Kesejahteraan Sosial Konsep Kesejahteraan

Kesejahteraan sosial sebagai suatu keadaan, berdasarkan rumusan Undang- undang No. 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial Pasal 2 ayat 1: Kesejahteraan sebagai suatu ilmu, menurut Isbandi yaitu sebagai berikut: kebijakan sosial yang memberikan perlindungan kepada kelompok masyarakat yang kurang beruntung disadvantage groups. 3. Peluang sosial dalam masyarakat terbuka secara lebar. Peluang sosial seperti lapangan kerja yang luas, kesempatan akses pelayanan publik misalnya pendidikan dan kesehatan yang lebar bagi penduduk miskin. Tujuan utama dari sistem kesejahteraan sosial Sumarnonugroho,1991:37- 39 adalah: 1. Sistem Peralihan Maintenance Tujuan kesejahteraan sosial mencakup peralihan dan menjaga kesinambungan atau kelangsungan keberadaan serta tatanan nilai-nilai sosial. 2. Sistem Kontrol Tujuan dari sistem ini adalah mengadakan kontrol secara efektif terhadap perilaku yang tidak sesuai atau menyimpang dari nilai-nilai sosial yang ada. 3. Sistem Perubahan Tujuan sistem ini adalah mengadakan perubahan ke arah perkembangan suatu sistem yang lebih efektif bagi anggota masyarakat. Usaha kesejahteraan sosial menurut Sumarnonugroho 1991:50-51, bahwa usaha kesejahteraan sosial merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhan manusia, oleh karena itu dalam strategi pemenuhannya perlu tersedia sumber-sumber yang dapat dikelompokkan menjadi: 1. Uang atau barang, antara lain tunjangan-tunjangan pembagian kembali redistribusi hasil pendapatan dan ahasil materiil lainnya untuk keperluan bantuan. 2. Jasa pelayanan berupa bimbingan dan penyuluhan. 3. Kesempatan-kesempatan, seperti: pendidikan, latihan-latihan, pekerjaan dan sebagainya. Pelayanan kesejahteraan sosial merupakan bidang praktek pekerjaan sosial senantiasa dihubungkan sebagai usaha bantuan profesional. Hubungan itu antara lain seperti yang diutarakan oleh Zastro dan Hoffer yang menujukkan hunbungan manunggal antara kesejahteraan sosial sebagai lapangan usaha pelayanan dengan pekerjaan sosial sebagai profesi yang bertugas menyenggarakan serta membantu manusia menggunakan program-program kesejahteraan sosial Sumarnonugroho, 1984:95. Menurut Pincus dan Minahan, pekerjaan sosial adalah suatu bidang yang melibatkan interaksi-interaksi di antara orang dengan lingkungan sosial mereka yang mempergunakan kemampuan orang untuk menyelesaikan tugas- tugas kehidupan mereka, mengatasi penderitaan, dan mewujudkan aspirasi- aspirasi serta nilai-nilai mereka Sumarnonugroho,1984:96. Bidang praktek pekerjaan sosial antara lain usaha kesejahteraan anak, usaha bimbingan kesejahteraan keluarga, usaha kesejahteraan para cacat, dan usaha kesejahteraan umum .

2.1.1.2. Kesejahteraan Keluarga

Menurut Sumarnonugroho 1984:109 pada usaha bimbingan kesejahteraan keluarga, usaha bimbingan ditujukan untuk membantu keluarga dalam mengahadapi krisis, penyesuaian terhadap perubahan-perubahan dalam struktur atau relasi-relasi, dan pengembalian keseimbangan serta keselarasan hidupnya. Keluarga memerlukan bimbingan untuk meringankan kecemasan- kecemasan, mencegah dan mengurangi keadaan serta kondisinya yang dirasakan akan memburuk. Bimbingan dimaksudkan agar keluarga yang mengalami masalah dapat memperoleh kemampuan berusaha sendiri. Konsep sejahtera dirumuskan lebih luas daripada sekedar definisi kemakmuran ataupun kebahagiaan. Tentu saja, konsep sejahtera tidak hanya mengacu pada pemenuhan kebutuhan fisik orang atau pun keluarga sebagai entitas, tetapi juga kebutuhan psikologisnya. Tiga kelompok kebutuhan yang harus terpenuhi adalah kebutuhan dasar, kebutuhan sosial dan kebutuha n pengembangan. Pembangunan program keluarga sejahtera mencakup 13 tiga belas variabel seperti pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan, agama, keluarga berencana, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan, transportasi, tabungan, informasi dan peranan dalam masyarakat. Oleh karena itu, BKKBN menetapkan 5 lima tahapan Keluarga Sejahtera menurut pemenuhan kebutuhan, yaitu: Pra Sejahtera, Sejahtera I, Sejahtera II, Sejahtera III, dan Sejahtera III Plus Prisma, 1994. Menurut Soetjipto tahun 1992 dalam Benny Soembodo, kesejahteraan keluarga adalah terciptanya suatu keadaan yang harmonis dan terpenuhinya kebutuhan jasmani serta sosial bagi anggota keluarga, tanpa mengalami hambatan - hambatan yang serius di dalam lingkungan keluarga, dan dalam menghadapi masalah-masalah keluarga akan mudah untuk di atasi secara bersama oleh anggota keluarga, sehingga standar kehidupan keluarga dapat terwujud. Konsepsi tersebut mengandung arti bahwa, kesejahteraan keluarga adalah suatu kondisi yang harus diciptakan oleh keluarga dalam membentuk keluarga yang sejahtera.

2.1.1.3. Fungsi Keluarga

Pengertian Keluarga menurut Kharuddin 2002:7 yaitu :