PERBEDAAN TINGKAT KEKERASAN EMAIL ANTARA GIGI DESIDUI DENGAN TAF DAN TANPA TAF SEBELUM DAN SESUDAH PERENDAMAN PADA SUSU

(1)

GIGI DESIDUI DENGAN TAF DAN TANPA TAF SEBELUM

DAN SESUDAH PERENDAMAN PADA SUSU

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh : Architamora Ayu Hapsari

2012 034 0032

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016


(2)

KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN TINGKAT KEKERASAN EMAIL ANTARA GIGI

DESIDUI DENGAN TAF DAN TANPA TAF SEBELUM DAN

SESUDAH PERENDAMAN PADA SUSU

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh : Architamora Ayu Hapsari

2012 034 0032

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016


(3)

iii

Nama : Architamora Ayu Hapsari

NIM : 2012 034 0032

Program Studi : Pendidikan Dokter Gigi

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dalam karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 27 Mei 2016 Yang membuat pernyataan,

Architamora Ayu Hapsari 2012 034 0032


(4)

iv

HALAMAN MOTTO

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan Maka apabila kamu telah sesela

(dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah

hendaknya kamu berharap.” (QS Al-Insyirah : 5-8)

“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu,

sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”

(QS Al-Baqarah : 153)

“Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan

saat mereka menyerah” (Thomas Alva Edison)

“Jangan bosan, nanti keterusan.” (PSM Sunshine Voice UMY)


(5)

v

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memberikan karunianya sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan.

Sujud syukur ku panjatkan kepada Allah SWT

Sholawat serta salam selalu terlimpah pada Rasulullah Muhammad SAW

Karya tulis ini ku persembahkan kepada orang yang ku kasihi dan ku sayangi,

Ibundaku, Indah Purnamasari Ayahandaku, Lilik Tri Hartanto Kakakku, Alin Kurniawan Purwanindita

Terimakasih yang tiada terhingga untuk segala pengorbanan, yang telah Mama, Papa dan Mas lakukan.

Terimakasih atas cinta kasih sayang, doa, nasihat dan motivasi, yang selalu Mama, Papa, dan Mas berikan.

Terimakasih Mama dan Papa selalu ada dan selalu memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya.

Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bisa membuat Mama, Papa dan Mas Alin bangga, dan semoga Karya Tulis Ilmiah ini bisa menjadi langkah awal

agar Adik bisa menjadi lebih baik kedepannya. Aamiin.


(6)

vi

KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum Wr.Wb

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Perbedaan Tingkat Kekerasan

Email antara Gigi Desidui Dengan TAF dan Tanpa TAF Sebelum dan Sesudah Perendaman Pada Susu”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. dr. H. Ardi Pramono, Sp.An., M. Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. drg. Hastoro Pintadi, Sp.Pros, selaku Kepala Program Studi Kedokteran gigi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. drg. Atiek Driana Rahmawati, MDSc., Sp.KGA, selaku dosen pembimbing Karya Tulis Ilmiah yang senantiasa dengan sabar membimbing, mengarahkan, mengorbankan waktu untuk berbagi ilmu dan pengalaman, serta memberikan


(7)

vii

memberikan bimbingan, pengetahuan serta pengarahan dan ilmu yang bermanfaat.

5. Seluruh dosen Prodi Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Pak Aji, kepala Laboratorium Bahan S1 Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta yang telah membantu jalannya penelitian pada Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Kedua orang tua tercinta, ibunda Indah Purnamasari dan ayahanda Lilik Tri Hartanto, yang telah memberikan dukungan dalam bentuk apapun. Terimakasih atas cinta kasih sayang, doa, nasihat dan motivasi yang selalu diberikan.

8. Kakak tersayang Alin Kurniawan Purwanindita dan Weningesthi, serta keponakan ku Fatih Azzaydan dan Awfa.

9. Teman satu bimbingan, Putri Andini dan Anggun Dwi Putri, yang telah menunggu, menemani, dan membantu dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.

10. Witri Setiatuti, Bella Septri, Sovia Raras, Meibi Murbi, Ghali Armadhana Ibnu Hasbi, dan Nurakhvi Rizky, sahabat yang selalu menghibur dan memberikan semangat.


(8)

viii

11. Meuthia Nabila, Mardiana, Ina Farida, Fahmi Ardi, Iftitah Aulia, Ovi Dwi, Elin Tamala dan Safira Irmina yang selalu berusaha menghibur dan membantu melewati kesibukan di akhir tahun ke empat ini. Terimakasih atas dukungan dan semangat yang diberikan agar penulis segera menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

12. Teman-teman seperjuangan Kedokteran Gigi UMY 2012.

13. PSM Sunshine Voice UMY yang telah menyita sebagian besar waktu di tahun ke empat ini. Terimakasih telah memberikan pelajaran dan pengalaman berharga tentang artinya perjuangan, kebersamaan, dan kekeluargaan.

14. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Semua bantuan yang diberikan kepada penulis semoga mendapatkan karunia Allah SWT. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi sempurnanya penulisan ini. Penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kemajuan ilmu Kedokteran Gigi pada umumnya dan bermanfaat bagi pembaca pada khususnya.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 27 Mei 2016


(9)

ix

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... iii

HALAMAN MOTTO... ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN... ... v

KATA PENGANTAR... ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

INTISARI... ... xiii

ABSTRACT... ... xiv

BAB I Pendahuluan ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Keaslian Penelitian ... 7

BAB II Tinjauan Pustaka ... 9

A. Telaah Pustaka ... 9

1. Gigi Desidui ... 9

2. Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi Desidui ... 10

3. Email Gigi ... 13

4. Kekerasan Email ... 14

5. Susu ... 17

6. Fluor dalam Kedokteran Gigi ... 20

B. Landasan Teori ... 24

C. Kerangka Konsep ... 26

D. Hipotesis ... 27

BAB III METODE PENELITIAN... 28

A. Desain Penelitian ... 28

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 28

C. Sampel Penelitian ... 28

D. Kriteri Inklusi dan Eksklusi ... 29

E. Identifikasi Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 30

F. Instrumen Penelitian ... 32

G. Cara Kerja ... 33

H. Alur Penelitian ... 36

I. Analisa Data ... 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38


(10)

x

1. Uji Kekerasan email... ... 38

2. Paired Sampel T-Test... ... 41

3. Independent T-Test... ... 43

B. Pembahasan ... 44

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 48

A. Kesimpulan ... 48

B. Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA.... ... 49 LAMPIRAN


(11)

xi

Tabel 3. Hasil Perhitungan Kekerasan Email Kelompok Uji 2... ... 40 Tabel 4. Hasil Uji T Berpasangan... ... 42 Tabel 5. Uji T Tidak Berpasangan... ... 44


(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gmbar 1. Kerangka Konsep ... 26 Gambar 2. Alur Penelitian... 36


(13)

(14)

xiii INTISARI

Latar belakang: Gigi desidui atau gigi susu adalah gigi pada anak yang sudah erupsi sempurna pada usia 2,5 tahun serta berfungsi untuk mastikasi, fonasi, estetik, dan mendukung jaringan periodontal anak. Struktur email gigi memiliki struktur yang berbeda dengan email gigi permanen. Email adalah struktur terluar dari gigi berupa jaringan keras yang mengandung hidroksiapatit. Demineralisasi dapat terjadi pada email akibat dari asam yang dapat melarutkan hidroksiapatit sehingga email menjadi lunak. Proses remineralisasi diperlukan untuk pembentukan kembali mineral gigi yang hilang. Kalsium, fosfor, dan fluor berperan dalam proses remineralisasi.

Tujuan: Penelitian ini bertujan untuk mengetahui perbedaan tingkat kekerasan email gigi desidui dengan TAF dan tanpa TAF sebelum dan sesudah perendaman menggunakan susu.

Bahan dan metode: Desain penelitan yang digunakan adalah eksperimental laboratoris secara in vitro. Sampel penelitian adalah gigi desidui anterior hasil pencabutan. Penelitian dilakukan dengan memberikan perlakuan pada masing-masing sampel gigi tiap kelompok uji. Kekerasan gigi diukur sebelum dan setelah dilakukan perlakuan.

Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kekerasan email gigi desidui yang signifikan antara gigi yang diberi TAF dan tidak diberi TAF pada perendaman menggunakan susu (p<0,05). Tingkat kekerasan email gigi tanpa TAF pada perendaman menggunakan susu lebih tinggi dibandingkan dengan kekerasan email pada gigi yang telah diberi TAF dan direndam menggunakan susu.


(15)

xiv

perfectly at the age of 2.5 years as well as serving for the mastication, phonation, esthetic, and supporting periodontal tissues of children. The structure of tooth enamel has a different structure with permanent tooth enamel. Enamel is the outer structure of the teeth in the form of hard tissue that contains hydroxyapatite. Demineralization can occur in email as a result of which the acid can dissolve hydroxyapatite so that the enamel becomes soft. Remineiralization process required for the re-establishment of the missing tooth mineral. Calcium, phosphat, and fluor play a role in the remineralization process.

Purpose: This study aims to determine hardness differences of deciduous tooth enamel with TAF and without TAF before and after immersion using milk.

Materials and methods: Research design used is an experimental laboratory in vitro. Samples are deciduous anterior teeth post extraction. The study was conducted by giving treatment to each tooth samples each test group. Tooth hardness measured before and after treatment.

Result: The results showed that there are signifcant different hardness of deciduous teeth enamel hwith TAF and without TAF after immersion using milk (p<0,05). The tooth enamel without TAF on immersion using milk is harder than the tooth enamel that have been given TAF and soaked with milk.


(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan dan perkembangan gigi pada anak merupakan salah satu hal yang perlu mendapat perhatian, khususnya gigi susu. Pada masa tumbuh kembang, kesehatan gigi anak sering kali kurang diperhatikan oleh orang tua. Orang tua beranggapan bahwa apabila gigi susu rusak, hal tersebut hanya bersifat sementara karena nantinya akan digantikan oleh gigi permanen, padahal kerusakan gigi susu dapat menjadi masalah kesehatan yang dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan gigi permanen. (Scheid, 2012). Berg & Slayton (2009) dalam bukunya mengatakan bahwa karies adalah masalah kesehatan gigi yang umum dihadapi oleh sebagian besar anak diseluruh dunia.

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menyebutkan prevalensi karies aktif pada penduduk Indonesia adalah sebanyak 53,2%. Proporsi anak yang mengalami masalah kesehatan gigi dan mulut sebanyak 1,1% pada kelompok usia < 1 tahun, sebanyak 10,4% pada kelompok usia 1 – 4 tahun dan sebanyak 28,9 % pada kelompok usia 5 – 9 tahun. Hasil riset tersebut menunjukkan masih banyaknya masalah kesehatan gigi dan mulut anak di Indonesia.


(17)

Gigi susu atau gigi desidui adalah gigi yang pertama kali tumbuh pada anak. Gigi desidui mengalami perkembangan sejak anak masih dalam kandungan. Perkembangan gigi desidui melalui beberapa tahap, mulai dari pembentukan dan mineralisasi pada mahkota gigi serta kalsifikasi akar yang kemudian diikuti dengan pertumbuhan jaringan pendukung disekitar gigi (Nasution, 2008). Anak perlu mendapatkan nutrisi yang cukup untuk pertumbuhan dan perkembangannya agar tidak terjadi gangguan baik pada gigi maupun pada tulang.

Susu merupakan salah satu minuman yang menjadi kegemaran anak. Susu mengandung nilai gizi yang cukup tinggi untuk menunjang pertumbuhan tulang dan gigi. Kandungan susu diantaranya adalah protein, kalsium, fosfor, vitamin A dan vitamin B1. Anak dianjurkan mengonsumsi susu untuk melengkapi kebutuhan gizi dan nutrisinya (Sulistyoningsih, 2011). Pemberian susu terkadang dapat menimbulkan masalah kesehatan bagi anak, salah satunya adalah masalah kesehatan gigi dan mulut. Susu memiliki kandungan gula seperti sukrosa dan laktosa. Sukrosa akan melekat cukup lama pada permukaan gigi dan dapat menjadi media pertumbuhan bakteri. Laktosa dapat mempercepat demineralisasi email gigi dan akan berlanjut menjadi karies (Nugroho, et al., 2012).

Email gigi adalah bagian terluar dari mahkota gigi yang mengalami mineralisasi dan berfungsi untuk melindungi jaringan gigi. Email gigi terdiri


(18)

3

dari 96% mineral anorganik dan 4% mineral organik dan air. Mineral anorganik yang terkandung dalam gigi adalah hidroksiapatit yang juga dapat ditemukan pada tulang. Kandungan mineral yang tinggi menyebabkan struktur email keras namun apabila terjadi karies dapat menyebabkan email menjadi mudah rapuh. (Nanci, 2003). Karies merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan adanya demineralisasi pada jaringan keras gigi yang disebabkan oleh empat faktor yang bekerja secara bersamaan, yaitu mikroorganisme (bakteri), diet (karbohidrat), waktu, dan host (gigi). Mikroorganisme yang bersifat kariogenik di antaranya adalah bakteri

Streptococcus mutans dan Lactobacillus sp. Bakteri beserta

produk-produknya akan melekat pada gigi dan membentuk deposit lunak yang biasa dikenal sebagai plak gigi. Beberapa jenis karbohidrat makanan seperti sukrosa dan glukosa dapat diragikan oleh bakteri tersebut dan akan membentuk asam. Asam yang terbentuk akan menurunkan pH plak hingga <5 sehingga akan menyebabkan demineralisasi permukaan gigi (Fajerskov & Kidd, 2008). Miller (1989) mengatakan bahwa perlunakan email dan dentin merupakan awal dari terjadinya karies.

Anak-anak pada umumnya lebih rentan terhadap karies karena gigi desidui sangat peka terhadap kerusakan gigi. Hal ini dipengaruhi oleh kebiasaan anak kecil yang suka mengonsumsi makanan dan minuman manis. Anak yang tidak dibiasakan menjaga kebersihan rongga mulut akan


(19)

menyebabkan anak memiliki resiko karies yang tinggi (McDonald, et al., 2008). Anak yang mempunyai kebiasaan mengonsumsi susu menggunakan media botol susu sebelum tidur juga dapat meningkatkan resiko terjadinya karies (Adhani, et al., 2014).

Tindakan preventif dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya karies pada anak, yaitu pemberian topikal aplikasi fluor (TAF) pada email gigi, fissure sealent pada pit dan fisur gigi, serta pencegahan terhadap plak dengan sikat gigi dan dental floss. Topikal aplikasi fluor (TAF) merupakan tindakan pengaplikasian larutan fluor pada permukaan insisal, oklusal, bukal, dan lingual gigi. Bahan yang digunakan dalam TAF salah satunya adalah sodium fluoride (NaF). Fluor bekerja untuk menghambat demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi, menghambat pembentukan asam dan menurunan pH, serta dapat menghambat pembentukan plak (Bakar, 2012). Lombo, et al., (2015) dalam penelitiannya mengatakan bahwa salah satu tindakan pencegahan karies adalah dengan mengonsumsi air putih setelah mengonsumsi susu. Anak yang mengonsumsi air putih setelah mengonsumsi susu memiliki indeks karies yang rendah.

Susu merupakan minuman yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW dan lebih baik jika bisa rutin dikonsumsi. Rasulullah SAW bersabda :


(20)

5

“Minum susu sebelum tidur itu fitrah” (HR. Al Haitsami dalam At Ta’bir

2008 dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah 2207)

Rasulullah SAW juga menganjurkan untuk berkumur setelah minum susu.

ا

ل

ف

ا ف

لا

ر

ا

“Apabila kalian minum susu maka berkumurlah, karena sesungguhnya susu meninggalkan rasa masam pada mulut” (HR.IbnuMajah:499)

Al-quran dalam surat An-Nahl menjelaskan bahwa susu merupakan minuman yang dapat diminum.

“Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat

pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu murni yang bersih antara kotoran dan darah

yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya” (An Nahl:66)

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang perbedaan tingkat kekerasan email gigi desidui yang telah diberi TAF dan gigi desidui yang tidak diberi TAF pada perendaman menggunakan susu.

ط

ف

ا

ر ل

ف

ل

ر ل

ا ا

ا لا

ا ل

ر ف


(21)

B. Perumusan Masalah

Permasalahan yang dapat dirumuskan dari latar belakang masalah adalah apakah terdapat perbedaan tingkat kekerasan email antara gigi desidui dengan TAF dan tanpa TAF sebelum dan sesudah perendaman pada susu.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum :

Mengetahui perbedaan tingkat kekerasan email antara gigi desidui dengan TAF dan tanpa TAF sebelum dan sesudah perendaman pada susu.

2. Tujuan khusus

a. Mengkaji perbedaan tingkat kekerasan email gigi desidui yang tidak diberi TAF sebelum dan sesudah direndam pada susu.

b. Mengekaji perbedaan tingkat kekerasan email gigi desidui yang telah diberi TAF sebelum dan sesudah direndam pada susu.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi peneliti :

Menambah wawasan mengenai perbedaan tingkat kekerasan email antara gigi desidui dengan TAF dan tanpa TAF sebelum dan sesudah perendaman pada susu.


(22)

7

2. Manfaat bagi ilmu pengetahuan :

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi di bidang ilmu kedokteran gigi, khususnya kedokteran gigi anak.

3. Manfaat bagi masyarakat :

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi media informasi tentang pengaruh mengonsumsi susu terhadap gigi anak, serta memberikan informasi tentang pemberian TAF sebagai salah satu tindakan preventif untuk karies gigi.

E. Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian serupa yang pernah dilakukan antara lain :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Marcella, et al. (2014) yang berjudul

Effect of Coffee, Tea, and Milk Consumption on Tooth Surface Hardness

(In vitro study). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek

mengonsumsi kopi, teh, dan susu terhadap kekerasan permukaan gigi. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah terdapat peningkatan kekerasan permukaan gigi pada grup teh dan susu, sedangkan pada grup kopi terdapat penurunan kekerasan permukaan gigi. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada sampel penelitian dan variabel pengaruh.


(23)

2. Penelitian yang dilakukan oleh Abidin & Hutagalung (2010) yang berjudul Pengaruh Teh Kombucha Terhadap Kekerasan Enamel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh teh kombucha yang diketahui memiliki kandungan fluor tinggi terhadap kekerasan enamel gigi. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah perendaman gigi dengan teh kombucha selama 30, 60, dan 120 menit dapat meningkatkan kekerasan enamel. Semakin lama perendaman dengan teh kombucha maka kekerasan enamel semakin meningkat. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada sampel penelitian dan variabel pengaruh.


(24)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Gigi Desidui

Gigi desidui atau yang umumnya dikenal sebagai gigi susu akan erupsi secara lengkap saat anak berusia kurang lebih 2,5 tahun. Gigi desidui berkembang mulai dari usia 6 bulan sampai dengan 6 tahun. Saat anak berusia 6-13 tahun gigi permanen sudah mulai tumbuh menggantikan gigi desidui namun beberapa gigi desidui masih ada di rongga mulut, periode ini dinamakan dengan periode gigi bercampur. Gigi desidui akan tanggal seluruhnya dan hanya ada gigi permanen di rongga mulut pada saat anak berusia 13 tahun ke atas, periode ini dinamakan dengan periode gigi permanen (Bakar, 2012).

Gigi desidui merupakan gigi yang penting karena memiliki fungsi mastikasi, fonasi, estetika dan pendukung jaringan periodontal pada anak. Orang tua sering kali kurang memperhatikan kesehatan gigi desidui anaknya karena menganggap bahwa gigi desidui ini hanya sementara dan nantinya akan digantikan oleh gigi permanen, padahal pertumbuhan dan perawatan yang baik pada gigi desidui akan mempengaruhi pertumbuhan gigi permanen nantinya (Scheid, 2012).


(25)

Gigi desidui berbeda dengan gigi permanen. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari ukuran, struktur, dan warnanya. Mahkota gigi desidui memiliki ukuran yang lebih kecil dan akar yang lebih pendek dibandingkan dengan gigi permanen. Email gigi desidui lebih tipis dua kali lipat dan permukaan gigi desidui memiliki struktur yang lebih halus. Gigi desidui berwarna putih opak (Avery & Cheiego, 2006).

2. Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi Desidui

Pertumbuhan dan perkembangan gigi desidui sudah dimulai sejak sebelum lahir. Perkembangan gigi melibatkan sel-sel epitelial rongga mulut dan sel-sel mesenkimal. Sel-sel epitelial akan membentuk organ enamel yang nantinya berperan pada pembentukan email gigi, sedangkan sel-sel mesenkimal akan membentuk dental papila yang berperan dalam pembentukan dentin (Avery & Cheiego, 2006).

Pada saat pertumbuhan dan perkembangan, gigi akan mengalami aposisi dan kalsifikasi. Aposisi adalah pengendapan matriks dari struktur jaringan keras gigi seperti email dan dentin. Kalsifikasi adalah pengendapan garam kalsium anorganik. Hipoplasia email dan hipokalsifikasi dapat terjadi apabila terdapat gangguan pada saat aposisi dan kalsifikasi gigi (Harsanur,1995).


(26)

11

Hiatt & Gartner (2009) dalam bukunya yang berjudul Textbook of

Head and Neck Anatomy menjelaskan mengenai tahap-tahap

pembentukan gigi sebagai berikut :

a. Bud stage

Bud stage merupakan tahap pembentukan lamina dura.

Lamina dura adalah jaringan epitel yang mengalami penebalan ditempat gigi akan muncul nantinya (Harshanur,1995).

b. Cap stage

Cap stage adalah tahap proliferasi sel-sel menjadi organ

enamel. Sel-sel yang mengalami prolifersai akan mengalami pembesaran dan membentuk seperti topi / cap.

c. Bell stage

Pada tahap bell stage sel-sel mengalami histodiferensiasi dan morfodiferensiasi. Histodiferensiasi adalah perubahan sel secara hisologis, contohnya organ enamel menjadi ameloblas yang akan membentuk email gigi. Morfodiferensiasi adalah perubahan sel-sel membentuk garis luar dari mahkota dan akar sehingga akan menjadi bentuk morfologi dari tiap-tiap gigi.


(27)

Erupsi merupakan proses pertumbuhan gigi menembus jaringan lunak dan mukosa sehingga muncul di rongga mulut pada posisinya di lengkung rahang, mencapai kontak oklusi dan dapat berfungsi mastikasi(Avery & Cheiego, 2006).Tahap-tahap erupsi gigi :

a. Preeruptive phase

Pada tahap ini, gigi mengalami perkembangan dan pembentukan mahkota serta akar di dalam tulang rahang. Gigi belum muncul di dalam rongga mulut.

b. Prefunctional eruptive

Prefunctional eruptive adalah tahap dimana terjadi

pembentukan akar dan pergerakan gigi ke arah rongga mulut. Akar yang mulai terbentuk mendorong mahkota gigi untuk berpenetrasi menembus jaringan lunak dan mukosa rongga mulut sehingga gigi muncul di dalam rongga mulut sampai mencapai kontak oklusi.

c. Functional eruptive

Pada tahap ini, gigi desidui mencapai kontak oklusi dan dapat berfungsi untuk mastikasi. Atrisi dan abrasi dapat terjadi pada permukaan insisal gigi sehingga gigi akan terus mengalami erupsi


(28)

13

sebagai kompensasi adanya kehilangan struktur gigi untuk dapat mencapai kontak oklusi.

Casamassimo, et al. (2013) dalam bukunya yang berjudul Pediatric

Dentistry Infancy Through Adolescence menuliskan tentang waktu erupsi

gigi desidui sebagai berikut :

Tabel 1. Waktu Erupsi Gigi Desidui

Insisivus sentral (bulan) Insisivus lateral (bulan) Kaninus (bulan) Molar pertama (bulan) Molar kedua (bulan)

Maksila 7,5 9 18 14 24

Mandibula 6 7 16 12 20

3. Email Gigi

Email merupakan jaringan keras gigi yang membentuk mahkota dan melindungi jaringan di bawahnya. Email terdiri dari 86% mineral, 12% air, dan 2% material organik. Email mengandung kristal hidroksiapatit [Ca10(PO4)6(OH)2] yang padat dan bersifat translusen. Warna putih

kekuningan yang biasa terlihat pada gigi sebenarnya adalah bayangan dentin akibat sifat translusen dari email (Fajerskov & Kidd, 2008).

Ameloblas adalah sel yang membentuk email gigi, namun ameloblas akan menghilang ketika gigi sudah erupsi atau sudah muncul di dalam


(29)

rongga mulut. Hilangnya ameloblas menyebabkan email menjadi lebih rentan mengalami kerusakan, contohnya karies. Email yang mengalami kerusakan tidak dapat digantikan atau dibentuk kembali. Email memerlukan mineral-mineral untuk menjaga keutuhan email (Nanci, 2003).

4. Kekerasan Email

Email gigi memiliki struktur yang paling keras dibandingkan dengan jaringan biologi lainnya dalam tubuh. Email terdiri dari kristal hidroksiapatit yang tersusun padat sehingga menyebabkan struktur email keras. Struktur email yang keras dapat menahan fraktur dari beban pengunyaham, namun email rentan terhadap penetrasi partikel-partikel yang menyebabkan demineralisasi (Nanci,2003). Kekerasan email dapat diukur dengan menggunakan alat mikro vickers hardness tester (Prasetyo 2005).

a. Remineralisasi

Remineralisasi adalah proses pembentukan kembali mineral-mineral email yang larut akibat proses demineral-mineralisasi. Proses remineralisasi gigi dipengaruhi oleh ion kalsium dan fosfat. Kalsium dan fosfat akan berdifusi pada email yang mengalami demineralisasi dan menghambat penguraian hidroksiapatit. Remineralisasi hanya


(30)

15

dapat terjadi pada lingkungan dengan pH normal. (Widyaningtyas et al., 2014).

b. Demineralisasi

Demineralisasi merupakan proses hilangnya sebagian atau seluruh mineral email. Proses demineralisasi dipengaruhi oleh suasana rongga mulut yang asam. Semakin asam maka ion hidrogen dapat merusak ikatan hidroksiapatit dan akan melarutkan hidroksiapatit pada email gigi (Widyaningtyas et al., 2014). Demineralisasi gigi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu erosi dan karies. Erosi terjadi akibat pengaruh asam namun tidak melibatkan aktivitas bakteri sedangkan karies melibatkan aktivitas bakteri plak gigi (Welbury et al., 2005).

Karies adalah suatu penyakit infeksius yang menyerang jaringan keras permukaan mahkota atau akar gigi dan dapat dicegah (Angela, 2005). Karies terjadi karena adanya pelarutan kimiawi atau demineralisasi pada permukaan gigi yang menyebabkan hilangnya sebagian kalsium dan fosfat pada email gigi sehingga struktur email akan berporus dan terbentuk white-spot (Fajerskov & Kidd, 2008). Karies dapat menyebar secara luas dan cepat pada anak-anak atau biasa dikenal dengan nama rampan karies. Rampan karies sering terlihat pada anak-anak di bawah usia 6 tahun yang mempunyai


(31)

kebiasaan minum susu formula menggunakan botol susu (Bakar, 2012).

Welbury, et al. (2005) dalam bukunya yang berjudul Paediatric

Dentistry menuliskan tentang teori kemoparasitik atau lebih dikenal

dengan teori asidogenik yang dikemukakan oleh W. D. Miller. Teori ini menjelaskan tentang etiologi dan proses karies. Proses karies memiliki 4 ciri utama, yaitu :

1) Karbohidrat difermentasikan menjadi asam organik oleh mikroorganisme pada plak di permukaan gigi

2) Penurunan pH yang terjadi secara berulang pada permukaan email gigi akan menyebabkan email mudah larut, apabila pH semakin rendah maka email akan semakin mudah larut.

3) Remineralisasi akan terjadi ketika karbohidrat tidak tersedia untuk metabolisme mikroorganisme plak akibatnya pH dalam plak akan naik dan menjadi netral.

4) Karies hanya terjadi apabila demineralisasi lebih banyak terjadi dibandingkan dengan remineralisasi, apabila demineralisasi dan remineralisasi terjadi secara seimbang maka dapat menghentikan proses karies dan mencegah terbentuknya karies.


(32)

17

Demineralisasi yang disebabkan karena karies dapat dicegah dengan meningkatkan remineralisasi pada gigi. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan antara lain :

1) Asupan fluor secara sistemik maupun lokal. Asupan fluor secara lokal contohnya adalah topikal aplikasi fluor (TAF).

2) Fissure Sealent dengan mengaplikasikan bahan sealent pada pit

dan fisur gigi.

3) Pencegahan terhadap plak dan bakteri dengan menggosok gigi dan dental floss. Anak berusia di bawah 5 tahun perlu bantuan dalam mengosok giginya (Welbury et al., 2005).

5. Susu

a. Definisi Susu

Susu adalah salah satu minuman bergizi yang mengandung lemak, protein, laktosa, mineral, enzim serta beberapa mikroorganisme dan merupakan hasil dari sekresi kelenjar susu mamalia. Susu dapat diperoleh dari proses pemerahan hewan ternak seperti sapi, kerbau, kambing, dan kuda (Chotiah, 2008). Susu memiliki kandungan kalsium dan fosfat yang baik untuk pertumbuhan tulang dan gigi.


(33)

Kalsium dan fosfat yang terkandung dalam susu berperan dalam proses remineralisasi.(Widyaningtyas et al., 2014)

Susu memiliki kandungan gula seperti sukrosa dan laktosa. Sukrosa dan laktosa dapat melekat pada permukaan email gigi dan apabila mendekat dalam waktu yang lama dapat menjadi media pertumbuhan bakteri. Bakteri dapat menghasilkan asam dan menyebabkan demineralisasi pada email gigi yang berlanjut menjadi karies (Nugroho, et al., 2012).

b. Macam susu

Badan Standardisasi Nasional pada tahun 2000 mengelompokkan susu menjadi beberapa macam, yaitu :

1) Susu segar

Susu segar adalah susu yang diperoleh dari hewan ternak sehat dengan cara pemerahan yang benar dan tidak diberi penambahan atau pengurangan bahan.

2) Susu pasteurisasi

Susu pasteurisasi adalah susu segar yang dipanaskan untuk membunuh mikroorganisme patogen dan bakteri pembusuk dari susu. Susu pasteurisasi dipanaskan pada suhu 63ºC selama 15


(34)

19

menit atau 72ºC selama 15 detik. Susu ini hanya memiliki waktu simpan sekitar 14 hari pada suhu rendah (5-6ºC).

3) Susu bubuk

Susu bubuk adalah susu sapi yang telah diubah menjadi bubuk dengan melalui proses pengeringan. Susu bubuk ada 2 macam, yaitu susu bubuk berlemak dan susu bubuk tanpa lemak. Susu bubuk memiliki waktu simpan hingga 2 tahun.

4) Susu steril / UHT

Susu UHT adalah susu yang dipanaskan pada suhu 135ºC dalam waktu singkat selama 2-5 detik. Pemanasan dengan suhu tinggi bertujuan untuk membunuh mikrorganisme patogen, bakteri pembusuk, dan spora. Waktu pemanasan yang singkat bertujuan untuk mencegah kerusakan gizi susu dan untuk mendapatkan rasa, warna, serta aroma yang tidak berubah seperti susu segar. Susu UHT dapat disimpan selama tidak lebih dari 8 mnggu pada suhu kamar.


(35)

5) Susu kental manis

Susu kental manis adalah susu dengan tekstur kental berasal dari susu cair yang diuapkan serta diberi penambahan air, gula, lemak nabati, dan vitamin D

6) Susu Formula

Susu formula adalah susu yang telah diberi penambahan beberapa zat antara lain laktosa, maltodekstrin, vitamin A, vitamin B1, protein, kalsium, dan fosfor. Susu formula mengandung nilai gizi yang cukup tinggi sehingga anak dianjurkan untuk mengonsumsi tambahan susu formula untuk melengkapi kebutuhan gizi dan nutrisinya (Sulistyoningsih, 2011). Susu formula memiliki kandungan gula seperti sukrosa dan laktosa yang dapat meyebabkan karies. (Nugroho et al., 2012).

6. Fluor dalam Kedokteran Gigi

a. Fluor

Fluor merupakan salah satu zat yang dapat digunakan untuk mencegah terjadinya karies dan biasanya ditemukan dalam kandungan susu, ikan, dan beberapa jenis sayuran. Fluor dapat diberikan secara sistemik maupun lokal. Pemberian fluor secara sistemik dapat


(36)

21

dilakukan dengan pemberian tablet dan fluoridasi air minum, sedangakan secara lokal melalui pasta gigi, gel, dan larutan fluor. Pencegahan karies akan lebih efektif jika fluor diberikan dalam konsentrasi rendah. Pemberian fluor dalam jumlah banyak dapat menyebabkan fluorosis atau hipomineralisasi pada email (Cameron & Widmer, 2008).

Fluor berperan dalam penghambatan karies melalui mekanisme fisik-kimiawi dan biologi. Mekanisme fisik-kimiawi adalah fluorida dapat membentuk struktur tahan asam sehingga mengurangi demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi. Mekanisme biologi adalah fluorida dapat menghambat metabolisme bakteri plak gigi (Anusavice, 2003).

Fluor dapat membentuk fluorapatit [Ca10(PO4)6F2] untuk

menggantikan hidroksiapatit gigi saat proses remineralisasi. Mineral gigi berupa karbonat apatit yang terdiri dari kalsium, fosfat, dan ion hidroksil akan membentuk hidroksiapatit. Karbonat yang terkandung dalam gigi dapat melemahkan struktur gigi sehingga gigi mudah dirusak oleh asam. Asam dapat berasal dari makanan dan minuman yang asam, selain itu asam juga dapat terbentuk akibat metabolisme bakteri dan fermentasi karbohidrat oleh bakteri pada plak gigi yang menyebabkan pH turun menjadi <5,5. Remineralisasi terjadi saat pH


(37)

naik mendekati netral dan fluor akan membentuk fluoroapatit yang memperkuat gigi sehingga menjadi lebih tahan oleh asam. (Welbury,

et al., 2005)

b. Topikal Aplikasi Fluor

Topikal aplikasi fluor (TAF) adalah salah satu tindakan preventif untuk mencegah terjadinya karies. TAF adalah pemberian fluor secara lokal pada gigi, yaitu dengan cara dioleskan pada permukaan bukal lingual oklusal gigi anak. Salah satu bahan yang digunakan dalam TAF adalah sodium sodium fluoride (Bakar, 2012)

Tahapan yang perlu dilakukan saat melakukan TAF yaitu :

1) Membersihkan gigi anak yang akan dioleskan fluor

2) Isolasi gigi dari saliva menggunakan kapas dan saliva ejektor

3) Keringkan gigi dengan menggunakan air syring

4) Oleskan larutan fluor pada seluruh permukaan gigi dengan menggunakan kapas kecil yang di jepit dengan pinset dan biarkan selama 4 menit

5) Bersihkan larutan fluor dari permukan gigi dan instruksikan kepada anak untuk tidak makan dan minum selama setengah jam


(38)

23

c. Mekanisme Fluor dalam TAF

Welbury, et al. (2005) dalam bukunya menyebutkan bahwa fluor memiliki mekanisme kerja sebagai berikut :

1) Fluor saat pembentukan email dapat membuat kristal enamal lebih stabil dan lebih kuat

2) Email dapat menghambat pertumbuhan bakteri dengan menghambat enzim enolase saat glikolisis

3) Menghambat demineralisasi

4) Meningkatkan remineralisasi ketika bergabung dengan kalsium dan fosfat


(39)

B. Landasan Teori

Gigi desidui adalah gigi anak yang erupsi secara lengkap pada usia kurang lebih 2,5 tahun. Gigi desidui sudah mulai terbentuk sejak anak masih dalam kandungan. Gigi desidui akan berada di dalam rongga mulut sampai gigi tersebut tanggal dan gigi permanen penggantinya erupsi. Banyak orang tua yang kurang memperhatikan kesehatan gigi desidui anaknya karena menganggap bahwa gigi desidui hanya gigi sementara yang nantinya akan digantikan oleh gigi permanen, padahal gigi desidui memiliki fungsi yanng penting yaitu untuk mastikasi, fonasi, estetik dan pendukung jaringan periodontal pada anak.

Email gigi adalah jaringan keras gigi yang mengandung kristal hidroksiapatit. Email dapat mengalami demineralisasi dan remineralisasi. Demineralisasi adalah hilangnya mineral pada email sedangkan remineralisasi adalah pembentukan kembali mineral gigi. Demineralisasi terjadi karena pengaruh asam sehingga dapat melarutkan mineral hidroksiapatit pada email gigi.

Susu adalah salah satu minuman bergizi tinggi yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Kandungan susu yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan gigi adalah kalsium dan fosfor. Kalsium dan fosfor dapat membantu terjadinya remineralisasi pada gigi. Susu memiliki


(40)

25

kandungan gula yang cukup tinggi dan dapat berpotensi menyebabkan demineralisasi gigi yaitu karies.

Untuk mencegah terjadinya demineralisasi pada gigi anak yang disebabkan oleh karies, tindakan pencegahan yang dapat dilakukan salah satunya adalah menggunakan Topikal Aplikasi Fluor (TAF). Fluor dapat meningkatkan remineralisasi gigi. Fluor membentuk fluorapatit untuk menggantikan hidroksiapatit gigi saat proses remineralisasi.


(41)

C. Kerangka Konsep

Gambar 1. Kerangka Konsep Gigi desidui

Struktur kekerasan email gigi

Demineralisasi

Pertumbuhan dan perkembangan gigi

Remineralisasi

Perlunakan email

Topikal aplikasi fluor

Mempengaruhi kekerasan email

Karies Erosi

Kekerasan email

Kandungan kalsium dan fosfat pada susu untuk pembentukan tulang dan gigi


(42)

27

D. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan tingkat kekerasan email antara gigi desidui dengan TAF dan tanpa TAF sebelum dan sesudah perendaman pada susu.


(43)

28 A. Desain Penelitian

Penelitian yang dilakukan termasuk dalam jenis penelitian eksperimental laboratoris secara in vitro terhadap kekerasan email gigi desidui.

B. Tempat dan Waktu

1. Tempat

Penelitian dilakukan di Laboratorium Bahan S1 Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

2. Waktu

Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2015 – April 2016 C. Sampel Penelitian

Sampel penelitian yang digunakan adalah gigi desidui yang masih utuh mahkotanya. Perhitungan untuk menentukan jumlah sampel menggunakan rumus Federer (1997) sebagai berikut :


(44)

29

Keterangan

t = banyak kelompok perlakuan

r = jumlah sampel

Kelompok perlakuan dalam penelitian ini ada 2 kelompok uji :

( t – 1 ) ( r –1 ) ≥ 15 ( 2 – 1 ) ( r –1 ) ≥ 15 r – 1 ≥ 15

r ≥ 16

Maka jumlah sampel minimal yang digunakan dalam setiap kelompok perlakuan berjumlah 16 buah gigi.

D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

1. Kriteria Inklusi

a. Gigi desidui anterior rahang atas dan rahang bawah dari hasil pencabutan


(45)

2. Kriteria Eksklusi

a. Mahkota gigi mengalami fraktur

b. Gigi desidui dengan akumulasi kalkulus pada bagian mahkota

c. Gigi desidui dengan anomali struktur dan morfologi

E. Identifikasi Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel penelitian

a. Variabel pengaruh :

1) Susu

2) Fluor

b. Variabel terpengaruh : kekerasan email gigi desidui

c. Variabel terkendali :

1) Jenis susu yang digunakan

2) Volume susu yang digunakan

3) Lama perendaman gigi desidui

d. Variabel tidak terkendali


(46)

31

2) Jumlah fluor yang dioleskan pada gigi

3) Suhu minuman

4) Kekerasan awal gigi desidui

2. Definisi operasional

a. Gigi desidui adalah gigi sulung bagian anterior rahang atas dan rahang bawah yang didapat dari hasil pencabutan tanpa anomali struktur dan morfologi serta dalam keadaan yang utuh tanpa fraktur mahkota dan bebas dari karies.

b. Susu adalah susu kotak dalam bentuk sedian cair yang diolah secara UHT dengan merk dagang Frisian Flag dan perasa coklat sebanyak 225 ml.

c. Topikal aplikasi fluor adalah salah satu tindakan pencegahan gigi berlubang dengan cara mengoleskan larutan fluor pada seluruh permukaan mahkota gigi menggunakan bahan NaF 2% dalam sediaan cair dengan merk dagang Fluocal Solution.

d. Kekerasan email adalah sifat fisik email gigi yang tingkat kekerasannya dapat diukur dengan menggunakan alat Micro Vickers

Hardness Tester dan didapatkan hasil dalam satuan VHN (Vickers


(47)

F. Instrumen Penelitian

1. Alat

a. Hand scoon

b. Kapas

c. Pinset

d. Wadah balok es batu

e. Wadah kotak plastik

f. Mangkok plastik kecil

g. Pengaduk

h. Lilin malam (clay)

i. Stopwatch

j. Spidol marker

k. Micro Vickers Hardness Tester dengan merk Buehler

2. Bahan

a. Gigi desidui


(48)

33

c. Fluor dalam sedian cair dengan merk dagang Fluocal Solution

d. Resin dan katalis

G. Cara Kerja

1. Tahap Persiapan

a. Mengumpulkan sampel gigi desidui

b. Mengurus surat izin

c. Menyiapkan alat dan bahan

2. Tahap Pelaksanaan

a. Meletakkan malam (clay) pada dasar wadah balok es batu sedemikian rupa sehingga menutupi dasar wadah balok es batu setinggi ± 3 mm.

b. Meletakkan gigi pada malam (clay) dengan posisi sebagian permukaan mahkota bagian labial tertanam pada malam (clay).

c. Membuat balok resin yang didapat dari pencampuran resin dan katalis secukupnya lalu diaduk dalam mangkok plastik kecil.

d. Menuang adonan resin ke dalam wadah balok es batu sampai gigi tertutup, lalu dijemur dan didiamkan sampai resin mengeras


(49)

e. Mengeluarkan balok resin dari wadah balok es batu dan membersihkan sisa malam (clay) yang masih menepel pada permukan labial gigi.

f. Menuliskan kelompok uji dan nomor sampel pada balok resin tersebut.

g. Mengukur kekerasan email sebelum dilakukan perlakuan pada sampel gigi menggunakan alat Micro Vickers Hardness Tester, lalu catat hasil pengukurannya.

h. Menyiapkan variabel pengaruh yang meliputi

1) Susu merk dagang Frissian Flag dengan perasa coklat sebanyak 225ml

2) NaF 2% dalam sediaan cair dengan merk dagang Fluocal Solution

i. Merendam sampel gigi desidui kelompok uji 1 pada susu selama 45 menit.

j. Mengoleskan NaF 2% pada permukaan labial sampel gigi desidui kelompok uji 2 yang tidak tertutup resin dan didiamkan selama 4 menit, kemudian dibersihkan dan dibiarkan selama 30 menit.

k. Merendam sampel gigi desidui kelompok uji 2 yang telah diberi TAF pada susu selama 45 menit.


(50)

35

l. Mengukur kembali kekerasan email setelah dilakukan perlakuan pada sampel gigi menggunakan alat Micro Vickers Hardness Tester lalu catat hasilnya.

m. Membandingkan data kekerasan email yang didapat sebelum dan sesudah perlakuan.

n. Mengolah dan menganalisa data.


(51)

H. Alur Penelitian

Gambar 2. Alur Penelitian Gigi Desidui

Sampel gigi desidui ditanam dalam balok resin

Sebelum dilakukan perlakuan sampel gigi desidui diukur kekerasannya menggunaan

Mikro Vickers Hardness Tester

Kelompok Uji 1 Kelompok Uji 2

Sampel gigi desidui diberi TAF, didiamkan selama 4 menit, dibersihkan dan dibiarkan

selama 30 menit

Setelah dilakukan perlakuan sampel gigi desidui diukur kekerasannya menggunaan

Mikro Vickers Hardness Tester

Sampel gigi desidui direndam dalam susu selama 45 menit


(52)

37

I. Analisa Data

Sampel pada penelitian ini diuji normalitas datanya menggunakan

Shapiro Wilk karena sampel berjumlah <50 buah. Analisa data dilakukan

menggunakan Paired T-Test apabila distribusi data normal atau menggunakan Wilcoxon apabila distribusi data tidak normal untuk membandingkan hasil sebelum dan setelah perlakuan pada masing-masing sampel, dan menggunakan Independent T-Test untuk menganalisa perbedaan kedua kelompok uji jika didapatkan distribusi normal atau Mann Whitney jika distribusi data tidak normal.


(53)

38 A. Hasil Penelitian

1. Uji Kekerasan Email

Uji kekerasan dilakukan untuk mengetahui nilai kekerasan email gigi desidui dengan TAF dan tanpa TAF sebelum dan sesudah perendaman menggunakan susu. Kekerasan email gigi desidui diukur menggunakan alat Micro Vickers Hardness Tester. Alat tersebut bekerja dengan cara memberikan beban menggunakan indentor pada permukaan bahan yang akan diuji kekerasannya sehingga didapatkan diameter 1 (d1) dan

diameter 2 (d2). Diameter tersebut dihitung rata-ratanya (d), kemudian

kekerasannya dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :

VHN =

185,4 x P d2 Keterangan :

VHN : Vickers Hardness Number

P : beban yang diberikan (100 gr)


(54)

39

Hasil perhitungan kekerasan menggunakan rumus tersebut sebelum dan sesudah perendaman menghasikan data sebagai berikut :

Tabel 2. Hasil Perhitungan Kekerasan Email Kelompok Uji 1 pada Perendaman Menggunakan Susu

No. Sebelum Sesudah

d1 d2 d d 2

VHN d1 d2 d d

2

VHN

1. 31,5 31,5 31,5 992,3 0,187 25,5 26,5 25,8 663,1 0,280

2. 29,5 29,5 29,5 870,3 0,213 21,5 24,0 22,8 517,6 0,358

3. 29,0 29,0 29,0 841,0 0,220 26,3 23,5 24,9 618,8 0,300

4. 27,5 29,3 28,4 805,1 0,230 26,0 19,6 22,8 520,4 0,356

5. 28,0 28,0 28,0 784,0 0,236 18,8 20,3 19,5 380,3 0,488

6. 27,0 27,5 27,3 742,6 0,250 19,3 19,3 19,3 370,6 0,500

7. 26,3 27,5 26,9 722,3 0,257 20,1 20,5 20,3 412,6 0,449

8. 26,3 27,5 26,9 722,3 0,257 25,6 20,4 23,0 529,0 0,350

9. 27,8 25,0 26,4 695,6 0,267 18,0 13,3 15,6 244,1 0,759

10. 25,0 25,5 25,3 637,6 0,291 16,3 22,0 19,1 365,8 0,507

11. 24,5 24,0 24,3 588,1 0,315 16,6 17,0 16,8 282,7 0,656

12. 27,3 19,0 23,1 534,8 0,347 15,5 17,5 16,5 272,3 0,681

13. 23,8 22,0 22,9 523,3 0,354 20,9 20,0 20,4 417,7 0,444

14. 22,5 23,0 22,8 517,6 0,358 22,6 20,8 21,7 470,3 0,394

15. 24,3 19,3 21,8 473,1 0,392 19,0 15,8 17,4 301,9 0,614

16. 29,5 30,5 30,0 900,0 0,206 31,3 30,4 30,8 949,4 0,195

Jumlah 4,380 Jumlah 7,332


(55)

Tabel 3. Hasil Perhitungan Kekerasan Email Kelompok Uji 2 pada Perendaman Menggunakan TAF dan Susu

No. Sebelum Sesudah

d1 d2 d d 2

VHN d1 d2 d d

2

VHN

1. 31,3 30,3 30,8 945,6 0,196 26,8 24,3 25,5 650,3 0,285

2. 23,0 21,3 22,1 489,5 0,379 19,5 18,8 19,1 365,8 0,507

3. 31,5 31,5 31,5 992,3 0,187 27,3 27,3 27,3 742,6 0,250

4. 29,0 29,3 29,1 848,3 0,219 19,5 18,3 18,9 356,3 0,520

5. 26,0 30,0 28,0 784,0 0,236 25,8 25,5 25,6 656,6 0,282

6. 26,5 26,5 26,5 702,3 0,264 26,8 24,3 25,5 650,3 0,285

7. 26,3 26,3 26,3 689,1 0,269 20,8 21,5 21,1 446,3 0,415

8. 26,8 25,0 25,9 669,5 0,277 24,0 26,1 25,1 628,1 0,295

9. 25,5 25,5 25,5 650,3 0,285 24,8 22,5 23,6 558,1 0,332

10. 25,0 25,0 25,0 625,0 0,297 25,3 25,8 25,5 650,3 0,285

11. 27,0 22,0 24,5 600,3 0,309 22,0 22,3 22,1 489,5 0,379

12. 22,3 25,5 23,9 570,0 0,325 24,8 23,3 24,0 576,0 0,322

13. 22,5 23,5 23,0 529,0 0,350 20,0 20,5 20,3 410,1 0,452

14. 23,5 21,5 22,5 506,3 0,366 21,3 21,5 21,4 456,9 0,406

15. 22,0 22,5 22,3 495,1 0,374 19,5 18,8 19,1 365,8 0,507

16. 21,0 21,0 21,0 441,0 0,420 24,8 22,3 23,5 552,3 0,336

Jumlah 4,754 Jumlah 5,859

Rata-rata 0,297 Rata-rata 0,366

Keterangan tabel : d1 = diagonal vertikal

d2 = diagonal horisontal


(56)

41

d2 = nilai kuadrat dari panjang diagonal (d) VHN = nilai kekerasan email

Pada masing-masing tabel terdapat nilai d1, d2, d (rata-rata diameter),

d2, hasil perhitungan (VHN), serta dapat dilihat perbedaan hasil perhitungan kekerasan antara sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan. Diketahui rata-rata kekekerasan email pada perendaman menggunakan susu (0,458) lebih besar dibandingkan pada perendaman menggunakan TAF dan susu (0,366), hal ini berarti bahwa rata-rata kekerasan email gigi yang direndam menggunakan Susu lebih keras dibandingkan gigi yang direndam menggunakan TAF dan susu.

2. Paired Sample t-Test

Paired sample t-Test atau uji t berpasangan adalah uji yang digunakan

untuk menganalisis data pada sampel yang sama namun mengalami dua perlakuan yang berbeda. Sebelum melakukan uji t berpasangan, perlu dilakukan uji normalitas terlebih dahulu. Uji t berpasangan dapat dilakukan apabila distribusi data normal.

Uji normalitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data sampel normal atau tidak. Uji normaltias yang digunakan adalah Shapiro-Wilk karena jumlah sampel < 50. Hasil uji normalitas sebelum perlakuan pada kelompok uji satu menggunakan susu menunjukkan angka signifikan 0,260 (P>0,05) dan sesudah perlakuan menunjukkan angka signifikan 0,826 (P>0,05), maka data sampel pada


(57)

kelompok uji satu berdistribusi normal. Hasil uji normalitas sebelum perlakuan pada kelompok uji dua menggunakan susu dan TAF menunjukkan angka signifikan 0,888 (P>0,05) dan sesudah perlakuan menunjukkan angka signifikan 0,053 (P>0,05), maka data sampel pada kelompok uji 2 beridistribusi normal. Uji normalitas pada masing-masing kelompok uji menunjukkan data sampel yang berdistribusi normal sehingga penelitian dapat dilanjutkan menggunakan uji t berpasangan.

Pada penelitian ini, uji t berpasangan dilakukan untuk menganalisis data sebelum dan sesudah perlakuan pada sampel. Berikut adalah hasil dari uji t berpasangan data sampel :

Tabel 4. Hasil Uji T Berpasangan

Mean Std. Deviation df Sig (2-tailed) Susu -0,184437 0,130269 15 0,000 Susu dan TAF -0,069062 0,085934 15 0,006

Tabel 4 menunjukkan hasil uji t berpasangan pada kelompok uji 1 dan kelompok uji 2. Pada kelompok uji 1 yang menggunakan susu didapatkan nilai signifikan 0,000 (P<0,05) sehingga kekerasan email antara sebelum dan sesudah perendaman menggunakan susu memiliki perbedaan yang signifikan. Pada kelompok uji 2 yang menggunakan TAF dan susu didapatkan nilai signifikan 0,006 (P<0,05) sehingga kekerasan email


(58)

43

antara sebelum dan sesudah perendaman menggunakan TAF dan susu memiliki perbedaan yang signifikan.

3. Independent T-Test

Independent t-test atau uji t tidak berpasangan adalah uji yang

digunakan untuk menganalisis data pada sampel yang bebas dan tidak berhubungan. Sebelum melakukan uji t tidak berpasangan, perlu dilakukan uji homogenitas terlebih dahulu. Uji t tidak berpasangan dapat dilakukan apabila sampel data homogen.

Uji homogenitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah sampel mempunyai varians yang sama. Hasil uji homogenitas menggunakan Levene’s Test didapatkan nilai signifikan 0,087 (P>0,05) maka data sampel tersebut mempunyai varians yang sama atau homogen. Uji hommogenitas menunjukkan data sampel yang homogen atau mempunyai varians sama sehingga penelitian dapat dilanjutkan menggunakan uji t tidak berpasangan.

Pada penelitian ini, uji t tidak berpasangan dilakukan untuk menganalisis data antara dua kelompok uji. Berikut adalah hasil dari t tidak berpasangan data sampel :


(59)

Tabel 5. Hasil Uji T Tidak Berpasangan

Mean Difference

Std. Error

Deviation df Sig (2-tailed) Equal

variances assumed

0,115562 0,039084 30 0,006

Equal variances not

assumed

0,115562 0,039084 30 0,007

Berdasarkan uji homogenitas yang dilakukan sebelumnya, sampel mempunyai varians yang sama atau homogen sehingga jika dilihat pada tabel nilai signifikan uji t tidak berpasangan adalah 0,006 (P<0,05). Hal ini berarti bahwa tingkat kekerasan email antara gigi desidui yang tidak diberi TAF dan diberi TAF pada perendaman menggunakan susu memiliki perbedaan yang signifikan.

B. Pembahasan

Email gigi memiliki struktur yang keras terdiri dari kristal-kristal hidroksipatait yang tersusun padat, namun gigi memiliki kerentanan terhadap asam yang dapat menyebabkan demineralisasi gigi. Gigi yang mengalami demineralisasi dapat terjadi perlunakan karena kehilangan struktur kristal hidroksiapatit. Remineralisasi diperlukan untuk memperbaiki struktur hidroksiapatit yang hilang dari email gigi (Nanci, 2003).

Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kekerasan email gigi desidui dengan TAF dan tanpa TAF sebelum dan sesudah perendaman


(60)

45

menggunakan susu. Penelitian dilakukan di Laboratorium Bahan S1 Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Penelitian dilakukan dengan mengukur sampel sebelum perlakuan dan setelah perlakuan. Uji t berpasangan dilakukan untuk menganalisis perbedaan kekerasan antara sebelum dan sesudah perlakuan, sedangkan uji t tidak berpasangan dilakukan untuk menganalisis perbedaan kekerasan dari dua kelompok uji.

Hasil uji t berpasangan pada kelompok uji satu menunjukkan bahwa kekerasan email antara sebelum dan sesudah perendaman menggunakan susu memiliki perbedaaan yang signifikan. Email gigi terdiri dari kristal hidroksiapatit yang terdiri dari ion kalsium dan fosfat. Susu merupakan minuman yang mengandung kalsium dan fosfor. Kandungan kalsium dan fosfor pada susu berperan dalam pembentukan tulang dan gigi. Kalsium dan fosfor dari susu dapat membantu proses remineralisasi. (Fajerskov & Kidd, 2008). Remineralisasi adalah proses pembentukan kembali mineral-mineral gigi. Hal ini dapat menyebabkan email menjadi keras karena mineral-mineral gigi yang yang kembali utuh dan tersusun padat (Nanci, 2003). Proses difusi berperan dalam remineralisasi gigi. Ion kalsium dan fosfat yang terdapat pada susu akan terdeposit pada permukaan enamel dan berdifusi ke dalam mikroporositas gigi sehingga terjadi proses remineralisasi. (Widyaningtyas et al., 2014).


(61)

Hasil uji t berpasangan pada kelompok uji dua menunjukkan bahwa kekerasan email antara sebelum dan sesudah perendaman menggunakan susu dan TAF memiliki perbedaaan yang signifikan. Topikal aplikasi fluor adalah salah satu cara untuk mencegah terjadinya karies (Bakar, 2012). Fluor berperan dalam menghambat terjadinya karies melalui mekanisme fisik-kimawi. Fluor mampu mengurangi demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi (Anusavice, 2003). Fluor akan membentuk fluoroapatit saat proses remineralisasi dan menggantikan hidroksiapatit. Fluoroapatit dapat memperkuat gigi dan menjadikan gigi lebih tahan terhadapt asam. (Welbury

et al., 2005).

Hasil uji t tidak berpasangan pada kedua kelompok menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kekerasan yang signifikan pada kedua kelompok uji (p<0,05). Kalsium, fosfor, dan fluor diketahui berperan dalam proses remineralisasi gigi. Kalsium dan fosfor pada susu dapat membentuk hidroksiapatit, sedangkan fluor dari TAF akan membentuk fluoroapatit. Saat proses remineralisasi fluor akan bersubstitusi dengan ion hidroksil membentuk fluoroapatit (Welbury et al., 2005). Rata-rata kekekerasan email pada perendaman menggunakan susu lebih besar dibandingkan pada perendaman menggunakan TAF dan susu. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil dari penelitian yang di lakukan oleh Rahardjo, dkk. (2014) yang berjudul “The Effect of Milk or its Combination with Tea and 0,2% NaF on


(62)

47

Tomography”, yaitu remineralisasi enamel lebih efektif pada aplikasi susu

murni dibandingkan dengan susu yang di tambahkan dengan NaF 0,2%. Proses remineralisasi dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya adalah derajat keasaman daerah sekitar gigi (pH), waktu, konsentrasi, dan viskositas larutan yang mengandung ion-ion pendukung proses remineralisasi. Lingkungan yang asam akan membuat enamel gigi terjadi mikroporusitas yang lama kelaman terus menerus akan mendemineralisasi gigi sedangkan remineralisasi diperlukan lingkungan dengan pH normal. (Fajerskov & Kidd, 2008). Pada penelitian ini tidak digunakan larutan asam untuk menghasilkan permukaan porus. Porus sampel gigi bergantung pada keadaan dan kekerasan awal gigi yang tidak dapat di kontrol. Susu memiliki viskositas yang rendah. Semakin rendah viskositas larutannya, maka akan semakin mendukung proses remineralisasi karena larutan mudah melakukan penetrasi ke mikroporositas enamel (Widyaningtyas et al., 2014).


(63)

48 A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian tentang perbedaan tingkat kekerasan email antara gigi desidui yang diberi TAF dan tidak diberi TAF pada perendaman menggunakan susu, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Terdapat perbedaan tingkat kekerasan email antara gigi desidui dengan TAF dan tanpa TAF pada perendaman menggunakan susu.

2. Kekerasan email gigi desidui tanpa TAF pada perendaman menggunakan susu lebih tinggi tingkat kekerasannya dibandingkan dengan gigi yang diberi TAF dan direndam menggunakan susu.

Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efektivitas TAF terhadap proses remineralisasi pada gigi yang mengalami demineralisasi akibat karies dan erosi.

2. Dapat dilakukan penelitian serupa dengan menggunakan variabel pengaruh yang berbeda.


(64)

49

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Trimurni & Hutagalung, Mita Z. 2010. Pengaruh Teh Kombucha Terhadap Kekerasan Enamel. Dentika Dental Journal, Vol 15 : 16-70.

Adhani, R., Sari, Nadya N., & Aspriyanto, Didit. 2014. Nursing Mouth Caries Anak 2-5 Tahun di Puskesmas Cempaka Banjarmasin.

Angela, Ami. 2005. Pencegahan Primer pada Anak yang Berisiko Karies Tinggi. Anusavice, Kenneth J. 2003. Philips : Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Ed

10. Jakarta : EGC

Avery, James K. & Cheiego D. J. 2006. Essentials of Oral Histology and Embryologi. 3rd edition. Canada : Mosby, Inc

Bakar, Abu. 2012. Kedokteran Gigi Klinis. Ed 2. Yogyakarta: Quantum Sinergis Media

Berg, Joel H. & Slayton, Rebecca L. 2009. Early Childhood Oral Health. USA: Wiley-Blackwell.

Cameron, Angus C., & Widmer, Richard P. 2008. Handbook of Pediatric Dentistry. 3rd edition. USA : Elsevier Limited.

Casamassimo, Paul S., Fields, Henry W., Mctigue Dennis J., & Nowak, Arthur J. 2013. Pediatric Dentistry Infancy Through Adolesence. 5th edition. Missouri : Elsevier Inc.

Chotiah, Siti. 2008. Beberapa Bakteri Patogen yang Mungkin Dapat Ditemukan pada Susu Sapi dan Pencegahannya.

Fejerskov, Ole, & Kidd, Edwina. 2008. Dental Caries: The Disease and Itts Clinical

Management. 2nd edition. UK: Blackwell Munksgaard Ltd.

Harsanur, Itjiningsih W. 1995. Anatomi Gigi. Jakarta : EGC

Hiatt, James L., & Gartner, Leslie P. 2009. Textbook of Head and Neck Anatomy. 4th edition. Philadelphia : LWW

Lombo, A., Mayulu, N., & Gunawan, Paulina N. 2015. Status Karies Anak Usia Prasekolah Sekolah Citra Kasih yang Mengonsumi Susu Formula. Jurnal e-GiGi, Vol 3, No. 1.


(65)

49

Marcella, Merry A., Wahyudi, Ivan, A., & Puspita, Rini Maya. 2014. Effect of Coffee, Tea, and Milk Consumption on Tooth Surface Hardness (In Vitro Study).

Mc Donald, Ralph E. 2008. Dentistry for the Child and Adolescent. 8th edition. USA : Mosby

Nanci, Antonio. 2003. Ten Cate’s Oral Histology: Development, Structure and

Function. 6th edition. USA: Mosby Inc.

Nasution, Minasari Imran. 2008. Morfologi Gigi Desidui dan Gigi Permanen. Medan : USU Press

Nugroho, T.A., Kusumawati, Y., & Raharjo, B. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Orang Tua Tentang Pemberian Susu Botol dengan Kejadian Karies Gigi pada Siswa Prasekolah. Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 5, No. 2 : 165-174.

Prasetyo, Edhie A., 2005. Keasaman Minuman Ringan Menurunkan Kekerasan Permukaan Gigi. Majalah Kedokteran Gigi (Dent J), Vol 38, No 2, 60-63 Rahardjo, A., Sahertian, Raisa D., Ramadhani, Siti A., Maharani, Diah A., Latief.

2014. The Effect of Milk or its Combination with Tea and 0,2% NaF on Dental

Enamel Demineralization Analyzed by Micro Computed Tomography. Journal

of Dentistry Indonesia, Vol 21, No 2, 53-56.

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Scheid, R. C. 2012. Anatomi Gigi. Ed 8. Yogyakarta : EGC.

Sulistyoningsih, H. 2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu. p. 2-9.

Welbury, Richard R., Duggal, Monty S., & Hosey, Marie-Therese. 2005. Paediatric

Dentistry. 3rd edition. US: Oxford University Press Inc.

Widyaningtyas, Vivien., Rahayu, Yani C., & Barid, Izzata. 2014. Analisis Peningkatan Remineralisasi Enamel Gigi Setelah Direndam dalam Susu Kedelai Murni (Glycine max (L.) Merill) Menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM). Jurnal Pustaka Kesehatan. Vol 2 (No. 2)


(66)

(67)

,169 16 ,200* ,932 16 ,260

,128 16 ,200* ,969 16 ,826

Sebelum_Susu Setelah_Susu

Stat istic df Sig. Stat istic df Sig.

This is a lower bound of the true signif icance. *.

Lillief ors Signif icance Correction a.

Test of normality TAF

Tests of Normal ity

,092 16 ,200* ,973 16 ,888

,192 16 ,117 ,889 16 ,053

Sebelum_TAFdanSusu Setelah_TAFdanSusu

Stat istic df Sig. Stat istic df Sig.

Kolmogorov -Smirnova Shapiro-Wilk

This is a lower bound of the true signif icance. *.

Lillief ors Signif icance Correction a.

Paired T Test Susu dan TAF

Paired Samples Test

-,184437 ,130269 ,032567 -,253853 -,115022 -5,663 15 ,000 -,069062 ,085934 ,021483 -,114853 -,023272 -3,215 15 ,006 Sebelum_Susu -Setelah_Susu Pair 1 Sebelum_TAFdanSusu - Setelah_TAFdanSusu Pair 2

Mean Std. Dev iation

Std. Error

Mean Lower Upper 95% Confidence

Interv al of the Dif f erence Paired Diff erences


(68)

Test of normality Susu dan (Susu dan TAF)

Tests of Normality

,131 16 ,200* ,951 16 ,509

,123 16 ,200* ,927 16 ,219

perlakuan susu susu dan TAF penigkatan kekerasan

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Kolmogorov -Smirnova Shapiro-Wilk

This is a lower bound of the true signif icance. *.

Lillief ors Significance Correction a.

Independen T Test Susu dan (Susu dan TAF)

Independent Samples Test

3,122 ,087 2,957 30 ,006 ,115562 ,039084 ,035741 ,195384 2,957 26,000 ,007 ,115562 ,039084 ,035223 ,195902 Equal v ariances

assumed Equal v ariances not assumed penigkatan kekerasan

F Sig.

Lev ene's Test f or Equality of Variances

t df Sig. (2-tailed) Mean Diff erence

Std. Error

Diff erence Lower Upper 95% Confidence

Interv al of the Diff erence t-test for Equality of Means


(69)

Gigi pada clay sebelum ditanam dalam balok resin

Mencampur resin dengan katalis untuk membuat balok resin

Menuang resin ke dalam wadah balok es sampai gigi tertutup seluruhnya, kemudian resin dibiarkan di tunggu sampai mengeras


(70)

Alat Micro Vickers Hardness Tester

Indenter menekan pada permukaan gigi

\ Penampang hasil indentasi microvickers


(71)

(72)

Perbedaan Tingkat Kekerasan Email antara Gigi Desidui Dengan TAF

dan Tanpa TAF Sebelum dan Sesudah Perendaman pada Susu

The Hardness Difference between Deciduous Tooth Enamel With and

Without TAF Before and After Soaking in Milk

Architamora Ayu Hapsari1, Atiek Driana Rahmawati2 1

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

2

Dosen Program Studi Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Abstrak

Latar belakang: Gigi desidui atau gigi susu adalah gigi pada anak yang sudah erupsi sempurna pada usia 2,5 tahun serta berfungsi untuk mastikasi, fonasi, estetik, dan mendukung jaringan periodontal anak. Struktur email gigi memiliki struktur yang berbeda dengan email gigi permanen. Email adalah struktur terluar dari gigi berupa jaringan keras yang mengandung hidroksiapatit. Demineralisasi dapat terjadi pada email akibat dari asam yang dapat melarutkan hidroksiapatit sehingga email menjadi lunak. Proses remineralisasi diperlukan untuk pembentukan kembali mineral gigi yang hilang. Kalsium, fosfor, dan fluor berperan dalam proses remineralisasi. Tujuan penelitian: Penelitian ini bertujan untuk mengetahui perbedaan tingkat kekerasan antara email gigi desidui dengan TAF dan tanpa TAF sebelum dan sesudah perendaman pada susu. Bahan dan metode: Desain penelitan yang digunakan adalah eksperimental laboratoris secara in vitro. Sampel penelitian adalah gigi desidui anterior hasil pencabutan. Penelitian dilakukan dengan memberikan perlakuan pada masing-masing sampel gigi tiap kelompok uji. Kekerasan gigi diukur sebelum dan setelah dilakukan perlakuan. Hasil penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kekerasan email gigi desidui yang signifikan antara gigi yang diberi TAF dan tidak


(73)

Kata kunci : Kekerasan email, Gigi desdui, TAF, Fluor, Susu

Abstract

Background: Deciduous teeth is the children’s teeth which already erupted perfectly at

the age of 2.5 years as well as serving for the mastication, phonation, esthetic, and supporting periodontal tissues of children. The structure of tooth enamel has a different structure with permanent tooth enamel. Enamel is the outer structure of the teeth in the form of hard tissue that contains hydroxyapatite. Demineralization can occur in email as a result of which the acid can dissolve hydroxyapatite so that the enamel becomes soft. Remineiralization process required for the re-establishment of the missing tooth mineral. Calcium, phosphat, and fluor play a role in the remineralization process.

Purpose: This study aims to determine hardness differences of deciduous tooth enamel

with TAF and without TAF before and after immersion in milk. Materials and methods:

Research design used is an experimental laboratory in vitro. Samples are deciduous anterior teeth post extraction. The study was conducted by giving treatment to each tooth samples each test group. Tooth hardness measured before and after treatment.

Result: The results showed that there are signifcant different hardness of deciduous teeth enamel with TAF and without TAF after immersion in milk (p<0,05). The tooth enamel without TAF on immersion in milk is harder than the tooth enamel that have been given TAF and soaked in milk.


(74)

Pendahuluan

Pertumbuhan dan perkembangan gigi pada anak merupakan salah satu hal yang perlu mendapat perhatian, khususnya gigi desidui. Gigi desidui mengalami perkembangan sejak anak masih dalam kandungan. Perkembangan gigi desidui melalui beberapa tahap, mulai dari pembentukan dan mineralisasi pada mahkota gigi serta kalsifikasi akar yang kemudian diikuti dengan pertumbuhan jaringan pendukung disekitar gigi.1

Email gigi adalah bagian terluar dari mahkota gigi yang mengalami mineralisasi dan berfungsi untuk melindungi jaringan gigi. Kandungan mineral yang tinggi menyebabkan struktur email keras namun apabila terjadi demineralisasi dapat menyebabkan email menjadi mudah rapuh.2 Demineralisasi merupakan proses hilangnya sebagian atau seluruh mineral email. Remineralisasi adalah proses pembentukan kembali mineral-mineral email yang larut akibat proses demineralisasi. Proses remineralisasi gigi dipengaruhi oleh ion kalsium dan fosfat.3

Karies merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan adanya demineralisasi pada jaringan keras gigi. Perlunakan email dan dentin merupakan awal dari terjadinya karies. Anak-anak pada umumnya lebih rentan terhadap karies karena gigi desidui sangat peka terhadap kerusakan gigi.4

Susu merupakan salah satu minuman yang menjadi kegemaran anak. Susu mengandung nilai gizi yang cukup tinggi untuk menunjang pertumbuhan tulang dan gigi. Kandungan susu diantaranya adalah protein, kalsium, fosfor, vitamin A dan vitamin B1. Anak dianjurkan mengonsumsi susu untuk melengkapi kebutuhan gizi dan


(75)

Topikal aplikasi fluor (TAF) adalah salah satu tindakan preventif untuk mencegah terjadinya karies. Fluor dapat membentuk fluorapatit untuk menggantikan hidroksiapatit gigi saat proses remineralisasi. Fluor berperan dalam penghambatan karies melalui mekanisme fisik-kimiawi dan biologi. Mekanisme fisik-kimiawi adalah fluorida dapat membentuk struktur tahan asam sehingga mengurangi demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi. Mekanisme biologi adalah fluorida dapat menghambat metabolisme bakteri plak gigi.5

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat kekerasan email antara gigi desidui yang telah dilakukan pemberian TAF dan tidak dilakukan pemberian TAF pada perendaman menggunakan susu.

Bahan dan Metode Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratoris secara in vitro untuk menguji perbedaan kekerasan email gigi desidui dengan TAF dan tanpa TAF sebelum dan sesudah perendaman menggunakan susu. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Bahan Teknik Si Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.


(76)

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi desidui anterior hasil pencabutan yang masih memiliki mahkota utuh dan bebas karies. Sampel yang digunakan sebanyak 16 buah gigi pada masing-masing kelompok uji.

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah susu (UHT) dengan merk dagang Frisian Flag dan fluor (NaF 2%) dalam sediaan cair dengan merk dagang

Fluocal Solution. Alat yang digunakan untuk mengukur kekerasan adalah Micro Vickers

Hardness Tester dengan merk dagang Boehler.

Sampel gigi desidui ditanam dalam balok resin terlebih dahulu dan diberi tanda kelompok uji. Sebelum dilakukan perlakuan, sampel gigi tersebut diukur kekerasan mula-mulanya. Sampel di bagi menjadi dua kelompok uji. Kelompok uji pertama adalah sampel gigi desidui dengan perlakuan direndam dalam susu selama 45 menit. Kelompok uji kedua sampel gigi diberi TAF didiamkan selama 4 menit, kemudian dibersihkan dan dibiarkan selama 30 menit. Sampel gigi tersebut direndam dalam susu selama 45 menit. Setelah dilakukan perlakuan, sampel gigi kembali diukur kekerasannya.

Data yang didapat antara sebelum dan sesudah perlakuan kemudian dianalisa. Analisa data menggunakan uji t berpasangan untuk menganalisis perbedaan kekerasan antara sebelum dan sesudah perlakuan, dan uji t tidak berpasangan dilakukan untuk menganalisis perbedaan kekerasan dari dua kelompok uji.


(77)

dengan TAF dan tanpa TAF sebelum dan sesudah perendaman menggunakan susu. Kekerasan email gigi desidui diukur menggunakan alat Micro Vickers Hardness Tester. Hasil uji tersebut didapatkan data perhitungan kekerasan email. Setelah di dapatkan data dilanjutkan dengan menganalisa data menggunakan uji t berpasangan.

Syarat dapat dilakukannya uji t berpasangan adalah distribusi data normal. Hasil uji normalitas sebelum perlakuan pada kelompok uji satu menggunakan susu menunjukkan angka signifikan 0,260 (P>0,05) dan sesudah perlakuan menunjukkan angka signifikan 0,826 (P>0,05), maka data sampel pada kelompok uji satu berdistribusi normal. Hasil uji normalitas sebelum perlakuan pada kelompok uji dua menggunakan susu dan TAF menunjukkan angka signifikan 0,888 (P>0,05) dan sesudah perlakuan menunjukkan angka signifikan 0,053 (P>0,05), maka data sampel pada kelompok uji 2 beridistribusi normal. Uji normalitas pada masing-masing kelompok uji menunjukkan data sampel yang berdistribusi normal sehingga penelitian dapat dilanjutkan menggunakan uji t berpasangan.

Tabel 1. Hasil Uji T Berpasangan

Mean Std. Deviation df Sig (2-tailed)

Susu -0,184437 0,130269 15 0,000 Susu dan TAF -0,069062 0,085934 15 0,006


(78)

Tabel 1 menunjukkan hasil uji t berpasangan pada kelompok uji 1 dan kelompok uji 2. Pada kelompok uji 1 yang menggunakan susu didapatkan nilai signifikan 0,000 (P<0,05) sehingga kekerasan email antara sebelum dan sesudah perendaman menggunakan susu memiliki perbedaan yang signifikan. Pada kelompok uji 2 yang menggunakan TAF dan susu didapatkan nilai signifikan 0,006 (P<0,05) sehingga kekerasan email antara sebelum dan sesudah perendaman menggunakan TAF dan susu memiliki perbedaan yang signifikan.

Tabel 2. Hasil Uji T Tidak Berpasangan Mean

Difference

Std. Error

Deviation df Sig (2-tailed)

Equal variances

assumed

0,115562 0,039084 30 0,006

Equal variances not

assumed

0,115562 0,039084 30 0,007

Tabel 2 menunjukkan hasil uji t tidak berpasangan pada kelompok uji 1 dan kelompok uji 2. Berdasarkan uji homogenitas yang dilakukan sebelumnya, sampel mempunyai varians yang sama atau homogen sehingga jika dilihat pada tabel 2, nilai signifikan uji t tidak berpasangan adalah 0,006 (P<0,05). Hal ini berarti bahwa tingkat kekerasan email antara gigi desidui yang tidak diberi TAF dan diberi TAF pada perendaman menggunakan susu memiliki perbedaan yang signifikan.


(1)

Diskusi

Email gigi memiliki struktur yang keras terdiri dari kristal-kristal hidroksipatait yang tersusun padat, namun gigi memiliki kerentanan terhadap asam yang dapat menyebabkan demineralisasi gigi. Gigi yang mengalami demineralisasi dapat terjadi perlunakan karena kehilangan struktur kristal hidroksiapatit. Remineralisasi diperlukan untuk memperbaiki struktur hidroksiapatit yang hilang dari email gigi.2

Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kekerasan email gigi desidui dengan TAF dan tanpa TAF sebelum dan sesudah perendaman menggunakan susu. Penelitian dilakukan di Laboratorium Bahan S1 Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Penelitian dilakukan dengan mengukur sampel sebelum perlakuan dan setelah perlakuan. Uji t berpasangan dilakukan untuk menganalisis perbedaan kekerasan antara sebelum dan sesudah perlakuan, sedangkan uji t tidak berpasangan dilakukan untuk menganalisis perbedaan kekerasan dari dua kelompok uji.

Hasil uji t berpasangan pada kelompok uji satu menunjukkan bahwa kekerasan email antara sebelum dan sesudah perendaman menggunakan susu memiliki perbedaaan yang signifikan. Email gigi terdiri dari kristal hidroksiapatit yang terdiri dari ion kalsium dan fosfat. Susu merupakan minuman yang mengandung kalsium dan fosfor. Kandungan kalsium dan fosfor pada susu berperan dalam pembentukan tulang dan gigi. Kalsium dan fosfor dari susu dapat membantu proses remineralisasi.6 Remineralisasi adalah proses pembentukan


(2)

kembali mineral-mineral gigi. Hal ini dapat menyebabkan email menjadi keras karena mineral-mineral gigi yang yang kembali utuh dan tersusun padat.2 Proses difusi berperan dalam remineralisasi gigi. Ion kalsium dan fosfat yang terdapat pada susu akan terdeposit pada permukaan enamel dan berdifusi ke dalam mikroporositas gigi sehingga terjadi proses remineralisasi.3

Hasil uji t berpasangan pada kelompok uji dua menunjukkan bahwa kekerasan email antara sebelum dan sesudah perendaman menggunakan susu dan TAF memiliki perbedaaan yang signifikan. Topikal aplikasi fluor adalah salah satu cara untuk mencegah terjadinya karies.7 Fluor berperan dalam menghambat terjadinya karies melalui mekanisme fisik-kimawi. Fluor mampu mengurangi demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi.5 Fluor akan membentuk fluoroapatit saat proses remineralisasi dan menggantikan hidroksiapatit. Fluoroapatit dapat memperkuat gigi dan menjadikan gigi lebih tahan terhadapt asam.4

Hasil uji t tidak berpasangan pada kedua kelompok menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kekerasan yang signifikan pada kedua kelompok uji (p<0,05). Kalsium, fosfor, dan fluor diketahui berperan dalam proses remineralisasi gigi. Kalsium dan fosfor pada susu dapat membentuk hidroksiapatit, sedangkan fluor dari TAF akan membentuk fluoroapatit. Saat proses remineralisasi fluor akan bersubstitusi dengan ion hidroksil membentuk fluoroapatit.4 Rata-rata kekekerasan email pada perendaman menggunakan susu lebih besar dibandingkan pada perendaman menggunakan TAF dan susu. Hasil penelitian ini sesuai dengan


(3)

hasil dari penelitian yang di lakukan oleh Rahardjo, dkk. (2014) yang berjudul “The Effect of Milk or its Combination with Tea and 0,2% NaF on Dental Enamel Demineralization Analyzed by Micro Computed Tomography”, yaitu remineralisasi enamel lebih efektif pada aplikasi susu murni dibandingkan dengan susu yang di tambahkan dengan NaF 0,2%.8

Proses remineralisasi dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya adalah derajat keasaman daerah sekitar gigi (pH), waktu, konsentrasi, dan viskositas larutan yang mengandung ion-ion pendukung proses remineralisasi. Lingkungan yang asam akan membuat enamel gigi terjadi mikroporusitas yang lama kelaman terus menerus akan mendemineralisasi gigi sedangkan remineralisasi diperlukan lingkungan dengan pH normal.6 Pada penelitian ini tidak digunakan larutan asam untuk menghasilkan permukaan porus. Porus sampel gigi bergantung pada keadaan dan kekerasan awal gigi yang tidak dapat di kontrol. Susu memiliki viskositas yang rendah. Semakin rendah viskositas larutannya, maka akan semakin mendukung proses remineralisasi karena larutan mudah melakukan penetrasi ke mikroporositas enamel.3

Kesimpulan

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Terdapat perbedaan tingkat kekerasan email antara gigi desidui dengan TAF dan tanpa TAF pada perendaman menggunakan susu.


(4)

2. Kekerasan email gigi desidui tanpa TAF pada perendaman menggunakan susu lebih tinggi tingkat kekerasannya dibandingkan dengan gigi yang diberi TAF dan direndam menggunakan susu.

Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efektivitas TAF terhadap proses remineralisasi pada gigi yang mengalami demineralisasi akibat karies dan erosi.

2. Dapat dilakukan penelitian serupa dengan menggunakan variabel pengaruh yang berbeda.


(5)

Daftar Pustaka

1. Nasution, Minasari Imran. Morfologi Gigi Desidui dan Gigi Permanen. Medan : USU. 2008.

2. Nanci, Antonio. Ten Cate’s Oral Histology: Development, Structure and

Function. 6th edition. USA: Mosby Inc. 2003.

3. Widyaningtyas, Vivien., Rahayu, Yani C., & Barid, Izzata. Analisis Peningkatan Remineralisasi Enamel Gigi Setelah Direndam dalam Susu Kedelai Murni (Glycine max (L.) Merill) Menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM). Jurnal Pustaka Kesehatan. Vol 2 (No. 2). 2014.

4. Welbury, Richard R., Duggal, Monty S., & Hosey, Marie-Therese.

Paediatric Dentistry. 3rd edition. US: Oxford University Press Inc. 2005.

5. Anusavice, Kenneth J. Philips : Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Ed 10. Jakarta : EGC. 2003.

6. Fejerskov, Ole, & Kidd, Edwina. Dental Caries: The Disease and Itts Clinical Management. 2nd edition. UK: Blackwell Munksgaard Ltd. 2008.

7. Bakar, Abu. Kedokteran Gigi Klinis. Ed 2. Yogyakarta: Quantum Sinergis Media. 2012.

8. Rahardjo, A., Sahertian, Raisa D., Ramadhani, Siti A., Maharani, Diah A., Latief. The Effect of Milk or its Combination with Tea and 0,2% NaF on


(6)

Dental Enamel Demineralization Analyzed by Micro Computed Tomography. Journal of Dentistry Indonesia, Vol 21, No 2, 53-56. 2014.