Dari Kebijakan pembelajaran sepanjang hayat

KOMINKAN 10 pembentukan dasar pendidikan sosial daerah yang solid di seluruh wilayah, terutama dengan penyediaan fasilitas saranaprasarana pendidikan sosial. Akimoto 2001, menjelaskan, bahwa banyak studi mengkritisi arah tren baru tentang pembelajaran di Kominkan yang lebih mengarah pada leisure-oriented ‘self-interest’. Namun demikian studi historis perkembangan Kominkan selama lebih dari 50 tahun terakhir ini menggambarkan bagaimana Kominkan sangat membantu perkembangan gerakan demokrasi daerah pada akhir tahun 1960-an dan 1970-an. Sejak tahun 1980-an isu tentang ‘de-politicization Kominkan’ menjadi isu utama. Dengan pengenalan pembelajaran sepanjang hayat sebagai kebijakan baru pendidikan pada pertengahan tahun 1980- an nampaknya telah mempercepat ‘de-localization’ praktek-praktek tradisional pendidikan sosial.

2. Kebijakan pembelajaran sepanjang hayat

a. Dari

pendidikan sepanjang hayat sampai pembelajaran sepanjang hayat Konsep belajar sepanjang hayat lifelong learning diperkenalkan di Jepang sekitar akhir tahun 1960-an. Tahun 1972, Faure Report dari UNESCO membenarkan konsep tersebut sebagai konsep yang sesuai relevan bagi masyarakat Jepang, namun demikian muncul berbagai kritikan tajam terhadap konsep tersebut, karena dianggap memberikan tekanan terlalu keras terhadap penyeleng- garaan pendidikan formal khususnya sekolah. Ogawa 1991 membagi proses perkembangan pembelajaran sepanjang hayat di Jepang kedalam tiga periode; a periode pengenalan dari akhir tahun 1960-an sampai awal tahun 1970-an, b periode perkembangan antara awal tahun 1970-an dan pertengahan tahun 1980-an, dan c periode lanjutan dari pertengahan tahun 1980-an sampai sekarang. Ogawa, 1991 KOMINKAN 11 Ogawa berpendapat bahwa tujuan diperkenalkannya konsep lifelong learning di Jepang selama dua periode awal adalah untuk menambah pengetahuan dalam rangka meningkatkan kehidupan masyarakat, sehingga perkembangan daerah mempengaruhi program-program Kominkan dan menekankan gagasan pendidikan lanjutan. Selama periode ketiga, konsep lifelong learning pembelajaran sepanjang hayat telah diputar balikkan dan dimasukkan kedalam kebijakan-kebijakan nasional untuk menangani permasalahan sosial dan ekonomi yang dihadapi masyarakat. Dalam konteks ini, Wilson 2001 berpendapat bahwa lifelong learning dapat dianggap sebagai garis hidup Jepang saat ini. Perubahan nama dari pendidikan sepanjang hayat lifelong education menjadi belajar sepanjang hayat lifelong learning mengindikasikan penekanan baru pada individu atau masyarakat sebagai agen pembaharu self-directed agents dalam rangka pembelajaran mandiri Wilson, 2001. Di samping itu pula, penggunaan kata pembelajaran learning memecah peran monopoli Departemen Pendidikan dalam sistem pendidikan dan memacu departemen lain untuk bekerja sama atau ikut serta dalam penyelenggaraan pendidikan yang terintegrasi Thomas, Uesugi, Shimada, 1997. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika Pemerintah Jepang memungkinkan untuk mewujudkan undang-undang yang baru tersebut. Namun demikian Undang-Undang tersebut berpengaruh kurang dari dua tahun setelah laporan Badan Nasional Reformasi Pendidikan tahun 1988.

b. Undang-undang belajar sepanjang hayat lifelong