Tingkat Pengetahuan Siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan Kelas VIII Terhadap HIV/AIDS Tahun 2011

(1)

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMP SWASTA

KRISTEN IMMANUEL MEDAN KELAS VIII

TERHADAP HIV/AIDS TAHUN 2011

Oleh :

FADILLAH AKBAR S

080100063

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMP SWASTA

KRISTEN IMMANUEL MEDAN KELAS VIII

TERHADAP HIV/AIDS TAHUN 2011

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

FADILLAH AKBAR S

080100063

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul :Tingkat Pengetahuan Siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan Kelas VIII Terhadap HIV/AIDS Tahun 2011

Nama : Fadillah Akbar S NIM : 080100063

Pembimbing Penguji I

( dr. Zairul Arifin, Sp.A, DAFK ) ( dr. Nurchaliza H. Siregar, Sp.M )

Penguji II

( Nenni Dwi A. Lubis, SP, MSi )

Medan, Januari 2012 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

( Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH ) NIP. 19540220 198011 1 001


(4)

ABSTRAK

Penyakit Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan satu penyakit yang semakin meluas dikalangan masyarakat di dunia. HIV/AIDS tidak saja menjadi masalah kesehatan tetapi secara langsung sudah menjadi persoalan politik dan bahkan ekonomi yang sangat serius di negara-negara yang sedang berkembang dan dapat menyebabkan kemiskinan. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami peningkatan kasus tertinggi. Di Indonesia, kasus penduduk yang mengidap HIV/AIDS ini sangat tinggi yaitu sejak Januari hingga Maret 2010, kasus yang dilaporkan adalah sebanyak 591 kasus dan di Sumatera Utara adalah sebanyak 485 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa-siswi SMP Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII tahun 2011 mengenai HIV/AIDS.

Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif, pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study dan pengambilan sampel dengan menggunakan teknik total sampling.

Dengan jumlah sampel sebanyak 54 orang, diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden terhadap HIV/AIDS mayoritas berada pada kategori sedang, yaitu 48,1%, kategori baik dan kurang masing-masing 35,2% dan 16,7%.

Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan siswa-siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII terhadap HIV/AIDS berada pada kategori sedang. Diharapkan pihak sekolah maupun petugas kesehatan dapat memberikan informasi dan materi pelajaran mengenai HIV/AIDS yang diperlukan oleh siswa-siswi SMP Swasta Kristen Immanuel Medan.


(5)

ABSTRACT

HIV/AIDS is one of medical problem faced by the world. HIV / AIDS is not just a health issue but has directly become a political and even economic issues which is very serious in countries that are developing and can lead to poverty. Indonesia is one of the countries with the most increasing incidents. In Indonesia, the number of cases recorded with HIV/AIDS from January until Maret 2010 is 591 cases As many as 485 people in North Sumatera are reported to have HIV/AIDS. This study was conducted to apprehend the adolescents’ knowledge towards HIV/AIDS in SMP Swasta Kristen Immanuel Medan 8th in 2011.

This research was conducted with descriptive research method, the approach used in this study design was a cross sectional study and sampling by using total sampling technique.

With a total sample of 54 people, obtained the results of studies showing that the level of respondents knowledge on HIV / AIDS majority are at average category that is 48,1%, good and less categories respectively 35,2% and 16,7%.

From these results, it can be concluded that knowledge of adolescents in SMP Swasta Kristen Immanuel medan 8th grade in 2011 towards HIV/AIDS is at average category. The authorized party are expected to provide information and learning materials on HIV/AIDS of the students in SMP Swasta Kristen Immanuel Medan.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sebagai sarjana kedokteran program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Karya tulis ilmiah ini berjudul Tingkat Pengetahuan Siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan Kelas VIII Terhadap HIV/AIDS Tahun 2011. Dalam penyelesaian penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan rasa terima kasih kepada :

1. Bapak Prof.dr.Gontar Alamsyah Siregar,Sp.PD-KGEH, selaku dekan FK USU.

2. dr. Zairul Arifin, Sp.A, DAFK selaku dosen pembimbing, yang telah banyak memberikan arahan dan masukan kepada penulis, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik. Juga kepada dr. Nurchaliza H. Siregar, Sp.M dan Ibu Nenni Dwi A. Lubis, SP, MSi selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang membangun untuk penelitian ini.

3. dr. Guido Muhammad Solihin, Sp.An yang telah menjadi dosen penasihat akademik penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada peneliti selama masa pendidikan. 5. Kedua orang tua penulis, yang tiada bosan-bosannya mendoakan serta

memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan. 6. Teman sejawat Juan Carson atas masukan dan bantuannya dalam

pengambilan data untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

7. Teman sejawat Esanikaruppiah atas masukan dan bantuannya dalam pengambilan data untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.


(7)

8. Teman sejawat Justin Michal atas masukan dan bantuannya dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

9. Serta semua pihak baik langsung maupun tidak langsung yang telah memberikan bantuan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.

Kepada semua pihak tersebut, penulis ucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT selalu membalas semua kebaikan yang selama ini diberikan kepada penulis dan melimpahkan rahmat-Nya.

Cakupan belajar sepanjang hayat dan mengembangkan pengetahuan baru, dalam area kompetensi KIPDI-3, telah memotivasi penulis dalam melaksanakan penelitian yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan Kelas VIII Terhadap HIV/AIDS Tahun 2011” ini. Harapan penulis semoga penelitian ini mendapat persetujuan untuk pelaksanaan demi memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang ilmu kedokteran.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, 10 Januari 2012

Penulis


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN .………... i

ABSTRAK... ii

ABSTRACT... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI………...vi

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 2

1.3.Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1. Tujuan Umum……… 3

1.3.2. Tujuan Khusus... ... 3

1.4.Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………... 4

2.1. Pengetahuan ... 4

2.1.1. Definisi Pengetahuan ... ... 4

2.1.2. Tingkat Pengetahuan ... 5

2.1.3. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 6

2.2. HIV/AIDS ... 7

2.2.1. Definisi HIV/AIDS... ... 7

2.2.2. Struktur HIV ... 7

2.2.3. Sel Target... ... 8


(9)

2.2.5. Epidemiologi... ... 10

2.2.6. Faktor Resiko... ... 11

2.2.7. Patogenesis... ... . 11

2.2.7.1. Transmisi Infeksi HIV... .... 11

2.2.7.2. Perlekatan Virus... ... 13

2.2.7.3. Replikasi Virus... ... 14

2.2.8. Diagnosis... ... 15

2.2.9. Penatalaksanaan HIV/AIDS... ... 17

2.2.10. Pencegahan HIV/AIDS... ... 18

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL….……… 19

3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 19

3.2. Variabel dan Definisi Operasional... 19

3.2.1. Variabel pengetahuan………..……… 19

3.2.2. Variabel HIV/AIDS……….……..………..…… 20

BAB 4 METODE PENELITIAN... 21

4.1. Jenis Penelitian ... 21

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 21

4.3.1. Populasi... ... 21

4.3.2. Sampel... ... 22

4.3.2.1. Kriteria Inklusi dan Eksklusi... ... 22

4.3.2.2. Besar Sampel... 22

4.4. Teknik Pengambilan Data ... 22

4.4.1. Jenis Data... 22

4.4.2. Cara Pengumpulan Data... 22

4.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 23

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 24


(10)

4.5.2. Analisis Data... 24

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 25

5.1. Hasil Penelitian ... 25

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 25

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 25

5.1.3. Deskripsi Tingkat Pengetahuan ... 27

5.2. Pembahasan ... 32

5.2.1. Karakteristik Responden ... 32

5.2.2. Pengetahuan ... 34

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 39

6.1. Kesimpulan ... 39

6.2. Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1. Gejala Mayor Dan Minor Pada Pasien HIV/AIDS…….. 16 Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Untuk Setiap

Pertanyaan ………... 23

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Dan Persentasi Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin………... 26 Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Dan Persentasi Karakteristik

Responden Menurut Pekerjaan Orang Tua…………... 26 Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Dan Persentasi Karakteristik

Responden Menurut Sumber Informasi…………... 27 Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Jawaban Kuesioner

Responden………... 28

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Dan Persentasi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan…...………... 29 Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Dan Persentasi Tingkat

Pengetahuan Responden Menurut Jenis Kelamin……… 30 Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Dan Persentasi Tingkat

Pengetahuan Responden Menurut Pekerjaan Orang Tua. 31 Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Dan Persentasi Tingkat


(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1. Ilustrasi Skematik Untuk Struktur HIV-1... 8 Gambar 2.2. Mekanisme Perlekatan Virus... 14 Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 19


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Kuesioner

Lampiran 3 Surat Izin Survei Awal Penelitian

Lampiran 4 Lembar Ethical Clearence

Lampiran 5 Surat Izin Penelitian

Lampiran 6 Surat Keterangan Hasil Penelitian

Lampiran 7 Lembar Penjelasan Penelitian

Lampiran 8 Informed Consent

Lampiran 9 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas


(14)

ABSTRAK

Penyakit Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan satu penyakit yang semakin meluas dikalangan masyarakat di dunia. HIV/AIDS tidak saja menjadi masalah kesehatan tetapi secara langsung sudah menjadi persoalan politik dan bahkan ekonomi yang sangat serius di negara-negara yang sedang berkembang dan dapat menyebabkan kemiskinan. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami peningkatan kasus tertinggi. Di Indonesia, kasus penduduk yang mengidap HIV/AIDS ini sangat tinggi yaitu sejak Januari hingga Maret 2010, kasus yang dilaporkan adalah sebanyak 591 kasus dan di Sumatera Utara adalah sebanyak 485 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa-siswi SMP Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII tahun 2011 mengenai HIV/AIDS.

Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif, pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study dan pengambilan sampel dengan menggunakan teknik total sampling.

Dengan jumlah sampel sebanyak 54 orang, diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden terhadap HIV/AIDS mayoritas berada pada kategori sedang, yaitu 48,1%, kategori baik dan kurang masing-masing 35,2% dan 16,7%.

Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan siswa-siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII terhadap HIV/AIDS berada pada kategori sedang. Diharapkan pihak sekolah maupun petugas kesehatan dapat memberikan informasi dan materi pelajaran mengenai HIV/AIDS yang diperlukan oleh siswa-siswi SMP Swasta Kristen Immanuel Medan.


(15)

ABSTRACT

HIV/AIDS is one of medical problem faced by the world. HIV / AIDS is not just a health issue but has directly become a political and even economic issues which is very serious in countries that are developing and can lead to poverty. Indonesia is one of the countries with the most increasing incidents. In Indonesia, the number of cases recorded with HIV/AIDS from January until Maret 2010 is 591 cases As many as 485 people in North Sumatera are reported to have HIV/AIDS. This study was conducted to apprehend the adolescents’ knowledge towards HIV/AIDS in SMP Swasta Kristen Immanuel Medan 8th in 2011.

This research was conducted with descriptive research method, the approach used in this study design was a cross sectional study and sampling by using total sampling technique.

With a total sample of 54 people, obtained the results of studies showing that the level of respondents knowledge on HIV / AIDS majority are at average category that is 48,1%, good and less categories respectively 35,2% and 16,7%.

From these results, it can be concluded that knowledge of adolescents in SMP Swasta Kristen Immanuel medan 8th grade in 2011 towards HIV/AIDS is at average category. The authorized party are expected to provide information and learning materials on HIV/AIDS of the students in SMP Swasta Kristen Immanuel Medan.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Infeksi HIV pertama kali dikenal pada tahun 1981 sebagai penyakit baru pada pria homoseksual dan pengguna obat intravena di New York, San Fransisco, dan Los Angeles pada tahun 1979-1980. HIV/AIDS kemudian meluas dengan cepat dan menjadi epidemi di seluruh dunia. Dalam waktu sekitar satu dekade individu yang terpapar HIV bila tanpa diobati akan berkembang menjadi AIDS akibat defisiensi sistem imun yang diinduksi HIV. AIDS menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting di seluruh dunia pada awal abad ke-21. Penyebaran global dimungkinkan dengan meningkatnya mobilitas internasional dari individu yang terinfeksi.

Penyakit infeksi HIV/AIDS sejak muncul hingga kini terus menghadirkan berbagai persoalan kesehatan. Persoalan kesehatan adalah masih tingginya transmisi infeksi, angka kesakitan, dan angka kematian. Masalah kedokteran yang berkembang terkait dua hal pokok; yang pertama, interaksi HIV dengan tubuh manusia; kedua, perilaku yang mengantarkan individu terpapar HIV (Nasronudin, 2007).

Masuknya HIV ke dalam tubuh manusia baik secara vertikal dari ibu ke anak, secara transeksual (homoseksual atau heteroseksual dengan multipartner), dan horizontal yang lazim terjadi bila ada kontak antar cairan tubuh terutama darah. Perjalanan alamiah penyakit infeksi HIV memiliki potensi berkembang menjadi AIDS akibat hadirnya infeksi sekunder atau keganasan (Robbins, 2007).

Dalam triwulan Januari sampai dengan Maret 2010 dilaporkan tambahan kasus AIDS sebanyak 591 kasus di Indonesia. Provinsi Sumatera Utara menduduki peringkat sembilan dengan kasus AIDS sebanyak 485 kasus, setelah Jawa Barat, Jawa Timur, Papua, Jakarta, Bali, Kalimantan Barat, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan. Sumatera Utara memiliki prevalensi sebesar 3,71 penderita per 100.000 penduduk. Secara kumulatif kasus AIDS berdasarkan provinsi di


(17)

Indonesia dari tanggal 1 Januari 1987 sampai dengan 31 Maret 2010 adalah 20564 kasus, dengan kematian sebesar 3936 jiwa (Depkes RI, 2010).

Pengembangan pengetahuan infeksi HIV/AIDS perlu dimulai dari pemahaman mendasar. Pengetahuan tentang infeksi HIV/AIDS perlu disosialisasikan kepada masyarakat. Dalam mengembangkan tingkat pengetahuan mengenai penyakit infeksi HIV/AIDS, perlu memahami berbagai konsep dan teori sehubungan dengan munculnya penyakit infeksi HIV/AIDS. Mengkaji perkembangan penyakit infeksi HIV/AIDS berarti mendalami hakikat penyakit tersebut secara sistematik, radikal, dan universal. Tingkat pengetahuan masyarakat tentang infeksi HIV/AIDS dan cara penularannya menjadi salah satu faktor pendukung sikap masyarakat terhadap penderita HIV/AIDS (Nasronudin, 2007).

Berdasarkan data di atas, maka peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai tingkat pengetahuan siswa SMP terhadap HIV/AIDS, dan penelitian akan dilaksanakan di SMP Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII tahun 2011 .

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana tingkat pengetahuan siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII terhadap HIV/AIDS ?


(18)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui tingkat pengetahuan siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII terhadap HIV/AIDS.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah:

1. Mengetahui tingkat pengetahuan siswa terhadap HIV/AIDS berdasarkan jenis kelamin.

2. Mengetahui tingkat pengetahuan siswa terhadap HIV/AIDS berdasarkan pekerjaan orang tua.

3. Mengetahui tingkat pengetahuan siswa terhadap HIV/AIDS berdasarkan sumber informasi.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah: 1. Bagi siswa

Hasil penelitian ini dapat menjadi refrensi siswa tentang bahaya HIV/AIDS. 2. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini sebagai sarana informatif bagi pihak sekolah untuk mendidik siswa dan mengadakan penyuluhan supaya siswa mengerti tentang HIV/AIDS.

3. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat memperdalam pengetahuan penulis tentang HIV/AIDS dan memberi pengalaman nyata untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa SMP tentang HIV/AIDS.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

2.1.1. Definisi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, indra pendengaran, indra penciuman, indra perasa, dan indra peraba. Pengetahuan seseorang individu terhadap sesuatu dapat berubah dan berkembang sesuai kemampuan, kebutuhan, pengalaman, dan tinggi rendahnya mobilitas informasi tentang sesuatu dilingkungannya.

Sebelum orang mengadopsi perilaku baru ( berperilaku baru ), dalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan yakni :

1. Awarenes (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

2. Interest (merasa tertarik) terhadap objek tersebut, disini sikap subjek sudah mulai timbul.

3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik atau tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.

4. Trial (mencoba), dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki stimulus.

5. Adoption (beradaptasi), dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.


(20)

2.1.2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan dalam kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu :

1. Tahu ( Know ), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkatan ini adalah mengingat kembali (Recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami ( Comprehension ), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (Application), diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam berbagai situasi.

4. Analisis (Analysis), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut yang masih ada kaitannya antara satu sama lain.

5. Sintesis (Synthesis), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis ini suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation), hal ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek, penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.


(21)

2.1.3. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

1. Umur, adalah lamanya hidup yang dihitung sejak lahir sampai saat ini dalam satuan tahun. Umur merupakan periode penyesuaian terhadap pola kehidupan yang baru dan harapan baru, semakin bertambah umur semakin banyak seseorang menerima respon suatu objek, sehingga pengetahuan semakin bertambah.

2. Pendidikan, adalah proses pertumbuhan seluruh kemampuan dan perilaku manusia melalui pengajaran, sehingga dalam pendidikan perlu dipertimbangkan umur (proses perkembangan) dan hubungannya dengan proses belajar. Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih menerima ide-ide dan teknologi yang baru, lewat pendidikan manusia akan dianggap memperoleh pengetahuan dan dengan pengetahuannya manusia diharapkan dapat membangun keberadaan hidupnya dengan lebih baik. Semakin tinggi pendidikan hidup manusia akan semakin berkualitas kehidupannya.

3. Pekerjaan, adalah aktifitas yang dilakukan sehari-hari. Dalam bidang pekerjaan, pada umumnya diperlukan adanya hubungan sosial dan hubungan dengan orang lain. Pekerjaan memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas hidup manusia dan memberikan motivasi untuk memperoleh informasi yang berguna.

4. Sumber Informasi, informasi yang diperoleh dari berbagai sumber akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Bila seseorang memperoleh banyak sumber informasi, maka seseorang cenderung memperoleh pengetahuan yang lebih luas (Notoatmodjo, 2010).


(22)

2.2. HIV/AIDS

2.2.1. Definisi HIV/AIDS

Integritas sistem imun adalah essensial untuk pertahanan terhadap infeksi mikroba dan produk toksiknya. Defek salah satu komponen sistem imun dapat menimbulkan penyakit berat bahkan kematian yang secara kolektif disebut imunosupresi berat atau defisiensi imun (Baratawidjaja dan Rengganis, 2010).

AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah suatu penyakit retrovirus yang disebabkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan ditandai dengan imunosupresi berat yang menimbulkan infeksi oportunistik, neoplasma sekunder, dan manifestasi neurologis. HIV merupakan retrovirus obligat intraseluler dengan replikasi sepenuhnya di dalam sel host (Robbins, 2007).

2.2.2. Struktur HIV

HIV merupakan suatu virus RNA bentuk sferis dengan diameter 1000 angstrom yang termasuk retrovirus dari famili Lentivirus. Strukturnya terdiri dari lapisan luar atau envelop yang terdiri atas glikoprotein gp 120 yang melekat pada glikoprotein gp 41. Di bagian dalamnya terdapat lapisan kedua yang terdiri dari protein p17. Setelah inti terdapat komponen penting berupa dua buah rantai RNA dan enzim reverse transcriptase (Merati dan Jauzi, 2007).

Menurut Brooks, Butel, dan Morse (2005), ciri khas morfologi yang unik dari HIV adalah adanya nukleoid yang berbentuk silindris dalam virion matur. Nukleoid yang berbentuk papan dan bersifat diagnostik dapat terlihat pada mikrograf elektron dalam partikel ekstraseluler yang terbelah pada sudut yang tepat.

Dikenal dua tipe HIV, yaitu HIV-1 yang ditemukan pada tahun 1983, dan HIV-2 yang ditemukan pada tahun 1986 pada pasien AIDS di Afrika Barat. Epidemi HIV secara global terutama disebabkan oleh HIV-1, sedangkan HIV-2 tidak terlalu luas penyebarannya, hanya terdapat di Afrika Barat dan beberapa negara Eropa yang mempunyai hubungan erat dengan Afrika Barat.


(23)

HIV-1 maupun HIV-2 mempunyai struktur yang hampir sama. HIV-1 mempunyai gen vpu tetapi tidak mempunyai gen vpx, sedangkan sebaliknya HIV-2 mempunyai gen vpx tetapi tidak mempunyai gen vpu. Perbedaan struktur genom ini walaupun sedikit, diperkirakan mempunyai peranan dalam menentukan patogenitas dan perbedaan perjalanan penyakit diantara kedua tipe HIV tersebut. Karena HIV-1 lebih sering ditemukan, maka penelitian-penelitian klinis dan laboratoris lebih sering dilakukan terhadap HIV-1 (Merati dan Jauzi, 2007).

Gambar 2.1. Ilustrasi Skematik Untuk Struktur HIV-1 (Robbins, 2007)

2.2.3. Sel Target

Menurut Pringgoutomo, Himawan, dan Tjarta (2006), yang tergolong organ sistem imun antara lain adalah kelenjar timus, sumsum tulang, limpa,


(24)

kelenjar getah bening serta organ limfoid di saluran-saluran napas dan cerna. Organ-organ tersebut merupakan tempat perkembangan sel-sel imunokompeten.

Distribusi struktur limfoid yang luas dan sirkulasi sel limfoid yang konstan di dalam darah, limf, dan jaringan ikat. Hal ini membuat tubuh memiliki sistem pertahanan yang rumit dan efisien (Junqueira dan Carneiro, 2007).

Sel yang merupakan target utama HIV adalah sel yang mempunyai reseptor CD4, yaitu limfosit CD4+ (sel T helper atau Th) dan monosit/makrofag. Beberapa sel lainnya yang dapat terinfeksi yang ditemukan secara in vivo atau in vitro adalah megakariosit, epidermal langerhans, periferal dendritik, folikuler dendritik, mukosa rektal, mukosa saluran cerna, sel serviks, mikroglia, astrosit, sel trofoblast, limfosit CD8, sel retina, dan epitel ginjal. Beberapa sel yang pada mulanya dianggap CD4 negatif, ternyata juga dapat terinfeksi HIV namun kemudian diketahui bahwa sel-sel tersebut mempunyai CD4 kadar rendah. Sel tersebut antara lain adalah sel mieloid progenitor CD34+ dan sel timosit tripel negatif (Merati dan Jauzi, 2007).

2.2.4. Perjalanan Infeksi HIV

Perjalanan infeksi HIV melalui tiga fase :

Fase pertama adalah fase infeksi akut. Setelah HIV menginfeksi sel target, terjadi proses replikasi yang menghasilkan virus-virus baru (virion).

Viremia dari begitu banyak virion tersebut memicu munculnya sindrom infeksi akut dengan gejala yang mirip sindrom semacam flu. Diperkirakan bahwa sekitar 50 sampai 70% orang yang terinfeksi HIV mengalami sindrom infeksi akut selama 3 sampai 6 minggu setelah terinfeksi virus dengan gejala umum yaitu demam, faringitis, limfadenopati, artralgia, mialgia, letargi, malaise, nyeri kepala, mual, muntah, diare, anoreksia, dan penurunan berat badan. Selain itu HIV juga dapat mengakibatkan gejala pada sistem saraf yaitu meningitis, ensefalitis, neuropati perifer, dan mielopati.

Fase kedua adalah fase infeksi laten. Pembentukan respon imun spesifik HIV dan terperangkapnya virus dalam Sel Dendritik Folikuler (SDF) di pusat


(25)

dan mulai memasuki fase laten. Pada fase ini jarang ditemukan virion di plasma sehingga jumlah virion di plasma menurun karena sebagian besar virus terakumulasi di kelenjar limfa dan terjadi replikasi di kelenjar limfa. Pada fase ini, jumlah limfosit T-CD4 menurun hingga sekitar 500 sampai 200 sel/mm3.

Fase ketiga adalah fase infeksi kronis. Selama berlangsungnya fase ini, di dalam kelenjar limfa terus terjadi replikasi virus yang diikuti kerusakan dan kematian SDF karena banyaknya virus. Fungsi kelenjar limfa sebagai perangkap virus menurun atau bahkan hilang dan virus masuk ke dalam darah. Respon imun tidak mampu meredam jumlah virion yang berlebihan tersebut. Limfosit semakin tertekan karena intervensi HIV yang semakin banyak. Terjadi penurunan jumlah limfosit T-CD4 hingga di bawah 200 sel/mm3. Penurunan limfosit T ini mengakibatkan sistem imun menurun dan pasien semakin rentan terhadap berbagai macam penyakit infeksi sekunder. Perjalanan penyakit semakin progresif yang mendorong ke arah AIDS.

Selain tiga fase tersebut ada periode jendela yaitu periode dimana pemeriksaan tes antibodi HIV masih menunjukkan hasil negatif walaupun virus sudah ada dalam darah pasien dengan jumlah yang banyak. Antibodi yang terbentuk belum cukup terdeteksi melalui pemeriksaan laboratorium karena kadarnya masih belum memadai. Periode jendela sangat penting diperhatikan karena pada periode jendela ini pasien sudah mampu dan potensial menularkan HIV kepada orang lain (Nasronudin, 2007).

2.2.5. Epidemiologi

HIV-2 lebih prevalen dibanyak negara di Afrika Barat, tetapi HIV-1 merupakan virus predominan di Afrika bagian tengah dan timur, dan bagian dunia lainnya. Menurut The Joint United Nations Program OnHIV/AIDS. Diperkirakan bahwa 36,1 juta orang terinfeksi HIV/AIDS pada akhir tahun 2000. Dari 36,1 juta kasus 16,4 juta adalah perempuan dan 600.000 adalah anak-anak berusia kurang dari 15 tahun. Infeksi HIV telah menyebabkan kematian pada sekitar 21,8 juta orang sejak permulaan epidemi pada akhir tahun 1970 an sampai awal tahun 1980 an. Belahan dunia yang paling parah terjangkit HIV/AIDS adalah Afrika


(26)

Sub-Sahara; di daerah tersebut diperkirakan 25,3 juta orang dewasa dan anak-anak hidup dengan infeksi dan penyakit pada akhir tahun 2000. Daerah lain di dunia yang mengkhawatirkan adalah Asia Selatan dan Tenggara, diperkirakan 5,8 juta orang hidup dengan HIV/AIDS pada periode yang sama (Price dan Wilson, 2007).

Di Indonesia, dalam triwulan Januari sampai dengan Maret 2010 dilaporkan tambahan kasus AIDS sebanyak 591 kasus di Indonesia. Provinsi Sumatera Utara menduduki peringkat sembilan dengan kasus AIDS sebanyak 485 kasus, setelah Jawa Barat, Jawa Timur, Papua, Jakarta, Bali, Kalimantan Barat, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan. Sumatera Utara memiliki prevalensi sebesar 3,71 penderita per 100.000 penduduk. Secara kumulatif kasus AIDS berdasarkan provinsi di Indonesia dari tanggal 1 Januari 1987 sampai dengan 31 Maret 2010 adalah 20564 kasus, dengan kematian sebesar 3936 jiwa (Depkes RI, 2010).

2.2.6. Faktor Resiko

Faktor resiko epidemiologis infeksi HIV adalah sebagai berikut : 1. Perilaku beresiko tinggi.

• Hubungan seksual dengan pasangan beresiko tinggi tanpa menggunakan kondom,

• Pengguna narkotika intravena, terutama bila pemakaian jarum secara bersama tanpa sterilisasi yang memadai,

• Hubungan seksual yang tidak aman : multipartner, pasangan seks individu yang diketahui terinfeksi HIV.

2. Mempunyai riwayat infeksi menular seksual.

3. Riwayat menerima transfusi darah berulang tanpa tes penapisan.

4. Riwayat perlukaan kulit, tato, tindik, atau sirkumsisi dengan alat yang tidak disterilisasi (Nasronudin, 2007).

2.2.7. Patogenesis

2.2.7.1. Transmisi Infeksi HIV

Pada awalnya transmisi terjadi dari cara homoseksual dari pasangan pria homoseksual dan biseksual di California, kemudian menyebar ke berbagai negara


(27)

terutama melalui heteroseksual. Kini transmisi lebih tergeser ke kontak antardarah, cairan tubuh, maupun penggunaan jarum suntik. Berikut beberapa transmisi infeksi HIV :

a. Transmisi melalui kontak seksual, kontak seksual merupakan salah satu cara utama transmisi HIV diberbagai belahan dunia. Virus ini dapat ditemukan dalam cairan semen, cairan vagina, dan cairan serviks. Pada kontak seks pervaginal, kemungkinan transmisi HIV dari laki-laki ke perempuan diperkirakan sekitar 20 kali lebih besar daripada perempuan ke laki-laki. Hal ini disebabkan oleh paparan HIV secara berkepanjangan pada mukosa vagina, serviks, serta endometrium dengan semen yang terinfeksi. Transmisi infeksi HIV melalui hubungan seksual lewat anus lebih mudah karena hanya terdapat membran mukosa yang tipis dan mudah robek sehingga anus sering terjadi lesi.

b. Transmisi melalui darah atau produk darah, HIV dapat ditransmisikan melalui darah dan produk darah. Terutama pada individu pengguna narkotika intravena dengan pemakaian jarum suntik secara bersama dalam satu kelompok tanpa mengindahkan asas sterilisasi. Dapat juga pada individu yang menerima transfusi darah atau produk darah yang mengabaikan tes penapisan HIV.

c. Transmisi secara vertikal, dapat terjadi dari ibu yang terinfeksi HIV kepada janinnya sewaktu hamil, sewaktu persalinan, dan setelah melahirkan melalui pemberian Air Susu Ibu (ASI). Diperkirakan penularan ibu kepada janin atau bayi terutama terjadi pada masa perinatal. Hal ini didasarkan saat identifikasi infeksi oleh teknik kultur atau Polymerase Chain Reaction (PCR) pada bayi setelah lahir. Virus dapat ditemukan dalam ASI sehingga ASI merupakan perantara penularan HIV dari ibu kepada bayi pascanatal. Bila mungkin pemberian ASI oleh ibu yang terinfeksi sebaiknya dihindari.

d. Potensi transmisi melalui cairan tubuh lain, Walaupun HIV pernah ditemukan dalam air liur pada sebagian kecil orang yang terinfeksi, tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa air liur dapat menularkan infeksi HIV baik melalui ciuman. Selain itu, air liur dibuktikan mengandung inhibitor terhadap


(28)

aktivitas HIV. Demikian juga belum ada bukti bahwa cairan tubuh lain misalnya air mata, keringat, dan urine dapat merupakan media transmisi HIV. e. Transmisi pada petugas kesehatan dan petugas laboratorium, meskipun resiko penularan kecil tetapi resiko tetap ada bagi kelompok pekerjaan beresiko terpapar HIV seperti petugas kesehatan, petugas laboratorium, dan orang yang bekerja dengan spesimen atau bahan yang terinfeksi HIV, terutama bila menggunakan benda tajam (Nasronudin, 2007).

2.2.7.2. Perlekatan Virus

HIV menginfeksi sel dengan mengikat permukaan sel sasaran yang memiliki molekul reseptor membran CD4. Sejauh ini, sasaran yang disukai oleh HIV adalah limfosit T helper CD4+, atau sel T4 (limfosit CD4+). Gp 120 HIV berikatan dengan kuat dengan limfosit CD4+ sehingga gp 41 dapat memerantarai fusi membran virus ke membran sel. Menurut Doms dan Peiper (1997) dalam Price dan Wilson (2007) baru-baru ini ditemukan bahwa dua koreseptor permukaan sel, CCR5 atau CXCR4 diperlukan, agar glikoprotein gp 120 dan gp 41

dapat berikatan dengan reseptor CD4+. Koreseptor ini menyebabkan perubahan-perubahan konformasi sehingga gp 41 dapat masuk ke membran sel sasaran.

Setelah virus berdifusi dengan limfosit CD4+, maka berlangsung serangkaian proses komplek yang apabila berjalan lancar, menyebabkan terbentuknya partikel-partikel virus baru dari sel yang terinfeksi. Limfosit CD4+

yang terinfeksi mungkin tetap laten dalam keadaan provirus atau mungkin mengalami siklus-siklus replikasi sehingga menghasilkan banyak virus (Price dan Wilson, 2007).


(29)

Gambar 2.2. Mekanisme Perlekatan Virus (Robbins, 2007)

2.2.7.3. Replikasi Virus

Setelah terjadi fusi sel-virus, RNA virus masuk ke bagian tengah sitoplasma limfosit CD4+. Setelah nukleokapsid dilepas, maka terjadi transkripsi terbalik (reverse transcription) dari satu untai –tunggal RNA menjadi DNA salinan (cDNA) untai-ganda virus. Integrasi HIV membantu insersi cDNA virus ke dalam inti sel pejamu. Apabila sudah terintegrasi ke dalam kromosom sel pejamu, maka dua untai DNA sekarang menjadi provirus. Provirus menghasilkan RNA messenger (mRNA), yang meninggalkan inti sel dan masuk ke dalam sitoplasma. Protein-protein virus dihasilkan dari mRNA yang lengkap dan yang telah mengalami splicing (penggabungan) setelah RNA genom dibebaskan ke dalam sitoplasma. Tahap akhir produksi virus membutuhkan suatu enzim virus yang disebut HIV Protease , yang memotong dan menata protein virus menjadi segmen-segmen kecil yang mengelilingi RNA virus, membentuk partikel virus menular yang menonjol dari sel yang terinfeksi. Sewaktu menonjol dari sel pejamu, partikel-partikel virus tersebut akan terbungkus oleh sebagian dari membran sel yang terinfeksi. HIV yang baru terbentuk sekarang dapat menyerang sel-sel rentan lainnya di seluruh tubuh.


(30)

Replikasi HIV berlanjut sepanjang periode laten, bahkan saat terjadi aktivitas virus yang minimal di dalam darah. HIV ditemukan dalam jumlah besar di dalam limfosit CD4+ dan makrofag diseluruh sistem limfoid pada semua tahap infeksi. Partikel-partikel virus juga telah dihubungkan dengan sel-sel dendritik folikuler, yang mungkin memindahkan infeksi ke sel-sel selama migrasi melalui folikel-folikel limfoid (Price dan Wilson, 2007).

2.2.8. Diagnosis

Menurut Soedarmo et al. (2010), pada awalnya sebelum virus penyebab AIDS ini ditemukan, batasan yang diberikan untuk suatu sindrom defisiensi imun adalah adanya infeksi oportunistik dan atau suatu keganasan.

Diagnosis untuk penderita HIV sama untuk mendiagnosa penyakit – penyakit lain yaitu dimulai dengan anamnese. Harus ditanyakan adakah penderita tersebut berhubungan seks tanpa alat kontrasepsi dan adakah pasien tersebut mempunyai banyak pasangan seksual. Juga ditanyakan dengan siapa penderita tersebut melakukan hubungan seks. Selain itu, harus ditanyakan apakah penderita tersebut mempunyai kontak dengan darah yang tercemar seperti tertusuk jarum yang terinfeksi. Menanyakan riwayat keluarga juga penting untuk mengetahui adakah penderita tersebut mendapat HIV dari luar atau dari ibunya (e-medicine, 2010).

Pemeriksaan fisik untuk mendiagnosa infeksi HIV tidak terlalu penting. Hal ini dikarenakan tidak ada penemuan yang spesifik untuk infeksi HIV. Secara umum, infeksi HIV akan menyebabkan limfadenopati di seluruh tubuh dan berat badan yang menurun. Infeksi minor yang oportunistik seperti oral candidiasis

yang luas juga merupakan petunjuk awal untuk infeksi HIV (e-medicine, 2010). Diagnosis pasti infeksi HIV/AIDS dapat ditegakkan berdasarkan klasifikasi klinis WHO. Di Indonesia, diagnosis AIDS dibuat bila menunjukkan tes HIV positif dan sekurang-kurangnya didapatkan dua gejala mayor dan satu gejala minor.

Untuk pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan pemeriksaan serologi HIV. Pemeriksaan penapisan terhadap antibodi HIV, bila didapatkan hasil positif


(31)

dilakukan pemeriksaan ulang dengan menggunakan tes yang memiliki prinsip dasar yang berbeda dan atau menggunakan preparasi antigen yang berbeda dari tes yang pertama. Biasanya digunakan enzym-linked immunosorbent assay

(ELISA). Apabila tersedia sarana yang cukup dapat dilakukan tes konfirmasi dengan Western blot (WB), indirect immunofluorescense assays (IFA), atau dengan radio-immunofluorescence assays (RIPA). Hasil pemeriksaan bisa reaktif atau nonreaktif. Makna hasil pemeriksaan antibodi nonreaktif atau negatif antara lain: memang tidak terinfeksi HIV, berada dalam masa jendela atau individu yang baru saja terinfeksi dengan kadar antibodi yang belum meningkat, stadium AIDS sangat lanjut sehingga respon imun tubuh sangat lemah atau tidak mampu memberikan respon terhadap pembentukan antibodi (Nasronudin, 2007).

Gejala Karakteristik

Mayor Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan Diare kronik yang berlangsung lebih dari 1 bulan Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis Ensefalopati HIV

Minor Batuk menetap lebih dari 1 bulan Dermatitis generalisata

Herpes zoster multisegmental berulang Kandidiasis orofaringeal

Herpes simpleks kronik progresif Limfadenopati generalisata

Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita Retinitis oleh virus sitomegali

Tabel 2.1. Gejala Mayor Dan Minor Pada Pasien HIV/AIDS


(32)

2.2.9. Penatalaksanaan HIV/AIDS

Selama bertahun-tahun terdapat anggapan bahwa sangatlah sulit untuk mendapatkan kemoterapi antivirus dengan selektivitas yang tinggi. Namun dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan pengertian yang lebih dalam mengenai tahapan spesifik dalam replikasi virus sebagai target kemoterapi antivirus, semakin jelas bahwa kemoterapi pada infeksi virus dapat dicapai dan reproduksi virus dapat ditekan dengan efek yang minimal pada sel hospes (Gunawan, 2007).

Strategi penatalaksanaan yang dilakukan meliputi terapi antiretroviral, terapi infeksi sekunder atau infeksi oportunistik serta malignansi, dukungan nutrisi berbasis makronutrient dan mikronutrien. Terapi antiretroviral tidak serta merta segera diberikan begitu saja pada penderita yang dicurigai, tetapi perlu menempuh langkah-langkah yang arif dan bijaksana, serta mempertimbangkan berbagai faktor. Tujuan terapi ARV antara lain menurunkan angka kesakitan akibat HIV, dan menurunkan kematian akibat AIDS, Memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidup penderita seoptimal mungkin, mempertahankan dan mengembalikan status imun ke fungsi normal, dan menekan replikasi virus serendah dan selama mungkin sehingga kadar HIV dalam plasma <50 kopi/ml. Terapi infeksi oportunistik dan malignansi disesuaikan dengan jenis infeksi sekunder maupun malignansi yang ada.

Dukungan nutrisi juga memiliki peranan yang penting. Pada penderita HIV sering mengalami gangguan asupan nutrien yang menyebabkan menurunnya fungsi biologis tubuh. Bahkan pada penderita terjadi perubahan kondisi klinis bukan hanya karena masalah asupan nutrisi saja, tetapi juga akibat proses penyakitnya itu sendiri. Imunonutrien penting diperhatikan, karena penatalaksanaan yang selama ini dilakukan dalam mengelola penderita HIV/AIDS melalui upaya pengobatan ternyata tidak sepenuhnya mampu membendung peningkatan angka kesakitan dan kematian akibat HIV/AIDS. Hal tersebut disebabkan karena antiretroviral hanya mampu mengurangi kepadatan virus dalam tubuh penderita tetapi tidak mampu menanggulangi pengaruh reactive oxygen species (ROS) yang banyak terbentuk pada tubuh penderita HIV/AIDS. Apabila


(33)

situasi seperti ini terus dibiarkan berlarut-larut maka gangguan fungsi dan kematian sel akan berlangsung progresif sehingga memiliki potensi untuk jatuh ke derajat penyakit yang lebih berat. Untuk itu diperlukan suatu inovasi dan langkah intervensi terapi dengan menambahkan unsur suplemen imunonutrien guna mengatasi pengaruh ROS tersebut (Nasronudin, 2007).

2.2.10. Pencegahan HIV/AIDS

Dunia medis hingga saat ini hanya bisa menawarkan lima cara pencegahan penularan HIV. Lima cara itu terkenal dengan istilah strategi ABCDE. "A" adalah abstinent berarti "tidak melakukan hubungan seks sama sekali". "B" adalah be faithful yang berarti rekomendasi untuk "setia dan tidak berganti-ganti pasangan dan partner seks". "C" adalah condom use yang berarti rekomendasi untuk "menggunakan kondom jika memang berperilaku seksual beresiko". "D" adalah no drug yang berarti rekomendasi untuk "menghindari dan meninggalkan narkoba khususnya narkoba suntik". "E" adalah education yang berarti rekomendasi untuk "menambah wawasan dan membuka pengetahuan, khususnya yang berkaitan dengan ilmu kesehatan reproduksi dan PMS (Penyakit Menular Seksual)".

Memang evaluasi tentang efektivitas rekomendasi pencegahan HIV ini masih diperbincangkan oleh berbagai kalangan. Untuk mengetahui efektifitas rekomendasi penggunaan kondom, apakah 100% bisa diandalkan atau tidak, dikarenakan adanya kemungkinan kondom bocor pada saat melakukan hubungan seksual, sehingga terjadilah transmisi HIV (Madyan, 2009).


(34)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Gambar 3.1.Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Variabel dan Definisi Operasional 3.2.1. Variabel Pengetahuan

Definisi Operasional : Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII tentang HIV/AIDS.

Cara Ukur : Pengukuran dilakukan dengan cara angket.

Alat Ukur : Pengukuran dilakukan menggunakan kuesioner melalui pertanyaan dalam bentuk pertanyaan tertutup. Jumlah pertanyaan sebanyak 20 pertanyaan dimasukkan ke dalam kuesioner untuk menguji tingkat pengetahuan siswa.

Hasil ukur : Hasil ukur didapatkan dari 20 pertanyaan tersebut dengan nilai maksimum 20. Jika jawaban benar, diberi nilai 1 dan jika jawaban salah, diberi nilai 0. Pengetahuan responden kemudian dikategori menjadi tiga kelompok yaitu : baik, sedang, dan kurang dengan perincian nilai sebagai berikut (Pratomo, 1990) :

Tingkat Pengetahuan - Jenis kelamin - Pekerjaan orang tua - Sumber informasi


(35)

1. Kategori baik apabila responden mempunyai skor > 75% atau mempunyai nilai total skor > 15.

2. Kategori sedang apabila responden mempunyai skor 40-75% atau mempunyai nilai total skor 8 - 15.

3. Kategori kurang apabila responden mempunyai skor < 40% atau mempunyai nilai total skor < 8 .

• Skala ukur : Ordinal.

3.2.2. Variabel HIV/AIDS

Definisi Operasional : HIV/AIDS adalah suatu penyakit retrovirus yang disebabkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan ditandai dengan imunosupresi berat.


(36)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan penelitian deskriptif. Tujuan digunakannya rancangan deskriptif dalam penelitian ini adalah untuk menggambarkan tingkat pengetahuan siswa-siswi di Sekolah SMP Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII tentang HIV/AIDS tahun 2011. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan cross sectional (potong lintang) dimana pengambilan data dilakukan hanya sekali bagi tiap subyek pada saat pengumpulan data (Mukhtar, 2011).

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah SMP Swasta Kristen Immanuel Medan. Alasan memilih lokasi penelitian adalah sebagai berikut:

1. Sekolah SMP Swasta Kristen Immanuel Medan berada di tengah kota sehingga peneliti mengasumsikan bahwa kemungkinan responden lebih rentan terhadap infeksi HIV/AIDS karena pengaruh pergaulan bebas di tengah kota. 2. Belum pernah dilakukan penelitian tentang tingkat pengetahuan siswa tentang

HIV/AIDS di sekolah tersebut.

Waktu pengambilan data dilakukan pada semester VII yaitu antara Oktober hingga November 2011.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

Populasi penelitian adalah seluruh siswa-siswi di Sekolah SMP Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII pada tahun 2011. Populasi berjumlah 58 orang siswa-siswi kelas VIII yang terdaftar di SMP tersebut.


(37)

4.3.2. Sampel

4.3.2.1. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Sampel penelitian ini adalah siswa Sekolah SMP Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII.

1. Kriteria Inklusi.

a. Siswa-siswi Sekolah SMP Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII tahun ajaran 2011/2012.

b. Bersedia mengisi kuesioner dengan lengkap. 2. Kriteria Eksklusi.

Responden tidak hadir saat penelitian dengan alasan apapun.

4.3.2.2. Besar Sampel

Besar sampel pada penelitian ini adalah seluruh populasi siswa-siswi SMP Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII tahun 2011 yang hadir saat penelitian yang berjumlah 54 orang, terdapat empat orang yang tidak hadir dikarenakan sakit dan keluar kota. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode

total sampling dan tiap responden memiliki kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2010).

4.4. Teknik Pengambilan Data 4.4.1. Jenis Data

Jenis data adalah data primer. Data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian dengan pengambilan data langsung pada subyek sebagai sumber informasi (Budiarto, 2002).

4.4.2. Cara Pengumpulan Data

Responden pada penelitian ini adalah siswa-siswi SMP Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII yang telah terpilih sebagai sampel. Siswa-siswi tersebut dibagikan kuesioner yang akan mereka jawab untuk mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan pengetahuan mereka tentang HIV/AIDS.


(38)

4.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas

Kuesioner yang dipergunakan dalam penelitian ini telah diuji validitas dan reliabilitasnya dengan menggunakan program SPSS. Sampel yang digunakan dalam uji validitas dan reliabilitas ini memiliki karakteristik yang hampir sama dengan sampel penelitian. Jumlah sampel dalam uji validitas dan reliabilitas ini adalah sebanyak 20 orang. Hasil dari uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Untuk Setiap Pertanyaan

Variabel Nomor Pertanyaan

Total Pearson Correlation

Status Alpha Status Pengetahuan 1

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 0,764 0,473 0,557 0,509 0,500 0,462 0,479 0,535 0,510 0,462 0,479 0,521 0,497 0,651 0,525 0,495 0,540 0,720 0,553 0,566 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

0,872 Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel


(39)

4.5. Pengolahan dan Analisis Data 4.5.1. Pengolahan Data

Data dari angket akan diperiksa silang (cross-checked) oleh supervisor (peneliti) di lapangan. Setiap ketidakkonsistenan atau ketidaklengkapan informasi akan diperbaiki sebelum meninggalkan lokasi penelitian. Kuesioner yang lengkap akan diteliti dan dimasukkan ke dalam komputer oleh programmer (peneliti). Pada proses pemasukan data, akan dilakukan pengecekan ganda oleh tenaga entry data dan analisis tingkat pengetahuan siswa tentang HIV/AIDS dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan bantuan program SPSS 17.0 dan disajikan dalam bentuk tabel.

4.5.2. Analisis Data

Analisis dilakukan dengan metode analisis univariat. Analisis univariat dilakukan pada variable tingkat pengetahuan untuk memperoleh gambaran distribusi dalam bentuk frekuensi dan persentase (Imron, 2010).


(40)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di SMP Swasta Kristen Immanuel Medan. SMP ini berada di pusat kota yang beralamat di Jalan Slamat Riyadi No. 1, Kelurahan Madras Hulu, Kecamatan Medan Polonia. SMP ini memiliki 6 ruang kelas, ruang laboratorium, perpustakaan, aula serba guna, studio musik, halaman/lapangan olah raga, kantin, ruang tata usaha, ruang guru dan ruang kepala sekolah. Kelas VIII yang menjadi sampel dalam penelitian ini terdiri atas dua kelas. SMP Swasta Kristen Immanuel Medan mempunyai batas-batas sebagai berikut :

a. Sebelah utara berbatasan dengan Hotel Tiara,

b. Sebelah timur berbatasan dengan Gereja HKBP Soedirman, c. Sebelah barat berbatasan dengan Perumahan penduduk, d. Sebelah selatan berbatasan dengan Hotel Polonia.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini, responden yang diteliti sebanyak 54 siswa kelas VIII SMP Swasta Kristen Immanuel Medan, masih berstatus pelajar dan aktif bersekolah. Gambaran karakteristik responden yang diamati meliputi jenis kelamin, pekerjaan orang tua, dan sumber informasi para siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan. Data lengkap mengenai karakteristik responden tersebut dapat dilihat pada tabel-tabel yang ada di bawah ini.


(41)

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persen (%)

Laki-laki 32 59,3

Perempuan 22 40,7

Total 54 100

Berdasarkan Tabel 5.1. di atas, diketahui bahwa jumlah siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII pada tahun 2011 sebanyak 54siswa, dengan jumlah siswa laki-laki sebanyak 32 responden (59,3%) dan jumlah siswa perempuan sebanyak 22 responden(40,7%).

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Karakteristik Responden Menurut Pekerjaan Orang Tua

Pekerjaan Orang Tua Frekuensi (n) Persen (%)

Pegawai Negeri 16 29,6

Pegawai Swasta 14 25,9

Wiraswasta 22 40,7

Pensiunan 2 3,7

Total 54 100

Berdasarkan Tabel 5.2. di atas, diketahui bahwa orang tua responden paling banyak bekerja sebagai wiraswasta yaitu sebanyak 22 orang (40,7%), sedangkan paling sedikit sebagai pensiunan yaitu sebanyak 2 orang (3,7%).


(42)

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Karakteristik Responden Menurut Sumber Informasi

Sumber Informasi Frekuensi (n) Persen (%)

Media Cetak 23 42,6

Media Elektronik 13 24,1

Sekolah 3 5,6

Orang Tua 15 27,8

Total 54 100

Berdasarkan Tabel 5.3. di atas, diketahui bahwa responden paling banyak mendapat sumber informasi dari media cetak yaitu sebanyak 23 orang (42,6%), sedangkan paling sedikit dari sekolah yaitu sebanyak 3 orang (5,6%).

5.1.3. Deskripsi Tingkat Pengetahuan

Pada penelitian ini, dalam lembar kuesioner penelitian terdapat 20 pertanyaan mengenai pengetahuan siswa terhadap HIV/AIDS. Pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam kuesioner tersebut telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Data lengkap distribusi frekuensi jawaban kuesioner responden dapat dilihat pada Tabel 5.4. di bawah ini.


(43)

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Jawaban Kuesioner Responden

No Pertanyaan

Jawaban Responden Benar Salah

n % n %

1 Pengertian AIDS. 36 66,7 18 33,3

2 Siapa saja yang bisa terkena AIDS. 47 87 7 13 3 Simbol solidaritas dari para penderita AIDS. 29 53,7 25 46,3

4 Penyebab dari AIDS. 48 88,9 6 11,1

5 Tipe-tipe dari penyebab AIDS. 30 55,6 24 44,4 6 Hubungan seksual sebagai cara penularan AIDS. 45 83,3 9 16,7 7 Transfusi darah sebagai cara penularan AIDS. 21 38,9 33 61,1 8 Penularan AIDS dari ibu hamil kepada janin

yang dikandungnya.

47 87 7 13

9 Batuk/bersin sebagai cara penularan AIDS. 18 33,3 36 66,7 10 Penggunaan jarum suntik bersama sebagai cara

penularan AIDS.

46 85,2 8 14,8

11 ASI sebagai cara penularan AIDS. 40 74,1 14 25,9

12 Media Penularan AIDS. 37 68,5 17 31,5

13 Tindakan-tindakan untuk mencegah penularan AIDS.

27 50 27 50

14 Usaha-usaha perlindungan diri untuk mencegah penularan AIDS.

25 46,3 29 53,7

15 Berolahraga dan mengkonsumsi makanan yang bergizi sebagai pencegahan AIDS.

27 50 27 50

16 Apakah AIDS dapat disembuhkan. 36 66,7 18 33,3 17 Kasus AIDS pertama kali ditemukan di dunia. 21 38,9 33 61,1 18 Kasus AIDS pertama kali ditemukan di

Indonesia.

23 42,6 31 57,4

19 Kepanjangan dari HIV. 41 75,9 13 24,1


(44)

Berdasarkan Tabel 5.4. di atas, dapat dilihat bahwa pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan benar oleh responden adalah pertanyaan nomor 4 dengan persentase sebesar 88,9%. Sedangkan pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan salah oleh responden adalah pertanyaan nomor 9 dengan persentase sebesar 66,7%.

Tingkat pengetahuan dalam penelitian ini dibedakan menjadi tiga, yaitu: baik, sedang, dan kurang. Pengetahuan seorang responden akan dikatakan baik apabila jumlah skor untuk dua puluh pertanyaan yang berhasil dijawab dengan benar oleh responden sebanyak 16-20. Pengetahuan sedang, apabila jumlah skor untuk dua puluh pertanyaan yang berhasil dijawab dengan benar oleh responden sebanyak 8-15. Pengetahuan kurang, apabila jumlah skor untuk dua puluh pertanyaan yang berhasil dijawab dengan benar oleh responden < 8. Berdasarkan hasil tersebut maka tingkat pengetahuan siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan pada tahun 2011 dapat dikategorikan pada Tabel 5.5. di bawah ini.

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan

Tingkat Pengetahuan Frekuensi (n) Persen (%)

Baik 19 35,2

Sedang 26 48,1

Kurang 9 16,7

Total 54 100

Pada tabel 5.5. di atas, dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan responden terhadap HIV/AIDS paling banyak berada pada kategori sedang sebanyak 26 siswa (48,1%), diikuti dengan kategori baik sebanyak 19 siswa (35,2%), dan kategori kurang sebanyak 9 siswa (16,7%).


(45)

Data lengkap distribusi frekuensi dan persentasi tingkat pengetahuan responden terhadap HIV/AIDS menurut jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 5.6.

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tingkat Pengetahuan Responden Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Tingkat Pengetahuan

Baik Sedang Kurang Total

n % n % n % n %

Laki-laki 9 16,7 17 31,5 6 11,1 32 59.3

Perempuan 10 18,5 9 16,7 3 5,6 22 40.7

Total 19 35,2 26 48,1 9 16,7 54 100

Berdasarkan Tabel 5.6. di atas, dapat diketahui bahwa pengetahuan responden pada kategori baik dilihat dari karakteristik jenis kelaminnya paling banyak terdapat pada kelompok jenis kelamin perempuan sebanyak 10 siswa (18,5%). Sedangkan pengetahuan responden pada kategori kurang paling banyak terdapat pada kelompok jenis kelamin laki-laki sebanyak 6 siswa (11,1%).


(46)

Data lengkap distribusi frekuensi dan persentasi tingkat pengetahuan responden terhadap HIV/AIDS menurut pekerjaan orang tua dapat dilihat pada Tabel 5.7.

Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tingkat Pengetahuan Responden Menurut Pekerjaan Orang Tua

Jenis Pekerjaan

Tingkat Pengetahuan

Baik Sedang Kurang Total

n % n % n % N %

Pegawai Negeri 5 9,3 9 16,7 2 3,7 16 29,6

Pegawai Swasta 6 11,1 4 7,4 4 7,4 14 25,9

Wiraswasta 8 14,8 11 20,4 3 5,6 22 40,7

Pensiunan 0 0 2 3,7 0 0 2 3,7

Total 19 35,2 26 48,1 9 16,7 54 100

Berdasarkan Tabel 5.7. di atas, dapat diketahui bahwa pengetahuan responden pada kategori baik dilihat dari karakteristik pekerjaan orang tuanya paling banyak adalah responden yang orang tuanya bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 8 orang (14,8%). Sedangkan pengetahuan responden pada kategori kurang paling banyak adalah responden yang orang tuanya bekerja sebagai pegawai swasta sebanyak 4 orang (7,4%).


(47)

Data lengkap distribusi frekuensi dan persentasi tingkat pengetahuan responden terhadap HIV/AIDS menurut sumber informasi dapat dilihat pada Tabel 5.8.

Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tingkat Pengetahuan Responden Menurut Sumber Informasi

Sumber Informasi

Tingkat Pengetahuan

Baik Sedang Kurang Total

n % n % n % n %

Media Cetak 10 18,5 10 18,5 3 5,6 23 42,6

Media Elektronik 4 7,4 8 14,8 1 1,9 13 24,1

Sekolah 3 5,6 0 0 0 0 3 5,6

Orang Tua 2 3,7 8 14,8 5 9,3 15 27,8

Total 19 35,2 26 48,1 9 16,7 54 100

Berdasarkan Tabel 5.8. di atas, dapat diketahui bahwa pengetahuan responden pada kategori baik dilihat dari karakteristik sumber informasinya paling banyak terdapat pada kategori sumber informasi dari media cetak sebanyak 10 siswa (18,5%). Sedangkan pengetahuan responden pada kategori kurang paling banyak terdapat pada kategori sumber informasi dari orang tua sebanyak 5 siswa (9,3%).

5.2. Pembahasan

5.2.1. Karakteristik Responden

Menurut Notoatmodjo (2010), Pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor umur, pendidikan, pekerjaan, dan sumber informasi yang digunakannya. Karakteristik siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII tahun 2011 yang dinilai dalam penelitian ini terdiri dari karakteristik jenis kelamin, pekerjaan orang tua, dan sumber informasi.

Berdasarkan karakteristik jenis kelamin pada tabel 5.1. dapat diketahui bahwa jumlah laki-laki sebanyak 32 siswa (59,3%) dan jumlah perempuan


(48)

sebanyak 22 siswa (40,7%). Sedangkan berdasarkan tabel 5.6. tingkat pengetahuan pada kategori baik paling banyak terdapat pada jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 10 siswa (18,5%). Menurut analisis peneliti, jumlah perempuan yang memiliki tingkat pengetahuan baik lebih banyak dibandingkan laki-laki karena perempuan lebih rajin dalam mencari informasi dibandingkan dengan laki-laki. Berbeda dengan hasil penelitian yang didapat oleh Cindy ditahun 2010, dimana tingkat pengetahuan remaja disalah satu sekolah kota medan pada kategori baik paling banyak terdapat pada jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 63,4%. Hal ini juga didukung dengan hasil penelitian yang didapat oleh Oktarina ditahun 2007, dimana tingkat pengetahuan masyarakat pada kategori baik paling banyak juga terdapat pada jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 10,6%.

Berdasarkan karakteristik pekerjaan orang tua pada tabel 5.2. dapat diketahui bahwa orang tua responden paling banyak bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 22 orang (40,7%) dan paling sedikit sebagai pensiunan sebanyak 2 orang (3,7%). Sedangkan berdasarkan tabel 5.7. tingkat pengetahuan pada kategori baik paling banyak terdapat pada orang tua responden yang bekerja sebagai wiraswasta yaitu sebanyak 8 siswa (14,8%). Menurut peneliti jenis pekerjaan yang dimiliki oleh orang tua responden dapat menggambarkan secara tidak langsung sosio-ekonominya yang turut berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan. Menurut Notoatmodjo (2010), pekerjaan memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas hidup manusia dan memberikan motivasi untuk memperoleh informasi yang berguna. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Oktarina (2007), dimana responden yang bekerja khususnya di luar rumah cenderung mempunyai pengetahuan yang lebih baik dibandingkan yang tidak bekerja.

Berdasarkan karakteristik sumber informasi pada tabel 5.3. dapat diketahui bahwa sumber informasi paling banyak pada siswa adalah media cetak dengan jumlah 23 siswa (42,6%) dan paling sedikit adalah sekolah dengan jumlah 3 siswa (5,6%). Sedangkan berdasarkan tabel 5.8. tingkat pengetahuan pada kategori baik paling banyak terdapat pada sumber informasi media cetak yaitu sebanyak 10


(49)

siswa (18,5%). Menurut Notoatmodjo (2010), informasi yang diperoleh dari berbagai sumber akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Bila seseorang memperoleh banyak sumber informasi, maka seseorang cenderung memperoleh pengetahuan yang lebih luas. Menurut pengamatan peneliti, buku merupakan sumber informasi bagi siapa saja. Namun hasil yang berbeda didapat dari penelitian yang dilakukan oleh Cindy ditahun 2010, dimana sumber informasi remaja terbanyak mengenai HIV/AIDS adalah media elektronik sebesar 33,3%. Hal ini didukung oleh data SKDI (2007), bahwa sumber informasi tentang HIV/AIDS pada masyarakat terbanyak berasal dari TV (media elektronik).

5.2.2. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penelitian ini memperlihatkan tingkat pengetahuan siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII tahun 2011 terhadap HIV/AIDS seperti yang terlihat pada data statistik. Dari hasil analisa data dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII terhadap HIV/AIDS berada dalam kategori sedang.

Dalam penelitian ini, pengetahuan yang diuji mengenai HIV/AIDS meliputi definisi umum, etiologi, klasifikasi, penularan, pencegahan, pengobatan, epidemiologi, dan kepanjangan HIV/AIDS. Untuk mengukur tingkat pengetahuan responden, terdapat 20 pertanyaan yang akan ditanyakan melalui kuesioner sebagai alat ukur yang dipakai oleh peneliti.

Berdasarkan tabel 5.4. dapat diketahui distribusi frekuensi jawaban terhadap kuesioner yang diberikan. Pada pertanyaan 1 mengenai pengertian AIDS dan pertanyaan 2 mengenai siapa saja yang bisa terkena AIDS, sebanyak 36 siswa (66,7%) dapat menjawab dengan benar bahwa AIDS merupakan penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan sebanyak 47 siswa (87%) dapat menjawab dengan benar bahwa AIDS dapat mengenai semua orang. AIDS

(Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan suatu penyakit retrovirus yang disebabkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan ditandai dengan imunosupresi berat yang menimbulkan infeksi oportunistik, neoplasma sekunder,


(50)

dan manifestasi neurologis (Robbins, 2007). Jadi AIDS merupakan suatu penyakit infeksi sehingga dapat mengenai siapa saja.

Pada pertanyaan 3 mengenai simbol solidaritas dari para penderita AIDS, sebanyak 29 siswa (53,7%) dapat menjawab dengan benar bahwa simbolnya adalah pita merah, hal ini sesuai dengan simbol yang telah ditetapkan oleh sekelompok seniman peduli AIDS yang terhimpun dalam Visual AIDS pada tahun 1991 ( Debbie, 2009 ).

Terdapat sebanyak 48 siswa (88,9%) yang menjawab dengan benar pertanyaan 4 mengenai penyebab AIDS dan sebanyak 30 siswa (55,6%) yang menjawab dengan benar pertanyaan 5 mengenai tipe-tipe penyebab AIDS. Menurut Merati dan Jauzi (2007), HIV merupakan suatu virus RNA bentuk sferis dengan diameter 1000 angstrom yang termasuk retrovirus dari famili Lentivirus dan dikenal dua tipe HIV, yaitu HIV-1 yang ditemukan pada tahun 1983, dan HIV-2 yang ditemukan pada tahun 1986.

Pada pertanyaan mengenai penularan AIDS yang terdiri dari 7 pertanyaan berikut dengan distribusi frekuensi jawaban benar dari responden diantaranya :

• pertanyaan 6 (hubungan seksual) terdapat 45 siswa (83.3%),

• pertanyaan 7 (transfusi darah) terdapat 21 siswa (38,9%),

• pertanyaan 8 (ibu hamil kepada janin yang dikandungnya) terdapat 47 siswa (87%),

• pertanyaan 9 (batuk/bersin) terdapat 18 siswa (33,3%),

• pertanyaan 10 (penggunaan jarum suntik bersama) terdapat 46 siswa (85,2%),

• pertanyaan 11 (ASI) terdapat 40 siswa (74,1%), dan

• pertanyaan 12 (darah sebagai media penularan) terdapat 37 siswa (68,5%). Menurut Nasronudin (2007), transmisi infeksi HIV dapat terjadi melalui hubungan seksual, melalui darah atau produk darah seperti transfusi darah dan penggunaan jarum suntik bersama, secara vertikal dari ibu kepada janin yang dikandungnya juga ASI, dan transmisi pada petugas kesehatan/petugas laboratorium. Namun tidak bukti-bukti yang meyakinkan bahwa air liur dapat


(51)

menularkan infeksi HIV baik melalui ciuman maupun paparan lain seperti batuk/bersin.

Pada pertanyaan mengenai upaya pencegahan AIDS yang terdiri dari 3 pertanyaan berikut dengan distribusi frekuensi jawaban benar dari responden diantaranya :

• pertanyaan 13 (menjaga kebersihan diri bukan sebagai upaya pencegahan) terdapat 27 siswa (50%),

• pertanyaan 14 (penggunaan kondom) terdapat 25 siswa (46,3%), dan

• pertanyaan 15 (berolahraga dan mengkonsumsi makanan bergizi bukan sebagai upaya pencegahan) terdapat 27 siswa (50%).

Menurut Madyan (2009), dunia medis hingga saat ini hanya bisa menawarkan lima cara pencegahan penularan HIV, yaitu: tidak melakukan hubungan seks sama sekali, setia dan tidak berganti-ganti pasangan dan partner seks, menggunakan kondom jika memang berperilaku seksual beresiko, menghindari dan meninggalkan narkoba khususnya narkoba suntik, menambah wawasan dan membuka pengetahuan, khususnya yang berkaitan dengan ilmu kesehatan reproduksi dan PMS (Penyakit Menular Seksual). Sedangkan menjaga kebersihan dan mengkonsumsi makanan bergizi bukan merupakan upaya untuk mencegah AIDS.

Pada pertanyaan 16 mengenai pengobatan AIDS, sebanyak 36 siswa (66,7%) dapat menjawab dengan benar bahwa AIDS tidak dapat disembuhkan, hal ini sesuai dengan strategi penatalaksanaan yang dilakukan di UPIPI dengan salah satunya adalah terapi antiretroviral dimana tujuan terapi ARV antara lain menurunkan angka kesakitan akibat HIV, menurunkan angka kematian akibat AIDS, Memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidup penderita seoptimal mungkin, mempertahankan dan mengembalikan status imun ke fungsi normal, dan menekan replikasi virus serendah dan selama mungkin sehingga kadar HIV dalam plasma <50 kopi/ml. Jadi pemberian ARV tidak dapat memusnahkan virus sepenuhnya hanya menekan replikasinya saja.

Terdapat 21 siswa (38,9%) yang dapat menjawab dengan benar pertanyaan 17 mengenai kasus AIDS pertama kali ditemukan di dunia, dan 23 siswa (42,6%)


(52)

yang dapat menjawab dengan benar pertanyaan 18 mengenai kasus AIDS pertama kali ditemukan di Indonesia. Pada awalnya transmisi terjadi pada pasangan pria homoseksual dan biseksual di California, Amerika Serikat tahun 1981 dan di Indonesia kasus HIV/AIDS pertama kali ditemukan di Bali tahun 1987.

Pada pertanyaan 19 mengenai kepanjangan dari HIV, sebanyak 41 siswa (75,9%) dapat menjawab dengan benar, dan pertanyaan 20 mengenai kepanjangan dari AIDS, sebanyak 22 siswa (40,7%) dapat menjawab dengan benar. AIDS

(Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan suatu penyakit retrovirus yang disebabkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan ditandai dengan imunosupresi berat yang menimbulkan infeksi oportunistik, neoplasma sekunder, dan manifestasi neurologis (Robbins, 2007).

Terdapat 7 pertanyaan dengan persentasi yang hampir sama, yaitu :

• pertanyaan 3 (simbol solidaritas dari para penderita AIDS),

• pertanyaan 5 (tipe-tipe penyebab AIDS),

• pertanyaan 13 (menjaga kebersihan diri bukan sebagai upaya pencegahan),

• pertanyaan 14 (penggunaan kondom),

• pertanyaan 15 (berolahraga dan mengkonsumsi makanan bergizi bukan sebagai upaya pencegahan),

• pertanyaan 18 (kasus AIDS pertama kali ditemukan di Indonesia), dan

• pertanyaan 20 (kepanjangan dari AIDS),

Menurut analisis peneliti, hal ini mungkin dikarenakan informasi-informasi mengenai pertanyaan tersebut telah sampai pada setengah siswa-siswi tersebut sehingga menghasilkan persentasi yang hampir sama.

Pada tabel 5.5. Secara keseluruhan diperoleh sebanyak 19 responden (35,2%) yang berpengetahuan baik, 26 responden (48,1%) yang berpengetahuan sedang, dan 9 responden (16,7%) yang berpengetahuan kurang. Dari hasil tersebut terlihat bahwa mayoritas pengetahuan mengenai HIV/AIDS pada siswa kelas VIII SMP Swasta Kristen Immanuel Medan tahun 2011 berada pada kategori sedang.

Menurut Cindy (2010), didapatkan data bahwa tingkat pengetahuan remaja disalah satu sekolah kota medan berada pada kategori baik sebanyak 54,8%. Hal yang serupa juga didapatkan dari hasil penelitian oleh Siswanto (2007), bahwa


(53)

tingkat pengetahuan remaja diseluruh Indonesia berada pada kategori baik sebanyak 71,39%. Hal ini mungkin dikarenakan remaja berada pada fase meningkatnya dorongan seksual, sehingga remaja berusaha untuk mencari lebih banyak segala informasi mengenai seks termasuk HIV/AIDS sebagai salah satu dampak terbesarnya.


(54)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Tingkat pengetahuan siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII tahun 2011 terhadap HIV/AIDS berada dalam kategori sedang yaitu sebesar 48,1%.

2. Tingkat pengetahuan responden dilihat dari karakteristik jenis kelamin, dimana 9 siswa laki-laki (16,7%) dalam kategori pengatahuan baik, 17 siswa laki-laki (31,5%) dalam kategori pengetahuan sedang, dan 6 siswa laki-laki (11,1%) dalam kategori pengetahuan kurang. Sedangkan 10 siswa perempuan (18,5%) dalam kategori pengatahuan baik, 9 siswa perempuan (16,7%) dalam kategori pengetahuan sedang, dan 3 siswa perempuan (5,6%) dalam kategori pengetahuan kurang.

3. Tingkat pengetahuan responden dilihat dari karakteristik pekerjaan orang tua, untuk pegawai negeri, dimana 5 siswa (9,3%) dalam kategori pengetahuan baik, 9 siswa (16,7%) dalam kategori pengetahuan sedang, dan 2 siswa (3,7%) dalam kategori pengetahuan kurang. Untuk pegawai swasta, dimana 6 siswa (11,1%) dalam kategori pengetahuan baik, 4 siswa (7,4%) dalam kategori pengetahuan sedang, dan 4 siswa (7,4%) dalam kategori pengetahuan kurang. Untuk wiraswasta, dimana 8 siswa (14,8%) dalam kategori pengetahuan baik, 11 siswa (20,4%) dalam kategori pengetahuan sedang, dan 3 siswa (5,6%) dalam kategori pengetahuan kurang. Untuk pensiunan, dimana tidak ada siswa (0%) dalam kategori pengetahuan baik, 2 siswa (3,7%) dalam kategori pengetahuan sedang, dan tidak ada siswa (0%) dalam kategori pengetahuan kurang.

4. Tingkat pengetahuan responden dilihat dari karakteristik sumber informasi, untuk media cetak, dimana 10 siswa (18,5%) dalam kategori


(55)

pengetahuan baik, 10 siswa (18,5%) dalam kategori pengetahuan sedang, dan 3 siswa (5,6%) dalam kategori pengetahuan kurang. Untuk Media Elektronik, dimana 4 siswa (7,4%) dalam kategori pengetahuan baik, 8 siswa (14,8%) dalam kategori pengetahuan sedang, dan 1 siswa (1,9%) dalam kategori pengetahuan kurang. Untuk Sekolah, dimana 3 siswa (5,6%) dalam kategori pengetahuan baik, tidak ada siswa (0%) dalam kategori pengetahuan sedang, dan juga tidak ada siswa (0%) dalam kategori pengetahuan kurang. Untuk orang tua, dimana 2 siswa (3,7%) dalam kategori pengetahuan baik, 8 siswa (14,8%) dalam kategori pengetahuan sedang, dan 5 siswa (9,3%) dalam kategori pengetahuan kurang.


(56)

6.2. Saran

1. Bagi siswa

Siswa-siswi SMP Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII tahun 2011 diharapkan agar meningkatkan pengetahuannya terhadap HIV/AIDS dan menjauhi perilaku-perilaku beresiko tinggi terjadinya penularan HIV/AIDS sehingga dapat mengurangi penyebarannya.

2. Bagi sekolah

Sekolah diharapkan agar dapat memberikan penyuluhan mengenai HIV/AIDS pada siswa-siswi di sekolah tersebut untuk meningkatkan pengetahuan mereka terhadap HIV/AIDS.

3. Bagi Peneliti

Penulis menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna dalam menggambarkan tingkat pengetahuan siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII tahun 2011 terhadap HIV/AIDS. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menyempurnakan penelitian ini. Peneliti merekomendasikan kepada peneliti selanjutnya, untuk meneliti tidak hanya tingkat pengetahuan saja, tetapi juga sikap dan perilaku siswa-siswi terhadap HIV/AIDS.


(57)

DAFTAR PUSTAKA

Baratawidjaja , KG & Rengganis , I 2010, Imunologi Dasar, 9th ed, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, p.479.

Bennet, N. J . , January 27, 2010 , HIV Disease – Overview , eMedicine . Available from http://emedicine.medscape.com/article/211316-overview. [ Accesed 28th February 2011]

Brooks, GF, Butel, JS & Morse, SA 2005, Mikrobiologi Kedokteran, 1st ed, Salemba Medika, Jakarta, p.292.

Budiarto, E 2002, Biostatistika, 1st ed, EGC, Jakarta, p.13.

Ditjen PPM & PL Depkes RI, 2010, Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia Dilapor s/d Maret 2010, Available from www.aidsindonesia.or.id/?fileid=41. [ Accesed 28th February 2011]

Debbie 2009, Lambang HIV/AIDS, Available from http:// www.referensi kesehatan.com/hiv/4287-Lambang-Hiv.html.

[ Accesed 24th November 2011]

Gunawan, SG 2007, Farmakologi Dan Terapi, 5th ed, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, p.638.

Imron, M 2010, Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan, 1st ed, Sagung Seto, Jakarta, p.155.

Junqueira, LC & Carneiro, J 2007, Histologi Dasar, 10th ed, EGC, Jakarta, p.251.


(58)

Kumar,V, Cotran, R & Robbins, S 2007, Buku Ajar Patologi, 7th ed, EGC, Jakarta, p.164 – 176.

Madyan, AS 2009, AIDS Dalam Islam, 1st ed, PT Mizan Pustaka, Bandung, p.46-47.

Merati, TP & Jauzi, S 2007, Ilmu Penyakit Dalam, 4th ed, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, p.272-276.

Mukhtar , Z, Haryuna , SH , Effendy, E, Rambe, AY, Betty & Zahara, D 2011, Desain Penelitian Klinis Dan Statistika Kedokteran , 1 st ed, USU Press, Medan, p.72 – 73.

Nasronudin 2007, HIV & AIDS, 2nd ed, Airlangga University Press, Surabaya, p.15-17, 20-21, 27-28, 31-37.

Notoatmodjo, S 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, 5th ed, PT Rineka Cipta, Jakarta, p.1-16, 120-121.

Oktarina 2007, Hubungan Antara Karakteristik Responden, Keadaan Wilayah Dengan Pengetahuan, Sikap Terhadap HIV/AIDS Pada Masyarakat Indonesia. Available from http:// whoindonesia. healthrepository. Org / bitstream/123456789/608/1/Oktarina%20%5Bet%20al.%5D%20%20Karakte ristik%20Responden...Terhadap%20HIV-AIDS.pdf. [ Accesed 25th November 2011]

Pratomo, H 1990, Pedoman Usulan Penelitian Bidang Kesehatan Masyarakat,

Depdikbud, Jakarta.


(59)

Pringgoutomo, S , Himawan, S & Tjarta, A 2006, Patologi Umum, 1sted, Sagung Seto, Jakarta, p.240.

Siswanto (2007), Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan HIV/AIDS Dengan Perilaku Seksual Pada Remaja Di Indonesia . Available from dinkeslebong. net / wpcontent / uploads / pdf_files/hubungan_hiv_perilaku_ seksual.pdf. [ Accesed 25th November 2011]

Soedarmo, SS, Garna, H, Hadinegoro, SR & Satari, HI 2010, Infeksi Dan Pediatri Tropis, 2nd ed, IDAI, Jakarta, p.243.

Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007 , Peningkatan Pengetahuan Dalam Rangka Menurunkan Kasus HIV/AIDS Di Sulawesi Selatan. Available fro

[ Accesed 25th November 2011]

Wijaya, Cindy 2010, Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Remaja Dalam Mencegah HIV/AIDS DI SMA Santo Thomas 1 Medan. Available from http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/16725.


(60)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Fadillah Akbar S

Tempat / Tanggal Lahir : Medan / 10 Agustus 1989 Agama : Islam

Alamat : Jalan Eka Rasmi, Perumahan Taman Eka Rasmi, No. B19 Medan

Telepon : 061-7862049 / 085275266131 Orang Tua : Ayah : Zainuddin Lubis

Ibu : Hasnia Erlinawaty Riwayat Pendidikan : 1. SD Negeri 2 Tasikmalaya

2. SMP Negeri 103 Jakarta 3. SMA Negeri 39 Jakarta Riwayat Pelatihan : -

Riwayat Organisasi : PHBI FK USU 2008

Pas Photo

3x4 cm


(61)

Pilihlah satu jawaban yang benar ! 1. Apakah AIDS itu ?

a. penyakit yang menyerang sistem pernapasan

b. penyakit yang menyerang sistem pencernaan

c. penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh d. penyakit yang menyerang

sistem metabolisme tubuh e. penyakit yang menyerang sistem genitourinari tubuh 2. Siapa saja yang bisa terkena

AIDS ?

a. siswa SMP b. guru

c. pekerja seks d. bandar narkoba e. semua orang 3. Apakah gambar simbol

solidaritas dari para penderita AIDS ?

a. jarum suntik b. tetesan darah c. silang merah d. pentagram e. pita merah

4. Apakah penyebab dari AIDS ? a. bakteri

b. virus c. jamur

d. keracunan makanan e. guna-guna

5. Dari jawaban di atas, ada berapa tipe penyebabnya?

a. 1 b. 2 c. 3

6. Dari jawaban di bawah ini, manakah yang merupakan cara penularan AIDS ?

a. Berpelukan b. berciuman

c. hubungan seksual d. masturbasi

e. berteman dengan PSK 7. Dari jawaban di bawah ini

manakah yang merupakan cara penularan AIDS ?

a. bersentuhan kulit b. transfusi darah

c. tukar-tukaran pakaian d. menggunakan jarum suntik e. menggunakan sabu-sabu 8. Apakah ibu hamil yang terkena

AIDS dapat menular kepada janin yang dikandungnya ? a. ya

b. tidak

9. Apakah AIDS dapat ditularkan melalui batuk/bersin ?

a. ya b. tidak

10. Apakah AIDS dapat ditularkan melalui penggunaan jarum suntik bersama ?

a. ya b. tidak

11. Apakah AIDS dapat ditularkan melalui ASI (Air Susu Ibu) ? a. ya


(62)

12. Dari jawaban di bawah,

manakah yang merupakan media penularan AIDS ?

a. air liur b. keringat c. air seni d. darah e. air mata

13. Dari jawaban di bawah ini, manakah tindakan untuk mencegah penularan AIDS? a. menjaga jarak dengan

penderita AIDS

b. menjaga kebersihan diri dan lingkungan

c. setia pada pasangan d. tidak menggunakan jarum

suntik

e. tidak menggunakan narkoba 14. Dari jawaban di bawah ini,

manakah usaha perlindungan diri untuk mencegah AIDS ? a. mengkonsumsi pil KB b. menggunakan kondom c. menggunakan obat anti

AIDS

d. mengikuti imunisasi AIDS e. menggunakan deodorant 15. Apakah dengan berolahraga dan

menkonsumsi makanan yang bergizi dapat mencegah AIDS ? a. ya

b. tidak

16. Apakah AIDS dapat disembuhkan ? a. ya

b. tidak

17. Dari jawaban di bawah ini, dimanakah pertama kali

ditemukan kasus AIDS di dunia ? a. Asia b. Amerika c. Australia d. Afrika e. Eropa

18. Dari jawaban di bawah ini, propinsi manakah pertama kali ditemukan kasus AIDS di Indonesia ?

a. Sumatra Utara b. Bali

c. DKI Jakarta d. Papua e. Banten

19. Apakah kepanjangan dari HIV ? a. Human Infection Vector b. Human Immunodeficiency

Virus

c. Host Immunodeficieny Vector

d. Host Infection Virus

20. Apakah kepanjangan dari AIDS ?

a. Asymptomatic Immune Deficiency Syndrome b. Assessment Immune

Deficiency Syndrome c. Acquired Immune

Deficiency Syndrome d. Absorption Immune

Deficiency Syndrome 21. Dari mana anda mendapat

informasi mengenai HIV/AIDS? a. buku

b. internet c. TV d. sekolah


(63)

(64)

(65)

(66)

(1)

Pertanyaan 5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid salah 24 44.4 44.4 44.4

benar 30 55.6 55.6 100.0

Total 54 100.0 100.0

Pertanyaan 6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid salah 9 16.7 16.7 16.7

benar 45 83.3 83.3 100.0

Total 54 100.0 100.0

Pertanyaan 7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid salah 33 61.1 61.1 61.1

benar 21 38.9 38.9 100.0

Total 54 100.0 100.0

Pertanyaan 8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid salah 7 13.0 13.0 13.0

benar 47 87.0 87.0 100.0


(2)

Pertanyaan 9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid salah 36 66.7 66.7 66.7

benar 18 33.3 33.3 100.0

Total 54 100.0 100.0

Pertanyaan 10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid salah 8 14.8 14.8 14.8

benar 46 85.2 85.2 100.0

Total 54 100.0 100.0

Pertanyaan 11

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid salah 14 25.9 25.9 25.9

benar 40 74.1 74.1 100.0

Total 54 100.0 100.0

Pertanyaan 12

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid salah 17 31.5 31.5 31.5

benar 37 68.5 68.5 100.0


(3)

Pertanyaan 13

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid salah 27 50.0 50.0 50.0

benar 27 50.0 50.0 100.0

Total 54 100.0 100.0

Pertanyaan 14

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid salah 29 53.7 53.7 53.7

benar 25 46.3 46.3 100.0

Total 54 100.0 100.0

Pertanyaan 15

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid salah 27 50.0 50.0 50.0

benar 27 50.0 50.0 100.0

Total 54 100.0 100.0

Pertanyaan 16

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid salah 18 33.3 33.3 33.3

benar 36 66.7 66.7 100.0


(4)

Pertanyaan 17

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid salah 33 61.1 61.1 61.1

benar 21 38.9 38.9 100.0

Total 54 100.0 100.0

Pertanyaan 18

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid salah 31 57.4 57.4 57.4

benar 23 42.6 42.6 100.0

Total 54 100.0 100.0

Pertanyaan 19

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid salah 13 24.1 24.1 24.1

benar 41 75.9 75.9 100.0

Total 54 100.0 100.0

Pertanyaan 20

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid salah 32 59.3 59.3 59.3

benar 22 40.7 40.7 100.0


(5)

Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan

Tingkat Pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid baik 19 35.2 35.2 35.2

sedang 26 48.1 48.1 83.3

kurang 9 16.7 16.7 100.0

Total 54 100.0 100.0

Jenis Kelamin * Tingkat Pengetahuan Crosstabulation

Tingkat Pengetahuan

Total baik sedang kurang

Jenis Kelamin laki-laki Count 9 17 6 32

% of Total 16.7% 31.5% 11.1% 59.3%

perempuan Count 10 9 3 22

% of Total 18.5% 16.7% 5.6% 40.7%

Total Count 19 26 9 54


(6)

Pekerjaan Orang Tua * Tingkat Pengetahuan Crosstabulation

Tingkat Pengetahuan

Total baik sedang kurang

Pekerjaan Orang Tua pegawai negeri Count 5 9 2 16

% of Total 9.3% 16.7% 3.7% 29.6%

pegawai swasta Count 6 4 4 14

% of Total 11.1% 7.4% 7.4% 25.9%

pensiunan Count 0 2 0 2

% of Total .0% 3.7% .0% 3.7%

wiraswasta Count 8 11 3 22

% of Total 14.8% 20.4% 5.6% 40.7%

Total Count 19 26 9 54

% of Total 35.2% 48.1% 16.7% 100.0%

Sumber Informasi * Tingkat Pengetahuan Crosstabulation

Tingkat Pengetahuan

Total baik sedang kurang

Sumber Informasi lain-lain Count 2 8 5 15

% of Total 3.7% 14.8% 9.3% 27.8%

media cetak Count 10 10 3 23

% of Total 18.5% 18.5% 5.6% 42.6%

media elektronik Count 4 8 1 13

% of Total 7.4% 14.8% 1.9% 24.1%

sekolah Count 3 0 0 3

% of Total 5.6% .0% .0% 5.6%

Total Count 19 26 9 54