6. Kesepakatan membentuk peraturan bersama-sama dalam hal pajak. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah dan melindungi terjadinya persaingan
secara tidak sehat antar sesama anggota.
7.
Membenahi dan menyempurnakan sistem administrasi OPEC. Administrasi ini mencakup perencanaan, menajemen produksi, sistem
pemasaran, dan sistem pengendalian.
8.
Pembagian jatah kuota produksi untuk menghindari membanjirnya minyak di pasaran internasional, maka anggota OPEC melalui berbagai
sidangnya menetapkan produksi masing-masing anggota sesuai dengan permintaan pasar internasional dan kondisi cuaca musim di negara-
negara Eropa dan Amerika.
Pembagian kuota tersebut misalnya dapat terlihat sebagai berikut:
Negara Negara
t tba
a Aljajair
827
Ekuador 273
Gabon 197
Indonesia 1.374
Iran 3.140
Kuwait 1.500
S.P. Libiyan A.J. 1.233
Nigeria 1.611
Qatar 371
Saudi Arabia 5.380
United Arab Emirates 1.500
Venezuela 1.945
Irak 3.140
Ekuador dan Gabon pada Tahun 1997 telah keluar dari keanggotaan OPEC, sehingga hingga kini anggota OPEC hanya tersisan11 negara saja.
VIII. Isu-isu yang menonjol
Dalam kaitannya dengan World Summit on Sustainable Development dibidang energi, OPEC menaruh perhatian pada isu target kuantitatif pencapaian
“renewable”; pengambilan kebijakan pada tingkat nasional untuk penetapan jadwal penghilangan subsidi energi; pengembangan dan pelaksanaan tindakan
dalam kerangka komite pembangunan berkelanjutan - termasuk melalui kemitraan pemerintah dan swasta.
6
Berkaitan dengan implikasi negosiasi perdagangan multilateral pasca Doha, OPEC mengantisipasi isu-isu seperti isu “Trade-Related Investment
Measures”, Subsidy and Countervailing Measures, Anti-Dumping, Regional Integration and Technical Barriers to Trade”.
OPEC menyadari perlunya dijaga security of supply sesuai statutanya tapi juga harus menjaga security of demand. Dalam hal ini peran OPEC sebagai
stabilisator pasar minyak harus dicermati.
IX. Status Keanggotaan Indonesia di OPEC
Sejak menjadi anggota OPEC tahun 1962, Indonesia ikut berperan aktif dalam penentuan arah dan kebijakan OPEC khususnya dalam rangka
menstabilisasi jumlah produksi dan harga minyak di pasar internasional. Sejak berdirinya Sekretariat OPEC di Wina tahun 1965, KBRIPTRI Wina terlibat aktif
dalam kegiatan pemantauan harga minyak dan penanganan masalah substansi serta diplomasi di berbagai persidangan yang diselenggarakan oleh OPEC.
Pentingnya peran yang dimainkan oleh Indonesia di OPEC telah membawa Indonesia pernah ditunjuk sebagai Sekjen OPEC dan Presiden
Konferensi OPEC. Pada tahun 2004, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral MESDM Indonesia terpilih menjadi Presiden dan Sekjen sementara OPEC.
Namun akhir-akhir ini, status keanggotaan Indonesia di OPEC telah menjadi wacana perdebatan berbagai pihak di dalam negeri, karena Indonesia saat
ini dianggap telah menjadi negara pengimpor minyak net-importer. Dalam kaitan ini, Indonesia sedang mengkaji mengenai keanggotaanya di dalam OPEC
dan telah membentuk tim untuk membahas masalah tersebut dari sisi ekonomi dan politik.
X. Hambatan dan Peluang