REVISI PROSES CONTROLLING DALAM PROSES M

FUNGSI CONTROLLING DALAM PROSES MANAJEMEN

A.

KONSEP CONTROLLING (PENGENDALIAN/PENGAWASAN)
Pengendalian adalah proses mengawasi (monitoring), membandingkan (comparing),

dan mengoreksi (correcting) kinerja. Semua manajer harus tetap mengendalikan, bahkan jika
mereka mengira bahwa unitnya telah berjalan sesuai rencana, manjer tidak akan benar-benar
mengetahui kinerja unitnya kecuali mereka mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan dan
membandingkan kinetja sebenarnya dengan standar yang diinginkan. (Robbins, Stephen P,
2010)
Pengawasan (controlling) sebagai elemen atau fungsi keempat manajemen ialah
mengamati dan mengalokasikan dengan tepat penyimpangan-penyimpangan yang terjadi.
Dalam praktik, kegagalan suatu rencana atau aktivitas bersumber pada: akibat pengaruh di
luar jangkauan manusia (force majeur) dan pelaku yang mengerjakannya tidak memenuhi
persyaratan yang diminta. (Herujito 2001)
Membahas pengawasan sebagai fungsi organik manajerial sesungguhnya

berarti


berusaha menemukan jawaban terhadap pertanyaan mengapa pengawasan mutlak perlu
dilaksanakan. Agar kegiatan pengawasan membuahkan hasil yang diharapkan, perhatian
serius perlu diberikan kepada berbagai dasar pemkiran yang sifatnya fundamental, beberapa
diantaranya dibahas berikut ini, orientasi kerja dalam setiap organisasi adalah efisiensi.
Bekerja secara efisien berarti menggunakan sumber-sumber yang tersedia seminimal
mungkin untuk membuahkna hasil tertentu yang telah ditetapkan dalam rencana. Dalam
praktik kenyataan menunjukkan bahwa sumber-sumber yang tersedia atau mungkin
disediakan oleh organisasi apapun untuk mencapai tujuannya selalu memiliki keterbatasan
dana, tenaga, sarana, prasarana, waktu. Keterbatasan demikian menuntut penggunaan
sehemat-hematnya dari semua dana dan daya yang dimiliki dengan tetap menghasilkan halhal yang ditargetkan untuk dihasilkan. (Siagan 2007)
Orientasi kedua dalam penyelenggaraan berbagai kegiatan operasional adalah
efektivitas. Artinya, tercapainya berbagai sasaran yang telah ditentukan tepat pada waktunya
dengan menggunakan sumber-sumber terntentu yang sudah dialokasikan untuk melakukan
berbagai kegiatan. Jumlah dan jenis sumber-sumber yang akan digunakan sudah ditentukan
sebelumnya dengan pemanfaatan sumber-sumber itulah, hasil-hasil tertentu harus dicapai

dalam batas waktu yang telah ditetapkan pula. Berbeda dengan orientasi efisiensi, efektivitas
menyoroti tercapainya sasaran tepat pada waktunya untuk disediakan sumber dan sarana
kerja tertentu yang memadai.


Pengendalian yang efektif memastikan kegiatan telah

dilakukan dengan cara yang menghasilkan pencapaian tujuan. Keefektifan pengendalian
ditentukan oleh bagaimana pengendallian itu dapat membantu karyawan dan manajer
mencapai tujuan mereka. (Siagan, 2007)
Ciri-ciri pengawasan yang efektif ialah, pengawasan harus merefleksikan sifat dari
berbagai kegiatan yang diselenggarakan Bahwa teknik pengawasan harus sesuai, antara lain
dengan penemuan informasi tentang siapa yang melakukan pengawasan dan kegiatan apa
yang menjadi sasaran pengawasan tersebut. Pengawasan juga harus segera memberi petunjuk
tentang kemungkinan adanya deviasi dari rencana. Pengawasan juga harus mampu
mendeteksi deviasi atau penyimpangan yang mungkin terjadi sebelum penyimpangan itu
menjadi kenyataan. Selain itu, pengawasan harus menunjukkan pengecualian pada titik-titik
strategis tertentu, objektivitas dalam melakukan pengawasan, dan keluwesan pengawasan.
(Siagan, 2007)
Produktivitas

merupakan orientasi kerja yang ketiga. Ide yang menonjol dalam

membicarakan dan mengusahakan produktivitas ialah maksimalisasi hasil yang harus dicapai
berdasarkan dan dengan memanfaatkan sumber daya dan dana yang telah dialokasikan

sebelumnya. Pengawasan dilakukan pada waktu berbagai kegiatan sedang berlangsung dan
dimaksudkan untuk mencegah jangan sampai terjadi penyimpangan, penyelewengan, dan
pemborosan. (Siagan, 2007)
Pengendalian itu penting karena pengendalian membantu manajer mengetahui apakah
tujuan perusahaan telah tercapai, atau jika belum apa alasannya. Bilai drai fungsi pegendalian
dapat dilihat dalam tiga bagian spesifik : perencanaan, pemberdayaan karyawan, dan
perlindungan tenaga kerja.
B.

PROSES PENGENDALIAN
Seiring dengan kemajuan peradaban manusia maka pengawasan dalam kehidupan

berorganisasi harus lengkap dan berkembang. Proses pengendalian atau pengawasan adalah
ada tiga tahap yaitu mengukur kinerja actual, membandingkan kinerja actual dengan standart
dan mengambil tindakan manajerial untuk memperbaiki penyimpangan atau untuk
mengetahui ketidaksesuaian dengan standar. Proses pengendalian mengansumsikan standar

kinerja sudah ada lebih dulu. Standar adalah tujuan-tujuan spesifik yang dibuat selama proses
perencanaan. (Robbins, 2010)


Mengukur Kinerja
Aktual

SASARAN
DAN
TUJUAN

Membandingkan Kinerja
Aktual dengan
Standarnya

Mengambil Tindakan
Manajerial

Proses Pengendalian
Tahap Penetapan Standar (Abdullah 2013), standar pelaksanaan pengawasan perlu
ditetapkan lebih dahulu, karena standar ini akan dijadikan patokan untuk melihat, menilai dan
mengawasi proses kegiatan dalam organisasi itu, sehingga dapat diketahui seberapa
jauh/banyak tujuan atau sasarn kegiatan organisasi dapat dicapai. Standar itu harus jelas,
wajar, objektif sesuai dengan keadaan dan sumber daya yang tersedia. Standar hendaklah

merupakan prestasi yang dapat diukur baik bersifat keuangan maupun non-keuangan,
misalnya standar perputaran pegawai (labour turnover). Prestasi yang hendak dicapai
hendaklah dibandingkan dengan standar. Deviasi antara stndar dan prestasi yang terjadi
dengan standar prestasi yang ditetapkan harus menggunakan isyarat akan perlunya koreksi
atau perbaikan guna mencegah terjadinya deviasi yang lebih besar di kemudian hari. Standar
itu sendiri harus pula dievaluasi secara berkala untuk memungkinkan perbaikannya. Jika
perlu dengan membuat standar-standar baru bagi unsur-unsur relevan bagi manajemen yang
sebelumnya tidak diukur.
Tahap Pengukuran, dalam pengukurannya biasanya manajer menggunakan 4
pendekatan dalam mengukur dan melaporkan kinerja actual yaitu observasi pribadi, laporan
statistik, laporan secara lisan, dan laporan tertulis. Dalam melakukan pengukurannya
menggunakan beberapa kriteria, biasanya manajer menggunakan beberapa kriteria
pengendalian yang dapat digunakan untuk situasi apapun. Kebanyakan aktivitas kerja dapat
diekspresikan dalam satuan kuantitas, tetapi jika tidak, manajer

harus menggunakan

pengukuran subjektif. Meskipun pengukuran ini memiliki keterbatasa, lebih baik
menggunakan pengukuran itu daripada tidak ada standar sama sekali dan tidak melakukan
pengendalian. Langkah-langkah dasar dalam prose pengendalian menurut Mochler dalam

Stoner James, A.F (1988), menetapkan empat langkah dasar dalam proses pengendalian:
menentukan standar dan metode yang digunakan untuk mengukur prestasi, mengukur prestasi
kerja, menganalisis apakah prestasi kerja memenuhi syarat, mengambil tindakan korektif.
Tahap Perbandingan, langkah perbandingan menentukan variasi antara kinerja actual
dan standar. Meski variasi kinerja sudah dapat diduga dalam semua aktivitas, perlu ditentukan
batasan variasi yang dpat diterima. Penyimpangan diluar batasan ini perlu diperhatikan.
Tahap ini merupakan tahap kritis dalam proses pengawasan karena memerlukan ketelitian,
terutama bila sampai pada menginterprestasikan penyimpangan. (Abdullah 2013). Prestasi
pekerjaan harus diberikan penilaian dengan memberikan penafsiran, apakah sesuai dengan
standar, sejauh mana penyimpangan dan apa saja faktor-faktor penyebabnya.

Standar dan
Metode
Pengukuran
Prestasi

Mengukur
Prestasi Kerja

Apakah Prestasi

Memenuhi standar

tidak

Ambil
tindakan
Korektif

ya

Tidak berbuat apa-apa
Stoner James, A.F. dan Wankel, Charles (1988) mengelompokakan jenis-jenis
Tahap Mengambil Tindakan Manajerial, Manajer dapat memilih tiga kemungkinan
tindakan : tidak melakukan apa-apa, memperbaiki kinerja actual, atau merevisi standar.
Dalam melakukan tindakan biasanya manajer akan melakukan mengoreksi kinerja actual
yaitu dengan satu keputusan dalam masalah yang dihadapi yaitu dengan mengambil tindakan
perbaikan segera (mengoreksi masalah saat itu juga agar segera kembali pada jalurnya, atau
dengan tindakan perbaikan dasar (yaitu melihat bagaimana danmnegapa kinerja menyimpang

sebelum mengoteksi sumber penyimpangan. Hal yang biasa bagi manajer untuk mencari

alasan dengan mengatakan mereka tidak punya waktu untuk menemukan masalah (tindakan
perbaikan dasar) dan terus-menerus “memadamkan api”dengan tindakan perbaikan segera.
Manajer yang efektif menganalisis penyimpangan dan jika manfaatnya lebih banyak, mereka
butuh waktu untuk menunjuk dan memperbaiki penyebab penyimpangan. Tindakan
selanjutnya yang diambil adalah dengan merevisi standar, yaitu pada beberapa kasus
penyimpangan adalah hasil dari standar yang tidak realistis-tujuan yang terlalu rendah atau
terlalu tinggi. Jika kinerja secara konsisten melebihi tujuan, maka manajer harus melihat
apakah tujuan terlalu mudah dan perlu diingkatkan. Sebaliknya, manajer harus berhati-hati
untuk merevisi standar menjadi lebih rendah.
Sementara itu prinsip pengawasan ada tujuh yaitu: mencerminkan sifat dari apa yang
diawasi, dapat diketahui dengan segera penyimpangan yang terjadi, luwes, mencerminkan
pola organisasi, ekonomis, dapat mudah dipahami, dapat segera diadakan perbaikan.
Sedangkan jenis pengawasan, ada tiga yaitu waktu (budget dan laporan) , objek, dan subyek.
C.

PENGAWASAN DALAM PANDANGAN ISLAM
Pengawasan dalam pandangan islam dilakukan untuk meluruskan yang tidak lurus,

mengoreksi yang salah dan membernarkan yang hak. Dalam persepsi syariah pengawasan itu
paling tidak dapat dilihat dari dua sisi. Pertama pengawasan yang berasal dari diri sendiri dan

kedua pengawasan dari luar. (Abdullah 2013)
a) Pengawasan dari diri sendiri merupakan pengawasan yang bersumber dari keimanan
seseorang kepada Allah SWT. Seseorang yag kuat keimanannnya yakin bahwa Allah pasti
mengawasi semua perilaku hambanya, maka ia akan selalu hati-hati ketika ia sediria.
Perlunya pengawasan dari diri sendiri ini yang terbangun dari keimanan seseorang kepada
Allah SWT dalam Al-Quran (Q.S. Al-Mujaadilah 7) berikut :

       
        















      

















     
     

“Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di
langit dan di bumi? Tiada pembicaraan rahasia anyara tiga oorang, melainkan Dia-lah
keempatnya dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dia-lah keenamnya,
dan tida pula pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu atau lebih banyak,
melainkan Dia berada bersama mereka dimanapun mereka berdua, kemudian Dia akan
memberitahukan kepafda mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan.
Sesungguhnya Alah Maha Mengethui segala sesuatu”
Dalam ayat ini ditegaskan bahwa kehadiran dan keberadaan Allah. Ayat ini juga
menjelaskan bahwa pengawasan dan pemantauan Allah. Penegasan diatas sebagai
pengantar bagi ancaman atas orang-orang yang mengadakan pembicaraan rahasia dalam
rangka mengatur muslihat untuk memperdaya kaum muslimin, atau membuat mereka
bersedih, bingung dan gundah. Allah mengancam bahwa rahasia mereka akan terbongkar.
Allah senantiasa melihat mereka. Pembicaraan rahasia mereka tentang dosa, permusuhan
dan pembangkangan atas Rasul akan dicatat. Allah melarang kaum muslimin mengadakan
pembicaraan kecuali tentang kebaikan, ketakwaan, pembinaan diri dan perbaikan jiwa.
b) Pengawasan dari luar diri yang bersangkutan ini adalah untuk lebih efektifnya kegiatan
organisasi dalam kehidupan sehari-hari di dunia dan kenyataannya masih banyak orang
yang dikalahkan oleh moral hazardnya. Oleh karena itu pengawasan dari luar diri ini
mjtak perlu, dan pengawasan ini lebih dikenal dengan sebutan pengawasan menurut
sistem.
c) Filosofi pengawasan dalam Islam adalah koreksi terhadap kesalahan yang dilakukan oleh
seseorang dengan sangat persuasuasif dan edukatif. Cara persuasive dan edukatif yang ini
dimaksudkan untuk tidak mempermalukan yang bersangkutan. Sebagai orang yang
bertakwa kepada Allah, yang bersangkutan kalau sudah diberitahu ada kesalahan
hendaknya segera membetulkan kembali kesalahannya dan ia tidak lagi melakukannya.
Koreksi yang persuasive dan edukatif ini dapat dilakukan dalam tiga paket yaitu : tawa
shaubil haqqi, tawa shaubil shabri, dan tawa shaubil marhamah. Selain itu filosofi
pengawasan dalam Islam juga bertumpu pada tanggung jawab individu, amanah dan
keadilan.

Islam

memerintahkan

setiap

orang

bertanggung

jawab

atas

tugas

kepemimpinannya. (Abdullah 2014)
d) Dalam konteks kekinian,, khususnya pandangan manajemen modern, pengawasan atau
istilah lain disebut monitoring adalah upaya untuk melihat dan mnegetahui apakah suatu
pekerjaan yang dilakukan dalam suatu organisasi itu sudah dilakukan sesuai dengan yang
direncanakan atau apakah ada penyimpangan , apa saja yang menjadi penyebabnya, dan

langkah-langkah apa saja yang perlu dilakukan untuk meluruskan kembali, sehingga ada
kesesuaian dengan rencana semula (Abdullah 2014)
D.

PRAKTEK PENGAWASAN DALAM ISLAM
Praktek pengawasan dalam islam memamng sudah dimulai sejak awal Islam. Hal

tersebut dibuktikan oleh tindakan-tindakan Rasulullah SAW yang melakukan pengawasan
yang benar-benar menyatu dalam kehidupan bermasyarakat, seperti misalnya : dalam urusan
ibadah Rasulullah SAW pernah melihat seseorang yang wudhunya kurang baik beliau
langsung menegur dan memberitahu yang betul saat itu juga. Pada zama khulafaur rasyidin
ini, khususnya sejak zaman khalifah Umar r.a telah dikembangkan beberapa teknik
pengawasan terhadap organisasi pemerinahannya diantaranya : (Abdullah, 2013)
a. Inspeksi yaitu teknik yang dikembangkan karena wilayah kekuasaan Islam semakin luas,
sedangkan pusat pemerintahan Madinah. Mekanisme lain dalam pengawasan inspeksi ini
oleh khalifah dilakukan pula dengan membentuk sebuah lembaga yang bertugas
mengawasi kinerj pemerintah, bagaimana departemen tersebut memberikan pelayanan
kepada masyarakat, mendengarkan keluhan rakyat dan bagaimana penyelesaiannya. Dan
di zaman modern ini lembaga ini dikenal dengan nama “The Ombudsman” yang sudah
banyak dijalankan oleh Negara-negara maju.
b. Membuka diri untuk kepentingan rakyak (open house) yaitu teknik ini dilakukan oleh
khalifah Umar r.a untuk memberi contoh bagi pegawai dan pejabatnya untuk membuka
diri, mebuka pintu rumahnya bagi rakyat yang membutuhkan pertolongannya. Begitu
konsennya khalofah dengan open house ini sampai-sampai beliau berkata kalau ada
pejabat atau pegawai yang menutup pintu untuk kepentingan rakyat, maka beliau akan
membakar rumah tersebut.
c. Pengawasan Publik yaitu pengawasan ini dilakukan oleh masyarakat yang bersumber
dari ayat Al-Qur’an berikut :

     








    


“Dan hendaklah ada diantara kamu segalanya umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orangorang yang beruntung.” (Q.S. Al-Imran 104)
Ayat ini menjelaskan bahwa adapun tugas kaum muslimin yang berpijak diatas dua pilar
ini adalah tugas utama yang harus ereka laksanakan untuk menegakkan manhaj Allah di
muka bumi, dan untuk memenangkan kebenaran atas kebatilan, yang ma’ruf atas yang
mungkar dan yang baik atas yang buruk. Oleh karena itu, haruslah ada segolongan orang
atau satu kekuasaan yang menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang
mungkar. Ketetapan bahwa harus ada suatu kekuasaan adalah nadlul atau kandungan
petunjuk nash Al-quran ini sendiri. Dalam pandangan islam bahWa harus ada kekuasaan
untuk memerintah dan melarang, melaksanakan seruan kepada kebaikan dan mencegah
kemungkaran, bersatu pada unsur-unsurnya dan saling terikat dengan tali Allah dan tali
ukhuwah fillah dan berpijak diatas kedua pilar yang saling menopang untuk
mengimplementasikan manhaj Allah dalam kehidupan manusia.
Sejarah membuktikan bahwa kepemimpinan seseorang tanpa adanya control akan
membuahkan kerusakan. Banyak pemimpin yang ketika mengawasi kepemimpinannya
dengan nilai-nilai leadership seperti rendah hati, adil, musyawarah, saling menasehati,
dan sebagainya, namun dalam perjalannnanya ia bias saja berubah karena pengaruh
kekuasaan yang serba enak, lalu ia berbuat banyak kesalahan. Kritik tidak lagi
dihiraukannya lagi, lama-kelamaan ia akan berhadapan dengan kekuatan rakyat. Dalam
kehidupan modern pengawasan public ini semakin berkembang peran yang dilakukan
oleh DPR pada bidang politik, BPK dalam bidang keuangan dan lainnya.
d. Lembaga hisbah yaitu merupakan badan atau lembaga pengawasan di bidang ekonomi
dan perdagangan dengan tugas-tugas sebagai berikut : mencegah tindakan menundanunda dalam menunaikan hak dan utang, mencegah tindak kemungkaran dalam
muamalah seperti riba, jual beli yang batil, penipuan dalam jual beli, kecurangan dalam
harga, timbangan, ukuran, dan takaran, mengawasi transaksi pasar, jalan umum, dan
penarikan pajak dan sebagainya.
Pengawasan membutuhkan prasyarat adanya perencanaan yang jelas dan matang serta
struktur organisasi yang tepat. Dalam konteks ini, implementasi syariah diwujudkan melalui
tiga pilar pengawasan, yaitu: (Hafidhuddin, 2003)

1. Ketaqwaan individu. Seluruh personel SDM perusahaan dipastikan dan dibina agar
menjadi SDM yang bertaqwa.
2. Kontrol anggota. Dengan suasana organisasi yang mencerminkan formula TEAM,
maka proses keberlangsungan organisasi selalu akan mendapatkan pengawalan dari
para SDM-nya agar sesuai dengan arah yang telah ditetapkan.
3. Penerapan (supremasi) aturan. Organisasi ditegakkan dengan aturan main yang jelas
dan transparan serta-tentu saja-tidak bertentangan dengan syariah.
E.

PENGAWASAN BISNIS SYARIAH
Menurut Abdullah (2014) pengawasan bisnis dalam Islam memang sudah dimulai

sejak awal Islam. Hal tersebut dibuktikan dalam ajaran Islam itu sendiri.
a) Pengawasan melekat (waskat) dari Allah sebagaimana tercantum dalam Al-quran beikut
ini :

  
 
    
     
“Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabila
menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka mnakar
dan mneimbang untuk orang lain, mereka mnegurangi.” (Q.S Al-Mutaffin 1-3)
b) Pengawasan dari Rasulullah, dalam bidang muamalah dan bisnis, Rasul pernag menegur
seorang pedagang makanan yang menaruh makanan yang basah di timbunan makanan
yang kering. Rasulullah SAW langsung menjelaskan jangan dilakukan seperti ituu.
Pisahkan makanan yang kering sendiri dan yang basah sendiri. Dalam kehidupan modern
sekarang ini pengawasann yang dicontohkan Rasulullah itu menjadi tugasnya Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dari versi pemerintah, dan Yayasan Lembaga
Konsumen Indonesia (YLKI) versi organisasi masyarakat yang bekerja secara sukarela.
F.

PENGENDALIAN BAGI KINERJA ORGANISASI
Menurut Robbins & Coulter (2010) Kinerja adalah hasil akhir dari sebuah aktivitas.

Manajer berurusan dengan kinerja organisasi hasil kumulatif dari semua aktivitas kerja dalam
perusahaan. Semua manager harus mengukur kinerja perusahaan, pengukuran yang biasanya
digunakan meliputi produktivitas organisasi, efektivitas organisasi, dan peringkat industri.
a) Produktivitas Organisasi

Produktivitas adalah jumlah barang atau jasa yang diproduksi dibagi input yang
dibutuhkan untuk menghasilkan output tersebut. Dalam hal produksi manajermen harus
pintar dalam mengendalikan tingkat produksinya dengan cara yang efisien yaitu
menurunkan input.
b) Efektivitas Organisasi.
Efektivitas organisasi adalah pengukuran kesesuaian tinjauan organisasi dan bagaimana
tujuan tersebut dan bagaimana tujuan tersebut dicapai. Efektivitas itulah keuntungan bagi
manajer dan yang mengarahkan keputusan manajer dalam mendesain strategi dan
aktivitas kerja, juga dalam mengkoordinasi kerja para karyawan.
c) Peringkat Industri dan Perusahaan
Mempelajari peringkat merupakan cara yang umum bagi manajer untuk mengukur kinerja
perusahaan. Peringkat ditentukan oleh pengukuran kinerja secara spesifik yang berbeda
setiap daftarnya. Peringkat-peringkat tersebut memberikan indikator bagi manajer dalam
menilai kinerja perusahaan dan perbandingannya terhadap perusahaan lain.
G.

PERANGKAT PENGUKURAN KINERJA ORGANISASI
Semua manajer membutuhkan perangkat yang tepat untuk mengawasi dan mnegukur

kinerja perusahaan. Pengukurannya dengan 3 tipe pengendalian, pengendalian keuangan,
pengendalian informasi dan membuat tolak ukur dari praktik terbaik (Robbins & Coulter
2010) :
1) TIPE PENGENDALIAN
a) Pengendalian Feedforward. Jenis pengendalian yang paling diinginkan mencegah
masalah karena pengendalian dilakukan sebelum aktivitas sebenarnya. Kunci dari
pengendalian feedforward adalah mengambil tindakan manajerial sebelum terjadi
masalah. Dengan begitu masalah dapat dicegah dan bukan memperbaiki setelah
timbul kerusakan. Namun pengendalian feedforward membutuhkan informasi tepat
dan akurat, yang tidak selalu dapat diperoleh dengan mudah.
b) Pengendalian Occurent. Pengendalian ini dilakukan selama aktivitas pekerjaan
berlangsung. Bentuk yang paling dikenal dari pengendalian ini adalah supervisi
langsung. Istilah lainnya adalah management by walking araound yaitu keberadaan
manajer di daerah kerja, berinteraksi langsung dengan para karyawan. Semua manajer

dapat mengambil manfaat dari pengendalian ini karena pengendalian ini membantu
mereka memperbaiki kesalahan sebelum menjadi lebih memakan biaya.
c) Pengendalian Feedback. Jenis pengendalian ini yang paling populer berganntung pada
feedback. Pengendalian ini dilakukan setelah aktivitas dilakukan. Pengendalian
feedback memiliki 2 keunggulan. Pertama, feedback memberikan informasi yang
berarti bagi manajer mengenai keefektifan usaha perencanaan yang mereka lakukan.
Feedback yang menunjukkan sedikit perbedaan antara kinerja standar dan aktual
menunjukkan bahwa

secara umum perencanaan telah

sesuai

target.

Jika

penyimpangan bersifat signifikan, manajer dapat menggunakan informasi tersebut
untuk membuat rencana baru. Kedua, feedback dapat meingkatkan motivasi. Orangorang ingin mengetahui bagaimana kerja mereka, dan feedback memberikan
informasi tersebut.
2) PENGENDALIAN KEUANGAN
Setiap bisnis ingin mendapatkan laba. Untuk mencapai tujuan ini, manajer memerlukan
pengendalian keuangan. Manajer akan menghitung rasio keuangan untuk menjamin
ketersediaan kas dalam membiayai pengeluaran, tingkat utang yang tidak terlalu tinggi
atau aset yang digunkaan dengan produktif. Dalam pengendalian keuangan manajer
menggunakan metode pengukuran pengendalian keuangan tradisional dan mengelola
pendapatan.
3) PENDEKATAN BALANCED SCORE
Manajer dapat menggunakan balanced score untuk mengevaluasi kinerja organisasi lebih
dari sekedar perspektif keuangan. Balanced score melihat secara tipikal empat area yang
menyumbang kinerja perusahaan : keuangan, pelanggan, proses internal, dan aset.
4) PENGENDALIAN INFORMASI
Dalam mengukur kinerja aktual, manajer memerlukan informasi tentang apa yang terjadi
diarea yang mejadi tanggung jawab manajer dan standarnya, agar dapat membandingkan
kinerja aktual dengan standarnya. Mereka juga mengandalkan informasi untuk
menentukan apakah penyimpangan masih dapat diterima. Kebanyakan perangkat
informasi yang digunakan manajer berasal dari sistem informasi manajemen dan
mengendalikan informasi.
5) MEMBUAT TOLAK UKUR DARI PRAKTIK TERBAIK

Manajer di industri yang beragam baru menemukan apa yang telah lama diketahui oleh
manajer manufaktur-manfaat dari tolak ukur (benchmarking), yaitu pencarian oraktik
terbaik yang menjadikannya unggul diantara pesaing dan nonpesaing. Tujuan dari
benkchmarking ini untuk menentukan tolak ukur yaitu standar kesempurnaan sebagai
dasar pengukuran dan perbandingan.
H.

IMPLEMENTASI PENGAWASAN DALAM ORGANISASI
a) Good Corporate Governance
Penerapan GCG (Good Corporate Governance) di sebuah bank atau perusahaan/
organisasi yang bergerak di bidang ekonomi Islam juga harus diperhatikan. Perbedaan
GCG syariah berbeda dengan GCG konvensional, perbedaan itu terletak pada shariah
compliance yaitu kepatuhan pada syariah.
Pengertian GCG menurut World Bank merupakan kumpulan

hukum, peraturan,

kaidah-kaidah yang wajib dipenuhi yang dapat mendorong kerja sumber-sumber
perusahaan bekerja secara efisien, menghasilkan nilai eknomi jangka panjang yang
berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekita secara
keseluruhan.
Sementara itu GCG dalam Workshop Kantor Meneg PM BUMN Desember 1999,
dirumuskan bahw a GCG berkaitan dengan pengambilan keputusan yang efektif, dan
struktur oraganisasi yang bertujuan untuk mendorong dan mendukung pengembangan
perusahaan, pengelolaan sumber daya dan risiko secara lebih efektif dan efisien serta
pertanggungjawaban perusahaan kepada pemegang saham dan stakeholders lainnya.
Menurut Hessel (2001), ada tiga hal pokok yang urgen untuk menciptakan GCG yaitu:
1. Pemberantasan KKN,
2. Disiplin anggaran dan penghapusan dana nonbudgeter,
3. Peningkatan fungsi pengawasan. GCG merujuk pada sistem dan metode bagaimana
perusahaan diarahkan, ditata, atau dikendalikan.
Sebagai elemen pendukung bagi implementasi prinsip GCG pada bank atau lembaga
keuangan syariah yakni adanya lembaga-lembaga lain yang dapat bertindak sebagai
lembaga pengawas, seperti Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang memainkan peran
penting dalam governance structure perbankan syariah, Dewan Syariah Nasional (DSN),
Lembaga Pengaduan Nasabah, Lembaga Mediasi Perbankan, Badan Arbitrase Syariah

Nasional (BASYARNAS), dan terakhir perluasan kewenangan yang dimiliki oleh
Pengadilan Agama dalam hal memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa di
bidang ekonomi syariah sebagaimana mana diatur dalam Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang
Peradilan Agama. (Muhammad, Manajemen Keuangan Syariah: Analisis Fiqh dan
Keuangan, UPP STIM YKPN: Yogyakarta, Cet. Pertama, Edisi Pertama, November
2014).
b) Dewan Syariah Nasional
Dewan Syariah Nasional (DSN) merupakan bagian dari Majelis Ulama Indonesia
(MUI) yang bertugas menumbuhkembangkan penerapan nilai-nilai syariah dalam
kegiatan perekonomian pada umunya dan sektor keuangan pada khususnya , termasuk
usaha bank, asuransi dan reksadana. Anggota DSN terdiri dari para ulama, praktisi dan
pakar dalam bidang-bidang yang terkait dengan perekonomian dan syariah muamalah.
Anggota DSN ditunjuk dan diangkat oleh MUI untuk masa bakti 4 tahun.
DSN merupakan satu-satunya badan yang mempunyai kewenangan mengeluarkan
fatwa atau jenis-jenis kegiatan, produk dan jasa keuangan syariah serta mengawasi
penerapan fatwa dimaksud oleh lembaga-lembaga keuangan syariah di Indonesia.
Disamping itu DSN juga mempunyai kewenangan untuk:
a) Memberikan dan mencabut rekomendasi nama-nama yang akan duduk sebagai
anggota DPS (Dewan Pengawas Syariah) pada satu lembaga keuangan syariah.
b) Mengeluarkan fatwa yang mengikat DPS di masing-masing lembaga keuangan
syariah dan menjadi dasar tindakan hukum phak terkait.
c) Mengeluarkan fatwa yang menjadi landasan bagi ketentuan yang dikeluarkan oleh
instansi yang berwenang, seperti Bank Indonesia dan BAPEPAM.
d) Memberikan peringatan kepada lembaga keuangan syariah untuk menghentikan
penyimpangan dari fatwa yang telah dikeluarkan oleh DSN.
e) Mengusulkan kepada pihak yang berwenang untuk mengambil tindakan apabila
peringatan tidak diperdulikan. (Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah,
Jakarta: Rajawali Press, 2014).

J.

KOREKSI KESALAHAN DALAM ISLAM

Sebuah koreksi terhadap suatu kesalahan dalam Islam didasarkan atas tiga dasar.
Pertama tawa shaubil haqqi. Kedua tawa shaubis shabri. (Hafidhuddin, 2003)
a) Tawa shaubil haqqi (saling menasehati atas dasar kebenaran dan norma yang jelas)
Norma dan etika itu tidak bersifat individual, emalinkan harus disepakati bersama dengan
aturan-aturan. Sebagaimana dalam firman Allah SWT Q.S. Al-Ashr : 3











   

“kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat
menasehati supaya menataati kebenaran”
Ayat ini menjelaskan bahwa amal shaleh merupakan buah alami bagi iman, dan gerakan
yang didorong oleh adanya hakikat iman yang mantap didalam hati. Jadi iman merupakan
hakikat yang aktif dan dinamis. Iman bukan sekadar lintasan, dan bukan sesuatu yang
pasif yang tersimpan didalam hati. Selama iman itu sebagai ikatan dengan manhaj
Rabbani. Manhaj ini adalah gerakan yang konstan dan berkesinambungan didalam wujud
semesta, yang bersumber dari suatu perencanaan dan mneuju tujuan. Lantas, saling
menasehati dengan nasehat yang dapat membangkitkan semangatnya untuk mengemban
amanat terbesar ini. Saling menasehati untuk menaati kebenaran ini adalah sesuatu yang
sangat vital. Karena melaksanakan kebenaran itu sulit dan hambatannya banyak, seperti
hawa nafsu, logika kepentingan, pola pikir lingkungan, kezaliman penguasa, kezaliman
orang-orang yang zalim dan penganiayaan para penyelewengan. Tawaashi adalah
mengingatkan, memberi semnagat, menyadarkan betapa dekatnya tujuan dan sasaran
yang hendak dicapai dan mengingatkan akan perlunya persaudaraan didalam memikul
beban dan mnegemban amanat.
b)

Tawa Shaubis Shabri (saling menasehati atas dasar kesabaran). Pada umumnya, seorang
manusia sering mengulangi kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan. Oleh karena itu
kesabaran itu penting untuk memberikan koreksi yang berulang-ulang. Sebagaimana
dalam surat Q.S Al-Ashr : 3

   
....”dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaan.”

Ayat ini menjelaskan bahwa saling menasehati kebenaran dan menetapi kesabaran ini
terlukis dalam keberadaan umat Islam dengan bentuknya yang khas, ikatannya yang
istimewa dan arahnya yang sama. Yakni umat yang merasakan kewajibannya. Juga
mengerti hakikat sesuatu yang harus diutanakan yang bersumber dari iman dan amal
saleh, yang meliputi masalah kepemimpinan manusia dijalan iman dan amal saleh. Saling
berpesan untuk menetapi kesabran juga merupakan sesuatu yang sangat vital. Karena
menegakkan keimanan dan amal sholeh dna mnejaga kebenaran dan keadilan, merupakan
sesuatu yang amat sulit yang dihadapi oleh perorangan dan jamaah. Saling berwasiat
untuk bersabar ini akan dapat meningkatkan kekuatan. Karena dapat membangkitkan
kesadaran akan kesamaan tujuan, kesatuan arah, dan saling mendukungnya antara yang
satu dan yang lain.
c)

Tawa Shaubil marhamah (saling menasehati atas dasar kasih saying). Tujuan
melakukan pengawasan, pengendalian dan koreksi adalah untuk mencegah seseorang
jatuh terjerumus kepada sesuatu yang salah. Tujuan lainnya adalah agar kualitas
kehidupan terus meningkat. Inilah yang dimaksud dengan taushiyah. Sebagaimana
dalam surat Al-Balad : 17

     
   
...“ dan dia (tidak pula) termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk
bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang.”
Ayat ini menjelaskan bahwa sabar merupakan unsur yang vital bagi iman secara umum
dan untuk menempuh jalan mendaki dan secara khusus. Saling berpesan untuk bersabar
menetapkan suatu tingkatan dibalik tingkatan sabar itu sendiri, yaitu tingkat kesatuan
dan saling berpesan untuk menerapkan makna sabar dan saling menolong dan bantumembantu sama lain sebagai konsekuensi iman. Persoalan saling berpesan untuk
berkasih sayang bahwa ia memiliki nilai tambah daripada sekedar berkasih sayang
didalam barisan kaum muslimin dengan cara saling berpesan untuk berkasih sayang dan
saling menganjurkannya.
Seiring dengan kemajuan peradaban manusia maka pengawasan dalam kehidupan
organisasi, baik organisasi pemerintahan maupun organisasi bisnis juga semakin berkembang,
semakin lebih baik dan lebih lengkap. Pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses untuk

menjamin bahwa tujuan-tujuan organiasi dan manjemen tercapai. Pengertian ini
menunjukkan adanya hubungan yang erat anatara perencanaan dan pengawasan. Fungsi
pengawasan juga berhubungan dengan fungsi-fungsi manjerial lainnya.
Pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar
pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, meracang system inforamasi umpan balik,
membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang ditetapkan sebelumnya, menentukan
dan mengukur penyimpangan-penyimpangan serta mengabil tindakan koreksi yang
diperlukan untuk menjamin bahwa suber daya perusahaan dipergunakan dengan cara paling
efektif dan efisiensi dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.
K.

PENGAWASAN YANG BAIK MENURUT ISLAM
Pengawasan yang baik adalah pengawasan yang telah buit in ketika menyusun sebuah

program. Dalam menyusun program, harus sudah ada control didalamnya. Tujuannya adalah
agar seseorang yang melakukan sebuah pekerjaan merasa bahwa pekerjaannya ini
diperhatikan oleh atasan, bukan pekerjaan yang tidak diacuhkan atau yang dianggap enteng.
Oleh karena itu, pengawasan yang terbaik adalah pengawasan yang dibangun dari dalam diri
orang yang diawasi dan dari system pengawasan yang baik.
Sistem pengawasan yang baik tidak bias dilepaskan dari pemberian punishment
(hukuman) dan reward (imbalan). Karena hal ini yang dapat mengontrol atau menjaga
kestabilan kinerja karyawan. Hal yang sangat penting yang harus dipahami oleh seorang
manajer adalah sebuah pengawasan akan berjalan dengan baik jika masing-masing manajer
berusaha memberikan contoh terbaik kepada bawahannya.
Berkaca dalam kehidupan Rasulullah SAW, beliau melakukan pengawasan yang
benar-benar menyatu dengan kehidupan. Jika ada seseorang yang melakukan kesalahan,
maka pada saat itu juga Rasulullah menegurnya sehingga tidak ada kesalahan yang
diidiamkan oleh Rasulullah SAW pada saat itu
Ada dua pendapat dalam hal pengawsan. Ada yag mengatakan “Benahi dahulu
orangnya, baru sistemnya”. Disisi lain ada pula yang mengatakan “Benahi dulu sistemnya
nanti oranya akan mengikuti”. Dalam hal ini kedua-duanya harus dibenahi. Jika salah satu
dibenahi maka tidak akan berhasil. Fenomena yang terjadi dan sudah menjadi rahasia umum
adalah bahwa begitu aturan dikeluarkan, maka orang-orang telah berpikir bagaimana cara
mengutak atik aturan terseut. Bagaimana cara agar dapat melakukan kesalahan, namun tidak

melanggar aturan. Hal inilah yang disebut utak atik aturan karena pada umumnya peraturan
bukan untuk diikuti tapi untuk dilanggar.
Agar pengawasan terselenggara dengan efektif, dalam arti berhasil menemukan secara
faktual hal-hal yang terjadi dalam penyelenggara seluruh kegiatan operasional, baik yang
sifatnya positif diperlukan instrumen seperti: (Siagan, 2007)
1. Standar hasil, makna dan hakikat standar hasil yang ingin dicapai merupakan hal yang
sangat fundamental, karena terhadap standar itulah penyelenggaraan berbagai
kegiatan dibandingkan.
2. Standar fisik, yang sering dikatakan merupakan dasar-dasar penentuan standar lainnya
untuk diawasi dan dipenuhi, yang dimaksud dengan standar-standar fisik adalah
ukuran-ukuran nonmoneneter dan sangat bermanfaat digunakan bagi pengukuran
prestasi kerja pada tingkat operasional karena dalam pelaksanaan kegiatan operasional
itulah bahan-bahan digunakan, tenaga kerja dimanfaatkan, jasa-jasa diberikan, dan
barang-barang dihasilkan. Artinya, pada umunya standar fisik mencerminkan prestasi
kerja yang bersifat kuantitatif.
3. Standar biaya, adalah ukuran yang dikaitkan dengan uang yang digunakan untuk
melakukan kegiatan-kegiatan tertentu dan standar ini pun biasanya diberlakukan
dalam pengawasan kegiatan operasional.
4. Standar modal, adalah standar yang timbul adalah standar biaya yang timbul sebagai
akibat dari penggunaan ukuran uang terhadap hal-hal tertentu yang bersifat fisik,
tetapi disoroti dari sudut kekayaan yang ditanamkan dalam perusahaan dikaitkan
dengan hasil yang diperoleh dari modal yang ditanam.
5. Standar penerimaan, standar ini digunakan dengan jalan memberikan nilai uang bagi
penjualan barang atau jas ayang dihasilka oleh perusahaan yang bersangkutan.
6. Standar waktu, ketentuan inilah yang digunakan dalam pengawasan dengan melihat
apakah batas waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.
7. Standar intangibel.
Sebenarnya ada beberapa kunci pengawasan yang dapat disimpulkan yaitu : Pertama
pengendalian berawal dari dalam diri sendiri, inheren dalam diri dengan keyakinan bahwa
apapun yang dilakukan akan diawsi oleh Allah swt. Allah SWT akan memberikan reward dan
punishment di dunia dan diakhirat nanti. kesadaran inilah yang harus ditumbhkan. Untuk
menumbuhkan kesadaran seperti in, diperlukan pembinaan yang terus menerus menyangkut
pembinaaan kerohanian, akhak, serta moral secara bersama-sama. Pembinaan ini tidak hanya
ditujukan hanya kepada karyawan, emlainkan juga kepada pimpinan.. Kedua kontrol akan

berjalan dengan baik jika pemimpinnya memang orang-orang yang pantas untuk menjadi
pengawas dan pengontrol. Ketiga dalam mekanisme, sistem harus dibangun dengan baik,
sehingga orang itu secara sadar dan sengaja bahwa jika melakukan kesalahan, maka sama
saja dengan merusak sistem yang ada. (Hafidhuddin, 2003)

REFERENSI
Abdullah, Ma’ruf. 2013. Manajemen Berbasis Syariah. Yogyakarta : Aswaja Pressindo
Abdullah, Ma’ruf. 2014. Manajemen Bisnis Syariah. Yogyakarta : Aswaja Pressindo
Abdurrahman, Nana. 2013. Manajemen Bisnis Syariah dan Kewirausahaan. Bandung :
Pustaka Setia
Brantas. 2009. Dasar-dasar Manajemen. Bandung : Alfabeta
Hasibuan, Malayu SP. 2009. Manajemen : Dasar, Pengertian, dan Masalah. Edisi Revisi.
Jakarta : PT Bumi Askara
Herujito. Yayat M. 2009. Dasar-dasar Manajemen. Jakarta : PT Grasindo
Quthb, Sayyid. 2004. Tafsir Fi zhilalil Quran Jilid 11. Jakarta : Gema Insani Press
Quthb, Sayyid. 2004. Tafsir Fi zhilalil Quran Jilid 12. Jakarta : Gema Insani Press
Robbins, Stephen P., Mary Coulter. Manajamenn Jilid 2. Edisi Kesepuluh. Jakarta : Penerbit
Erlangga
Siagan, Sondang P. 2007. Fungsi-fungsi Manajemen. Edisi Revisi. Jakarta : PT Bumi Aksara
Hafidhuddin, Didin. 2003. Manajemen Syariah dalam Praktik. Jakarta: Gema Insani

FUNGSI PENGAWASAN (CONTROLLING)

DALAM MANAJEMEN UMUM ISLAM

Oleh
Riana Afliha Eka Kurnia

091514553002

Siti Nur Mahmudah

091514553005

Irfan Jauhari

091514553008

Ayank Narita Dyatama

091514553013

Ahmad Munir Hamid

091514553014

SEKOLAH PASCASARJANA
MAGISTER EKONOMI ISLAM
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2015