Proses Penyidikan TPPU Pasif Pasal 5 UU TPPU,

17 Penilaian Risiko Indonesia Terhadap Tindak Pidana Pencucian Uang Tahun 2015

a. Proses Penyidikan

UU TPPU yang saat ini berlaku menetapkan penyidikan tindak pidana pencucian uang dilakukan oleh penyidik tindak pidana asal. Penyidik tindak pidana asal adalah pejabat dari instansi yang oleh undang- undang diberi kewenangan untuk melakukan penyidikan, yaitu Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kejaksaan, Komisi Pemberantasan Korupsi KPK, Badan Narkotika Nasional BNN, serta Direktorat Jenderal Pajak dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Penyidik tindak pidana asal dapat melakukan penyidikan TPPU apabila menemukan bukti permulaan yang cukup terjadinya tindak pidana pencucian uang saat melakukan penyidikan tindak pidana asal sesuai kewenangannya sebagai berikut: 1 Kepolisian, melakukan penyidikan terhadap tindak pidana pencucian uang dengan indikasi tindak pidana asal sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 UU TPPU sesuai dengan kewenangan Kepolisian sebagaimana diatur di dalam peraturan perundang- undangan. 2 Kejaksaan, melakukan penyidikan terhadap tindak pidana pencucian uang dengan indikasi tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 UU TPPU sesuai dengan kewenangan Kejaksaan sebagaimana diatur di dalam peraturan perundang-undangan. 3 Komisi Pemberantasan Korupsi KPK, melakukan penyidikan terhadap tindak pidana pencucian uang dengan indikasi tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 UU TPPU sesuai dengan kewenangan KPK sebagaimana diatur di dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. 4 Badan Narkotika Nasional BNN, melakukan penyidikan terhadap tindak pidana pencucian uang dengan indikasi tindak pidana narkotika dan psikotropika sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 UU TPPU sesuai dengan kewenangan BNN sebagaimana diatur di dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 5 Direktorat Jenderal Pajak, melakukan penyidikan terhadap tindak pidana pencucian uang dengan indikasi tindak pidana di bidang perpajakan sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 UU TPPU sesuai dengan kewenangan Direktorat Jenderal Pajak sebagaimana diatur di dalam Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2008. 18 Penilaian Risiko Indonesia Terhadap Tindak Pidana Pencucian Uang Tahun 2015 6 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, melakukan penyidikan terhadap tindak pidana pencucian uang dengan indikasi tindak pidana kepabeanan sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 UU TPPU sesuai dengan kewenangan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sebagaimana diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007. Dalam proses penyidikan ini, UU memberikan kewenangan kepada penyidik, yaitu: 1 Penundaan Transaksi oleh PJK atas Perintah Penegak Hukum terhadap Harta Kekayaan yang diketahui atau patut diduga merupakan hasil tindak pidana. 2 Pemblokiran Harta Kekayaan yang diketahui atau patut diduga merupakan hasil tindak pidana dari: setiap orang yang telah dilaporkan oleh PPATK kepada penyidik; tersangka; atau terdakwa. 3 Permintaan keterangan secara tertulis kepada Pihak Pelapor mengenai Harta Kekayaan dari orang yang telah dilaporkan oleh PPATK kepada penyidik; tersangka; atau terdakwa. 4 Penyitaan aset yang diketahui atau sepatutnya dicurigai merupakan hasil kejahatan yang belum disita oleh penyidik atau jaksa penuntut umum yang bersangkutan.

b. Proses Penuntutan