Penentuan Total Suspended Solid (TSS) Dalam Air Sungai Deli Dan Pengaruhnya Terhadap Waktu Penyimpanan

(1)

PENENTUAN TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS)

DALAM AIR SUNGAI DELI

DAN PENGARUHNYA TERHADAP WAKTU PENYIMPANAN

KARYA ILMIAH

ZURRIYATIN THAYYIBAH

072401050

PROGRAM STUDI DIPLOMA-3 KIMIA ANALIS DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

PENENTUAN TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS)

DALAM AIR SUNGAI DELI

DAN PENGARUHNYA TERHADAP WAKTU PENYIMPANAN

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya

ZURRIYATIN THAYYIBAH

072401050


(3)

PROGRAM STUDI DIPLOMA-3 KIMIA ANALIS DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(4)

PERSETUJUAN

Judul : PENENTUAN TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) DALAM AIR SUNGAI DELI DAN PENGARUHNYA TERHADAP WAKTU PENYIMPANAN

Nama : ZURRIYATIN THAYYIBAH Nomor Induk Mahasiswa : 072401050

Program Studi : DIPLOMA 3 KIMIA ANALIS Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Diluluskan di :

Medan, Juli 2010

Disetujui oleh :

Departemen Kimia FMIPA USU

Ketua, Dosen Pembimbing


(5)

PERNYATAAN

PENENTUAN TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) DALAM AIR SUNGAI DELI

DAN PENGARUHNYA TERHADAP WAKTU PENYIMPANAN

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2010

072 401 050


(6)

PENGHARGAAN

Syukur Alhamdulillah penulis sampaikan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayahNya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik, serta shalawat beriring salam tak lupa penulis sampaikan kepada Junjungan Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan suri teladan yang baik kepada umat manusia.

Adapun tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk melengkapi persyaratan penyelesaian perkuliahan di jurusan Kimia Analis Program Diploma III Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa tanpa petunjuk dan bimbingan dari Dosen serta bantuan dari pihak lain maka sulit bagi penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibunda tercinta Zuraidah yang telah mendukung penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini baik dukungan moril dan materil, ayahanda tercinta Iriansyah yang telah banyak mengajari penulis tentang kehidupan.

2. Adik-adik penulis, beserta seluruh keluarga yang senantiasa mendo’akan dan memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan studi di Universitas Sumatera Utara pada Program Diploma 3.

3. Bapak Drs. Darwin Yunus Nst, M.S selaku dosen pembimbing penulis yang telah menyediakan waktu dan pikiran dalam memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini.

4. Ibu Dr. Rumondang Bulan Nst, MS., selaku Ketua Departemen Kimia Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Dr. Marpongahtun MSc selaku Ketua Jurusan Kimia Analis Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara.

6. Sahabat-sahabat penulis : Naja, Nena, Sofi, Rima, Kiki, dan Zhila yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

7. Teman-teman satu PKL : Nena (sekali lagi), dan Dian Ashari, yang telah bekerjasama saat PKL.

8. Semua teman-teman PAKA 07 yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah sama-sama menjalani masa perkuliahan dan masa-masa sibuk saat praktikum di lab.

9. Seluruh Staf dan Pegawai di UPT. BLH SU yang telah membuat suasana saat PKL menjadi tidak membosankan.

10. Seluruh staf Pengajar dan Pegawai di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis juga menerima segala kritik dan saran yang membangun. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua.


(7)

Medan, Juni 2010 Penulis


(8)

ABSTRAK

Penyebab utama terjadinya pencemaran air sungai adalah bahan buangan dan air limbah yang berasal dari kegiatan industri. Analisis zat padat dalam air sungai sangat penting bagi penentuan komponen-komponen air secara lengkap. Parameter yang digunakan untuk menunjukkan karakter air meliputi parameter fisika seperti zat padat. Analisis kadar Total Suspended Solid (TSS) dari air sungai deli telah dilakukan. Metode spektrofotometri dapat digunakan untuk menentukan TSS yaitu dengan menghomogenkan air dengan blender. Hasil analisa diperoleh kadar TSS dari hari I sampai dengan hari X semakin menurun.


(9)

DETERMINATION OF TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) IN RIVER OF DELI AND ITS INFLUENCE ON HOLDING TIME

ABSTRACT

The main cause of river pollution was waste and waste water originating from industrial activities. Analysis of solids in the river water was very important for determining the components of the water completely. The parameters used to indicate the character of water include physical parameters such as solids. Analysis of levels of total suspended solid of Deli river water has been carried out. Spectrophotometric methods can be used determine the total suspended solid with homogenize the water with the blender. Results of the analysis, the total suspended solid levels for day 1 to day 10 more decreasing.


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN ii

PERNYATAAN iii

PENGHARGAAN iv

ABSTRAK vi

ABSTRACK vii

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL ix

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Permasalahan 3

1.3. Tujuan Penelitian 3

1.4. Manfaat Penelitian 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Karakteristik Badan Air 5 2.1.1. Air Permukaan 5

2.1.2. Air Tanah 8

2.2. Pencemaran Air 9

2.2.1. Jenis, Pengaruh, dan Sumber Pencemaran Air 9 2.2.2. Pencemaran Air Sungai, Danau, dan Waduk 12

2.3. Kualitas Air Sungai 13

2.4. Total Suspended Solid (TSS) 14 2.4.1. Zat Padat dalam Air 14

2.4.2. Suspensi 15

2.4.3. Padatan Total, Terlarut, dan Tersuspensi 16 2.5. Instrumentasi Untuk Spektrofotometer 17 2.6. Teknologi Pembersihan Air 18 2.6.1. Cara Sederhana 18 2.6.2. Cara Saringan PAsir Lambat 19 2.6.3. Cara Koagulasi 19

2.6.4. Biofilter 20

BAB 3 BAHAN DAN METODE 3.1. Alat dan Bahan

3.1.1. Alat 22

3..1.2. Bahan 22


(11)

3.2.1. Penyediaan Sampel 22 3.2.2. Penentuan Kadar Total Suspended Solid 23 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil 24

4.1. Data Analisa Total Suspended Solid (TSS) 24 Dari Sampel Air Sungai Deli


(12)

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 28


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Klasifikasi Padatan di Perairan Berdasarkan Ukuran 16 Diameter

Tabel 2.2. Kesesuaian Perairan untuk Kepentingan Perikanan 17 Berdasarkan Nilai Padatan Tersuspensi

Tabel 4.1. Analisa Total Suspended Solid (TSS) dari Sampel 24 Air Sungai Deli


(14)

ABSTRAK

Penyebab utama terjadinya pencemaran air sungai adalah bahan buangan dan air limbah yang berasal dari kegiatan industri. Analisis zat padat dalam air sungai sangat penting bagi penentuan komponen-komponen air secara lengkap. Parameter yang digunakan untuk menunjukkan karakter air meliputi parameter fisika seperti zat padat. Analisis kadar Total Suspended Solid (TSS) dari air sungai deli telah dilakukan. Metode spektrofotometri dapat digunakan untuk menentukan TSS yaitu dengan menghomogenkan air dengan blender. Hasil analisa diperoleh kadar TSS dari hari I sampai dengan hari X semakin menurun.


(15)

DETERMINATION OF TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) IN RIVER OF DELI AND ITS INFLUENCE ON HOLDING TIME

ABSTRACT

The main cause of river pollution was waste and waste water originating from industrial activities. Analysis of solids in the river water was very important for determining the components of the water completely. The parameters used to indicate the character of water include physical parameters such as solids. Analysis of levels of total suspended solid of Deli river water has been carried out. Spectrophotometric methods can be used determine the total suspended solid with homogenize the water with the blender. Results of the analysis, the total suspended solid levels for day 1 to day 10 more decreasing.


(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Air menutupi sekitar 70% permukaan bumi, dengan jumlah sekitar 1.268 juta km3 (Angel dan Wolseley, 1992). Air terdapat dalam berbagai bentuk, misalnya uap air, es, cairan, dan salju. Air tawar terutama terdapat di sungai, danau, air tanah (ground water), dan gunung es (glacier). Semua badan air di daratan dihubungkan dengan laut dan atmosfer melalui siklus hidrologi yang berlangsung secara kontinu.

Air memiliki karakteristik yang khas yang tidak dimiliki oleh senyawa kimia yang lain. Karakteristik tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pada kisaran suhu yang sesuai bagi kehidupan, yakni 00C (320F) – 1000C, air berwujud cair. Suhu 00C merupakan titik beku (freezing point) dan suhu 1000C merupakan titik didih (boiling point) air.

2. Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat sebagai penyimpan panas yang sangat baik. Sifat ini memungkinkan air tidak menjadi panas ataupun dingin dalam seketika. Perubahan suhu air yang lambat mencegah terjadinya stress pada makhluk hidup karena adanya perubahan suhu yang


(17)

mendadak dan memelihara suhu bumi agar sesuai bagi makhluk hidup. Sifat ini juga menyebabkan air sangat baik digunakan sebagai pendingin mesin.

3. Air memerlukan panas yang tinggi dalam proses penguapan. Penguapan (evaporasi) adalah proses perubahan air menjadi uap air. Proses ini memerlukan energi panas dalam jumlah yang besar.

4. Air memerlukan pelarut yang baik. Air mampu melarutkan berbagai jenis senyawa kimia. Air hujan mengandung senyawa kimia dalam jumlah yang sangat sedikit, sedangkan air laut dapat mengandung senyawa kimia hingga 35.000 mg/liter.

5. Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi. Suatu cairan dikatakan memiliki tegangan permukaan yang tinggi jika tekanan antar-molekul cairan tersebut tinggi. Tegangan permukaan yang tinggi menyebabkan air memiliki sifat membasahi suatu bahan secara baik (higher wetting ability).

6. Air merupakan satu-satunya senyawa yang mereggang ketika membeku. Pada saat membeku. Pada saat membeku, air merenggang sehingga es memiliki nilai densitas (massa/volume) yang lebih rendah daripada air. Dengan demikian, es akan mengapung di air. Sifat ini mengakibatkan danau-danau di daerah yang beriklim dingin hanya membeku pada bagian permukaan (bagian di bawah permukaan masih berupa cairan) sehingga kehidupan organisme akuatik tetap berlangsung.


(18)

Air merupakan salah satu senyawa kimia yang terdapat di alam secara berlimpah-limpah. Namun, ketersediaan air memenuhi syarat bagi keperluan manusia relative sedikit karena dibatasi oleh berbagai faktor.

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang. Aspek penghemata dan pelestarian sumber daya air harus ditanamkan pada segenap pengguna air.

Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan industri, domestic, dan kegiatan lain berdampak negative terhadap sumber daya air, antara lain menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan, dan bahaya bagi semua makhluk hidup yang bergantung pada sumber daya air. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan dan perlindungan sumber daya air secara seksama.


(19)

Parameter-parameter fisika yang biasa digunakan untuk menentukan kualitas air meliputi cahaya, suhu, kecerahan dan kekeruhan, warna, konduktivitas, padatan total, padatan terlarut, padatan tersuspensi, dan salinitas (Effendi, 2003).

TSS (Total Suspended Solid) atau total padatang tersuspensi adalah padatang yang tersuspensi di dalam air berupa bahan-bahan organik dan inorganic yang dapat disaring dengan kertas millipore berporipori 0,45 µm. Materi yang tersuspensi mempunyai dampak buruk terhadap kualitas air karena mengurangi penetrasi matahari ke dalam badan air, kekeruhan air meningkat yang menyebabkan gangguan pertumbuhan bagi organisme prosedur.

1.2.Permasalahan

Yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah kadar Total Suspended Solid (TSS) memenuhi baku mutu air dan apakah waktu analisa mempengaruhi kadar TSS.


(20)

1. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kadar Total Suspended Solid (TSS) dari air sungai Deli yang dilakukan secara spektrofotometri.

2. Untuk mengetahui pengaruh waktu penyimpanan terhadap kadar Total Suspended Solid.

1.4.Manfaat Penelitian

- Untuk mengetahui apakah kadar TSS dari air sungai Deli telah memenuhi baku mutu air sungai yang telah ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup.


(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Badan Air

Badan air dicirikan oleh tiga komponen utama, yaitu komponen hidrologi, komponen fisika-kimia, dan komponen biologi. Penilaian kualitas suatu badan air harus mencakup ketiga komponen tersebut.

Air Permukaan

Air tawar berasal dari dua sumber, yaitu air permukaan (surface water) dan air tanah (ground water). Air permukaan adalah air yang berada di sungai, danau, waduk, rawa dan badan air lain, yang tidak mengalami infiltrasi ke bawah tanah. Areal tanah yang mengalirkan air ke suatu badan air disebut watersheds atau drainage basins. Air yang mengalir dari daratan menuju suatu badan air disebut limpasan permukaan (surface run off); dan air yang mengalir di sungai menuju laut disebut aliran air sungai (river run off). Sekitar 69% air yang masuk ke sungai berasal dari hujan, pencairan es/salju (terutama untuk wilayah ugahari), dan sisanya berasal dari air tanah. Wilayah di sekitar daerah aliran sungai yang menjadi tangkapan air disebut catchment basin.


(22)

Air hujan yang jatuh ke bumi dan menjadi air permukaan memiliki kadar bahan-bahan terlarut atua unsur hara yang sangat sedikit. Air hujan biasanya bersifat asam, dengan nilai pH sekitar 4,2. Hal ini disebabkan air hujan melarutkan gas-gas yang terdapat di atmosfer, misalnya gas karbondioksida (CO2), sulfur (S), dan nitrogen

oksida (NO2) yang dapat membentuk asam lemah (Novonty dan Olem, 1994). Setelah

jatuh ke permukaan bumi, air hujan mengalami kontak dengan tanah dan melarutkan bahan-bahan yang terkandung di dalam tanah.

Perairan permukaan diklasifikasikan menjadi dua kelompok utama, yaitu badan air tergenang (stading waters atau lentik) dan badan air mengalir (flowing waters atau lotik).

1. Perairan Tergenang (Lentik)

Perairan tergenang meliputi danau, kolam, waduk (reservoir), rawa (wetland), dan sebagainya. Perairan tergenang (lentik), khususnya danau, biasanya mengalami stratifikasi secara vertical akibat perbedaan intensitas cahaya dan perbedaan suhu pada kolom air yang terjadi secara vertical.

Berdasarkan intensitas cahaya yang masuk ke perairan, stratifikasi vertical kolom air pada perairan lentik dikelompokkan menjadi tiga.


(23)

a. Lapisan (zona) eufatik, yaitu lapisan yang masih mendapat cukup cahaya matahari.

b. Lapisan kompensasi, yaitu lapisan dengan intensitas cahaya sebesar 1% dari intensitas cahaya permukaan.

c. Lapisan profundal, yaitu lapisan di bawah lapisan kompensasi, dengan intensitas cahaya sangat kecil atau bahkan tidak ada cahaya (afotik).

Berdasarkan perbedaan panas pada setiap kedalaman (dalam bentuk perbedaan suhu), stratifikasi vertikal kolom air (thermal stratification) pada perairan tergenang dibagi menjadi tiga.

a. Epilimnion, yaitu lapisan bagian atas perairan. Lapisan ini merupakan bagian yang hangat, dengan suhu relative konstan atau perubahan suhu secara vertical sangat kecil. Seluruh massa air pada mintakat ini tercampur dengan baik karena adanya angin dan gelombang.

b. Termoklin atau metalimnion, yaitu lapisan di bawah epilimnion. Pada lapisan ini, perubahan suhu dan panas secara vertikal relatif besar; setiap penambahan kedalaman 1 m terjadi penurunan suhu air sekurang-kurangnya 10C.

c. Hipolimnion, yaitu lapisan di bawah lapisan metalimnion. Lapisan ini merupakan lapisan yang lebih dingin, ditandai oleh perbedaan suhu secara


(24)

vertikal relatif kecil. Massa air pada lapisan ini bersifat stagnan, tidak mengalami pencampuran, dan memiliki densitas yang lebih besar. Di wilayah tropis, perbedaan suhu air permukaan dengan suhu air bagian dasar hanya sekitar 20C – 30C.

Tiupan angin dan perubahan musim yang mengakibatkan perubahan intensitas cahaya matahari dan perubahan suhu dapat mengubah atau menghancurkan stratifikasi vertikal kolom air. Fenomena perubahan stratifikasi vertikal ini dapat diamati dengan jelas pada perairan tergenang yang terdapat di wilayah ugahari (temperate) yang memiliki empat musim.

2. Perairan Mengalir (Lotik)

Salah satu contoh perairan mengalir adalah sungai. Sungai dicirikan oleh arus yang searah dan relatif kencang, dengan kecepatan berkisar antara 0,1 – 1,0m/detik, serta sangat dipengaruhi oleh waktu, iklim, dan pola drainase. Pada perairan sungai, biasanya terjadi pencampuran massa air secara menyeluruh dan tidak terbentuk stratifikasi vertikal kolom air seperti pada perairan lentik. Kecepatan arus, erosi, dan sedimentasi merupakan fenomena yang biasa terjadi di sungai sehingga kehidupan flora dan fauna sangat dipengaruhi oleh ketiga variabel tersebut.

Klasifikasi perairan lentik sangat dipengaruhi oleh intensitas cahaya dan perbedaan suhu air, sedangkan klasifikasi perairan lotik justru dipengaruhi oleh


(25)

kecepatan arus atau pergerakan air, jenis sedimen dasar, erosi, dan sedimentasi (Haslam, 1995; Jeffries dan Mills, 1996). Kecepatan arus dan pergerakan air sangat dipengaruhi oleh jenis bentang alam (landscape), jenis batuan dasar, dan curah hujan. Semakin rumit bentang alam, semakin besar ukuran batuan dasar, dan semakin banyak curah hujan, pergerakan air semakin kuat dan kecepatan arus semakin cepat.

Air Tanah (groundwater)

Air tanah (groundwater) merupakan air yang berada di bawah permukaan tanah. Air tanah ditemukan pada akifer. Pergerakan air tanah sangat lambat; kecepatan arus berkisar antara 10-10- 10-3 m/detik dan dipengaruhi oleh porositas, permeabilitas dari lapisan tanah, dan pengisian kembali air (recharge). Karakteristik utama yang membedakan air tanah dari air permukaan adalah pergerakan yang sangat lambat dan waktu tinggal (residence time) yang sangat lama, dapat mencapai puluhan bahkan ratusan tahun. Karena pergerakan yang sangat lambat dan waktu tinggal yang lama tersebut, air tanah akan sulit untuk pulih kembali jika mengalami pencemaran.

Pada dasarnya, air tanah dapat berasal dari air hujan (presipitasi), baik melalui proses infiltrasi secara langsung maupun secara tak langsung dari air sungai, danau, rawa dan genangan air lainnya. Air yang terdapat di rawa-rawa (marshes) sering kali dikategorikan sebagai peralihan antara air permukaan dan air tanah. Dinamika permukaan air tanah pada hakikatnya terdiri atas pergerakan horizontal, air tanah;


(26)

inflitrasi air hujan, sungai, danau, dan rawa ke lapisan akifer; dan menghilangnya atau keluarnya air tanah melalui spring (sumur), pancaran air tanah, serta aliran air tanah memasuki sungai dan tempat-tempat lain yang merupakan tempat keluarnya air tanah.

2.2. Pencemaran Air

Walaupun air merupakan sumber daya alam yang dapat diperbarui, tetapi air akan dapat dengan mudah terkontaminasi oleh aktivitas manusia. Air banyak digunakan oleh manusia untuk tujuan yang bermacam-macam sehingga dengan mudah dapat tercemar. Menurut tujuan penggunaannya, kriterianya berbeda-beda. Air yang sangat kotor untuk diminum mungkin cukup bersih untuk mencuci, untuk pembangkit tenaga listrik, untuk pendingin mesin dan sebagainya. Air yang terlalu kotor untuk berenang ternyata cukup baik untuk bersampan maupun memancing ikan dan sebagainya.

Pencemaran air dapat merupakan masalah, regional maupun lingkungan global, dan sangat berhubungan dengan pencemaran udara serta penggunaan lahan tanah atau daratan. Pada saat udara yang tercemar jatuh ke bumi bersama air hujan, maka air tersebut sudah tercemar. Beberapa jenis bahan kimia untuk pupuk dan pestisida pada lahan pertanian akan terbawa air ke daerah sekitarnya sehingga mencemari air pada permukaan lokasi yang bersangkutan. Pengolahan tanah yang kurang baik akan dapat menyebabkan erosi sehingga air permukaan tercemar dengan tanah endapan. Dengan


(27)

demikian banyak sekali penyebab terjadinya pencemaran air ini, yang akhirnya akan bermuara ke lautan, menyebabkan pencemaran pantai dan laut sekitarnya.

2.2.1. Jenis, Pengaruh, dan Sumber Pencemaran Air

Jenis pencemaran air yang paling banyak ditemukan berturut-turut sebagai berikut.

a. Pencemaran Mikroorganisme dalam Air

Berbagai kuman penyebab penyakit pada makhluk hidup seperti bakteri, virus, protozoa dan parasit sering mencemari air. Kuman yang masuk kedalam air tersebut berasal dari buangan limbah rumah tangga maupun buangan dari industri peternakan, rumah sakit, tanah pertanian dan lain sebagainya. Pencemaran dari kuman penyakit ini merupakan penyebab utama terjadinya penyakit pada orang yang terinfeksi. Penyakit yang disebabkan oleh pencemaran air ini disebut Water-borne disease dan sering ditemukan pada penyakit tifus, bakteri, kolera, dan disentri.


(28)

Penggunaan pupuk nitrogen dan fosfat dalam bidang pertanian telah dilakukan sejak lama secara meluas. Pupuk kimia ini dapat menghasilkan produksi tanaman pangan yang tinggi sehingga menggunakan petani. Tetapi di lain pihak, nitrat dan fosfat dapat mencemari sungai, danau, dan lautan. Sebetulnya sumber pencemaran nitrat ini tidak hanya berasal dari pupuk pertanian saja, karena di udara atmosfer bumi mengandung 78% gas nitrogen. Pada waktu hujan dan terjadi kilat dan petir, di udara akan terbentuk ammonia dan nitrogen (NH4-, NO3-) dan terbawa air hujan menuju

permukaan tanah. Nitrogen akan bersenyawa dengan komponen yang kompleks lainnya.

c. Limbah Organik Menyebabkan Kurangnya Oksigen Terlarut

Penyebab utama berkurangnya kadar oksiden dalam air ialah limbah organic yang terbuang dalam air. Limbah organic akan mengalami degradasi dan dekomposisi oleh bakteri aerob (menggunakan oksiden dalam air), sehingga lama-kelamaan oksigen yang terlarut dalam air akan sangat berkurang. Dalam kondisi berkurangnya oksigen tersebut hanya spesies organism tertentu saja yang dapat hidup.


(29)

Bahan kimia inorganic seperti asam, garam dan bahan toksik logam seperti Pb, Cd, Hg dalam kadar yang tinggi dapat menyebabkan air tidak enak untuk diminum. Di samping dapat menyebabkan matinya kehidupan air seperti ikan dan organism lainnya, pencemaran bahan tersebut juga dapat menurunkan produksi tanaman pangan dan merusak peralatan yang dilalui air tersebut (karena bersifat korosif).

e. Pencemaran Bahan Kimia Organik

Bahan kimia organic seperti minyak, plastik, pestisida, larutan pembersih, detergen dan masih banyak lagi bahan organik terlarut yang digunakan oleh manusia dapat menyebabkan kematian pada ikan maupun organism air lainnya. Lebih dari 700 bahan kimia organic sitesis ditemukan dalam jumlah relative sedikit pada permukaan air tanah untuk minum di Amerika, dan dapat menyebabkan gangguan pada ginjal, gangguan kelahiran, dan beberapa macam bentuk kanker pada hewan percobaan di laboratorium. Tetapi sampai sekarang belum diketahui apa akibatnya pada orang yang mengkonsumsi air tersebut sehingga dapat menyebabkan keracunan kronis.

f. Sedimen dan Bahan Tersuspensi

Bahan partikel yang tidak terlarut seperti pasir, lumpur, tanah, dan bahan kimia inorganik menjadi bentuk bahan tersuspensi di dalam air, sehingga bahan tersebut


(30)

menjadi penyebab polusi tertinggi di dalam air. Kebanyakan sungai dan daerah aliran sungai selalu membawa endapan lumpur yang disebabkan erosi alamiah dari pinggir sungai. Akan tetapi, kandungan sedimen yang terlarut pada hampir semua sungai meningkat terus karena erosi dari tanah pertanian, kehutanan, konstruksi, dan pertambangan. Partikel yang tersuspensi menyebabkan kekeruhan dalam air, sehingga mengurangi kemampuan ikan dan organism air lainnya memperoleh makanan, mengurangi tanaman air melakukan fotosintesis, pakan ikan menjadi tertutup lumpur, insang ikan dan kerang tertutup oleh sedimen dan akan mengakumulasi bahan beracun seperti pestisida dan senyawa logam. Bagian bawah sedimen akan merusak produksi pakan ikan (plankton), merusak telur ikan dan membendung aliran sungai, danau, selat, dan pelabuhan.

2.2.2. Pencemaran Air Sungai, Danau, dan Waduk

Secara alamiah, sungai dapat tercemar pada daerah permukaan air saja. Pada sungai yang besar dengan arus air yang deras, sejumlah kecil bahan pencemaran akan mengalami pengenceran sehingga tingkat pencemaran menjadi sangat rendah. Hal tersebut menyebabkan konsumsi oksigen terlarut yang diperlukan oleh kehidupan air dan biodegradasi akan cepat diperbarui. Tetapi terkadang sebuah sungai mengalami pencemaran yang berat sehingga air mengandung bahan pencemaran yang sangat besar. Akibatnya, proses pengenceran dan biodegradasi akan sangat menurun jika arus air mengalir perlahan karena kekringan atau penggunaan sejumlah air untuk irigasi.


(31)

Hal ini juga mengakibatkan penurunan kadar oksigen terlarut. Suhu yang tinggi dalam air menyebabkan laju proses biodegradasi yang dilakukan oleh bakteri pengurai aerobic menjadi naik dan dapat menguapkan bahan kimia ke udara.

Proses pelarutan dalam danau, waduk, muara, dan laut sering kurang efektif daripada dalam sungai karena air dalam danau, waduk, dan laut banyak terdiri dari lapisan-lapisan yang sedikit mengalami pencampuran. Tetapi lapisan tersebut terkadang dapat bercampur karena pengaruh ombak dan arus air. Bentuk lapisan air tersebut juga dapat mengurangi tingkat oksigen terlarut, terutama pada lapisan paling bawah. Di samping itu, aliran air danau dan waduk sangat kecil sehingga sangat mengurangi daya pengenceran dan penambahan kandungan oksigen terlarut.

2.3. Kualitas Air Sungai

Untuk mencegah terjadinya pencemaran air sungai, diperlukan suatu hukum atau aturan dalam mengontrol kualitas air sungai. Di Amerika mulai tahun 1970-an, aturan tersebut diberlakukan. Ternyata hasilnya dapat meningkatkan jumlah dan kualitas sarana penanganan air limbah. Peraturan juga diberlakukan terhadap industri sehingga dapat mengurangi pembuangan air kotor pada permukaan air sungai.

Sejak tahun 1972, usaha tersebut membuahkan hasil dengan menentukan garis batas untuk mencegah kenaikan kadar polusi pada hampir semua air sungai dan aliran air terhadap agen penyebab penyakit dan kebutuhan oksigen. Dari survey yang


(32)

dilakukan pada tahun 1985, ketentuan tersebut dipatuhi sepenuhnya oleh sekitar 73% dari aliran sungai yang diperiksa, terutama untuk keperluan memancing ikan dan berekreasi.

Tetapi masih banyak yang dikerjakan untuk peningkatan kualitas air, terutama sungai yang mengalir dari daerah pedesaan dan pertanian. Kontaminasi oleh nitrat, fosfat, pestisida dan bahan kimia toksik lainnya ternyata masih meningkat pada kebanyakan air sungai sejak tahun 1972 dan mencemari air minum serta menyebabkan banyak ikan yang mati. Hal ini disebabkan mulai meningkatnya aktivitas pemupukan pertanian, sehingga meningkatkan produksi tanaman yang dipacu oleh meningkatnya kebutuhan akibat peningkatan jumlah penduduk.

Banyak kemajuan yang diperoleh dari beberapa negara maju disebabkan oleh pengawasan yang ketat baik industri maupun perorangan terhadap pencemaran air. Hasilnya cukup menggembirakan karena banyak mempengaruhi pengurangan sumber pencemar dari dalam air (Darmono, 2001).

2.4. Total Suspended Solid (TSS)


(33)

Dalam air alam ditemui dua kelompok zat, yaitu zat terlarut seperti garam dan molekul organis, dan zat padat tersuspensi dan koloidal seperti tanah liat, kwarts. Perbedaan pokok antara kedua zat ini ditentukan melalui ukuran/diameter partikel-partikel tersebut.

Perbedaan antara kedua kelompok zat yang ada dalam air alam cukup jelas dalam praktek namun kadang-kadang batasan itu dapat dipastikan secara definitip. Dalam kenyataan suatu molekul organis polimer tetap bersifat zat yang terlarut. Walaupun panjangnya lebih dari 10 µm sedangkan beberapa jenis zat padat koloidal mempunyai sifat dapat bereaksi seperti sifat-sifat zat-zat yang terlarut.

Analisa zat padat dalam air sangat penting bagi penentuan komponen-komponen air secara lengkap, juga untuk perencanaan serta pengawasan proses-proses pengolahan dalam bidang air minum maupun dalam bidang air buangan.

Zat padat yang berada dalam suspensi dapat dibedakan menurut ukurannya sebagai: partikel tersuspensi koloidal (partikel koloid) dan partikel tersuspensi biasa (partikel tersuspensi).

Dalam metode analisa zat padat, pengertian Zat Padat Total adalah semua zat-zat yang tersisa sebagai residu dalam suatu bezena, bila sampel air dalam bezena tersebut dikeringkan pada suhu tertentu. Zat Padat Total terdiri dari Zat Padat Terlarut dan Zat


(34)

Padat Tersuspensi yang dapat bersifat organis dan inorganik seperti dijelaskan dalam skema di bawah ini :

Zat Padat Tersuspensi sendiri dapat diklasifikasikan sekali lagi menjadi antara lain zat padat terapung yang selalu bersifat organis dan zat padat terendap yang dapat bersifat organis dan inorganic. Zat padat terendap adalah zat padat dalam suspensi yang dalam keadaan tenang dapat mengendap setelah waktu tertentu karena pengaruh gaya beratnya. Penentuan zat padat terendap ini dapat melalui volumnya, disebut analisa Volum Lumpur (sludge volume), dan dapat melalui beratnya disebut analisa Lumpur Kasar atau umumnya disebut Zat Padat Terendap (settleable solids) (Alaerts, G., 1984).

2.4.2. Suspensi

Zat Padat Terlarut

Zat Padat Total Zat Padat Tersuspensi Organis

Zat Padat Tersuspensi Inorganis Zat Padat Tersuspensi


(35)

Dalam suatu suspensi, sekurang-kurangnya terdapat satu komponen partikelyang relatif besar tersebut merata dalam komponen lainnya. Contohnya ialah pasir halus yang tersuspensi dalam air, atau endapan dalam suatu campuran reaksi. Dalam contoh tersebut, ukuran partikel yang tersuspensi cukup besar untuk dapat dilihat, baik dengan mata telanjang maupun dengan mikroskop. Disamping itu, bila tidak terus menerus diaduk, partikel dalam suspense akan mengendap akibat pengaruh gravitasi, walaupun laju pengendapannya bergantung pada ukuran partikel. Pasir kasar akan mengendap dengan cepat dalam air, sedangkan lumpur halus akan mengendap dengan laju yang jauh lebih lambat.

Sifat fisis suspensi, seperti titik beku atau tekanan uap suspensi padatan dalam cairan kurang dipengaruhi oleh partikel yang tersuspensi. Jadi, air berlumpur membeku pada 00C seperti halnya air murni. Partikel tersuspensi terlalu besar, dan jumlahnya terlalu kecil dibandingkan dengan jumlah molekul air dalam campuran sehingga pengaruhnya tidak terukur (Brady, J.E. 1994).

2.4.3. Padatan Total, Terlarut, dan Tersuspensi

Padatan total (residu) adalah bahan yang tersisa setelah air ฀ample mengalami evaporasi dan pengeringan pada suhu tertentu (APHA, 1976). Residu dianggap sebagai kandungan total bahan terlarut dan tersuspensi dalam air. Selama penentuan residu ini, sebagian besar bikarbonat yang merupakan anion utama di perairan telah


(36)

mengalami transformasi menjadi karbondioksida, sehingga karbondioksida dan gas-gas lain yang menghilang pada saat pemanasan tidak tercakup dalma nilai padatan total (Boyd, 1988). Padatan yang terdapat di perairan diklasifikasikan berdasarkan ukuran diameter partikel, seperti yang ditunjukkan dalam Tabel di bawah ini:

Tabel 2.1. Klasifikasi Padatang di Perairan Berdasarkan Ukuran Diameter

Klasifikasi Padatan Ukuran Diameter (µm) Ukuran Diameter (mm)

1. Padatan terlarut 2. Koloid

3. Padatan Tersuspensi

<10-3

10-3 – 1

> 1

<10-6

10-6 – 10-3

> 10-3

Padatan tersuspensi total (Total Suspended Solid atau TSS) adalah bahan-bahan tersuspensi (diameter > 1µm) yang tertahan pada saringan Millipore dengan diameter pori 0,45 µm. TSS terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik, yang terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke badan air.

Rasio antara padatan terlarut dan kedalam rata-rata perairan merupakan salah satu cara untuk menilai produktivitas perairan. Perbandingan antara TDS dan kedalaman


(37)

rata-rata ini dikenal sebagai Morphoedaphic Index (MEI). Kesesuaian perairan untuk kepentingan perikanan berdasarkan nilai padatan tersuspensi ditunjukkan dalam tabel di bawah ini:

Tabel 2.2. Kesesuaian Perairan untuk Kepentingan Perikanan Berdasarkan Nilai Padatan Tersuspensi (TSS)

Nilai TSS (mg/liter) Pengaruh Terhadap Kepentingan Perikanan

< 25

25-80

81-400

>400

Tidak berpengaruh

Sedikit berpengaruh

Kurang baik bagi kepentingan perikanan

Tidak baik bagi kepentingan perikanan

2.5. Instrumen Untuk Spektrofotometri

Sebuah spektrofotometer adalah suatu instrumentasi untuk mengukur transmitans atau absorbans suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang; pengukuran terhadap sederetan sampel pada suatu panjang gelombang tunggla dapat pula dilakukan. Instrumen semacam itu dapat dikelompokkan secara manual atua merekam atau


(38)

sebagai: berkas-tunggal atau berkas-rangkap. Dalam praktik, instrumen berkas tunggal biasanya dijalankan secara manual, dan instrumen berkas-rangkap umumnya mencirikan perekaman automatic terhadap spektra absorpsi, namun dimungkinkan untuk merekam suatu spektrum dengan instrument berkas-tunggal. Pengelompokkan cara lain didasarkan pada daerah spektral, dan kita menyebut spektrofotometer inframerah, ultraviolet, dan sebagainya (Underwood, 2001).

2.6. Teknologi Pembersihan Air

Pengolahan air baku (air alami) menjadi bersih dapat dilakukan dalam beberapa cara.

2.6.1. Cara Sederhana

Di lingkungan pedesaan, air baku untuk rumah-tangga yang bersumber dari sungai, kolam, danau ataupun mata-air, sudah cukup, bahkan kadang-kadang berlimpah. Akan tetapi, air baku terutama yang berasal dari air sungai ataupun air danau, kebanyakan sudah dikenai pencemar, khususnya pencemar domestik. Untuk mengubah sifat fisik air yang tadinya mungkin keruh ataupun berwarna, banyak cara yang telah dilakukan oleh penduduk setempat, mulai dari cara-cara yang sederhana sampai cara yang ditingkatkan.


(39)

Cara yang sangat sederhana yang banyak dijumpai di pedesaan ialah air yang terkumpul sebelum disalurkan ke jamban atau tempat lainnya yang memerlukan, ditampung terlebih dahulu di dalam sebuah bak penampung. Penampungan dimaksudkan agar bahan-bahan yang menyebabkan air tersebut keruh, misalnya oleh lumpur dan sebagainya akan terendapkan terlebih dahulu di dalam bak tersebut. Dengan begitu air yang dialirkan ke jamban, sudah jernih karena lumpurnya sudah mengendap. Tentu saja bak penampungan ini tidak akan dibiarkan begitu untuk waktu yang lama karena cepat atau lambat endapannya akan banyak serta kemungkinan akan menyumbat saluran atau akan terbawa air lagi. Oleh karena itu, dalam waktu-waktu tertentu endapannya harus dibuang/dikeluarkan.

2.6.2. Cara Saringan Pasir Lambat

Saringan pasir lambat dapat dibedakan dengan saringan pasir cepat dari:

a. Kecepatan penyaringan

b. Diameter efektif media pasir sebagai penyaring.

Kecepatan penyaringan di dalam saringan pasir lambat adalah 0,2-0,5 m3/m2/jam, sedangkan pasir cepat: 5-7 jam, serta diameter efektif media pasirnya antara 0,15-0,35 mm dan pasir cepat 0,6-1,0 mm. Kecepatan penyaringan pada saringan pasir lambat sangat kecil sehingga periode pembersihan saringan dapat berlangsung dalam bilangan


(40)

waktu minggu atau bulan (dibandingkan saringan pasir cepat dalam bilangan waktu hari).

Dengan ukuran efektif media pasir yang sedemikian kecil bahan-bahan dalam bentuk suspense, termasuk koloid dan bakteri akan tersangkut di lapisan atas saringan. Pembersihan saringan dapat dilakukan dengan jalan mengeruk lapisan atas yang telah kotor dan menggantikannya dengan lapisan pasir yang baru. Di dalam proses penyaringan dengan saringan pasir lambat, parameter yang paling penting adalah kecepatan penyaringan dan masa operasi saringan yang didefenisikan sebagai selang waktu di antara dua periode pembersihan yang diperlukan.

2.6.3. Cara Koagulasi

Kekeruhan air yang banyak dijumpai pada air permukaan, seperti air sungai atau air saluran irigasi, ada yang dapat dihilangkan dengan cara pengendapan dan penyaringan secara langsung dan ada yang tidak dapat dihilangkan dengan kedua cara tersebut. Kekeruhan yang tidak dapat dihilangkan dengan kedua cara tersebut disebabkan oleh partikel-partikel koloid yang hanya dapat diendapkan dengan proses koagulasi kimiawi.

Prinsip koagulasi kimiawi adalah destabilasi, agregasi, dan pengikatan partikel-partikel koloid secara bersama. Proses ini menyangkut pembentukan flok yang mengabsorbsi dan pengikat partikel koloid dalam air sehingga membentuk flok yang


(41)

lebih besar agar mudah diendapkan dan disaring. Koagulasi kimia dapat dilakukan dengan penambahan bahan kimia. Bahan kimia yang umum digunakan adalah Aluminium Sulfat (Al2(SO4)3, l8 H2O) yang juga dikenal dengan nama tawas. Bahan

ini paling banyak dipergunakan karena relatif murah dan mudah diperoleh di pasaran.

Sebelum melakukan penambahan tawas untuk proses koagulasi, terlebih dahulu perlu diketahui dosis yang diperlukan karena karakteristik setiap jenis air tidak sama.

2.6.4. Biofilter

Kemampuan sekelompok mikroba seperti bakteri dan jamur dalam menguraikan benda-benda organic dan anorganik yang terdapat di dalam air buangan, sudah diketahui dan dimanfaatkan sejak lama. Kehadirannya secara alami, terlihat pada air danau, selokan, sungai, lautan ataupun pada tempat-tempat lain yang berair, serta di daratan yang lembab. Kehadiran secara buatan dari kelompok mikroba tersebut, terdapat pada tempat atau bejana pengolah air buangan, seperti dalam bentuk kolam oksidasi, kolam stabilisasi, trickling-filer.

Pada umumnya bentuk dan sifat kehidupan mikroba bebas, tidak terikat oleh substrat ataupun oleh bagian dari jasad hidup lainnya. Akan tetapi ada sekelompok mikroba lainnya, yang juga terdiri dari bakteria dan jamur yang hidup secara simbiosa di sekitar akar tanaman, baik tanaman yang hidup pada habitat tanah maupun pada


(42)

habitat air. Kehadirannya secara khas bergantung kepada akar. Kelompok mikroba tersebut umumnya disebut mikroba rhizosfera.

Banyak jenis mikroba rhizosfera yang juga mempunyai kemampuan untuk melakukan penguraian terhadap benda-benda organic ataupun anorganik yang terdapat di dalam air buangan. Oleh karena itu, kehadirannya kemudian dimanfaatkan untuk keperluan pengolahan buangan. Mikroba rhizosfera yang terdapat di dalam tanaman, khususnya yang hidup di air, dapat dimanfaatkan sebagai pengolah buangan (Unus Suriawiria, 2005).


(43)

BAB 3

BAHAN DAN METODE

Alat dan Bahan Alat

1. Gelas ukur 500 ml 2. Mesin blender

3. Spektrophotometer DR/2010 4. Botol aquadest

5. Kuvet 25 ml 6. Tissue

Bahan 1. Aquadest 2. Sampel 3. Air suling


(44)

Penyediaan Sampel

Sampel yang akan dianalisa berupa air sungai Deli. Sampel tersebut diambil langsung dari Sungai Deli. Sampel diambil dengan cara memasukkan botol aqua kedalam air sungai sampai botol tersebut terisi penuh kemudian botol diangkat dan ditutup dengan rapat.

Penentuan Kadar Total Suspended Solid

1. Tekan power pada alat Spektrofotometer DR/2010

2. Tekan nomor program 630 enter, layar akan menunjukkan dial pada 810nm. 3. Putar panjang gelombang hingga pada layar menunjukkan 810 nm.

4. Tekan enter, layar akan menunjukkan mg/L SUSP. SOLIDS. 5. Tuangkan sampel yang akan dianalisa kedalam gelas ukur 500 ml

6. Dimasukkan sampel kedalam blender kemudian blender dengan kecepatan tinggi selama 2 menit.

7. Tuangkan sampel yang telah diblender kedalam beaker 500 ml. 8. Pipet 25 ml sampel kedalam kuvet (sebagai sampel).

9. Pipet 25 ml aquadest kedalam kuvet (sebagai blanko).

10. Dimasukkan kuvet yang berisi blanko kedalam Spektrofotometer DR/2010, kemudian tutup.


(45)

12. Diambel kuvet yang berisi blanko dari dalam alat Spektrofotometer DR/2010. 13. Dimasukkan kuvet yang berisi sampel kedalam alat Spektrofotometer

DR/2010, kemudian tutup.


(46)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Dari analisa Kadar Total Suspended Solid yang dilakukan selama 10 hari dari mulai hari pengambilan sampel diperoleh hasil data sebagai berikut:

4.1. Data Analisa Total Suspended Solid (TSS) dari Sampel Air Sungai Deli

Tabel 4.1. Data Analisa Total Suspended Solid (TSS) dari Sampel Air Sungai Deli

Hari

Pembacaan Alat (mg/L) Hasil/Rata-rata (mg/L) I II

1 50 51 50,5

2 48 49 48,5

3 45 45 45

4 43 43 43

5 41 41 41


(47)

7 38 38 38

8 37 36 36,5

9 36 35 35,5


(48)

4.2. Pembahasan

Air merupakan salah satu senyawa kimia yang terdapat di alam secara berlimpah ruah. Namun, ketersediaan air yang memenuhi syarat bagi keperluan manusia relative sedikit karena dibatasi oleh beberapa faktor.

Siklus hidrologi air bergantung pada proses evaporasi dan presipitasi. Air yang terdapat di permukaan bumi berubah menjadi uap air di lapisan air melalui proses evaporasi (penguapan) air sungai, danau, laut, serta proses evapotranpirasi atau penguapan oleh tanaman.

Pada beberapa negara maju, termasuk Indonesia telah ada peraturan pemerintah yang mengatur tentang baku mutu bahan buangan yang diijinkan untuk dibuang langsung ke dalam lingkungan. Dengan adanya peraturan tersebut, maka industri tekstil termasuk industri kain boleh membuang limbah cairnya langsung ke lingkungan dengan ketentuan bahwa kandungan bahan kimia atau bahan lainnya dalam air buangannya tidak melebihi konsentrasi yang telah ditetapkan atau dengan kata lain memenuhi persyaratan.

Sumber pencemaran dapat berupa suatu lokasi tertentu atau tak tentu. Sumber pencemaran tertentu misalnya knalpot mobil, cerobong asap pabrik dan saluran limbah


(49)

industri. Pencemar yang berasal dari point source bersifat lokal dan efek yang ditimbulkan berdasarkan karakteristik spasial kualitas air.

Bahan pencemar adalah bahan-bahan yang bersifat asing bagi alam atau bahan yang berasal dari alam itu sendiri yang memasuki suatu tatanan ekosistem sehingga mengganggu peruntukan ekosistem tersebut (Effendi, 2003)

Kekeruhan erat sekali hubungannya dengan kadar zat tersuspensi karena kekeruhan pada air memang disebabkan adanya zat-zat tersuspensi yang ada dalam air tersebut. Zat tersuspensi yang ada dalam air terdiri dari berbagai macam zat, misalnya pasir halus, liat dan lumpur alami yang merupakan bahan-bahan anorganik atau dapat pula berupa bahan-bahan organik yang melayang-layang dalam air. Bahan-bahan organik yang merupakan zat tersuspensi terdiri dari berbagai jenis senyawa seperti selulosa, lemak, protein yang melayang-layang dalam air atau dapat juga berupa mikroorganisme seperti bakteri, algae, dan sebagainya. Bahan-bahan organik ini selain berasal dari sumber-sumber alamiah juga berasal dari buangan kegiatan manusia seperti kegiatan industri, pertanian, pertambangan atau kegiatan rumah tangga. Kekeruhan memang disebabkan karena adanya zat tersuspensi dalam air, namun karena zat-zat tersuspensi yang ada dalam air terdiri dari berbagai macam zat yang bentuk dan berat jenisnya berbeda-beda maka kekeruhan tidak selalu sebanding dengan kadar zat tersuspensi.


(50)

Tontowi (2007) telah membuktikan bahwa peningkatan total padatan terlarut akan meningkatkan tingkat kekeruhan di Waduk Jati Luhur. Kenaikan kadar zat tersuspensi dari 11 mg/L menjadi 50,5 mg/L atau mengalami kenaikan sebesar 390%, sedangkan kekeruhan mengalami kenaikan dari 6,6 NTU menjadi 27,6 NTU atau mengalami kenaikan sebesar 318%.

Dampak kekeruhan pada air minum terutama adalah dapat menimbulkan estetika yang kurang baik. Orang menilai air minum pertama dari kekeruhannya. Air yang keruh ditinjau dari estetikanya tidak layak untuk diminum. Selain dari segi estetika, air yang keruh yang mengandung zat-zat tersuspensi dapat menyebabkan mikroorganisme patogen hidup dan berkembang dengan baik, bahkan adanya bahan-bahan tersuspensi tersebut dapat menyebabkan mikroorgnaisme lebih tahan terhadap proses desinfeksi. Adanya kekeruhan akan menghambat proses masuknya sinar matahari ke dalam perairan. Sehingga hal tersebut dapat mengakibatkan proses fotosintesis tanaman (fitoplankton) menjadi terhambat. Padahal seperti diketahui bersama, fotosinesis oleh tanaman akan menghasilkan gas O2 yang banyak dibutuhkan oleh organisme di

lingkungan perairan.

Jika oksigen hanya sedikit dan maka bakteri aerobic akan cepat mati karena suplay oksigennya sedikit dan bakteri anaerobik mulai tumbuh. Bakteri anaerobik akan mendekompesisi dan menggunakan oksigen yang disimpan dalam molekul-molekul yang sedang dihancurkan. Hasil dari kegiatan bakteri anaerobik dapat


(51)

membentuk Hidrogen Sulfida (H2S), gas yang berbau busuk dan berbahaya, serta

beberapa produk lainnya.

Pada percobaan ini, kadar TSS semakin lama disimpan akan semakin rendah. Hal ini disebabkan zat-zat tersuspensi yang ada di dalam sampel air sungai Deli banyak yang larut, dan sebagian zat-zat tersuspensi dalam air sungai Deli lengket di dinding wadah penyimpanan, sehingga menyebabkan kadar TSS semkain lama semakin rendah.


(52)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

- Kadar Total Suspended Solid (TSS) pada sampel sungai deli semakin lama semakin menurun.

- Pengaruh waktu penyimpanan terhadap kadar TSS adalah semakin menurunnya kadar TSS jika semakin lama dianalisa.

5.2. Saran

Warna dan sidik jari merupakan salah satu gangguan dalam analisa Total Suspended Solid (TSS). Oleh karena itu, sampel air yang pekat atau berwarna sebaiknya diencerkan terlebih dahulu, dan sidik jari pada kuvet dihilangkan dengna tissue. Hal ini dimaksudkan agar absorbansi sampel air tersebut dapat dibaca oleh alat spektrofotometer.


(53)

DAFTAR PUSTAKA

Angel, H. And Wolseley, P. 1992. The Family of Water Naturalist. London: Bloomsbury Books.

Alaerts, G. 1989. Metode Penelitian Air. Indonesia: Penerbit Usaha Nasional.

Brady, J.E. 1994. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jilid 1. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran. Jakarta: UI-Press.

Efendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Penerbit Kanasius.

Haslam. S.M. 1995. River Pollution and Ecological Perspective. Chichester, UK: John Wiley and Sons.

Jeffries, M. and Mills, D. 1996. Freshwater Ecology, Principles, and Aplications. Chichester, UK: John Wiley and Sons.

Novotny, V. and Olem, H. 1994. Water Quality, Prevention, Identification and Management of Diffuse Pollution. New York: Van Nostrans Reinhold.


(54)

Suriawiria, U. 2005. Air dalam Kehidupan dan Lingkungan yang Sehat. Bandung: Penerbit PT. Alumni.


(1)

industri. Pencemar yang berasal dari point source bersifat lokal dan efek yang ditimbulkan berdasarkan karakteristik spasial kualitas air.

Bahan pencemar adalah bahan-bahan yang bersifat asing bagi alam atau bahan yang berasal dari alam itu sendiri yang memasuki suatu tatanan ekosistem sehingga mengganggu peruntukan ekosistem tersebut (Effendi, 2003)

Kekeruhan erat sekali hubungannya dengan kadar zat tersuspensi karena kekeruhan pada air memang disebabkan adanya zat-zat tersuspensi yang ada dalam air tersebut. Zat tersuspensi yang ada dalam air terdiri dari berbagai macam zat, misalnya pasir halus, liat dan lumpur alami yang merupakan bahan-bahan anorganik atau dapat pula berupa bahan-bahan organik yang melayang-layang dalam air. Bahan-bahan organik yang merupakan zat tersuspensi terdiri dari berbagai jenis senyawa seperti selulosa, lemak, protein yang melayang-layang dalam air atau dapat juga berupa mikroorganisme seperti bakteri, algae, dan sebagainya. Bahan-bahan organik ini selain berasal dari sumber-sumber alamiah juga berasal dari buangan kegiatan manusia seperti kegiatan industri, pertanian, pertambangan atau kegiatan rumah tangga. Kekeruhan memang disebabkan karena adanya zat tersuspensi dalam air, namun karena zat-zat tersuspensi yang ada dalam air terdiri dari berbagai macam zat yang bentuk dan berat jenisnya berbeda-beda maka kekeruhan tidak selalu sebanding dengan kadar zat tersuspensi.


(2)

Tontowi (2007) telah membuktikan bahwa peningkatan total padatan terlarut akan meningkatkan tingkat kekeruhan di Waduk Jati Luhur. Kenaikan kadar zat tersuspensi dari 11 mg/L menjadi 50,5 mg/L atau mengalami kenaikan sebesar 390%, sedangkan kekeruhan mengalami kenaikan dari 6,6 NTU menjadi 27,6 NTU atau mengalami kenaikan sebesar 318%.

Dampak kekeruhan pada air minum terutama adalah dapat menimbulkan estetika yang kurang baik. Orang menilai air minum pertama dari kekeruhannya. Air yang keruh ditinjau dari estetikanya tidak layak untuk diminum. Selain dari segi estetika, air yang keruh yang mengandung zat-zat tersuspensi dapat menyebabkan mikroorganisme patogen hidup dan berkembang dengan baik, bahkan adanya bahan-bahan tersuspensi tersebut dapat menyebabkan mikroorgnaisme lebih tahan terhadap proses desinfeksi. Adanya kekeruhan akan menghambat proses masuknya sinar matahari ke dalam perairan. Sehingga hal tersebut dapat mengakibatkan proses fotosintesis tanaman (fitoplankton) menjadi terhambat. Padahal seperti diketahui bersama, fotosinesis oleh tanaman akan menghasilkan gas O2 yang banyak dibutuhkan oleh organisme di lingkungan perairan.

Jika oksigen hanya sedikit dan maka bakteri aerobic akan cepat mati karena suplay oksigennya sedikit dan bakteri anaerobik mulai tumbuh. Bakteri anaerobik akan mendekompesisi dan menggunakan oksigen yang disimpan dalam molekul-molekul yang sedang dihancurkan. Hasil dari kegiatan bakteri anaerobik dapat


(3)

membentuk Hidrogen Sulfida (H2S), gas yang berbau busuk dan berbahaya, serta beberapa produk lainnya.

Pada percobaan ini, kadar TSS semakin lama disimpan akan semakin rendah. Hal ini disebabkan zat-zat tersuspensi yang ada di dalam sampel air sungai Deli banyak yang larut, dan sebagian zat-zat tersuspensi dalam air sungai Deli lengket di dinding wadah penyimpanan, sehingga menyebabkan kadar TSS semkain lama semakin rendah.


(4)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

- Kadar Total Suspended Solid (TSS) pada sampel sungai deli semakin lama semakin menurun.

- Pengaruh waktu penyimpanan terhadap kadar TSS adalah semakin menurunnya kadar TSS jika semakin lama dianalisa.

5.2. Saran

Warna dan sidik jari merupakan salah satu gangguan dalam analisa Total Suspended Solid (TSS). Oleh karena itu, sampel air yang pekat atau berwarna sebaiknya diencerkan terlebih dahulu, dan sidik jari pada kuvet dihilangkan dengna tissue. Hal ini dimaksudkan agar absorbansi sampel air tersebut dapat dibaca oleh alat spektrofotometer.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Angel, H. And Wolseley, P. 1992. The Family of Water Naturalist. London: Bloomsbury Books.

Alaerts, G. 1989. Metode Penelitian Air. Indonesia: Penerbit Usaha Nasional.

Brady, J.E. 1994. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jilid 1. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran. Jakarta: UI-Press.

Efendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan

Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Penerbit Kanasius.

Haslam. S.M. 1995. River Pollution and Ecological Perspective. Chichester, UK: John Wiley and Sons.

Jeffries, M. and Mills, D. 1996. Freshwater Ecology, Principles, and Aplications. Chichester, UK: John Wiley and Sons.

Novotny, V. and Olem, H. 1994. Water Quality, Prevention, Identification and


(6)

Suriawiria, U. 2005. Air dalam Kehidupan dan Lingkungan yang Sehat. Bandung: Penerbit PT. Alumni.