Desa Mandiri dalam Relasi Kerjasama Desa

Lendy W. Wibowo 5 diperhitungkan sebagai modal atau saham Desa pada Badan Usaha Milik Desa BUMDES, Badan Usaha Milik Daerah BUMD, atau Badan Hukum lain yang dimiliki bersama oleh Desa atau Daerah. Terbuka peluang mengkaji bentuk-bentuk penyertaan modal Desa yang paling tepat sesuai dengan kondisi Desa-Desa yang ada. Selain penyertaan modal, bentuk lain yang dapat dilakukan adalah pendayagunaan kekayaan Desa yang tidak dimanfaatkan melalui bentuk sewa, pinjam pakai, kerjasama pemanfaatan, bangun serah guna, bangun guna serah dengan tidak mengubah status kekayaan Desa.Sewa adalah pemanfaatan kekayaan Desa oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu untuk menerima imbalan uang tunai. Pinjam pakai adalah penyerahan penggunaan kekayaan Desa antar Pemerintah Desa dalam jangka waktu tertentu tanpa menerima imbalan dan setelah jangka waktu tersebut berakhir harus diserahkan kembali kepada Pemerintah Desa yang bersangkutan. Kerjasama pemanfaatan adalah pendayagunaan kekayaan Desa oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dalam rangka peningkatan penerimaan Desa bukan pajak dan sumber pembiayaan lainnya. Bangun guna serah adalah pemanfaatan kekayaan Desa berupa tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan danatau sarana berikut fasilitasnya, kemudian didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati untuk selanjutnya diserahkan kembali tanah beserta bangunan danatau sarana berikut fasilitasnya setelah berakhirnya jangka waktu. Bangun serah guna adalah pemanfaatan kekayaan Desa berupa tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan danatau sarana berikut fasilitasnya, dan setelah selesai pembangunannya diserahkan untuk didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang disepakati. Terkait distribusi hasil pengembangan aset Desa, dalam perspektif politik menjadi penanda nilai strategis aset Desa. Aset Desa sebagai aset milik masyarakat, tidak hanya sekedar pengakuan dengan pendasaran legal, atau besaran hasil pengembangan dalam ukuran nominal ekonomi, akan tetapi sejauh mana manfaatnya bisa dinikmati oleh masyarakat. Distribusi menyangkut pemanfaatan hasil-hasil pengelolaan aset. Aset Desa tidak lagi bermakna aset diam dan pasif. Dalam terminologi ekonomi politik, bagaimana mengubah aset menjadi modal diletakkan dalam kerangka kepemilikan dan pemanfaatan oleh rakyat Desa.

V. Desa Mandiri dalam Relasi Kerjasama Desa

UU Desa memberikan kelegaan banyak pihak. Sebelum itu, terjadi kebuntuan dalam proses pembahasan yang diakibatkan belum jelas pengaturan relasi Desa-Pusat dan Desa-Daerah. Lebih-lebih relasi itu terkait dengan kewenangan, anggaran dan aset. Bagi daerah, penguatan Desa tidak boleh menampilkan Desa yang memalingkan muka dari wajah daerah. Bagi pusat, penguatan Desa tidak bisa dilakukan jika justru hal itu berarti seperti membesarkan anak macan. Di tengah kerumitan itu terdapat jalan tengah yang bisa ditawarkan, yakni memperkuat perspektif kewilayahan. Desa dipandang sebagai suatu kawasanperdesaan. Cara pandang kawasan bisa mempengaruhi psikologi otonom yang mementingkan diri sendiri menjadi otonom yang membangun semangat kerjasama. Peran strategis Desa dapat dilakukan ketika Desa telah memiliki kapasitas yang cukup ketika berhubungan dengan kepentingan luar.Desa yang telah berada pada Lendy W. Wibowo 6 level bekerjasama dengan Desa lain atau pihak ketiga lain berarti telah mampu mengelola potensi dan kekuatan yang dimiliki untuk berkembang. Desa-Desa inilah yang mendekati gambaran tentang Desa mandiri atau Desa yang berdaulat. Jika kesadaran tidak tumbuh dalam relasi kerjasama yang dilakukan seperti digambarkan di atas, sulit dihindari anggapan bahwa kerjasama itu bersifat semu. Isu strategis penguatan Desa yang dimediasikan dalam skala dan cakupan antar Desa diantaranya menyangkut isu pengembangan Aset bersama Desa-Desa dan komitmen pengalokasian anggaran untuk Desa, serta kebijakan tentang pengembangan pasar yang mendorong tumbuhnya sektor dan kawasan ekonomi perdesaan. Ketika UU Desa disahkan, maka kerjasama Desa menjadi agenda strategis sekaligus menempatkan badan yang mengelola kerjasama tersebut BKAD menjadi aktor penting dalam urusankepentingan penguatan Desa sebagai kawasan. BKAD adalah organisasi kerja yang diharapkan mampu mendorong kerjasama Desa berkembang. Ada beberapa alasan tentang hal ini, yakni bahwa BKAD mempunyai lingkup wilayah antar Desa, berperan sebagai lembaga dalam mengelola perencanaan pembangunan partisipatif, menumbuhkan usaha-usaha pengelolaan aset bersama Desa-Desa secara produktif, serta pengelolaan program-program pengembangan masyarakat Desa yang bersifat kawasan. Pemikiran untuk menjaga keberlanjutan status dan fungsi Kerjasama Desa didasarkan pada dua peluang. Peluang pertama dari aspek keberlanjutan kelembagaan dan peluang kedua berasal dari potensi kegiatan yang dikerjasamakan. Keberlanjutan kelembagaan dipengaruhi di antaranya oleh ketersediaan perangkat peraturan yang relevan.

VI. Kesimpulan