47
E. Tinjauan Tentang Badan Narkotika Nasional BNN dan Badan
Narkotika Nasional BNN Provinsi 1.
Badan Narkotika Nasional BNN
Menurut pasal 64 ayat 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika menyatakan bahwa dalam rangka upaya pencegahan dan
pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dengan Undang- Undang ini dibentuk Badan Narkotika Nasional yang disingkat menjadi BNN.
Badan Narkotika Nasional merupakan sebuah lembaga pemerintahan non kementrian yang berkedudukan dibawah Presiden dan bertanggung jawab kepada
Presiden sebagaimana tertuang pada pasal 64 ayat 2 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
2.
Badan Narkotika Nasional BNN Provinsi
Menurut pasal 65 ayat 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika menyatakan bahwa BNN berkedudukan di ibukota negara dengan
wilayah kerja meliputi seluruh wilayah Negara Republik Indonesia. Ayat 2 menyatakan bahwa BNN mempunyai perwakilan didaerah Provinsi dan
KabupatenKota.Ayat 3 menyatakan BNN Provinsi berkedudukan di ibukota Provinsi
dan BNN
KabupatenKota berkedudukan
di ibukota
KabupatenKota.Menurut pasal 1 Undang-Undang Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 4 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
BNNP dan BNN KabupatenKota disebutkan bahwa BNN merupakan instansi vertikal BNN yang melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang BNN dalam
wilayah provinsi.
48
F. Tinjauan Tentang Narkoba
Narkoba merupakan singkatan dari narkoba dan obat atau bahan berbahaya.Selain
narkoba istilah yang diperkenalkan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia adalah Napza yang merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika
dan zat adiktif. 1.
Narkotika Menurut pasal 1 ayat 1 dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
tentang Narkotika, narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan
ketergantungan yang dibedakan kedalam beberapa golongan yakni; a.
Golongan I adalah narkotika yang paling berbahaya, daya adiktif sangat tinggi yang menyebabkan ketergantungan. Contoh : ganja dan putaw.
b. Golongan II adalah narkotika yang memiliki daya adiktf kuat tetapi
bermanfaat untuk pengobatan atau penelitian. Contoh : petidin, benzetidin, betametadol.
c. Golongan III adalah narkotika yang memiliki daya adiktif ringan tetapi
juga bermanfaat untuk pengobatan atau penelitian. Contoh : codein 2.
Psikotropika Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika,
psikotropika merupakan zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis, bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan