Sosiologi Sastra pandangan Ian Watt

mendapatkan mata pencariannya; apakah ia menerima bantuan dari pengayom patrom, atau dari masyarakat secara langsung, atau dari kerja rangkap, b prosionalisme dalam kepengarangan; sejauh mana pengarang itu menganggap pekerjaannya sebagai suatu profesi, dan c masyarakat apa yang dituju oleh pengarang; hubungan antara pengarang dan masyarakat dalam hal ini sangat penting, sebab sering didapati bahwa macam masyarakat yang dituju itu menentukan bentuk dan isi karya sastra. Kedua, sastra sebagai cermin masyarakat: sampai sejauh mana sastra dapat dianggap sebagai mencerminkan keadaan masyarakat. Pengertiaan cermin di sini sangat kabur, dan oleh karenanya banyak disalahtafsirkan dan disalahgunakan. Terutama mendapat perhatian adalah a sastra mungkin tidak dapat dikatakan mencerminkan masyarakat pada waktu ia ditulis b sifat-sifat lain dari yang lain seorang pengarang sering mempengaruhi pemilihan dan penampilan fakta-fakta sosial dalam karyanya c Genre sastra sering merupakan sikap sosial suatu kelompok tertentu, dan bukan sikap sosial seluruh masyarakat d Sastra yang berusaha menampilkan keadaan masyarakat secermat-cermatnya mungkin saja tidak bisa dipercaya sebagai cerminan masyarakat. Demikian juga sebaliknya, karya yang sama sekali tidak dimaksudkan untuk mengambarkan masyarakat secara teliti barangkali masih dapat dipergunakan sebagai bahan untuk mengetahui keadaan masyarakat. Pandangan sosial pengarang harus diperhitungkan apabila kita menilai karya sastra sebagai cermin masyarakat. Ketiga, fungsi sosial sastra. Di sini kita terlibat dalam pertanyaan-pertanyaan seperti sampai berapa jauh nilai sastra berkaitan dengan nilai sosial?, dan sampai berapa jauh nilai sastra dipengaruhi nilai sosial?. Dalam hubungan ini, ada tiga hal yang harus diperhatikan: a sudut pandangan ekstrim kaum Romantik, misalnya, menganggap bahwa sastra harus berfungsi sebagai pembaharu dan perombak, b dari sudut kata lain dikatakan bahwa sastra bertugas sebagai penghibur belaka; dalam hal ini gagasan seni atau seni tak ada bedanya dengan praktek melariskan dagangan untuk mencapai best seller, dan c semacam kompromi dapat dicapai dengan meminjam sebuah slogan klasik: sastra harus mengajarkan sesuatu dengan cara menghibur Damono 1979:3-4. Watt dalam Damono 1964:300-305 menyatakan fungsi sosial sastra sepertinya merupakan efek karya sastra pada dataran penikmat. Pembaca termasuk golongan yang menjadi sasaran karya sastra. Pembaca yang mampu memanfaatkan karya sastra, tentu memiliki makna tersendiri. Idaman setiap zaman pun berbeda-beda dalam menikmati sastra. Watt menyatakan bahwa setiap masyarakat memiliki idola terhadap karya sastra.

2.2.2.2 Sastra sebagai Cermin Masyarakat

Cermin itu benda yang tembus pandang. Cermin dapat memantulakan cahaya. Sastra itu juga sebuah cermin. Membaca sastra, sama halnya sedang bercermin diri sejak awal, kehadiran kritikus sastra, krtikus sosiologi sastra telah memperhatikan sastra dan cermin. Sastra yang indah, karena mampu mencerminkan dunia sosial secara estetis Endaswara, 2011:169. Sastra merupakan bagian dari kehidupan karena sebagai permata sosial, ia mencerminkan keadaan masyarakat dan kehidupan budaya pada suatu zaman tertentu. Sastra merupakan ekspresi penghayatan dan pengalaman batin si pencerita atau pun pengarang terhadap masyarakat dalam suatu situasi dan waktu tertentu. Didalamnya dilukiskan keadaan kehidupan sosial suatu masyarakat, ide-ide, nilai-nilai kejadian- kejadian yang membangun cerita, serta bahasanya, mencerminkan kehidupan suatu masyarakat pada suatu masa, sehingga sastra berguna untuk mengenal masyarakat dan zamanya Zulfanur 1996: 132. Hal penting dalam sosiologi sastra ialah konsep cermin mirror. Dalam kaitan ini, sastra dianggap sebagai mimesis tiruan masyarakat. Kendati demikian sastra tetap diakui sebagai sebuah ilusi atau khayalan dari kenyataan. Dari sini, tentu sastra tidak semata-mata menyodorkan fakta secara mentah. Sastra bukan sekadar copy kenyataan, melainkan kenyataan yang telah ditafsirkan. Kenyataan tersebut bukan jiplakan yang kasar, melainkan kenyataan yang telah direfleksi halus dan estetis Endaswara 2003:78. Persamaan struktur mensyaratkan keberadaan karya sastra dengan mensyaratkan keberadaan karya sastra dengan masyarakat sebagai dua gejala yang memiliki kualitas otonom dengan cirinya masing-masing. Persamaan dan kesejajaran