SEJARAH BERDIRINYA ASEAN DAN OPEC

SEJARAH BERDIRINYA ASEAN

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) mencatat sejarah baru
dengan ditandatanganinya ASEAN Charter (Piagam ASEAN) dalam Konferensi
Tingkat Tinggi (KTT) Ke-13 ASEAN di Singapura, Selasa (20/11). Piagam ASEAN
tersebut diteken oleh 10 pemimpin negara anggota ASEAN, termasuk Myanmar.
Kesepuluh kepala negara atau kepala pemerintahan ASEAN yang membubuhkan
tanda tangan pada Piagam ASEAN itu adalah Sultan Hassanal Bolkiah (Brunei
Darussalam), PM Hun Sen (Kamboja), Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
(Indonesia), PM Bouasone Bouphavanh (Laos), Abdullah Ahmad Badawi (Malaysia).
Selanjutnya, PM Thein Sein (Myanmar), Gloria Maccapagal Arroyo (Filipina), PM
Surayud Chulanont (Thailand), PM Nguyen Tan Dung (Vietnam), dan PM Lee Hsien
Loong (Singapura).
Padahal sebelumnya sejumlah pihak mengkhawatirkan PM Myanmar tidak
akan ikut menandatangani dokumen tersebut dikaitkan dengan kondisi politik yang
memanas di dalam negeri negara itu. Selain Piagam ASEAN, juga ditandatangani
tiga deklarasi yaitu cetak biru ASEAN Economic Community (AEC), ASEAN
Declaration on the 13th Session of the Conference on Climate Change (UNFCCC),
dan Conference of Parties Serving as the Meeting of the Parties (CMP) to the

Protocol Kyoto Protocol
Upacara penandatanganan disaksikan sejumlah menteri dari masing-masing
negara dan liput sekitar 100 orang media cetak dan elektronik. Usai
penandatanganan, para kepala negara melakukan acara bersulang (toast), yang
disambut tepuk tangan para hadirin. Selanjutnya para kepala negara melakukan
sesi foto bersama, dilanjutkan dengan foto bersama dengan para menteri luar
negeri, dan anggota The Eminent Persons Group (EPG) and Members of High Level
Taskforce (HTLF).
Piagam ASEAN disebut tonggak sejarah baru karena baru dimiliki ASEAN
setelah 40 tahun berdiri. Piagam ASEAN merupakan dokumen yang diharapkan
akan mentransformasikan ASEAN dari sebuah asosiasi menjadi suatu organisasi
regional yang memiliki leader personality, dan mekanisme dan struktur organisasi
yang lebih jelas. Salah satu organ ASEAN yang akan dibentuk sesuai piagam ini
adalah Badan HAM ASEAN

Piagam itu terdiri dari pembukaan, 13 bab, dan 55 pasal. Pasal-pasalnya
menegaskan kembali prinsip-prinsip yang tertuang dalam seluruh perjanjian,
deklarasi, dan kesepakatan ASEAN. Dalam penyusunan piagam itu, Indonesia telah
menunjukkan kepemimpinannya dalam mendorong disepakatinya hal-hal penting
seperti prinsip demokrasi, good governance, dan perlindungan HAM.

B. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian latar belakang tersebut di atas dapat dirumuskan permasalahan
1. Bagaimana sejarah berdirinya ASEAN ?
2. Tujuan dibentuknya Piagam Asean (Asean Chartered) ?

BAB II PEMBAHASAN

A. SEJARAH BERDIRINYA ASEAN
ASEAN adalah kepanjangan dari Association of South East Asia Nations.
ASEAN disebut juga sebagai Perbara yang merupakan singkatan dari Perhimpunan
Bangsa-Bangsa Asia Tenggara. Gedung sekretarian ASEAN berada di Kebayoran
Baru, Jakarta Selatan, Indonesia. ASEAN didirikan tanggal 8 Agustus 1967 di
Bangkok. ASEAN diprakarsai oleh 5 menteri luar negeri dari wilayah Asia Tenggara,
yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina dan Singapura :
1.
2.
3.
4.
5.


Perwakilan
Perwakilan
Perwakilan
Perwakilan
Perwakilan

Indonesia : Adam Malik
Malaysia : Tun Abdul Razak
Thailand : Thanat Koman
Filipina : Narcisco Ramos
Singapura : S. Rajaratnam

Sedangkan terdapat negara-negara lain yang bergabung kemudian ke dalam
ASEAN sehingga total menjadi 11 negara, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.


Brunei Darussalam tangal 7 Januari 1984
Vietnam tangal 28 Juli 1995
Myanmar tangal 23 Juli 1997
Laos tangal 23 Juli 1997
Kamboja tangal 16 Desember 1998

Prinsip Utama ASEAN
Prinsip-prinsip utama ASEAN digariskan seperti berikut:






Menghormati kemerdekaan, kesamaan, integritas dan identitas nasional
semua negara
Setiap negara memiliki hak untuk menyelesaikan permasalahan nasionalnya
tanpa ada campur tangan dari luar
Penyelesaian perbedaan atau perdebatan antar negara dengan aman
Menolak penggunaan kekuatan dan kekerasan

Meningkatkan kerjasama yang efektif antara anggota

ASEAN dikukuhkan oleh lima negara pengasas; Indonesia, Malaysia, Filipina,
Singapura dan Thailand di Bangkok Proses pembentukan ASEAN dibuat dalam
sebuah penandatanganan perjanjian yang dikenal dengan nama “Deklarasi
Bangkok”. Adapun yang bertanda tangan pada Deklarasi Bangkok tersebut adalah
para menteri luar negeri saat itu, yaitu Bapak Adam Malik (Indonesia), Narciso R.
Ramos (Filipina), Tun Abdul Razak (Malaysia), S. Rajaratnam (Singapura), dan
Thanat Khoman (Thailand). Pada tanggal 8 Januari 1984, seminggu setelah
mencapai kemerdekaannya, negara Brunei masuk menjadi anggota ASEAN. 11
tahun kemudian, tepatnya tanggal 28 Juli 1995. Laos dan Myanmar menjadi
anggota dua tahun kemudianya, yaitu pada tanggal 23 Juli 1997. Walaupun
Kamboja sudah menjadi anggota ASEAN bersama sama Myanmar dan Laos,
Kamboja terpaksa menarik diri disebabkan masalah politik dalam negara tersebut.
Namun, dua tahun kemudian Kamboja kembali masuk menjadi anggota ASEAN
pada 30 April 1999.
LOGO ASEAN
Logo ASEAN membawa arti ASEAN yang stabil, aman, bersatu dan dinamik.
Warna logo ada 4 yaitu biru, merah, putih dan kuning. Warna tersebut merupakan
warna utama lambang negara-negara ASEAN. Warna biru melambangkan

keamanan dan kestabilan. Merah bermaksud semangat dan dinamisme sedangkan
putih menunjukkan ketulenan dan kuning melambangkan kemakmuran. Sepuluh
tangkai padi melambangkan cita-cita pelopor pembentuk ASEAN di Asia Tenggara,
yaitu bersatu dan bersahabat. Bulatan melambangkan kesatuan ASEAN.

B. TUJUAN DIBENTUKNYA PIAGAM ASEAN (ASEAN CHARTERED).
Tahun 2007 bisa dikatakan bersejarah bagi ASEAN. Kawasan ini memiliki
tampilan baru. Ada harapan ASEAN akan terstruktur dan tersistematis. Semua itu
ditandai dengan ditandatanginya Piagam ASEAN (ASEAN Charter) sebagai
kerangka “konstitusi bersama” ASEAN. Keberadaan sebuah piagam agar bisa lebih
mengikat negara-negara anggota sebenarnya sudah cukup lama dikumandangkan
di kalangan pemikir ASEAN. Akan tetapi, baru pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)
ASEAN tahun 2003 di Bali, keinginan ASEAN untuk memiliki sebuah piagam
bersama itu mulai dikonkretkan.
Ibarat sebuah perusahaan yang harus memiliki status hukum yang jelas,
apakah itu perseroan terbatas (PT) atau perusahaan dagang (PD), ASEAN sebagai
organisasi regional yang sudah berusia 40 tahun ini memang sudah seharusnya
punya status hukum. Idealnya, dengan adanya status hukum itu, ASEAN lebih

punya keleluasaan untuk bekerja sama dengan berbagai pihak, khususnya

kalangan pebisnis. Dia (ASEAN) juga bisa memiliki aset, visi, dan misi, serta
alat/perangkat untuk mewujudkan visi dan misinya tersebut.
Piagam ASEAN memang tidak otomatis akan mengubah banyak hal di
ASEAN. Malah, piagam itu sesungguhnya makin mengekalkan banyak kebiasaan
lama. Misalnya, pengambilan keputusan di ASEAN tetap dengan cara konsensus
dan KTT ASEAN menjadi tempat tertinggi untuk pengambilan keputusan jika
konsensus tidak tercapai atau jika sengketa di antara anggota terjadi. Meski
demikian, piagam tersebut hadir di saat yang pas, yaitu ketika kawasan Asia
Tenggara ini terus berubah dan negara-negara ASEAN semakin memperluas
cakupan kerja sama yang lebih kukuh ke Asia Timur (Jepang, Korea Selatan, dan
China), Asia Tengah (India), serta ke selatan (Australia dan Selandia Baru). Juga,
KTT Asia Timur yang diselenggarakan beriringan dengan KTT ASEAN.
Tujuan dibentuknya Piagam Asean adalah sebagai berikut
1. Permudah kerja sama
Adanya Piagam ASEAN secara organisatoris akan membuat negara anggota
ASEAN relatif akan lebih terikat kepada berbagai kesepakatan yang telah dibuat
ASEAN. Secara teoretis, piagam itu akan semakin mempermudah kerja sama yang
dibuat ASEAN dengan mitra-mitra dialognya. Jika pada masa lalu mitra ASEAN
terkadang mengeluh bahwa kesepakatan yang telah dibuat dengan ASEAN
ternyata hanya dilaksanakan dan dipatuhi oleh beberapa negara anggota ASEAN,

kini kekhawatiran itu bisa dikurangi. Mekanisme kerja yang lebih jelas di ASEAN
seperti tertuang dalam Piagam ASEAN itu juga akan mempermudah mitra-mitra
atau calon-calon mitra yang ingin berurusan dengan ASEAN. Begitu pula bila di
kemudian hari terjadi persengketaan, Piagam ASEAN telah membuat pengaturan
umum untuk penyelesaian sengketa itu. Lebih penting lagi secara politis, ASEAN
kini menegaskan dirinya sebagai organisasi yang menghormati serta bertekad
untuk menjunjung tinggi hak asasi manusia (HAM) dan nilai-nilai demokrasi.
Piagam meminta ASEAN menghargai HAM. Meski saat ini pelaksanaan kedua hal
itu masih jauh dari ideal, setidaknya ASEAN sudah mengakui bahwa penghormatan
atas HAM dan demokrasi sebagai nilai-nilai dasar, sama seperti umumnya negara
maju. Dengan demikian, hambatan psikologis untuk bekerja sama dengan negaranegara ASEAN seperti sering terdengar selama ini dari beberapa negara maju,
setidaknya sudah bisa dikurangi meski hambatan belum sepenuhnya bisa
dihapuskan.
2. Tantangan internal

Keberhasilan ASEAN melahirkan sebuah piagam bersama tidak otomatis
bermakna ASEAN yang semakin solid. Tantangan terbesar justru berada di
lingkungan internal ASEAN sendiri, khususnya bagaimana agar benar-benar bisa
mengimplementasikan piagam itu sehingga ASEAN menjadi kekuatan yang
menyatu dan tidak terpecah belah. Bagaimanapun, kehadiran Piagam ASEAN, yang

di dalamnya mengharuskan para anggota mematuhi apa-apa yang sudah
diputuskan bersama oleh ASEAN, akan menimbulkan ketidaknyamanan bagi
beberapa pihak. Mereka ini sebenarnya menaruh keberatan atas keputusan
bersama itu. Meski demikian, Piagam ASEAN memang telah didesain sedemikian
rupa sehingga tidak terlalu keras terhadap para anggotanya yang belum bisa
menaati kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat.
Celah-celah untuk kompromi yang sering kali diistilahkan banyak kalangan
sebagai cara ASEAN (the ASEAN way) masih banyak diakomodasi di dalam piagam
tersebut. Di bidang ekonomi, misalnya, Piagam ASEAN menjamin hak negaranegara anggota untuk berpartisipasi secara fleksibel dalam pelaksanaan
komitmen-komitmen ekonomi di ASEAN. Begitu pula dalam pelaksanaan prinsipprinsip “politik” ASEAN, seperti khususnya demokrasi dan penghormatan dan
jaminan atas hak-hak asasi manusia, asas yang fleksibel tetap dipertahankan. Satu
hal penting dalam Piagam ASEAN yang memang sudah selayaknya dilakukan
adalah menjadikan organisasi ini sebagai organisasi yang berorientasi pada rakyat
atau bukan organisasi birokrat semata. Dengan demikian, dibuka bahkan didorong
kesempatan lebih besar kepada warga masyarakat ASEAN untuk berinteraksi satu
sama lain dengan lebih intens. Pergaulan rakyat ASEAN di kawasan regional dan
internasional itu tentu akan berkontribusi positif kepada kerja sama ASEAN dengan
mitra-mitranya di seluruh kawasan.
3. Langkah paling maju
Ada tiga rencana ASEAN yang dituliskan di piagam itu. Tiga hal itu adalah

menginginkan lahirnya Komunitas Ekonomi ASEAN, Komunitas Keamanan ASEAN,
dan Komunitas Sosial Budaya ASEAN. Jangan skeptis dulu dengan rencana
pembentukan komunitas itu. Atau jangan melihat realitas sekarang jika ingin
menilai prospek pembentukan tiga jenis komunitas itu. ASEAN bisa saja tidak
terlihat berwibawa, melihat realitas sekarang, dengan mayoritas anggotanya
punya masalah tersendiri yang tergolong berat. Beberapa di antaranya bahkan
masih tergolong negara paria. Sesungguhnya, rencana pembentukan komunitas itu
merupakan refleksi dari tajamnya visi para pemikir ASEAN. Piagam itu disusun para
pakar atau figur terkenal di ASEAN. Wakil dari Indonesia adalah mantan Menteri
Luar Negeri Ali Alatas. Mantan Menteri Luar Negeri Ali Alatas terkesan jengkel
dengan analisis pengamat yang relatif selalu skeptis melihat ASEAN. “Mereka itu

kadang genit, ya,” demikian kalimat lucu dari Ali Alatas mengomentari piagam
yang disambut dingin oleh pengamat.
4. Piagam merefleksikan pandangan jauh ke depan.
Bahkan, piagam secara tersirat akan membuat ASEAN malu jika tidak bisa
memenuhinya di kemudian hari. Inilah sumbangsih para pemikir ASEAN. Ini
merupakan bukti bahwa para pakar ASEAN tidak dungu, tetapi punya sudut
pandang yang strategis menuju masa depan. Hal ini diperkuat lagi dengan rencana
pemerintah ASEAN, yang pada November lalu, di Singapura, sudah

menandatangani deklarasi pembentukan Komunitas Ekonomi ASEAN pada tahun
2015. Bahkan, pada tahun 2008 sudah ada langkah untuk mewujudkan komunitas
ekonomi ini. Tujuan akhirnya adalah aliran barang, jasa, warga yang relatif lebih
bebas di ASEAN. Ini strategis mengingat contoh empiris, negara kaya di dunia
menjadi makmur karena mobilitas itu. Para teknokrat ekonomi dan para figur
terkenal ASEAN sudah memberi contoh soal penyusunan langkah ke depan.
Sekarang ini, eksekusinya ada di lingkungan pemerintah di ASEAN yang sarat
problem, bahkan masih suka menyiksa rakyat. Apakah junta Myanmar tahu
piagam, atau lebih percaya piagam ketimbang paranormal? Ini hanya contoh kecil.
Tetapi sudahlah, semoga waktu akan mengubah perangai dan perilaku sebagian
pemerintahan di ASEAN, yang juga masih sering sekadar berkomitmen dan tidak
bertindak nyata. Setidaknya mereka masih mau menorehkan sejarah baru dengan
menandatangani Piagam ASEAN dan juga cetak biru Komunitas Ekonomi ASEAN
2015
5. Strategis
Piagam itu sendiri dinilai strategis karena akan menjadi landasan hukum yang
menjamin integrasi politik, sosial, ekonomi, budaya, keamanan, demokratisasi,
perlindungan hak asasi, dan pelestarian lingkungan.
Pembuatan piagam
merupakan terobosan penting dalam sejarah ASEAN, yang selama 40 tahun lebih
bersifat peguyuban. Dalam menghadapi tantangan 40 tahun kedua, ASEAN
memang membutuhkan pijakan hukum yang lebih jelas dalam membangun blok
politik dan ekonomi.

OPEC
(ORGANIZATION OF THE PETROLEUM EXPORTING COUNTRIES)
A.

Sejarah Berdirinya OPEC

Venezuela adalah negara pertama yang memprakarsai pembentukan organisasi
OPEC dengan mendekati Iran, Gabon, Libya, Kuwait dan Saudi Arabia pada tahun
1949, menyarankan mereka untuk menukar pandangan dan mengeksplorasi jalan
lebar dan komunikasi yang lebih dekat antara negara-negara penghasil minyak.
Pada 10 – 14 September 1960, atas gagasan dari Menteri Pertambangan dan
Energi Venezuela Juan Pablo Pérez Alfonzo dan Menteri Pertambangan dan Energi
Saudi Arabia Abdullah Al Tariki, pemerintahan Irak, Persia, Kuwait, Saudi Arabia dan
Venezuela bertemu di Baghdad untuk mendiskusikan cara-cara untuk
meningkatkan harga dari minyak mentah yang dihasilkan oleh masing-masing

negara. OPEC didirikan di Baghdad, dicetuskan oleh satu hukum 1960 yang
dibentuk oleh Presiden Amerika Dwight Eisenhower yang mendesak kuota dari
impor minyak Venezuela dan Teluk Persia seperti industri minyak Kanada dan
Mexico. Eisenhower membentuk keamanan nasional, akses darat persediaan
energi, pada waktu perang. Yang menurunkan harga dari minyak dunia di wilayah
ini, Presiden Venezuela Romulo Betancourt bereaksi dengan berusaha membentuk
aliansi dengan negara-negara Arab produsen minyak sebagai satu strategi untuk
melindungi otonomi dan profabilitas dari minyak Venezuela. Sebagai hasilnya,
OPEC didirikan untuk menggabungkan dan mengkoordinasi kebijakan-kebijakan
dari negara-negara anggota sebagai kelanjutan dari yang telah dilakukan.
B. Latar Belakang OPEC
OPEC adalah organisasi antara pemerintah yang berdiri tahun 1960. Negara
anggotanya adalah negara eksportir minyak yang saat ini terdiri dari Arab Saudi,
Iran, Irak, Kuwait, Venezuela, Nigeria, Aljazair, Qatar, Libya, UAE dan Indonesia.
Sebelumnya Equador, Gabon juga menjadi anggota tetapi kemudian keluar pada
tahun 1992 dan 1994.
Berdirinya OPEC dipicu oleh keputusan sepihak dari perusahaan minyak
multinasional (The Seven Sisters) tahun 1959/1960 yang menguasai industry
minyak dan menetapkan harga di pasar internasional. “The Tripoli-Teheran
Agreement” antara OPEC dan perusahaan swasta tersebut pada tahun 1970
menempatkan OPEC secara penuh dalam menetapkan pasar minyak internasional.
C.

Dasar Organisasi OPEC

Organisasi ini didirikan agar masing masing negara anggota penghasil minyak
dalam mengambil kebijakan dalam bidang perminyakan dan harga minyak dapat
menguntungkan negara negara anggota atau produsen, oleh sebab itu organisasi
inilah yang nantinya dapat mencegah persaingan yang tidak sehat dari negara
negara penghasil minyak.
D. Tujuan OPEC
Setelah lebih dari 40 tahun berdiri, OPEC telah menerapkan berbagai strategi
dalam mencapai tujuannya. Dari pengalaman tersebut OPEC akhirnya menetapkan
tujuan yang hendak dicapainya yaitu: “preserving and enhancing the role of oil as
a prime energy source in achieving sustainable economic development” melalui:
 Koordinasi dan unifikasi kebijakan perminyakan antar negara anggota;
 Menetapkan strategi yang tepat untuk melindungi kepentingan negara
anggota;

 Menerapkan cara-cara untuk menstabilkan harga minyak di pasar
internasional sehingga tidak terjadi fluktuasi harga;
 Menjamin income yang tetap bagi negara-negara produsen minyak;
 Menjamin suplai minyak bagi konsumen;
 Menjamin kembalinya modal investor di bidang minyak secara adil.
E. Struktur Organisasi OPEC
a. konferensi OPEC
b. dewan gubernur
c. materi pemantauan sub komite
d. sekretaris
e. dewan komisi ekonomi
f. auditor internal
g. kantor SG
h. kantor hukum
i. divisi penelitian
j. Dukungan Divisi Layanan
k. departemen layanan data
l. departemen studi minyak tanah
m. departemen studi energi
n. departemen hubungan multilateral
o. departemen PR dan informasi
p. departemen keuangan dan sumber daya manusia
q. departemen admin dan layanan
F. Badan Utama OPEC
Organisasi OPEC terdiri dari 3 badan utama yaitu Konferensi OPEC, Dewan
Gubernur, dan Sekretariat beserta dengan badan-badan lainnya yang berada di
bawah badan utama sesuai dengan struktur OPEC.
1. Konferensi: Yang mempunyai kekuasaan tertinggi dalam menentukan kebijakan.
2. Dewan Gubernur :Terdiri dari Gubernur yang dipilih oleh masing-masing
anggota OPEC untuk duduk dalam Dewan yang bersidang sedikitnya dua kali
dalam setahun.
Ø Tugas Dewan :
a) Melaksanakan keputusan Konferensi
b) Mempertimbangkan dan memutuskan laporan-laporan yang disampaikan
sekretaris jenderal
c) Memberikan rekomendasi dan laporan kepada pertemuan konferensi
OPEC
d) Mempertimbangkan semua laporan keuangan dan menunjuk seorang
auditor untuk masa tugas selama 1 tahun

e)

Menyetujui penunjukan Direktur-Direktur Divisi, Kepala Bagian yang
diusulkan Negara anggota
f)
Menyelenggarakan pertemuan Extraordinary Konferensi OPEC dan
mempersiapkan agenda sidang
g) Membuat anggaran keuangan organisasi dan menyerahkannya kepada
Sidang Konferensi setiap tahun
3. Sekretariat
Pelaksana eksekutif organisasi sesuai dengan status dan pengarahan
dari Dewan Gubernur.Sekretaris Jenderal adalah wakil resmi dari organisasi yang
dipilih untuk periode 3 tahun dan dapat diperpanjang satu kali untuk periode yang
sama. Dalam melaksanakan tugasnya Sekjen bertanggung jawab kepada Dewan
Gubernur dan mendapat bantuan dari para kepala Divisi dan Bagian
4. Economic Commission Board ( dewan komisi ekonomi ) yang bertugas mengkaji
dan mempersiapkan bahan bahan dan syarat syarat untuk konferensi terutama
mengenai hal hal teknis bidang perminyakan.

G. Konferensi Tingkat Tinggi OPEC
Konferensi Tingkat Tinggi OPEC dilakukan 2 kali dalam setahun. Tetapi
pertemuan extra-ordinary dapat dilaksanakan jika diperlukan (pasal 11-12).
Konferensi OPEC dipimpin oleh Presiden dan Wakil Presiden OPEC yang dipilih oleh
anggota pada saat pertemuan Konferensi (Pasal 14). Pasal 15 menetapkan
Konferensi OPEC bertugas merumuskan kebijakan umum organisasi dan mencari
upaya pengimplementasian kebijakan tersebut. Sebagai organisasi tertinggi,
pertemuan Konferensi OPEC mengukuhkan penunjukan anggota Dewan Gubernur
dan Sekretaris Jenderal OPEC