Tingkat Pengetahuan Siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan Kelas VIII Terhadap Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAPZA Tahun 2011

(1)

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMP SWASTA

KRISTEN IMMANUEL MEDAN KELAS VIII

TERHADAP PENYALAHGUNAAN DAN

KETERGANTUNGAN NAPZA TAHUN 2011

Oleh :

ESANIKARUPPIAH JAGATHISEN

080100413

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMP SWASTA

KRISTEN IMMANUEL MEDAN KELAS VIII

TERHADAP PENYALAHGUNAAN DAN

KETERGANTUNGAN NAPZA TAHUN 2011

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

ESANIKARUPPIAH JAGATHISEN

080100413

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Tingkat Pengetahuan Siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan Kelas VIII Terhadap Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAPZA Tahun 2011

Nama : Esanikaruppiah Jagathisen NIM : 080100413

Medan, Januari 2012 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

( Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD – KGEH ) NIP: 19540220 198011 1 001

Pembimbing

( dr. Zairul Arifin, Sp.A, DAFK) NIP: 19460406 196902 1 001

Penguji I

( dr. Nurchaliza Siregar, Sp.M) NIP: 19700908 200003 2 001

Penguji II

( Nenni Dwi A. Lubis, SP, MSi) NIP: 19760410 200312 2 002


(4)

ABSTRAK

Penyalahgunaan dan ketergantungan narkotika, psikotropika dan zat adiktif (NAPZA) merupakan satu ancaman yang dapat menghancurkan generasi muda. Dalam DSM-IV-TR (The Diagnostic And Statistical Manual of Mental

Disorder’s,4th edition, Text Revision) seperti DSM-III dan DSM-IV,

ketergantungan dan penyalahgunaan kenyataannya merupakan manifestasi fisik dan psikologis dari penyakit akibat penggunaan obat-obatan yang terdiri dari dua kategori bahan yang menyebabkan ketergantungan dan bahan yang disalahgunakan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa-siswi Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII tahun 2011 mengenai penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA.

Hasil survei Badan Narkotika Nasional menunjukkan, prevalensi penyalahgunaan narkoba di lingkungan pelajar mencapai 4,7% dari jumlah pelajar dan mahasiswa atau sekitar 921.695 orang.

Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif, pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study dan pengambilan sampel dengan menggunakan teknik total sampling.

Dengan jumlah sampel sebanyak 54 orang, diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden terhadap penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA mayoritas berada pada kategori sedang, yaitu 46,3%, kategori baik dan kurang masing-masing 35,2% dan 18,5%.

Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan siswa-siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII terhadap penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA berada pada kategori sedang. Diharapkan pihak sekolah maupun petugas kesehatan dapat memberikan informasi dan materi pelajaran mengenai penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA yang diperlukan oleh siswa-siswi SMP Swasta Kristen Immanuel Medan. Kata kunci : tingkat pengetahuan, siswa SMP, penyalahgunaan/ ketergantungan NAPZA


(5)

ABSTRACT

Narcotics, psychotropic and addictive substances misuse and dependence are a threat to the future of younger generation. In DSM-IV-TR (The Diagnostic And Statistical Manual of Mental Disorders ,4th

This study was conducted to apprehend the adolescents’ knowledge towards substance abuse and dependence in SMP Swasta Kristen Immanuel Medan 8

edition, Text Revision) as DSM-III and DSM-IV, substance abuse and dependence are manifestations from physical and psychological illness due to usage of drugs which consist of substance abuse and substance dependence. Based on survey conducted by Badan Narkotika Nasional (BNN), the prevalence of drug misuse among students is 4,7 % from the total number of students which is 921.695 people.

th

This research was conducted with descriptive research method, the approach used in this study design was a cross sectional study and sampling by using total sampling technique.

grade in 2011.

With a total sample of 54 people, obtained the results of studies showing that the level of respondents knowledge on substance abuse and dependence majority are at average category that is 46,3%, good and less categories respectively 35,2% and 18,5%.

From these results, it can be concluded that knowledge of adolescents in SMP Swasta Kristen Immanuel Medan 8th grade in 2011 towards substance abuse and dependence is at average category. The authorized party is expected to provide information and learning materials on substance abuse and dependence of the students in SMP Swasta Kristen Immanuel Medan.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sebagai sarjana kedokteran program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Karya tulis ilmiah ini berjudul Tingkat Pengetahuan Siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan Kelas VIII Terhadap HIV/AIDS Tahun 2011. Dalam penyelesaian penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan rasa terima kasih kepada :

1. Bapak Prof.dr.Gontar Alamsyah Siregar,Sp.PD-KGEH, selaku dekan FK USU.

2. dr. Zairul Arifin, Sp.A, DAFK selaku dosen pembimbing, yang telah banyak memberikan arahan dan masukan kepada penulis, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik. Juga kepada dr. Nurchaliza Siregar, Sp.M dan Ibu Nenni Dwi A. Lubis, SP, MSi selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang membangun untuk penelitian ini.

3. dr. Dina Keumala Sari, SpGK yang telah menjadi dosen penasihat akademik penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada peneliti selama masa pendidikan. 5. Kedua orang tua penulis, yang tiada bosan-bosannya mendoakan serta

memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan. 6. Teman sejawat Juan Carson atas masukan dan bantuannya dalam

pengambilan data untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

7. Teman sejawat Fadillah Akbar S atas masukan dan bantuannya dalam pengambilan data untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.


(7)

8. Teman sejawat Justin Michal atas masukan dan bantuannya dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

9. Serta semua pihak baik langsung maupun tidak langsung yang telah memberikan bantuan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.

Kepada semua pihak tersebut, penulis ucapkan terima kasih. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu membalas semua kebaikan yang selama ini diberikan kepada penulis dan melimpahkan rahmat-Nya.

Cakupan belajar sepanjang hayat dan mengembangkan pengetahuan baru, dalam area kompetensi KIPDI-3, telah memotivasi penulis dalam melaksanakan penelitian yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan Kelas VIII Terhadap Penyalahgunaan Dan Ketergantungan NAPZA Tahun 2011” ini. Harapan penulis semoga penelitian ini mendapat persetujuan untuk pelaksanaan demi memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang ilmu kedokteran.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, 10 Desember 2011


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK……… ii

ABSTRACT………. iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABLE……… ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 2

1.3.Tujuan Penelitian ... 3

1.4.Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Pengetahuan ... 4

2.1.1 Definisi Pengetahuan ... 4

2.1.2 Tingkat Pengetahuan ... 4

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 5

2.2. NAPZA ... 5

2.2.1 Definisi NAPZA ... 5

2.2.2 Klasifikasi NAPZA ... 7

2.2.3 Heroin ... 8

2.2.4 Morfin ... 8


(9)

2.2.6 Ekstasi ... 9

2.2.7 Shabu-shabu ... 10

2.2.8 Tranquilizers dan Penenang Non Obat Tidur ... 10

2.2.9 Alkohol ... 11

2.3. Penyalahgunaan dan Ketergantungan Zat NAPZA ... 12

2.3.1 Penyalahgunaan Zat NAPZA ... 12

2.3.2 Ketergantungan Zat NAPZA ... 13

2.3.3 Perbedaan Antara Ketergantungan dan Penyalahgunaan ... 14

BAB 3. KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 16

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 16

3.2. Definisi Operasional ... 16

3.2.1 Variable Pengetahuan ... 16

3.2.2 Variable Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAPZA .. 17

BAB 4. METODE PENELITIAN ... 18

4.1. Jenis Penelitian ... 18

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 18

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 18

4.3.1 Populasi ... 18

4.3.2 Sampel ... 19

4.3.2.1 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 19

4.3.2.2 Besar Sampel ... 19

4.4. Teknik Pengambilan Data ... 19

4.4.1 Jenis Data ... 19

4.4.2 Cara Pengambilan Data ... 19

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 20

4.5.1 Pengolahan Data ... 20


(10)

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 22

5.1. Hasil Penelitian ... 22

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 22

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 23

5.1.3. Deskripsi Tingkat Pengetahuan ... 27

5.2. Pembahasan ... 29

5.2.1. Karakteristik Responden ... 29

5.2.2. Pengetahuan ... 30

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 34

6.1. Kesimpulan ... 34

6.2. Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Untuk Setiap

Pertanyaan ……… 20

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Dan Persentasi Karakteristik

Responden Menurut Jenis Kelamin………. 23 Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Dan Persentasi Karakteristik

Responden Menurut Pekerjaan Orang Tua………... 23 Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Dan Persentasi Karakteristik

Responden Menurut Sumber Informasi…………... 24 Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Jawaban Kuesioner

Responden………. 25

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat

Pengetahuan………... 26

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan

Responden Menurut Jenis Kelamin………... 27 Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan


(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Kuesioner

Lampiran 3 Surat Izin Survei Awal Penelitian Lampiran 4 Lembar Ethical Clearence Lampiran 5 Surat Izin Penelitian

Lampiran 6 Surat Keterangan Hasil Penelitian Lampiran 7 Lembar Penjelasan Penelitian Lampiran 8 Informed Consent

Lampiran 9 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 10 Master Data


(14)

ABSTRAK

Penyalahgunaan dan ketergantungan narkotika, psikotropika dan zat adiktif (NAPZA) merupakan satu ancaman yang dapat menghancurkan generasi muda. Dalam DSM-IV-TR (The Diagnostic And Statistical Manual of Mental

Disorder’s,4th edition, Text Revision) seperti DSM-III dan DSM-IV,

ketergantungan dan penyalahgunaan kenyataannya merupakan manifestasi fisik dan psikologis dari penyakit akibat penggunaan obat-obatan yang terdiri dari dua kategori bahan yang menyebabkan ketergantungan dan bahan yang disalahgunakan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa-siswi Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII tahun 2011 mengenai penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA.

Hasil survei Badan Narkotika Nasional menunjukkan, prevalensi penyalahgunaan narkoba di lingkungan pelajar mencapai 4,7% dari jumlah pelajar dan mahasiswa atau sekitar 921.695 orang.

Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif, pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study dan pengambilan sampel dengan menggunakan teknik total sampling.

Dengan jumlah sampel sebanyak 54 orang, diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden terhadap penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA mayoritas berada pada kategori sedang, yaitu 46,3%, kategori baik dan kurang masing-masing 35,2% dan 18,5%.

Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan siswa-siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII terhadap penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA berada pada kategori sedang. Diharapkan pihak sekolah maupun petugas kesehatan dapat memberikan informasi dan materi pelajaran mengenai penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA yang diperlukan oleh siswa-siswi SMP Swasta Kristen Immanuel Medan. Kata kunci : tingkat pengetahuan, siswa SMP, penyalahgunaan/ ketergantungan NAPZA


(15)

ABSTRACT

Narcotics, psychotropic and addictive substances misuse and dependence are a threat to the future of younger generation. In DSM-IV-TR (The Diagnostic And Statistical Manual of Mental Disorders ,4th

This study was conducted to apprehend the adolescents’ knowledge towards substance abuse and dependence in SMP Swasta Kristen Immanuel Medan 8

edition, Text Revision) as DSM-III and DSM-IV, substance abuse and dependence are manifestations from physical and psychological illness due to usage of drugs which consist of substance abuse and substance dependence. Based on survey conducted by Badan Narkotika Nasional (BNN), the prevalence of drug misuse among students is 4,7 % from the total number of students which is 921.695 people.

th

This research was conducted with descriptive research method, the approach used in this study design was a cross sectional study and sampling by using total sampling technique.

grade in 2011.

With a total sample of 54 people, obtained the results of studies showing that the level of respondents knowledge on substance abuse and dependence majority are at average category that is 46,3%, good and less categories respectively 35,2% and 18,5%.

From these results, it can be concluded that knowledge of adolescents in SMP Swasta Kristen Immanuel Medan 8th grade in 2011 towards substance abuse and dependence is at average category. The authorized party is expected to provide information and learning materials on substance abuse and dependence of the students in SMP Swasta Kristen Immanuel Medan.


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyalahgunaan dan ketergantungan narkotika, psikotropika dan zat adiktif (NAPZA) merupakan satu ancaman yang dapat menghancurkan generasi muda. Sampai saat ini belum semua orang memiliki kesadaran untuk memerangi penggunaan NAPZA, karena masih kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap bahaya penyalahgunaan NAPZA. Penyuluhan perlu dilakukan terutama pada anak-anak usia sekolah untuk mendidik masyarakat tentang bahaya penyalahgunaan NAPZA (Kaplan, 1991).

Pada saat ini anak-anak sekolah dasar sudah mengenal narkotika, oleh karena itu sudah saatnya bagi kita untuk mensosialisasikan bahaya narkotika ini di kalangan masyarakat. Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN), kasus pemakaian narkoba oleh pelaku dengan tingkat pendidikan SD hingga tahun 2007 berjumlah 12.305 kasus. Data ini begitu mengkhawatirkan karena seiring dengan meningkatnya kasus narkoba (khususnya di kalangan usia muda dan anak-anak), penyebaran HIV/AIDS semakin meningkat dan mengancam. Penyebaran narkoba menjadi makin mudah karena anak SD juga sudah mulai mencoba-coba mengisap rokok. Tidak jarang para pengedar narkoba memasukkan zat-zat adiktif (zat yang menimbulkan efek kecanduan) ke dalam lintingan tembakaunya dan akhirnya sampai pada stadium ketergantungan (dependence) (World Drug Report, 2010).

Dalam DSM-IV-TR (The Diagnostic And Statistical Manual of Mental

Disorder’s,4th edition, Text Revision) seperti DSM-III dan DSM-IV,

ketergantungan dan penyalahgunaan kenyataannya merupakan manifestasi fisik dan psikologis dari penyakit akibat penggunaan obat-obatan yang terdiri dari dua kategori bahan yang menyebabkan ketergantungan dan bahan yang disalahgunakan. Substance abuse atau penyalahgunaan obat-obatan adalah perilaku maladaptif. Penelitian telah menunjukkan lebih jauh lagi tentang ketergantungan obat-obatan daripada penggunaan obat-obatan (Leshner, 1999; Kalivas, 2003). Akibat dari penyalahgunaan NAPZA dapat terjadi gangguan


(17)

kesehatan jasmani, fungsi intelektual, kehidupan emosi dan sosial yang dapat merugikan keluarga dan masyarakat sekitar maupun negara (American Psychiatric

Association, 2000).

Prevalensi penggunaan NAPZA dari tahun ke tahun terus terjadi peningkatan sehingga dapat terlihat seperti fenomena gunung es (iceberg

phenomenon). Menurut data BNN, pada tahun 2009 terdapat 35.299 orang

tersangka korban narkoba. Dari status tersangka diputuskan sebagai terpidana kasus narkoba sebanyak 28.392 orang dan 9.661 terpidana kasus narkotika. Bila dilihat data yang ada, sekitar 86% penyalahgunaan narkotika justru usia produktif yang butuh upaya rehabilitasi. Untuk mengakomodasi hak atas rehabilitasi pecandu dan penyalahguna narkotika, BNN melalui Unit Terapi Rehabilitasi (Unitra) hanya memiliki tempat untuk pecandu dan penyalahguna maksimal menampung 500 orang dan pada tahun 2009 hanya 249 orang korban yang direhabilitasi di Unitra Lido. Padahal pecandu ada 3,6 juta pecandu (Badan Narkotika Nasional, 2009).

Hasil survei BNN menunjukkan, prevalensi penyalahgunaan narkoba di lingkungan pelajar mencapai 4,7% dari jumlah pelajar dan mahasiswa atau sekitar 921.695 orang. Kabid Pembinaan dan Pencegahan Badan Narkotika Provinsi Sumatera Utara menyatakan dari jumlah tersebut 61% di antaranya menggunakan narkoba jenis analgesic dan 39% jenis ganja, amphetamine, ekstasi dan lem. Berdasarkan data di atas, peneliti ingin mengkaji tingkat pengetahuan siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII terhadap penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana tingkat pengetahuan siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII terhadap penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA?


(18)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui tingkat pengetahuan siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII terhadap penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah:

1. Mengetahui tingkat pengetahuan siswa berdasarkan jenis kelamin.

2. Mengetahui tingkat pengetahuan siswa berdasarkan pekerjaan orang tua (sosio-ekonomi).

3. Mengetahui tingkat pengetahuan siswa berdasarkan sumber informasi.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah: 1. Bagi siswa

Hasil penelitian ini dapat menjadi refrensi siswa tentang bahaya penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA.

2. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini sebagai sarana informatif bagi pihak sekolah untuk mendidik siswa dan mengadakan penyuluhan supaya siswa tidak terlibat dalam penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA.

3. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat memperdalam pengetahuan penulis tentang NAPZA dan memberi pengalaman nyata untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa tentang penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

2.1.1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek, baik malalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba (Notoatmodjo, 2003).

2.1.2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan mempunyai enam tingkatan,yaitu: 1. Tahu (know).

Tahu adalah suatu keadaan dimana seseorang dapat mengingat sesuatu yang telah dipelajari sebelumnya.Tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2. Paham (comprehension).

Paham diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang mampu menjelaskan dengan benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (application).

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

4. Analisis (analysis).

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu objek ke dalam komponen-komponen yang masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain, misalnya mengelompokkan dan membedakan. 5. Sintesis (synthesis).

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru.


(20)

6. Evaluasi (evaluation).

Evaluasi adalah suatu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek (Notoatmodjo, 2003).

2.1.3. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) dan Widianti (2007), pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain. Pengalaman yang diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang.

2. Secara umum orang yang berpendidikan lebih tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih luas daripada orang yang berpendidikan lebih rendah.

3. Biasanya keyakinan diperoleh secara turun-menurun baik keyakinan yang positif maupun keyakinan yang negatif, tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.

4. Fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah majalah, radio, koran, televisi, buku, dan lain-lain.

5. Penghasilan tidak berpengaruh secara langsung terhadap pengetahuan seseorang. Namun, jika seseorang berpenghasilan cukup besar, maka dia mampu menyediakan fasilitas yang lebih baik.

6. Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

2.2. NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif) 2.2.1. Definisi NAPZA

NAPZA terdiri dari narkotika, psikotropika dan zat adiktif. Narkotika disebut juga sebagai obat-obatan yang dipakai sebagai anestesi sehingga dapat mengakibatkan hilangnya kesadaran karena mempengaruhi sistem susunan saraf pusat. Menurut Undang-Undang No. 22 tahun 1997, narkotika merupakan obat yang berasal dari tanaman yang dapat menyebabkan hilang kesadaran dan dapat


(21)

menimbulkan ketergantungan. Narkotika golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak ditujukan untuk terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi menimbulkan ketergantungan. Contohnya adalah heroin dan ganja. Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki khasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contohnya adalah morfin dan petidin (

Menurut Undang-Undang No. 5 tahun 1997, psikotropika merupakan zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku seseorang (Parapat, 2002). Psikotropika golongan I hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contohnya adalah ekstasi, shabu, dan LSD (lysergic acid

diethylamide). Psikotopika golongan II adalah berkhasiat pengobatan dan dapat

digunakan dalam terapi, dan/atau tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi yang kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya adalah amfetamin, metilfenidat atau ritalin.

Parapat, 2002).

Psikotropika golongan III adalah berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/ atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contohnya adalah pentobarbital dan flunitrazepam. Psikotropika golongan IV berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/ atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya adalah diazepam, fenobarbital, nitrazepam dan klonazepam. Zat adiktif adalah bahan yang dapat menimbulkan kerugian bagi seseorang yang menggunakannya akibat timbulnya ketergantungan psikis seperti golongan alkohol, nikotin dan sebagainya (Susilo, 1993).


(22)

2.2.2. Klasifikasi NAPZA

Pengolongan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lain menurut Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) didasarkan atas pengaruhnya terhadap tubuh manusia.

1. Opiates (opiat).

Opiod mengurangi rasa nyeri dan menyebabkan mengantuk atau turunya kesadaran. Contohnya adalah opium, morfin, heroin dan petidin.

2. Ganja.

Ganja menyebabkan perasaan riang, meningkatkan daya khayal dan berubahnya perasaan waktu.

3. Kokain.

Kokain dan daun koka tergolong dalam stimulan meningkatkan aktivitas otak atau fungsi organ lain.

4. Golongan amfetamin (stimulan).

Contohnya adalah amfetamin, ekstasi dan shabu. 5. Alkohol.

Alkohol terdapat dalam minuman keras menyebabkan ataxia. 6. Halusinogen.

Menyebabkan halusinasi (khayalan). Contohnya (lysergic acid diethylamide). 7. Sedativa dan hipnotika.

Obat penenang atau obat tidur. 8. Solvent dan inhalasi.

Gas atau uap yang dihirup. Contohnya tiner dan lem. 9. Nikotin.

Terdapat pada tembakau (termasuk stimulan). 10.Kafein (stimulansia).

Terdapat dalam kopi, berbagai jenis obat penghilang rasa sakit atau nyeri dan minuman cola (WHO, 2011).


(23)

2.2.3. Heroin

Narkotika yang paling sering disalahgunakan oleh para remaja usia sekolah, zat ini sangat adiktif mempengaruhi otak sehingga menghasilkan efek yang menyenangkan dan menghilangkan rasa nyeri. Di Indonesia, heroin juga dikenal dengan nama putaw. Penggunaannya secara injeksi intavena, intramuskuler dan dihisap dengan pipa. Heroin berasal dari opium atau opiat yang dihasilkan langsung oleh tanaman bernama poppy /papaver somniferum dimana di dalam bentuk bubuk tersebut mengandung morfin yang sangat baik untuk menghilangkan rasa sakit dan kodein yang bertindak sebagai obat antitusif. Opiat dibagaikan kepada tiga kelompok besar yaitu opiat alamiah yang terdiri daripada morfin dan kodein, opiat semi sintetik yang terdiri daripada morfin/putaw dan hidromorfin dan seterusnya opiat sintetik yang terdiri daripada metadon dan meperidin (Harahap, 2001).

Efek dari heroin seperti mengalami euforia, panas pada kulit, mulut kering, anggota badan terasa berat dan fungsi mental terganggu karena depresi susunan saraf pusat. Orang yang ketergantungan pada heroin akan menimbulkan kesan negatif seperti rasa mual disebabkan oleh efek euforia yang berlebihan dan jika seseorang mengalami putus obat akan mengalami reaksi fisik dan psikologis yang tidak menyenangkan. Saat gejala putus obat terjadi, akan terjadi penyakit yang berupa flu berat dengan mata selalu berair, hidung meler, demam tinggi, denyut jantung meningkat dan menganggu metabolisme serta menyebabkan rasa sakit pada setiap anggota tubuh, dan mungkin menimbulkan delirium dan halusinasi (Preda, 2011).

2.2.4. Morfin

Biasanya terdapat dalam opium. Efeknya meningkatkan ambang nyeri, sehingga merasa bebas dari nyeri, menyebabkan letargi, dan tertidur. Kelompok opiat ini bekerja pada reseptor mu1 yang menyebabkan efek analgesik, euforia dan hipotermia, pada reseptor mu2 menyebabkan bradikardi, depresi pernafasan miosis dan euforia, pada reseptor delta menyebabkan depresi napas dan


(24)

pernafasan, Efek sentral menekan pusat pernafasan menyebabkan terganggu respirasi sampai terjadi hipoksia (Stephens, 2010).

2.2.5. Ganja

Sering dikenal dengan nama lain seperti, gele, marijuana dan sebagainya, biasanya dihisap dari gulungan yang menyerupai rokok atau dengan mengunakan pipa rokok. Ganja mengandung sejenis bahan kimia yang disebut

delta-9-tetrahydrocannabinol (THC) yang bisa mempengaruhi suasana hati dan

mempengaruhi cara orang tersebut melihat dan mendengar hal-hal disekitarnya.

Penggunaan ganja akan mengalami gejala psikologik yaitu euforia, halusinasi penglihatan dan lebih senang menyendiri. Gejala fisik yang terlihat seperti konjungtiva kemerahan, nafsu makan meningkat, mulut dan kerongkongan terasa kering dan frekeunsi denyut jantung meningkat. Marijuana dan ganja sering diklasifikasikan sebagai halusinogen. Ini karena efeknya menimbulkan halusinasi dan memiliki efek antidepresan yang mempengaruhi sistem saraf. Dalam perawatan medis, marijuana digunakan pada penderita kanker yang menjalani kemoterapi untuk menurunkan rasa jijik dan mual serta meningkatkan selera makan (Hawari, 2002).

Efek psikofarmakologis dari ganja dapat menyebabkan gangguan fungsi psikomotorik lainnya dan ketergantungan psikis yang sangat hebat (Joewana, 1989).

2.2.6. Ekstasi

Dikenal dengan berbagai jenis ada yang berbentuk tablet dan berbentuk kapsul. Ekstasi merupakan salah satu jenis amfetamin yang nama generiknya adalah D-pseudo epinefrin. Bentuk amfetamin adalah berbentuk bubuk warna putih dan keabuan digunakan dengan cara menghirup atau dengan menelan tablet atau kapsul. Terdapat dua jenis amfetamin yaitu MDMA (methylene dioxy

methamphetamine) dan methamfetamin ice. Ekstasi termasuk dalam golongan

MDMA. Amfetamin menekan nafsu, oleh karena itu dapat digunakan oleh orang yang memiliki masalah berat. Ketika memakai amfetamin dalam dosis kecil untuk


(25)

waktu singkat dapat meningkatkan koordinasi gerakan. Efek samping dari penggunaan amfetamin terhadap fisik meliputi tekanan darah tinggi, kecepatan detak jantung, demam, sakit kepala, tremor, dan rasa mual. Secara psikologis, si pemakai merasa resah, mudah tersinggung, bermusuhan, bingung, bersemangat atau dalam waktu yang singkat sangat gembira (Kaplan Sadock, 1991). Penyalahgunaan amfetamin dapat menyebabkan kerusakan parah pada otak dibandingkan heroin, kokain dan alkohol (Volkow et al. ,2001).

Efek dari ekstasi adalah seperti timbul rasa gembira secara berlebihan, hiperaktif, rasa percaya diri meningkat, mengalami halusinasi penglihatan, berkeringat secara berlebihan, nafsu makan berkurang, mual dan muntah. Pemakaian ekstasi seperti timbul rasa gembira secara berlebihan, melampaui batas kemampuan seseorang (Handly, 2009).

2.2.7. Shabu-shabu

Psikotropika jenis ini mengandung methil amfetamin berbentuk kristal putih. Biasanya dihisap dengan menggunakan botol kaca yang khusus disebut

bong dan asapnya dihirup. Efek yang dapat terlihat seperti badan atau fisik merasa

lebih kuat dan energik (meningkatkan stamina), hiperaktif, rasa percaya diri meningkat, nafsu makan menurun, badan kurus, susah tidur, tekanan darah meningkat dan mengalami gangguan interaksi sosial dan pekerjaan (Salomone, 2009).

2.2.8. Tranquilizers dan Penenang Non Obat Tidur

Semua obat yang termasuk dalam golongan tranquilizers (obat penenang) mempunyai permasalahan utama seperti obat tidur. Obat-obat ini dapat membuat kecanduan dan mempunyai efek samping yang serius meliputi rasa ngantuk, kesulitan bernapas, dan lemas serta kesulitan fungsi intelektual. Pada orang yang lebih tua, mereka peka sekali terhadap bahaya tranquilizers dan obat tidur penenang karena mereka dapat mengalami gangguan pernafasan dan menderita kelainan pada ginjal dan juga penyakit hepar. Dalam dosis tinggi dengan jangka


(26)

depresi tinggi. Seseorang yang menggunakan obat-obatan pada awalnya hanya untuk kelegaan. Setelah memakai selama dua minggu, bagaimanapun toleransi meningkat dan dosis yang biasa tidak dapat membuat tidur malam menjadi nyenyak (West, 2011).

Pemakaian obat tidur pada orang yang mengalami sulit tidur lama-kelamaan menjadi buruk karena pemakaian obat tidur secara terus-menerus menyebabkan insomnia, pola kegelisahan dan gangguan tidur yang tidak nyenyak. Selain itu, obat-obat ini menindas cepat pergerakan tidur mata (rapid eye

movement/REM) tingkatan dalam tidur dimana terjadi mimpi. Jika dalam satu

minggu atau lebih mengalami pengaruh tidur dan pengguna mencoba untu tidur tanpa menggunakan obat, mereka seolah mengalami suatu pantulan kembali seperti keresahan bermimpi, mimpi buruk dan kegelisahan tidur yang luar biasa.

Tranquilizers juga digunakan untuk kecemasan umum seperti tekanan pekerjaan

dan stress berat dalam sebuah lingkungan (Brenner, 2009).

2.2.9. Alkohol

Alkohol adalah zat yang paling sering disalahgunakan manusia. Alkohol diperoleh atas peragian/fermentasi madu, gula, sari buah atau umbi-umbian. Dari peragian tersebut dapat diperoleh alkohol sampai 15% tetapi dengan proses penyulingan (destilasi) dapat dihasilkan kadar alkohol yang lebih tinggi bahkan mencapai 100%. Kadar alkohol dalam darah maksimum dicapai 30-90 menit. Setelah diserap, alkohol/etanol disebarluaskan ke suluruh jaringan dan cairan tubuh. Dengan peningkatan kadar alkohol dalam darah orang akan menjadi euforia, namun dengan penurunannya orang tersebut menjadi depresi. Ada 3 golongan minuman berakohol yaitu golongan A; kadar etanol 1%-5% (bir), golongan B; kadar etanol 5%-20% (anggur/wine) dan golongan C; kadar etanol 20%-45% (

Efek yang ditimbulkan setelah mengkonsumsi alkohol dapat dirasakan segera dalam waktu beberapa menit saja, tetapi efeknya berbeda-beda, tergantung dari jumlah / kadar alkohol yang dikonsumsi. Dalam jumlah yang kecil, alkohol menimbulkan perasaan relaks dan pengguna akan lebih mudah mengekspresikan


(27)

emosi, seperti rasa senang, rasa sedih dan kemarahan. Bila dikonsumsi berlebihan, akan muncul efek sebagai berikut: merasa lebih bebas lagi mengekspresikan diri, tanpa ada perasaan terhambat menjadi lebih emosional (sedih, senang, marah secara berlebihan); muncul akibat ke fungsi fisik - motorik, yaitu bicara cadel, pandangan menjadi kabur, sempoyongan, inkoordinasi motorik dan bisa sampai tidak sadarkan diri. Kemampuan mental mengalami hambatan, yaitu gangguan untuk memusatkan perhatian dan daya ingat terganggu. Pengguna biasanya merasa dapat mengendalikan diri dan mengontrol tingkah lakunya. Pada kenyataannya mereka tidak mampu mengendalikan diri seperti yang mereka sangka mereka bisa. Oleh sebab itu banyak ditemukan kecelakaan mobil yang

disebabkan karena mengendarai mobil dalam keadaan mabuk (Larson, 2010).

Pemabuk atau pengguna alkohol yang berat dapat terancam masalah kesehatan yang serius seperti radang usus, penyakit hati dan kerusakan otak. Kadang-kadang alkohol digunakan dengan kombinasi obat-obatan berbahaya lainnya, sehingga efeknya jadi berlipat ganda. Bila ini terjadi, efek keracunan dari penggunaan kombinasi akan lebih buruk lagi dan kemungkinan mengalami over dosis akan lebih besar

2.3. Penyalahgunaan dan Ketergantungan Zat NAPZA

(National Institute on Alcohol Abuse and Alcoholism, 2010).

2.3.1. Penyalahgunaan Zat NAPZA

Penyalahgunaan zat adalah suatu kelainan yang menunjukkan jiwa tidak lagi berfungsi secara wajar sehingga terjadi perilaku maladaptif dan negatif dalam masyarakat. Ketidakmampuan untuk mengendalikan atau menghentikan pemakaian zat menimbulkan gangguan fisik yang hebat jika dihentikan. Penyalahgunaan zat tidak saja berbahaya dan merugikan keluarga serta menimbulkan dampak soasial yang luas. Masalah ketergantungan obat terutama disebabkan oleh golongan opiat, morphin, hipnotik sedatif dan minor


(28)

Dewasa ini ada kecenderungan untuk menyalahgunakan zat ganda (Poly

drugs abuser). Menurut WHO, bahwa ketergantungan obat tidak hanya karena

satu sebab melainkan terdapat berbagai faktor yang paling berinteraksi. Ini adalah gangguan kepribadian dengan diketahui adanya risiko jangka panjang yang merugikan. Ini adalah manifestasi upaya mengatasi stres psikis, sosial dan ekonomi, depresi, kecemasan kronis dan gangguan psikiatri lain. Semua sebagai manifestasi dari perlawanan terhadap nilai dari perlawanan terhadap nilai sosial yang konvensional, tekanan sosial budaya, dan peran keluarga (Joewana, 1989). Penyalahgunaan zat adalah pemakaian zat atau obat di luar indikasi medik tanpa petunjuk atau resep dokter, digunakan untuk pemakaian sendiri secara teratur atau berkala, sekurang-kurangnya selama satu bulan dan dapat menciptakan keadaan yang tak terkuasai oleh individu. Pemakaian zat merupakan suatu pola gangguan zat yang bersifat patologik sehingga menimbulkan gangguan fungsi sosial (Brannon, 2010).

2.3.2. Ketergantungan Zat NAPZA

Ketergantungan zat adalah suatu keadaan mental maupun fisik yang diakibatkan oleh adanya interaksi antara organisme hidup dan zat. Kondisi ini memiliki tanda-tanda tingkah laku yang menimbulkan reaksi tertentu seperti dorongan untuk mempergunakan obat secara periodik atau kontinu.

Secara umum ketergantungan zat (NAPZA) dapat dibagi tiga yaitu ketergantungan primer, ketergantungan reaktif dan ketergantungan simptomatis. 1. Ketergantungan primer.

Biasanya terjadi pada orang dengan kepribadian yang tidak stabil, ditandai dengan adanya kecemasan dan depresi.

2. Ketergantungan reaktif.

Biasanya terjadi pada remaja, karena adanya dorongan keingintahuan, bujukan dan rayuan teman, jebakan dan tekanan serta pengaruh teman sebaya.


(29)

3. Ketergantungan simptomatis.

Sebagai salah satu gejala tipe kepribadian yang mendasarinya pada umumnya terjadi pada orang dengan kepribadian anti sosial (psikopat) dan pemakaian zat itu untuk kesenangan semata (Griswold, 2008).

2.3.3. Perbedaan Antara Ketergantungan dan Penyalahgunaan

Dalam DSM-IV-TR seperti DSM-III dan DSM-IV, ketergantungan dan penyalahgunaan kenyataanya merupakan manifestasi fisik dan psikologis dari penyakit akibat penggunaan obat-obatan yang terdiri dari dua kategori bahan yang menyebabkan ketergantungan dan disalahgunakan. Kedua masalah tersebut dimasukkan ke dalam kriteria behavioural/perilaku. Dengan kata lain, masalahnya bukan pada obat-obatan tersebut, tapi pada cara orang yang memakai obat-obatan tersebut. Faktanya bahwa seseorang yang memakai obat-obatan (legal/illegal) tidak mengindikasikan menyebabkan kecanduan atau ketagihan.

Seseorang dapat dikategorikan substance dependence atau ketergantungan obat-obatan jika memenuhi 3 kriteria dari 7 kriteria berikut ini. Kriteria-kriteria di bawah ini mempunyai reflek yang mendorong untuk menggunakan obat dan kehilangan kontrol.

Kriteria-kriteria itu antara lain: 1. Selalu memikirkan tentang obat.

2. Pemakaian obat secara berlebihan yang tidak disengaja. 3. Toleransi.

4. Kemunduran.

5. Keinginan terus-menerus atau usaha untuk mengontrol penggunaan obat-obatan.

6. Tidak melakukan kegiatan sosial.

7. Terus memakai obat-obatan, meskipun terkena penyakit yang disebabkan memakai obat-obatan tersebut.

Substance abuse atau penyalahgunaan obat-obatan adalah perilaku


(30)

jauh lagi tentang ketergantungan obat-obatan daripada menggunakan banyak obat. Berdasarkan DSM-IV-TR, seseorang dapat dikategorikan substance abuse atau penyalahgunaan bahan, jika dia menunjukkan salah satu dari karakteristik berikut ini:

1. Sering melanggar peraturan atau melalaikan kewajiban (contoh: bolos sekolah, melantarkan anak).

2. Sering menggunakan obat-obatan pada saat situasi berbahaya (contoh: menyetir mobil sambil mabuk).

3. Obat-obatan yang berhubung dengan masalah legal (contoh: penangkapan karena perilaku buruk).

4. Terus-menerus menggunakan obat, meskipun ada masalah pribadi atau masalah sosial yang diakibatkan oleh obat (contoh: pertengkaran rumah tangga) (Vanyukov, 2002).


(31)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Tingkat Pengetahuan

• Jenis kelamin

• Pekerjaan orang tua

• Sumber informasi

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Variabel dan Definisi Operasional 3.2.1. Variabel Pengetahuan

Definisi Operasional: Pengetahuan adalah segala informasi yang diketahui

(hasil tahu) siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan Kelas VIII, mengenai NAPZA (narkotika, psikotopika, zat adiktif) dan penyalahgunaan zat.

Cara Ukur: Pengukuran dilakukan dengan cara angket.

Alat Ukur: Pengukuran dilakukan menggunakan kuesioner melalui

pertanyaan dalam bentuk pertanyaan tertutup. Jumlah pertanyaan sebanyak 20 pertanyaan dimasukkan ke dalam kuesioner untuk menguji tingkat pengetahuan siswa.

Hasil ukur: Hasil ukur didapatkan dari 20 pertanyaan tersebut dengan nilai

maksimum 20. Jika jawaban benar, diberi nilai 1 dan jika jawaban salah, diberi nilai 0. Pengetahuan responden kemudian dikategori menjadi tiga kelompok yaitu, baik, sedang, dan rendah dengan perinician nilai seperti berikut (Pratomo,1990) :

NAPZA

• Penyalahgunaan


(32)

1. Kategori baik apabila responden mempunyai skor > 80% atau mempunyai nilai skor>16.

2. Kategori sedang apabila responden mempunyai skor 40-75% atau mempunyai nilai total skor 8-15.

3. Kategori rendah apabila responden mempunyai skor 0-35% atau mempunyai total nilai skor 0-7.

Skala ukur: Ordinal.

3.2.2. Variabel Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAPZA

Penyalahgunaan NAPZA adalah suatu kelainan yang menunjukkan jiwa tidak lagi berfungsi wajar sehingga terjadi perilaku maladaptif dan negatif dalam masyarakat.

Ketergantungan NAPZA adalah suatu keadaan mental maupun fisik yang diakibatkan oleh adanya interaksi antara organisme hidup dan zat.


(33)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan penelitian deskriptif. Tujuan digunakannya rancangan deskriptif dalam penelitian ini adalah untuk menggambarkan tingkat pengetahuan siswa-siswi di Sekolah SMP Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII tentang bahaya narkotika tahun 2011. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan cross sectional (potong lintang) dimana pengambilan data dilakukan hanya sekali bagi tiap subyek pada saat pengumpulan data.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah SMP Swasta Kristen Immanuel Medan. Alasan memilih lokasi penelitian adalah sebagai berikut:

1. Sekolah SMP Swasta Kristen Immanuel Medan berada di tengah kota sehingga peneliti mengasumsikan bahwa kemungkinan responden memperoleh informasi lebih cepat mengenai NAPZA.

2. Belum pernah dilakukan penelitian tentang tingkat pengetahuan siswa tentang bahaya NAPZA di sekolah tersebut.

Waktu pengambilan data dilakukan pada semester VII yaitu antara Oktober hingga November 2011.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

Populasi penelitian adalah seluruh siswa-siswi di Sekolah SMP Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII pada tahun 2011. Populasi berjumlah 58 orang siswa-siswi kelas VIII yang terdaftar di SMP tersebut.


(34)

4.3.2. Sampel

4.3.2.1.Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Sampel penelitian ini adalah siswa Sekolah SMP Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII.

1. Kriteria Inklusi.

a. Siswa-siswi Sekolah SMP Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII tahun ajaran 2011/2012.

b. Responden bersedia dan menjawab kuesioner dengan lengkap. 2. Kriteria Eksklusi.

Responden tidak hadir saat penelitian dengan alasan apapun.

4.3.2.2.Besar Sampel

Besar sampel pada penelitian ini adalah seluruh populasi siswa-siswi SMP Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII tahun 2011 yang hadir saat penelitian yang berjumlah 54 orang, terdapat 4 orang yang tidak hadir dikarenakan sakit dan keluar kota. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode total sampling (Notoatmodjo, 2010).

4.4. Teknik Pengambilan Data 4.4.1. Jenis Data

Jenis data adalah data primer. Data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian dengan pengambilan data langsung pada subyek sebagai sumber informasi (Budiarto, 2002)

4.4.2. Cara Pengumpulan Data

Responden pada penelitian ini adalah siswa-siswi SMP Swasta Kristen Immanuel Medan Kelas VIII yang telah terpilih sebagai sampel. Siswa-siswi tersebut dibagikan kuesioner yang akan mereka jawab untuk mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan pengetahuan mereka tentang bahaya penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA.


(35)

4.4.3. Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Kuesioner yang dipergunakan dalam penelitian ini telah diuji validitas dan reliabilitasnya dengan menggunakan teknik korelasi “product moment” dan uji Cronbach (Cronbach Alpha) dengan menggunakan program SPSS versi 17.0. Sampel yang digunakan dalam uji validitas ini memiliki karakter yang hampir sama dengan sampel dalam penelitian ini. Jumlah sampel dalam uji validitas dan reliabilitas ini adalah sebanyak 20 orang. Hasil uji validitas dan reliabiltas dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reliablitas Kuesioner

Variabel No. Total Pearson Correlation

Status Alpha Status

Pengetahuan 1 0.477 Valid 0.749 Reliable

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 0.524 0.735 0.667 0.663 0.527 0.535 0.831 0.524 0.586 0.622 0.573 0.509 0.548 0.490 0.499 0.625 0.501 0.583 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Reliable Reliable Reliable Reliable Reliable Reliable Reliable Reliable Reliable Reliable Reliable Reliable Reliable Reliable Reliable Reliable Reliable Reliable


(36)

4.5. Pengolahan dan Analisis Data 4.5.1. Pengolahan Data

Data dari angket akan diperiksa silang (cross-checked) oleh supervisor (peneliti) di lapangan.Setiap ketidakkonsistenan atau ketidaklengkapan informasi akan diperbaiki sebelum meninggalkan lokasi penelitian. Kuesioner yang lengkap akan diteliti dan dimasukkan ke dalam komputer oleh programmer (peneliti). Pada proses pemasukan data, akan dilakukan pengecekan ganda oleh tenaga entry

data dan analisis tingkat pengetahuan siswa tentang bahaya NAPZA dilakukan

secara deskriptif dengan menggunakan bantuan program SPSS (Statistical

Package for the Social Sciences) for Windows 17.0 dan disajikan dalam bentuk

tabel.

4.5.2. Analisis Data

Analisis dilakukan dengan metode analisis univariat. Analisis univariat dilakukan pada variabel tingkat pengetahuan untuk memperoleh gambaran distribusi dalam bentuk tabel frekuensi dan persentase (Imron, 2010).


(37)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai tingkat pengetahuan siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII terhadap penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA, dimana penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Oktober-November 2011. Penelitian ini diikuti 54 siswa-siswi yang hadir dan bersedia mengikuti penelitian dan menjawab dengan lengkap seluruh pertanyaan yang tertuang dalam kuesioner yang dibagikan.

Selain menjawab pertanyaan penelitian mengenai pengetahuan terhadap penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA, dalam bab ini juga dijabarkan deskripsi lokasi penelitian dan deskripsi karakteristik responden yang berada di SMP Swasta Kristen Immanuel Medan.

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di SMP Swasta Kristen Immanuel Medan. SMP ini berada di pusat kota yang bertempat di Jalan Slamat Riyadi No. 1, Kelurahan Madras Hulu, Kecamatan Medan Polonia. SMP ini memiliki 6 ruang kelas ruang laboratorium, perpustakaan, aula serba guna, studio musik, halaman/lapangan olah raga, kantin, ruang tata usaha, ruang guru dan ruang kepala sekolah. Kelas VIII yang menjadi sampel dalam penelitian ini terdiri atas dua kelas. SMP Swasta Kristen Immanuel Medan mempunyai batas-batas sebagai berikut :

a. Sebelah utara berbatasan dengan Hotel Tiara,

b. Sebelah timur berbatasan dengan Gereja HKBP Soedirman, c. Sebelah barat berbatasan dengan Perumahan penduduk , d. Sebelah selatan berbatasan dengan Hotel Polonia.


(38)

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini, responden yang diteliti sebanyak 54 siswa kelas VIII SMP Swasta Kristen Immanuel Medan, masih berstatus pelajar dan aktif bersekolah. Gambaran karakteristik responden yang diamati meliputi jenis kelamin, sosio-ekonomi, dan sumber informasi para siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan. Data lengkap mengenai karakteristik responden tersebut dapat dilihat pada tabel-tabel yang ada di bawah ini.

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persen (%)

Laki-laki 32 59,3

Perempuan 22 40,7

Total 54 100

Berdasarkan Tabel 5.1. di atas, diketahui bahwa jumlah siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII pada tahun 2011 sebanyak 54 siswa, dengan jumlah siswa laki-laki sebanyak 32 responden (59,3%) dan jumlah siswa perempuan sebanyak 22 responden(40,7%).

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Karakteristik Responden Menurut Pekerjaan Orang Tua (Sosio-ekonomi)

Pekerjaan Orang Tua Frekuensi (n) Persen (%)

Pegawai Negeri 16 29,6

Pegawai Swasta 14 25,9

Wiraswasta 22 40,7

Pensiunan 2 3,7


(39)

Berdasarkan Tabel 5.2. di atas, diketahui bahawa orang tua responden paling banyak bekerja sebagai wiraswasta yaitu sebanyak 22 orang (40,7%) sedangkan paling sedikit bekerja sebagai pensiunan yaitu sebanyak 2 orang (3,7%) .

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Karakteristik Responden Menurut Sumber Informasi

Sumber Informasi Frekuensi (n) Persen (%)

Sekolah 5 9,3

Media cetak 19 35,2

Media elektronik 11 20,4

Lain-lain 19 35,2

Total 54 100

Berdasarkan Tabel 5.3. diatas, diketahui bahawa rata-rata responden mendapat sumber informasi dari media cetak dan lain-lain yang terdiri dari organisasi intra sekolah, orang tua dan teman yaitu sebanyak 19 orang (35,2%) sedangkan yang paling rendah adalah dari sekolah sebanyak 5 orang (9,3%).

5.1.3. Deskripsi Tingkat Pengetahuan

Pada penelitian ini, dalam lembar kuesioner penelitian terdapat 20 pertanyaan mengenai pengetahuan siswa terhadap penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA. Pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam kuesioner tersebut telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Data lengkap distribusi frekuensi jawaban kuesioner responden dapat dilihat pada Tabel 5.4. di bawah ini.


(40)

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Jawaban Kuesioner Responden

No Pertanyaan

Jawaban Responden Benar Salah

n % n %

1 Pengertian NAPZA 49 90,7 5 9,3

2 Apa kesan NAPZA pada prestasi akademik 46 85,2 8 14,8 3 Apa bahan yang terdiri NAPZA 47 87,0 7 13,0 4 Apa kesan pengambilan alkohol jangka lama 31 57,4 23 42,6 5 Apa masalah kesehatan akibat alkohol 41 75,9 13 24,1

6 Apa jenis minuman alkohol 44 81,5 10 18,5

7 Mengapa siswa ambil alkohol 41 75,9 13 24,1

8 Apa kesan pengambilan ganja 42 77,8 12 22,2

9 Apa bentuk shabu-shabu 40 74,1 14 25,9

10 Apa kesan pengambilan shabu 28 51,9 26 48,1

11 Apa itu transqulizers 37 68,5 17 31,5

12 Apa cara invasif 40 74,1 14 25,9

13 Apa perkongisan jarum bisa akibatkan HIV 40 74,1 14 25,9 14 Apa NAPZA akibatkan gangguan social 37 68,5 17 31,5 15 Apa maksud penyalahgunaan NAPZA 33 61,1 21 38,9 16 Apa maksud ketergantungan NAPZA 32 59,3 22 40,7 17 Apa penyalahgunaan akibatkan ketergantungan 43 79,6 11 20,4 18 Apa ketergantungan pada pengguna NAPZA 34 63,0 20 37,0 19 Apa kesan ketergantungan NAPZA 27 50,0 27 50,0 20 Apa kesan NAPZA pada generasi muda 39 72,2 15 27,8

Berdasarkan table 5.4. di atas, dapat dilihat bahawa pernyataan yang paling banyak dijawab responden dengan benar oleh responden adalah pertanyaan pertama dengan persentase sebesar 90,7%. Sedangkan pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan salah oleh responden adalah pertanyaan nombor 19 dengan persentase sebesar 50%.


(41)

Tingkat pengetahuan dalam penelitian ini dibedakan menjadi 3 yaitu baik, sedang, dan kurang. Pengetahuan seorang responden akan dikatakan baik apabila jumlah skor untuk dua puluh pertanyaan yang berhasil dijawab dengan benar oleh responden sebanyak 16-20. Pengetahuan sedang, apabila jumlah skor untuk dua puluh pertanyaan yang berhasil dijawab dengan benar oleh responden sebanyak 8-15, pengetahuan kurang, apabila jumlah skor untuk dua puluh pertanyaan yang berhasil dijawab dengan benar oleh responden < 8. Berdasarkan hasil uji tersebut maka tingkat pengetahuan siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan pada tahun 2011 dapat dikategorikan pada Tabel 5.5. di bawah ini.

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan

Tingkat Pengetahuan Frekuensi (n) Persen (%)

Baik 19 35,2

Sedang 25 46,3

Kurang 10 18,5

Total 54 100

Pada tabel 5.5. di atas, dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan responden terhadap penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA paling banyak berada pada kategori sedang sebanyak 25 siswa (46,3%), diikuti dengan kategori baik sebanyak 19 siswa (35,2%), dan kategori kurang sebanyak 10 siswa (18,5%).

Data lengkap distribusi frekuensi tingkat pengetahuan responden terhadap penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA menurut jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 5.6.


(42)

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Tingkat Pengetahuan

Baik Sedang Kurang Total

n % n % n % n %

Laki-laki 8 14,8 16 29,6 8 14,8 32 59,3

Perempuan 11 20,4 9 16,7 2 3,7 22 40,7

Total 19 35,2 25 46,3 10 18,5 54 100

Berdasarkan Tabel 5.6. dapat diketahui pengetahuan responden pada kategori baik lebih tinggi pada kelompok kelamin perempuan yaitu sebanyak 11 orang (20,4%) dibandingkan dengan laki-laki sebanyak 8 orang (14,8%). Pada kategori pengetahuan kurang lebih banyak pada kelompok laki-laki yaitu sebanyak 8 orang (14,8%) sedangkan pada kelompok perempuan adalah sebanyak 2 orang (3,7%).

Data lengkap distribusi frekuensi tingkat pengetahuan responden terhadap penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA menurut pekerjaan orang tua dapat dilihat pada Tabel 5.7.

Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Menurut Pekerjaan Orang Tua (Sosio-ekonomi)

Jenis Pekerjaan

Tingkat Pengetahuan

Baik Sedang Kurang Total

n % n % n % n %

Pegawai Negeri 5 9,3 7 13,0 4 7,4 16 29,6

Pegawai Swasta 7 13,0 5 9,3 2 3,7 14 25,9

Pensiunan 0 0 2 3,7 0 0 2 3,7

Wiraswasta 7 13,0 11 20,4 4 7,4 22 40,7


(43)

Berdasarkan Tabel 5.7. diatas, dapat diketahui pengetahuan responden yang paling baik dilihat dari karakteristik sosio-ekonominya adalah responden yang orang tuanya bekerja sebagai wiraswsta dan pegawai swasta yaitu sebanyak 7 orang (13,0%). Sedangkan tingkat pengetahuan responden pada kategori kurang adalah dari pekerjaan orang tua sebagai pegawai negeri dan wiraswasta yaitu sebanyak 4 orang (7,4%) masing-masing.

Data lengkap distribusi frekuensi tingkat pengetahuan responden terhadap penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA menurut sumber informasi dapat dilihat pada Tabel 5.8.

Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Menurut Sumber Informasi

Sumber informasi

Tingkat Pengetahuan

Baik Sedang Kurang Total

n % n % n % n %

Sekolah 2 3,7 3 5,6 0 0 5 9,3

Media cetak 7 13,0 6 11,1 6 11,1 19 35,2

Media elektronik 2 3,7 7 13,0 2 3,7 11 20,4

Lain-lain 8 14,8 9 16,7 2 3,7 19 35,2

19 35.2 25 46,3 10 18,5 54 100

Berdasarkan data table 5.8. di atas, didapati bahawa tingkat pengetahuan responden yang paling baik adalah dari sumber informasi lain-lain yang terdiri dari organisasi intra sekolah (OSIS), orang tua dan teman yaitu sebanyak 8 orang (14,8%). Sedangkan tingkat pengetahuan kurang paling banyak dari golongan yang mendapat sumber informasi dari media cetak yaitu sebanyak 6 orang (11,1%).


(44)

5.2. PEMBAHASAN Karakteristik Responden

Menurut Notoadmodjo (2010), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor umur, pendidikan, pekerjaan, dan sumber informasi yang digunakannya. Karakteristik siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII tahun 2011 yang dinilai dalam penelitian ini terdiri dari karakteristik jenis kelamin, sosio-ekonomi, dan sumber informasi.

Berdasarkan karakterisitk jenis kelamin pada tabel 5.1, dapat diketahui bahawa jenis kelamin responden terbanyak adalah laki-laki dengan jumlah 32 siswa (59,3%) manakala jumlah responden selebihnya adalah perempuan yaitu sebanyak 22 siswa (40,7%). Sedangkan berdasarkan tabel 5.6 tingkat pengetahuan yang paling baik adalah jenis kelamin perempuan yaitu terdapat 11 siswa perempuan (20,4%) yang mendapat pengetahuan baik. Menurut analisis peneliti, jumlah perempuan yang memiliki tingkat pengetahuan baik lebih banyak dibandingkan laki-laki karena perempuan memilki ketertarikan lebih besar terhadap penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA dibandingkan laki-laki. Menurut hasil penelitian Muhlisa (2002), bahawa laki-laki lebih banyak menyalahgunakan obat dibandingkan dengan responden perempuan.

Berdasarkan karakteristik sosio-ekonomi (pekerjaan orang tua) pada tabel 5.2, dapat diketahui bahwa orang tua responden terbanyak bekerja sebagai wiraswasta dengan jumlah 22 siswa (40,7%). Sedangkan berdasarkan tabel 5.7 tingkat pengetahuan yang paling baik terdapat pada orang tua responden yang bekerja sebagai wiraswasta dan pegawai swasta yaitu terdapat 7 siswa masing-masing (13,0%) yang mendapat pengetahuan baik. Menurut Notoatmodjo (2010), pekerjaan memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas hidup manusia dan memberikan motivasi untuk memperoleh informasi yang berguna. Berdasarkan penelitian Adiningsih (2002), memperlihatkan bahwa keadaan keluarga yang tidak kondusif atau dengan kata lain disfungsi keluarga mempunyai risiko yang relatif bagi anak atau remaja terlibat penyalahgunaan NAPZA


(45)

dibandingkan dengan anak/remaja yang dididik

Berdasarkan karakteristik sumber informasi pada tabel 5.3, dapat diketahui bahwa sumber informasi terbanyak pada siswa adalah media cetak dan lain-lain dengan jumlah 19 siswa (35,2%) masing-masing. Sedangkan berdasarkan tabel 5.8 tingkat pengetahuan yang paling baik terdapat pada sumber informasi lain-lain yaitu terdapat 8 siswa (14,8%) yang mendapat pengetahuan baik. Menurut Notoatmodjo (2010), informasi yang diperoleh dari berbagai sumber akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Bila seseorang memperoleh banyak sumber informasi, maka seseorang cenderung memperoleh pengetahuan yang lebih luas. Menurut pengamatan peneliti, dengan berkembang pesatnya teknologi maka tiap orang akan dengan mudah memperoleh informasi yang diinginkannya, terutama melalui media elektronik.

dalam keluarga yang sehat dan harmonis (kondusif).

Hasil penelitian oleh Rustini (2002) mengenai Gambaran Tingkat Pengetahuan mengenai NAPZA pada murid-murid SMU Marsudirini Kemang Pratama Bekasi menunjukkan bahwa jumlah responden yang mendapat informasi mengenai NAPZA dari orang tua dan memiliki pengetahuan yang baik yaitu sebanyak 64,3%. Sedangkan pada penelitian ini jumlah responden yang memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 14,8% dari sumber lain-lain yang terdiri daripada organisasi intra sekolah, orang tua dan teman.

Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penelitian ini memperlihatkan tingkat pengetahuan siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII terhadap penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA seperti yang terlihat pada data statistik. Dari hasil analisa data dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII terhadap penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA berada rata-rata dalam kategori sedang.


(46)

ketergantungan NAPZA serta perbedaan antara penyalahgunaan dan ketergantungan. Untuk mengukur tingkat pengetahuan responden, terdapat 20 pertanyaan yang akan ditanyakan melalui kuesioner sebagai alat ukur yang dipakai oleh peneliti. Pada tabel 5.5 dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan responden terhadap penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA paling banyak berada pada kategori sedang sebanyak 25 siswa (46,3%), diikuti dengan kategori baik sebanyak 19 siswa (35,2%), dan rendah sebanyak 10 siswa (18,5%).

Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui responden yang mengetahui pengertian NAPZA (pertanyaan 1) yaitu narkotika, psikotropika dan zat adiktif. Pertanyaan ini dijawab dengan benar oleh 49 responden (90,7%) manakala 5 responden (9,3%) menjawabnya dengan salah. Soal kesan pengambilan NAPZA terhadap prestasi akademik (pertanyaan 2), jawabannya adalah mutu pelajaran menurun. Pertanyaan ini dijawab dengan benar oleh 46 responden (85,2%) manakala dijawab dengan salah oleh 8 responden (14,8%). Soal bahan yang terdiri dari NAPZA (pertanyaan3), jawabannya adalah alkohol, narkoba dan shabu-shabu. Pertanyaan ini dijawab dengan benar oleh 47 responden (87%) manakala dijawab dengan salah oleh 7 responden (13%). Soal kesan pengambilan alkohol jangka panjang (pertanyaan4), jawabannya adalah mengakibatkan kecelakaan jalan raya. Pertanyaan ini dijawab dengan benar oleh 31 responden (57,4%) manakala dijawab dengan salah oleh 23 responden (42,6%). Soal masalah kesehatan yang timbul akibat penggunaan alkohol (pertanyaan5), jawabannya adalah kerusakan hati. Pertanyaan ini dijawab dengan benar oleh 41 responden (75,9%) manakala dijawab dengan salah oleh 13 responden (24,1%). Soal jenis minuman alkohol (pertanyaan 6), jawabannya adalah wine, bir, tapai. Pertanyaan ini dijawab dengan benar oleh 44 responden (81,5%) manakala dijawab dengan salah oleh 10 responden(18,5%).

Soal penyebab siswa mengambil alkohol (petanyaan 7), jawabannya adalah pengaruh teman dan pengaruh lingkungan. Pertanyaan ini dijawab dengan benar oleh 41 responden (75,9%) manakala dijawab dengan salah oleh 13 responden (24,1%). Soal kesan pengambilan ganja (pertanyaan 8), jawabannya adalah mata kemerahan, nafsu makan meningkat, halusinasi. Pertanyaan ini


(47)

dijawab dengan benar oleh 42 responden (77,8%) manakala dijawab dengan salah oleh 12 responden (22,2%).

Soal bentuk shabu-shabu (pertanyaan 9), jawabannya adalah bentuk kristal putih. Pertanyaan ini dijawab dengan benar oleh 40 responden (74,1%) manakala dijawab dengan salah oleh 14 responden (25,9%). Soal kesan pengambilan shabu-shabu (pertanyaan 10), jawabannya adalah penurunan nafsu makan, hiperaktif. Pertanyaan ini dijawab dengan benar oleh 28 responden (58,9%) manakala dijawab dengan salah oleh 26 responden (48,1%). Soal pengertian transqulizers atau obat penenang non obat tidur (pertanyaan 11), jawabaanya adalah digunkan untuk kecemasan umum seperti tekanan kerja dan stress berat. Pertanyaan ini dijawab dengan benar oleh 37 responden (68,5%) manakala dijawab dengan salah oleh 17 responden (31,5%). Soal cara invasif yang digunakan oleh penagih narkoba (pertanyaan 12), jawabaanya adalah melalui suntikan jarum, menghisap atau menghirup. Pertanyaan ini dijawab dengan benar oleh 40 responden (74,1%) manakala dijawab dengan salah oleh 14 responden (25,9%).

Soal apakah perkongsian jarum bisa mengakibatkan HIV (pertanyaan 13), jawabannya. Pertanyaan ini dijawab dengan benar oleh 40 responden (74,1%) manakala dijawab dengan salah oleh 14 responden (25,9%). Soal apakah pemakaian NAPZA bisa mengakibatkan gangguan fungsi sosial dalam masyarakt (pertanyaan 14), jawabannya adalah ya. Pertanyaan ini dijawab dengan benar oleh 37 responden (68,5%) manakala dijawab dengan salah oleh 17 responden (31,5%). Soal pengertian penyalahgunaan zat NAPZA (pertanyaan 15), jawabaanya adalah pemakaian obat atau zat di luar indikasi medik. Pertanyaan ini dijawab dengan benar oleh 33 responden (66,1%) manakala dijawab dengan salah oleh 21 responden (38,9%).Soal pengertian ketergantungan zat NAPZA (pertanyaan 16), jawabannya adalah keadaan mental maupun fisik yang diakibatkan oleh adanya interaksi antara organisme hidup dan zat. Pertanyaan ini dijawab dengan benar oleh 32 responden (59,3%) manakala dijawab dengan salah oleh 22 responden (40,7%). Soal apakah penyalahgunaan NAPZA bisa mengakibtkan ketergantungan (pertanyaan 17), jawabannya adalah benar.


(48)

Pertanyaan ini dijawab dengan benar oleh 43 responden (79,6%) manakala dijawab dengan salah oleh 11 responden (20,4%).

Soal ketergantungan yang terjadi pada pengguna NAPZA (pertanyaan 18), jawabannya adalah pada orang dengan kepribadian yang tidak stabil, ditandai dengan adanya kecemasan dan depresi. Pertanyaan ini dijawab dengan benar oleh 34 responden (63%) dan dijawab dengan salah oleh 20 responden (37%). Soal kesan ketergantungan pada pengguna NAPZA (pertanyaan 19), jawabannya adalah intoksisitas zat. Pertanyaan ini dijawab dengan benar oleh 27 responden (50%) manakala dijawab dengan salah oleh 27 responden selebihnya (50%). Soal kesan penggunaan NAPZA oleh generasi muda (pertanyaan 20), jawabannya adalah perkembangan sesuatu bangsa dan negara terhalang. Pertanyaan ini dijawab dengan benar oleh 39 responden (72,2%) manakala dijawab dengan salah oleh 15 responden (27,8%). Pertanyaan 4,10,15,16 dan 19 mempunyai persentasi yang hampir sama. Menurut analisis peneliti, hal ini mungkin dikarenakan informasi-informasi mengenai pertanyaan tersebut telah sampai pada hampir setengah siswa-siswi sehingga menghasilkan persentasi yang hampir sama.

Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian oleh Rustini Floranita (2002) mengenai Gambaran Tingkat Pengetahuan Mengenai NAPZA pada murid-murid Marsuridini Kemang Bekasi dimana siswa yang pengetahuannya baik sebesar 55,2% sedangkan pengetahuan yang kurang baik sebesar 44,8%. Baik tidaknya pengetahuan siswa tentang NAPZA dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Beberapa faktor tersebut misalnya umur, kelas, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan orang tua. Selain itu keterpaparan media informasi yang sangat mendukung. Media informasi tersebut seperti petugas kesehatan, media cetak, maupun media elektronik. Makin banyak mendapatkan informasi maka makin tinggi pengetahuan akan NAPZA.


(49)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Tingkat pengetahuan siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII tahun 2011 terhadap penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA berada dalam kategori sedang yaitu sebesar 46,3%.

2. Tingkat pengetahuan responden yang paling baik dilihat dari karakteristik jenis kelamin terdapat pada kelompok jenis kelamin perempuan, dimana 11 siswa perempuan (20,4%) dalam kategori pengatahuan baik, sedangkan 9 siswa perempuan (16,7%) dalam kategori sedang manakala 2 siswa perempuan (3,7%) dalam kategori kurang.

3. Tingkat pengetahuan responden yang paling baik dilihat dari karakteristik pekerjaan orang tua terdapat pada responden yang orang tuanya bekerja sebagai wiraswasta dan pegawai swasta, dimana 7 orang (13,0%) masing-masing dalam kategori pengetahuan baik, sedangkan 11 orang (20,4%) responden orang tuanya bekerja sebagai wiraswasta dalam kategori pengetahuan sedang manakala dalam kategori rendah pula pada pekerjaan wiraswasta dan pegawai negeri sebanyak 4 orang masing-masing (7,4%). 4. Tingkat pengetahuan responden yang paling baik dilihat dari karakteristik

sumber informasi terdapat pada kategori sumber informasi dari media lain, dimana 8 siswa (14,8%) dalam kategori baik , sedangkan 9 siswa (16,7%) dalam kategori sedang bagi sumber informasi lain-lain manakala pada kategori rendah pula pada sumber media cetak sebanyak 6 siswa (11,1%).


(50)

6.2. Saran

1. Bagi siswa

Siswa-siswi SMP Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII tahun 2011 diharapkan agar tetap mencari informasi untuk memperluas pengetahuannya terhadap penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA sehingga dapat melakukan upaya pencegahan siswa-siswi dalam penggunaan NAPZA secara tidak rasional.

2. Bagi sekolah

Sekolah diharapkan agar dapat memberikan penyuluhan mengenai NAPZA pada siswa-siswi di sekolah tersebut untuk meningkatkan pengetahuan mereka terhadap kesan penyalahgunaan dan ketergantungan zat NAPZA.

3. Bagi Peneliti

Penulis menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna dalam menggambarkan tingkat pengetahuan siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan kelas VIII tahun 2011 terhadap penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menyempurnakan penelitian ini. Peneliti merekomendasikan kepada peneliti selanjutnya, untuk meneliti tidak hanya tingkat pengetahuan saja, tetapi juga sikap dan perilaku siswa terhadap penggunaan zat NAPZA.


(51)

DAFTAR PUSTAKA

American Psychiatric Association: The Diagnostic And Statistical Manual of

Mental Disorder’s,4th edition, Text Revision.

American Family Physician : Adolescent Substance Abuse, 2008. Available from: 2011]

Adiningsih, Neni Utami. (2002). Memberantas NAPZA dengan Ketahanan

Keluarga.

Badan Koordinasi Narkotika Nasional, 2003. Data Kasus Narkoba tahun 1997 –

2002. Available from

______________, Data Kasus Narkoba yang dirawat di RSKO Jakarta tahun

1995-2001. Available from:

Brannon, Guy E., 2010: Inhalant Related Psychiatric Disordres. Available from:

Brenner Stephan, 2009: Toxicity, Hallucinogens-PCP-. Available from: 2011]

Griswold, Kim S., 2008: Adolescent Substance Abuse. Available from:


(52)

Harahap. U, 2001. Penyalahgunaan Narkoba dan Dampak Yang Ditimbulkannya, Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap dalam Ilmu Farmakologi pada

FMIPA USU, Medan.

Hawari. D, 2002. Penyalahgunaan dan Ketergasntungan NAPZA. Penerbit FK UI. Jakarta.

Handly Neal, 2009 : Amphetamine Toxicity. Available from:

Joewana, S, 1989. Gangguan Pengawasan zat Narkotika, Alkohol dan zat adiktif

lain, PT. Gramedia. Jakarta.

Kaplan, D.W, dan Kathleen A., Mammel, 1991. Interrelation of High Risk

Adolescent Behaviour, In Current Pediatric Diagnosis and Treatment.

Prentice Hall International Health.

Larson ,Michael F., 2010: Alcohol Related Psychosis. Available from:

Levine, Michael D., 2009: Toxicity, alcohols. Available from: April 2011]

Muhlisa, (2002). Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Penyalahgunaan

NAPZA di Kalangan Remaja 'Gaul' Blok M Tahun 2000. Skripsi Depok :


(53)

National Institute on Alcohol Abuse And Alcoholism 2010, What is Alcoholism? Available from:

Notoatmodjo, S, 1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Kesehatan, edisi I, Andi Offset, Jakarta.

_____________, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Pinsip-Prinsip Dasar, cetakan III, Jakarta.

______________, 2010 . Metode Pengambilan Sampel. Metodologi

Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta: PT Rineka Cipta. 120 – 121.

Preda, Andrian , 2011: Opioid Abuse. Available 2011]

Parapat., T, 2002. Panduan Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba, Pedoman

bagi orang tua, Pelajar, Mahasiswa, Masyarakat dan Lembaga Pemerintah PT. Sepadan Agra Daya. Jakarta.

Pratomo, H., Sudarti, 1990. Pedoman Usulan Penelitian Bidang Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Depdikbud.

Rustini Floranita. (2002). Gambaran Tingkat Pengetahuan Mengenai NAPZA

pada Murid-Murid Kemang Pratama Bekasi Tahun 2002 .Skripsi Depok :

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Stephens, Everett, 2010 : Toxicity Opioids. Available from:


(54)

Salomone, Joseph A., 2009: Hallucinogen Toxicity. Available from: 2011]

Susilo S., 1993. Pengawasan Obat dan Makanan Menurut Undang-undang No.

23 tahun 1992. Denpasar Bali.

Tarter Ralph E., Vanyukov Michael M., 2002: Etiology of Substance Abuse

Disorder in Children & Adolescents.

West Patrick L., 2011: Phencyclidine Toxicity. Available from: 2011]

World Drug Report, 2010: Drug Statsistics and Trends, Available from:

World Health Organization, 2011: Terminology and Classification of Substance, Available from: http://www.who.int/substance_abuse/terminology/en/ [Accessed 25 March 2011]


(55)

LAMPIRAN 1

CURRICULUM VITAE

Nama : Esanikaruppiah Jagathisen Tempat / tanggal lahir : Kuala Lumpur / 28 Januari 1988

Pekerjaan : Mahasiswa

Agama : Hindu

Alamat : Blok II, No.92, Kompleks Setia Budi 2, 20133 Medan

Nomor Telepon : 085834142455

Orang Tua : Jagathisen A. Siva Perumal

Riwayat Pendidikan : Sijil Pelajaran Menengah (SPM 2005)

Sijil Tinggi Pelajaran Malaysia (STPM 2007) Fakultas Kedokteran USU 2008 - sekarang

Riwayat Organisasi : Ahli Persatuan Palang Merah Malaysia


(56)

LAMPIRAN 2

Penelitian Mengenai Tingkat Pengetahuan Siswa Siswi SMP Kelas VIII Tentang Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAPZA

Petunjuk :

Baca pertanyaan dengan hati-hati. Setiap pertanyaan dijawab dengan jawaban yang paling benar atau sesuai menurut anda. Pada jawaban yang dipilih diberi tanda X (silang), dengan menggunakan pulpen yang tersedia. Jika terdapat pertanyaan yang tidak dimengerti, silahkan tanya kepada peneliti.

Tanggal Pelaksanaan : Identitas Diri

Nama :

Jenis kelamin : Tempat/Tanggal lahir :

Umur :

Pekerjaan :

Ayah :

Ibu :


(57)

Pilihlah Satu Jawaban yang Benar

1. Apakah itu NAPZA ?

A) Narkoba

B) Narkotika, psikotropika, zat adiktif

2. Apakah kesan pengambilan NAPZA pada prestasi akademik?

A) Mutu pelajaran menurun B) Mutu pelajaran meningkat

3. Apakah bahan yang terdiri dari NAPZA?

A)Alkohol, narkoba, shabu-shabu

B)Rokok, obat

4. Apakah kesan pengambilan alkohol jangka panjang?

A)Menimbulkan rasa senang, perasaan relax

B)Mengakibatkan kecelakaan jalan raya

5. Apakah masalah kesehatan yang timbul akibat penggunaan alkohol?

A) Kecacatan

6. Apakah jenis minuman alkohol ? A)Wine, bir, tapai

B) Juice

7. Mengapa siswa megambil alkohol?

A)Pengaruh teman, pengaruh lingkungan

B)Mahu cari keenakan

8. Apakah kesan pengambilan ganja?

A)Hiperaktivitas

B)Mata kemerahan, nafsu makan meningkat, halusinasi

9. Apakah bentuk shabu-shabu ? A)Bentuk kristal putih

B)Bentuk kaplet

10. Apakah kesan pengambilan shabu-shabu?

A)Peningkatan nafsu makan, rasa capek

B)Penurunan nafsu makan, hiperaktif


(58)

11. Apakah itu transqulizers atau penenang non obat tidur?

A) Digunakan untuk kecemasan umum seperti tekanan kerja dan stress berat

B) Digunakan sebagai obat penghambat rasa nyeri

12. Apakah cara invasif yang digunakan oleh penagih narkoba?

A) Melalui suntikan jarum, menghisap/ menghirup

B) Melalui peroral/ tablet

13. Apakah perkongsian jarum oleh penagih narkoba bisa mengakibatkan HIV?

A) Ya B) Tidak

14. Apakah pemakaian NAPZA bisa mengakibatkan gangguan fungsi sosial dalam masyarakat?

A) Ya B) Tidak

15. Apakah maksud penyalahgunaan zat NAPZA?

A) Pemakaian obat atau zat di luar indikasi medik

B)Keadaan mental maupun fisik yang diakibatkan oleh adanya interaksi antara organisme hidup dan zat

16. Apakah maksud ketergantungan zat NAPZA?

A) Pemakaian obat atau zat di luar indikasi medik

B) Keadaan mental maupun fisik yang diakibatkan oleh adanya interaksi antara organsime hidup dan zat

17. Apakah penyalahgunaan

NAPZA bisa mengakibatkan ketergantungan?

A) Ya B) Tidak

18. Apakah ketergantungan yang terjadi pada pengguna NAPZA?

A) Pada orang dengan

kepribadian yang tidak stabil, ditandai dengan adanya kecemasan dan depresi

B) Merasakan lebih yakin terhadap diri sendiri


(1)

LAMPIRAN 9

MASTER DATA UJI VALIDITAS DAN REABILITAS KUESIONER

No Responden P 1 P 2 P 3 P 4 P 5 P 6 P 7 P 8 P 9 P 10 P 11 P 12 P 13 P 14 P 15 P 16 P 17 P 18 P 19 P 20 Ptotal

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 19

2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 19

3 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 11

4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20

5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20

6 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 15

7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 16

8 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 6

9 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 9

10 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 8

11 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 6

12 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 11

13 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 7

14 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 8

15 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 8

16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20

17 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19

18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 19

19 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 9


(2)

LAMPIRAN 10

Master Data

N0 sex

pekerjaan orang

tua sumber informasi P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 Ptot Tingkat

1 Laki-laki pegawai negeri media elektronik 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 14 sedang

2 Perempuan pegawai swasta lain-lain 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 19 baik

3 Perempuan wiraswasta media elektronik 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 15 sedang

4 Laki-laki pegawai swasta sekolah 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 15 sedang

5 Perempuan wiraswasta media elektronik 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 15 sedang

6 Laki-laki pegawai negeri media elektronik 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 15 sedang

7 Perempuan pegawai swasta media cetak 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 7 kurang

8 Laki-laki wiraswasta media cetak 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 7 kurang

9 Laki-laki pegawai negeri lain-lain 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 13 sedang

10 Laki-laki wiraswasta lain-lain 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 kurang

11 Laki-laki wiraswasta media elektronik 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 14 sedang

12 Laki-laki pegawai swasta lain-lain 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 14 sedang

13 Laki-laki wiraswasta lain-lain 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 15 sedang

14 Laki-laki pegawai negeri media elektronik 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 6 kurang

15 Laki-laki pegawai negeri lain-lain 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 15 sedang

16 Perempuan pegawai negeri lain-lain 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 15 sedang

17 Perempuan pegawai swasta lain-lain 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 14 sedang

18 Laki-laki pegawai negeri media cetak 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 7 kurang

19 Perempuan wiraswasta media cetak 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 15 sedang

20 Perempuan wiraswasta lain-lain 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 15 sedang


(3)

22 Perempuan pegawai negeri media cetak 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 baik

23 Laki-laki pegawai swasta lain-lain 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 baik

24 Perempuan pegawai negeri media cetak 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 6 kurang

25 Laki-laki pegawai swasta lain-lain 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 6 kurang

26 Perempuan tidak bekerja sekolah 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 15 sedang

27 Laki-laki wiraswasta media cetak 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 15 sedang

28 Laki-laki wiraswasta media cetak 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 15 sedang

29 Laki-laki wiraswasta media cetak 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 7 kurang

30 Laki-laki wiraswasta media cetak 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 16 baik

31 Laki-laki wiraswasta media cetak 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 7 kurang

32 Laki-laki wiraswasta media cetak 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 18 baik

33 Laki-laki pegawai swasta media elektronik 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 15 sedang

34 Laki-laki pegawai negeri media elektronik 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 18 baik

35 Perempuan wiraswasta media cetak 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 17 baik

36 Laki-laki pegawai negeri lain-lain 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 14 sedang

37 Laki-laki pegawai negeri media cetak 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 15 sedang

38 Laki-laki wiraswasta lain-lain 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 17 baik

39 Laki-laki wiraswasta lain-lain 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 baik

40 Perempuan pegawai negeri lain-lain 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 baik

41 Laki-laki wiraswasta media cetak 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 14 sedang

42 Perempuan pegawai swasta lain-lain 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 18 baik

43 Perempuan pegawai swasta lain-lain 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 15 sedang

44 Perempuan pegawai swasta sekolah 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 17 baik

45 Perempuan pegawai negeri lain-lain 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 baik


(4)

47 Perempuan wiraswasta media elektronik 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 15 sedang

48 Perempuan pegawai negeri media cetak 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 16 baik

49 Perempuan wiraswasta media cetak 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 19 baik

50 Laki-laki pegawai negeri media elektronik 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 7 kurang

51 Perempuan pegawai swasta media cetak 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 baik

52 Laki-laki pegawai swasta sekolah 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 baik

53 Laki-laki pegawai swasta lain-lain 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 16 baik


(5)

(6)