Analisis Penjualan Sayuran Di Kelurahan Tanah Enam Ratus Kecamatan Medan Marelan Kota Medan

TINJUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN
KERANGKA PEMIKIRAN

Tinjauan Pustaka
Sayuran yang termasuk produk hortikultura, terdiri dari berbagai jenis dan
dapat di bedakan berdasarkan tempat tumbuhnya, kebiasaan tumbuh, dan bentuk
yang dikonsumsi.
- Berdasarkan tempat tumbuhnya
Setiap jenis sayuran menghendaki tempat tumbuh yang sesuai, sehingga
dikenal ada sayuran dataran tinggi, sayuran dataran rendah atau sayuran yang
dapat tumbuh pada kedua tempat tersebut. Sayuran dataran rendah adalah
sayuran yang hanya dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di daerah
dataran rendah. Begitu juga sebaliknya sayuran dataran tinggi dapat tumbuh
dan berproduksi dengan baik pada daerah dataran tinggi.
- Berdasarkan kebiasaan tumbuh
Kebiasaan tumbuh sayuran dapat dibedakan menjadi sayuran semusim dan
tahunan. Sayuran semusim adalah sayuran yang melengkapi siklus hidupnya
dalam satu musim dan diperbanyak dengan biji. Sedangkan sayuran yang
bersifat tahunan adalah sayuran yang pertumbuhan dan produksinya tak
terbatas.
- Berdasarkan bentuk yang dikonsumsi

Bentuk yang dikonsumsi sayuran di bedakan menjadi sayuran daun, buah,
bunga, umbi, dan rebung. Jenis-jenis sayuran ini mempunyai daya tahan yang
berbeda-beda setelah di panen (Rahardi, 2000).

7

8

Sayuran termasuk komoditas yang kadar airnya tinggi, terutama untuk
sayuran daun, sehingga mudah mengalami kerusakan yang akhirnya memicu
busuknya sayuran. Salah satu kegiatan pasca panen sayuran yang berperan dalam
meningkatkan

umur

simpan

sayuran

adalah


kegiatan penyimpanan

dan

pengemasan. Kegiatan tersebut harus dilakukan dengan tepat agar sayuran dapat
bertahan lama dan sampai di tangan konsumen dalam keadaan yang tetap baik.
Penyimpanan sendiri merupakan usaha untuk mempertahankan komoditi
(panenan) tersebut dari sejak dipanen hingga saatnya digunakan. Aktivitas
metabolisme pada sayuran segar dicirikan dengan adanya proses respirasi.
Respirasi menghasilkan panas yang menyebabkan terjadinya peningkatan panas,
sehingga proses kemunduran seperti kehilangan air, pelayuan, dan pertumbuhan
mikroorganisme akan semakin meningkat. Mikroorganisme pembusuk akan
mendapatkan kondisi pertumbuhannya yang ideal dengan adanya peningkatan
suhu, kelembaban dan siap menginfeksi sayuran melalui pelukaan-pelukaan yang
sudah ada. Selama transportasi ke konsumen, produk sayuran pasca panen
mengalami tekanan fisik, getaran, gesekan pada kondisi dimana suhu dan
kelembaban memacu proses pelayuan. Oleh karenanya perlu adanya tindakan
pasca panen yang tepat supaya terjaga mutunya sampai pada konsumen
nantinya (Imbad, HP dan Nawangsih, AA, 1999:129-130).

Untuk memperoleh hasil tanaman sayur yang berkualitas, baik penampilan
maupun rasanya, kegiatan panen dan pasca panen harus diperhatikan. Panen yang
tidak memenuhi syarat hanya akan menghasilkan tanaman sayur yang rendah
kualitasnya, apalagi jika tidak diikuti dengan kegiatan pasca panen yang
benar (Nugroho, H dan Novalinda,D, 2007 :19).

9

Penanganan sayur dilakukan untuk tujuan penyimpanan, transportasi dan
kemudian pemasaran. Seperti halnya pada buah, langkah yang harus dilakukan
dalam penanganan sayur setelah dipanen meliputi pemilihan, pemisahan
berdasarkan ukuran, pemilihan berdasarkan mutu, dan pengepakan. Namun
demikian, untuk beberapa komoditi atau jenis sayur tertentu memerlukan
tambahan penanganan seperti pencucian, penggunaan bahan kimia, pelapisan,
dan pendinginan awal, serta pengikatan, pemotongan bagian-bagian yang tidak
penting (Winarno, 2001).
Biasanya sayuran yang telah dipanen kemudian disimpan, klorofilnya akan
mengalami suatu pemecahan atau degradasi yang menyebabkan perubahan warna
sayuran tersebut dari hijau menjadi kuning yang bersamaan dengan terjadinya
kelayuan. Kecepatan perubahan warna pada sayuran ini dipengaruhi oleh tinggirendahnya suhu, lama penyimpanan dan komposisi udara ruang simpan.

Upaya

untuk memperpanjang

dengan pewadahan/
diharapkan paling

waktu

pengemasan
tidak

dapat

simpan

yang

produk


baik.

mengurangi

hortikultura

Dengan

terjadinya

adalah

pewadahan
kerusakan

ini

karena

terjadinya benturan sesama produk selama proses penyimpanan, selain juga dapat

mengendalikan

kelembaban

dari

produk

sehingga

produk

dapat

tetap

segar (Pantastico, 2001).
Secara umum, tanaman sayur penghasil daun maupun penghsil buah
mempunyai daya simpan yang sangat terbatas jika tidak mendapat penanganan
dengan baik. Kerusakan tanaman sayur pada dasarnya disebabkan oleh proses

penguapan air (transpirasi). Untuk memperlambat kerusakan tersebut bisa
dilakukan

dengan

menaikan

kelembaban

udara,

menurunkan

suhu

10

ruangan

penyimpanan


dan

membungkusnya

menggunakan

plastik

berlubang ( Nugroho, H dan Novalinda,D, 2007:22).
Naik turunnya harga yang relatif tinggi pada komoditas sayuran pada
dasarnya terjadi akibat kegagalan petani dan pedagang sayuran dalam mengatur
volume pasokannya sesuai dengan kebutuhan konsumen. Kondisi demikian dapat
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :
1.

Produksi sayuran cenderung terkonsentrasi di daerah-daerah tertentu saja,
misalnya sekitar 90 persen produksi bawang merah nasional hanya dihasilkan
di 6 provinsi dan 82 persen produksi cabai dihasilkan di 7 provinsi. Struktur
produksi demikian tidak kondusif bagi stabilitas harga karena jika terjadi

anomali produksi (misalnya gagal panen akibat hama atau lonjakan produksi
akibat pengaruh iklim) di salah satu daerah sentra produksi maka akan
berpengaruh besar terhadap keseimbangan pasar secara keseluruhan.

2.

Struktur produksi yang terkonsentrasi secara regional diperparah pula oleh
pola produksi yang tidak sinkron antar daerah produsen. Setiap daerah
produsen sayuran umumnya memiliki pola produksi bulanan yang relatif
sama sehingga total produksi sayuran cenderung terkonsentrasi pada bulanbulan tertentu.

3.

Permintaan komoditas sayuran umumnya sangat sensitif terhadap perubahan
kesegaran produk. Sementara itu komoditas sayuran umumnya relatif cepat
busuk sehingga petani dan pedagang tidak mampu menahan penjualannya
terlalu lama dalam rangka mengatur volume pasokan yang sesuai dengan
kebutuhan pasar, karena hal itu dapat berdampak pada penurunan harga jual
yang disebabkan oleh penurunan kesegaran produk. Konsekuensinya adalah


11

pengaturan volume pasokan yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen
tidak mudah dilakukan karena setelah dipanen petani cenderung segera
menjual hasil panennya agar sayuran yang dipasarkan masih dalam keadaan
segar.
4. Untuk dapat mengatur volume pasokan yang sesuai dengan kebutuhan
konsumen

maka

dibutuhkan

sarana

penyimpanan

yang

mampu


mempertahankan kesegaran produk secara efisien. Namun ketersediaan
sarana penyimpanan tersebut umumnya relatif terbatas akibat kebutuhan
investasi yang cukup besar sedangkan teknologi penyimpanan sederhana
yang dapat diterapkan oleh petani sangat terbatas ( Irawan, 2007).
Menurut Imbad, HP dan Nawangsih, AA (1999 : 6-8) hasil pertanian
merupakan produk budidaya suatu jenis tanaman. Produk ini dimanfaatkan untuk
pemenuhan kebutuhan manusia maupun hewan. Masing-masing bahan hasil
pertanian mempunyai sifat dan karakter yang berlainan satu sama lain. Sifat-sifat
dari hasil pertanian yang penting meliputi :
- Sifat fisik, berhubungan dengan struktur dan penampilan bahan. Bahan hasil
pertanian umumnya berupa masa yang keadaannya relative lunak dan
mengandung banyak air sehingga bersifat labil. Sifat ini secara langsung
mempengaruhi ketertarikan konsumen untuk mengkonsumsinya.
- Sifat biologis, perubahan yang terjadi secara biologis contonya adalah
terjadinya perkecambahan atau pertunasan sedangkan pada sayuran akan
mengalami proses pematangan.
- Sifat

kimiawi,

berkaitan

dengan

nilai

gizi.

Misalnya

perkecambahan kandungan senyawa (nilai gizi) akan berkurang.

pada

proses

12

Menurut Soekartawi (2002 : 3-5) ada beberapa ciri produk pertanian yaitu
antara lain :
a. Produk pertanian adalah produk musiman. Artinya tiap macam produk
pertanian tidak mungkin tersedia setiap saat bila tanpa diikuti dengan
manajemen stok yang baik.
b. Produk pertanian bersifat segar dan mudah rusak. Artinya tiap macam produk
pertanian sebenarnya diperoleh dalam keadaan segar ( masih basah ),
sehingga tidak dapat disimpan dalam waktu yang relatif lama. Kalau saja
diinginkan penyimpanan dalam waktu yang relatif lama, maka diperlukan
perlakuan tambahan., misalnya pengeringan atau perlakuan pasca panen
lainnya.
c. Produk pertanian itu bersifat “bulky”. Artinya, volumenya besar tetapi
nilainya relative kecil. Akibatnya ialah dalam proses pengelolaannya
diperlukan tempat yang luas. Ini artinya perlu biaya penyimpanan atau
perawatan yang lain dalam jumlah yang relatif besar.
d. Produk pertanian lebih mudah diserang hama dan penyakit. Sehingga tingkat
kerusakan yang diakibatkan oleh hama dan penyakit itu juga besar. Bila
dikehendaki agar produk tersebut terhindar dari serangan hama dan penyakit.,
maka diperlukan juga biaya yang tidak sedikit.
e. Produk pertanian juga tidak mudah didistribusikan ke lain tempat. Ini artinya
dimaksudkan agar bila produk tersebut terserang hama dan penyakit, maka
diharapkan tidak terjadi penularan. Di samping itu, untuk mendistribusikan
dalam waktu yang relatif singkat, memerlukan biaya yang besar mengingat
sifat “bulky” seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

13

f. Produk pertanian bersifat local dan kondisional. Ini artniya tidak semua
produk pertanian dapat dihasilkan dari satu lokasi, melainkan berasal dari
berbagai tempat. Misalnya tanaman apel dapat tumbuh di dataran tinggi dan
tidak dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah. Sebaliknya, tanaman
ketela rambat baik di tanam di dataran rendah daripada dataran tinggi.
g. Produk pertanian mempunyai kegunaan yang beragam. Tanaman tebu dapat
dibuat gula pasir disamping muga dibuat sebagai bahan baku tetes. Daunnya
dapat dibuat pellet mekanan ternak atau bila kering bias dibuat atap rumah,
atau sebagai bahan pembakar. Kulitnya yang kering dapat dijadikan kayu
bakar dan masih banyak kegunaan lain walau dari satu bahan baku yang
sama.
h. Produk pertanian kadang memerlukan keahlian khusus yang ahlinya sulit
disediakan. Misalnya membuahkan tanaman apel, membentuk warna pada
buah apel, dan sebagainya.
i. Produk pertanian dapat digunakan sebagai bahan baku produk lain disamping
juga dikonsumsi langsung.
j. Produk pertanian tertentu dapat berfungsi sebagai “produk sosial”. Hal ini
berkaitan dengan harga produk tersebut. Jika terjadi kenaikan atau penurunan
harga masyarakat akan memberikan respon baik positif atau negatif. Misalnya
jika harga beras naik maka masyarakat akan gelisah.
Sedangkan dalam hal pemasaran hasil pertanian, ada lima karakteristik
produk pertanian menurut Sudiyono ( 2004 : 12-13 ) yaitu :
- Produk pertanian gampang rusak perishability, oleh sebab itu produk pertanian
harus secepatnya dikonsumsi atau diolah serta membutuhkan pengawetan.

14

- Dalam melakukan aktivitas penjualan maupun pembelian produk pertanian,
penjual dan pembeli diharapkan pada berbagai tingkat atau grade barang, tetapi
secara umum produk pertanian adalah homogen.
- Produk pertanian banyak memakan tempat dikatkan dengan nilanya
dibandingkan dengan produk non pertanian, sehingga berpengaruh kepada
fasilitas pemasran yang harus disediakan lemabaga-lembagan pemasaran. Jika
sewa ruangan atau pengepakan produk lebih mahal dapat memungkinkan
lembaga pemasaran berpindah usaha pada komoditi lain.
- Produk pertanian memerlukan proses pengolahan lebih lanjut.
- Rasio biaya tetap dan biaya variabel secara langsung berpengaruh terhadap
respon penawaran produsen.

Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian Sianturi (2011) menunjukkan bahwa 1) Jumlah Petani di
daerah penelitian mengalami penurunan selama tiga tahun terakhir ( 2008-2010);
2) terdapat 4 pola kombinasi tanam yaitu sawi-bayam-kangkung, sawi-bayam,
sawi-kangkung dan sawi ; 3) pendapatan usahatani sayuran per petani dan per
hektar tertinggi terdapat pada usahatani dengan pola kombinasi sawi-bayamkangkung. Namun nilai R/C tertinggi pada usahatani monokultur sawi; 4) ada
hubungan antara luas lahan dengan pola kombinasi komoditi yakni semakin luas
lahan maka semakin banyak jenis komoditi yang ditanam dan ada hubungan
antara luas lahan dengan pendapatan yakni semakun luas lahan maka semakin
besar pendapatan yang diperoleh.

15

Hasil penelitian Fadli (2013) menunjukkan bahwa 1) faktor distribusi fisik
yang terdiri dari pengelolaan pesanan, persediaan, pergudangan dan transportasi
mempengaruhi

penjualan.

2)

Faktor

utama

yang

diidentifikasi

dapat

mempengaruhi kenaikan penjualan sayuran yaitu biaya pengelolaan pesanan,
persediaan, pergudangan dan transportasi. 3) efektivitas CV Agrotama Gemilang
dalam mendistribusikan buah dan sayuran dilihat dari segi biaya, ketepatan waktu
dan ketepatan kualitas berjalan cukup efektif.

Landasan Teori
Usaha penjualan merupakan bagian integral dari fungsi pertukaran. Bagi
produsen, memutuskan kapan untuk menjual merupakan bahan pertimbangan
pokok dalam pemasaran. Misalnya beberapa produk tani terutama biji-bijian,
dapat dijual dalam tenggang waktu yang panjang, yaitu bisa dengan mengadakan
kontrak beberapa bulan sebelum panen dengan menyajikan pengiriman beberapa
bulan yang akan datang, tetapi bisa juga biji-bijian itu disimpan dulu sesudah
panen

dan

baru

dijual

beberapa

bulan

kemudian.

Di

pihak

lain

tenggang waktu penjualan untuk beberapa produk khususnya hasil ternak,
sayuran dan buah sangat terbatas. Sekali produk dipasarkan, tidak ada
kemungkinan

penundaan

penjualannya

karena

mutunya

akan

merosot (Downey,WD dan Erickson SP, 1992:283).
Menurut Supranto, (2001 :139-141 ) analisa penjualan didasarkan empat
yaitu :

16

- Berdasarkan daerah, dengan melihat daerah yang berpotensi atau tidak dalam
penjualan. Sehingga diketahui dan dikonsentrasikan daerah untuk usha
penjualan tersebut.
- Berdasarkan produk, untuk mengetahui produk mana yang member kontribusi
paling besar terhadap hasil penjualan dan mana produk yang akan dikurangi/
tidak dijual lagi.
- Berdasarkan langganan, siapa saja yang membeli secara tetap.
- Berdasarkan banyak pesanan, dilihat dari besar kecilnya pesanan dengan
mempertimbangkan biaya pengiriman.
Melakukan penjualan adalah suatu kegiatan yang ditujukan untuk mencari
pembeli, mempengaruhi, dan memberi petunjuk agar pembelian dapat
menyesuaikan kebutuhannya dengan produksi yang ditawarkan serta mengadakan
perjanjian mengenai harga yang menguntungkan kdua belah pihak” dari
penjelasan diatas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa penjualan adalah suatu
kegistan dan cara untuk mempengaruhi pribadi agar terjadi pembelian
(penyerahan) barang atau jasa yang ditawarkan, berdasarkan harga yang telah
disepakati oleh kedua belah pihak dalam kegiatan tersebut (Moekijat, 2000).
Menurut Swastha (1998:29), adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
kegiatan penjualan antar lain:
1. Kondisi dan kemampuan Pasar
Disini penjual harus dapat meyakinkan pembeli agar berhasil mencapai sasaran
penjualan yang diharapkan untuk maksud tersebut, penjual harus dapat
memahami beberapa masalah yang cukup penting:

17






Jenis dan karakteristik barang atau jasa yang ditawarkan
Harga produk
Syarat penjualan, seperti ; pembayaran, pengantaran, garansi dan
sebagainya.

2. Kondisi Pasar
Hal yang harus diperhatikan pada kondisi pasar antara lain :


Jenis pasarnya, apakah pasar konsumen, pasar industri, pasar pemerintahan
atau pasar Internasional



Kelompok pembeli dan segmen pasarnya



Daya beli



Frekuensi pembeliannya



Keinginan dan kebutuhan

3. Modal
Apakah modal kerja perusahaan mampu untuk mencapai target penjualan yang
dianggarkan seperti untuk :


Kemampuan untuk membiayai penelitian pasar yang dilakukan



Kemampuan membiayai usaha – usaha untuk mencapai target penjualan



Kemampuan membeli bahan mentah untuk dapat memenuhi target
penjualan

Menurut Mulyadi (2001), Kegiatan penjualan terdiri dari transaksi
penjualan barang atau jasa, baik secara kredit maupun tunai. Ditinjau dari segi
pembayarannya, maka penjualan dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

18

1. Penjualan Tunai
Dilaksanakan oleh perusahaan dengan cara mewajibkan pembeli melakukan
pembayaran harga barang terlebih dahulu sebelum barang diserahkan oleh
perusahaan kepada pembeli. Setelah uang diterima oleh perusahaan, barang
kemudian dicatat oleh perusahaan. Informasi yang diperlukan oleh manajemen
dari kegiatan penjualan secara tunai antara lain :
• Jumlah pendapatan penjualan menurut jenis produk / kelompok produk
selama jangka waktu tertentu
• Jumlah kas yang diterima dari penjualan tunai
• Jumlah harga pokok produk yang dijual selama jangka waktu tertentu
• Nama dan alamat pembeli
• Kuantitas produk yang dijual
• Nama wiraniaga yang melakukan penjualan
• Otorisasi pejabat yang berwenang
2. Penjualan Kredit
Dilaksanakan oleh perusahaan dengan cara mengirimkan barang sesuai
pemesanan yang diterima dari pembeli dan untuk jangka waktu tertentu
perusahaan mempunyai tagihan kepada pembeli tersebut. Informasi yang
diperlukan oleh manajemen dari kegiatan penjualan secara kredit antara lain :
• Jumlah pendapatan penjualan menurut jenis produk / kelompok produk
selama jangka waktu tertentu
• Jumlah piutang kepada setiap debitur dari transaksi penjualan kredit
• Jumlah harga pokok produk yang dijual selama jangka waktu tertentu
• Nama dan alamat pembeli

19

• Kuantitas produk yang dijual
• Nama wiraniaga yang melakukan penjualan
• Otorisasi pejabat yang berwenang
Harga baik atau buruk (tinggi atau rendah) pada umumnya dilihat petani
dalam hubungan dengan harga-harga saat panen sebelumnya. Demikian kalau kita
datang berbicara langsung dengan petani misalnya pada saat habis panen dan
menanyakan bagaimana harga-harga tahun itu, ia akan dengan cepat menjawab
lebih baik, lenih buruk atau sama saja dengan harga saat panen tahun yang lalu.
Bahwa petani menyadari bekerjanya gaya-gaya permintaan dan penawaran jelas
dari jawabannya itu. Bila kita tanyakan sebab harga pada tahun ini baik maka ia
akan menjawab hasil panenan kurang baik (penawaran berkurang)

atau

permintaan lebih besar dari biasanya. Sebaliknya kalau harga kurang baik juga
akan menerangkan bahwa panenan terlalu banyak atau pembelinya sepi. Tetapi
perdagangan ramai atau sepi tidak dapat dipisahkan dari keadaan panen pada
umumnya. Sifat dan bentuk pasar dipengaruhi oleh banyak factor, mulai dari
kedudukan ekonomi petani sampai pada peranan kebijaksanaan pemerintah
(Mubyarto, 1985).
Dalam kehidupan sehari-hari seseorang mendefinisikan pasar tidak
terlepas dari peran orang tersebut dalam pasar. Apakah ia sebagai produsen
(penjual), konsumen (pembeli), lembaga pemasaran atau sebagai ekonom. Pasar
merupakan keadaan terbentuknya suatu harga dan terjadinya perpindahan hak
milik produk-produk tertentu. Dalam definisi terjadinya perpindahan hak milik ini
hanya dapat dilakukan, bila pihak-pihak yang terlibat dalam aktivitas pemasaran

20

bersedia melepaskan hak miliknya dengan memperoleh sejumlah kompensasi
tertentu. Pasar secara sempit di definisikan sebagai lokasi geografis, dimana
penjual dan pembeli bertemu untuk mengadakan transaksi faktor produksi, barang
dan jasa. Namun adakalanya penjual dan pembeli diwakili oleh individuindividu

dan

transkaksi

tidak

perlu

membutuhkan

ruang

geografis

tertentu (Sudiyono, 2004).
Dengan demikian, pasar pertanian merupakan tempat dimana terdapat
interaksi antara kekuatan penawaran dan permintaan produk pertanian, terjadi
tawar-menawar nilai produk, terjadi pemindahan kepemilikan, dan terjadi
kesepakatan-kesepakatan yang berhubungan dengan pemindahan kepemilikan.
Jika didasarkan pada konsep sistem agribisnis, maka pasar pertanian terdiri atas
pasar input dan alat-alat pertanian, pasar produk pertanian, dan pasar produk
industri pengolahan hasil pertanian atau pasar produk agroindustri.
Pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan
untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan
barang, jasa, ide, kepada pasar sasaran agar dapat mencapai tujuan organisasi.
Sedangkan penjualan definisinya cukup luas. Beberapa ahli sering menyebutnya
sebagai ilmu dan lainnnya menyebutnya sebagai seni. Istilah menjual diartikan
yaitu ilmu dan seni mempengaruhi pribadi yang dilakukan oleh penjual untuk
mengajak

orang

lain

agar

bersedia

membeli

barang/jasa

yang

ditawarkan (Swastha, 1998).
Fungsi pertukaran dalam agribisnis melibatkan kegiatan yang menyangkut
pengalihan hak pemilikan dalam sistem pemasaran. Tentu saja analisis permintaan

21

dan penawaran dapat diterapkan langsung. Dalam sistem perekonomian yang
bersaing, harga baru bias ditentukan apabila pembeli dan penjual bertemu untuk
menukar komoditi. Dalam fungsi pertukaran terdapat dua kegiatan yaitu usaha
pembelian dan usaha penjualan. Fungsi pembelian dilakukan pada setiap tingkatan
dari saluran pemasaran. Biasanya kegiatan pembelian dalam sistem pemasaran
melibatkan pembelian bahan baku oleh produsen utama, pembelian produk jadi
oleh

penjual

borongan

dan

akhirnya

pembelian

oleh

konsumen

dari

pengecer.
Dalam bentuknya yang paling sederhana, usaha penjualan adalah suatu
tindakan pengalihan pemilikan barang dan jasa. Karena uang adalah alat tukar
yang diakui, maka penjualan sama artinya dengan pertukaran barang dan jasa
dengan uang atau pendapatan bisnis. Perhitungan rugi laba menitikberatkan
pentingnya penjualan dalam bisnis. Perhitungan rugi laba dimulai dengan
penjualan, kemudian dikurangi dengan semua ongkos beban yang bertalian
dengan penjulan tersebut dan akhirnya diketahui laba yang dihasilkan.

Menurut Said, EG dan Intan AH (2001:91-95), fungsi usaha penjualan
lebih umum dikenal dengan istilah usaha perdagangan. Usaha penjualan
mencakup kegiatan yang dilakukan dalam proses pemindahan hak milik produk
dari produsen atau lembaga perantara pemasaran, yang mempunyai hak
kepemilikan, kepada konsumen, termasuk di dalamnya kegiatan promosi.
Beberapa hal yang penting dalam usaha penjualan adalah menentukan jenis
produk yang akan dijual, mementukan mutu produk yang akan dijual, menentukan
jumlah produk yang akan dijual, waktu penjualan, tempat dan cara penjualan.

22

Kedua, usaha penjualan dalam agribisnis biasanya menyangkut kegiatan
bisnis jangka panjang yang terjadi berulang-ulang, sehingga dasar pengalaman
mereka cukup tangguh. Kebanyakan areal pasar hanya menampung sejumlah
pedagang saja, yang kebanyakan di antaranya merupakan anggota masyarakat
setempat. Hal ini berlaku di pasar local maupun pasar regional yang mencakup
wilayah yang cukup luas. Ketiga, usaha penjualan dalam agribisnis biasanya
menuntut keterampilan teknis tinggi dan pengetahuan tentang pertanian dalam
kadar yang tinggi. Keempat, sebagian besar penjualan agribisnis sangat bervariasi
dan bersifat musiman (Downey,WD dan Erickson SP, 1992:341).
Menurut Ariadi (2011:128-12), fungsi pertukaran dalam pemasaran
produk pertanian meliputi kegiatan yang menyangkut pengalihan hak kepemilikan
dalam sistem pemasaran. Fungsi pertukaran ini terdiri dari fungsi penjualan dan
fungsi pembelian. Dalam melaksanakan fungsi penjualan, maka produsen/
lembaga pemasaran yang berada pada rantai pemasaran sebelumnya harus
memperhatikan kualitas, kuantitas, bentuk, waktu, serta harga yang diinginkan
konsumen/ lembaga pemasaran yang ada pada rantai pemasaran berikutnya.
Lemabag pemasaran yang melakukan proses penjualan melibatkan makelar
penjualan. Dan yang melakukan proses pembelian disebut makelar pembelian.
Dalam penjualan produk pertanian, petani sebagai produsen berhubungan
langsung kepada pedagang besar dan pengecer. Istilah pedagang, digunakan disini
untuk menggambarkan bahwa usahanya mempunyai hubungan erat dalam
pemilikan barang. Mereka berhak memiliki barang-barang yang dipasarkan,
meskipun pemilikannya tidak secara fisik. Pedagang dapat digolongkan menjadi
tiga macam. Yaitu :

23

a. Produsen, yang membuat sekaligus menyalurkan barang
b. Pedagang besar, yang menjual barang kepada pengusaha lain.
c. Pengecer, yang menjual barang kepada konsumen akhir.
Pedagang besar didefinisikan sesuai dengan pasar yang dilayaninya. Istilah
pedagang besar berbeda dengan istilah perdagangan besar. Perdagangan besar
menunjukkan semua kegiatan penjualan yang dilakukan oleh lembaga-lembaga
perdagangan dalam saluran distribusi kecuali penjualan pada konsumen rumah
tangga. Penjualan kepada konsumen rumah tangga biasanya dilakukan oleh
pengecer. Jadi, lembaga yang melakukan penjualan kepada produsen, pedagang
besar, pengecer dan lembaga non komersial lain terlibat dalam kegiatan
perdagangan besar (Swastha, 1999:34-35).
Lembaga

Pemasaran

adalah

badan

usaha/

individu

yang

menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan barang/jasa dari produsen kepada
konsumen akhir serta memiliki hubungan dengan badan usaha/individu lainnya.
Pedagang pengumpul merupakan lembaga pemasar yang berhubungan langsung
dengan petani dalam mengumpulkan komoditi. Sedangkan pengecer adalah
lembaga yang berhadapan langung denga konsumen sebagai ujung tombak suatu
proses prosuksi komersil. Aktivitas pengecer sangat menentukan proses produksi.
Sedangkan keberhasilan pengecer dalam menjual menentukan keberhasilan
lemabag pemasaran pada rantai pemasaran sebelumnya. (Ariadi, 2011:127-128)
Penjualan borongan terdiri dari penjualan kepada pengecer, pemborong
lainnya, industri lainnya, industri pemakai, dan kadang-kadang kepada pemakai
akhir. Pedagang borongan dapat membeli langsung dari para pengusaha tani dan
menjualnya kepada pedagang borongan lainnya atau kepada pengolah makanan,

24

atau pedagang borongan bias membeli dari pihak pengolah dan menjualnya
kepada pengecer. Pedagang borongan memegang hak pemilikan atas produk yang
mereka tangani dan bertanggung jawab atas distribusi geografis dari produk
tertentu ( Downey,WD dan Erickson SP, 1992 ).
Menurut The American Marketing Association, pedagang besar adalah
sebuah unit usaha yang membeli barang-barang dagangan dan menjualnya lagi
kepada para pengecer serta pedagang lain dan/ atau kepada lembaga-lembaga
industry serta pemakai komersial. Pedagang besar menempati posisi di antara
produsen dan pengecer. Sedangkan pengecer dapat didefinisikan sebagai seorang
pedagang yang kegiatan pokoknya melakukan penjualan secara langsung kepada
konsumen akhir. Kegiatan pengeceran meliputi semua kegiatan pemasaran yang
berhubungan

dengan

usaha-usaha

untuk

menjual

kepada

konsumen

akhir (Swastha, 1999:35).
Definisi lain oleh Laksana (2008:127-129), pengecer adalah usaha bisnis
yang menjual barang-barang ke konsumen rumah tangga untuk digunakan secara
non bisnis. Sedangkan pedagang besar merupakan seuatu perusahaan yang
pertama-tama berusaha dalam bidang perdagangan besar.
Menurut Kotler (1997: 198-219), penjualan eceran meliputi semua
kegiatan yang melibatkan penjualan barang/ jasa langsung kepada konsumen akhir
untuk penggunaan bersifat pribadi bukan bisnis. Sedangkan pedagang bersar
adalah penjual dalam partai besar meliputi semua kegiatan yang melibatkan
penjualan barang/jasa kepada mereka yang membeli untuk dijual kembali/ untuk
keperluan bisnis lainnya.

25

Akhir-akhir ini industri eceran pangan cenderung mengarah pada toko
yang makin besar dan menawarkan lebih banyak ruang peragaan yang tentu
mampu menampung jenis produk yang lebih banyak. Konsep yang agak
bertentangan dengan konsep ini adalah kios-kios. Karena ini melibatkan
penggunaan ruang toko yang sangat sempit dan hanya memperjualbelikan barang
yang sangat laku dan member keuntungan besar. Biasanya kios-kios berada di
daerah yang agak kumuh. Keberhasilannya disebabkan karena usahanya yang
biasanya

berada

di

sekitar

konsumen

yang

akan

dilayaninya

sehingga pembeli bersedia membayar harga yang sedikit lebih tinggi daripada
membuang

waktu

dan

tenaga

untuk

membelinya

di

tempat

yang

agak jauh (Downey,WD dan Erickson SP, 1992).
Faktor yang mempengaruhi permintaan produk-produk pertanian adalah :
1. Harga komoditi pertanian tersebut
2. Harga komoditi pertanian yang lainnya ( barang substitusi dan komplementer)
3. Pendapatan konsumen
4. Selera dan preferensi konsumen
5. Jumlah penduduk
6. Distribusi pendapatan
Jumlah komoditi yang diminta konsumen pada berbagai tingkat harga disebut
permintaan ini mempunyai slope negatif, artinya semakin tinggi suatu harga
komoditi maka semakin sedikit jumlah permintaan terhadap komoditi
tersebut (Sudiyono, 2004).
Menurut Sukirno (2005:128), dalam jangka pendek harga hasil pertanian
cenderung mengalami naik turun yang relatif besar. Harganya boleh mencapai

26

tingkat yang sangat tinggi di suatu waktu, sebaliknya merosot sangat buruk pada
waktu berikutnya. Hal ini disebabkan permintaan dan penawaran bersifat elastis.

Kerangka Pemikiran
Sistem pemasaran produk pertanian merupakan kegiatan yang sangat
kompleks dibanding dengan produk selain pertanian. Hal ini berkaitan dengan
kekhasan produk pertanian itu sendiri. Seperti diketahui produk pertanian
memiliki sifat umum yaitu rawan rusak (perishable), memiliki ukuran yang besar
per tumpukan (bulky/ voluminous) dan beraneka ragam mutu (quality variation).
Sifat produk yang tidak tahan lama menyebabkan sistem pengangkutan harus
dilakukan dengan hati-hati dan cepat. Selain itu fungsi penyimpanan berperan
mengurangi resiko produk rusak dan busuk serta melindungi produk dari serangan
binatang parasit yang dapat merusak kualitas produk pertanian. Menjaga kualitas
produk pertanian agar tahan lama bisa juga melalui pengolahan sederhana dengan
bantuan pengembangan teknologi industri.
Sifat produk pertanian yang bulky dan voluminous menyebabkan
pengangkutan dalam ruang yang luas yang memakan biaya angkut yang tinggi.
Hal ini tentu saja menyebabkan kegiatan pemasaran menjadi tidak efisien. Hal
tersebut dapat diantisipasi dengan jarak produsen yang sebisa mungkin dekat
dengan konsumen target sehingga pengangkutan dapat berjalan dengan biaya
rendah. Selain itu jarak produsen dan konsumen dapat memenuhi kebutuhan
konsumen jauh lebih cepat dilihat dari sisi waktu.

27

Sifat produk pertanian lain yang juga sangat mempengaruhi mekanisme
pemasaran adalah sifat produk pertanian yang musiman. Sehingga penentuan
sistem pemasaran harus mempertimbangkan keberimbangan antara proses
produksi atau panen yang bersifat musiman dengan kebutuhan konsumen yang
sepanjang waktu. Mengatasi hal tersebut maka hal yang harus diperbaiki dalam
sistem pemasaran adalah distribusi antar produsen di setiap daerah serta informasi
pasar dari konsumen yang akan sangat berguna bagi produsen dalam memenuhi
kebutuhan pasar.

Distribusi yang lancar dari setiap produsen antar daerah adalah untuk
memenuhi kebutuhan konsumen yang pasti akan berbeda di setiap pasar.
Distribusi yang efisien diharapkan akan mampu memenuhi kebutuhan pasar sesuai
dengan kuantitas yang diinginkan.

Petani menjual hasil panen ke pasar atau kepada pembeli. Petani juga
memiliki sistem pembayaran yang berbeda, ada yang dengan bayar di tempat
(langsung) ada juga yang dibayar kemudian. Dari jumlah penjualan petani akan
mengetahui jenis sayuran apa yang diminta oleh konsumen.
Dengan mempertimbangkan beberapa sifat produk pertanian tersebut
petani sebagai produsen utama harus mampu mengatur bagaimana sistem
penjualan hasil panen. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah mengenai
harga sayuran tersebut, pasar tujuan untuk menjualkan hasil panen sayuran,
bagaimana sistem pembayarannya, waktu penjualan sayuran tersebut apakah
dilakukan pagi, siang, sore atau malam hari, fluktuasi penjualan sayuran yang

28

selama ini pernah terjadi juga harus diperhitungkan, bahkan lama ketahanan bahan
hasil panen sayuran itu sangat perlu diperhatikan.
Untuk

mengetahui

jenis-jenis

sayuran

yang

lebih

berpeluang

meningkatkan pendapatan petani akan dilihat berdasarkan beberapa karakteristik
antara lain rutin atau tidak rutinnya jenis tersebut diminta setiap hari, bagaimana
harganya apakah sering berfluktuasi, bagaimana dengan permintaannya apakah
sering berfluktuasi atau tidak, dan bagaimana dengan lama waktu penyimpanan
sayuran tersebut. Sehingga tidak menurunkan kualitas sayur dan akan
menurunkan harganya pula.

29

Secara ringkas dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini :

Sifat Produk Sayuran

Penjualan Sayuran

Sistem Penjualan
Sayuran

Fluktuasi Penjualan
Peluang Meningkatkan
Penjualan Berbagai
Jenis Sayuran

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Keterangan :

Menyatakan dipengaruhi oleh
Menyatakan terdiri atas