sistem. Istilah variasi sistem merujuk pada mekanisme penentuan akhir bakal calon yang akan mengikuti kompetisi pilkada langsung atau menjadi calon.
(21)
partai politik yang demokrasi, umumnya menetapkan bahwa penentuan akhir pencalonan adalah pengurus partai politik setempat. Sedangkan partai-partai politik konservatif, dengan sistem kepemimpinan yang bergantung pada figure, pencalonan akhir pada ditentukan oleh pengurus pusat.
2. Sistem Konvensi
Sistem rekrutmen politik yang sangat popular di negara-negara demokrasi adalah sistem konvensi. Sistem ini dilakukan dengan cara pemilihan pendahuluan terhadap bakal calon dari partai politik oleh pengurus dan atau anggota partai, sebagaimana dilakukan partai Golkar dalam pemilu presiden atau wakil presiden 2004. Kelebihan dari sistem ini terletak pada pengembangan atau peningkatan popularitas bakal calon melalui proses kampanye internal partai dan pendidikan politik yang ditawarkan. Sistem politik sangat efektif bagi partai kader, dan sebaliknya kurang efektif bagi partai massa.19
Sedangkan menurut Miftah Thoha bahwa terdapat tiga sistem yang sering digunakan dalam proses rekrutmen, yaitu:20
• Sistem Patronik (patronage sistem)
Sistem patronik dikenal sebagai sistem kawan, karena dasar pemikirannya dalam proses rekrutmen berdasarkan kawan, di mana dalma mengangkat seseorang untuk menduduki jabatan, baik dalam bidang pemerintahan maupun politik dengan pertimbangan yang bersangkutan masih kawan dekat, sanak famili dan ada juga karena asal daerah yang sama. Sistem kawan ini juga didasarkan atas dasar perjuangan politik karena memiliki
19
Joko. J. Prihatmoko, Pemilihan Kepala Daerah Langsung Filosofi, Sistem dan Problema di
Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005, hal. 238-239.
(22)
satu aliran politik, ideology dan keyakinan yang sama tanpa memperhatikan keahlian dan keterampilan.
• Sistem Merita (merit sistem)
Sistem ini berdasarkan atas jasa kecakapan seseorang dalam usaha mengangkat atau menduduki padaa jabatan tertentu sehingga sistem ini lebih bersifat objektif karena atas dasar pertimbangan kecakapan. Dengan dasar pertimbangan seperti ini, maka acapkali sistem ini di Indonesia dinamakan sistem jasa. Penilaian objektif tersebut pada umumnya ukuran yang dipergunakan ialah ijazah pendidikan, sistem seperti ini sering disebut dengan “spoil sistem”.
• Sistem Karir (career sistem)
Sistem ini sudah lama dikenal dan dipergunakan secara luas untuk menunjukkan pengertian suatu kemajuan seseorang yang dicapai lewat usaha yang dilakukan secara dini dalam kehidupannya baik dunia kerja maupun politik.
Sistem rekrutmen politik memiliki keberagaman yang tiada terbatas, namun pada dasarnya ada dua cara khusus seleksi pemilihan, yaitu melalui kriteria universal dan kriteria partikularistik. Pemilihan dengan kriteria universal merupakan seleksi untuk memainkan peranan dalam sistem politik berdasarkan kemampuan dan penampilan yang ditunjukkan lewat tes atau ujian prestasi. Sedangkan yang dimaksud dengan kriteria partikularistik adalah pemilihan yang bersifat primordial yang didasarkan pada suku, agama, ras, keluarga, almamater atau factor status.
Terkait dengan itu maka untuk menciptakan rekrutmen yang sehat berdasarkan sistem politik yang ada sehingga membawa pengaruh pada elit
(23)
politik terpilih membutuhkan adanya mekanisme yang dapat menyentuh semua lapisan, golongan serta kelas sosial masyarakat.
Oleh karena itu, Seligman dalam Kebijakan Politik yang Membumi memandang rekrutmen sebagai suatu proses yang terdiri dari21
• Penyaringan dan penyaluran politik yang mengarah pada (pemenuhan syarat calon).
:
• Pencalonan atau proses dua tahap yang mensyaratkan inisiatif dan penguatan.
• Seleksi, yakni pemilihan calon elite politik yang sebenarnya.
Rekrumen politik diharapkan agar memperhatikan mekanisme berlaku karena penting dalam hal pengambilan keputusan atau pembuatan kebijaksanaan. Pada umumnya elit politik yang direkrut biasanya orang-orang yang memiliki latar belakang sosial, budaya disamping memiliki kekuatan ekonomi yang memadai menjadi persyaratan. Walaupun prosedur-prosedur yang dilaksanakan oleh tiap-tiap sistem politik berbeda satu dengan yang lainnya, namun terdapat suatu kecendrungan bahwa individu-individu yang berbakat yang akan dicalonkan menduduki jabatan-jabatan politik maupun jabatan pemerintahan.
Putnam juga mengemukakan bahwa ada beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam proses seleksi elit politik, yaitu:22
1. Keahlian teknis, dimana keahlian ini sangat dibutuhkan untuk melaksanakan peranan-peranan politik yang rumit dalam kaitannya dengan peranan dalam proses sosial.
21 Ibid, hal. 190.
(24)
2. Keahlian berorganisasi dan persuasi, dimana keahlian ini sangat penting untuk pembuatan keputusan politik atau kebijaksanaan pemerintah yang umumnya dilakukan oleh kaum elit, karenanya dibutuhkan keterampilan negoisasi atau mobilisasi orang atau pejabat yang terlibat dalam pembuatan keputusan dan pelaksanaannya.
3. Loyalitas dan reliabilitas politik yang menyangkut derajat kepercayaan politik dari berbagai kekuatan atau golongan masyarakat, karena hal ini akan sangat membantu dalam pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik.
1.5.3. Rekrutmen Calon Kepala Daerah
Tidak semua anggota ataau pengurus partai politik atau warga Negara dapat menjadi calon kepala daerah. Kedudukan kepala daerah, baik Gubernur, Bupati, dan Walikota, membutuhkan kompetisi tertentu yang menunjukkan kapasitas dan kapabilitas agar dapat memimpin pemerintahan dengan baik. Karena itulah sebelum memasuki kompetisi dalam Pilkada langsung, lazimnya partai-partai politik melakukan rekrutmen bakal calon. Rekrutmen bakal calon menjadi calon oleh partai politik atau gabungan partai, dikenal dengan seleksi partai yang merupakan seleksi tahap kedua setelah sistem dalam rangkaian proses rekrutmen politik.
Dalam melaksanakan rekrutmen bakal calon, partai politik memberlakukan sistem atau mekanisme yang berbeda-beda, antara lain sistem pemilihan tertutup dan sistem konvensi.23
23 Joko J.Prihatmoko, Op. cit, hal. 238-239.
(25)
1. Sistem pemilihan tertutup
Sistem pemilihan tertutup adalah sistem rekrutmen bakal calon yang dilakukan hanya oleh pengurus partai politik dengan berbagai variasi sistem. Istilah ini “variasi sistem” merujuk pada mekanisme penentuan akhir bakal calon yang mengikuti kompetisi pilkada langsung atau yang akan menjadi calon. Partai-partai politik yang demokratis, dengan sistem kepemimpinan demokratis pula, umumnya menetapkan bahwa penentu akhir pencalonan adalah pengurus partai politik setempat. Sedangkan partai-partai politik konservatif, dengan sistem kepemimpinan yang bergantung pada figure, pencalonan akhir ditentukan oleh pengurus pusat.
2. Sistem konvensi
Sistem rekrutmen calon yang sangat popular di negara-negara demokrasi adalah sistem konvensi. Sistem konvensi dilakukan dengan cara pemilihan pendahuluan terhadap bakal calon dari partai politik oleh pengurus dan atau anggota partai. Kelebihan sistem konvensi terletak pada pengembangan atau peningkatan popularitas bakal calon melalui prose kampanye internal partai dan pendidikan politik yang ditawarkan (debat public, penyampaian visi dan misi, dan lain-lain). Sistem konvensi sangat efektif bagi partai kader, dan sebaliknya kurang efektif bagi partai massa.
Karena popularitas sangat penting dalam Pilkada langsung, maka proses seleksi atau rekrutmen bakal calon oleh partai politik merupakan dinamika tersendiri. Proses tersebut merupakan kampanye pendahuluan yang akan mendapat publikasi luas. Karena itulah, belakangan sangat jarang ditemukan partai politik yang menggunakan sistem partai politik tertutup murni. Partai-partai berlomba-lomba membuka kesempatan bagi seluruh warga untuk menjadi bakal
(26)
calon yang dipublikasikan secara luas melalui media massa. Selain itu, partai politik juga mengubah mekanisme rekrutmen dengan melakukan semacam uji kepatutan dan kelayakan (fit and proper test) kepada bakal calon. Kendati demikian, mekanisme dan kriteria yang ditetapkan sesungguhnya tetap memberi kesempatan yang lebih besar kepada pengurus dan/ atau anggota partai politik itu sendiri.
1.5.4. Pemilihan Kepala Daerah Langsung24
David Easton, teoritis pertama yang memperkenalkan pendekatan sistem dalam politik, menyatakan bahwa suatu sistem selalu memiliki sekurungnya 3 sifat. Ketiga sifat tersebut adalah (1) terdiri dari banyak bagian-bagian, (2) bagian-bagian itu saling berinteraksi dan saling tergantung, (3) mempunyai perbatasan yang memisahkannya dari lingkungan yang juga terdiri dari sistem-sistem lain.
Sebagai satu sistem, sistem pilkada langsung mempunyai bagian-bagian yang merupakan sistem sekunder atau sub-sub sistem. Bagian-bagian tersebut adalah
electoral regulation, electoral process, dan electoral law enforcement. Electoral
Regulation segala ketentuan atau aturan-aturan mengenai pilkada langsung yang berlaku, bersifat mengikat dan menjadi pedoman bagi penyelenggara, calon dan pemilih dalam menunaikan peran dan fungsi masing-masing. Electoral Process dimaksudkan seluruh kegiatan yang terkait secara langsung dengan pilkada yang merujuk pada ketentuan perundang-undangan baik yang bersifat legal maupun teknikal. Electoral Law Enforcement yaitu penegakan hukum terhadap aturan-aturan pilkada baik politis, administrative atau pidana.
24 Ibid, hal. 200.
(27)
Atas dasar itu, sistem pilkada langsung merupakan sekumpulan unsur-unsur yang melakukan kegiatan atau menyusun skema atau tata cara melakukan proses untuk memilih kepala daerah. Sebagai suatu sistem, sistem pilkada memiliki ciri-ciri antara lain bertujuan memilih kepala daerah setiap komponen yang terlibat dan kegiatan yang mempunyai batas, terbuka, tersusun dari berbagai dari kegiatan yang merupakan sub sistem, masing-masing kegiatan saling terkait dan tergantung dalam suatu rangkaian utuh, memiliki mekanisme kontrol, dan mempunyai kemampuan mengatur dan menyesuaikan diri.
1.5.5. Jenis Sistem Pencalonan
Dalam pilkada langsung dikenal dengan dua jenis sistem pencalonan dalam pilkada langsung yaitu :25
1. Sistem Pencalonan Terbatas
Sistem pencalonan terbatas adalan sistem pencalonan yang hanya membuka akses bagi calon-calon dari partai politik. Paradigma berpikir yang dianut sistem pencalonan terbatas adalah bahwa hanya partai-partai politik saja yang memiliki sumber daya manusia yang layak memimpin pemerintahan atau hanya partai-partai politik yang menjadi sumber-sumber kepemimpinan. Sistem pencalonan terbatas dikenal sebagai salah satu ciri demokrasi elitis, yang biasa dianut dinegara-negara otoritarian dan sosialis. Misalnya, sistem ini pernah digunakan Uni Soviet tahun 1990-an sehingga seluruh kepala daerah adalah pengurus partai komunis.
25 Ibid, hal. 235.
(28)
2. Sistem Pencalonan Terbuka
Sistem pencalonan terbuka memberikan akses yang sama bagi anggota atau pengurus partai-partai politik dan anggota komunitas atau kelompok-kelompok lain dimasyarakat, seperti organisasi masa, organisasi sosial, professional, usahawan-usahawan, LSM, bintang film dan intelektual, jurnalis, dan sebagainya. Paradigm sistem pencalonan terbuka adalah bahwa sumber daya manusia berkualitas tersebar dimana-mana dan sumber kepemimpinan dapat berasal dari latar belakang apapun. Sumber daya manusia memiliki kesempatan berkembang dan bertumbuh secara sama di sector sosial, bisnis, dan akademik. Sistem pencalonan terbuka semakin populer dengan berkembangnya industrialiasasi sehingga wajar dianut oleh Negara-negara demokrasi mapan, yang notabene Negara industri dengan tingkat ekonomi maju atau sangat maju, seperti Amerika Serikat, Prancis, Jerman dan sebagainya. Pilkada di Republik Rusia saat ini, misalnya, sudah mengakomodasikan sistem pencalonan terbuka. Demikian pula dengan pencalonan untuk anggota parlemen.
1.6.Metodologi Penelitian
Dalam rangka memperoleh data, maka setiap penlitian senantiasa diperlukan metodologi penelitian yang disesuaikan dengan permasalahan yang akan diteliti guna mendapatkan data dan informasi yang mendukung untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi secara jelas, baik arah dan ruang lingkupnya. Oleh karena itu perlu ditentukan langkah-langkah yang diambil melalui metode penelitian. Dengan metodologi penelitian maka permasalahan yang akan diteliti diharapkan akan lebih mudah untuk diungkapkan, dirumuskan secara objektif, rasional dan sistematik. Adapun metode penelitian ini adalah sebagai berikut:
(29)
1.6.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskritif. Penelitian deskritif merupakan suatu cara yang digunakan untuk memecahkan masalah yang ada, di mana data yang ada dikumpul kemudian diklasifikasikan dan selanjutnya dianalisa.26 Pada dasarnya penelitian dengan menggunakan jenis penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variable yang timbul dimasyarakat yang menjadi objek penelitian, kemudian ditarik ke permukaan sebagai suatu ciri atau gambaran tentang kondisi, situasi atuapun variable tertentu.27
1.6.2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrat Kota Medan.
1.6.3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: 1. Penelitian Lapangan (Field Research)
Sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan cara:
a. Observasi atau pengamatan secara langsung yaitu mengamati setiap perkembangan objek penelitian secara langsung dan meninjau lokasi yang menjadi objek penelitian serta mencata hal-hal yang berkaitan dengan penelitian.
26 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1995,
hal. 40.
27 Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif, Surabaya:
(30)
b. Interview atau wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data melalui pertanyaan-pertanyaan pada sampel terpilih, guna mendapatkan jawaban langsung yang mendukung pemecahan masalah dalam penelitian ini.
2. Library research methods atau metode penelitian kepustakaan sumber-sumber yang diambil berasal dari buku, majalah, surat kabar, dan literature lainnya, dengan demikian diharapkan diperoleh data skunder sebagai kerangka kerja teoritis.
1.6.4. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul sebagai masukan baik dari observasi, interview, dan library research maka diadakan penganalisaan data yang ada. Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kulitatif di mana data yang diperoleh merupakan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati dari lapangan.
(31)
1.7.Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
BAB I ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, metede penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Pada bab ini digambarkan secara umum tentang lokasi penelitian.
BAB III : PENYAJIAN dan ANALISIS DATA
Bab III ini berisi penyajian dan analisi data yang diperoleh dari lapangan yaitu obsevasi dan wawancara serta sumber-sumber lainnya baik buku dan literature yang terkait dengan penelitian.
BAB IV : PENUTUP
BAB IV ini berisikan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian serta berisi saran-saran yang bersangkutan dengan penelitian ini.
(32)
BAB II
DESKRIPSI PARTAI DEMOKRAT
2.1.Sejarah Pembentukan dan Berdirinya Partai Demokrat
Partai Demokrat sebagai sebuah partai politik didirikan pada tanggal 9 September 2001. Berdirinya Partai Demokrat ini tidak terlepas dari inisiatif Susilo Bambang Yudhoyono. Susilo Bambang Yudhoyono merasa tergerag untuk membentuk sebuah partai baru ketika ia mengalami kekalahan terhotmatnya pada pemilihan calon wakil presiden dalam sidang MPR tahun 2001. Popularitas Susilo Bambang Yudhoyono pun mulai terlihat dari hasil perolehan suara calon wakil presiden tersebut.
Hal tersebut pula lah yang kemudian menggundang kertetarikan beberapa orang untuk menjadikan Susilo Bambang Yudhoyono tidak hanya sebagai calon wakil presiden melainkan sebagai sosok pemimpin bangsa yang direncanakan mampu menjadi Presiden RI dimasa yang akan datang. Salah satu orang yang mempunyai pemikiran seperti itu adalah saudara Vance Rumangkang. Vance Rumangkang menyatakan dukungannya untuk mengusung Susilo Bambang Yudhoyono ke kursi Presiden RI, dan bahwa agar cita-cita tersebut bisa terlaksana, jalan satu-satunya adalah mendirikan partai politik.
Dalam menindaklanjuti hal tersebut, perumusan konsep dasar dan platform partai pun kemudian dilakukan. Perumusan konsep dasar dan platform partai dilakukan oleh Tim Krisna Bambu Apus dan selanjutna mengenai teknis administrasi diselesaikan oleh tim yang dipimpin oleh saudara Vance Rumangkang. Selanjutnya, pada tanggal 12 Agustus 2001 pukul 17.00 diadakan rapat yang langsung dipimpin
(33)
oleh Susilo Bambang Yudhoyono di apartemen Hilton untuk membentuk tim pelaksana yang nantinya akan mengadakan pertemuan secara maraton setiap hari. Tim itu terdiri dari: Vance Rumangkang, Drs. A. Yani Wahid, Achmad Kurnia, Adhiyaksa Dault, SH, Baharuddin Tonti, Shirato Syafei.28
Selanjutnya, dalam merealisasikan pembentukan sebuah partai politik, pada tanggal 20 Agustus 2001 Vance Rumangkang dengan dibantu oleh Drs. Sutan Bhatoegana berusaha mengumpulkan orang-orang. Pada akhirnya terbentuklah Tim 9 yang beranggotakan 10 orang yang bertugas untuk mematangkan konsep-konsep pendirian sebuah partai politik, yaitu: Vance Rumangkang, Dr. Ahmad Mubarok, MA, Drs. A. Yani Wachid, Prof. Dr. Subur Budhisantoso, Prof. Dr. Irzan Tanjung, RMH. Heroe Syswanto Ns, Prof. DR. RF. Saragih, SH, MH, Prof. Dardji Darmodihardjo, Prof. Dr. Ir. Rizald Max Rompas dan Prof. Dr T Rusli Ramli, MS.29
Sebagai mana diketahui untuk menjadi sebuah partai politik yang disahkan oleh undang-undang Kepartaian dibutuhkan minimal 50 orang sebagai pendirinya. Namun dalam mendirikan Partai Demokrat ini mencul gagasan agar pendiri partai politiknya dilengkapi saja menjadi 99 orang, yang juga mempunyai hubungan dengan Susilo Bambang Yudhoyono sebagai pengagas yang lahir tanggal 9 bulan 9. Untuk itu pada tanggal 9 September 2001, bertempat di gedung Graha Pratama Lantai XI, Jakarta Selatan dihadapan Notaris Aswendi Kamuli, SH, 46 orang dari 99 orang menyatakan bersedia menjadi pendiri Partai Demokrat, sedangkan 53 orang lainnya tidak dapat hadir, namun telah memberikan surat kuasanya kepada Vance Rumangkang.
28 Lihat Arsip DPC Partai Demokrat Kota Medan 29 ibid
(34)
Selanjutnya, sebagai sebuah partai politik kepengurusan Partai Demokrat pun mulai disusun sebagai mana mestinya. Dalam penyusunan kepengurusan disepakati bahwa kriteria calon ketua umum adalah putra Indonesia asli, kelahiran Jawa dan beragama Islam, sedangkan calon sekretaris jendral adalah dari luar Jawa dan beragama Kristen. Setelah diadakan penelitian, maka Prof. Dr. Subur Budhisantoso sebagai Pejabat Ketua Umum dan Prof. Dr. Irsan Tandjung sebagai Pejabat Sekretaris Jendral, dan Bendahara umum dijabat oleh Vance Rumangkang.30
2.2.Pengesahan Partai Demokrat
Akhirnya, Partai Demokrat telah lengkap dan memenuhi syarat untuk menjadi sebuah partai politik yang sesuai dengan Undang-Undang Kepartaian. Maka pada tanggal 10 September 2001 Partai Demokrat didaftarkan kepada Departemen Kehakiman dan HAM.
31
Pada tanggal 10 September 2001 jam 10.00 WIB saudara Vence Rumangkang, saudara Prof. Dr. Subur Budhisantoso, saudara Prof. Dr. Irsan Tandjung, saudara Drs. Sutan Bhatogana MBA, saudara Prof. Dr. Rusli Ramli dan saudara Prof. Dr. RF. Saragih, SH, MH mendaftarkan Partai Demokrat ke Departemen Kehakiman dan HAM RI oleh dan diterima oleh Ka SUBDIT Pendaftaran Departemen Kehakiman dan HAM. Selanjutnya dalam menindaklanjuti hal tersebut, maka pada tanggal 25 September 2001 terbitlah Surat Keputusan Menkeh & HAM Nomor M.MU.06.08.-138 tentang pendaftaran dan pengesahan Partai Demokrat. Dengan terbitnya Surat Keputusan tersebut maka Partai Demokrat telah resmi menjadi salah satu partai politik di Indonesia.
30 ibid
(35)
Kemudian pada tanggal 9 Oktober 2001 Departemen Kehakiman dan HAM RI mengeluarkan Lembaran Berita Negara Nomor : 81 Tahun 2001 Tentang Pengesahan Partai Demokrat dan Lambang Partai Demokrat. Selanjutnya pada tanggal 17 Oktober 2002 di Jakarta Hilton Convention Center (JHCC), Partai Demokrat dideklarasikan dan dilanjutkan dengan Rapat Kerja Nasional (Rakemas) Pertama pada tanggal 18-19 Oktober 2002 di Hotel Indonesia yang dihadiri Dewan Pimpinan Daerah (DPD) dan Dewan Pimpinan Cabang (DPC) seluruh Indonesia.
Sejalan dengan deklarasi berdirinya Partai Demokrat, sebagai perangkat organisasi dibuatlah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART). Sebagai langkah awal maka pada tahun 2001 diterbitkan AD/ART yang pertama sebagai peraturan sementara organisasi. Pada tahun. 2003 diadakan koreksi dan revisi sekaligus didaftarkan ke Departemen Kehakiman dan HAM RI sebagai Persyaratan berdirinya Partai Demokrat.
2.3. Deskripsi Tentang Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrat Kota Medan.
DPC PD Kota Medan terletak di Jalan A. H. Nasution Medan No. 102-104. Ketua DPC Partai Demokrat saat ini dijabat oleh Bapak Drs. Ir. H. Sutan Bhatoegana dengan sekretarisnya dijabat oleh Bapak Ir. Bangun Tampubolon MS. Pada tahun 2011 ini, struktur organisasi Partai Demokrat di Kota Medan terdiri dari 15 DPAC yang berada diseluruh kecamatan di Kota Medan. Dewan Pimpinan Anak Cabang tersebut yakni, DPAC Partai Demokrat Medan Maimun (Ketua Bapak Yan Condro Inggih SH), DPAC Partai Demokrat Medan Polonia (Ketua Bapak Rahmadsyah Srg, SE), DPAC Partai Demokrat Medan Selayang (Ketua Bapak Kristoper Nainggolan,
(36)
S.Sos), DPAC Partai Demokrat Medan Tuntungan (Ketua Bapak Kun Swondo Keliat), DPAC Partai Demokrat Medan Barat (Ketua Bapak Muhammad Ridwan), DPAC Partai Demokrat Medan Helvetia (Ketua Bapak Ir. H. Lilik Ismadi), DPAC Partai Demokrat Medan Petisah (Ketua Bapak Rahmadsyah Putra Sitepu), DPAC Partai Demokrat Medan Marelan (Ketua Bapak Heri Irianto), DPAC Partai Demokrat Medan Johor (Ketua Bapak H. Agoesli), DPAC Partai Demokrat Medan Amplas (Pjs KetuaIbu Elida Hapni), DPAC Partai Demokrat Medan Kota (Pjs Ketua Bapak M. Marpaung), DPAC Partai Demokrat Medan Baru (Pjs Ketua Bapak Roni P Sibuea MPD), DPAC Partai Demokrat Medan Tembung (Pjs Ketua Bapak Ir. Yahya Payungan Lubis), DPAC Partai Demokrat Medan Timur (Pjs Ketua Ibu Yusnizar Husein), DPAC Partai Demokrat Medan Labuhan (Pjs Ketua Drs. Tengku Aswad).
Dewan Pimipinan Cabang adalah pelaksana partai di tingkat kabupaten/ kota yang keanggotaannya bersifat kolektif. Dewan Pimpinan Cabang adalah dewan pimpinan partai sebagai pelaksana keputusan kongres, peraturan organisasi, keputusan musyawarah daerah, musyawarah cabang serta memimpin semua kegiatan partai di tingkat cabang. Selain itu Dewan Pimpinan Cabang mewakili partai dalam bertindak ke dalam dan ke luar di tingkat cabang. Pengesahan berdirinya DPC ditetapkan oleh DPD.
DPC mempunyai berbagai kewajiban, yaitu melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan sesuai Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, keputusan kongres, keputusan rapat tingkat nasional, keputusan musyawarah daerah, keputusan rapat tingkat daerah keputusan musyawarah cabang, keputusan rapat tingkat cabang, dan peraturan partai lainnya. Memberikan perintah, persetujuan, arahan, dan pedoman tentang kegiatan Fraksi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tingkat kabupaten/ kota. Memberikan perintah, persetujuan, arahan, dan pedoman kepada dewan pimpinan
(37)
partai di semua tingkatan di bawahnya dalam melaksanakan keputusan-keputusan dan Garis-Garis Besar Strategi, Kebijakan, dan Rencana Aksi serta ketentuan partai. Menyampaikan laporan berkala kepada kepada Dewan Pimpinan Pusat dan Dewan Pimpinan Daerah. Memberikan pertanggungjawaban pada Musyawarah Cabang.
Demi kelancaran kegiatan partai di tingkat cabang maka DPC Partai Demokrat mempunyai hak untuk membuat berbagai peraturan pelaksana dalam rangka pelaksanaan keputusan musyawarah cabang. Selain hal tersebut pula DPC juga berhak untuk memberhentikan fungsionaris DPC melalui rapat pleno DPC dan dilaporkan dalam Rapat Pimpinan Cabang. Menerima atau menolak ketetapan rapat pleno Dewan Pimpinan Ranting dan Rapat Pimpinan Anak Ranting tentang pemberhentian fungsionaris Dewan Pimpinan Ranting dan Pimpinan Anak Ranting. Membatalkan keputusan Dewan Pimpinan Ranting dan Pimpinan Anak Ranting atau Musyawarah Ranting dan Rapat Pimpinan Anak Ranting melalui Rapat Pleno Cabang, apabila keputusan tersebut bertentangan dengan keputusan dan kebijakan partai atau membahayakan partai. Bertindak mewakili partai di tingkat cabang dan mengadakan hubungan kerjasama serta persahabatan dengan organisasi lain di tingkat cabang.
2.4. Kewajiban Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrat Kota Medan.
1. Mengusahakan terlaksananya tujuan dan usaha-usaha partai di daerah yang bersangkutan, menjalankan keputusan-keputusan dan garis-garis kebijakan partai atau instruksi-instruksi yang diberikan oleh Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan Daerah dan menjalankan keputusan musyawarah cabang. 2. Memberikan petunjuk-petunjuk kepada Anak Cabang Partai di tingkat
(38)
Pimpinan Ranting di tingkat kelurahan/ desa di dalam daerah yang bersangkutan dalam melaksanakan keputusan dan garis-garis kebijaksanaan partai serta ketentuan-ketentuan partai.
3. Memberikan arahan atas kegiatan-kegiatan Fraksi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/ Kota.
4. Menyampaikan laporan kepada Dewan Pimpinan Pusat dan Dewan Pimpinan Daerah mengenai: a. Perkembangan partai didaerahnya, b. fakta-fakta dan perkembangan politik dan lain-lain didaerahnya.
2.5. Hak Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrat Kota Medan.
1. Membuat peraturan-peraturan bagi kelancaran usaha-usaha partai didaerahnya yang tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan dan atau peraturan-peraturan yang lebih tinggi.
2. Mensahkan susunan Dewan Pimpinan Anak Cabang.
3. Mewakili partai dalam tindakan keluar sejauh yang menyangkuut hal-hal yang berhubungan dengan daerah cabangnya sesuai petunjuk dari Dewan Pimpinan Daerah masing-masing.
2.6. Visi, Misi dan Tujuan Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrat Kota Medan.32
2.6.1. Visi Partai Demokrat
Partai Demokrat bersama masyarakat luas berperan mewujudkan keinginan luhur rakyat Indonesia agar mencapai pencerahan dalamm kehidupan berbangsa yang
(39)
merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur, munjunjung tinggi semangat nasionalisme, humanism, dan internasionalisme, atas dasar ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam tatanan dunia baru yang damai, demokratis dan sejahtera.
2.6.2. Misi Partai Demokrat
1. Memberikan garis yang jelas agar partai berfungsi secara optimal dengan peranan yang signifikan di dalam seluruh proses pembangunan Indonesia baru yang dijiwai oleh semangat reformasi serta pembaharuan dalam semua bidang kehidupan kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan kedalam formasi semula sebagaimana telah diikrarkan oleh para pejuang, pendiri pencetus proklamasi kemerdekaan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan titik berat kepada upaya mewujudkan perdamaian, demokrasi (Kedaulatan rakyat) dan kesejahteraaan.
2. Meneruskan perjuangan bangsa dengan semangat kebangsaan baru dalam melanjutkan dan merevisi strategi pembangunan Nasional sebagai tumpuan sejarah bahwa kehadiran partai Demokrat adalah melanjutkan perjuangan generasi-generasi sebelumnya yang telah aktif sepanjang sejarah perjuangan bangsa Indonesia, sejak melawan penjajah merebut Kemerdekaan, merumuskan Pancasila dan UUD 1945, mengisi kemerdekaan secara berkesinambungan hingga memasuki era reformasi.
3. Memperjuangkan tegaknya persamaan hak dan kewajiban Warganegara tanpa membedakan ras, agama, suku dan golongan dalam rangka menciptakan masyarakat sipil (civil society) yang kuat, otonomi daerah yang luas serta
(40)
terwujudnya representasi kedaulatan rakyat pada struktur lebaga perwakilan dan permusyawaratan.
2.6.3. Tujuan Partai Demokrat
1. Menegakkan, mempertahankan dan mengamankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, sesuai jiwa proklamasi kemerdekaan.
2. Mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia, sebagai mana diwujudkan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
3. Melakukan segala usaha dan ikhtiar untuk membangun masyarakat Indonesia baru yang berwawasan nasionalisme, pluralism, dan humanism.
4. Meningkatkan partisipasi seluruh potensi bangsa dalam mewujudkan kehidupan bernegara yang memiliki pemerintahan yang bersih, efektif, efisien, serta dinamis menuju terwujudnya Indonesia yang demokratis, sejahtera, maju, modern dalam suasana aman dan penuh kedamaian lahir dan batin.
2.7. Program Kerja Partai Demokrat33
Partai Demokrat dalam hal ini termasuk kekuatan politik di Indonesia yang diperhitungkan oleh banyak orang, peluang besar akan terjadi pemenangana utama pada Pemilu 2004 dan 2009. Oleh karena itu sangat tepat kalau Partai Demokrat harus mempersiapkan program umum kedepan. Penyusunan program kerja kedepan merupakan salah satu penyiapan bingkai kerja bagi jajaran dan kader partai yang senantiasa berada dalam kehidupan masyarakat pluralis. Oleh karena itu, program yang disusun setidaknya berangkat dari geografis, geopolitik dan geoekonomi serta wawasan partai luas.
33 Ibid.
(41)
Dengan kata lain secara garis besar proram umum yang dijalankan oleh Partai Demokrat itu adalah sebagai berikut: Membina Partai, Mengembangkan, dan
Memperkuat Partai.
Kesuksesan Partai Demokrat dalam memenangkan Bapak Susilo Bambang Yudoyono menjadi Presiden Republik Indonesia, merupakan salah satu indikator bahwa Partai Demokrat telah menjadi sebuah partai politik yang diperhitungkan dalm kancah perpolitikan di Indonesia. Meskipun, dapat dikatakan bahwa figur Susilo Bambang Yudoyono tidak terlepas sebagai salah satu factor keberhasilan besar tersebut.
Keberhasilan pelaksanaan manajemen partai politik terutama dalam mencapai visi dan misi, tujuan dan sasaran organisasi banyak dipengaruhi oleh efektifitas koordinasi pada tingkat DPP, DPD dan DPC. Disamping itu kemampuan, loyalitas, keuletan, moralitas dan militansi seorang kader sangat diperlukan bahkan menjadi syarat utama untuk menjadi pimpinan/pengurus partai. Kader partai yang akan kita bina tidak hanya dipersiapkan dalam kepemimpinan partai politik, tetapi kader partai dalam segala lini, termasuk memimpin dalam masyarakat dan pemerintahan.
Program pengembangan partai untuk tumbuh dan kuat di akar rumput, maka haruslah kita sadar bahwa Partai Demokrat tidak sekedar sebagai wadah perpolitikan saja, tetapi harus berperan sebagai organisasi masyarakat yang peduli pada kehidupan rakyat kecil. Mereka itu yang harus kita angkat harkat dan martabatnya sebagai manusia sesuai kodrat alam. Oleh karena itu program partai mendatang benar-benar berorientasi pada:
1. Manajemen partai harus pada tataran keselarasan, keserasian dan keseimbangan. 2. Manajemen partai haruslah bersih, simpatik, berwibawa, akuntabel, terbuka dan
(42)
3. Pembinaan kader dimulai dari struktur organisasi yang terendah adalah ranting (Pekarting: Pembinaan Kader Ranting, Pekarancab: Pembinaan Kader Anak Cabang, Pekarda: Pembinaan Kader Daerah, Pekapus: Pembinaan Kader Pusat). 4. Partai harus membuat wadah koordinasi yang kuat baik daerah maupun pusat
untuk merekam, mendiskusikan dan mencari solusinya terhadap isu-isu yang berkembang di masyarakat, baik isu perpolitikan maupun isu pembangunan yang sedang berjalan. Wadah ini harus melibatkan para tokoh masyarakat, agama, dan para akademis.
5. Untuk menjadi organisasi sosial yang kuat, perlu ada gerakan sosial yang menarik empati masyarakat.
2.7.1. Sasaran dan Pokok-Pokok Program
Pencapaian tujuan Partai Demokrat dilakukan melalui pelaksanaan program umum secara bersungguh-sungguh dengan berupaya semaksimal mungkin untuk mencapai sasaran ke dalam maupun sasaran ke luar.
Sasaran ke dalam adalah:
1. Memantapkan Partai Demokrat sebagai organisasi kekuatan sosial politik dalam mengembangkan kepercayaan rakyat dalam memikul dan melaksanakan tugas pembaruan dan pembangunan bagi kepentingan rakyat. 2. Mantapnya Partai Demokrat sebagai organisasi kekuatan sosial politik yang
semakin bertumbuh, mengakar, berkualitas, mandiri dan demokratis sehingga lebih tanggap dan mampu memperjuangkan aspirasi rakyat serta meningkatkan pemantapan perwujudan kehidupan bernegara yang memiliki pemerintahan yang bersih, efektif, efesien serta dinamis menuju Indonesia
(43)
yang demokratis, sejahtera, maju dan modern dalam suasana aman, dan penuh kedamaian lahir dan batin.
3. Meningkatnya kemampuan dan peranan pengurus dan anggota disemua tingkatan organisasi Partai Demokrat melalui program pelatihan kepemimpinan dan wawasan nusantara bagi kader-kader Partai Demokrat. 4. Meningkatnya peranan semua perangkat organisasi disemua tingkatan.
5. Terwujudnya kader Partai Demokrat yang berkualitas, beriman, tidak tercemar, bermoral baik dan memiliki militansi yang tinggi.
Sasaran ke luar adalah:
1. Tetap tegaknya dan utuhnya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
2. Suksesnya pembangunan nasional yang menjadi program pemerintah dalam mengusung perubahan menuju terwujudnya rakyat yang aman, adil dan sejahtera.
3. Kemenangan Partai Demokrat pada Pemilu 2009 baik untuk pemilihan legislatif maupun untuk pemilihan presiden dan wakil presiden.
• Partai Demokrat dapat memperoleh kemenangan 20% dari jumlah kursi legislatif.
• Partai Demokrat dapat tampil menjadi 2 (dua) besar partai politik.
• Susilo Bambang Yudoyono terpilih kembali menjadi Presiden Republik Indonesia kedua kalinya.
• Partai Demokrat memenangkan Pilkada dibeberapa daerah kabupaten/ kota.
(44)
5. Suksesnya Partai Demokrat membangun opini publik bahwa Partai Demokrat adalah partai yang yang dapat diharapkan oleh masyarakat Indonesia.
Sasaran sebagaimana yang dimaksud di atas dapat diupayakan untuk dicapai melalui kegiatan-kegiatan terencana, terarah, terkoordinir dan terus menerus yang dapat dirangkum dalam: Kosolidasi, Pembangunan nasional, Pemilu.
Mengenai sasaran Partai Demokrat tersebut Bapak Arip Surosu menegaskan bahwa keseluruh sasaran tersebutlah yang menjadi pedoman baik bagi anggota ataupun pengurus partai Demokrat dalam mengukur keberhasilan anggota maupun penggurus partai dalam membesarkan Partai Demokrat. Ia menambahkan Pemilihan umum kepala daerah yang dilaksankan baik ditingkat provinsi ataupun kabupaten/ kota, juga merupakan menjadi perhatian yang penting bagi partai Demokrat. Kemenangan calon kepala daerah yang diusung dari partai Demokrat menjadi kepala daerah merupakan sasaran yang harus dicapai partai Demokrat.34
2.7.2. Program Oprasional Konsolidasi35
1. Konsolidasi partai adalah segala usaha dan kegiatan yang terencana, terarah dan terpadu yang dilaksanakan secara berdaya guna dan berhasil guna, untuk memperkuat apa yang telah dicapai dan mempersiapkan diri dalam rangka usaha mencapai tujuan bersama.
2. Memperkokoh kesetiaan Partai Demokrat kepada ideologi Pancasila. Bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara yang demokratis,
34
Wawancara dengan Bapak Arip Suroso di kantor DPD Partai Demokrat Prov. Sumut pada tanggal 9 Februari 2011 pukul 09.30.
(45)
meletakkan kedaulatan di tangan rakyat, menjamin hak azasi manusia, dan terwujudnya masyarakat yang aman, adil dan sejahtera.
3. Meningkatkan kewaspadaan terhadap berbagai ideologi, paham dan pola pikir yang bertentangan atau tidak sesuai dengan Pancasila.
4. Konsolidasi organisasi meliputi kegiatan-kegiatan dibidang keanggotaan, kaderisasi, kelembagaan, penggalian dan pendayagunaan dana, hubungan dengan organisasi sosial/kemasyarakatan, profesi serta penerangan, penerbitan dan media massa.
Kegiatan-Kegiatan Konsolidasi: 1. Konsolidasi dibidang keanggotaan.
Usaha-usaha yang dilakukan antara lain:
• Pemeliharaan dan meningkatkan pembinaan administrasi keanggotaan untuk setiap tingkat organisasi.
• Melakukan inventarisasi kembali serta melanjutkan penerimaan/ pemberian KTA dengan berdasarkan pada profesi dalam rangka komunikasi timbale balik di antara anggota dan pengurus.
2. Konsolidasi dibidang kaderisasi.
Usaha-usaha yang harus dilakukan antara lain:
• Melaksanakan pendidikan dan pelatihan kader sebagai penggerak inti organisasi baik untuk tingkat provinsi, kabupaten/ kota dan kecamatan dan bila memungkinkan seluruh kelurahan/ desa.
• Mendata jumlah kader yang ada disetiap jajaran partai sesuai dengan profesi, lingkup pengaruh dan bidang pengaruh dan tingkat pendidikan kader yang diikuti.
(46)
• Melakukan pembinaan, pengembangan dan pendayagunaan kader sehingga tampil, matang, mempunyai pengetahuan, kegigihan berjuang dan kemampuan berprestasi.
• Menjalin hubungan komunikasi dengan kelompok masyarakat antara lain generasi pemuda, wanita, mahasiswa, petani, nelayan, pendidik, cendikiawan, pengusaha, pemuka agama dan sebagainya sebagai sumber kader Partai Demokrat.
• Mendukung setiap kelancaran kader atau anggota Partai Demokrat yang berkecimpung dalam ormas, organisasi profesi dan LSM agar dapat berprestasi secara nyata dalam bidang profesi dan pengabdian masyarakat.
• Menampilkan kader-kader atau anggota Partai Demkorat untuk tampil memimpin organisasi dalam berbagai bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
3. Konsolidasi dibidang kelembagaan.
Usaha-usaha yang harus dilakukan antara lain:
• Meningkatkan pendayagunaan kepengurusan Partai Demokrat disemua tingkatan organisasi sesuai AD/ART dan peraturan organisasi.
• Mengefektifkan mekanisme kerja kepengurusan secara musyawarah mufakat sesuai dengan prinsip kolektif, kekeluargaan dan penuh keterbukaan dalam suasana demokratis.
• Mengefektifkan pembagian tugas dalam organisasi dan meningkatkan kemampuan organisasi dan administrasi.
(47)
• Mewadahi kegiatan-kegiatan yang dilakukan kader atau anggota Partai Demokrat secara tetap, dengan membentuk lembaga, badan dan kelompok yang dianggap perlu.
• Meningkatkan pendayagunaan Badan Pemenangan Pemilu Partai Demokrat di daerah baik provinsi, kabupaten/ kota sebagai badan pengelolah kader Partai Demokrat.
4. Konsolidasi dibidang penggalian dan pemberdayaan dana. Usaha-usaha yang harus dilakukan antara lain:
• Melakukan pemungutan iuran anggota secara lebih tertib dan intensif. • Peningkatan usaha penggalian dana dari sumber-sumber lain yang sah
dan tidak mengikat.
• Meningkatkan mekanisme pengadministrasian dan pengelolahan kekayaan organisasi dan pendayagunaan dan secara tertib serta dapat mempetanggungjawabkan.
5. Konsolidasi dibidang hubungan ormas dan profesi. Usaha-usaha yang harus dilakukan antara lain:
• Mengatur dan meningkatkan mekanisme hubungan kerja sama dengan ormas, organisasi profesi dalam rangka pelaksanaan program dan menyalurkan aspirasi masyarakat.
• Mengatur dan meningkatkan mekanisme hubungan kerja sama dengan berbagai lingkungan yang potensial seperti cendikiawan, budayawan, media massa, pemuda agama, tokoh-tokoh lembaga swadaya (LSM) dsb.
6. Konsolidasi dibidang penerangan, penertiban, dan media massa. Usaha-usaha yang harus dilakukan antara lain:
(48)
• Mengupayakan penerangan dan penertiban sebagai media informasi, motifasi dan untuk menambah pengetahuan dan keterampilan dalam berbagai bidang profesi dan sebagai sarana komunikasi timabal balik antara Partai Demokrat dan anggota-anggotanya serta masyarakat. • Memberi penerangan mengenai pemikiran, kebijaksanaan dan
program serta kegiatan-kegiatan Partai Demokrat untuk lebih meningkatkan pemahaman tanggapan positif masyarakat kepada Partai Demokrat.
• Meningkatkan pendayagunaan sarana komunikasi social lainnya sebagai media organisasi untuk menyebarluaskan kebijaksanaan, program, dan kegiatan-kegiatan kepada jajaran organisasi Partai Demokrat dan masyarakat luas.
• Meningkatkan hubungan dan kerja sama lebih efektif dengan kalangan media massa dalam rangka lebih meningkatkan opini masyarakat terhadap Partai Demokrat dan sekaligus dapat membantu dalam pelaksanaan program Partai Demokrat.
(49)
BAB III
PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
3.1. Mekanisme Rekrutmen Calon Kepala Daerah oleh Partai Demokrat
Pada bab tiga ini penulis akan menyajikan data dan menganalisanya. Pelaksanaan analisa ini dilakukan dalam rangka memperoleh jawaban terhadap permasalahan yang ada dengan berdasarkan atas data dan fakta yang ada.Data dan fakta yang ada diperoleh dari melalui wawancara kepada DPC Partai Demokrat Kota Medan maupun DPD Partai Demokrat Provinsi Sumatera Utara dan juga dilengkapi dengan penyajian fakta-fakta yang terjadi di lapangan berdasarkan arsip-arsip yang dimiliki oleh DPC Partai Demokrat Kota Medan maupun dari DPD Partai Demokrat Provinsi Sumatera Utara.
Proses penelitian ini tidak terlepas dari mekanisme rekrutmen politik secara umum yang teoritis. Rekrutmen politik merupakan suatu proses seleksi atau rekrutmen anggota kelompok-kelompok untuk mewakili kelompoknya dalam jabatan-jabatan administrasi maupun politik.36
36 Koirudin, Partai Politik dan Agenda Transisi Demokrasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2004. Hal.
99.
Dalam pemilihan umum kepala daerah, rekrutmen politik ini dilakukan partai politik untuk menetapkan pasangan calon kepala daerah yang akan diusungnya. Pelaksanaan rekrutmen politik tersebut dilakukan juga tidak terlepas dari perebutan kekuasaan. Setiap partai politik akan menginginkan sebuah kemenangan dalam perebutan kursi kepala daerah untuk mempertahankan ataupun meraih kekuasaan. Hal inilah yang dianggap penting oleh partai politik, sehingga setiap partai politik mempunyai pertimbangan tersendiri dalam menentukan pasangan calon kepala daerah yang akan diusungnya. Terkait hal
(50)
tersebut, Nazaruddin Syamsudin mengemukakan dua cara rekrutmen politik,37
Konsep rekrutmen kepala daerah yang dilakukan oleh Partai Demokrat pada dasarnya sejalan dengan teori yang dikemukakan diatas. Rekrutmen calon kepala daerah yang dilakukan oleh Partai Demokrat didasarkan atas Peraturan Organisasi Nomor: 10/PO-02/DPP/PD/II/2007 tentang pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah. Proses rekrutmen calon kepala daerah dari Partai Demokrat dirangkai dalam suatu tata cara penjaringan bakal calon kepala daerah dan wakil kepala daerah. Berdasarkan Peraturan Organisasi Partai Demokrat Nomor: 10/PO-02/DPP/PD/II/2007 dijelaskan bahwa proses penentuan calon kepala daerah dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu:
yaitu
pertama, rekrutmen terbuka yaitu dengan menyediakan dan memberikan kesempatan
yang sama bagi seluruh warga Negara untuk ikut bersaing dalam proses penyeleksian. Dasar penilaian dilaksanakan melalui proses dengan dengan syarat-syarat yang telah ditentukan, melalui pertimbangan-pertimbangan yang objektif rasional, di mana setiap orang yang memenuhi syarat untuk mengisi jabatan politik yang dipilih oleh rakyat mempunyai peluang yang sama dalam melakukan kompetisi untuk mengisi jabatan baik jabatan politik maupun administrasi atau pemerintahan.
Kedua, rekrutmen tertutup, yaitu adanya kesempatan untuk masuk dan dapat
menduduki posisi politik tidaklah sama bagi setiap warga Negara, artinya hanya individu-individu tertentu yang dapat direkrut untuk menempati posisi dalam politik maupun pemerintahan. Dalam cara yang tertutup ini orang mendapatkan posisi elit melalui cara-cara yang tidak rasional seperti pertemanan, pertalian keluarga dan lain-lain.
38
37 Hesel Nogi Tangkilisan, Op. cit, hal. 189.
(51)
1. Pembentukan Tim 9
Pada tingkat kabupaten/ Kota tim 9 terdiri dari unsur Dewan Pimpinan Pusat sebanyak 3 orang, unsur Dewan Pimpinan Daerah sebanyak 3 orang dan unsur Dewan Pimpinan Cabang sebanyak 3 orang. Tim 9 tersebut diketuai Dewan Pimpinan Daerah (DPD) dan Sekretaris Tim 9 adalah Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC). Pembentukan Tim 9 ini diawali dengan penyampaian nama-nama calon anggota Tim 9 dari unsur DPD dan DPC. Dewan Pimpinan Daerah dan Dewan Pimpinan Cabang harus menyampaikan nama calon anggota Tim 9 kepada Dewan Pimpinan pusat selambat-lambatnya tiga bulan sebelum pelaksanaan pemilihan umum kepala daerah untuk mendapat persetujuan. Tim 9 ini nantinya melaksanakan tugasnya secara kolektif.
2. Pendaftaran dan Verifikasi
Pada tahap pendaftaran dan verifikasi ini Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC), Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) diharuskan untuk memberitahukan program pelaksanaan pemilihan umum kepala daerah (PEMILULKADA) didaerahnya kepada Dewan Pempinan Pusat (DPP) Partai Demokrat selambat-lambatnya tiga bulan sebelum pelaksanaan PEMILUKADA. Selanjutnya Tim 9 yang telah terbentuk, melakukan pembukaan pendaftaran bakal calon kepala daerah dengan seluas-luasnya, bila diperlukan melalui iklan media massa.
Apabila kegiatan pendaftaran telah dilksanakan, maka Tim 9 akan meneliti persyaratan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan ketentuan-ketentuan Partai Demokrat antara lain: memiliki nilai jual (dikenal masyarakat), berpendidikan sesuai dengan kebutuhan daerah, mempunyai komitmen terhadap Partai, memiliki kemampuan secara formil dan materil. Kemudian Tim 9 memproses penjaringan
(52)
bakal calon secara transparan sehingga mendapatkan minimal tiga bakal calon melalui rapat Tim 9.
3. Penetapan dan Pengusulan Bakal Calon Kepala Daerah ke DPP
Pada tahap penetapan dan pengusulan bakal calon kepala daerah ke DPP, hasil penyaringan bakal calon oleh Tim 9 diteruskan ke Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat untuk ditetapkan sebagai calon. Dalam hal tertentu dapat dilakukan dengan cara mekanisme polling, terutama mengenai pendapat dan tanggapan masyarakat calon hasil penjaringan. Polling dipimpin oleh Balitbang DPP Partai Demokrat dibantu oleh bidang-bidang/ lembaga-lembaga DPP Partai Demokrat, apabila dianggap perlu bisa menggunakan Lembaga Polling Independen.
Penetapan bakal calon menjadi calon diputuskan dalam Rapat Pengurus Harian DPP Partai Demokrat. Hasil keputusan tersebutlah yang menjadi rekomendasi DPP Partai Demokrat yang ditandatangani oleh Ketua Umum dan Sekretaris Jendral sebagai dasar bagi Ketua DPC/DPD Partai Demokrat. Dalam hal ini untuk melakukan pendaftaran ke KPUD, rekomendasi kepada calon kepala daerah dan calon wakil kepala daerah dapat dibuat secara terpisah.
3.2. Mekanisme Rekrutmen Calon Walikota Kota Medan oleh Partai Demokrat
Dengan adanya program rencana pemilihan umum kepala daerah (PEMILUKADA) di Kota Medan yaitu dalam rangka memilih Walikota dan Wakil Walikota Kota Medan untuk priode 2010-2015, Partai Demokrat melakukan beberapa tahapan dalam menjaring bakal calon Walikota dan wakil Walikota Medan. Tahapan penjaringan tersebut dilakukan berdasarkan Peraturan Organisasi Partai
(53)
Demokrat Nomor: 10/PO-02/DPP/PD/II/2007 yakni tentang Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
1. Pembentukan Tim 9
Proses perekrutan bakal calon Walikota yang dilakukan oleh Partai Demokrat adalah dengan menggunakan sistem pencalonana terbuka, artinya Partai Demokrat memberikan kesempatan yang sama bagi setiap anggota atau pengurus Partai politik dan masyarakat untuk menjadi calon kepala daerah dari Partai Demokrat. Dalam menghadapi PEMILUKADA Kota Medan sistem pencalonan terbuka ini dilakukan Partai Demokrat dengan tujuan untuk menjaring sosok tokoh yang benar-benar layak untuk diperjuangkan. Tokoh tersebut dapat berasal dari masyarakat umum yang bukan anggota Partai Demokrat.
Setelah mengetahui bahwa akan diadakanya PEMILUKADA Kota Medan, maka Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrat Kota Medan beserta Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrat Provinsi Sumatera Utara segera menyampaikan nama-nama calon anggota Tim 9 yang berasal dari unsur DPC sebanyak tiga orang yaitu: Bapak Parlindungan, SH, Bapak Irwan Sihombing, SE, Bapak Bapak Burhanuddin Sitepu dan dari unsur DPD sebanyak tiga orang yaitu: Bapak Drs. Tunggul Siagian, Bapak H. Mutawalli Ginting dan Bapak G. Setiawan Sirait. Tim 9 ini bekerja secara kolektif untuk melakukan seluruh kegiatan terkait proses penetapan calon kepala daerah yaitu mulai dari membuka pendaftaran, verifikasi bakal calon Walikota hingga pada tahapan pengusulan bakal calon Walikota kepada DPP Partai Demokrat. Tim 9 penjaringan Walikota Medan hanya bertugas memberikan usulan bakal calon Walikota yang nantinya akan diusulkan kepada DPP Partai Demokrat. Denagan kata lain Tim 9 penjaringan Walikota Medan tidak mempunyai wewenang dalam menetapkan calon Walikota Medan.
(54)
2. Pendaftaran dan Verifikasi
Setelah dibentuknya Tim 9 penjaringan kepala daerah Kota Medan oleh Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat, maka Tim 9 akan segera melaksanakan tugas pertamanya yaitu melakukan pembukaan pendaftaran bakal calon Walikota Medan dan verifikasi. Sesuai dengan Peraturan Organisasi Partai Demokrat Nomor: 10/PO-02/DPP/PD/II/2007, Partai Demokrat sebagai sebuah Partai politik mempunyai komitmen untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi masyarakat untuk menjadi calon kepala daerah dari Partai Demokrat. Dalam hal ini dapat dipahami bahwa Partai Demokrat merupakan salah satu Partai politik yang menganut sistem rekrutmen politik terbuka. Menurut Nazaruddin Syamsudin rekrutmen politik terbuka adalah Partai politik menyediakan dan memberikan kesempatan yang sama bagi seluruh warga Negara untuk ikut bersaing dalam proses penyeleksian. Dasar penilaian dilaksanakan melalui proses dengan dengan syarat-syarat yang telah ditentukan, melalui pertimbangan-pertimbangan yang objektif rasional, di mana setiap orang yang memenuhi syarat untuk mengisi jabatan politik yang dipilih oleh rakyat mempunyai peluang yang sama dalam melakukan kompetisi untuk mengisi jabatan baik jabatan politik maupun administrasi atau pemerintahan.39
39 Hesel Nogi Tangkilisan, Op. cit, hal. 189.
Dilaksanaan pembukaan pendaftaran bakal calon Walikota Medan ini merupakan sebagai bentuk nyata pelaksanaan rekrutmen politik dengan sistem rekrutmen terbuka yang dilakukan oleh Partai Demokrat. Adapun yang dimaksud dengan pelaksanaan pembukaan pendaftaran ini adalah usaha bagi Partai Demokrat untuk memberikan kesempatan yang sama bagi setiap warga negara untuk menjadi calon Walikota Medan dari Partai Demokrat.
(55)
Pembukaan pendaftaran ini dimulai dari tanggal 24 November 2009 hingga 31 Desember 2009. Proses pendaftaran bakal calon Walikota Medan ini dilakukan pemberitahuaan atau pengumuman resmi kepada seluruh jajaran struktur Partai, kader, anggota dan simpatisan serta masyarakat luas oleh Tim 9 penjaringan calon Walikota Medan. Menurut Bapak Danny selama berlangsungnya pembukaan pendaftaran bakal calon Walikota Medan oleh Partai Demokrat, terdapat beberapa tokoh yang mendaftar sebagai bakal calon Walikota dari Partai Demokrat, baik yang berasal dari kalangan internal partai, pengusaha, dan birokrasi. Adapun nama-nama tokoh yang mendaftarkan diri sebagai calon Walikota Medan dari Partai Demokrat, disebutkan oleh Bapak Dani yaitu: H. Denni Ilham Pangabean, Nurhasana, Rahudman Harahap, Safwan Hayat, Tenang Malem Tarigan, Dzulmi Eldin, Bahdin Nur Tanjung, Maulana Pohan, Kol (Inf) Ahwan Asmadi, Amin Daulay.40
40 Wawancara dengan Bapak Dani di Kantor DPD Partai Demokrat Prov. Sumut, tanggal 8 Februari
2011, pukul 10.00 Wib.
Setelah dilakukan pendaftaran bakal calon Walikota Medan, maka setiap bakal calon Walikota yang telah mendaftar wajib mengikuti verifikasi yang juga dilakukan oleh Tim 9. Adapun yang dimaksud dengan verifikasi ini adalah penelitian ataupun pemeriksaan terhadap seluruh kelengkapan persyaratan bakal calon Walikota dan wakil Walikota berdasarkan ketentuan Undang-Undang RI No.32 Tahun 2004 dan Peraturan Partai Demokrat yang tertuang dalam Peraturan Organisasi Partai Demokrat Nomor: 10/PO-02/DPP/PD/II/2007. Proses verifikasi bakal calon Walikota Medan ini dilakukan oleh Tim 9 dengan memperhatikan kriteria dan syarat bakal calon Walikota yang ditentukan oleh undang-undang yang berlaku dan juga ketentuan Partai Demokrat.
(1)
sebelumnya sebagai calon walikota medan dari Partai Demokrat. Menurut Bapak Arip Suroso hal tersebut dianggap wajar, melihat dari perolehan suara pada pemilihan umum anggota DPRD Kota Medan, Partai Demokrat memperoleh suara yang lebih besar dibandingkan Partai Golkar sehingga menjadi hal yang wajar ketika koalisi tersebut menetapkan calon walikota medan berasal dari Partai Demokrat.46
46 Wawancara dengan Bapak Arip Suroso di kantor DPD Partai Demokrat Prov. Sumut, tanggal 9
Februari 2011, pukul 09.30.
Dengan demikian ditetapkanlah Rahudman Harahap dan Dzulmi Eldin sebagai pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota Medan untuk priode 2010-2015.
(2)
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan analisis data yang dilakukan penulis mengenai rekrutmen calon kepala daerah (Studi terhadap Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrat Kota Medan). Maka dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Partai Demokrat sebagai sebuah partai politik merupakan salah satu sarana bagai kader ataupun masyarakat luas untuk dapat mencalonkan diri sebagai kepala daerah.
2. Partai Demokrat memahami pentingnya menjadi pemenang dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah. Hal tersebut dipahami sebagai suatu usaha Partai demokrat dalam rangka mewujudkan visi, misi dan tujuan partai yang sejalan dengan cita-cita bangsa Indonesia yang diungkapkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Selain hal tersebut kemenangan Partai Demokrat dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah juga dapat dipahami sebagai usaha bagi bagi Partai Demokrat dalam mengembangkan dan memperkuat Partai Demokrat.
3. Partai Demokrat mempunyai pedoman dalam rangka memenangkan Pemilihan Umum Kepala Daerah Partai Demokrat, yaitu dengan adanya Peraturan Organisasi Nomor 10/ PO-02/DPP/PD/II/2007 tentang pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah. Peraturan Organisasi tersebut didasarkan atas peraturan parundang-undangan Republik Indonesia dan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ ART). Peraturan Organisasi inilah yang menjadi pedoman bagi Dewan Pimpinan Daerah
(3)
tingkat provinsi dan Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrat tingkat kabupaten / kota dalam melaksanakan penjaringan bakal calon kepala daerah yang akan diusungnya. Peraturan Organisasi ini jugalah yang menjadi pedoman bagi Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrat Kota Medan untuk melakukan rekrutmen calon kepala daerah dalam rangka menghadapi Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota Medan 2010.
4. Rekrutmen calon kepala daerah yang dilakukan Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrat Kota Medan dilakukan dengan system rekrutmen terbuka, yaitu Partai Demokrat memberikan kesempatan yang sama bagi setiap warga Negara untuk ikut bersaing dalam proses penjaringan bakal calon Walikota Medan dari Partai Demokrat. Hal ini menunjukan adanya kesempatan yang sama bagi kader partai maupun masyarakat untuk menjadi calon Walikota Medan dari Partai Demokrat.
5. Proses rekutmen calon kepala daerah yang dilakukan Partai Demokrat merupakan rangkaian rekrutemen politik yang melibatkan unsur Dewan Pimpinan Cabang (DPC), Dewan Pimpinan Daerah (DPD), dan Dewan Pimpinan Pusat (DPP). Dengan demikian hasil penjaringan bakal calon Walikota Medan yang dilakukan pada tingkat Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrat, bukanlah menjadi hasil keputusan akhir. Karena harus diajukan terlebih dahulu ke DPD dan DPP. Hasil keputusan akhir, diputuskan oleh DPP melalui Rapat Pengurus Harian DPP Partai Demokrat. Hasil rapat tersebutlah yang kemudian menjadi rekomendasi yang diajukan kepada DPD dan dilanjukan kembali ke DPC.
6. Proses penetapan bakal calon Walikota Medan, selain mempertimbangkan hasil penjaringan bakal calon walikota Medan yang dilakukan pada tingkat
(4)
daerah juga melihat dari hasil survei. Pelaksanaan survei tersebut didasarkan atas Peraturan Organisasi No: 10/PO-02/DPP/PD/II/2007 yang membenarkan pelaksanaan polling dipimpin oleh Balitbang DPP Partai Demokrat dan dapat pula menggunakan Lembaga Polling Independen. Survei dilakukan untuk melihat peluang menang yang dimiliki oleh para bakal calon Walikota Medan. Kedua hal tersebutlah yang menjadi pertimbangan bagi Partai Demokrat dalam menetapkan Bapak Rahudman Harahap sebagai calon Walikota Medan 2010 yang diusungnya.
7. Keputusan Partai Demokrat untuk mengusung Bapak Rahudman Harahap sebagai calon Walikota Medan dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota Medan 2010 dari Partai Demokrat atas dasar pertimbangan hasil penjaringan dan hasil survei yang dilakukan oleh lembaga independen, hal ini mempunyai dua makna yang harus diperhatikan, yaitu pertama pengunaan bantuan survei dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh Partai Demokrat secara positif menunjukan adanya objektifitas dalam merekrut calon kepala daerah. Kedua, Partai Demokrat belum mempunyai kader yang dianggap mampu bersaing dalam pencalonan kepala daerah kota Medan.
4.2. Saran
Dari hasil penelitian ini penulis menemukan beberapa hal penting yang dapat diperhatikan oleh Partai Demokrat untuk perbaikan pada masa yang akan dating terutama terkait dengan proses pemilihan kepala daerah. Beberapa penting tersebut, antara lain:
1. Pelaksanaan proses rekrutmen calon kepala daerah yang dilakukan oleh Partai Demokrat haruslah dilakukan secara lebih terbuka sesuai dengan segala
(5)
peraturan-peraturan yang telah ditentukan, sehingga tidak ada menimbulkan anggapan bahwa keputusan partai masih keputusan yang bersifat terpusat tanpa ada mempertimbangkan unsure-unsur baik DPD pada tingkat provinsi maupun DPC pada tingkat kabupaten/ kota.
2. Pentingnya meningkatkan sumber daya manusia para kader Partai Demokrat dengan berbagai kegiatan pengkaderan yang terprogram mulai dari tingkat anak ranting, Pimpinan Anak Cabang, sampai pada tingkat DPC sehingga nantinya menghasilkan kader-kader yang berkualitas dan mampu bersaing dalam pencalonan kepala daerah.
(6)
DAFTAR PUSTAKA
Budiardjo, Miriam, 2008, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka. Bungin, Burhan, 2001, Metode Penelitian Sosial Format-Format Kuantitatif dan
Kualitatif, Surabaya: Airlangga University Perss.
Chalid, Phenie(ed), Pilkada Langsung, Demokratisasi Daerah dan Mitos Good Governance, Jakarta: Partnership Kemitraan.2005.
Duverger, Maurice. 2000, Sosiologi Politik, Diterjemahkan oleh Daniel Dhakidae, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Firmanzah, 2008, Mengelola Partai Politik, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Koirudin, 2004, Partai Politik dan Agenda Transisi Demokrasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Haris, Syamsudin, 2005, Pemilu Langsung di Tengah Oligarki Partai Proses Nominasi dan Seleksi Calon Legislatif Pemilu 2004, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Nawawi, Hadari, 1995, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Nogi, Hesel, Tangkilisan, 2003, Kebijakan Publik yang Membumi, Yogyakarta: Yayasan Pembaruan Administrasi Publik Indonesia & Lukman Offset. Prihatmoko, J, Joko, 2005, Pemilihan Kepala Daerah Langsung Filosofi, Sistem dan
Problema di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Putra, Fadillah, 2004, Partai Politik & Kebijakan Publik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rauf, Maswadi. 2000, Konflik dan Konsensus, Sebuah Penjajagan Teoritis, Jakarta: Dirjen Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.