Respon beberapa varietas terhadap tingkat pemberian air pada berbagai fase pertumbuhan tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merr) pada tanah podsolik merah kuning
Latar B e l a k u
Adanya indikasi kejenuhan dalam peningkatan produksi padi menimbulkan masalah dalam mempertahankan swasembada beras, sehingga tujuan peningkatan produksi
pangan
tidak lagi diutamakan untuk swasembada beras tetapi
un-
tuk menggalakkan/memantapkan diversifikasi pangan.
De-
ngan
demikian progr-am diversifikasi
perlunya
komoditas
pangan
pangan yang berimbang
(beras) dengan selain padi.
menekankan
antara
Hal ini menuntut
padi
investasi
untuk kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan peningkatan produksi, penyediaan dan konsumsi pangan selain padi
(palawija) harus
lebih ditingkatkan (Baharsyah et a l . ,
1988).
Tanaman
palawija sesuai dengan julukannya
"secon-
dary crops", pada kenyataannya kurang mendapat perhatian
atau
diusahakan pada kondisi-kondisi yang kurang
untungkan dibanding padi.
meng-
Mulai dari lahan, agroekolo-
gi, teknologi, ketersediaan sarana produksi, sampai
pe-
nanganan pasca panen dan aspek sosial ekonomi, kelernbagaan serta sarana penunjang lainnya berada dalam keadaan
yang marjinal (Baharsyah et al., 1988).
tanaman
pangan
kedelai (Glycine
(L.) Merr)
merupakan
palawija yang penting untuk memenuhi
kebutuhan
Kacang
dalam
merupakan
aax
usaha perbaikan gizi
masyarakat, karena
sumber protein nabati, yang harganya
relatif
murah apabila dibandingkan dengan sumber protein lainnya
seperti daging, susu dan ikan. Kadar protein biji kedelai
lebih kurang 40 persen, karbohidrat 34 persen, dan
lemak 20 persen (Sumarno dan Hartono, 1975).
Jumlah
konsumsi pangan yang berasal
dari
tanaman
kedelai setiap tahunnya semakin meningkat seirama dengan
peningkatan jumlah penduduk di Indonesia yang masih
cu-
kup tinggi (sekitar 2.1 persen per tahun) menjelang
ta-
2000 meskipun sudah ada keluarga berencana.
hun
mengejar
jumlah
dan mutu pangan
Untuk
serta mempertahankan
tingkat konsumsi yang cukup untuk masa mendatang, hasil
pangan harus ditingkatkan .
Kebutuhan
tahun.
dengan
nasional akan kedelai meningkat
Peningkatan kebutuhan tersebut
peningkatan
produksi sehingga
setiap
tidak
seimbang
setiap
tahunnya
ter-jadi peningkatan jumlah impor (Ditjen Pertanian Tanaman Pangan, 1989).
Dengan berbagai upaya kultur teknik terjadi peningkatan produktivitas dari 0.70 t o n h a tahun 1975
ton
0.99
(rata-rata selama tahun
1984
sampai
menjadi
dengan
1988) (Ditjen Pertanian Tanaman Pangan, 1989).
Rendahnya
oleh berbagai
hasil
kedelai di
Indonesia disebabkan
faktor seperti tanah, iklim, hama
dan
penyakit, varietas maupun cara pengelolaannya yang belum
baik.
Namun
demikian menurut
Shibles, Anderson
dan
Gibson (1975) rendahnya hasil tanaman kedelai seringkali
karena kekurangan air.
Kegagalan tanaman kedelai akibat
kekurangan air banyak dijumpai baik di luar negeri, misalnya Amerika (Mederski dan Jeffers, 1973) maupun
di
Indonesia (Tangkuman, 1974).
Kendala
pertumbuhan tanaman kedelai
lingkungan fisik (iklim dan tanah) yang
tidak
langsung mempengaruhi penyediaan
baik
kendala
langsung atau
dan
pengaturan
masukan air, energi dan hara bagi tanaman, maupun kendala biotik (gulma, hama dan penyakit) dapat ditekan melalui pengelolaan tanaman yang baik.
Mengingat peningkatan produksi padi yang direncanakan pemerintah selama Pelita V masih cukup tinggi dengan
rata-rata 3.0 persen per tahun, maka
pertumbuhan
lahan
sawah beririgasi perlu tetap dipertahankan untuk tanaman
padi.
Dengan demikian tidaklah terlalu dapat diharapkan
program
diversifikasi tanaman pangan dilaksanakan
lahan sawah beririgasi tersebut.
Dengan perkataan
lahan kering menjadi tumpuan utama
tanaman pangan.
pengembangan
palawija
di lahan
pengaruhi
dihadapi,
kering masih
d l . ,
memberi
1988).
lahan kering, pertumbuhan tanaman sangat
oleh
lain
diversifikasi
Meskipun banyak masalah yang
harapan yang cerah (Baharsyah et
Pada
bagi
pada
kesuburan tanah, topografi
dan
iklim terutama curah hujan, sehingga jenis dan
di-
faktor
varietas
tanaman
harus dipilih dengan tepat guna mencegah
galan produksi.
kega-
Variasi curah hujan dari tahun ke tahun
akan menyulitkan usaha-usaha penanaman kedelai. Di
Sam-
ping itu tidak semua curah hujan yang sampai pada
suatu
lahan
pertanian efektif bagi tanaman, karena tidak
se-
mua hujan turun pada saat dibutuhkan dan tergantung pada
kemampuan tanaman untuk memanfaatkan air yang ada.
Mengingat
pentingnya peranan kedelai, maka
perluasan penanaman kedelai terus dilakukan.
areal
usaha
Pembukaan
baru daerah transmigrasi di luar pulau Jawa
menunjang
perluasan penanaman kedelai.
Sebagian
akan
besar
areal baru ini tergolong Podsolik Merah Kuning yang miskin
akan unsur hara N, P, K , Ca serta unsur
mikro
Mo, S, adanya bahaya keracunan aluminium dan
nya menahan air tanah rendah (Team LPT, 1979).
Zn,
kemampuanMenurut
Foy, Fleming dan Armiger (1969) keracunan aluminium
da-
pat
se-
menyebabkan akar tanaman kedelai menjadi rusak
hingga penyerapan unsur hara dan air tidak efisien.
Pada umumnya tanaman kedelai merupakan tanaman yang
peka
terhadap kekurangan dan kelebihan air tanah.
Ta-
naman ini memerlukan kelembaban yang tinggi terutama
daerah
cukup
perakaran (Peters dan Johnson, 1960).
merupakan
faktor
penyerapan unsur hara.
hara
penting
dalam
yang
pelarutan
dan
Akar lebih banyak mengintersepsi
apabila tumbuh di tempat yang lembab
tempat
Air
di
daripada
yang kering (Kramer, 1969; Tisdale, Nelson,
di
dan
5
Beaton, 1975; Soepardi, 1977). Kekeringan pada masa berbunga
dan pengisian polong akan
menyebabkan
rendahnya
hasil.
Fase tanaman yang paling kritis terhadap lingkungan
yang tidak menguntungkan adalah fase pembungaan.
Keku-
rangan air pada fase ini tanaman kedelai akan gaga1 membentuk
polong dan akhirnya menurunkan hasil.
Di
pihak
lain, lamanya fase pembungaan berbeda di antara varietas
yang terutama ditentukan oleh sifat determinasinya.
fat
determinasi tersebut antara lain
ditunjukkan
keserempakan berbunganya (lamanya fase berbunga).
Sioleh
Menu-
rut penelitian Sitanggang (1987) yang dilakukan di Medan
pada
tanah Podsolik Merah Kuning menunjukkan bahwa
va-
rietas indeterminate kurang peka dibanding dengan determinate terhadap kekeringan.
Pemilihan waktu
masing
tanam yang
tepat
untuk
daerah amat penting, karena ha1 ini
masing-
berhubungan
erat dengan tersedianya air untuk pertumbuhan dan
meng-
hindari terjadinya kekeringan (kekurangan air) terutama
pada saat pembungaan dan pengisian polong.
Dengan demi-
kian perlu diketahui jumlah air yang dibutuhkan
tanaman
kedelai pada setiap fase pertumbuhan untuk dapat
menen-
tukan
pola
waktu tanam yang disesuaikan (didasarkan) dengan
curah
hujan
setempat dan
sejauh mana
pengaruh
kekurangan air pada tingkat tertentu terhadap produksi
tanaman kedelai.
Bertitiktolak dari hal-ha1 tersebut di atas penelitian ini dilakukan dengan menanam beberapa varietas
ta-
naman kedelai pada tanah Podsolik Merah Kuning.
Tu-iuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pon
(tanggap) beberapa varietas tanaman
res-
kedelai yang
berbeda umurnya terhadap berbagai tingkat pemberian
air
pada fase pertumbuhan yang berbeda.
Manfaat Penelitian
Manfaat
dalam
penelitian ini adalah merupakan
menentukan upaya-upaya yang perlu
pelaksanaan
informasi
diambil
dalam
ekstensifikasi tanaman kedelai pada
lahan
kering, sehingga memungkinkan untuk menentukan waktu tanam
yang tepat berdasarkan ketersediaan air
dan
iklim
setempat.
Pi~otesis
1.
Terdapat keragaman kebutuhan air antara varietas tanaman kedelai pada setiap fase pertumbuhan tanaman.
2. Kemampuan beradaptasi tanaman kedelai terhadap kekurangan air berbeda antar varietas.
3. Tingkat kepekaan tanaman kedelai terhadap kekurangan
air pada fase pertumbuhan tertentu berbeda antar varietas.
TINJAUAN PUSTAKA
Tinlauan Agronomi Tanaman Kedelai
Kedelai
(Gfycine
*ax
(L) Merr),
terrnasuk
famili
Leguminosae yang berasal dari kedelai liar yang
G l y c i n e usuriensis.
lah
disebut
Tanaman kedelai sudah merupakan sa-
satu tanaman penting dalam kehidupan masyarakat
di
daratan Cina sejak tahun 3838 S.M., sehingga diduga bahwa kedelai berasal dari Cina. Kedelai kemudian berkembang ke beberapa negara di Amerika dan Asia.
Di Indone-
sia kedelai mula-mula dikenal sebagai tanarnan pupuk
jau
dan pertama kali diusahakan di Pulau Jawa dan
hiBali
pada tahun 1750 (Samsuddin dan Jakarniharja, 1983).
Pada
umumnya jenis tanah yang cocok untuk
tanaman
jagung misalnya: jenis tanah glediteran, aluvial, ;regose]C, latosol dan prumosol, cocok pula untuk tanaman
delai.
buhan
Kernasaman tanah yang paling baik untuk
kedelai adalah 6.8 narnun pH 5.5 - 6.0
dianggap cukup
untuk Indonesia
pertum-
pun
(Ismail dan
ke-
sudah
Effendi,
19811.
Tanaman
kedelai dapat tumbuh dengan baik pada
tinggian 50 - 500 meter dari permukaan laut dengan
optimal 25 - 27 derajat celsius.
Curah hujan
kesuhu
rata-rata
yang dikehendaki tanaman kedelai adalah kurang dari 2000
mm,
sehingga cocok diusahakan pada
relatif beriklim kering.
daerah-daerah yang
Kedelai menghendaki penyinaran
penuh
minimal 10 j a m p e r h a r i dengan
kelembaban
rata-
r a t a 65 p e r s e n ( H a r t w i g , 1 9 5 8 ) .
KedePai mernpunyai kemampuan menambat n i t r o g e n u d a r a
s e c a r a s i r n b i o t i k dengan b a k t e r i Rhizobium japunicum. K e adaan i n i menyebabkan tanaman d a p a t memperbaiki dan memp e r t a h a n k a n kesuburan t a n a h .
pH
Pada t a n a h yang
mernpunyai
5 . 5 - 6 . 6 , s e k i t a r 71 hingga 80 p e r s e n n i t r o g e n
naman
berasal
d a r i penambatan n i t o g e n
molekuler
tadari
u d a r a (Bezdicek e t a l . , 1 9 7 8 ) .
Menurut
secara
Lawn dan Brun (1974)
s i m b i o t i k meningkat selama
kemudian
penambatan
periode
menurun s a n g a t t a j a m selama
nitrogen
pembungaan,
stadia
pengisian
polong.
K
a h P o d s o l i k Merah Segolongan t a n a h m i n e r a l yang mempunyai perkembangan
p r o f i l sedang, berwarna merah sampai kuning,
mempu-
n y a i h o r i z o n a r g i l i k , b e r s i f a t masam, m i s k i n h a r a , kapas i t a s t u k a r k a t i o n dan kejenuhan b a s a rendah, dan s a n g a t
peka
t e r h a d a p e r o s i d i k e n a l s e b a g a i P o d s o l i k Merah
ning.
J e n i s tanah i n i t e r s e b a r l u a s d i daerah
basah
dengan c u r a h h u j a n l e b i h d a r i 2 000 mm p e r
dan t i d a k mengalami musim kemarau yang jelas,
Ku-
beriklim
tahun
topografi
bergelombang dan l a p i s a n o l a h t i p i s t e r d a p a t d i
Sumate-
r a , Kalimantan dan I r i a n J a y a ( M u l j a d i , 1 9 7 7 ) .
Perrneabilitas
sarnpai
t a n a h P o d s o l i k Merah
b a i k , o l e h k a r e n a i t u d i musim
Kuning
kemarau
larnbat
tanaman
mudah menderita kekurangan air, sebaliknya di musim
hu-
jan perakaran tanaman dapat mati karena penggenangan air
setempat.
Produktivitas Podsolik Merah Kuning ini banyak
di-
permasalahkan oleh para pakar terutama tentang kesuburannya, kandungan bahan organik dan kemasaman (pH) yang
rendah
serta
kepekaannya terhadap erosi.
Penghambat
utama dari Podsolik Merah Kuning ini ialah sifat kimia,
fisika, dan
topografinya (Ismail dan
Effendi, 1981).
Pada pH rendah berbagai hara tanaman menjadi tidak
ter-
sedia, di antaranya fosfor, kalsium, magnesium dan
mo-
libdenium (Sanchez, 1976).
Rendahnya kesuburan Podsolik
Merah Kuning disebabkan:
1.
Bahan induknya miskin
akan mineral primer yang
me-
ngandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman
2.
Tingkat pelapukan yang sudah lanjut menambah
unsur
hara dan meningkatkan jumlah aluminium
miskin
dapat
dipertukarkan dalam tanah (Aldd)
3. Curah hujan tinggi sehingga sering terjadi erosi.
Tanah-tanah ini miskin akan unsur fosfor, karena di
samping fosfat yang memang rendah kandungannya di
dalam
tanah juga sebagian difiksasi oleh aluminium. Jika aluminium bersenyawa dengan fosfat, maka fosfat dan Fe menjadi tidak tersedia dan ini merupakan salah satu
penga-
ruh buruk aluminium yang terpenting dalam tanah (Tisdale
dan
Nelson, 1966; dan Soepardi, 1977).
Buruknya
sifat
kimia dan fisika tanah Podsolik Merah Kuning tersebut,
maka tanah itu merupakan tanah marjinal untuk pertanian
pangan.
Penaaruh Kern asarnan Tanah terhadav Tanaman KedKemasaman
tanah mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
Pertumbuhan tanaman yang buruk diasosiasikan sebagai keracunan aluminium akibat aluminium yang dapat
karkan dalam tanah
dipertu-
Jumlahnya tinggi (Adams dan Pearson,
1967). Kepekatan ion aluminium dalam larutan tanah masam
berkorelasi negatif dengan pH tanah dan
(Fox dan Kamprath, 1978).
bangan
dan
hasil
tanaman
Aluminium mengganggu perkem-
fungsi akar tanaman.
Kepekatan aluminium
yang tinggi menyebabkan terjadinya koagulasi protein,
sehingga sel akar tanaman menjadi
rusak.
Aluminium
cenderung menimbun dalam rongga akar tanaman, khususnya
pada epidermis akar (Helyar, 1978).
Menurut
daerah
Foy et a l . (1969) aluminium mempersempit
jelajah akar, perpanjangan akar dan
akar primer.
pertumbuhan
Pembentukan akar lateral, dan rambut akar
menjadi terhambat, yang menyebabkan akar tanaman menjadi
rusak.
Hal tersebut menyebabkan akar tanaman berwarna
coklat, menebal, dan bobotnya berkurang seolah-olah akar
mati.
Terganggunya perakaran tersebut mengakibatkan
akar kurang berdayaguna dalam menyerap hara dan air, sehingga menyebabkan
terjadinya penimbunan
fosfat pada
akar dan menghalangi angkutan unsur kalsium dan
ke bagian atas tanaman.
Pada tingkat keracunan sedang,
aluminium hanya menyebabkan unsur fosfor dalam
berkurang, tetapi
dapat
fosfor
pada tingkat keracunan yang
mengakibatkan berkurangnya hampir
hara tanaman (Vickers dan Zak, 1978).
tanaman
tinggi
semua serapan
Akibat lain
dari
kemasaman tanah, khususnya pada tanaman kacang-kacangan
adalah bahwa tanaman kurang mampu membentuk bintil akar,
sehingga mengakibatkan rendahnya simbiosis Rhirobium dan
tanaman. Keracunan aluminium pada tanaman kedelai dapat
memperlambat
jwnlah dan
pembentukan bintil akar
bobot
bintil akar
serta mengurangi
(Hohenberg dan Munns,
1984).
Pada tanah masam, A1 dapat mengendapkan Mo sehingga
tanaman dapat
unsur
kekurangan Mo.
Molibdeniurn merupakan
penting dalam proses penambatan
nitrogen
secara
simbiotik dan juga dalam proses reduksi nitrat.
Tanpa
molibdenium
tanaman kedelai akan menghasilkan bintil
akar yang tidak efektif (Anderson, 1956; Noggle dan
Fritz, 1979).
Salah satu tanaman yang peka terhadap kemasaman tanah
adalah kedelai (Munns et al.,
optimum
akan
1981).
Pertumbuhan
dicapai bila kejenuhan aluminium' kurang
dari 20 persen (Kamprath, 1970).
A i r merupakan bahan alam yang p a l i n g b e r h a r g a , t a n -
p a a i r t i d a k mungkin a d a kehidupan.
berada
D i dalam t a n a h , a i r
d i a n t a r a p a r t i k e l - p a r t i k e l t a n a h dan
retensi
oleh partikel tersebut.
mengalami
Menurut K r a m e r
(1972)
tanaman d a p a t menyerap a i r t a n a h b i l a r e t e n s i o l e h t a n a h
lebih
arti
k e c i l d a r i p a d a daya serap tanaman.
Hal ini
ber-
b i l a k a d a r a i r t a n a h r e n d a h , tanarnan
tidak
dapat
menyerap a i r dan kernudian l a y u .
S e b a l i k n y a pada keadaan
jenuh a i r walaupun r e t e n s i p a r t i k e l t a n a h t i d a k a d a , a i r
tidak
d a p a t d i s e r a p o l e h tanaman, k e c u a l i tanaman
tentu
misalnya padi.
ter-
Dalam h a 1 i n i penyerapan a i r
di-
b a t a s i o l e h kurangnya o k s i g e n dalam t a n a h s e h i n g g a mengy
hambat
a k t i f i t a s a k a r tanaman.
Selain i t u
pertumbuhan
tanaman d i b a t a s i o l e h keadaan kelembaban t a n a h yang
sa-
n g a t t i n g g i dan rendah ( T i s d a l e dan Nelson, 1966).
K r a m e r (1963) menggambarkan f u n g s i a i r b a g i tanaman
sebagai berikut:
1.
Merupakan penyusun
utama j a r i n g a n yang a k t i f
meng-
adakan k e g i a t a n f i s i o l o g i .
2.
Reagensia
dalam p r o s e s - p r o s e s f o t o s i n t e s i s dan
hi-
d r o l i s i s s e p e r t i pencernaan p a t i .
3.
P e l a r u t garam-garam,
g u l a dan z a t - z a t l a i n yang b e r -
g e r a k d a r i s e l k e s e l dan d a r i organ ke o r g a n .
4.
Berperan p e n t i n g
dalam memelihara
turgiditas
d i p e r l u k a n untuk pembesaran dan pertumbuhan s e l .
yang
Peranan air yang penting ini menimbulkan konsekuensi
bahwa
bagi
langsung atau tidak langsung kekurangan air
tanaman akan mempengaruhi semua
proses
metabolik
dalam tanaman yang mengakibatkan berkurangnya pertumbuhan.
Kekurangan air tanaman dapat disebabkan oleh kehilangan
air yang berlebihan atau kurangnya absorpsi air
oleh akar, dapat juga disebabkan oleh keduanya
1972; Ritchie, 1980).
Dengan demikian
(Kramer,
kekurangan air
tanah akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
Menurut Harjadi dan Yahya (1988), stres air
(keke-
ringan) pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal:
(1)
kekurangan suplai air di daerah perakaran, dan (2) permintaan
air
yang berlebihan oleh daun, di
mana
transpirasi melebihi laju absorbsi air oleh akar
laju
tanam-
an, walaupun keadaan air tanah cukup.
Penyerapan air oleh akar tanaman tergantung pada
laju
transpirasi, sistem perakaran dan tersedianya air
dalam tanah.
Chi, Boyer dan Vanderhoef (1975) mendapat-
kan hubungan air tanah dan status air daun tanaman kedelai
seperti tercantum pada Gambar 1. Pada gambar ter-
sebut dapat dilihat bahwa potensial air daun lebih cepat
menurun
daripada tanah hingga potensial air
bar, sesudah itu potensial air daun mendekati
air tanah.
tanah
-13
potensial
0
Gambar 1.
-8
-12
-16
-20
P o t e n s i a l a i r tanah (bar.)
-4
Pengaruh Potensial Air Tanah terhadap
Potensial Air Daun Tanaman Kedelai
(Chi et a ] . , 1975)
Pertumbuhan vegetatif sangat peka
rangan
-24
terhadap keku-
air, karena pertumbuhan berhubungan erat
turgor dan hilangnya turgiditas menghentikan
sel
tanaman
pembesaran
mengakibatkan tanaman lebih kecil
(Burstom,
Pengaruh cekaman air pada pertumbuhan
vegetatif
yang
1956).
dengan
dicerminkan oleh daun-daun yang
berkurangnya
diameter batang dan bobot
lebih kecil,
kering tanaman
(Whigham dan Minor, 1978).
Cekaman air menurunkan laju fotosintesis oleh
nya
tiga kombinasi keadaan yaitu:
menutupnya
ada-
stomata,
meningkatnya resistensi mesofil dan menurunnya efisiensi
sistem fotosintesis (Slatyer, 1967).
15
Boyer (1970a) mendapatkan bahwa pada potensial
air
daun -4 bar perluasan daun berkurang 25 persen dari maksimum
dan
perluasan daun berhenti pada
daun -12 bar.
potensial
air
Fotosintesis per unit luas daun mulai me-
nurun pada potensial air daun -11 bar, penurunan menjadi
cepat
dan
pada -18 bar, penurunan selanjutnya lebih
mencapai
bertambah
19 persen dari nilai maksimum
kering sampai potensial airnya
lambat
bila
mencapai
daun
-40
bar.
Kramer
alami
(1963) mengatakan bahwa tanaman rang
cekaman air stomatanya menutup lebih
mengurangi hilangnya air.
awal
untuk
Tetapi penutupan stomata juga
mengganggu jalan masuk C02 sehingga fotosintesis
Brady et el. (1975) mendapatkan bahwa
rang.
meng-
berku-
resistensi
stomata pada permukaan adaksial maupun abaksial
tanaman
kedelai meningkat dengan menurunnya potensial air tanah.
Menurut
Boyer (1970b) menurunnya
fotosintesis
kedelai
yang mengalami cekaman air terutama
oleh meningkatnya resistensi stomata.
disebabkan
Hal ini didukung
hasil penelitian Sivakumar dan Shaw
oleh
(1978) bahwa
pada potensial air tanah yang semakin kecil daya
stomata
(stomata1 conductance)
tanaman
semakin
hantar
menurun,
se-
lanjutnya akan menurunkan laju pertumbuhan.
Menurunnya
tanaman
plasma
laju fotosintesis secara langsung
yang mengalami cekaman air juga
dan
atau kloroplast
rang
akibat
mengalami
pada
proto-
dehidrasi
s e h i n g g a mempunyai k a p a s i t a s yang r e n d a h u n t u k
tesis ( K r a m e r ,
Berbagai
fotosin-
1963).
r e a k s i b i o k i m i a juga
o l e h adanya kekurangan a i r .
seringkali
berubah
Shah dan Loomis (1965)
ngatakan bahwa s i n t e s i s p r o t e i n b e r k u r a n g dalam
yang mengalami k e k e r i n g a n .
tanaman
Boyer ( 1 9 7 0 a ) memperlihatkan
l a j u r e s p i r a s i g e l a p t a j u k tanarnan k e d e l a i , bunga
hari
me-
mata-
dan jagung menurun pada p o t e n s i a l a i r daun
antara
-8 b a r sampai -18 b a r .
Menurut
B a r l e y , Graham dan Laing
(1975)
pengaruh
cekaman a i r t e r h a d a p k e d e l a i pada b e r b a g a i f a s e
buhan
keadaan
pertum-
akan mempengaruhi pertumbuhan dan p r o d u k s i .
t e r s e b u t t e r j a d i selama masa
Bila
pertumbuhan
maka
tetapi
akan mempengaruhi l e b a r daun dan p a n j a n g b a t a n g ,
mempunyai pengaruh k e c i l t e r h a d a p pembungaan b e r i k u t n y a .
T e t a p i b i l a keadaan t e r s e b u t t e r j a d i pada masa pembungaan
pada
buku
yang b e r s a n g k u t a n , meskipun t i d a k berpengaruh pada
buku
di
dimulai
akan menyebabkan gugurnya bunga
a t a s n y a . . S e l a n j u t n y a b i l a keadaan t e r s e b u t
terjadi
selama pembentukan polong akan menyebabkan gugurnya
po-
l o n g dan b i l a keadaan t e r s e b u t t e r j a d i selama
pengisian
polong
(pembentukan b i j i ) maka akan
keguguran
polong
yang k e c i l yang t e r b e n t u k d a r i bunga
terjadi
sebelumnya
dan berkurangnya ukuran b i j i .
Wilsie
(1962) mengatakan a i r yang
terlalu
banyak
dalam t a n a h akan mengurangi aerasi t a n a h , s e h i n g g a
akan
mengurangi
oksigen dan menurunnya
proses
nitrifikasi.
Serapan unsur hara seperti nitrogen, kalsium, mangan dan
fosfat sangat dipengaruhi oleh kandungan air tanah, juga
kelembaban tanah yang berlebihan atau kurang akan meneban kemampuan tanaman untuk rnenyerap unsur hara.
Penanaman kedelai pada tanah yang basah akan menghambat
perkecambahan dan pertumbuhan awalnya. Hal
ini
terutama terjadi karena kekurangan oksigen untuk pertumbuhan biji maupun akar tanaman.
Perbaikan drainase pada
tanah yang biasanya tergenang akan sangat membantu
per-
kecambahan biji, biasanya populasi tanaman yang tumbuh
akan berkurang
pada tanah-tanah yang berlebihan
air.
Drainase yang baik pada tanah-tanah seperti ini akan dapat
meningkatkan populasi tanaman per unit areal, per-
akaran menjadi lebih baik, tanaman akan lebih tegap dan
tinggi .
Kebutuhan
empat
air bagi tanaman dapat diperoleh dari
sumber yaitu: (1) air hujan, (2) air di
atmosfer
kecuali hujan, (3) air yang tergenang dan ( 4 ) air
tanah
(Israelsen dan Hansen, 1962).
Dalam ha1 kebutuhan air perlu dibedakan antara
ke-
butuhan air tanaman dengan kebutuhan air irigasi. Menurut
Go (1957) kebutuhan air suatu tanaman adalah: Ba-
nyaknya air yang diserap dan ditranspirasikan oleh
naman
untuk membentuk satu kilogram bahan
ta-
kering yang
dinyatakan dalam kilogram air. Kebutuhan
air
irigasi
adalah kebutuhan air sebagai tambahan terhadap air hujan
dan air tanah guna memenuhi pemakaian air tanaman
ma pertumbuhan (Israelsen dan Hansen, 1962).
sela-
Nilai
ke-
butuhan air tanaman untuk kedelai 744 gram air tiap gram
bahan kering (Wolfe dan Kipps, 1959).
Kebutuhan
air tanaman merupakan besaran
evaporasi
dan transpirasi. Kebutuhan air irigasi ditentukan oleh
banyaknya
hujan
air yang dibutuhkan untuk
pertanaman, curah
efektif, waktu pemakaian air dan banyaknya
kehi-
langan air (Israelsen dan Hansen, 1962).
Kisaran air tanah tersedia bagi tanaman merupakan
yang terikat antara kapasitas lapang (pF 2.7) dan
air
layu permanen (pF 4.2) yang besarnya
titik
bervariasi
tergantung pada tekstur tanah, makin halus makin
besar
kisarannya (Soepardi. 1977).
besar
Tekstur liat paling
kisarannya disusul berturut-turut lempung liat, lempung
berdebu, lempung berpasir dan pasir (Buckman dan
Brady,
1969).
Kemampuan tanaman untuk menyerap air tersedia tergantung
pada jenis tanaman dan profil tanah yang
dijangkau oleh akar.
kedelai
potensial
Untuk menunjang perkecambahan biji
air tanah tidak boleh
-6.6 bar (Hicks. 1978).
cepat
pada
akan
potensial
kurang dari
Perkembangan akar kedelai lebih
air tanah -0.5 bar
daripada
-0.9 bar (Grable dan Danielson, 1965).
Fiksasi N maksi-
mum terjadi pada tanah mendekati kapasitas lapang, berkurang pada
tingkat kelembaban di atas atau
di
bawah
nilai tersebut (Scudder, 1975).
Tanaman kedelai membutuhkan sejumlah air
pertumbuhan.
selama
Kebutuhan air bervariasi tergantung pada
iklim, pengelolaan dan lamanya musim tanam. Utomo (1981)
menghitung kebutuhan air tanaman di rumah kaca menggunakan metode berdasarkan potensial air tanah.
Hasil pene-
litiannya menunjukkan bahwa pada nilai pF 2.54, 3.19 dan
3.49 volume
air yang
dikonsumsikan tanaman kedelai
511.85, 327.89, dan 118.18 mm.
bahwa
Hal
ini menggambarkan
air tanah tersedia mempengaruhi volume
air yang
dikonsumsi tanaman kedelai.
Kebutuhan tanaman akan air berbeda pads tiap
pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
tif
tanaman memerlukan banyak air.
fase
Pada fase vegetaWalaupun
demikian
kekurangan air pada fase pembungaan kedelai akan menyebabkan
gagalnya pembentukan polong.
Kelembaban
tanah
optimum untuk pertanaman kedelai adalah 50 persen
kapa-
sitas lapang selama pertumbuhan (Howell, 1956).
Menurut
perkiraan Kung (1971) kebutuhan air bagi
tanaman kedelai umur sedang (85 hari) pada berbagai fase
pertumbuhan adalah seperti tertera pada Tabel 1.
Tabel 1.
Kebutuhan Air pada
Sedang (85 hari)
~umbuh~
Periode ~ u m b u h ~
Kebutuhan air
E T ~
(hari)
(mm/periode)
Stadia Tumbuh
Pertumbuhan awal
15
Vegetatif aktif
15
Pembungaan-pengisian
polong
35
Kematangan biji
20
a
Tanaman Kedelai Umur
pada Setiap Periode
53 - 62
Ditetapkan oleh Abdulhay dan Sulaiman (1983) di Jawa
Barat. dan oleh Doorenbos et al. (1977) di Filipina
Dihitung berdasarkan perkiraan Kung ( 1971 ) bahwa evepotranspirasi (ET) kedelai adalah 300 - 350 mm selama
pertumbuhannya
Hubungan antara bobot bahan kering yang
dan
air
penggunaan
yang dipergunakan
air
yang
dikenal
dirumuskan
dihasilkan
sebagai
sebagai
efisiensi
bobot
bahan
kering yang dihasilkan per satuan volume atau bobot
yang dipergunakan (Krzuner, 1972).
efisiensi
air
adaptasi
Menurut Levitt (1956)
penggunaan air berkurang dengan
rang digunakan.
meningkatnya
Oleh karena itu tanaman yang
terhadap kekeringan dengan menutupnya
(penghematan air) efisiensi penggunaan airnya
dengan
air
ber-
stomata
meningkat
menurunnya transpirasi, tetapi bersamaan
dengan
itu efisiensi menurun dengan rendahnya fotosintesis.
Bubun~anAirdan Tanaman
Tingkat ketersediaan air tanah mempunyai
pengaruh
langsung dengan penyerapan hara oleh tanaman kedelai.
Penyerapan hara oleh tanaman digambarkan oleh Follet,
Murphy dan Donahue (1981) menurut 3 mekanisme yaitu: (I)
aliran massa, (2) difusi dan (3) intersepsi akar.
Kadar air tanah tidak saja mernpengaruhi jumlah hara
yang tersedia dalam tanah, tetapi juga mempengaruhi laju
difusi dan aliran massa air (Viets, 1972).
Aliran massa
air tanah dibutuhkan untuk transpirasi tetapi juga untuk
memgndahkan Ca. Mg dan N ke akar (Tisdale et al.,
1975;
Soepardi. 1977).
-
Berdasarkan hasil penelitian Brown (1960) terdapat
korelasi yang tinggi antara pengambilan ion oleh akar
dengan kelembaban tanah.
Kandungan hara N, P, K, Mg dan
Fe tanaman meningkat dengan perlakuan pemberian
irigasi
dan menurun tanpa irigasi. Mederski et al. (1973) meA
ngatakan bahwa dalam keadaan kapasitas lapang atau tegangan air 0.3
-
0 . 5 atm serapan hara I?,
P, K dan Ca
berlangsung baik dan tanaman dapat memanfaatkan nitrogen
terfiksasi di bintil-bintil akar.
Pola pertumbuhan akar yang sangat berpengaruh terhadap Penyerapan air dan unsur hara adalah pertumbuhan
akar efektif. Pertumbuhan akar efektif dipengaruhi oleh
kelembaban tanah. Dengan menaiknya kelembaban tanah maka
kedalaman akar efektif menurun atau naiknya indeks
pertumbuhan
meningkat
akar.
dengan
Nisbah akar terhadap pucuk
menaiknya tegangan air.
pola
biasanya
Kelembaban
tanah akan mempengaruhi luas daun, ketebalan daun, pembentukan bunga dan produksi biji.
Pertumbuhan akar yang lebih sempurna akan menyebabkan
penyerapan hara meningkat dan tanaman
lebih mampu
air ke lapisan yang lebih dalam untuk
mengambil
mendo-
rong pertumbuhan tanaman.
Air Tersedia dan Pertumbuhan Tanaman
Klasifikasi air tanah terbagi atas dua macam, yaitu
klasifikasi
fisik dan klasifikasi biologik.
Pembagian
air tanah secara fisik didasarkan pada perbedaan tingkat
tegangan
kapiler
tanah
air, dan dapat dibedakan atas air bebas,
dan air higroskopis.
Sedangkan pembagian
air
secara biologik didasarkan pada ketersediaan air
ta*ah bagi tanaman. Berdasarkan konsep ini air
kan
air
menjadi
dan
air tersedia, air tidak tersedia
yang tak berguna yang disebut air berlebihan
dibedaair
(Soepardi,
1977).
Kadar
air tersedia yaitu kuantitas air yang
diabsorpsi oleh tanaman.
Tapi untuk memperoleh
dapat
pertum-
buhan yang normal diperlukan kadar air tanah yang segera
dapat diabsorpsi tanaman.
Kisaran kadar air ini
berada
antara titik layu permanen dan kapasitas lapang (Kramer,
1969 dan Paul, 1981) atau air segera tersedia.
Jumlah
air tersedia tergantung pada banyaknya
ditahan dalam profil tanah yang
yang
oleh akar tanaman (Rose, 1966).
dapat
air
dijelajahi
Banyaknya air yang
da-
pat diambil tanaman tergantung dari kedalaman tanah yang
dijelajahi akar. Air yang dapat diserap dari
kedalaman
akar pertama, kedua, ketiga dan keempat secara berturutturut 40, 30, 20 dan 10 persen (USDA, 1959).
Sebagai
perakaran
melalui
akibat
kurang tersedianya air di
dan penguapan yang berlebihan di
transpirasi mengakibatkan
Tanggapan tanaman
air.
alarni
siang hari
terjadinya
tegangan
terhadap tegangan air secara
jenis
tanaman,
sistim perakaran dan waktu terjadinya
tegangan
sebagian besar bergantung kepada
keadaan
daerah
air dalam siklus pertumbuhan.
Tegangan air mempengaruhi setiap aspek pertumbuhan
tanaman termasuk anatomi, morfologi, fisiologi dan
bio-
kimia. Menurut Ritchie (1980) proses-proses yang sensitif terhadap tegangan air adalah pembelahan sel, kelayuan daun, percabangan, keguguran daun, pengisian biji dan
translokasi .
Perkembangan akar dan daun lebih peka
dibandingkan
fotosintesis terhadap tegangan air (Wardlaw, 1969).
ini karena
turgor
buhan
Hal
pertumbuhan sel sangat peka terhadap tekanan
sehingga terjadinya tegangan air selama
pertum-
vegetatif akan menyebabkan ukuran tajuk dan
luas
daun
berkurang, sehingga akumulasi bahan
organik
juga
secara
fasif
berkurang (Wardlaw, 1969).
Air
tanah
masuk ke dalam akar baik
(aliran massa) maupun secara aktif. Difusi air
secara
aktif memerlukan energi yang dalam prosesnya menimbulkan
perbedaan potensial air (water potential gradient) antaair tanah dan cairan sel (Salisbury dan Ross, 1969).
ra
Perbedaan potensial air berlanjut dari sel ke sel sampai
ke sel daun.
Periode kritis tanaman terhadap kekeringan biasanya
pada saat reproduktif, penyerbukan dan pembuahan (Kramer
1969).
Menurut Paul (1981) pada kebanyakan species ta-
naman tegangan air yang terjadi selama penyerbukan mempunyai pengaruh besar terhadap hasil, sedangkan spesies
yang toleran terhadap kekeringan saat perkembangan buah
yang lebih sensitif.
.
Tanaman kedelai turnbuh pada kondisi panas di daerah
tropik, subtropik dan daerah beriklim sedang, pada
macam-macam
Jenis tanah kecuali tanah yang banyak
ngandung pasir (Doorenbos dan Fruit, 1977).
Salah
bermesatu
unsur iklim yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
dan hasil tanaman kedelai adalah curah hujan atau ketersediaan air tanah. Kandungan air tanah harus cukup untuk
perkecambahan.
polong.
pertumbuhan, pembungaan
dan
pengisian
Tegangan air tanah yang diperlukan untuk
perkecam-
bahan jagung, padi, sugar beet pada kadar air 30
dan
kedelai pada kadar air 50 persen sebaiknya masing-
masing
5
persen
tidak kurang dari -12.5 bar dan -6.6 bar
selama
- 8 hari. Pada kelembaban tanah yang tinggi memung-
kinkan
terjadi proses imbibisi biji dan biji akan
serang oleh cendawan atau rusak dan busuk.
Laju
ter-
perke-
cambahan akar kedelai lebih besar pada tegangan air -0.5
bar
Organisme patogen akan
daripada -0.9 bar.
bang
pada
kurang dan
biji dan akar pada tegangan
sebagian besar
berkem-
-0.3 bar
pertumbuhan
akar
atau
terhenti
(Mederski et al., 1973).
Pada kadar air tanah yang tinggi, kekurangan udara
mungkin
dapat menjadi penghambat
pertumbuhan
tanaman.
Kecepatan pertumbuhan tanaman mencapai maksimum pada keadaan kelembaban tanah di sekitar kapasitas lapang, karena pada keadaan itu oksigen tersedia dan tegangan
cukup rendah sehingga memudahkan absorpsi air.
air
Pada ke-
adaan kapasitas lapang, tegangan pada permukaan luar lapisan
air besarnya 0.1
-
0.5 a t m dengan rata-rata 0.3
atm (Buckman dan Brady, 1969; Foth, 1978).
Menurut Mederski et al. (1973) kandungan air
tanah
optimal bagi tanaman kedelai adalah pada kisaran tegangan air 0.3 - 0.5 atm.
Pertumbuhan tanaman kedelai
ter-
hambat bila tanah lebih basah dari keadaan pada tegangan
0.3 atm.
Tersedianya air tanah selama pertumbuhan
tanaman
kedelai sangat menentukan daya hasil kedelai. Kekeringan
terjadi pada saat pembungaan dan pengisian polong
yang
mengakibatkan
percobaan
hasil sangat rendah.
seperti dilaporkan oleh
Berdasarkan hasil
Abas
dan
Kusnadi
(1982) yang mencoba tanggapan varietas kedelai varietas
Orba, ditanam di Kebun percobaan Sukarnandi (tanah Podsolik
kekuningan, tekstur halus) pada tingkat status
tanah
yakni: pF 2.0 - 2.5 (setara dengan
air
tegangan air
0.5 - 0.8 atmatau 37 - 33 persenbobot), pF2.5 (setara dengan tegangan
persen
air
-
air 0.8 - 1.1 atm atau 33
27
bobot dan pF 3.2 - 3.7 (setara dengan tegangan
1.1
- 1.4 atrn atau 27 - 23 persen
bobot, tanaman
tumbuh normal dan memberikan hasil 1.1 ton/ha-'
gangan
3.2
1.1 - 1.4 atm, yang tidak berbeda
pada te-
dengan hasil
pada tegangan 0.5 - 0.8 atm.
Sedangkan berdasarkan hasil penelitian seperti
lakukan oleh Darmijati, Harjono dan Anas
(1984),
diva-
rietas Orba yang diberi perlakuan hujan setara 50 mrn per
bulan rata-rata turun hasil bijinya 21 persen. Kekurangan
air pada stadia pengisian polong menurunkan hasil
persen dan bila tergenang (di bawah 5 cm) penurunan
sil cukup tinggi yaitu sebesar 54 persen.
Untuk
9
ha-
varie-
tas No. 29 yang mendapat perlakuan hujan setara 50 mm per
bulan
rata-rata penurunan hasil biji 45 persen.
Keku-
rangan air pada stadia pengisian polong penurunan hasil
3
persen dan bila tergenang (di bawah 5
cm)
rata-rata
penurunarl hasil sangat nyata yaitu 65 persen.
.
tik
Musim,
waktu tanam, varietas kedelai, karakteris-
tanah, teknis bercocok tanarn dan
ketersediaan
kerapatan daun, koefisien tanaman
mempengaruhi
evapotranspirasi.
Atas dasar besarnya
air
dan
evapotranspirasi
tanaman 450 - 825 mm, maka Kung (1971) memperkirakan kebutuhan air tanaman kedelai untuk varietas yang berurnur
sedang
(85 hari) untuk seluruh periode
pertumbuhannya
adalah
300 - 350 mm atau 75 - 100 nun per bulan, setara
2.5 - 3.3 mm per hari.
Ketahanan terhadav Kekerinaan
Setiap jenis tanaman mempunyai toleransi yang
beda-beda terhadap kekeringan.
Russel (1959) mendefini-
sikan "drought resistance" sebagai batas ketahanan
mampuan)
ber-
(ke-
tanaman untuk melanjutkan pertumbuhannya apa-
bila mengalami kekeringan sedangkan "drought hardiness"
merupakan
kerusakan
yang terjadi pada
tanaman
akibat
kekeringan.
Ketahanan tanaman terhadap kekeringan
dipengaruhi
oleh banyak faktor termasuk kecenderungan untuk
lambat
memper-
dehidrasi seperti absorbsi air permukaan
secara
efisien dan sistem konduksi air, luas permukaan daun dan
strukturnya, kelakuan stomata, dan
Demikian
juga
potensial
faktor-faktor lain seperti
osrnotik.
ukuran
sel,
bentuk sel dan kesanggupan protoplasma menahan air dapat
menghambat dehidrasi (Harjadi dan Yahya, 1988).
Tanaman
(lo0 - 15'
tegak
resistensi
ngan
kedelai yang mempunyai helaian
daun' yang
terhadap vertikal) mempunyai suhu
stomata yang lebih rendah
dibandingkan
daun horisontal (Stevenson dan Shaw, 1971).
rietas
yang berdaun tegak membantu pengawetan
mengurangi
dan
deVa-
air
dan
transpirasi. Adanya bulu tebal juga mengu-
rangi transpirasi (Gorashy et a I . , 1971).
Pengaruh kekurangan air terhadap hasil kedelai
ngat
bervariasi
tergantung pada
sa-
varietasnya terutama
sistem perakarannya. Raper dan Barber (1970) mendapatkan bahwa kedelai Harosoy-83 yang mempunyai sistem
akaran yang luas hampir dua kali lebih besar dari
perAoda.
Ternyata Harosoy-83 lebih tahan terhadap cekaman air dibandingkan dengan keturunan Aoda.
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Percobaaq
Pada
penelitian ini dilakukan dua percobaan yaitu
Percobaan - I (Percobaan Pendahuluan) dan Percobaan - I 1
(Percobaan Utama); kedua percobaan tersebut dilakukan di
rumah
kaca Balai Penelitian Tanaman
Pangan
(Balittan)
Cimanggu di Bogor sejak bulan Oktober 1990 sampai
bulan
April 1991.
Bahan dan Peralatas
Varietas
ini
kedelai yang digunakan dalam
adalah Tidar, Wilis dan Dempo yang
Kelti Pemuliaan Balittan Bogor.
tas
penelitian
diperoleh dari
Deskripsi ketiga varie-
yang digunakan disajikan berturut-turut pada
Tabel
Lampiran 1 sampai 3.
Tanah
yang
digunakan dalam percobaan
ini
adalah
Podsolik Merah Kuning, diambil dari areal Kebun Percobaan Balittan di Taman Bogo, Kecamatan Probolinggo, Kabupaten Lampung Tengah pada tanggal 20 Oktober 1990. Pengambilan tanah dilakukan dengan cangkul sampai kedalaman
20 cm sebanyak 9 ton.
Tanah tersebut dihaluskan, disa-
ring dengan ayakan berdiameter 3 rnm dan dianginkan selama
satu
bulan.
Tanah kering udara
diperoleh apabila
bobot tanah tersebut tidak berubah sewaktu dianginkan.
Pupuk
yang
digunakan dalam percobaan
ini
adalah
pupuk buatan dalam bentuk Urea, TSP, KC1, CuS04, Zn.EDTA
dan kapur yang digunakan adalah dolomit.
Untuk
mengendalikan penyakit jamur karat kedelai
yang disebabkan oleh patogen: Phakopsora pachyrhizi Syd.
digunakan Dithane M - 4 5 .
mengendalikan
Insektisida yang digunakan untuk
berbagai hama kedelai adalah Furadan
3G,
Tamaron, Azodrin, Tiodan dan Diazinon.
Untuk
menjamin terbentuknya bintil akar
digunakan
Rhizobiur j a p o n i c u r , Legin.
Peralatan yang digunakan antara lain leaf area
me-
ter, thermometer, ember plastik ukuran 12 liter, pralon
(PVC), meteran, gelas ukur, oven, timbangan, sprayer,
lampu TL 40 watt, mikroskop, hygrometer dan lain-lain.
Metode Penelitian
Rancangan Percobaan
Percoban .-eP
Untuk
mengetahui
volume
pemberian air pada setiap taraf perlakuan air, dilaksanakan percobaan pendahuluan secara faktorial, dua faktor
dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK).
Perlakuan ada dua faktor, yakni:
1.
Varietas yang terdiri dari tiga macam:
a. Varietas dengan umur genjah, Tidar
b.
Varietas dengan umur sedang, Wilis
c. Varietas dengan umur dalam, Dempo
2.
Perlakuan air dengan empat taraf:
a.
Seratus persen "taraf air tanah tersedia"
:
KO
b.
Delapan puluh persen "taraf air tanah tersedia"
:
K1
c. Enam puluh persen "taraf air tanah tersedia": K2
d.
Empat puluh persen "taraf air tanah tersedia"
sehingga diperoleh
12 kombinasi perlakuan
dan
kombinasi
perlakuan diulang tiga kali, dengan
terdapat
36 pot
perlakuan pada Percobaan
:
K3
setiap
demikian
Pendahuluan
(Gambar Lampiran 1).
Air tersedia adalah jumlah air (dalam persen
volu-
me) dalam tanah antara pF 2.54 (kapasitas lapang) dengan
pF 4.20 (titik layu permanen)
yang diperoleh dengan me-
nentukan kadar air pada pF 2.56 dan pF 4.2 (berdasarkan
kurva retensi).
Model linear untuk percobaan pendahuluan adalah sebagai berikut:
Yijk =
U
+
fi +
hj + dk
4-
cjk+
Eijk
di mana:
Yijk = hasil pengamatan pada v>.rietas ke-j, taraf
air tanuh tersedia ke-k dan ulangan ke-i
u
= pengaruh nilai tengah
i
'
= pengaruh ulangan ke-i
*j
= pengaruh varietas ke-j
,9k
= pengaruh taraf air tanah tersedia ke-k
Gdjk = pengaruh interaksi varietas ke-j dan taraf
air tanah tersedia ke-k
Eijk = pengaruh acak dari varietas ke-j, taraf
tanah tersedia ke-k dan ulangan ke-i.
air
Percobaan
percobaan
Utama.
Percobaan yang dilakukan
adalah
faktorial, tiga faktor dengan Rancangan Acak
Kelompok (RAK).
Faktor-faktor yang dicobakan:
1.
Faktor pertama, varietas yang terdiri dari tiga
ma-
cam :
a.
Varietas dengan umur genjah, Tidar
:
V1
b.
Varietas dengan umur sedang, Wilis
:
V2
c.
Varietas dengan umur dalam, Dempo
:
V3
2. Faktor kedua, waktu
perlakuan air berdasarkan
fase
pertumbuhan tanaman kedelai, tiga fase:
a.
Fase tumbuh hingga keluar bunga
:
Fl
b.
Fase keluar bunga hingga pengisian polong
:
F2
c.
Fase pengisian polong sampai 50 persen
:
Fg
daun berwarna kuning
3.
Faktor ketiga, perlakuan air yang terdiri dari empat
taraf:
a.
Seratus persen "taraf air tanah tersedia"
:
KO
b.
Delapan puluh persen "taraf air tanah tersedia"
:
K1
c.
Enam puluh persen "taraf air tanah tersedia": K2
d.
Empat puluh persen "taraf air tanah tersedia"
Dengan
demikian diperoleh 36
:
K3
kombinasi perlakuan
dan setiap kombinasi perlakuan diulang sebelas kali, sehingga
jumlah pot perlakuan keseluruhan adalah 396
(Gambar Lampiran 2).
pot
Sebanyak
8 ulangan (288 p o t ) dipergunakan
untuk
peng-
amatan peubah tumbuh, a n a l i s i s tumbuh dan a n a l i s a tanama n , dan 3 ulangan (108 p o t ) dipergunakan u n t u k pengamatan komponen h a s i l dan h a s i l .
Model
l i n e a r untuk percobaan utama a d a l a h
sebagai
berikut:
'i j k l
n
u
+ Pi +
3
+ pk + bl
+651+hbrjkl
+ A 4j k +b&kJ6kl
d i mana:
Yijkl
= h a s i l pengamatan pada v a r i e t a s k e - j , waktu p e r l a k u a n a i r ke-k, t a r a f a i r t a n a h t e r s e d i a
dan ulangan ke- i
= pengaruh n i l a i t e n g a h
u
Pi
pengaruh ulangan k e - i
j
= pengaruh v a r i e t a s ke-j
*
ke-1
@k
= pengaruh waktu p e r l a k u a n a i r ke-k
61
= pengaruh t a r a f a i r t a n a h t e r s e d i a ke-1
&/Ijk
= pengaruh i n t e r a k s i v a r i e t a s k e - j dan waktu perlakuan a i r ke-k
= pengaruh i n t e r a k s i v a r i e t a s k e - j dan t a r a f
air
t a n a h t e r s e d i a ke-1
/bkl
brjkl
Eijkl
pengaruh i n t e r a k s i waktu p e r l a k u a n a i r
ke-k dan t a r a f a i r t a n a h t e r s e d i a ke-1
tanah
= pengaruh i n t e r a k s i v a r i e t a s k e - j , waktu
perlakuan a i r ke-k dan t a r a f a i r t a n a h t e r s e d i a ke-1
= pengaruh a c a k d a r i v a r i e t a s k e - j , waktu
perla-
kuan a i r ke-k t a r a f a i r t a n a h t e r s e d i a ke-1 dan
ulangan ke-i .
Penetapan Bobot Basah pada Setiap Tingkat Perlakuan Air
Pertama-tama ditentukan kapasitas lapang, titik layu permanen dan kadar air tanah kering udara dari
tanah
yang dipakai dalam percobaan tersebut.
Penetapan kapasitas lapang dan titik layu permanen
dilakukan dengan menggunakan alat "Pressure Plate Apparatus" dan Pressure Membrane
Apparatus, masing-masing
pada pF 2.54 dan pF 4.20, penetapan ini dengan menggunakan contoh tanah kering udara yang berukuran < 2 mm.
Contoh
tanah untuk penetapan kapasitas lapang
(pF
2.54) diletakkan di atas piringan (plate) dalam "Pressure
Plate Apparatus", sedangkan contoh tanah untuk penetapan
titik layu permanen (pF 4.20) diletakkan di atas piringan
dalam "Pressure Membrane Apparatus",
Kedua
tanah dijenuhi dengan air sampai berlebihan dan
kan
selama 48 jam.
contoh
dibiar-
Alat ditutup rapat-rapat, kemudian
diberi tekanan sesuai dengan pF yang dikehendaki
(untuk
pF 2 . 5 4 dengan tekanan 1/3 bar dan 1 5 bar untuk pF 4.20).
Keseimbangan
tercapai setelah diberi tekanan selama 4 8
jam, kemudian contoh tanah dikeluarkan
dan
ditetapkan
kadar airnya dengan metode gravimetri.
Untuk mendapatkan kadar air tanah kering udara adalah sebagai berikut: contoh tanah kering udara ditimbang
dan didapatkan bobot kering udara (BKU), kemudian contoh
tanah dikeringkan di oven pada suhu 1 0 5 ~selama
~
24
BKU - BR
BK
kadar air tanah kering udara dapat ditentukan.
(BK).
Dengan menggunakan rumus: KA =
Dari
pada
jam
loo%,
x
hasil perhitungan didapatkan kadar air tanah
keadaan kapasitas lapang, titik layu permanen
dan
kering udara dari tanah Podsolik Merah Kuning yang dipakai dalam penelitian ini masing-masing 18.7, 11 dan 5.73
persen.
Dengan demikian kadar air tanah tersedia pada
kapasitas
lapang adalah 18.7 persen - 11 persen
=
7.7
persen.
Bobot
tanah yang akan diisikan ke
masing pot adalah 8 kg.
nah
Dengan mengetahui kadar air ta-
kering udara sebesar 5.73 persen
bobot
dalam masing-
dapat
ditentukan
kering (BK) tanah tersebut dengan mempergunakan
persamaan:
di mana:
BKU - BK
KA = ---------- x 100%
BK
KA = kadar air tanah kering udara
BKU = bobot tanah kering udara
BK = bobot tanah kering
sehingga diperoleh persamaan:
Selanjutnya dapat ditentukan bobot basah tanah (BB)
pada saat kapasitas lapang (KA = 18.7%) sebagai berikut:
Dari
perhitungan
di atas ternyata
banyaknya
air
yang ditambahkan untuk mencapai 100 persen taraf air tanah tersedia adalah 981 g, sehingga penambahan air untuk
mencapai
80, 60 dan 40 persen taraf air tanah
banyaknya
air yang ditambahkan masing-masing
tersedia
785,
589
dan 393 g.
Dengan menambahkan bobot pot (475 g ) dan bobot pralon
(110 g) pada perhitungan di atas, diperoleh
bobot
setiap pot percobaan yang harus dipertahankan dalam
pe-
nirnbangan setiap hari untuk masing-masing taraf air
ta-
nah
tersedia pada percobaan pendahuluan
seperti pada
Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Bobot setiap Pot Percobaan yang Harus
Dipertahankan Waktu Peninbangan setiap
Hari pada Percobaan Pendahuluan untuk
setiap Waktu Perlakuan Air
Waktu perlakuan air
Tingkat Air Tanah Tersedia
(%)
..................................
100
80
60
40
Pertambahan bobot tanaman diperhitungkan setiap melakukan analisis tumbuh.
Pelaksanaan Percobaan
Untuk
mengetahui ciri-ciri kimia dan
fisika dari
tanah tersebut dilakukan analisis tanah di Laboratorium
Tanah Fakultas Pertanian IPB (Tabel Lampiran 4).
Berdasarkan hasil analisa tanah yang dipakai dalam
penelitian
ini, maka untuk menjamin
pertumbuhan
yang
optimum bagi tanaman kedelai yang diteliti, 2 minggu sebelum
tanam
tanah diberi kapur untuk
meningkatkan
tanah
dan sehari sebelum tanam diberikan pupuk
pH
dengan
takaran seperti pada Tabel 3.
Tabel 3 .
Unsur dasar
Jenis serta Takaran Pupuk dan Kapur
Bahan yang
digunakan
Takaran
.........................
per ha
Dolomit
4 000 kg
per pot
16
s
Urea
100 kg
400 mg
TSP
150 kg
600 mg
KC1
300 kg
1 200 mg
5 kg
20 mg
20 kg
80 mg
cuso*
Mikromel-Zn
( Zn-EDTA)
Sejumlah 432 pot plastik @ 2 12 liter masing-masing
diisi sebanyak 8 kg tanah kering udara.
dilengkapi denpan pipa plastik (PVC
but
bagian
Pot-pot
$
terse-
1.5 inii) di
pinggir dari atas tanah sampai hampir
mengenai
dasar pot di mana bagian pipa yang terbenarn sisinya berlubang untuk melalukan air pada waktu perlakuan air.
Sebelum
benih
Rhiztrbium japonicum
ditanam, benih
diinokulasi dengan
dengan cara mencampur 5 g Rhizobr'us
per kilogram benih kedelai.
Tisp pot ditanami lima biji
kedelai pada kedalaman 2 cm dari permukaan tanah.
Bersamaan waktu tanam diberikan Furadan 3 G
dosis
+
dengan
0.2 g per lubang (+ 30 kg per hektar) untuk men-
cegah serangan lalat (ulat) bibit Agromyza p h a s e o l i .
Percobaan Pendahuluan
Pada
pada
saat tanam (hari pertama), semua pot
percobaan pendahuluan disiram
secukupnya.
tanaman berumur delapan hari pada percobaan
dilakukan
pemberian
air sesuai dengan
(ember)
Sejak
pendahuluan
perlakuan
(Tabel 3) sebanyak air yang hilang melalui
air
evapotrans-
pirasi yaitu dengan cara mempertahankan bobot setiap pot
(ember) percobaan yang telah dicatat pada setiap ember
dan banyaknya air yang ditambahkan setiap hari dicatat.
Percobaan Utama
Percobaan utama dilakukan dua hari sesudah percobaan
pendahuluan untuk menjaga agar keadaan
iklim
tidak
begitu berbeda.
cobaan
Ke dalam masing-masing pot (ember) per-
(396 pot) dimasukkan 8 kg tanah
Kuning dan pipa plastik (PVC
Selanjutnya
berumur
Podsolik Merah
1.5 inci).
sejak penanaman benih
tujuh hari dilakukan pemberian
sampai
air
tanaman
secukupnya
(kira-kira 60 persen air tersedia).
Sejak tanaman berumur delapan hari dilakukan pemberian
air setiap hari untuk setiap taraf
sesuai
perlakuan
dengan volume air yang diberikan pada
air
percobaan
pendahuluan pada umur yang sama sampai akhir fase ketiga
(fase pengisian polong hingga 50% daun berwarna
dan
pada waktu fase pemasakan dilakukan
kuning)
pemberian
air
100 persen taraf air tanah tersedia.
Pemeliharaan
Setelah tanaman kedelai berumur 10 hari
penjarangan
dilakukan
sehingga tinggal tiga tanaman dalam
setiap
Apabila ada tumbuh gulma, gulma tersebut dicabut
pot.
dan dikeluarkan dari dalam pot.
Serangan hama penggulung daun (Lamprosema indicata
Fabricius dan Adoxophyes
dengan
Azodrin
privatana
Walker)
diberantas
dan Diazinon secara bergantian
dengan
dosis 2 ml 1-I air dan dilakukan sekali dalam tiga hari.
Juga dijumpai serangan hama kutu putih ( A l e ~ ~ o d i c udsi s persus Russell).
Hama ini diberantas dengan Tamaron de-
ngan dosis 2 ml 1-I air.
Untuk
mencegah serangan hama
pengisap
polong (Riptortus linearis L.) tanaman
disem-
dengan Tiodan dengan dosis 2 ml 1-I air.
prot
Sesudah
polong berisi terjadi serangan dari seekor tikus dan diberantas
dengan Norat ditempelkan di atas kaca, dengan
perangkap dan juga dengan racun tikus.
Juga dijumpai serangan jamur karat kedelai oleh patogen
rantas
Phakapsora pachyrhiri Syd dan serangan ini
secara dini dengan
dibe-
Dithane M-45, dosis 1
Adanya indikasi kejenuhan dalam peningkatan produksi padi menimbulkan masalah dalam mempertahankan swasembada beras, sehingga tujuan peningkatan produksi
pangan
tidak lagi diutamakan untuk swasembada beras tetapi
un-
tuk menggalakkan/memantapkan diversifikasi pangan.
De-
ngan
demikian progr-am diversifikasi
perlunya
komoditas
pangan
pangan yang berimbang
(beras) dengan selain padi.
menekankan
antara
Hal ini menuntut
padi
investasi
untuk kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan peningkatan produksi, penyediaan dan konsumsi pangan selain padi
(palawija) harus
lebih ditingkatkan (Baharsyah et a l . ,
1988).
Tanaman
palawija sesuai dengan julukannya
"secon-
dary crops", pada kenyataannya kurang mendapat perhatian
atau
diusahakan pada kondisi-kondisi yang kurang
untungkan dibanding padi.
meng-
Mulai dari lahan, agroekolo-
gi, teknologi, ketersediaan sarana produksi, sampai
pe-
nanganan pasca panen dan aspek sosial ekonomi, kelernbagaan serta sarana penunjang lainnya berada dalam keadaan
yang marjinal (Baharsyah et al., 1988).
tanaman
pangan
kedelai (Glycine
(L.) Merr)
merupakan
palawija yang penting untuk memenuhi
kebutuhan
Kacang
dalam
merupakan
aax
usaha perbaikan gizi
masyarakat, karena
sumber protein nabati, yang harganya
relatif
murah apabila dibandingkan dengan sumber protein lainnya
seperti daging, susu dan ikan. Kadar protein biji kedelai
lebih kurang 40 persen, karbohidrat 34 persen, dan
lemak 20 persen (Sumarno dan Hartono, 1975).
Jumlah
konsumsi pangan yang berasal
dari
tanaman
kedelai setiap tahunnya semakin meningkat seirama dengan
peningkatan jumlah penduduk di Indonesia yang masih
cu-
kup tinggi (sekitar 2.1 persen per tahun) menjelang
ta-
2000 meskipun sudah ada keluarga berencana.
hun
mengejar
jumlah
dan mutu pangan
Untuk
serta mempertahankan
tingkat konsumsi yang cukup untuk masa mendatang, hasil
pangan harus ditingkatkan .
Kebutuhan
tahun.
dengan
nasional akan kedelai meningkat
Peningkatan kebutuhan tersebut
peningkatan
produksi sehingga
setiap
tidak
seimbang
setiap
tahunnya
ter-jadi peningkatan jumlah impor (Ditjen Pertanian Tanaman Pangan, 1989).
Dengan berbagai upaya kultur teknik terjadi peningkatan produktivitas dari 0.70 t o n h a tahun 1975
ton
0.99
(rata-rata selama tahun
1984
sampai
menjadi
dengan
1988) (Ditjen Pertanian Tanaman Pangan, 1989).
Rendahnya
oleh berbagai
hasil
kedelai di
Indonesia disebabkan
faktor seperti tanah, iklim, hama
dan
penyakit, varietas maupun cara pengelolaannya yang belum
baik.
Namun
demikian menurut
Shibles, Anderson
dan
Gibson (1975) rendahnya hasil tanaman kedelai seringkali
karena kekurangan air.
Kegagalan tanaman kedelai akibat
kekurangan air banyak dijumpai baik di luar negeri, misalnya Amerika (Mederski dan Jeffers, 1973) maupun
di
Indonesia (Tangkuman, 1974).
Kendala
pertumbuhan tanaman kedelai
lingkungan fisik (iklim dan tanah) yang
tidak
langsung mempengaruhi penyediaan
baik
kendala
langsung atau
dan
pengaturan
masukan air, energi dan hara bagi tanaman, maupun kendala biotik (gulma, hama dan penyakit) dapat ditekan melalui pengelolaan tanaman yang baik.
Mengingat peningkatan produksi padi yang direncanakan pemerintah selama Pelita V masih cukup tinggi dengan
rata-rata 3.0 persen per tahun, maka
pertumbuhan
lahan
sawah beririgasi perlu tetap dipertahankan untuk tanaman
padi.
Dengan demikian tidaklah terlalu dapat diharapkan
program
diversifikasi tanaman pangan dilaksanakan
lahan sawah beririgasi tersebut.
Dengan perkataan
lahan kering menjadi tumpuan utama
tanaman pangan.
pengembangan
palawija
di lahan
pengaruhi
dihadapi,
kering masih
d l . ,
memberi
1988).
lahan kering, pertumbuhan tanaman sangat
oleh
lain
diversifikasi
Meskipun banyak masalah yang
harapan yang cerah (Baharsyah et
Pada
bagi
pada
kesuburan tanah, topografi
dan
iklim terutama curah hujan, sehingga jenis dan
di-
faktor
varietas
tanaman
harus dipilih dengan tepat guna mencegah
galan produksi.
kega-
Variasi curah hujan dari tahun ke tahun
akan menyulitkan usaha-usaha penanaman kedelai. Di
Sam-
ping itu tidak semua curah hujan yang sampai pada
suatu
lahan
pertanian efektif bagi tanaman, karena tidak
se-
mua hujan turun pada saat dibutuhkan dan tergantung pada
kemampuan tanaman untuk memanfaatkan air yang ada.
Mengingat
pentingnya peranan kedelai, maka
perluasan penanaman kedelai terus dilakukan.
areal
usaha
Pembukaan
baru daerah transmigrasi di luar pulau Jawa
menunjang
perluasan penanaman kedelai.
Sebagian
akan
besar
areal baru ini tergolong Podsolik Merah Kuning yang miskin
akan unsur hara N, P, K , Ca serta unsur
mikro
Mo, S, adanya bahaya keracunan aluminium dan
nya menahan air tanah rendah (Team LPT, 1979).
Zn,
kemampuanMenurut
Foy, Fleming dan Armiger (1969) keracunan aluminium
da-
pat
se-
menyebabkan akar tanaman kedelai menjadi rusak
hingga penyerapan unsur hara dan air tidak efisien.
Pada umumnya tanaman kedelai merupakan tanaman yang
peka
terhadap kekurangan dan kelebihan air tanah.
Ta-
naman ini memerlukan kelembaban yang tinggi terutama
daerah
cukup
perakaran (Peters dan Johnson, 1960).
merupakan
faktor
penyerapan unsur hara.
hara
penting
dalam
yang
pelarutan
dan
Akar lebih banyak mengintersepsi
apabila tumbuh di tempat yang lembab
tempat
Air
di
daripada
yang kering (Kramer, 1969; Tisdale, Nelson,
di
dan
5
Beaton, 1975; Soepardi, 1977). Kekeringan pada masa berbunga
dan pengisian polong akan
menyebabkan
rendahnya
hasil.
Fase tanaman yang paling kritis terhadap lingkungan
yang tidak menguntungkan adalah fase pembungaan.
Keku-
rangan air pada fase ini tanaman kedelai akan gaga1 membentuk
polong dan akhirnya menurunkan hasil.
Di
pihak
lain, lamanya fase pembungaan berbeda di antara varietas
yang terutama ditentukan oleh sifat determinasinya.
fat
determinasi tersebut antara lain
ditunjukkan
keserempakan berbunganya (lamanya fase berbunga).
Sioleh
Menu-
rut penelitian Sitanggang (1987) yang dilakukan di Medan
pada
tanah Podsolik Merah Kuning menunjukkan bahwa
va-
rietas indeterminate kurang peka dibanding dengan determinate terhadap kekeringan.
Pemilihan waktu
masing
tanam yang
tepat
untuk
daerah amat penting, karena ha1 ini
masing-
berhubungan
erat dengan tersedianya air untuk pertumbuhan dan
meng-
hindari terjadinya kekeringan (kekurangan air) terutama
pada saat pembungaan dan pengisian polong.
Dengan demi-
kian perlu diketahui jumlah air yang dibutuhkan
tanaman
kedelai pada setiap fase pertumbuhan untuk dapat
menen-
tukan
pola
waktu tanam yang disesuaikan (didasarkan) dengan
curah
hujan
setempat dan
sejauh mana
pengaruh
kekurangan air pada tingkat tertentu terhadap produksi
tanaman kedelai.
Bertitiktolak dari hal-ha1 tersebut di atas penelitian ini dilakukan dengan menanam beberapa varietas
ta-
naman kedelai pada tanah Podsolik Merah Kuning.
Tu-iuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pon
(tanggap) beberapa varietas tanaman
res-
kedelai yang
berbeda umurnya terhadap berbagai tingkat pemberian
air
pada fase pertumbuhan yang berbeda.
Manfaat Penelitian
Manfaat
dalam
penelitian ini adalah merupakan
menentukan upaya-upaya yang perlu
pelaksanaan
informasi
diambil
dalam
ekstensifikasi tanaman kedelai pada
lahan
kering, sehingga memungkinkan untuk menentukan waktu tanam
yang tepat berdasarkan ketersediaan air
dan
iklim
setempat.
Pi~otesis
1.
Terdapat keragaman kebutuhan air antara varietas tanaman kedelai pada setiap fase pertumbuhan tanaman.
2. Kemampuan beradaptasi tanaman kedelai terhadap kekurangan air berbeda antar varietas.
3. Tingkat kepekaan tanaman kedelai terhadap kekurangan
air pada fase pertumbuhan tertentu berbeda antar varietas.
TINJAUAN PUSTAKA
Tinlauan Agronomi Tanaman Kedelai
Kedelai
(Gfycine
*ax
(L) Merr),
terrnasuk
famili
Leguminosae yang berasal dari kedelai liar yang
G l y c i n e usuriensis.
lah
disebut
Tanaman kedelai sudah merupakan sa-
satu tanaman penting dalam kehidupan masyarakat
di
daratan Cina sejak tahun 3838 S.M., sehingga diduga bahwa kedelai berasal dari Cina. Kedelai kemudian berkembang ke beberapa negara di Amerika dan Asia.
Di Indone-
sia kedelai mula-mula dikenal sebagai tanarnan pupuk
jau
dan pertama kali diusahakan di Pulau Jawa dan
hiBali
pada tahun 1750 (Samsuddin dan Jakarniharja, 1983).
Pada
umumnya jenis tanah yang cocok untuk
tanaman
jagung misalnya: jenis tanah glediteran, aluvial, ;regose]C, latosol dan prumosol, cocok pula untuk tanaman
delai.
buhan
Kernasaman tanah yang paling baik untuk
kedelai adalah 6.8 narnun pH 5.5 - 6.0
dianggap cukup
untuk Indonesia
pertum-
pun
(Ismail dan
ke-
sudah
Effendi,
19811.
Tanaman
kedelai dapat tumbuh dengan baik pada
tinggian 50 - 500 meter dari permukaan laut dengan
optimal 25 - 27 derajat celsius.
Curah hujan
kesuhu
rata-rata
yang dikehendaki tanaman kedelai adalah kurang dari 2000
mm,
sehingga cocok diusahakan pada
relatif beriklim kering.
daerah-daerah yang
Kedelai menghendaki penyinaran
penuh
minimal 10 j a m p e r h a r i dengan
kelembaban
rata-
r a t a 65 p e r s e n ( H a r t w i g , 1 9 5 8 ) .
KedePai mernpunyai kemampuan menambat n i t r o g e n u d a r a
s e c a r a s i r n b i o t i k dengan b a k t e r i Rhizobium japunicum. K e adaan i n i menyebabkan tanaman d a p a t memperbaiki dan memp e r t a h a n k a n kesuburan t a n a h .
pH
Pada t a n a h yang
mernpunyai
5 . 5 - 6 . 6 , s e k i t a r 71 hingga 80 p e r s e n n i t r o g e n
naman
berasal
d a r i penambatan n i t o g e n
molekuler
tadari
u d a r a (Bezdicek e t a l . , 1 9 7 8 ) .
Menurut
secara
Lawn dan Brun (1974)
s i m b i o t i k meningkat selama
kemudian
penambatan
periode
menurun s a n g a t t a j a m selama
nitrogen
pembungaan,
stadia
pengisian
polong.
K
a h P o d s o l i k Merah Segolongan t a n a h m i n e r a l yang mempunyai perkembangan
p r o f i l sedang, berwarna merah sampai kuning,
mempu-
n y a i h o r i z o n a r g i l i k , b e r s i f a t masam, m i s k i n h a r a , kapas i t a s t u k a r k a t i o n dan kejenuhan b a s a rendah, dan s a n g a t
peka
t e r h a d a p e r o s i d i k e n a l s e b a g a i P o d s o l i k Merah
ning.
J e n i s tanah i n i t e r s e b a r l u a s d i daerah
basah
dengan c u r a h h u j a n l e b i h d a r i 2 000 mm p e r
dan t i d a k mengalami musim kemarau yang jelas,
Ku-
beriklim
tahun
topografi
bergelombang dan l a p i s a n o l a h t i p i s t e r d a p a t d i
Sumate-
r a , Kalimantan dan I r i a n J a y a ( M u l j a d i , 1 9 7 7 ) .
Perrneabilitas
sarnpai
t a n a h P o d s o l i k Merah
b a i k , o l e h k a r e n a i t u d i musim
Kuning
kemarau
larnbat
tanaman
mudah menderita kekurangan air, sebaliknya di musim
hu-
jan perakaran tanaman dapat mati karena penggenangan air
setempat.
Produktivitas Podsolik Merah Kuning ini banyak
di-
permasalahkan oleh para pakar terutama tentang kesuburannya, kandungan bahan organik dan kemasaman (pH) yang
rendah
serta
kepekaannya terhadap erosi.
Penghambat
utama dari Podsolik Merah Kuning ini ialah sifat kimia,
fisika, dan
topografinya (Ismail dan
Effendi, 1981).
Pada pH rendah berbagai hara tanaman menjadi tidak
ter-
sedia, di antaranya fosfor, kalsium, magnesium dan
mo-
libdenium (Sanchez, 1976).
Rendahnya kesuburan Podsolik
Merah Kuning disebabkan:
1.
Bahan induknya miskin
akan mineral primer yang
me-
ngandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman
2.
Tingkat pelapukan yang sudah lanjut menambah
unsur
hara dan meningkatkan jumlah aluminium
miskin
dapat
dipertukarkan dalam tanah (Aldd)
3. Curah hujan tinggi sehingga sering terjadi erosi.
Tanah-tanah ini miskin akan unsur fosfor, karena di
samping fosfat yang memang rendah kandungannya di
dalam
tanah juga sebagian difiksasi oleh aluminium. Jika aluminium bersenyawa dengan fosfat, maka fosfat dan Fe menjadi tidak tersedia dan ini merupakan salah satu
penga-
ruh buruk aluminium yang terpenting dalam tanah (Tisdale
dan
Nelson, 1966; dan Soepardi, 1977).
Buruknya
sifat
kimia dan fisika tanah Podsolik Merah Kuning tersebut,
maka tanah itu merupakan tanah marjinal untuk pertanian
pangan.
Penaaruh Kern asarnan Tanah terhadav Tanaman KedKemasaman
tanah mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
Pertumbuhan tanaman yang buruk diasosiasikan sebagai keracunan aluminium akibat aluminium yang dapat
karkan dalam tanah
dipertu-
Jumlahnya tinggi (Adams dan Pearson,
1967). Kepekatan ion aluminium dalam larutan tanah masam
berkorelasi negatif dengan pH tanah dan
(Fox dan Kamprath, 1978).
bangan
dan
hasil
tanaman
Aluminium mengganggu perkem-
fungsi akar tanaman.
Kepekatan aluminium
yang tinggi menyebabkan terjadinya koagulasi protein,
sehingga sel akar tanaman menjadi
rusak.
Aluminium
cenderung menimbun dalam rongga akar tanaman, khususnya
pada epidermis akar (Helyar, 1978).
Menurut
daerah
Foy et a l . (1969) aluminium mempersempit
jelajah akar, perpanjangan akar dan
akar primer.
pertumbuhan
Pembentukan akar lateral, dan rambut akar
menjadi terhambat, yang menyebabkan akar tanaman menjadi
rusak.
Hal tersebut menyebabkan akar tanaman berwarna
coklat, menebal, dan bobotnya berkurang seolah-olah akar
mati.
Terganggunya perakaran tersebut mengakibatkan
akar kurang berdayaguna dalam menyerap hara dan air, sehingga menyebabkan
terjadinya penimbunan
fosfat pada
akar dan menghalangi angkutan unsur kalsium dan
ke bagian atas tanaman.
Pada tingkat keracunan sedang,
aluminium hanya menyebabkan unsur fosfor dalam
berkurang, tetapi
dapat
fosfor
pada tingkat keracunan yang
mengakibatkan berkurangnya hampir
hara tanaman (Vickers dan Zak, 1978).
tanaman
tinggi
semua serapan
Akibat lain
dari
kemasaman tanah, khususnya pada tanaman kacang-kacangan
adalah bahwa tanaman kurang mampu membentuk bintil akar,
sehingga mengakibatkan rendahnya simbiosis Rhirobium dan
tanaman. Keracunan aluminium pada tanaman kedelai dapat
memperlambat
jwnlah dan
pembentukan bintil akar
bobot
bintil akar
serta mengurangi
(Hohenberg dan Munns,
1984).
Pada tanah masam, A1 dapat mengendapkan Mo sehingga
tanaman dapat
unsur
kekurangan Mo.
Molibdeniurn merupakan
penting dalam proses penambatan
nitrogen
secara
simbiotik dan juga dalam proses reduksi nitrat.
Tanpa
molibdenium
tanaman kedelai akan menghasilkan bintil
akar yang tidak efektif (Anderson, 1956; Noggle dan
Fritz, 1979).
Salah satu tanaman yang peka terhadap kemasaman tanah
adalah kedelai (Munns et al.,
optimum
akan
1981).
Pertumbuhan
dicapai bila kejenuhan aluminium' kurang
dari 20 persen (Kamprath, 1970).
A i r merupakan bahan alam yang p a l i n g b e r h a r g a , t a n -
p a a i r t i d a k mungkin a d a kehidupan.
berada
D i dalam t a n a h , a i r
d i a n t a r a p a r t i k e l - p a r t i k e l t a n a h dan
retensi
oleh partikel tersebut.
mengalami
Menurut K r a m e r
(1972)
tanaman d a p a t menyerap a i r t a n a h b i l a r e t e n s i o l e h t a n a h
lebih
arti
k e c i l d a r i p a d a daya serap tanaman.
Hal ini
ber-
b i l a k a d a r a i r t a n a h r e n d a h , tanarnan
tidak
dapat
menyerap a i r dan kernudian l a y u .
S e b a l i k n y a pada keadaan
jenuh a i r walaupun r e t e n s i p a r t i k e l t a n a h t i d a k a d a , a i r
tidak
d a p a t d i s e r a p o l e h tanaman, k e c u a l i tanaman
tentu
misalnya padi.
ter-
Dalam h a 1 i n i penyerapan a i r
di-
b a t a s i o l e h kurangnya o k s i g e n dalam t a n a h s e h i n g g a mengy
hambat
a k t i f i t a s a k a r tanaman.
Selain i t u
pertumbuhan
tanaman d i b a t a s i o l e h keadaan kelembaban t a n a h yang
sa-
n g a t t i n g g i dan rendah ( T i s d a l e dan Nelson, 1966).
K r a m e r (1963) menggambarkan f u n g s i a i r b a g i tanaman
sebagai berikut:
1.
Merupakan penyusun
utama j a r i n g a n yang a k t i f
meng-
adakan k e g i a t a n f i s i o l o g i .
2.
Reagensia
dalam p r o s e s - p r o s e s f o t o s i n t e s i s dan
hi-
d r o l i s i s s e p e r t i pencernaan p a t i .
3.
P e l a r u t garam-garam,
g u l a dan z a t - z a t l a i n yang b e r -
g e r a k d a r i s e l k e s e l dan d a r i organ ke o r g a n .
4.
Berperan p e n t i n g
dalam memelihara
turgiditas
d i p e r l u k a n untuk pembesaran dan pertumbuhan s e l .
yang
Peranan air yang penting ini menimbulkan konsekuensi
bahwa
bagi
langsung atau tidak langsung kekurangan air
tanaman akan mempengaruhi semua
proses
metabolik
dalam tanaman yang mengakibatkan berkurangnya pertumbuhan.
Kekurangan air tanaman dapat disebabkan oleh kehilangan
air yang berlebihan atau kurangnya absorpsi air
oleh akar, dapat juga disebabkan oleh keduanya
1972; Ritchie, 1980).
Dengan demikian
(Kramer,
kekurangan air
tanah akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
Menurut Harjadi dan Yahya (1988), stres air
(keke-
ringan) pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal:
(1)
kekurangan suplai air di daerah perakaran, dan (2) permintaan
air
yang berlebihan oleh daun, di
mana
transpirasi melebihi laju absorbsi air oleh akar
laju
tanam-
an, walaupun keadaan air tanah cukup.
Penyerapan air oleh akar tanaman tergantung pada
laju
transpirasi, sistem perakaran dan tersedianya air
dalam tanah.
Chi, Boyer dan Vanderhoef (1975) mendapat-
kan hubungan air tanah dan status air daun tanaman kedelai
seperti tercantum pada Gambar 1. Pada gambar ter-
sebut dapat dilihat bahwa potensial air daun lebih cepat
menurun
daripada tanah hingga potensial air
bar, sesudah itu potensial air daun mendekati
air tanah.
tanah
-13
potensial
0
Gambar 1.
-8
-12
-16
-20
P o t e n s i a l a i r tanah (bar.)
-4
Pengaruh Potensial Air Tanah terhadap
Potensial Air Daun Tanaman Kedelai
(Chi et a ] . , 1975)
Pertumbuhan vegetatif sangat peka
rangan
-24
terhadap keku-
air, karena pertumbuhan berhubungan erat
turgor dan hilangnya turgiditas menghentikan
sel
tanaman
pembesaran
mengakibatkan tanaman lebih kecil
(Burstom,
Pengaruh cekaman air pada pertumbuhan
vegetatif
yang
1956).
dengan
dicerminkan oleh daun-daun yang
berkurangnya
diameter batang dan bobot
lebih kecil,
kering tanaman
(Whigham dan Minor, 1978).
Cekaman air menurunkan laju fotosintesis oleh
nya
tiga kombinasi keadaan yaitu:
menutupnya
ada-
stomata,
meningkatnya resistensi mesofil dan menurunnya efisiensi
sistem fotosintesis (Slatyer, 1967).
15
Boyer (1970a) mendapatkan bahwa pada potensial
air
daun -4 bar perluasan daun berkurang 25 persen dari maksimum
dan
perluasan daun berhenti pada
daun -12 bar.
potensial
air
Fotosintesis per unit luas daun mulai me-
nurun pada potensial air daun -11 bar, penurunan menjadi
cepat
dan
pada -18 bar, penurunan selanjutnya lebih
mencapai
bertambah
19 persen dari nilai maksimum
kering sampai potensial airnya
lambat
bila
mencapai
daun
-40
bar.
Kramer
alami
(1963) mengatakan bahwa tanaman rang
cekaman air stomatanya menutup lebih
mengurangi hilangnya air.
awal
untuk
Tetapi penutupan stomata juga
mengganggu jalan masuk C02 sehingga fotosintesis
Brady et el. (1975) mendapatkan bahwa
rang.
meng-
berku-
resistensi
stomata pada permukaan adaksial maupun abaksial
tanaman
kedelai meningkat dengan menurunnya potensial air tanah.
Menurut
Boyer (1970b) menurunnya
fotosintesis
kedelai
yang mengalami cekaman air terutama
oleh meningkatnya resistensi stomata.
disebabkan
Hal ini didukung
hasil penelitian Sivakumar dan Shaw
oleh
(1978) bahwa
pada potensial air tanah yang semakin kecil daya
stomata
(stomata1 conductance)
tanaman
semakin
hantar
menurun,
se-
lanjutnya akan menurunkan laju pertumbuhan.
Menurunnya
tanaman
plasma
laju fotosintesis secara langsung
yang mengalami cekaman air juga
dan
atau kloroplast
rang
akibat
mengalami
pada
proto-
dehidrasi
s e h i n g g a mempunyai k a p a s i t a s yang r e n d a h u n t u k
tesis ( K r a m e r ,
Berbagai
fotosin-
1963).
r e a k s i b i o k i m i a juga
o l e h adanya kekurangan a i r .
seringkali
berubah
Shah dan Loomis (1965)
ngatakan bahwa s i n t e s i s p r o t e i n b e r k u r a n g dalam
yang mengalami k e k e r i n g a n .
tanaman
Boyer ( 1 9 7 0 a ) memperlihatkan
l a j u r e s p i r a s i g e l a p t a j u k tanarnan k e d e l a i , bunga
hari
me-
mata-
dan jagung menurun pada p o t e n s i a l a i r daun
antara
-8 b a r sampai -18 b a r .
Menurut
B a r l e y , Graham dan Laing
(1975)
pengaruh
cekaman a i r t e r h a d a p k e d e l a i pada b e r b a g a i f a s e
buhan
keadaan
pertum-
akan mempengaruhi pertumbuhan dan p r o d u k s i .
t e r s e b u t t e r j a d i selama masa
Bila
pertumbuhan
maka
tetapi
akan mempengaruhi l e b a r daun dan p a n j a n g b a t a n g ,
mempunyai pengaruh k e c i l t e r h a d a p pembungaan b e r i k u t n y a .
T e t a p i b i l a keadaan t e r s e b u t t e r j a d i pada masa pembungaan
pada
buku
yang b e r s a n g k u t a n , meskipun t i d a k berpengaruh pada
buku
di
dimulai
akan menyebabkan gugurnya bunga
a t a s n y a . . S e l a n j u t n y a b i l a keadaan t e r s e b u t
terjadi
selama pembentukan polong akan menyebabkan gugurnya
po-
l o n g dan b i l a keadaan t e r s e b u t t e r j a d i selama
pengisian
polong
(pembentukan b i j i ) maka akan
keguguran
polong
yang k e c i l yang t e r b e n t u k d a r i bunga
terjadi
sebelumnya
dan berkurangnya ukuran b i j i .
Wilsie
(1962) mengatakan a i r yang
terlalu
banyak
dalam t a n a h akan mengurangi aerasi t a n a h , s e h i n g g a
akan
mengurangi
oksigen dan menurunnya
proses
nitrifikasi.
Serapan unsur hara seperti nitrogen, kalsium, mangan dan
fosfat sangat dipengaruhi oleh kandungan air tanah, juga
kelembaban tanah yang berlebihan atau kurang akan meneban kemampuan tanaman untuk rnenyerap unsur hara.
Penanaman kedelai pada tanah yang basah akan menghambat
perkecambahan dan pertumbuhan awalnya. Hal
ini
terutama terjadi karena kekurangan oksigen untuk pertumbuhan biji maupun akar tanaman.
Perbaikan drainase pada
tanah yang biasanya tergenang akan sangat membantu
per-
kecambahan biji, biasanya populasi tanaman yang tumbuh
akan berkurang
pada tanah-tanah yang berlebihan
air.
Drainase yang baik pada tanah-tanah seperti ini akan dapat
meningkatkan populasi tanaman per unit areal, per-
akaran menjadi lebih baik, tanaman akan lebih tegap dan
tinggi .
Kebutuhan
empat
air bagi tanaman dapat diperoleh dari
sumber yaitu: (1) air hujan, (2) air di
atmosfer
kecuali hujan, (3) air yang tergenang dan ( 4 ) air
tanah
(Israelsen dan Hansen, 1962).
Dalam ha1 kebutuhan air perlu dibedakan antara
ke-
butuhan air tanaman dengan kebutuhan air irigasi. Menurut
Go (1957) kebutuhan air suatu tanaman adalah: Ba-
nyaknya air yang diserap dan ditranspirasikan oleh
naman
untuk membentuk satu kilogram bahan
ta-
kering yang
dinyatakan dalam kilogram air. Kebutuhan
air
irigasi
adalah kebutuhan air sebagai tambahan terhadap air hujan
dan air tanah guna memenuhi pemakaian air tanaman
ma pertumbuhan (Israelsen dan Hansen, 1962).
sela-
Nilai
ke-
butuhan air tanaman untuk kedelai 744 gram air tiap gram
bahan kering (Wolfe dan Kipps, 1959).
Kebutuhan
air tanaman merupakan besaran
evaporasi
dan transpirasi. Kebutuhan air irigasi ditentukan oleh
banyaknya
hujan
air yang dibutuhkan untuk
pertanaman, curah
efektif, waktu pemakaian air dan banyaknya
kehi-
langan air (Israelsen dan Hansen, 1962).
Kisaran air tanah tersedia bagi tanaman merupakan
yang terikat antara kapasitas lapang (pF 2.7) dan
air
layu permanen (pF 4.2) yang besarnya
titik
bervariasi
tergantung pada tekstur tanah, makin halus makin
besar
kisarannya (Soepardi. 1977).
besar
Tekstur liat paling
kisarannya disusul berturut-turut lempung liat, lempung
berdebu, lempung berpasir dan pasir (Buckman dan
Brady,
1969).
Kemampuan tanaman untuk menyerap air tersedia tergantung
pada jenis tanaman dan profil tanah yang
dijangkau oleh akar.
kedelai
potensial
Untuk menunjang perkecambahan biji
air tanah tidak boleh
-6.6 bar (Hicks. 1978).
cepat
pada
akan
potensial
kurang dari
Perkembangan akar kedelai lebih
air tanah -0.5 bar
daripada
-0.9 bar (Grable dan Danielson, 1965).
Fiksasi N maksi-
mum terjadi pada tanah mendekati kapasitas lapang, berkurang pada
tingkat kelembaban di atas atau
di
bawah
nilai tersebut (Scudder, 1975).
Tanaman kedelai membutuhkan sejumlah air
pertumbuhan.
selama
Kebutuhan air bervariasi tergantung pada
iklim, pengelolaan dan lamanya musim tanam. Utomo (1981)
menghitung kebutuhan air tanaman di rumah kaca menggunakan metode berdasarkan potensial air tanah.
Hasil pene-
litiannya menunjukkan bahwa pada nilai pF 2.54, 3.19 dan
3.49 volume
air yang
dikonsumsikan tanaman kedelai
511.85, 327.89, dan 118.18 mm.
bahwa
Hal
ini menggambarkan
air tanah tersedia mempengaruhi volume
air yang
dikonsumsi tanaman kedelai.
Kebutuhan tanaman akan air berbeda pads tiap
pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
tif
tanaman memerlukan banyak air.
fase
Pada fase vegetaWalaupun
demikian
kekurangan air pada fase pembungaan kedelai akan menyebabkan
gagalnya pembentukan polong.
Kelembaban
tanah
optimum untuk pertanaman kedelai adalah 50 persen
kapa-
sitas lapang selama pertumbuhan (Howell, 1956).
Menurut
perkiraan Kung (1971) kebutuhan air bagi
tanaman kedelai umur sedang (85 hari) pada berbagai fase
pertumbuhan adalah seperti tertera pada Tabel 1.
Tabel 1.
Kebutuhan Air pada
Sedang (85 hari)
~umbuh~
Periode ~ u m b u h ~
Kebutuhan air
E T ~
(hari)
(mm/periode)
Stadia Tumbuh
Pertumbuhan awal
15
Vegetatif aktif
15
Pembungaan-pengisian
polong
35
Kematangan biji
20
a
Tanaman Kedelai Umur
pada Setiap Periode
53 - 62
Ditetapkan oleh Abdulhay dan Sulaiman (1983) di Jawa
Barat. dan oleh Doorenbos et al. (1977) di Filipina
Dihitung berdasarkan perkiraan Kung ( 1971 ) bahwa evepotranspirasi (ET) kedelai adalah 300 - 350 mm selama
pertumbuhannya
Hubungan antara bobot bahan kering yang
dan
air
penggunaan
yang dipergunakan
air
yang
dikenal
dirumuskan
dihasilkan
sebagai
sebagai
efisiensi
bobot
bahan
kering yang dihasilkan per satuan volume atau bobot
yang dipergunakan (Krzuner, 1972).
efisiensi
air
adaptasi
Menurut Levitt (1956)
penggunaan air berkurang dengan
rang digunakan.
meningkatnya
Oleh karena itu tanaman yang
terhadap kekeringan dengan menutupnya
(penghematan air) efisiensi penggunaan airnya
dengan
air
ber-
stomata
meningkat
menurunnya transpirasi, tetapi bersamaan
dengan
itu efisiensi menurun dengan rendahnya fotosintesis.
Bubun~anAirdan Tanaman
Tingkat ketersediaan air tanah mempunyai
pengaruh
langsung dengan penyerapan hara oleh tanaman kedelai.
Penyerapan hara oleh tanaman digambarkan oleh Follet,
Murphy dan Donahue (1981) menurut 3 mekanisme yaitu: (I)
aliran massa, (2) difusi dan (3) intersepsi akar.
Kadar air tanah tidak saja mernpengaruhi jumlah hara
yang tersedia dalam tanah, tetapi juga mempengaruhi laju
difusi dan aliran massa air (Viets, 1972).
Aliran massa
air tanah dibutuhkan untuk transpirasi tetapi juga untuk
memgndahkan Ca. Mg dan N ke akar (Tisdale et al.,
1975;
Soepardi. 1977).
-
Berdasarkan hasil penelitian Brown (1960) terdapat
korelasi yang tinggi antara pengambilan ion oleh akar
dengan kelembaban tanah.
Kandungan hara N, P, K, Mg dan
Fe tanaman meningkat dengan perlakuan pemberian
irigasi
dan menurun tanpa irigasi. Mederski et al. (1973) meA
ngatakan bahwa dalam keadaan kapasitas lapang atau tegangan air 0.3
-
0 . 5 atm serapan hara I?,
P, K dan Ca
berlangsung baik dan tanaman dapat memanfaatkan nitrogen
terfiksasi di bintil-bintil akar.
Pola pertumbuhan akar yang sangat berpengaruh terhadap Penyerapan air dan unsur hara adalah pertumbuhan
akar efektif. Pertumbuhan akar efektif dipengaruhi oleh
kelembaban tanah. Dengan menaiknya kelembaban tanah maka
kedalaman akar efektif menurun atau naiknya indeks
pertumbuhan
meningkat
akar.
dengan
Nisbah akar terhadap pucuk
menaiknya tegangan air.
pola
biasanya
Kelembaban
tanah akan mempengaruhi luas daun, ketebalan daun, pembentukan bunga dan produksi biji.
Pertumbuhan akar yang lebih sempurna akan menyebabkan
penyerapan hara meningkat dan tanaman
lebih mampu
air ke lapisan yang lebih dalam untuk
mengambil
mendo-
rong pertumbuhan tanaman.
Air Tersedia dan Pertumbuhan Tanaman
Klasifikasi air tanah terbagi atas dua macam, yaitu
klasifikasi
fisik dan klasifikasi biologik.
Pembagian
air tanah secara fisik didasarkan pada perbedaan tingkat
tegangan
kapiler
tanah
air, dan dapat dibedakan atas air bebas,
dan air higroskopis.
Sedangkan pembagian
air
secara biologik didasarkan pada ketersediaan air
ta*ah bagi tanaman. Berdasarkan konsep ini air
kan
air
menjadi
dan
air tersedia, air tidak tersedia
yang tak berguna yang disebut air berlebihan
dibedaair
(Soepardi,
1977).
Kadar
air tersedia yaitu kuantitas air yang
diabsorpsi oleh tanaman.
Tapi untuk memperoleh
dapat
pertum-
buhan yang normal diperlukan kadar air tanah yang segera
dapat diabsorpsi tanaman.
Kisaran kadar air ini
berada
antara titik layu permanen dan kapasitas lapang (Kramer,
1969 dan Paul, 1981) atau air segera tersedia.
Jumlah
air tersedia tergantung pada banyaknya
ditahan dalam profil tanah yang
yang
oleh akar tanaman (Rose, 1966).
dapat
air
dijelajahi
Banyaknya air yang
da-
pat diambil tanaman tergantung dari kedalaman tanah yang
dijelajahi akar. Air yang dapat diserap dari
kedalaman
akar pertama, kedua, ketiga dan keempat secara berturutturut 40, 30, 20 dan 10 persen (USDA, 1959).
Sebagai
perakaran
melalui
akibat
kurang tersedianya air di
dan penguapan yang berlebihan di
transpirasi mengakibatkan
Tanggapan tanaman
air.
alarni
siang hari
terjadinya
tegangan
terhadap tegangan air secara
jenis
tanaman,
sistim perakaran dan waktu terjadinya
tegangan
sebagian besar bergantung kepada
keadaan
daerah
air dalam siklus pertumbuhan.
Tegangan air mempengaruhi setiap aspek pertumbuhan
tanaman termasuk anatomi, morfologi, fisiologi dan
bio-
kimia. Menurut Ritchie (1980) proses-proses yang sensitif terhadap tegangan air adalah pembelahan sel, kelayuan daun, percabangan, keguguran daun, pengisian biji dan
translokasi .
Perkembangan akar dan daun lebih peka
dibandingkan
fotosintesis terhadap tegangan air (Wardlaw, 1969).
ini karena
turgor
buhan
Hal
pertumbuhan sel sangat peka terhadap tekanan
sehingga terjadinya tegangan air selama
pertum-
vegetatif akan menyebabkan ukuran tajuk dan
luas
daun
berkurang, sehingga akumulasi bahan
organik
juga
secara
fasif
berkurang (Wardlaw, 1969).
Air
tanah
masuk ke dalam akar baik
(aliran massa) maupun secara aktif. Difusi air
secara
aktif memerlukan energi yang dalam prosesnya menimbulkan
perbedaan potensial air (water potential gradient) antaair tanah dan cairan sel (Salisbury dan Ross, 1969).
ra
Perbedaan potensial air berlanjut dari sel ke sel sampai
ke sel daun.
Periode kritis tanaman terhadap kekeringan biasanya
pada saat reproduktif, penyerbukan dan pembuahan (Kramer
1969).
Menurut Paul (1981) pada kebanyakan species ta-
naman tegangan air yang terjadi selama penyerbukan mempunyai pengaruh besar terhadap hasil, sedangkan spesies
yang toleran terhadap kekeringan saat perkembangan buah
yang lebih sensitif.
.
Tanaman kedelai turnbuh pada kondisi panas di daerah
tropik, subtropik dan daerah beriklim sedang, pada
macam-macam
Jenis tanah kecuali tanah yang banyak
ngandung pasir (Doorenbos dan Fruit, 1977).
Salah
bermesatu
unsur iklim yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
dan hasil tanaman kedelai adalah curah hujan atau ketersediaan air tanah. Kandungan air tanah harus cukup untuk
perkecambahan.
polong.
pertumbuhan, pembungaan
dan
pengisian
Tegangan air tanah yang diperlukan untuk
perkecam-
bahan jagung, padi, sugar beet pada kadar air 30
dan
kedelai pada kadar air 50 persen sebaiknya masing-
masing
5
persen
tidak kurang dari -12.5 bar dan -6.6 bar
selama
- 8 hari. Pada kelembaban tanah yang tinggi memung-
kinkan
terjadi proses imbibisi biji dan biji akan
serang oleh cendawan atau rusak dan busuk.
Laju
ter-
perke-
cambahan akar kedelai lebih besar pada tegangan air -0.5
bar
Organisme patogen akan
daripada -0.9 bar.
bang
pada
kurang dan
biji dan akar pada tegangan
sebagian besar
berkem-
-0.3 bar
pertumbuhan
akar
atau
terhenti
(Mederski et al., 1973).
Pada kadar air tanah yang tinggi, kekurangan udara
mungkin
dapat menjadi penghambat
pertumbuhan
tanaman.
Kecepatan pertumbuhan tanaman mencapai maksimum pada keadaan kelembaban tanah di sekitar kapasitas lapang, karena pada keadaan itu oksigen tersedia dan tegangan
cukup rendah sehingga memudahkan absorpsi air.
air
Pada ke-
adaan kapasitas lapang, tegangan pada permukaan luar lapisan
air besarnya 0.1
-
0.5 a t m dengan rata-rata 0.3
atm (Buckman dan Brady, 1969; Foth, 1978).
Menurut Mederski et al. (1973) kandungan air
tanah
optimal bagi tanaman kedelai adalah pada kisaran tegangan air 0.3 - 0.5 atm.
Pertumbuhan tanaman kedelai
ter-
hambat bila tanah lebih basah dari keadaan pada tegangan
0.3 atm.
Tersedianya air tanah selama pertumbuhan
tanaman
kedelai sangat menentukan daya hasil kedelai. Kekeringan
terjadi pada saat pembungaan dan pengisian polong
yang
mengakibatkan
percobaan
hasil sangat rendah.
seperti dilaporkan oleh
Berdasarkan hasil
Abas
dan
Kusnadi
(1982) yang mencoba tanggapan varietas kedelai varietas
Orba, ditanam di Kebun percobaan Sukarnandi (tanah Podsolik
kekuningan, tekstur halus) pada tingkat status
tanah
yakni: pF 2.0 - 2.5 (setara dengan
air
tegangan air
0.5 - 0.8 atmatau 37 - 33 persenbobot), pF2.5 (setara dengan tegangan
persen
air
-
air 0.8 - 1.1 atm atau 33
27
bobot dan pF 3.2 - 3.7 (setara dengan tegangan
1.1
- 1.4 atrn atau 27 - 23 persen
bobot, tanaman
tumbuh normal dan memberikan hasil 1.1 ton/ha-'
gangan
3.2
1.1 - 1.4 atm, yang tidak berbeda
pada te-
dengan hasil
pada tegangan 0.5 - 0.8 atm.
Sedangkan berdasarkan hasil penelitian seperti
lakukan oleh Darmijati, Harjono dan Anas
(1984),
diva-
rietas Orba yang diberi perlakuan hujan setara 50 mrn per
bulan rata-rata turun hasil bijinya 21 persen. Kekurangan
air pada stadia pengisian polong menurunkan hasil
persen dan bila tergenang (di bawah 5 cm) penurunan
sil cukup tinggi yaitu sebesar 54 persen.
Untuk
9
ha-
varie-
tas No. 29 yang mendapat perlakuan hujan setara 50 mm per
bulan
rata-rata penurunan hasil biji 45 persen.
Keku-
rangan air pada stadia pengisian polong penurunan hasil
3
persen dan bila tergenang (di bawah 5
cm)
rata-rata
penurunarl hasil sangat nyata yaitu 65 persen.
.
tik
Musim,
waktu tanam, varietas kedelai, karakteris-
tanah, teknis bercocok tanarn dan
ketersediaan
kerapatan daun, koefisien tanaman
mempengaruhi
evapotranspirasi.
Atas dasar besarnya
air
dan
evapotranspirasi
tanaman 450 - 825 mm, maka Kung (1971) memperkirakan kebutuhan air tanaman kedelai untuk varietas yang berurnur
sedang
(85 hari) untuk seluruh periode
pertumbuhannya
adalah
300 - 350 mm atau 75 - 100 nun per bulan, setara
2.5 - 3.3 mm per hari.
Ketahanan terhadav Kekerinaan
Setiap jenis tanaman mempunyai toleransi yang
beda-beda terhadap kekeringan.
Russel (1959) mendefini-
sikan "drought resistance" sebagai batas ketahanan
mampuan)
ber-
(ke-
tanaman untuk melanjutkan pertumbuhannya apa-
bila mengalami kekeringan sedangkan "drought hardiness"
merupakan
kerusakan
yang terjadi pada
tanaman
akibat
kekeringan.
Ketahanan tanaman terhadap kekeringan
dipengaruhi
oleh banyak faktor termasuk kecenderungan untuk
lambat
memper-
dehidrasi seperti absorbsi air permukaan
secara
efisien dan sistem konduksi air, luas permukaan daun dan
strukturnya, kelakuan stomata, dan
Demikian
juga
potensial
faktor-faktor lain seperti
osrnotik.
ukuran
sel,
bentuk sel dan kesanggupan protoplasma menahan air dapat
menghambat dehidrasi (Harjadi dan Yahya, 1988).
Tanaman
(lo0 - 15'
tegak
resistensi
ngan
kedelai yang mempunyai helaian
daun' yang
terhadap vertikal) mempunyai suhu
stomata yang lebih rendah
dibandingkan
daun horisontal (Stevenson dan Shaw, 1971).
rietas
yang berdaun tegak membantu pengawetan
mengurangi
dan
deVa-
air
dan
transpirasi. Adanya bulu tebal juga mengu-
rangi transpirasi (Gorashy et a I . , 1971).
Pengaruh kekurangan air terhadap hasil kedelai
ngat
bervariasi
tergantung pada
sa-
varietasnya terutama
sistem perakarannya. Raper dan Barber (1970) mendapatkan bahwa kedelai Harosoy-83 yang mempunyai sistem
akaran yang luas hampir dua kali lebih besar dari
perAoda.
Ternyata Harosoy-83 lebih tahan terhadap cekaman air dibandingkan dengan keturunan Aoda.
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Percobaaq
Pada
penelitian ini dilakukan dua percobaan yaitu
Percobaan - I (Percobaan Pendahuluan) dan Percobaan - I 1
(Percobaan Utama); kedua percobaan tersebut dilakukan di
rumah
kaca Balai Penelitian Tanaman
Pangan
(Balittan)
Cimanggu di Bogor sejak bulan Oktober 1990 sampai
bulan
April 1991.
Bahan dan Peralatas
Varietas
ini
kedelai yang digunakan dalam
adalah Tidar, Wilis dan Dempo yang
Kelti Pemuliaan Balittan Bogor.
tas
penelitian
diperoleh dari
Deskripsi ketiga varie-
yang digunakan disajikan berturut-turut pada
Tabel
Lampiran 1 sampai 3.
Tanah
yang
digunakan dalam percobaan
ini
adalah
Podsolik Merah Kuning, diambil dari areal Kebun Percobaan Balittan di Taman Bogo, Kecamatan Probolinggo, Kabupaten Lampung Tengah pada tanggal 20 Oktober 1990. Pengambilan tanah dilakukan dengan cangkul sampai kedalaman
20 cm sebanyak 9 ton.
Tanah tersebut dihaluskan, disa-
ring dengan ayakan berdiameter 3 rnm dan dianginkan selama
satu
bulan.
Tanah kering udara
diperoleh apabila
bobot tanah tersebut tidak berubah sewaktu dianginkan.
Pupuk
yang
digunakan dalam percobaan
ini
adalah
pupuk buatan dalam bentuk Urea, TSP, KC1, CuS04, Zn.EDTA
dan kapur yang digunakan adalah dolomit.
Untuk
mengendalikan penyakit jamur karat kedelai
yang disebabkan oleh patogen: Phakopsora pachyrhizi Syd.
digunakan Dithane M - 4 5 .
mengendalikan
Insektisida yang digunakan untuk
berbagai hama kedelai adalah Furadan
3G,
Tamaron, Azodrin, Tiodan dan Diazinon.
Untuk
menjamin terbentuknya bintil akar
digunakan
Rhizobiur j a p o n i c u r , Legin.
Peralatan yang digunakan antara lain leaf area
me-
ter, thermometer, ember plastik ukuran 12 liter, pralon
(PVC), meteran, gelas ukur, oven, timbangan, sprayer,
lampu TL 40 watt, mikroskop, hygrometer dan lain-lain.
Metode Penelitian
Rancangan Percobaan
Percoban .-eP
Untuk
mengetahui
volume
pemberian air pada setiap taraf perlakuan air, dilaksanakan percobaan pendahuluan secara faktorial, dua faktor
dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK).
Perlakuan ada dua faktor, yakni:
1.
Varietas yang terdiri dari tiga macam:
a. Varietas dengan umur genjah, Tidar
b.
Varietas dengan umur sedang, Wilis
c. Varietas dengan umur dalam, Dempo
2.
Perlakuan air dengan empat taraf:
a.
Seratus persen "taraf air tanah tersedia"
:
KO
b.
Delapan puluh persen "taraf air tanah tersedia"
:
K1
c. Enam puluh persen "taraf air tanah tersedia": K2
d.
Empat puluh persen "taraf air tanah tersedia"
sehingga diperoleh
12 kombinasi perlakuan
dan
kombinasi
perlakuan diulang tiga kali, dengan
terdapat
36 pot
perlakuan pada Percobaan
:
K3
setiap
demikian
Pendahuluan
(Gambar Lampiran 1).
Air tersedia adalah jumlah air (dalam persen
volu-
me) dalam tanah antara pF 2.54 (kapasitas lapang) dengan
pF 4.20 (titik layu permanen)
yang diperoleh dengan me-
nentukan kadar air pada pF 2.56 dan pF 4.2 (berdasarkan
kurva retensi).
Model linear untuk percobaan pendahuluan adalah sebagai berikut:
Yijk =
U
+
fi +
hj + dk
4-
cjk+
Eijk
di mana:
Yijk = hasil pengamatan pada v>.rietas ke-j, taraf
air tanuh tersedia ke-k dan ulangan ke-i
u
= pengaruh nilai tengah
i
'
= pengaruh ulangan ke-i
*j
= pengaruh varietas ke-j
,9k
= pengaruh taraf air tanah tersedia ke-k
Gdjk = pengaruh interaksi varietas ke-j dan taraf
air tanah tersedia ke-k
Eijk = pengaruh acak dari varietas ke-j, taraf
tanah tersedia ke-k dan ulangan ke-i.
air
Percobaan
percobaan
Utama.
Percobaan yang dilakukan
adalah
faktorial, tiga faktor dengan Rancangan Acak
Kelompok (RAK).
Faktor-faktor yang dicobakan:
1.
Faktor pertama, varietas yang terdiri dari tiga
ma-
cam :
a.
Varietas dengan umur genjah, Tidar
:
V1
b.
Varietas dengan umur sedang, Wilis
:
V2
c.
Varietas dengan umur dalam, Dempo
:
V3
2. Faktor kedua, waktu
perlakuan air berdasarkan
fase
pertumbuhan tanaman kedelai, tiga fase:
a.
Fase tumbuh hingga keluar bunga
:
Fl
b.
Fase keluar bunga hingga pengisian polong
:
F2
c.
Fase pengisian polong sampai 50 persen
:
Fg
daun berwarna kuning
3.
Faktor ketiga, perlakuan air yang terdiri dari empat
taraf:
a.
Seratus persen "taraf air tanah tersedia"
:
KO
b.
Delapan puluh persen "taraf air tanah tersedia"
:
K1
c.
Enam puluh persen "taraf air tanah tersedia": K2
d.
Empat puluh persen "taraf air tanah tersedia"
Dengan
demikian diperoleh 36
:
K3
kombinasi perlakuan
dan setiap kombinasi perlakuan diulang sebelas kali, sehingga
jumlah pot perlakuan keseluruhan adalah 396
(Gambar Lampiran 2).
pot
Sebanyak
8 ulangan (288 p o t ) dipergunakan
untuk
peng-
amatan peubah tumbuh, a n a l i s i s tumbuh dan a n a l i s a tanama n , dan 3 ulangan (108 p o t ) dipergunakan u n t u k pengamatan komponen h a s i l dan h a s i l .
Model
l i n e a r untuk percobaan utama a d a l a h
sebagai
berikut:
'i j k l
n
u
+ Pi +
3
+ pk + bl
+651+hbrjkl
+ A 4j k +b&kJ6kl
d i mana:
Yijkl
= h a s i l pengamatan pada v a r i e t a s k e - j , waktu p e r l a k u a n a i r ke-k, t a r a f a i r t a n a h t e r s e d i a
dan ulangan ke- i
= pengaruh n i l a i t e n g a h
u
Pi
pengaruh ulangan k e - i
j
= pengaruh v a r i e t a s ke-j
*
ke-1
@k
= pengaruh waktu p e r l a k u a n a i r ke-k
61
= pengaruh t a r a f a i r t a n a h t e r s e d i a ke-1
&/Ijk
= pengaruh i n t e r a k s i v a r i e t a s k e - j dan waktu perlakuan a i r ke-k
= pengaruh i n t e r a k s i v a r i e t a s k e - j dan t a r a f
air
t a n a h t e r s e d i a ke-1
/bkl
brjkl
Eijkl
pengaruh i n t e r a k s i waktu p e r l a k u a n a i r
ke-k dan t a r a f a i r t a n a h t e r s e d i a ke-1
tanah
= pengaruh i n t e r a k s i v a r i e t a s k e - j , waktu
perlakuan a i r ke-k dan t a r a f a i r t a n a h t e r s e d i a ke-1
= pengaruh a c a k d a r i v a r i e t a s k e - j , waktu
perla-
kuan a i r ke-k t a r a f a i r t a n a h t e r s e d i a ke-1 dan
ulangan ke-i .
Penetapan Bobot Basah pada Setiap Tingkat Perlakuan Air
Pertama-tama ditentukan kapasitas lapang, titik layu permanen dan kadar air tanah kering udara dari
tanah
yang dipakai dalam percobaan tersebut.
Penetapan kapasitas lapang dan titik layu permanen
dilakukan dengan menggunakan alat "Pressure Plate Apparatus" dan Pressure Membrane
Apparatus, masing-masing
pada pF 2.54 dan pF 4.20, penetapan ini dengan menggunakan contoh tanah kering udara yang berukuran < 2 mm.
Contoh
tanah untuk penetapan kapasitas lapang
(pF
2.54) diletakkan di atas piringan (plate) dalam "Pressure
Plate Apparatus", sedangkan contoh tanah untuk penetapan
titik layu permanen (pF 4.20) diletakkan di atas piringan
dalam "Pressure Membrane Apparatus",
Kedua
tanah dijenuhi dengan air sampai berlebihan dan
kan
selama 48 jam.
contoh
dibiar-
Alat ditutup rapat-rapat, kemudian
diberi tekanan sesuai dengan pF yang dikehendaki
(untuk
pF 2 . 5 4 dengan tekanan 1/3 bar dan 1 5 bar untuk pF 4.20).
Keseimbangan
tercapai setelah diberi tekanan selama 4 8
jam, kemudian contoh tanah dikeluarkan
dan
ditetapkan
kadar airnya dengan metode gravimetri.
Untuk mendapatkan kadar air tanah kering udara adalah sebagai berikut: contoh tanah kering udara ditimbang
dan didapatkan bobot kering udara (BKU), kemudian contoh
tanah dikeringkan di oven pada suhu 1 0 5 ~selama
~
24
BKU - BR
BK
kadar air tanah kering udara dapat ditentukan.
(BK).
Dengan menggunakan rumus: KA =
Dari
pada
jam
loo%,
x
hasil perhitungan didapatkan kadar air tanah
keadaan kapasitas lapang, titik layu permanen
dan
kering udara dari tanah Podsolik Merah Kuning yang dipakai dalam penelitian ini masing-masing 18.7, 11 dan 5.73
persen.
Dengan demikian kadar air tanah tersedia pada
kapasitas
lapang adalah 18.7 persen - 11 persen
=
7.7
persen.
Bobot
tanah yang akan diisikan ke
masing pot adalah 8 kg.
nah
Dengan mengetahui kadar air ta-
kering udara sebesar 5.73 persen
bobot
dalam masing-
dapat
ditentukan
kering (BK) tanah tersebut dengan mempergunakan
persamaan:
di mana:
BKU - BK
KA = ---------- x 100%
BK
KA = kadar air tanah kering udara
BKU = bobot tanah kering udara
BK = bobot tanah kering
sehingga diperoleh persamaan:
Selanjutnya dapat ditentukan bobot basah tanah (BB)
pada saat kapasitas lapang (KA = 18.7%) sebagai berikut:
Dari
perhitungan
di atas ternyata
banyaknya
air
yang ditambahkan untuk mencapai 100 persen taraf air tanah tersedia adalah 981 g, sehingga penambahan air untuk
mencapai
80, 60 dan 40 persen taraf air tanah
banyaknya
air yang ditambahkan masing-masing
tersedia
785,
589
dan 393 g.
Dengan menambahkan bobot pot (475 g ) dan bobot pralon
(110 g) pada perhitungan di atas, diperoleh
bobot
setiap pot percobaan yang harus dipertahankan dalam
pe-
nirnbangan setiap hari untuk masing-masing taraf air
ta-
nah
tersedia pada percobaan pendahuluan
seperti pada
Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Bobot setiap Pot Percobaan yang Harus
Dipertahankan Waktu Peninbangan setiap
Hari pada Percobaan Pendahuluan untuk
setiap Waktu Perlakuan Air
Waktu perlakuan air
Tingkat Air Tanah Tersedia
(%)
..................................
100
80
60
40
Pertambahan bobot tanaman diperhitungkan setiap melakukan analisis tumbuh.
Pelaksanaan Percobaan
Untuk
mengetahui ciri-ciri kimia dan
fisika dari
tanah tersebut dilakukan analisis tanah di Laboratorium
Tanah Fakultas Pertanian IPB (Tabel Lampiran 4).
Berdasarkan hasil analisa tanah yang dipakai dalam
penelitian
ini, maka untuk menjamin
pertumbuhan
yang
optimum bagi tanaman kedelai yang diteliti, 2 minggu sebelum
tanam
tanah diberi kapur untuk
meningkatkan
tanah
dan sehari sebelum tanam diberikan pupuk
pH
dengan
takaran seperti pada Tabel 3.
Tabel 3 .
Unsur dasar
Jenis serta Takaran Pupuk dan Kapur
Bahan yang
digunakan
Takaran
.........................
per ha
Dolomit
4 000 kg
per pot
16
s
Urea
100 kg
400 mg
TSP
150 kg
600 mg
KC1
300 kg
1 200 mg
5 kg
20 mg
20 kg
80 mg
cuso*
Mikromel-Zn
( Zn-EDTA)
Sejumlah 432 pot plastik @ 2 12 liter masing-masing
diisi sebanyak 8 kg tanah kering udara.
dilengkapi denpan pipa plastik (PVC
but
bagian
Pot-pot
$
terse-
1.5 inii) di
pinggir dari atas tanah sampai hampir
mengenai
dasar pot di mana bagian pipa yang terbenarn sisinya berlubang untuk melalukan air pada waktu perlakuan air.
Sebelum
benih
Rhiztrbium japonicum
ditanam, benih
diinokulasi dengan
dengan cara mencampur 5 g Rhizobr'us
per kilogram benih kedelai.
Tisp pot ditanami lima biji
kedelai pada kedalaman 2 cm dari permukaan tanah.
Bersamaan waktu tanam diberikan Furadan 3 G
dosis
+
dengan
0.2 g per lubang (+ 30 kg per hektar) untuk men-
cegah serangan lalat (ulat) bibit Agromyza p h a s e o l i .
Percobaan Pendahuluan
Pada
pada
saat tanam (hari pertama), semua pot
percobaan pendahuluan disiram
secukupnya.
tanaman berumur delapan hari pada percobaan
dilakukan
pemberian
air sesuai dengan
(ember)
Sejak
pendahuluan
perlakuan
(Tabel 3) sebanyak air yang hilang melalui
air
evapotrans-
pirasi yaitu dengan cara mempertahankan bobot setiap pot
(ember) percobaan yang telah dicatat pada setiap ember
dan banyaknya air yang ditambahkan setiap hari dicatat.
Percobaan Utama
Percobaan utama dilakukan dua hari sesudah percobaan
pendahuluan untuk menjaga agar keadaan
iklim
tidak
begitu berbeda.
cobaan
Ke dalam masing-masing pot (ember) per-
(396 pot) dimasukkan 8 kg tanah
Kuning dan pipa plastik (PVC
Selanjutnya
berumur
Podsolik Merah
1.5 inci).
sejak penanaman benih
tujuh hari dilakukan pemberian
sampai
air
tanaman
secukupnya
(kira-kira 60 persen air tersedia).
Sejak tanaman berumur delapan hari dilakukan pemberian
air setiap hari untuk setiap taraf
sesuai
perlakuan
dengan volume air yang diberikan pada
air
percobaan
pendahuluan pada umur yang sama sampai akhir fase ketiga
(fase pengisian polong hingga 50% daun berwarna
dan
pada waktu fase pemasakan dilakukan
kuning)
pemberian
air
100 persen taraf air tanah tersedia.
Pemeliharaan
Setelah tanaman kedelai berumur 10 hari
penjarangan
dilakukan
sehingga tinggal tiga tanaman dalam
setiap
Apabila ada tumbuh gulma, gulma tersebut dicabut
pot.
dan dikeluarkan dari dalam pot.
Serangan hama penggulung daun (Lamprosema indicata
Fabricius dan Adoxophyes
dengan
Azodrin
privatana
Walker)
diberantas
dan Diazinon secara bergantian
dengan
dosis 2 ml 1-I air dan dilakukan sekali dalam tiga hari.
Juga dijumpai serangan hama kutu putih ( A l e ~ ~ o d i c udsi s persus Russell).
Hama ini diberantas dengan Tamaron de-
ngan dosis 2 ml 1-I air.
Untuk
mencegah serangan hama
pengisap
polong (Riptortus linearis L.) tanaman
disem-
dengan Tiodan dengan dosis 2 ml 1-I air.
prot
Sesudah
polong berisi terjadi serangan dari seekor tikus dan diberantas
dengan Norat ditempelkan di atas kaca, dengan
perangkap dan juga dengan racun tikus.
Juga dijumpai serangan jamur karat kedelai oleh patogen
rantas
Phakapsora pachyrhiri Syd dan serangan ini
secara dini dengan
dibe-
Dithane M-45, dosis 1