GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG BULLYING DI SMP NEGERI 11 DAN SMP MUHAMMADIYAH 3 YOGYAKARTA

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG BULLYING DI SMP NEGERI 11 DAN SMP MUHAMMADIYAH 3 YOGYAKARTA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Derajat Sarjana Ilmu KeperawatanFakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh : DEVA PRAYUNIKA

20120320145

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

(3)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Deva Prayunika

NIM : 20120320145

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 2 Agustus 2016 Yang membuat pernyataan,

Deva Prayunika


(4)

memotivasi dalam perjalanan hidup dan masa-masa kuliah. Tidak ada kata yang lebih pantas selain kata alhamdulillah dan terima kasih sebesar-sebesarnya kepada semua yang membantu dan mendukung penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

Terima kasih peneliti ucapkan kepada :

 Allah SWT, yang telah memberikan segala rahmat, karunia dan hidayah-Nya, sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik.

 Bapak dan ibu saya tercinta yang telah berjuang dengan penuh keikhlasan, yang telah menorehkan segala kasih dan sayangnya dengan penuh rasa ketulusan yang tak kenal lelah dan batas waktu.

 Saudara - saudaraku tercinta, kakak saya tercinta Dewi Siska Ariyana dan Oksa Rahma Yutia dan adik saya tercinta Meldy Anugrah dan Gifrika Tutut Pradiana dan ponakan saya tercinta Naura, Bagas, dan sadewa.

 Ibu Rahmah, M. Kep., Ns., Sp. Kep. Anselaku dosen pembimbing saya yang selalu meluangkan waktu dan tiada hentinya memotivasi sehingga Karya Tulis Ilmiah ini bisa terselesaikan.

 Partner terbaik saya selama penelitian ini Endah Lisma Syamita

 Sahabat-sahabat saya Archiliandi, Tiffani, Nadia, Hafidz, Bombay, Ina, Gugun, Linda, Palupi dan Angga yang memberikan semangat dalam kuliah dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

 Teman-teman bimbingan Alma, Winda, Elok, Dyah, Endah semoga kita sukses.

 Teman-teman angkatan 2012 yang selalu memberikan semangat dan kenangan manis dalam perkuliahan.


(5)

MOTTO HIDUP

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan, Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”

(Q.S. Al Insyirah : 5-6)

Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan bimbang. Teman yang paling setia hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh.

(Andrew Jackson)

Sesuatu akan menjadi kebanggaan jika sesuatu itu dikerjakan dan bukan hanya difikirkan. Sebuah cita-cita akan menjadi sebuah kesuksesan jika kita awali dengan bekerja untuk mencapainya bukan hanya

menjadi sebuah impian.

Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil tapi berusahalah menjadi manusia yang berguna. ~ Einstein


(6)

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat-Nya dan dengan didorong semangat dan daya upaya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah yang berjudul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang Bullying Di

SMP Negeri 11 dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta”.

Karya Tulis Ilmiah ini dibuat sebagai syarat dalam menyelesaikan program pendidikan sarjana Ilmu Keperawatan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Karya Tulis Ilmiah ini berisikan tentang teori-teori mengenai pengetahuan bullying . Dalam membuat Karya Tulis Ilmiah ini penulis mendapat banyak masukan dari berbagai pihak oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Kedua orang tua, Bapak Wahyudi dan Ibu Suprapti Asih S.Pd. yang telah memberikan dukungan moril dan materil untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

2. Sri Sumaryani, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Mat., HNC selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Rahmah, M. Kep., Ns., Sp. Kep. An sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan pemikiran serta pengarahan yang sangat berguna dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.


(7)

4. Seluruh teman-teman mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan bantuan dan dukungannya.

5. Pihak-pihak lain yang telah membantu peneliti menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Dalam penyusunan dan penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis sangat menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna, oleh karena itu segala saran dan kritik yang membangun saya terima dengan senang hati. Mudah-mudahan karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 2 Agustus 2016 Penulis

Deva Prayunika


(8)

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KEASLIAN PENELITIAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO HIDUP ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR SINGKATAN ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

ABSTRAK ... xiv

INTISARI ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Penelitian terkait ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja ... 11

1. Definisi Remaja ... 11

2. Karakteristik Perkembangan Remaja ... 12

3. Proses Perkembangan Remaja ... 15

4. Tugas – tugas Perkembangan Pada Remaja ... 16

B. Pengetahuan ... 17

1. Definisi Pengetahuan ... 17

2. Tingkat Pengetahuan ... 18

3. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 19

4. Cara Mengukur Pengetahuan... 21

C.Bullying ... 21

1. Definisi Bullying ... 21

2. Karakteristik Bullying ... 22

3. Karakteristik Pelaku dan Korban bullying ... 23

4. Jenis dan Wujud Bullying ... 24

5. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Bullying di Sekolah ... 24

6. Dampak Bullying ... 28

D.Kerangka Konsep ... 30

E. Pertanyaan Penelitian ... 31


(9)

BAB III METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian ... 32

B.Populasi dan Sampel ... 32

C.Kriteria Inklusi dan Eklusi ... 36

D.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36

E. Variabel Penelitian ... 36

F. Definisi Oprasional ... 37

G.Askpek Pengukuran ... 38

H.Instrumen Penelitian ... 38

I. Cara Pengumpulan Data ... 39

J. Uji Validitas ... 40

K.Uji Reliabilitas ... 42

L. Analisis data ... 43

M.Pengolahan Data ... 44

N.Prosedur Penelitian ... 45

O.Etika Penelitian ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Wilayah Penelitian ... 49

B.Hasil Penelitian ... 49

C.Pembahasan ... 57

D.Kekuatan dan Kelemahan ... 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 73

LAMPIRAN ... 78


(10)

Tabel 3.3 Interpretasi nilai r validitas Tabel 3.4 Interpretasi nilai r reliabilitas

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden SMP Negeri 11

Yogyakarta dan SMP Muhammadiyah 3

Tabel 4.2 Distribusi Jawaban Responden di SMP Negeri 11 Yogyakarta

Tabel 4.3 Distribusi Jawaban Responden di SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta

Tabel 4.4 Distribusi Rata-rata Jawaban Responden Setiap Komponen SMP Negeri 11 Yogyakartadan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta

Tabel 4.5 Nilai minimum, Nilai maximum dan nilai mean

Tabel 4.6 CrosstabPengetahuan Bullying Berdasarkan Jenis Kelamin dan tinggal bersama di SMP Negeri 11 Yogyakarta dan

SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta

Tabel 4.7 Crosstab Pengetahuan Bullying Berdasarkan Tinggal Bersama Siapa di SMP Negeri 11 Yogyakarta


(11)

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kerangka Konsep

Gambar 4.1 Pengetahuan Bullying di SMP Negeri 11 dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta


(12)

SMA : Sekolah Menengah Atas

SMP : Sekolah Menengah Pertama

KPAI : Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia


(13)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Surat Keterangan Layak Etik

Lampiran 2 : Surat Izin Uji Validitas

Lampiran 3 : Permohonan Surat Izn Penelitian dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Lampiran 4 : Surat Izi Dinas Perizinan Kota Yogyakarta Lampiran 5 : Surat Izin dari Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lampiran 6 : Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 7 : Peryataan Kesediaan Menjadi Responden Lampiran 8 : Kuesioner Penelitian

Lampiran 9 : Uji Validitas

Lampiran 10 : Hasil Uji Reliabilitas Lampiran 11 : Hasil Pengolahan Data


(14)

knowledge about bullying at SMP Negeri 11 Yogyakarta and SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta.

The study was a descriptive cross sectinal. The samples in this study were 280 respondents who were students in VII and VIII class in SMP Negeri 11 Yogyakarta and SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta. The sampling technique were using simple random sampling. This research was conducted in April-May 2016 in SMP Negeri 11 Yogyakarta and SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta.

The result in both school showed that bullying knowledge in SMP Negeri 11 Yogyakarta as many as 87 respondents (70.2%) had a good knowledge, 23 respondents (18.5%) had fair knowledge and 14 respondents (11, 3%) had less knowledge. Knowledge of bullying at SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta as many as 94 respondents (60.4%) had a good knowledge, 36 respondents (23.1%) had a fair knowledge and 26 respondents (16.7%) had less knowledge.

SMP Negeri 11 Yogyakarta and SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta has a good knowledge about bullying. With this result the respondents are expected to maintain and reimprove knowledge related to bullying.

Keywords: Knowledge, Bullying


(15)

INTISARI

Bullying adalah suatu perilaku negatif berulang yang bermaksud menyebabkan ketidak senangan atau menyakitkan yang dilakukan oleh orang lain baik satu atau beberapa orang secara langsung, terhadap seseorang yang tidak mampu melawannya. Penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan tentang bullying di SMP Negeri 11 Yogyakarta dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta.

Penelitian ini adalah deskriptif cross sectinal. Sampel dalam penelitian ini 280 responden yang merupakan siswa/siswi VII dan kelas VIII di SMP Negeri 11 Yogyakarta dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan april-mei 2016 di SMP Negeri 11 Yogyakarta dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta.

Hasil Penelitian pada kedua SMP tersbut menunjukan bahwa pengetahuan bullying di SMP Negeri 11 Yogyakarta yaitu sebanyak 87 responden (70,2%) memiliki pengetahuan yang baik, 23 respondem (18,5%) memiliki pengetahuan yang cukup dan 14 responden (11,3%) memiliki pengetahuan yang kurang. Pengetahuan bullying di SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta yaitu sebanyak 94 responden (60,4%) memiliki pengetahuan yang baik, 36 responden (23,1%) memiliki pengethuan yang cukup dan 26 responden (16,7%) memiliki pengetahuan kurang.

SMP Negeri 11 Yogyakarta dan SMP Muhammadiyah 3 yogyakarta memiliki pengetahuan tentang bullying baik. Dengan hasil ini diharapkan responden dapat mempertahankan dan meningkatkan kembali pengethaun terkait dengan bullying.

Kata Kunci : Pengetahuan, Bullying


(16)

(17)

Prayunika, Deva. (2016). Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang Bullying di SMP Negeri 11 Yogyakarta dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta.

Pembimbing :

Rahma, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.An

INTISARI

Bullyingadalah suatu perilaku negatif berulang yang bermaksud menyebabkan ketidak senangan atau menyakitkan yang dilakukan oleh orang lain baik satu atau beberapa orang secara langsung, terhadap seseorang yang tidak mampu melawannya.

Penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan tentang bullying di SMP Negeri 11 Yogyakarta dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta.Penelitian ini adalah deskriptif cross sectinal. Sampel dalam penelitian ini 280 responden yang merupakan siswa/siswi VII dan kelas VIII di SMP Negeri 11 Yogyakarta dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan april-mei 2016 di SMP Negeri 11 Yogyakarta dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta.

Hasil Penelitian pada kedua SMP tersbut menunjukan bahwa pengetahuan bullying di SMP Negeri 11 Yogyakarta yaitu sebanyak 87 responden (70,2%) memiliki pengetahuan yang baik, 23 respondem (18,5%) memiliki pengetahuan yang cukup dan 14 responden (11,3%) memiliki pengetahuan yang kurang. Pengetahuan bullying di SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta yaitu sebanyak 94 responden (60,4%) memiliki pengetahuan yang baik, 36 responden (23,1%) memiliki pengethuan yang cukup dan 26 responden (16,7%) memiliki pengetahuan kurang.

SMP Negeri 11 Yogyakarta dan SMP Muhammadiyah 3 yogyakarta memiliki pengetahuan tentang bullying baik. Dengan hasil ini diharapkan responden dapat mempertahankan dan meningkatkan kembali pengethaun terkait dengan bullying.


(18)

Rahma, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.An ABSTRACT

Bullying is a repeated negative behavior that is intended to cause resentment or hurt done by others either one or a few people directly, to persons who are not able to fight.This study was to dertemine the representation of knowledge about bullying at SMP Negeri 11 Yogyakarta and SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta.

The study was a descriptive cross sectinal. The samples in this study were 280 respondents who were students in VII and VIII class in SMP Negeri 11 Yogyakarta and SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta. The sampling technique were using simple random sampling. This research was conducted in April-May 2016 in SMP Negeri 11 Yogyakarta and SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta.

The result in both school showed that bullying knowledge in SMP Negeri 11 Yogyakarta as many as 87 respondents (70.2%) had a good knowledge, 23 respondents (18.5%) had fair knowledge and 14 respondents (11, 3%) had less knowledge. Knowledge of bullying at SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta as many as 94 respondents (60.4%) had a good knowledge, 36 respondents (23.1%) had a fair knowledge and 26 respondents (16.7%) had less knowledge.

SMP Negeri 11 Yogyakarta and SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta has a good knowledge about bullying. With this result the respondents are expected to maintain and reimprove knowledge related to bullying.


(19)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bullyingadalah suatu perilaku negatif berulang yang bermaksud menyebabkan ketidaksenangan atau menyakitkan yang dilakukan oleh orang lain baik satu atau beberapa orang secara langsung, terhadap seseorang yang tidak mampu melawannya(Olweus,2002).Perilaku bullying adalah sebuah situasi dimana terjadinya penyalahgunaan atau kekuasaan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok,pihak yang kuat disini tidak hanya berarti kuat dalam ukuran fisik,tetapi bisa kuat secara mental (Anonim,2008).

Perilaku bullying yang dilakukan bertujuan untuk menyakiti seseorang secara psikologis ataupun secara fisik, pelaku bullyingcenderung dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang merasa dirinya “kuat” kepada seseorang atau sekelompok orang yang dirasa “lemah” artinya pelakubullyingini menyalahgunakan ketidakseimbangan kekuatanuntuk meyakiti korbannya secara terus menerus, pelaku bullyingjuga cenderung menjadi agresif dan melakukan tindakan kriminal ketika dewasa (Entenman, Murnen, & Hendricks, 2005).Maraknya kasus-kasus kekerasan yang terjadi pada anak-anak usia sekolah saat ini sangat memprihatinkan bagi pendidik dan orang tua. Sekolah yang seharusnya menjadi tempat bagi anak menimba ilmu serta membantu membentuk karakter pribadi yang positif ternyata malah menjadi tempat tumbuh suburnya praktek-praktek bullying(Irvan usman, 2013).


(20)

Menurut data statistik Pacer’s National Bullying Preventing Center, satu dari empat siswa (22%) melaporkan bahwa dibully selama tahun ajaran (National Center for Educational Statistics, 2015) dan 19,6% siswa SMA di Amerika Serikat mengalami bullying di sekolah pada tahun 2013, 14,8% dibully dengan media online (Center for Diesease Control, 2014). Hasil penelitian Semai Jiwa Amini (SEJIWA) di Indonesia sendiri pada tahun 2008 terhadap sekitar 1.200 orang pelajar di Jakarta,Yogyakarta, dan Surabaya menunjukan angka kejadian bullying di SMA sebesar 67,9 % dan SMP sebesar 66,1 %. Kekerasan yang dilakukan sesama siswa tecatat sebesar 41,2% untuk tingkat SMP dan 43,7% untuk tingkat SMA dengan kategori tertinggi kekerasan psikologis berupa pengucilan. Peringkat kedua ditempati kekerasan verbal (mengejek) dan terakhir adalah kekerasan fisik (memukul).

Menurut Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), saat inikasus bullying menduduki peringkat teratas pengaduan masyarakat. KPAI (2014) mencatat sebanyak 369 pengaduan masyarakat yang terjadi pada tahun 2011 hingga Agustus 2014. Jumlah tersebut sekitar 25% dari total pengaduan dibidang pendidikan sebanyak 1.480 kasus.Bullying yang disebut KPAI sebagai bentuk kekerasan di sekolah, mengalahkan tawuran pelajar, diskriminasi pendidikan, ataupun aduan pungutan liar (republika, 2014).Hasil studi oleh ahli intervensi bullying, Dr. Army Huneck dalam yayasan Semai Jiwa Amini (SEJIWA) 2008 mengungkapkan bahwa 10-60% siswa di Indonesia melaporkan mendapat ejekan,cemoohan, pengucilan, pemukulan,tendangan ataupun dorongan sedikitnya sekali dalam seminggu.


(21)

3

Wiyani (2012) mengungkapkan tindakan bullying cenderung disepelekan atau kurang diperhatikan dalam kehidupan sehari-hari.Masih banyak yang menganggap bahwa bullying tidak berbahaya, padahal sebenarnya bullying dapat memberikan dampak negatif bagi korbannya. Menurut Trigg (dalam Siswati & Widiyanti, 2009) korban bullying memiliki penyesuaian sosial yang buruk, hal ini menyebabkan korban merasa takut ke sekolah sehingga tidak jarang korban tidak mau pergi ke sekolah, menarik diri dari pergaulan, kesulitan untuk berkonsentrasi saat belajar sehingga menyebabkan prestasi akademiknya menurun, dan fatalnya korban memiliki keinginan untuk bunuh diri daripada harus menghadapi tekanan-tekanan berupa hinaan dan hukuman.

Dampak perilaku kekerasan (bullying) merupakan perbuatan terhadap seseorang yang dapat mengganggu kesehatan secara fisik dan gangguan kesehatan jiwa(trauma mental) kematian atau bunuh diri.Kasus bunuh diri yang dialami beberapa siswa sekolah sebagian diakibatkan oleh adanya bullying.Contoh kasus bunuh diri Seorang pelajar SMP nyaris bunuh diri karena ejekan teman-temannya di sekolah dengan sebutan anak tukang jual bubur ayam (Antara News, 2006).Kejadian serupa menimpa Linda utami 15 tahunsiswi kelas 2 di SMAN 12 Jakarta yang menggantung dirinya dikamar tidur rumahnya.Diketahui sebelum bunuh diri, Linda depresi karena sering diejek teman-temannya lantaran pernah tidak naik kelas(indosiar, 2006). Ada sekitar 30 kasus bunuh diri dan percobaan bunuh diri di kalangan anak-anak dan remaja usia 6 hingga 15 tahun di Indonesia yang dilaporkan media massa antara tahun 2002-2005(penelitian Yayasan Sejiwa,2006).


(22)

Upaya pemerintah dalam menangani kasus bullying sejauh ini belum ada hanya saja Komisioner KPAI Susanto menjelaskan media online atau jejaring media sosial yang menayangkan praktik kekerasan, baik dalam bentuk bulliying, tawuran, dan berbagai bentuk lainnya, juga harus segera diberantas. Selain itu Komisioner KPAI Susanto meminta kepolisian mengusut tuntas pengedar video berkonten kekerasan yang masih beredar, karena secara hukum tidak dibenarkan.Peraturan yang mengatur mengenai perlindungan anak yaitu UU No. 23 Tahun 2002.Pasal 1 angka 1 UU No. 23 Tahun 2002 tentang tentang Perlindungan Anak maka semua pihak baik pemerintah, orang tua, keluarga maupun masyarakat wajib memberikan perlindungan kepada anak dari segala tindakan yang akan merugikan anak. Anak adalah adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.Dalam Pasal 54 UU tentang Perlindungan anak mengamanatkan bahwa “Anak di dalam dan di lingkungan sekolah wajib dilindungi dari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh guru, pengelola sekolah atau teman-temannya di dalam sekolah yang bersangkutan, atau lembaga pendidikan lainnya.

Perawat professional perlu memberikan pengetahuan bagi remaja terkait pentingnya pencegahan perilaku bullying dan cara penanggulangannya. Hal ini erat kaitannya dengan peran dan fungsi perawat dalam upaya pelayanan kesehatan utama (Primary Health Care) yang lebih berfokus dalam preventif dan promotif yaitu memberikan pendidikan untuk pengenalan dan pencegahan atau pengendalian masalah kesehatan pada remaja khususnya bullying(Gaffar, 1999 dalam Annisa 2012). Fungsi perawat sebagai provider (pelaksanaan) lebih pada kemampuan perawat sebagai


(23)

5

penyedia layanan keperawatan (praktisi) tidak hanya itu perawat harus mempunyai kemampuan bekerja secara mandiri dan kolaborasi, serta mempunyai pengetahuan perilaku penyimpangan pada remaja, keterampilan, sikap empati dalam pemberian asuhan keperawatan sehingga mempunyai kemampuan bekerja secara mandiri maupun kolaborasi (Roziqin, 2014).

Agama Islam sendiri melarang tindakanbullying atau kekerasan seperti tertera pada surat Al-Hujuraat ayat 11 yang berbunyi seperti berikut:

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain, (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik daripada wanita (yang mengolok-olok). Janganlah kamu mencela dirimu sendiri (baca: sesama saudara seiman) dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk (berbau kefasikan) sesudah seseorang beriman dan barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.

Ketimpangan atau ketidak seimbangan kekuatan baik fisik maupun mental menjadi penyebab terjadi perilaku bullyingdi sekolah.Dari beberapa orang siswa melaporkan bahwa siswa yang melakukan perilaku bullyingitu disebabkan adanya faktor


(24)

balas dendam. Beberapa faktor diyakini menjadi penyebab terjadinya perilaku bullyingdi sekolah, antara lain adalah faktor kepribadian, komunikasi interpersonal yang dibangun remaja dengan orangtuanya, peran kelompok teman sebaya dan iklim sekolah.

faktor kepribadian yang memberikan kontribusi besar pada siswa dalam melakukan perilaku bullying atau menjadi pelaku bullying( Irvan Usman, 2013). Kurangnya pengetahuan merupakan salah satu faktor penyebab seseorang individu melakukan kekerasan, Semakin tinggi tingkat pengetahuan remaja tentang perilaku bullying maka akan dapat meminimalkan terjadinya perilaku bullying di kalangan siswa (Usman, 2013).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada 10 siswa yang terdiri dari kelas VII,VIII dan IX di SMP N 11 Yogyakarta,bahwa terdapat 4 siswa yang mengetahui tentang bullying sedangkan 6 siswa tidak mengetahui namun ketika peneliti mewawancarai beberapa siswa , rata-rata mereka semua pernah melakukan tindakan bullying tetapi mereka memang tidak mengetahui bahwa apa yang sudah mereka lakukan itu adalah bullying.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Gambaran Tingakat Pengetahuan TentangBullying di SMP Negeri 11 dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta”.


(25)

7

a. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut dapat ditemukan rumusan masalah yang akan diteliti yaitu: “Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang Bullying di SMP Negeri 11 dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta”.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana gambaran tingkat pengetahuan tentang bullying di SMP Negeri 11 dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik responden

b. Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan tentang bullying berdasarkan karaktersistik jenis kelamin siswa di SMP Negeri 11 dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta.

c. Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan bullying berdasarkan siswa tinggal bersama siapa.

d. Untuk mengetahui bagaimana pengetahuan siswa tentang bullying di SMP Negeri 11 dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta.

e. Untuk mengetahui bagaimana pengetahuan siswa tentang karakteristik bullying di SMP Negeri 11 dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta.

f. Untuk mengetahui bagaimana pengetahuan siswa tentang karakteristik pelaku dan korban bullying di SMP Negeri 11 dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta.

g. Untuk mengetahui bagaimana pengetahuan siswa tentang karakteristik bullying di SMP Negeri 11 dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta.


(26)

h. Untuk mengetahui bagaimana pengetahuan siswa tentang faktor-faktor yang mempengaruhi bullying di SMP Negeri 11 dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta.

i. Untuk mengetahui bagaimana pengetahuan siswa tentang dampak bullying di SMP Negeri 11 dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi profesi keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sebagai tambahan pengetahuan mengenai perilaku bullying.

2. Bagi pihak sekolah

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam mengambil suatu kebijakan yang tepat sasaran dan efektif terhadap anak didik.

3. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan dan wawasan terutama yang berkaitan dengan perilaku bullying.


(27)

9

1. Trevi, Winanti Siwi Respati (2012) Fakultas Psikologi Universitas Esa Unggul Jakarta melakukan penelitian yang berjudul: Sikap siswa kelas X smk Y tangerang terhadap bullying. Penelitian ini bersifat kuantitatif non-eksperimental dengan menggunakan teknik statistik deskriptif. Metode yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian adalah metode kuesioner.Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner sikap terhadap perilaku Bullying. Kesimpulan dari penelitian Trevi Winanti Siwi Respati adalah bahwa yang sikapnya cenderung positif terhadap bullyingmemiliki kecenderungan karakteristik sebagai berikut: cenderung berjenis kelamin laki-laki,cenderung berasal dari program keahlian yang populer, seperti AK (akutansi) atau MM, cenderung memiliki keadaan keluarga yang utuh bermasalah, cenderung menyukai informasi yang berhubungan dengan komedi, cenderung berperan sebagai pelaku,cenderung mempunyai kelompok dan berperan sebagai pengikut dalam kelompok peegroupnya,cenderung berasal dari ayah yang bekerja sebagai karyawan dan ibu sebagai ibu rumah tangga,cenderung berasal dari keluarga yang penghasilan orang tuanya kurang dari 1 juta perbulan, dan tingkat pendidikan orang tuapun cenderung rendah,dimana tingkat pendidikan ayahnya hanya SD dan SMP sedangkan ibunya hanya SMP.Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu sama sama menggunakan Penelitian yang bersifat kuantitatif non-eksperimental dengan menggunakan teknik statistik deskriptif.Persamaan dengan penelitian ini adalah pada jenis penelitian. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada judul,kerangka konsep,populasi,tempat penelitian jumlah respondendan waktu penelitian.


(28)

2. Titis setiani (2013) universitas negeri semarang melakukan penelitian yang berjudul: hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap guru taman kanak-kanak dengan tindakan bullying.Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional kesimpulan dari penelitian Titis setiani yaitu: (1) guru cukup memiliki pengetahuan terhadap tindakan bullying, (2) guru memiliki sikap intoleransi terhadap tindakan bullying, (3) terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap guru TK terhadap tindakan bullying. Perilaku bullying merupakan satu dari banyak masalah tingkah laku dan disiplin di kalangan murid sekolah dewasa ini. Perilaku bullying secara langsung atau tidak langsung merupakan sebagian dari tingkah laku agresi. Perilaku bullying berlaku jika terdapat jurang atau ketidakseimbangan kuasa antara pembuli dengan korban. Terdapat beberapa faktor yang mendorong terjadinya perilaku bullyingdi kalangan murid sekolah yaitu faktor individu, keluarga, teman sebaya, sekolah, media, dan diri sendiri. Perilaku bullying perlu dicegah terjadi di sekolah. Oleh karena itu sekolah perlu memiliki program baik program pencegahan maupun program intervensi pemulihan yang melibatkan semua komponen yang terlibat dalam proses belajar mengajar di sekolah.Persamaan dengan penelitian ini adalah pada jenis penelitian, perbedaan dengan penelitian ini adalah pada judul,kerangka konsep,populasi,tempat penelitian,jumlah responden dan waktu penelitian.


(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja

1. Definisi Remaja

MenurutDeBrum dalam Jahja (2011) mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut Papalia dan Olds (2001) dalam Jahja (2011: 220) masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun.

World Health Association (WHO) memberikan definisi tentang remaja yang lebih bersifat konseptual. Definisi tersebut dikemukakan tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekonomi.Batasan remaja menurut WHO yaitu usia 10-20 tahun. WHO membagi kurun usia tersebut dalam dua bagian, yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun. Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sendiri menetapkan usia 15-24 tahun sebagai usia pemuda (youth). Batasan remaja di Indonesia mendekati batasan usia menurut PBB yaitu 15-25 tahun.


(30)

2. Karakteristik Perkembangan Remaja 1. Perkembangan fisik

Masa remaja merupakan salah satu di antara dua masa rentangan kehidupan individu, dimana terjadi pertumbuhan fisik yang sangat pesat,pada masa remaja akhir, proporsi tubuh individu mencapai proporsi tubuh orang dewasa.

2. Perkembangan kognitif (Intelektual)

Secara mental remaja telah dapat berfikir logis tentang berbagai gagasan yang abstrak, serta sistematis dan ilmiah dalam memecahkan masalah daripada berfikir konkret (Yusuf, 2011). Adam & Gullota; 1983 dalam Yusuf (2011) menjelaskan bahwa remaja dapat memikirkan tentang masa depan dengan membuat perencanaan dan mengeksplorasi berbagai kemungkinan untuk mencapainya.

3. Perkembangan emosi remaja

Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang tinggi. Pertumbuhan fisik, terutama organ-organ seksual mempengaruhi berkembangnya emosi atau perasaan dan dorongan-dorongan baru yang dialami sebelumnya, seperti perasaan cinta, rindu, dan keinginan untuk berkenalan lebih intim dengan lawan jenis.Usia remaja awal, perkembangan emosinya menunjukkan sifat yang sensitif dan reaktif yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa atau situasi sosial, emosinya bersifatnegative dan temperamental (mudah tersinggung/marah, atau mudah


(31)

13

sedih/murung), sedangkan remaja akhir sudah mampu mengendalikannya (Yusuf, 2011).

Yusuf (2011) juga menjelaskan bahwa mencapai kematangan emosional merupakan tugas perkembangan yang sangat sulit bagi remaja. Proses pencapaiannya sangat dipengaruhi oleh kondisi sosio-emosional lingkungannya, terutama lingkungan keluarga dan kelompok teman sebaya. Apabila lingkungan tersebut cukup kondusif, dalam arti kondisinya diwarnai oleh hubungan yang harmonis, saling mempercayai, saling menghargai, dan penuh tanggung jawab, maka remaja cenderung dapat mencapai kematangan emosinya.

4. Perkembangan sosial

Pada masa remaja berkembang sosial cognition, yaitu kemampuan untuk memahami orang lain. Remaja memahami orang lain sebagai individu yang unik, baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat nilai-nilai maupun perasaannya. Pada masa remaja sering menjalin hubungan sosial dengan teman sebaya, seperti menjalin persahabatan maupun pacaran. Dalam hubungan dengan teman sebaya remaja lebih memilih teman yang memiliki kualitas psikologis yang relatif sama dengan dirinya, baik menyangkut ketertarikan, sikap nilai dan kepribadian (Yusuf, 2011).

5. Perkembangan moral

Melalui pengalaman atau berinteraksi sosial dengan orang tua, guru, teman sebaya, atau orang dewasa lainnya, tingkat moralitas remaja sudah


(32)

lebih matang jika dibandingkan dengan usia anak. Mereka sudah lebih mengenal tentang nilai-nilai moral atau konsep-konsep moralitas, seperti kejujuran, keadilan, kesopanan dan kedisiplinan. Masa ini juga muncul dorongan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang lain. Remaja berperilaku bukan hanya untuk memenuhi kepuasan fisiknya, tetapi psikologis (rasa puas dengan adanya penerimaan dan penilaian positif dari orang lain tentang perbuatannya) (Yusuf, 2011).

6. Perkembangan kepribadian

Menurut Yusuf (2011), fase remaja merupakan saat yang paling penting bagi perkembangan dan integrasi kepribadian. Faktor-faktor dan pengalaman baru yang tampak terjadinya perubahan kepribadian pada masa remaja, meliputi perolehan pertumbuhan fisik yang menyerupai masa dewasa, kematangan seksual yang disertai dengan dorongan-dorongan emosi baru, kesadaran terhadap diri sendiri dalam keinginan untuk mengarahkan diri, kebutuhan akan persahabatan yang bersifat yang bersifat heteroseksual dan munculnya konflik sebagai dampak dari masa transisi antara masa anak dan masa dewasa.

7. Perkembangan kesadaran beragama

Kemampuan berpikir abstrak remaja memungkinkan mereka untuk dapat mentransformasikan keyakinan beragamanya. Mereka dapat mengapresiasi kualitas keabstrakan Tuhan sebagai yang Maha Adil, Maha Kasih Sayang (Yusuf, 2011).


(33)

15

3. Proses perkembangan remaja 1. Remaja awal (12-15 tahun)

Pada tahap ini,remaja masih merasa heran terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan tersebut. Mereka mulai mengembangkan pikiran-pikiran baru, sempat tertarik pada lawan jenis dan mudah terangsang secara erotis. Kepekaan yang berlebihan ini ditambah dengan berkurangnya pengendalian terhadap ego dan menyebabkan remaja sulit mengerti dan dimengertioleh orang dewasa (Monks, 1999).

2. Remaja madya(15-18 tahun)

Pada tahap ini, remaja sangat membutuhkan teman-teman. Ada kecenderungan narsisitik yaitu mencintai dirinya sendiri, dengan cara lebih menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Pada tahap ini remaja berada dalam kondisi kebingungan karena masih ragu harus memilih yang mana,peka atau peduli, ramai-ramai atau sendiri,optimis atau pesimis, dan sebagainya (Monks, 1999). 3. Tahap akhir (18-21 tahun)

Tahap ini adalah masa mendekati kedewasaan yang ditandai dengan pencapaian:

Pertama adalah minat yang semakin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek. Kedua adalah egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan mendapatkan pengalaman-pengalaman baru. Ketiga


(34)

adalah terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah lagi. Keempat adalah egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri dengan orang lain. Kelima adalah tumbuh dinding pemisah antara diri sendiri dengan masyarakat umum.

4. Tugas-tugas perkembangan pada remaja

Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan individu, dan merupakan masa transisi yang dapat diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat (Konopka, dalam Pikunas, 1976; Kaczman & Riva, 1996 dalam Yusuf 2011).

Salzman dan Pikunas juga menjelaskan masa remaja ditandai dengan berkembangnya sikap dependen kepada orang tua ke arah independen, minat seksualitasdan kecenderungan untuk merenung dan memperhatikan diri sendir, nilai-nilai etika, dan isu-isu moral.

Menurut Erikson berpendapat bahwa remaja merupakan masa berkembangnya identity. Identity merupakan vocal point dari pengalaman remaja, karena semua krisis normative yang sebelumnya telah memberikan kontribusi kepada perkembangan identitas diri. Erikson memandang pengalaman hidup remaja berada dalam keadaan moratorium, yaitu suatu periode saat remaja diharapkan mampu mempersiapkan dirinya untuk masa depan, dan mampu menjawab pertanyaan siapa saya (who am I?). Erikson mengatakan kegagalan remaja untuk mengisi atau menuntaskan tugas ini akan berdampak tidak baik bagi perkembangan


(35)

17

dirinya. Remaja yang gagal dalam mengembangkan rasa identitasnya, maka remaja akan kehilangan arah yang dampaknya akan mengembangkan perilaku yang menyimpang, melakukan kriminalitas atau menutup diri dari (mengisolasi diri) dari masyarakat (Yusuf, 2011).

Menurut pendapat Mc Candless dan Evans melalui Yusuf (2011) bahwa masa remaja akhir ditandai oleh keinginan yang kuat untuk tumbuh dan berkembang secara matang agar diterima oleh teman sebaya, orang dewasa, dan budaya pada periode ini, remaja memperoleh kesadaran yang jelas tentang apa yang diharapkan masyarakat dari dirinya.

William Kay dalam Yusuf (2011) menjelaskan bahwa tugas perkembangan utama remaja adalah memperoleh kematangan sistem moral untuk membimbing perilakunya.

B. Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari dan sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu, pengindraan terjadi

melalui pancaindra manusia,yakni indra penglihatan,pendengaran,penghidu,perasa, dan peraba. Tetapi sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005). Pengetahuan itu diperoleh baik dari pengalama


(36)

langsung maupun melalui pengalaman orang lain. Pengetauan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour) (Notoatmodjo, 2010).

Menurut Mubarak (2011), Pengetahuan adalah segala apa yang diketahui berdasarkan pengalaman yang didapatkan oleh setiap manusia.Pada dasarnya pengetahuan akan terus bertambah dan bervariatif sesuai dengan proses pengalaman manusia yang dialami.Kamus filsafat menjelaskan bahwa pengetahuan (knowledge)adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri(Bakhtiar, 2012).

2. Tingkat pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2011), pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkat, yakni :

Pertama, tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Oleh sebab itu,’tahu’ ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya.

Kedua, memahami (comprehension), diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar.

Ketiga, aplikasi (application), diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil


(37)

19

(sebenarnya) serta dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

Keempat, analisis (analysis), adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

Kelima, sintesis (synthesis), menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya: dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya, terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

Keenam, evaluasi (evaluation), ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan jastifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Mubarak (2011), ada tujuh faktor yang mempengaruhipengetahuan seseorang, yaitu :


(38)

Pertama, pendidikan, berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain agar dapat memahami sesuatu hal. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah mereka menerima informasi, daripada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya akan semakin banyak.

Kedua, pekerjaan, lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Ketiga, umur, dengan bertambahnya umur seseorang akan mengalami perubahan aspek fisik dsn psikologis (mental). Perubahan ini terjadi karena pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental, taraf berfikir seseorang menjadi semakin matang dan dewasa.

Keempat, minat, sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal, sehingga seseorang memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.

Kelima, pengalaman, suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Keenam, kebudayaan, lingkungan sekitar sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai sikap menjaga kebersihan lingkungan, maka sangat mungkin


(39)

21

masyarakat sekitarnya mempunyai sikap selalu menjaga kebersihan lingkungan.

Ketujuh, informasi, kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru

4. Cara mengukur pengetahuan

Pengukuran pengetahuan menurut Arikunto (2006), dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dengan objek penelitian atau responden. Data yang bersifat kualitatif di gambarkan dengan kata-kata, sedangkan data yang bersifat kuantitatif terwujud angka-angka, hasil perhitungan ataupengukuran, dapat diproses dengan cara dijumlahkan, dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan dan diperoleh persentase, setelah dipersentasekan lalu ditafsirkankedalam kalimat yang bersifat kualitatif.

a. Kategori baik yaitu menjawab benar 76%-100% dari yang diharapkan b. Kategori cukup yaitu menjawab benar 56%-75% dari yang diharapkan. c. Kategori kurang yaitu menjawab benar <56% dari yang diharapkan. C. Bullying

1. Definisi bullying

Sejiwa(Semai Jiwa Amini 2008:2) istilah bullyingdiilhami dari kata bull(bahasa Inggris) yang berarti ”banteng” yang menanduk. Pihak pelakubullyingbiasa disebut bully. Sejiwa (2008:2) mengatakan bullyingsebagai sebuah situasi dimana terjadinya penyalahgunaan kekuatan atau kekuasaan


(40)

yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok. Pihak yang kuat tidak hanya berarti kuat dalam ukuran fisik, tapi bisa juga kuat secara mental. Pada hal ini korban bullyingtidak dapat membela atau mempertahankan diri, karena lemah secara fisik atau mental. Perlu diperhatikan dampak tindakan tersebut bagi korban, bukan sekedar tindakan yang dilakukan. Misalnya: seorang siswa mendorong bahu temannya dengan kasar. Saat yang didorong merasa terintimidasi, apalagi jika tindakan tersebut dilakukan secara berulang-ulang, maka perilakubullyingtelah terjadi.

Pendapat ini diperkuat dengan pandangan Olweus (dalamKarina Astarini 2013) adalah seseorang dianggap menjadi korban bullying, bila seseorang dihadapkan pada tindakan negatif dan dilakukan secara berulang-ulang, serta terjadi dari waktu ke waktu. Selain itu,bullyingmelibatkan kekuatan dan kekuasaan yang tidak seimbang, sehingga korbannya berada dalam keadaan tidak mampu mempertahankan diri secara efektif untuk melawan tindakan negatif yang diterimanya.

2. Karakteristik bullying

Ciri perilaku bullyingyang lain adalah adanya perilaku agresif dan sengaja “melakukan kejahatan” (Olweus, 2003), dilakukan secara berulang-ulang atau berkali-kali, hubungan interpersonal yang ditandai dengan ketidakseimbangan kekuatan, dan mengakibatkan dampak negatif bagi korban (Krahe, 2005; Houbre, dkk., 2006; Houbre, dkk., 2010). Selain itu menurut Morrison et al., (2004) terdapat karakter individu atau kelompok seperti:


(41)

23

agresif baik secara fisik maupun verbal, dendam atau iri hati, adanya semangat ingin menguasai korban dengan kekuatan fisik dan daya tarik seksual,untuk meningkatkan popularitas pelaku dikalangan teman sepermainan (preer group)-nya. Astuti (2008) mencirikan sekolah yang pada umumnya mudah terdapat kasus bullying yaitu :a) Sekolah yang di dalamnya terdapat perilaku deskriminatif baik di kalangan guru maupun siswa; b) Kurangnya pengawasan dan bimbingan etika dari para guru dan petugas sekolah; c) Terdapat kesenjangan yang besar antara siswa yang kaya dan miskin; d) Adanya pola kedisiplinan yang sangat kaku ataupun terlalu lemah; e) Bimbingan yang tidak layak dan peraturan yang tidak konsisten.

3. Karakteristik pelaku dan korban bullying

Bullying antara lain disebabkan oleh pelaku yang dendam, ingin dipuja kelompok/komunitasnya, menarik perhatian orang lain. Ciri-ciri pelaku dan korban bullying (Astuti, 2008).

Ciri pelaku bullying antara lain: hidup berkelompok dan menguasai kehidupan social siswa disekolah, menempatkan diri di tempat tertentu di sekolah atau sekitarnya merupakan tokoh popular di sekolahnya,Gerak-geriknya seringkali dapat ditandai dengan sering berjalan di depan, sengaja menabrak ,berkata kasar ,menyepelekan atau melecehkan.

Ciri korban bullying antara lain: pemalu ,pendiam dan juga penyendiri, bodoh,dungu, sering tidak masuk sekolah oleh alasan tak jelas berperilaku aneh atau tidak biasa (ketakutan marah tanpa sebab).


(42)

4. Jenis dan wujud bullying

Kategori praktek bullying yaitu: bullying fisik, bullying verval ataunon fisik, bullying mental atau psikologis (SEJIWA, 2008).Bentuk bullying fisik adalah jenis bullying yang kasat mata. Contoh bullying fisik antara lain: menampar, menimpuk, menjegal, menginjak kaki, meludahi, memalak, melempar dengan barang, menghukum dengan cara push up.

Bentuk bullying verbal atau non fisik adalah jenis bullying yang juga bisa terdeteksi karena dapat tertangkap oleh indra pendengaran orang. Contoh bullying verbal antara lain: memaki, menjuluki, menghina, meneriaki, mempermalukan di hadapan umum, menuduh, menyoraki, menebar gosip, serta memfitnah.

Jenis bullying yang paling berbahaya adalah bullying mental atau psikologis, hal tersebut terjadi secara diam-diam dan di luar pemantauan orang. Contohnya adalah: memandang sinis, memandang penuh ancaman, mempermalukan di hadapan umum, mendiamkan, mengucilkan, mempermalukan, meneror melalui pesan pendek telepon genggam atau email, memelototi, serta mencibir.

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi bullying di sekolah

Kebanyakan perilaku bullyingberkembang dari berbagai faktor yang kompleks. Tidak ada faktor tunggal yang menjadi penyebab munculnya bullying. Faktor-faktor penyebab terjadinya bullying menurut Ariesto (dalam Mudjijanti, 2011:4) antara lain:


(43)

25

a. Faktor guru

Ada beberapa faktor dari guru yang dapat menyebabkan siswa berperilakubullying, diantaranya adalah:

Pertama, kurangnya pengetahuan guru bahwa bullying baik fisik maupun psikis dapat beresiko menimbulkan trauma psikologis dan melukai self esteem(harga diri)siswa.

Kedua,persepsi yang parsial dalam menilai siswa. Setiap anak mempunyai konteks kesejarahan yang tidak bisa dilepaskan dalam setiap kata dan tindakannya, termasuk dalam tindakan siswa yang dianggap melanggar batas. Pelanggaran yang dilakukan siswa merupakan sebuah tanda dari masalah yang tersembunyi di baliknya.

Ketiga, permasalahan psikologis guru yang menyebabkan hambatan dalam mengelola emosi hingga guru menjadi lebih sensitif dan reaktif.

Keempat, adanya tekanan kerja. Target yang harus dipenuhi guru, baik dari segi kurikulum, materi maupun prestasi yang harus dicapai siswa sementara kendala yang dirasakan untuk mencapai hasil yang ideal dan maksimal cukup besar.

Kelima,pola pengajaran yang masih mengedepankan faktor kepatuhan dan ketaatan pada guru sehingga pola pengajaran bersifat satu arah (dari guru ke murid).Pola ini bisa berdampak negatif apabila dalam diri guru terdapat insecurityyang berusaha dikompensasi lewat penerapan kekuasaan.


(44)

Keenam, muatan kurikulum yang menekankan pada kemampuan kognitif dan mengabaikan kemampuan afektif siswa. Tidak menutup kemungkinan suasana belajar menjadi kering dan stressfull.

b. Faktor siswa

Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap perilaku bullyingpada siswa adalah dari sikap siswa itu sendiri. Sikap siswa tidak bisa dilepaskan dari dimensi psikologis dan kepribadian siswa itu sendiri.

c. Faktor keluarga

Pola asuhmeliputi: pertama Anak yang dididik dalam pola asuh yang indulgent (memanjakan), highly privilege(mengistimewakan) dan over protective(terlalu melindungi). Dengan memenuhi semua keinginan dan tuntutan sang anak maka dapat menjadikan anak tersebut tidak bisa belajar mengendalikan impulse, menyeleksi dan menyusun skala prioritas kebutuhan, dan bahkan tidak belajar mengelola emosi. Hal ini dapat menjadikan anak merasa seperti raja dan bisa melakukan apa saja yang ia inginkan dan bahkan menuntut orang lain melakukan keinginannya, sehingga anak akan memaksa orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dengan cara apapun asalkan tujuannya dapat tercapai.

Kedua, orang tua yang emotionally or physically uninvolved, bisa menimbulkan persepsi pada anak bahwa mereka tidak dikehendaki, jelek, bodoh, tidak baik dan sebagainya. Hal ini dapat berdampak secara psikologis, yakni munculnya perasaan inferior, rejecteddan sebagainya.


(45)

27

Sebaliknya, orangtua yang terlalu rigid dan authoritarian, tidak memberikan kesempatan berekspresi pada anaknya, dan lebih banyak mengkritik, membuat anak merasa dirinya “not good enough person”, hingga dalam diri mereka timbul inferioritas, dependensi, sikapnya penuh keraguan, tidak percaya diri, rasa takut pada pihak yang lebih kuat, sikap taat dan patuh yang irrasional, dan sebagainya. Lambat laun tekanan emosi itu bisa keluardalam bentuk agresivitas yang diarahkan pada orang lain.

Ketiga,orang tua mengalami masalah psikologis. Jika orang tua mengalami masalah psikologis yang berlarut-larut bisa mempengaruhi pola hubungan dengan anak. Lama-kelamaan kondisi ini dapat mempengaruhi kehidupan pribadi anak. Anak bisa kehilangan semangat, daya konsentrasi, sensitif, reaktif, cepat marah dan sebagainya.

Keluarga disfungsional

Keluarga yang mengalami disfungsi punya dampak signifikan terhadap anak. Keluarga yang salah satu anggotanya sering memukul atau menyiksa fisik atau emosi, mengintimidasi anggota keluarga lain atau keluarga yang sering memiliki konflik terbuka tanpa ada resolusi, atau masalah yang berkepanjangan yang dialami oleh keluarga dapat mempengaruhi kondisi emosi anak dan lebih jauh mempengaruhi perkembangan kepribadiannya. d. Faktor lingkungan

Bullyingdapat terjadi karena adanya faktor lingkungan, yaitu: pertama adanya budaya kekerasan, seseorang melakukan bullyingkarena dirinya


(46)

berada dalam suatu kelompok yang sangat toleran terhadap tindakanbullying. Anak yang tumbuh dalam lingkungan tersebut memandang bullyinghal yang biasa/wajar.Kedua mengalami sindrom Stockholm. Sindrom Stockholm merupakan suatu kondisi psikologis dimana antara pihak korban dengan pihak aggressor terbangun hubungan yang positif. Seperti budaya dalam orientasi siswa baru, karena meniru perilaku seniornya. Ketiga tayangan televisi yang banyak berbau kekerasan. Jika seseorang terlalu sering menonton tayanganbullyingmaka akan mengakibatkan dirinya terdorong untuk mengimitasi perilaku bullyingyang ada di televisi.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi bullyingantara lain faktor guru, siswa dan keluarga seperti pola asuh orang tua, orang tua yang mengalami masalah psikologis, dan faktor lingkungan, seperti adanya budaya kekerasan, dan tayangan televisi yang banyak menayangkan kekerasan.

6. Dampak bullying

Menurut Elliot (dalam Titis setiani 2013), bullying memiliki dampak negatif bagi perkembangan karakter anak, baik bagi si korban maupun pelaku. Sementara kegagalan untuk mengatasi tindakan bullying akan menyebabkan agresi lebih jauh. Akibat tindakan bullying pada diri korban tidak hanya secara fisik namun bisa berdampak secara psikologis, sehingga dapat timbul perasaan tertekan karena pelaku menguasai korban. Menurut Rigby (dalam Titis setiani


(47)

29

2013) kondisi ini menyebabkan korban mengalami kesakitan fisik dan psikologis, kepercayaan diri (self-esteem) yang merosot, malu, trauma, tak mampu menyerang balik, merasa sendiri, serba salah dan takut sekolah (school phobia)karena anak merasa tidak ada yang menolong.Dalam kondisi selanjutnya, korban mengasingkan diri dari sekolah, menderita ketakutan sosial (social phobia), bahkan menurut Field (Titis setiani 2013) korban bullying cenderung ingin bunuh diri.


(48)

D. Kerangka Konsep

Baik (76-100%)

Cukup (56-75%)

Kurang (<56%)

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

Variabel yang diteliti

Variabel yang tidak diteliti

Tingkat Pengetahua Bullying

1. Definisi Bullying 2. Karakteristik

bullying 3. Karakteristik

pelaku dan korban bullying 4. Jenis dan

wujud bullying 5. Dampak

bullying Faktor –faktor yang

mempengaruhi bullying disekolah

1. Faktor guru 2. Faktor siswa 3. Faktor

keluarga 4. Faktor


(49)

31

E. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang Bullying di SMP Negeri 11 dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta?


(50)

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian non eksperimental yaitu descriptive analitic. Descriptive analytic adalah metode untuk menggambarkan atau meringkas data dengan cara ilmiah dalam bentuk tabel atau grafik yang tidak menjelaskan hubungan, tetapi menghimpun data secara sistematis, aktual dan cermat (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini menggunakan cross sectional, yaitu melakukan pengukuran hanya satu kali pada suatu waktu untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan tentang bullying di SMP Negeri 11 dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta.

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian

Menurut Notoatmodjo (2010), populasi adalah keseluruhan objek penelitian.Peneliti menentukan tempat populasi dalam penelitian ini dengan cara mengumpulkan sebanyak 16 SMP Negeri dan 10 SMP Muhammadiyah yang ada di Yogyakarta, selanjutnya peneliti mencatat satu persatu nama SMP dari SMP Negeri maupun SMP Muhammadiyah dalam sebuah potongan kertas kecil, kemudian peneliti melakukan undian untuk dua kategori , kategori yang pertama yaitu SMP Negeri yang ada di Yogyakarta didapatkan SMP Negeri 11 Yogyakarta, dan untuk kategori yang ke dua yaitu SMP Muhammadiyah Yogyakarta didapatkan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Setelah melakukan


(51)

33

undian tersebut maka didapatkan populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 11 dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta kelas VII dan kelas VIII.Total populasi dalam penelitian ini adalah 721 siswa. Jumlah siswa di SMP Negeri 11Yogyakarta sebanyak 273 siswa yang terdiri dari kelas VII berjumlah 135 siswa dan kelas VIII berjumlah 138 siswa. Jumlah siswa di SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta berjumlah 448 siswa yang terdiri dari kelas VII berjumlah 202 siswa dan kelas VIII berjumlah 246 siswa.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang mewakili suatu populasi tersebut (Saryono, 2011). Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simple random sampling yaitu metode pengambilan sampel pada populasi dengan karakteristik yang berbeda atau heterogen (Notoatmodjo, 2012). Pengambilan sampel diambil pada setiap angkatan yaitu kelas VII dan VIII.Rumus sampel menggunakan rumus Slovin dalam Nursalam (2013):

� = �

1 +�(�)2

n : Besar sampel

N : Besar populasi


(52)

a. Sampel SMP Negeri 11 Yogyakarta :

� = �

1 +�(�)2

�= 273

1 + 273(0,05)2 � = 165

Untuk antisipasi drop out maka di tambah 10% sehingga jumlah sampel menjadi 181 siswa.

Siswa kelas VII

=

135

273

×

181 = 89 siswa

Siswa kelas VIII = 138

273

×

181= 91 siswa

Setelah dilakukan proses pengambilan data, jumlah sampel mengalami perubahan. Hal ini dikarenakan banyak siswa yang tidak mengembalikan kuesioner pada saat pengembalian kuesioner sesuai waktu yang sudah ditentukan peneliti sehingga sampel tersebut menjadi kriteria eksklusi. Jumlah sampel menjadi :

Kelas VII = 42 siswa Kelas VIII = 82 siswa Total sampel = 124 siswa


(53)

35

b. Sampel SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta

� = �

1 +�(�)2

� = 448

1 + 448(0,05)2

n = 211

Untuk antisipasi drop out maka di tambah 10% sehingga jumlah sampel menjadi 232 siswa.

Siswa kelas VII =202

448

×

232 = 104 siswa

Siswa kelas VIII = 246

448

×

232= 127 siswa

Setelah dilakukan proses pengambilan data, jumlah sampel mengalami perubahan. Hal ini dikarenakan banyak siswa yang tidak mengembalikan kuesioner pada saat pengembalian kuesioner sesuai waktu yang sudah ditentukan peneliti sehingga sampel tersebut menjadi kriteria eksklusi. Jumlah sampel menjadi :

Kelas VII = 68 siswa Kelas VIII = 88 siswa Total sampel = 156 siswa


(54)

C. Kriteria Inklusi & Ekslusi 1. Kriteria Inklusi

a. Siswa SMP Negeri 11 dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta.

b. Siswa SMP Negeri 11 dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta yang bersedia menjadi responden.

c. Hadir pada saat pengisian kuesioner. 2. Kriteria Ekslusi

a. Siswa SMP Negeri 11 dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakartayang tidak masuk sekolah pada saat pengambilan data.

b. Siswa yang tidak mengisi kuesioner dengan lengkap. c. Siswa yang tidak mengembalikan kuesioner

D. Lokasi dan Waktu penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukandi SMP Negeri 11 dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2016 E. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah tunggal yaitu tingkat pengetahuan tentang bullying pada siswa SMP Negeri 11 dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta.


(55)

37

F. Definisi Operasional

Untuk memudahkan pemahaman dan pengukuran setiap variabel yang ada dalam penelitian, setiap variabel dirumuskan secara operasional. Adapun definisi operasional dari penelitian ini sebagai berikut:

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel DefinisiOperasional Parameter Alat ukur Skala Skor

Pengetahu an siswa kelas VII dan VIII tentang perilaku bullying Di SMP Negeri 11 dan SMP Muhamm adiyah 3 Yogyakar ta Adalah segala sesuatu yang diketahui siswa kelas

VII dan VIII, tentang perilaku bullying. Di SMP Negeri 11 dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta. 1.Definisi bullying 2.Karakterist ik bullying 3.Karakterist ik pelaku dan korban bullying. 4.Jenis dan wujud bullying 5.Factor-faktor yang mempengaru hi bullying 6.Dampak bullying

Kuesioner Ordinal Jika jawaban sesuai dengan kunci jawaban Benar: 1 Salah :0 Tidak tahu:0 Selanjutny a dijumlah dan dikategori kan

Baik :

76- 100%(13-17)

Cukup :

56- 75%(10-12)

Kurang : <

56%(<10) Arikunto, (2006)


(56)

G. Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran yang dilakukan terhadap tingkat pengetahuanberdasarkan jawaban responden dan semua pertanyaan yang diberikandengan jumlah 21pertanyaan. Skala yang digunakan adalah skala Guttman Menurut Arikunto (2006), skalapengukuran pengetahuan dapat dikategorikan:

1. Kategori baik yaitu menjawab benar 76%-100%(13-17) dari yang diharapkan. 2. Kategori cukup yaitu menjawab benar 56%-75% (10-12)dari yang diharapkan. 3. Kategori kurang yaitu menjawab benar <56% (<10)dari yang diharapkan. H. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan disusun peneliti denganmengacu kepada kerangka konsep. Kuesioner dibagikan kepada responden atau siswaSMP Negeri 11 dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Kuesioner ini menggunakan skala Guttman dan kuesioner berupa pertanyaan tertutup dengan alternative jawaban benar, salah dan tidak tahu. Kuesioner yang peneliti susun terdapat 17 pertanyaan. Untuk jawaban yang benar akan diberikan nilai 1,sedangkan untuk jawaban salah dan tidak tahu akan diberikan nilai 0.


(57)

39

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Pengetahuan Bullying

I. Cara Pengumpulan Data

Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner yang telah dibuat oleh peneliti dengan mengacu pada bab II , bentuk pernyataan dengan memilih alternative jawaban yang disediakan. Pengambilan data dilakukan setelah responden diberi penjelasan terlebih dahulu mengenai tujuan dan tata kerja penelitian serta bersedia dijadikan sampel penelitian. Responden kemudian diminta untuk mengisi dengan lengkap kuesioner yang telah disediakan.

Tata cara penelitian adalah selama pengambilan data peneliti datang ke SMP Negeri 11 dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta dan membagikan kuesioner

No Variabel Unsur No Item Jumlah

1. Pengetahuan Bullying

1. Definisi Bullying

1,2 2

2. Karakteristik Bullying

3 ,4,5 3

3. Karakteristik pelaku dan korban bullying

6,7,8 3

4. Jenis dan wujud bullying

9,1011,12 4

5. Faktor yang mempengaru hi bullying

13,14 2

6. Dampak bullying

15,16,17 3


(58)

pada responden. Peneliti memeriksa kembali kelengkapan jawaban dari kuesioner yang telah diisi oleh responden. Kuesioner yang diberikan kepada responden terlebih dahulu dilakukan uji validitas &reliabilitas. Uji validitas dan reliabilitas akan dilakukan setelah kuesioner disusun, kemudian kuesioner tersebut akan dibagikan kepada responden.

J. Uji Validitas

Kuesioner pengumpulan data diujikan validitas dan reliabilitas. Validitas instrumen adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen yang bersangkutan dapat mengukur apa yang harus diukur (Arikunto,2006). Pengujian validitas pada penelitian ini dilakukan dengan cara: korelasi butir soal, yaitu konsisten antara skor butir pertanyaan dengan skor secara keseluruhan yang dapat dilihat dari besarnya koefisien korelasi antara setiap butir dengan skor keseluruhan. Sampel dalam uji validitas ini sebanyak 30 orang di SMP Negeri 12 Yogyakartakarena SMP 12 Yogyakarta lokasinya masih dalam satu wilayah. Jika koefisiensi korelasi butir pertanyaan dengan totalnya lebih besar atau sama dengan 0,34 maka pertanyaan tersebut dinyatakan valid. Uji validitas menggunakan rumus pearson product moment dari pearson(Arikunto,2010),yaitu:

��= �∑�� − (∑�)(∑�) ���∑�2−�∑�2����∑�2−�∑�2�� Keterangan :

��� = Koefisien korelasi antara skor subjek dengan skor total subjek


(59)

41

∑ �Y = Total perkalian skor item dan total X = Skor total X masing-masing subjek ∑ � = Jumlah skor total variabel X

Y = Skor total Y masing-masing subjek ∑ � = Jumlah skor total variabel Y

Tabel 3.3 : Interpretasi Nilai r Validitas menurut Arikunto (2010) Nilai r

0,81 – 1,00 0,61 – 0,80 0,41 – 0,60 0,21 – 0,40 0,00 – 0,20

Interpretasi Sangat tinggi

Tinggi Cukup Rendah

Sangat rendah

Jika nilai r hitung > r tabel maka maka hasilnya valid, demikian pula sebaliknya jika jika nilai r hitung < r tabel berarti hasilnya tidak valid.

Apabila instrumen valid maka indeks korellasinya (r) ≥ 0,34

(Arikunto,2010). Jumlah awal kuesioner pengetahuan bullying adalah 21 pernyataan kemudian dilakukan uji validitas dengan menggunakan person product moment dan terdapat 13 pernyataan yang valid yaitu pada nomor 3,4,5,9,11,13,14,15,16,17,19,20,21, namun karena terdapat beberapa nomor kuesioner yang tidak mewakili pernyataan maka kuesioner yang belum valid dilakukan uji Content Validity Indeks (CVI), untuk memperbaiki alat ukur melalui pemeriksaan butir-butir soal yang tidak baik, atau tidak memenuhi syarat dan akan dibuang, diperbaiki, maupun diganti. Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji expert (ahli) sebanyak 2 expert yaitu Ibu Dewi


(60)

Puspita, S.Kep., M.Sc dan Ibu Romzati, S.kep., Ns., MNS yangmerupakan dosen di Program Study Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, untuk memberikan pendapat terkait dengan instrumen dapat menggunakan cara tanpa perbaikan, ada perbaikan, atau dirombak total. Penilaian yang dapat diberikan untuk Content Validity Indeks (CVI) adalah skor 1 (tidak releven), skor 2 (agak relevan), skor 3 (cukup releven), dan skor 4 (sangat releven).

kuesioner yang sudah di lakukan uji CVI diuji kembali dengan menggabungkan kuesioner sebelumnya sehingga kuesioner menjadi sebanyak 17 pernyataan. Selanjutnya kuesioner disebar kembali di SMP Negeri 12 Yogyakarta dengan 30 responden dan didapatkan hasil sebanyak 17 pernyataan semuanya valid.

K. Uji Reliabilitas

MenurutHidayat (2007), bahwaujireabilitas data digunakanuntukmengetahuiapakahalatukurdapatdigunakanatautidak.

Reliabel yang artinyadapatdipercayauntukdigunakansabagainalatpengumpul data karena

instrument tersebutsudahbaik. Uji reliabilitas kuesioner gambaran pengetahuan tentang bullyingdengan menggunakan rumus Alpha Cronbach. Kuesionerdapat dikatakan reliabel apabila memberikan nilai ≥ 0,6. (Arikunto, 2010). Uji reliabilitas kuesioner pengetahuan bullying dengan menggunakan Alpha Cronbachmendapatkan hasil 0,939 dengan


(61)

43

melihat nilai r tabel untuk 30 responden dengan signifikansi sebesar 5% adalah 0,361 maka kuesioner pengetahuan bullying dinyatakan reliabel. Rumus Alpha Cronbach sebagai berikut :

R=

(�−1)

� �

1

∑ 2 �12

Keterangan :

R = reabilitas instrumen

K = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal ∑ 2 = jumlah varian butir

1

2 = varian total

Dikatakan reliabilitas apabila didapatkan nilai r > 0,6 (Arikunto, 2013). Tabel 3.4 : Interpretasi Nilai r Reliabilitas Menurut (Arikunto, 2010)

Nilai r KriteriaReliabilitas

Antara 0,81-1,00 = Sangattinggi Antara 0,61-0,80 = Tinggi Antara 0,41-0,60 = Sedang Anta ra 0,21-0,40 = Rendah Antara 0,00-0,20 = Sangatrendah

Sangattinggi Tinggi Sedang Rendah Sangatrendah

L. Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisa univariat,yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik variabel penelitian (Notoatmodjo,


(62)

2010).Analisisinihanyamenghasilkandistribusifrekuensidanpresentaseyang akan ditampilkan dalam bentuk tabel dan diagram.

M. Pengolahan Data

Menurut Notoatmodjo (2010), langkah-langkah yang digunakan dalam pengolahan data secara manual,antara lain :

a. Editing (pemeriksaan data)

Angket yang diperoleh atau dikumpulkan melalui kuesioner perlu disunting (edit) terlebih dahulu. Jika ternyata masih ada data atau informasi yang tidak lengkap dan tidak mungkin dilakukan wawancara ulang, maka kuesioner tersebut dikeluarkan.

b. Coding Sheet (membuat lembaran kode)

Lembaran kode adalah instrumen berupa kolom-kolom merekam data secara manual. Merupakan pengklasifikasian jawaban responden dengan menandai dan memberikan kode angka sehingga bisa diolah dan bisa dimasukkan dalam lembar kerja untuk bisa dilakukan pengolahan serta analisa data

c. Data Entry (memasukkan data)

Kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau dengan tabel kontingensi.


(63)

45

Kegiatan membuat tabel-tabel data ,sesuai dengan tujuan penelitian. Pengelolahan data dilakukan dengan komputer.

e. Cleaning (pembersihan data)

Apabila semua data dari setiap sumber semua data atau responden selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan kode ketidaklengkapan dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau korelasi.

N. Prosedur Penelitian

Pada bagian ini diuraikan langkah-langkah kegiatan dari mulai menyusun proposal penelitian sampai dengan penulisan laporan penelitian, beserta waktu berjalan atau berlangsungnya tiap kegiatan tersebut (Notoatmodjo,2010).

1. Tahap Persiapan

Peneliti meminta izin untuk melakukan studi pendahuluan ke Progran Studi Ilmu Keperawatan. Selanjutnya peneliti melakukan kegiatan studi pendahuluan untuk menentukan judul dan tempat penelitian sehingga didapatkan judul dan tempat penelitian yaitu Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang Bullying Di SMP Negeri 11 dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Studi pendahuluan dilakukan dengan teknik pertanyaan terbuka, selanjutnya peneliti melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing dan kontrak waktu untuk melaksanakan penelitian mulai dari menyusun proposal sampai laporan


(1)

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hair, dkk (2006) menemukan bahwa anak yang tinggal dengan orangtua memiliki kekuatan pada semua dimensi kesiapan sekolah yang meliputi kesehatan fisik, perkembangan sosio-emosional, pendekatan belajar, perkembangan bahasa, perkembangan kognitif7.Hal tersebut dilatarbelakangi oleh fakta bahwa, keluarga merupakan tempat pertama pertumbuhan dan perkembangan yang melibatkan orang tua sebagai tempat pendidikan pertama bagi anak-anaknya8.

Orang tua merupakan figur pertama yang dapat dijadikan contoh oleh anak-anakya. segala sesuatu yang dilakukan oleh orang tua mulai dari bertutur kata, kebiasaan, sikap, dan aktivitas sehari-hari akan selalu di perhatikan dan di amati oleh anak-anaknya. Pengaruh yang kuat dalam pendidikan anak adalah teladan orang tua (Charles,1989:16). Orang tua yang dapat menjadi teladan dalam berperilaku baik akan memberikan dan menyediakan dukungan belajar, dukungan sosial, pembelajaran sosial, emosi, membangun rasa hormat dalam keluarga, memiliki aturan dan norma, membangun hubungan yang baik dalam keluarga, bebas dari tindak kekerasan, lingkungan rumah aman dan nyaman, membangun perasaan aman, serta membangun kerjasama dengan lingkungan di luar keluarga. Orang tua yang menjadi teladan dalam berperilaku adalah orang tua yang mengajarkan dan memberikan contoh mengenai bagaimana cara menghadapi dan menyelesaikan masalah (pengetahuan), bagaimana cara menunjukkan empati dan kepedulian kepada orang lain (perasaan), serta bagaimana cara merealisasikan prinsip-prinsip moral ke dalam perilaku (tindakan)9.

Dalam Islam, sesungguhnya anak-anak adalah titipan dari Allah kepada orang tua. Sebagai titipan-Nya, anak adalah harapan di masa depan. Anaklah yang akan menjadi pengaman dan pelopor masa depan agama dan bangsa, oleh karena itu sudah menjadi kewajiban bagi orang tua untuk mendidik mereka menjadi generasi unggul dan tangguh di masa depan. Seperti yang dijelaskan di Al-Qura’an Q.S. A-Tahrim/66: 6

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai ( perintah ) Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalumengerjakan apa yang diperintahkan”

3. GambaranPengetahuanRespondenT entang Bullying

Pengetahuanrespondendiukurdeng an 17 pernyataanyang adameliputipertanyataantentangdefinisi, karakteristik,

karakteristikpelakudankorban,

jenisdanwujud, faktor yang mempengaruhi, dandampakterkait

bullying.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 11 Yogyakarta dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta didapatkan bahwa pengetahuan bullying pada kedua SMP tersebut masuk dalam kategori pengetahuan baik yaitu sebanyak 87 responden (72,0%) dan 94 responden (60,3%). .

Menurut Notoatmodjo (2010), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu pendidikan,media massa/sumber informasi, sosial budaya dan ekonomi,

lingkungan, pengalaman. Dari lima faktor tersebut terdapat 3 faktor yaitu :


(2)

Pendidikan mempengaruhi proses belajar karena semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah orang tersebut untuk menerima informasi10. Tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini adalah sekolah menengah pertama SMP dimana pada masa ini anak tersebut sedang memasuki masa remaja awal. Batasan remaja menurut WHO yaitu usia 10-20 tahun. WHO membagi kurun usia tersebut dalam dua bagian, yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun

Remaja (adolescence) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosioemosional. Masa remaja awal sama dengan masa sekolah menengah pertama11.

Menurut teori Piaget, (1988) bahwa bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal. Tahap operasi formal adalah suatu tahap dimana seseorang sudah mampu berpikir secara abstrak. Seorang remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang aktual, serta pengalaman yang benar-benar terjadi. Dengan mencapai tahap operasi formal remaja dapat berpikir dengan fleksibel dan kompleks. Seorang remaja mampu menemukan alternatif jawaban atau penjelasan tentang suatu hal.

Pada era globalisasi ini teknologi semakin berkembang, perkembangan teknologi informasi membawa perubahan mendasar dalam memenuhi kebutuhan informasi yang diperlukan. Salah satu dari teknologi tersebut adalah internet, internet merupakan sumber

informasi yang tidak terbatas dan dapat diakses kapan dan dimana pun selama 24 jam12. Internet dikalangan remaja sudah tidak asing lagi sebagaimana penelitian yang yang dilakukan Shenton (2003) mengatakan bahwa sumber informasi yang digunakan dalam penemuan informasi remaja antara lain buku, CD-ROM

software, internet, dan orang lain seperti orang tua teman sebaya atau orang yang dapat dipercaya.

Menurut fakta yang ada pada saat ini rata-rata siswa SMP sudah dapat mengakses internet melalui warnet, lab komputer bahkan dari smart phone yang mereka miliki, dengan internet seseorang dapat sangat mudah mendapatkan informasi terkait apapun.sehingga hal ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan bullying pada kedua SMP tersebut adalah baik.

Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Yuniarti, Rejo, & R., 2012) bahwa kemajuan teknologipada saat ini tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang13. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan.

Hasil yang berbeda ditunjukkan pada penelitian (Kristiyono, 2015) yang menunjukan bahwa penggunaan media khususnya media-media yang berbasis internet yang berlebihan dan tidak


(3)

gunakannya secara bijak maka akan menimbulkan banyak permasalahan mulai dari ketergantungan, perubahan perilaku hingga kejahatan-kejahatan dunia cyber14.

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa informasi terkait dengan pengetahuan bullying dapat diperolah dari media massa salah satunya yaitu internet, dengan menggunakan internet dengan baik seseorang bisa mendapat berbagai informasi sebaliknya jika digunakan dengan tidak baik akan menimbulkan permasalahan.

Lingkungan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan, yang dimaksud dengan lingkungan adalah segala sesuatu yang berada disekitar manusia serta pengaruh-pengaruh luas yang mempengaruh-pengaruhi perkembangan manusia.

Responden dalam penelitian ini adalah siswa-siswi yang duduk di bangku SMP, dalam kesehariannya siswa-siswi akan berinteraksi didalam lingkungan sekolah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Fransisska, 2014) yang menyatakan bahwa lingkungan sekolah merupakan tempat anak melakukan kegiatan belajar. Sekolah adalah sarana untuk menimba ilmu, wawasan, dan menciptakan lingkungan pembelajaran dengan guru sebagai mediatornya. Di sekolah anak belajar berinteraksi dengan orang lain baik guru maupun teman.15Guru merupakan salah satu sumber informasi yang dapat memberikan informasi kepada siswa-siswi melalui proses belajar mengajar mereka dalam menempuh suatu pendidikan.

Menurut Suparno dalam Setyawan (2013) menegaskan bahwa seorang guru dapat berperan besar dalam mengembangkan dan bahkan mengubah tingkah laku siswa yang dibimbingnya.

Guru bukan hanya dapat membantu siswa mengembangkan pengetahuan kognitifnya, tetapi juga mampu membantu siswa mengembangkan dan mengubah tingkah laku siswa menjadi lebih baik. Guru dapat membantu siswa mengembangkan ‘nilai baik’ sehingga siswa semakin berkembang menjadi pribadi yang utuh.

Menurut hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada guru mata pelajaran bimbingan konseling, bahwa pada kedua SMP tersebut sudah diberikan pelajaran terkait dengan bullying melalui mata pelajaran bimbingan konseling yang diadakan pada setiap satu minggu sekali. Menurut asumsi peneliti dengan diberikannya pelajaran terkait dengan bullying pada kedua SMP tersebut maka menjadikan pengetahuan bullying pada kedua SMP tersebut menjadi baik.

Hal ini juga didukung oleh pernyataan(Suparmin & D.S., 2015) tentang bullyingpada siswa smp ditinjau dari persepsi siswa terhadap guru bimbingan konseling (BK)yang humanis, dari penelitian ini didapatkan bahwa kehadiran guru bimbingan konseling (BK) yang humanis di tengah para pelajar yang berusia remaja awal sangatlah penting dan berarti. Kehadiaran dan perannya sebagai pendidik yang humanis bisa meredam, mencegah tindakan bullying siswa. Tindakan preventif dan kuratif bullying bisa dimulai dari sosok guru BK humanis. Bersama para siswa, guru BK humanis mampu menjadi agen perubahan gerakan anti bullying di dunia pendidikan, yang dimaksut dengan dengan guru BK yang humanis menurut (Suparno, 2013) yaitu : memiliki perhatian dan cinta pada anak didik, membangun hubungan dialogal, saling membantu dan mengembangkan, peka


(4)

untuk mengenal anak baik kekurangan maupun kelebihan dan karakternya, menghargai dan menyapa anak didik, menaruh kepercayaan pada anak didik, memberi teladan yang baik.

Di sekolah, selain mendapatkan pelajaran bimbingan konseling (BK) siswa-siswi pada kedua SMP tersebut juga mendapatkan pelajaran terkait dengan agama, yang kita ketahui pelajaran agama merupakan salah satu pelajaran penting yang harus kita peroleh. Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran/kuliah pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan (Setyawan, 2014).

Hal ini sejalan dengan penelitian(Rahmawati, 2014) yang mengatakan bahwa peran guru pendidikan agama islam dalam mengimplementasi pendidikan tanpa kekerasan di SMK Piri 1 Yogyakarta dengan teknik penginternalisasi nilai yaitu : guru pendidikan Agama Islam memberikan materi pembelajaran dengan mengkolaborasikan isu-isu terkini serta memberikan materi dengan mengajak praktek langsung peserta didik, maka peserta didik mampu memahami, mengetahui hikmah serta manfaat nilai yang terkandung didalamnya dan akan lebih mencintai pentingnya nilai-nilai agama dalam kehidupan dan tidak melakukan perilaku buruk seperti bullying.

Melalui pelajaran agama guru dapat menyisipkan pengetahuan terkait dengan bullying sehingga siswa-siswi dapat memperoleh pengetahuan tentang bullying..

Secara umum responden di SMP Negeri 11 Yogyakarta dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta memiliki pengetahuan baik tentang bullying. KESIMPULAN

Berdasarkananalisa data danpembahasanmakadapatditarikkesimp

ulansebagaiberikut:

1. PengetahuanBullying di SMP Negeri 11 Yogyakarta yaitu:

a. Sebanyak 87 (70,2%) dari 124 respondenmemilikipengetahuanbullyi ng dengankategoribaik.

b. Sebanyak 23 (18,5%) dari 124 respondenmemilikipengetahuanbullyi ngdengankategoricukup.

c. Sebanyak 14 (11,3%) dari 124 respondenmemilikipengetahuanbullyi ng dengankategorikurang.

2. PengetahuanBullying di SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta yaitu: a. Sebanyak94 (59,5%) dari 124

respondenmemilikipengetahuanbull ying dengankategoribaik.

b. Sebanyak36 (22,8%)dari 124 respondenmemilikipengetahuanbull ying dengankategoricukup.

c. Sebanyak 26 (16,5%) dari 124 respondenmemilikipengetahuanbull ying dengankategorikurang.

SARAN

BerdasarkanhasilpenelitianGamba ranPengetahuanTentangBullying di SMP Negeri 11 Yogyakarta dan SMP Muhammadiyah Yogyakarta maka saran yang

dapatdisampaikanolehpenelitiadalah: 1. BagiIlmuKeperawatan

Bagi perawat diharapkan dapat memberikan ilmu pengetahuan tentang bullying pada remaja.

2. BagiInstansipendidikan

Institusipendidikandiharapkandapa tmemberikanpendidikandaninformasit erkaitbullyingsejakdini.Padamasainire


(5)

majasangatmembutuhkaninformasi yang

adekuatmengenaibullying.Karenasem akindinipararemajamengetahuitentang bullying,

diharapkandapatmengurangiperilaku

bullyingpadamasa yang akanmendatang.

3. Bagipenelitiselanjutnya

Hasilpenelitianinidapatdijadikanse bagai data dasarpenelitianselanjutnya, sebagaimasukandanpertimbanganuntu kpenelitianselanjutnya,

danmemperluas area penelitianyaitudenganmeneliti SMP

maupun SMA, tidakhanyamenilaipengetahuantentan

gbullyingsaja.

DAFTAR PUSTAKA

Olweus, D. (2002). Bullying at School : Basic Fact and Effects of a School Based Intervention Program.Journal of Child Psychology and Psichiatry. 35: 1171-1190.

Sejiwa. 2008. Bullying: Mengatasi Kekerasan di Sekolah dan Lingkungan SekitarAnak. Jakarta : Grasindo Sehnert, K.W. 1997. Mengendalikan Stres dalam Rumah Tangga dan Pekerjaan. Bandung: Yayasan Kalam Hidup. KPAI. (2014). Kasus bullying dan

pendidikan karakter. KPAI .Jakarta.

http://www.kpai.go.id/berita/kpai -kasus-bullying-dan-pendidikan-karakter/

5 juni 2015

Sari, D. (2011). Gambaran Pengetahuan Sikap, dan Perilaku mengenai HIV/AIDS Pada Mahasiwa Pendidikan Dokter Universitas Tanjung Pura.

Elliot, S. N., Kratochwill, T. R., Cook, J. L. & Travers, J. F. 2000. Educational

Psycology: Effective Teaching,

Effective Learning, Third Edition.

United States of America: McGraw-Hill Companies, Inc.

Debra, laino. (2016).10 Psychological Gender

Differences.http://www.shavemaga zine.com/women/10-Psychological- Differences-Between-Men-and-Women.8 juni 2016

Fristi, W., Indriati2, G., & Erwin. (2012). Perbandingan Tumbuh kembang Anak Todldler yang Diasuh Orang Tua Dengan Diasuh Orang Lain.

Hair, E., Helle, T., Terry-Humen, E., Lavelle, B., & Calkins, J. (2006). Children’s school readiness in the ECLS-K: Predictions to academic, health, and social outcomes in first grade. Early Childhood Research Quarterly, 21, 431-454.

Setya, Ningsih.(2013). Peran orang ua terhadap motivasi belajar anak

disekolah. http://digilib.uin suka.ac.id/9639/1/BAB%20I,%20IV

,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf. 9 juni 2016.

Leni Novita, Dwi Hastuti, dan Tin Herawati. (2015). Pengaruh Iklim Keluarga Dan Keteladanan Orang Tua Terhadap Karakter Remaja Perdesaan. Jurnal pendidikan karakter tahun V. http://journal.uny.ac.id/index.php /jpka/article/download/8622/7115 . 10 juni 2016

Notoatmodjo, (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.

Santrock JW.2003 Adolescence. NewYork: Mc Graw Hill

Tupan. (2011, oktober 20). Penelusuran Informasi Ilmiah Melalui Pangkalan

Data Berbasis Internet. Dipetik juni

17, 2016, dari Lembaga Ilmu pengetahuan:

http://www.pdii.lipi.go.id/read/2011


(6)

/10/20/penelusuran-informasi- ilmiah-melalui-pangkalan-data-berbasis-internet-2/

Yuniarti, T., Rejo, & R. T. (2012). Hubungan Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Semester 1 Tentang Menstruasi dengan Penanganan Disminore di AKPER Mamba'Ul'Ulum Surakarta. JK

eM-U, Volume IV, No.12, 28-34.

Kristiyono, J. (2015). Budaya Internet:Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi Dalam Mendukung penggunaan Media di Masyarakat . Jurnal SCRIPTURA, Vol. 5, No. 1, 23-30.

Usman,Irfan.(2013).Kepribadian,Komun ikasi,Kelompok,Teman

Sebaya,Iklim Sekolah dan Perilaku Bullying. Humanitas,

Vol. X No.1 Januari2013.http://journal.uad.ac.

id/index.php/HUMANITAS/artic le/download/328/218.01 juni 2015

Deslianty ,Sari (2011). Gambaran Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Mengenai Hiv/Aids Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Tanjungpura.

http://download.portalgaruda.org/ article.php?article=32471&val=2 307. 9 juni 2016..

Rahmawati, D. (2014). Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Membangun Pendidikan tanpa Kekerasan Melalui Internalisasi nilai Ke-Islaman dan Budaya Religius Di SMK Piri Yogyakarta. Karya Tulis Ilmiah .

Shofiyah, S., & Kusuma, H. (2014).

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN KELUARGA.

PROSIDING KONFERENSI

NASIONAL II PPNI JAWA

TENGAH 2014, 308-314.