Cara Menutup Diri Homoseksual

menyimpang dilakukan, hal ini disebut dengan raionalisasi. Teknik netralisasi menyebabkan norma menjadi lemah sebab menempatkan penyimpangan sebagai suatu perilaku yang lebih dapat diterima. Termasuk dalam teknik ini adalah pengaturan mimik muka yang sangat menyakinkan menghadapi bahaya atau situasi dalam melakukannya. 4. Berubah menjadi Nonpenyimpang Teknik lain yang digunakan adalah berubah menjadi orang “normal” atau nonpenyimpangan. Di kalangan penjahat, teknik ini dikenal dengan “menjadi orang baik-baik”atau “berubah menjadi normal”. Sulit untuk menentukan seseorang benar-benar berhenti menyimpang atau tidak karena penilaian dilakukan oleh masyarakat. Berubah menjadi normal adalah tindakan yang sulit bagi para penyimpang karir dan penyimpang yang telah terkena stigma. Misalnya, pelacur yang menikah dan berkeluarga. Beberapa di antaranya tidak bisa menggunakan teknik ini, seperti bagai orang cacat. Perubahan menjadi nonpenyimpang ini dapat dilakukan pada tingkat kelompok penyimpang. Misalnya, kelompok homoseksual di beberapa negara yang menekan masyarakat dan pemerintahannya agar dapat menerima perilaku homoseksual tersebut sebagai pelaku normal. Ktsuse 1980 menggunakan istilahan penyimpangan tersier tertiary deviant bagi para penyimpang yang berusaha melakukan perubahan agar perilaku penyimpang mereka dapat diterima. Bukan mengubah perilaku atau kondisi penyimpang yang melainkan menggunakan definisi penyimpangan terhadapnya menjadi nonpenyimpang. 5. Berpartisipasi dalam Subkebudayaan Menyimpang. Partisipasi ke dalam subkebudayaan penyimpang dapat menolong para penyimpang untuk mengurangi kemungkinan mendapat sanksi negatif. Subkebudayaan ini melindungi mereka terhadap gangguan dari orang normal. Subkebudayaan juga menyediakan barang-barang yang dibutuhkan para penyimpang, seperti: obat terlarang, ganja, dan lain sebagainya. Subkebudayaan penyimpang memberikan kepada penyimpang rasa simpati, dukungan, dan hubungan dengan penyimpang lainnya. Subkebudayaan ini juga membantu penyimpang mengatasi penolakan sosial social rejection dan pada saat bersamaan menyediakan kesempatan melakukan perbuatan menyimpang Herman dalam Siahaan:40. Misalnya, seperti subkebudayaan lainnya, subkebudayaan homoseksual juga merupakan kumpulan norma dan nilai. Dalam hal ini, norma dan nilai yang memaklumkan atau membolehkan perilaku homoseksual. Seseorang akan memepelajari norma ini sebagai bagian dari proses pengakuan dan selanjutnya ditunjukan ke dalam situasi sosial yang melibatkan homoseksual lainnya. Tidak hanya ada satu subkebudayaan homoseks atau komunitas gay. Demikian pula, dan tidak ada gaya hidup homoseksual yang tunggal. Keberadaanya merupakan variasi dari pemikiran umum. Kerahasian dan keterbukaan homoseksual mungkin dihubungkan oleh seks dan persahabatan. Kelompok ini selalu meninhibisikan kelas sosial dan pekerjaan sehingga dapat membantu menghilangkan keraguan dan memberikan penerimaan sosial.

2.2.1.6 Pengakuan Diri

Troiden dalam Siahaan 2009:51-52, menggambarkan tiga tahapan proses pengakuan menjadi homoseks, sebagai berikut: 1. Sensitization, tahapan ini seseorang menyadari bahwa dia berbeda dari laki- laki lain. 2. Dissaciation dan Signification, tahapan ini menggambarkan terpisahnya perasaan seksual seseorang dan menyadari orientasi dan perilaku seksualnya. Di sinilah seseorang mendapat pengalaman hiburan seksualnya dari laki-laki, tetapi mungkin gagal menunjukkan perasaannya atau mencoba untuk mengingkarinya. 3. Coming Out pengakuan, tahap ini merupakan tahap di mana homoseksualitas diambil sebagai jalan hidup. Tahap ini mungkin dapat diartikan bahwa telah terjadi kombinasi antara seksualitas dan emosi, dan mempunyai hubungan dengan pasangan tetap.

2.2.2 Sosiologi Sastra

Beranjak dari segi etimologi sosiologi adalah berasal dari kata ‘sosio’ atau society yang bermakna masyarakat dan ‘logi’ atau logos yang artinya ilmu. Jadi, sosiologi adalah ilmu tentang masyarakat atau ilmu tentang kehidupan masyarakat Saraswati 2003:2 Ritzer dalam Faruk 1994:2, menganggap sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang multiparadigma. Maksudnya di dalam ilmu tersebut dijumpai beberapa paradigma yang saling bersaing satu sama lain dalam usaha merebut hegemoni dalam lapangan sosiologi secara keseluruhan. Secara singkat dapat dijelaskan bahwa sosiologi adalah telaah yang objektif dan ilmiah tentang manusia dalam masyarakat; telaah tentang lembaga dan proses sosial. Sosiologi mencoba mencari tahu bagaimana masyarakat dimungkinkan, bagaimana ia berlangsung, dan bagaimana ia tetap ada. Dengan mempelajari lembaga-lembaga sosial dan segala masalah perekonomian, keagamaan politik, dan lain-lain-yang kesemuanya itu merupakan struktur sosial-kita mendapatkan gambaran tentang cara- cara manusia menyesuaikan diri dengan lingkungannya, tentang mekanisme sosialisasi, proses pembudayaan yang menempatkan anggota masyarakat di tempatnya masing-masing Damono 1979:7. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari masyarakat dengan permasalahan yang meliputi, seperti perekonomian, keagamaan, poltik, dan lain-lain. Sebagai sebuah dunia miniatur, karya sastra berfungsi untuk menginvetarisasikan sejumlah besar kejadian yang telah dikerangkakan dalam pola- pola kreativitas dan imajinasi. Pada dasarnya, seluruh kejadian dalam karya, bahkan juga karya-karya yang termasuk ke dalam genre yang paling absurd pun terjadi dalam