Analisa Kadar Fosfat Dan Tss (Total Suspended Solid) Pada Air Sungai Dengan Metode Spektrofotometri

(1)

ANALISA KADAR FOSFAT DAN TSS (TOTAL SUSPENDED SOLID) PADA AIR SUNGAI DENGAN METODE

SPEKTROFOTOMETRI

TUGAS AKHIR

CHRISTIN YOHANA SIAHAAN 102401046

PROGRAM STUDI DIPLOMA – 3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

ANALISA KADAR FOSFAT DAN TSS (TOTAL SUSPENDED SOLID) PADA AIR SUNGAI DENGAN METODE

SPEKTROFOTOMETRI

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya

CHRISTIN YOHANA SIAHAAN 102401046

PROGRAM STUDI DIPLOMA – 3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(3)

PERSETUJUAN

Judul : ANALISA KADAR FOSFAT DAN

TSS (TOTAL SUSPENDED SOLID) PADA AIR SUNGAI DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI

Kategori : TUGAS AKHIR

Nama : CHRISTIN YOHANA SIAHAAN

Nomor Induk Mahasiswa : 102401046

Program Studi : DIPLOMA-3 KIMIA

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU

PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di : Medan, Juni 2013 Disetujui oleh :

Ketua Program Studi Diploma-3 Kimia Dosen Pembimbing

(Dra.Emma Zaidar Nst, M.Si) (Dr. Minto Supeno, MS) NIP 195512181987012001 NIP 196105091987031002

Ketua Departemen Kimia FMIPA USU

(Dr. Rumondang Bulan Nst, MS)

NIP 195408301985032001

ii


(4)

PERNYATAAN

ANALISA KADAR FOSFAT DAN TSS (TOTAL SUSPENDED SOLID) PADA AIR SUNGAI DENGAN METODE

SPEKTROFOTOMETRI

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2013

CHRISTIN YOHANA SIAHAAN 102401046

iii iii


(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas kasih dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya ilmiah dengan judul ANALISA KADAR FOSFAT DAN TSS (TOTAL SUSPENDED SOLID) PADA AIR SUNGAI DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan perkuliahan di jurusan Kimia Analis Program Studi Diploma-3 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, masukan, dan dukungan dari berbagai pihak maka penulis tidak akan dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian karya ilmiah ini. Ucapan terima kasih penulis kepada:

1. Seluruh keluarga besar terutama Ibunda tercinta Pdt. D. Hutabarat, kakak penulis Nova Elisabeth Siahaan, S.Pd, adik-adik penulis Lenny Magdalena Siahaan, S.AA, Eva Susanti Siahaan dan Markus Kristian Siahaan serta keluarga penulis yang telah mendukung penulis baik dukungan moril dan materil serta selalu memberikan motivasi untuk tetap maju

2. Bapak Dr. Minto Supeno, MS selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah meluangkan waktu dalam memberikan ilmu dan membimbing penulis untuk menyelesaikan penulisan karya ilmiah

3. Ibu Dr. Rumondang Bulan Nst, MS selaku Ketua Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

4. Ibu Dra. Emma Zaidar Nst, M.Si selaku Ketua Program Studi Diploma-3 Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

5. Seluruh Dosen selaku Staf Pengajar di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

6. Seluruh Staf dan Pegawai di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) Kelas I Medan yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan PKL

7. Teman-teman seperjuangan Kimia Analis 2010 yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang telah sama-sama berjuang menjalani masa-masa sibuk saat praktikum di laboratorium dan perkuliahan dengan kesan-kesan yang tidak akan terlupakan

8. Teman-teman satu PKL penulis: Feny Angelina LT, Yusventina Situmorang, dan Nova Kristina Sianturi yang telah bekerjasama saat PKL


(6)

9. Sahabat-sahabat penulis: BETESDA Youth Community, Double Listepis Genk, Analis Caem dan Analis Perkasa (Feny Angelina LT, Yusventina Situmorang, Nova Kristina Sianturi, Ira Simamora, Martha Naibaho, Anita Marpaung, Dorli Hutagalung, Farman Monang Nababan, Andriano Sirait, Arrye Genap Parhusip, Renal Bernady Napitupulu, dan Novita Sani Sianturi) yang selalu memberikan dukungan dan semangat dalam menyelesaikan karya ilmiah ini

10. Abang, kakak, dan adik-adik Kimia Analis Angkatan 2009, 2011, dan 2012 yang senantiasa memberi dukungan moril bagi penulis.

Semoga segala kebaikan dan kemurahan hati Bapak/Ibu dan Saudara-Saudari sekalian yang telah meluangkan waktu dan pemikiran serta memberikan motivasi kepada penulis, mendapat berkat yang melimpah dari Tuhan Yang Maha Esa.

Dalam hal ini, penulis menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sebagai masukan bagi penulis. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih. Tuhan Yesus memberkati.


(7)

ABSTRAK

Telah dilakukan percobaan Analisa Kadar Fosfat dan TSS (Total Suspended Solid) pada Air Sungai dengan Metode Spektrofotometri yaitu dengan menggunakan alat spektrofotometer NOVA 60 di mana panjang gelombang untuk fosfat adalah 890 nm sedangkan TSS (Total Suspended Solid) adalah 810 nm. Dan dari hasil percobaan yang telah dilakukan, diperoleh kadar fosfat sebesar 0,026 mg/L dan TSS (Total Suspended Solid) 29 mg/L. Berdasarkan PP No.82 Tanggal 14 Desember 2001, nilai maksimum fosfat dalam air sungai adalah 0,2 mg/L dan nilai maksimum TSS (Total Suspended Solid) dalam air sungai adalah 50 mg/L. Hasil analisa ini menunjukkan bahwa air sungai memenuhi baku mutu air yang telah ditetapkan menurut PP No.82 Tanggal 14 Desember 2001.


(8)

RATE ANALYSIS OF PHOSPATE AND TSS

(TOTAL SUSPENDED SOLID) ON WATER OF WATER BODY WITH SPECTROPHOTOMETRIC METHOD

ABSTRACT

In has be done to Analyse Rate of Phospate and TSS (Total Suspended Solid) on Water of Water Body With Spectrophotometric Method using NOVA 60 spectrophotometer where the wavelength is 890 nm for phosphate while TSS (Total Suspended Solid) is 810 nm. From result of analysis which is to be obtained by rate of phosphate 0.026 mg/L and TSS (Total Suspended Solid) 29 mg/L. Based on the PP No.82 Date of December 14, 2001, the maximum rate of phosphate in the water body of water is 0.2 mg/L and the maximum rate of TSS (Total Suspended Solid) in the water body of water is 50 mg/L. Results of this analysis indicate that the water bodies of water meet the water quality standards established by Regulation on the PP No.82 Date December 14, 2001.


(9)

DAFTAR ISI

Halaman PERSETUJUAN ii

PERNYATAAN iii

PENGHARGAAN iv

ABSTRAK v

ABSTRACT vi

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Permasalahan 4

1.3. Tujuan Penelitian 4

1.4. Manfaat Penelitian 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air 5

2.2. Kualitas Air Untuk Kehidupan 7 2.2.1. Kualitas Air Secara Fisik 7 2.2.2. Kualitas Air Secara Kimia 9 2.2.3. Kualitas Air Secara Biologis 9

2.3. Pencemaran Air 10

2.3.1. Sumber Pencemaran Air 10 2.3.2. Pencemaran Air Sungai, Danau, dan Waduk 12 2.3.3. Usaha Mencegah Pencemaran Air 13

2.4. Fosfat 14

2.4.1. Kegunaan Fosfat 17

2.4.2. Penurunan Fosfat 17

2.5. TSS (Total Suspended Solid) 18

2.5.1. Zat Padat dalam Air 18

2.5.2. Padatan Total, Terlarut, dan Tersuspensi 19 2.6. Spektrofotometri 21 BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Analisa Fosfat 24

3.1.1. Alat 24

3.1.2. Bahan 24

3.1.3. Prosedur 25


(10)

3.2. Analisa TSS (Total Suspended Solid) 25 3.2.1. Alat 25

3.2.2. Bahan 26

3.2.3. Prosedur 26

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil 28

4.1.1. Data Analisa Kadar Fosfat dari Sampel Air Sungai 28 4.1.2. Data Analisa Kadar TSS (Total Suspended Solid) dari 28 Sampel Air Sungai

4.2. Pembahasan 29

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 31

5.2. Saran 31

DAFTAR PUSTAKA


(11)

ABSTRAK

Telah dilakukan percobaan Analisa Kadar Fosfat dan TSS (Total Suspended Solid) pada Air Sungai dengan Metode Spektrofotometri yaitu dengan menggunakan alat spektrofotometer NOVA 60 di mana panjang gelombang untuk fosfat adalah 890 nm sedangkan TSS (Total Suspended Solid) adalah 810 nm. Dan dari hasil percobaan yang telah dilakukan, diperoleh kadar fosfat sebesar 0,026 mg/L dan TSS (Total Suspended Solid) 29 mg/L. Berdasarkan PP No.82 Tanggal 14 Desember 2001, nilai maksimum fosfat dalam air sungai adalah 0,2 mg/L dan nilai maksimum TSS (Total Suspended Solid) dalam air sungai adalah 50 mg/L. Hasil analisa ini menunjukkan bahwa air sungai memenuhi baku mutu air yang telah ditetapkan menurut PP No.82 Tanggal 14 Desember 2001.


(12)

RATE ANALYSIS OF PHOSPATE AND TSS

(TOTAL SUSPENDED SOLID) ON WATER OF WATER BODY WITH SPECTROPHOTOMETRIC METHOD

ABSTRACT

In has be done to Analyse Rate of Phospate and TSS (Total Suspended Solid) on Water of Water Body With Spectrophotometric Method using NOVA 60 spectrophotometer where the wavelength is 890 nm for phosphate while TSS (Total Suspended Solid) is 810 nm. From result of analysis which is to be obtained by rate of phosphate 0.026 mg/L and TSS (Total Suspended Solid) 29 mg/L. Based on the PP No.82 Date of December 14, 2001, the maximum rate of phosphate in the water body of water is 0.2 mg/L and the maximum rate of TSS (Total Suspended Solid) in the water body of water is 50 mg/L. Results of this analysis indicate that the water bodies of water meet the water quality standards established by Regulation on the PP No.82 Date December 14, 2001.


(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi kehidupan. Semua makhluk hidup memerlukan air. Tanpa air tak akan ada kehidupan. Demikian pula manusia tak dapat hidup tanpa air. Kebutuhan air kita menyangkut dua hal. Pertama, air untuk kehidupan kita sebagai makhluk hayati dan kedua, air untuk kehidupan kita sebagai manusia yang berbudaya (Soemarwoto, 1984).

Untuk manusia sendiri dalam menunjang kehidupannya, air merupakan hal yang vital. Agar didapatkan kehidupan yang sehat dan bersih, diperlukan banyak air yang bersih. Yang dimaksudkan dengan air yang bersih ialah air yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak mengandung zat-zat yang dapat mengganggu kesehatan. Air bisa berperan sebagai penyebar penyakit yang akhirnya dapat mengganggu kesehatan dan lingkungan hidup manusia. Di samping sebagai keperluan pokok untuk keperluan tubuh, air juga penting dalam membantu bermacam-macam proses baik itu dalam rangka penggalian dan pengelolaan/pengolahan sumber-sumber alam untuk menunjang kehidupan manusia maupun untuk memproses bahan-bahan yang diperlukan manusia (Supardi, 1994).


(14)

Adapun penggolongan air menurut peruntukannya adalah sebagai berikut:

1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung, tanpa pengolahan terlebih dahulu

2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum 3. Golongan C, yaitu air dapat digunakan keperluan perikanan dan

peternakan

4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha di perkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA).

Air memiliki sifat yang khas yang tidak dimiliki oleh senyawa kimia yang lain. Karakteristik tersebut adalah sebagai berikut:

a. Pada kisaran suhu yang sesuai dengan kehidupan, yakni 00C (320F) – 1000C, air berwujud cair. Suhu 00C merupakan titik beku (freezing point) dan suhu 1000C merupakan titik didih (boiling point) air.

b. Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat sebagai penyimpan panas yang baik. Sifat ini memungkinkan air tidak menjadi panas ataupun dingin dalam seketika.

c. Air memerlukan panas yang tinggi dalam proses penguapan. d. Air merupakan pelarut yang baik.

e. Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi.

f. Air merupakan satu-satunya senyawa yang merenggang ketika membeku. Pada saat membeku, air merenggang sehingga es memiliki densitas (massa/volume) yang lebih rendah daripada air. Dengan demikian, es akan mengapung di dalam air.


(15)

Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan industri, domestik, dan kegiatan lain, berdampak negatif terhadap sumber daya air, antara lain menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan, dan bahaya bagi semua makhluk hidup yang bergantung pada sumber daya air. Oleh karena itu diperlukan pengelolahan dan perlindungan sumber daya air secara seksama (Effendi, 2003).

Kualitas air ditentukan oleh banyak faktor, yaitu zat yang terlarut, zat yang tersuspensi dan makhluk hidup, khususnya jasad renik, di dalam air. Air murni, yang tidak mengandung zat yang terlarut, tidak baik untuk kehidupan kita. Sebaliknya zat yang terlarut ada yang bersifat racun. Apabila zat yang terlarut, zat yang tersuspensi dan makhluk hidup dalam air membuat kualitas air menjadi tidak sesuai untuk kehidupan kita, air itu disebut tercemar. Pencemaran dapat berasal dari beberapa sumber. Sumber pencemaran yang paling utama di negara kita ialah limbah rumah tangga (Soemarwoto, 1984).

Kandungan fosfat yang tinggi menyebabkan suburnya alga dan organisme lainnya. Fosfat kebanyakan berasal dari bahan pembersih yang mengandung senyawa fosfat. Dalam industri kegunaan fosfat terdapat pada ketel uap untuk mencegah kesadahan. Maka pada saat penggantian air ketel, buangan ketel ini menjadi sumber fosfat. Pengukuran kandungan fosfat dalam air limbah berfungsi untuk mencegah tingginya kadar fosfat sehingga tidak merangsang pertumbuhan tumbuh-tumbuhan dalam air. Sebab pertumbuhan subur akan menghalangi kelancaran arus air. Pada danau suburnya tumbuh-tumbuhan air akan


(16)

mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut dan kesuburan tanaman lainnya (Agusnar, 2008).

Padatan terlarut dan tersuspensi mempengaruhi ketransparanan dan warna air. Sifat transparan ada hubungan dengan produktivitas. Transparan yang rendah menunjukkan produktivitas tinggi. Cahaya tidak dapat tembus banyak jika konsentrasi bahan tersuspensi tinggi. Warna air juga ada hubungan dengan kualitas air (Sastrawijaya, 2001).

1.2. Permasalahan

Kadar fosfat dan TSS (Total Suspended Solid) pada air sungai berpengaruh pada kualitas suatu air. Yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah kadar fosfat dan TSS (Total Suspended Solid) pada sampel air sungai memenuhi baku mutu air menurut PP No.82 Tanggal 14 Desember 2001.

1.3. Tujuan Penelitian

- Untuk mengetahui kadar fosfat dan TSS (Total Suspended Solid), apakah memenuhi baku mutu air menurut PP No.82 Tanggal 14 Desember 2001.

1.4. Manfaat Penelitian

- Dapat mengetahui kualitas dari sampel air sungai

- Dapat mengetahui cara menganalisis kadar fosfat dan TSS (Total Suspended Solid) pada air sungai dengan metode spektrofotometri.


(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air

Air merupakan salah satu dari tiga komponen yang membentuk bumi (zat padat, air, dan atmosfer). Bumi dilingkupi air sebanyak 70% sedangkan sisanya 30% berupa daratan (dilihat dari permukaan bumi). Udara mengandung zat cair (uap air) sebanyak 15% dari tekanan atmosfer (Gabriel, 2001).

Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh manusia dan makhluk hidup lainnya. Manusia memerlukan air baik untuk proses kimia, fisika maupun untuk aktivitas kehidupan lainnya.

Sekalipun air merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui, tetapi kualitas air sangat dipengaruhi oleh peranan manusia dalam pengelolaannya. Pengelolaan air meliputi strategi sebagai berikut:

1. Melindungi perairan agar terjaga kebersihannya sehingga dapat menjaga kelangsungan flora dengan menjaga perakaran tanaman dari gangguan fisik maupun kimiawi;

2. Mengusahakan cahaya matahari dapat menembus dasar perairan, sehingga proses fotosintesis dapat berjalan lancar;

3. Menjaga agar fauna mangsa dan predator selalu seimbang dengan mempertahankan rantai makanan;


(18)

4. Mempergunakan sumber daya alam berupa air seefisien mungkin, sehingga zat hara yang ada dapat tersimpan dengan baik yang juga berarti sebagai penyimpanan energi dan materi (Supardi, 1994).

Dewasa ini air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang seksama dan cermat. Untuk mendapatkan air yang baik, sesuai dengan standar tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal karena air banyak yang sudah tercemar oleh bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan manusia, baik limbah dari kegiatan rumah tangga, limbah dari kegiatan industri, dan kegiatan-kegiatan lainnya.

Untuk menetapkan standar air yang bersih tidaklah mudah, karena tergantung pada banyak faktor penentu. Faktor penentu tersebut antara lain adalah:

a. Kegunaan air: - Air untuk minum

- Air untuk keperluan rumah tangga - Air untuk industri

- Air untuk mengairi sawah

- Air untuk kolam perikanan, dan lain-lain.

b. Asal sumber air:

- Air dari mata air di pegunungan - Air danau

- Air sungai - Air sumur


(19)

- Air hujan, dan lain-lain (Wardhana, 1995).

Pada prinsipnya pengelolaan sumber daya alam air ini, sangat bergantung pada bagaimana kita mempergunakan dan memelihara serta memperlakukan sumber air itu menjadi seoptimal mungkin, tetapi tanpa merusak ataupun mencemarinya dan juga mempertahankan keadaan lingkungan sebaik-baiknya (Supardi, 1994).

2.2. Kualitas Air Untuk Kehidupan

Sesuai dengan ketentuan badan dunia (WHO) maupun badan setempat (Departemen Kesehatan) serta ketentuan/peraturan lain yang berlaku seperti APHA (American Public Health Association atau Asosiasi Kesehatan Masyarakat AS), layak tidaknya air untuk kehidupan manusia ditentukan berdasarkan persyaratan kualitas secara fisik, secara kimia, dan secara biologis.

2.2.1. Kualitas Air Secara Fisik

1. Kekeruhan

Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan organik dan anorganik, seperti lumpur dan buangan dari permukiman tertentu yang menyebabkan air sungai menjadi keruh. Air yang mengandung kekeruhan tinggi akan mengalami kesulitan kalau diproses untuk sumber air bersih. Kesulitannya antara lain dalam proses penyaringan. Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa air dengan kekeruhan tinggi akan sulit


(20)

untuk didisinfeksi, yaitu proses pembunuhan terhadap kandungan mikroba yang tidak diharapkan.

2. Temperatur

Kenaikan temperatur atau suhu di dalam badan air, dapat menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut (DO atau Dissolved Oxygen) air. DO yang terlalu rendah, dapat menimbulkan bau yang tidak sedap akibat terjadinya degradasi atau penguraian bahan-bahan organik ataupun anorganik di dalam air secara anaerobik. Selain itu dengan adanya kadar residu/sisa yang tinggi di dalam air menyebabkan rasa yang tidak enak serta dapat mengganggu pencernaan makanan (Suriawiria, 2005).

Naiknya suhu air akan menimbulkan akibat sebagai berikut:

a. Menurunnya jumlah oksigen terlarut di dalam air b. Meningkatkan kecepatan reaksi kimia

c. Mengganggu kehidupan ikan dan hewan air lainnya

d. Jika batas suhu yang mematikan terlampaui, ikan dan hewan air lainnya mungkin akan mati (Kristanto, 2002).

3. Warna

Warna air berubah bergantung kepada warna buangan yang memasuki badan air.

4. Bau dan rasa

Bau dan rasa yang terdapat di dalam air baku dapat dihasilkan oleh kehadiran organisme seperti mikroalga dan bakteri. Dari segi estetika, air yang berbau, apalagi bau busuk, ataupun air yang berasa secara alami,


(21)

tidak dikehendaki dan tidak dibenarkan oleh peraturan dan ketentuan yang berlaku.

2.2.2. Kualitas Air Secara Kimia

1. pH

Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH berkisar antara 6,5 – 7,5 (Wardhana, 1995).

2. Kandungan senyawa kimia di dalam air

Contoh : logam berat seperti Hg (air raksa) dan Pb (timbal) merupakan zat kimia berbahaya jika masuk ke dalam air.

3. Kandungan residu atau sisa

Contoh : residu pestisida, deterjen, kandungan senyawa toksin atau racun, dan sebagainya.

2.2.3. Kualitas Air Secara Biologis

1. Parameter mikroba pencemar

Contoh : E.coli di dalam air, sangat tidak diharapkan apalagi kalau air tersebut untuk kepentingan kehidupan manusia (rumah tangga). Untuk air minum, E.coli harus kurang dari satu atau tidak ada sama sekali, kalau kualitas air tersebut termasuk yang betul-betul memenuhi syarat.

2. Patogen

Banyak jenis bakteri patogen (penyebab penyakit) berkembang dan menular melalui badan air, misalnya penyebab penyakit tifus (Salmonella), disentri (Shigella), kolera (Vibrio), dan difteri (Corynebacterium).


(22)

3. Penghasil toksin

Contoh : Clostridium, Pseudomonas, Vibrio (Suriawiria, 2005).

2.3. Pencemaran Air

Pencemaran air dan tanah umumnya terjadi oleh tingkah laku manusia seperti oleh zat-zat deterjen, asam belerang, dan zat-zat kimia sebagai sisa pembuangan pabrik-pabrik kimia/industri. Pencemaran ini pun bisa juga oleh pestisida, herbisida, pupuk tanaman yang merupakan unsur-unsur polutan, sehingga mutu air dan tanah berkurang bahkan dapat membahayakan, baik untuk tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia. Jangan dilupakan pula sampah-sampah atau kotoran yang tidak berguna akibat proses kehidupan manusia yang sering membuang sampah kedalam tanah/air (sungai). Hal ini jelas akan mempengaruhi produktivitas air, tanah, dan lingkungan secara luas (Supardi, 1994).

2.3.1. Sumber Pencemaran Air

1. Pencemaran Mikroorganisme dalam Air

Berbagai kuman penyebab penyakit pada makhluk hidup seperti bakteri, virus, protozoa, dan parasit sering mencemari air. Kuman yang masuk kedalam air tersebut berasal dari buangan limbah rumah tangga maupun buangan dari industri peternakan, rumah sakit, tanah pertanian, dan sebagainya.

2. Pencemaran Air oleh Bahan Inorganik Nutrisi Tanaman

Penggunaan pupuk nitrogen dan fosfat dalam bidang pertanian telah dilakukan sejak lama secara meluas. Pupuk kimia ini dapat menghasilkan


(23)

produksi tanaman pangan yang tinggi sehingga digunakan petani. Tetapi di lain pihak, nitrat dan fosfat dapat mencemari sungai, danau, dan lautan. Sebetulnya sumber pencemaran nitrat ini tidak hanya berasal dari pupuk pertanian saja, karena di udara atmosfer bumi mengandung 78% gas nitrogen. Pada waktu hujan dan terjadi kilat dan petir, di udara akan terbentuk ammonia dan nitrogen (NH4-, NO3-) dan terbawa air hujan

menuju permukaan tanah. Nitrogen akan bersenyawa dengan komponen yang kompleks lainnya.

3. Limbah Organik Menyebabkan Kurangnya Oksigen Terlarut

Penyebab utama berkurangnya kadar oksigen dalam air ialah limbah organik yang terbuang dalam air. Limbah organik akan mengalami degradasi dan dekomposisi oleh bakteri aerob (menggunakan oksigen dalam air), sehingga lama kelamaan oksigen yang terlarut dalam air akan sangat berkurang.

4. Pencemaran Bahan Kimia Inorganik

Bahan kimia inorganik seperti asam, garam, dan bahan toksik logam seperti Pb, Cd, Hg dalam kadar yang tinggi dapat menyebabkan air tidak enak untuk diminum. Di samping dapat menyebabkan matinya kehidupan air seperti ikan dan organisme lainnya, pencemaran bahan tersebut juga dapat menurunkan produksi tanaman pangan dan merusak peralatan yang dilalui air tersebut (karena bersifat korosif).

5. Pencemaran Bahan Kimia Organik

Bahan kimia organik seperti minyak, plastik, pestisida, larutan pembersih, deterjen, dan masih banyak lagi bahan organik terlarut yang digunakan


(24)

oleh manusia dapat menyebabkan kematian pada ikan maupun organisme lainnya.

6. Sedimen dan Bahan Tersuspensi

Bahan partikel yang tidak terlarut seperti pasir, lumpur, tanah, dan bahan kimia inorganik menjadi bentuk bahan tersuspensi di dalam air, sehingga bahan tersebut menjadi penyebab polusi tertinggi di dalam air. Partikel yang tersuspensi menyebabkan kekeruhan dalam air, sehingga mengurangi kemampuan ikan dan organisme air lainnya memperoleh makanan, mengurangi tanaman air melakukan fotosintesis, pakan ikan menjadi tertutup lumpur, insang ikan dan kerang tertutup oleh sedimen dan akan mengakumulasi bahan beracun seperti pestisida dan senyawa logam. 7. Meningkatnya Radioaktivitas Air Lingkungan

Zat radioaktif dapat menyebabkan berbagai macam kerusakan biologis apabila tidak ditangani dengan benar maka tidak dibenarkan dan sangat tidak etis bila ada yang membuang bahan sisa radioaktif ke lingkungan. Secara nasional sudah ada peraturan perundangan yang mengatur masalah bahan sisa (limbah) radioaktif . Mengenai hal ini Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) secara aktif mengawasi pelaksanaan peraturan perundangan tersebut. Pembakaran batubara adalah salah satu sumber yang dapat menaikkan radioaktivitas lingkungan (Wardhana, 1995).

2.3.2. Pencemaran Air Sungai, Danau, dan Waduk

Secara alamiah, sungai dapat tercemar pada daerah permukaan air saja. Pada sungai yang besar dengan arus air yang deras, sejumlah kecil bahan pencemaran akan mengalami pengenceran sehingga tingkat pencemaran menjadi


(25)

sangat rendah. Hal tersebut menyebabkan konsumsi oksigen terlarut yang diperlukan oleh kehidupan air dan biodegradasi akan cepat diperbaharui. Tetapi terkadang sebuah sungai mengalami pencemaran yang berat sehingga air mengandung bahan pencemaran yang sangat besar. Akibatnya, proses pengenceran dan biodegradasi akan sangat menurun jika arus mengalir perlahan karena kekeringan atau penggunaan sejumlah air untuk irigasi. Hal ini juga mengakibatkan penurunan kadar oksigen terlarut. Suhu yang tinggi dalam air menyebabkan laju proses biodegradasi yang dilakukan oleh bakteri pengurai aerobik menjadi naik dan dapat menguapkan bahan kimia ke udara.

Proses pelarutan dalam danau, waduk, muara, dan laut sering kurang efektif daripada dalam sungai karena air dalam danau, waduk, dan laut banyak terdiri dari lapisan-lapisan yang sedikit mengalami pencampuran. Tetapi lapisan tersebut terkadang dapat bercampur karena pengaruh ombak dan arus air. Bentuk lapisan air tersebut juga dapat mengurangi tingkat oksigen terlarut, terutama pada lapisan paling bawah. Di samping itu, aliran air danau dan waduk sangat kecil sehingga dapat mengurangi daya pengenceran dan penambahan kandungan oksigen terlarut (Darmono, 2001).

2.3.3. Usaha Mencegah Pencemaran Air

Usaha pencegahan ini bukan merupakan proses yang sederhana, tetapi melibatkan berbagai faktor sebagai berikut:

1. Air limbah yang akan dibuang ke perairan harus diolah lebih dahulu sehingga memenuhi standar air limbah yang telah ditetapkan pemerintah


(26)

2. Menentukan dan mencegah terjadinya interaksi antarpolutan satu dengan lainnya

3. Menggunakan bahan yang dapat mencegah dan menyerap minyak yang tumpah di perairan

4. Tidak membuang air limbah rumah tangga langsung ke dalam perairan. Hal ini untuk mencegah pencemaran air oleh bakteri

5. Limbah radioaktif harus diproses dahulu agar tidak mengandung bahaya radiasi dan barulah dibuang di perairan

6. Mengeluarkan atau menguraikan deterjen atau bahan kimia lain dengan menggunakan aktivitas mikroba tertentu sebelum dibuang ke dalam perairan umum (Supardi, 1994).

2.4. Fosfat

Fosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan (Dugan, 1972). Fosfor merupakan unsur yang esensial bagi tumbuhan tingkat tinggi dan alga, sehingga unsur ini menjadi faktor pembatas bagi tumbuhan dan alga akuatik serta sangat mempengaruhi tingkat produktivitas perairan.

Fosfat terdapat dalam air alam atau air limbah sebagai senyawa ortofosfat, polifosfat dan fosfat organis. Setiap senyawa fosfat tersebut terdapat dalam bentuk terlarut, tersuspensi atau terikat di dalam sel organisme air. Di daerah pertanian ortofosfat berasal dari bahan pupuk yang masuk ke dalam sungai atau danau melalui drainase dan aliran air hujan. Polifosfat dapat memasuki sungai melalui air buangan penduduk dan industri yang menggunakan bahan deterjen yang


(27)

mengandung fosfat, seperti industri logam dan sebagainya. Fosfat organis terdapat dalam air buangan penduduk (tinja) dan sisa makanan. Fosfat organis dapat pula terjadi dari ortofosfat yang terlarut melalui proses biologis karena baik bakteri maupun tanaman menyerap fosfat bagi pertumbuhannya. Keberadaan senyawa fosfat dalam air sangat berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem perairan. Bila kadar fosfat dalam air rendah (< 0,01 mg P/L), pertumbuhan ganggang akan terhalang, kedaan ini dinamakan oligotrop. Sebaliknya bila kadar fosfat dalam air tinggi, pertumbuhan tanaman dan ganggang tidak terbatas lagi (kedaaan eutrop), sehingga dapat mengurangi jumlah oksigen terlarut air. Hal ini tentu sangat berbahaya bagi kelestarian ekosistem perairan (Alaerts, 1984).

Berdasarkan kadar fosfor total, perairan diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu: perairan dengan tingkat kesuburan rendah, yang memiliki kadar fosfat total berkisar antara 0 – 0,02 mg/liter; perairan dengan tingkat kesuburan sedang, yang memiliki kadar fosfat total 0,021 – 0,05 mg/liter; dan perairan dengan tingkat kesuburan tinggi, yang memiliki kadar fosfat total 0,051 – 0,1 mg/liter (Yoshimura & Liaw, 1969).

Fosfat yang berasal dari air atau limbah alami biasanya berbentuk sebagai senyawa fosfat saja. Senyawa fosfat dapat diklasifikasikan sebagai ortofosfat, fosfat yang terkondensasi (pyro, metha, polifosfat lainnya), dan senyawa fosfat yang terikat secara organik.

Senyawa-senyawa fosfat yang biasa dideteksi dengan cara kolorimetri tanpa hidrolisis atau oksidasi dengan pemanasan sampel disebut sebagai “fosfor reaktif” atau ortofosfat. Hidrolisis asam pada titik didih air mengubah fosfat terlarut atau fosfat partikulat yang berkondensasi menjadi ortofosfat terlarut.


(28)

Istilah “fosfat yang terhidrolisis asam” lebih disukai daripada “fosfat terkondensasi”. Fraksi-fraksi senyawa fosfat yang terkonversi menjadi ortofosfat hanya oleh proses oksidasi yang dekstruktif dari zat-zat organik disebut sebagai “fosfat organik”. Total fosfat seperti juga fraksi fosfat yang terlarut atau tersuspensi dapat dibagi secara analitik menjadi 3 bagian seperti tersebut di atas. Metode ini menggunakan teknik oksidasi persulfat untuk membebaskan/menetapkam fosfat organik. Metode kolorimetri yang dipergunakan adalah metode asam askorbat. Ammonium molibdat dan potassium antimonil tartrat dalam media asam dengan ortofosfat untuk membentuk asam heteropoli-asam fosfomolibdat yang tereduksi menjadi molybdenum yang berwarna biru oleh asam askorbat.

Metode asam askorbat dapat digunakan untuk penetapan bentuk-bentuk fosfat tertentu di dalam air minum, air permukaan, air payau, air limbah rumah tangga dan limbah industri. Cara uji ini digunakan untuk penentuan kadar fosfat yang terdapat dalam air/air limbah antara 0,01 - 1.0 mg/L PO43- dengan

menggunakan metode asam askorbat dengan alat spektrofotometer pada panjang gelombang 890 nm.

Ciri-ciri air yang mengandung fosfat, yaitu: 1. Warna air menjadi kehijauan

2. Berbau tidak sedap


(29)

2.4.1. Kegunaan Fosfat

Pembuatan pupuk, dan secara luas digunakan dalam bahan peledak, korek api, pestisida, odol dan deterjen (www.wikipedia.com).

2.4.2. Penurunan Fosfat

Senyawa fosfat dalam air limbah akan menimbulkan permasalahan bagi lingkungan perairan. Tanah dapat dimanfaatkan untuk pengolahan air limbah dalam rangka mengurangi pencemaran lingkungan menyebabkan suatu fenomena yang disebut eutrofikasi (pengkayaan nutrien). Untuk mencegah kejadian tersebut, air limbah yang akan dibuang harus diolah terlebih dahulu untuk mengetahui kandungan fosfat sampai pada nilai (Alaerts, 1984).

1. Penambahan Kapur ( CaO dan Ca(OH)2 )

Untuk mereaksikan alkalibikarbonat dan mengatur pH air (6-8) sehingga menyebabkan pengendapan.

2. Tawas ( Al2(SO4)3 )

Untuk menjernihkan air dan menurunkan alkalinitas air. 3. Zeolit ( SiO4 dan AlO4 )

Sebagai penukar ion dan sebagai penyaring melalui adsorpsi selektif atau penolakan molekul karena perbedaan dalam ukuran molekul.

4. Penambahan Koagulan ( alum, kapur, ferrichlorida atau ferrous sulfat ).

Air dikatakan eutrofik jika konsentrasi total phosphorus dalam air berada dalam rentang 35-100 µg/L (www.scribdt.sudi_setyo_budi.pdf).


(30)

2.5. TSS (Total Suspended Solid)

2.5.1. Zat Padat dalam Air

Dalam air alam ditemui dua kelompok zat, yaitu zat terlarut seperti garam dan molekul organis, dan zat padat tersuspensi dan koloidal seperti tanah liat, kwarts. Perbedaan pokok antara kedua zat ini ditentukan melalui ukuran/diameter partikel-partikel tersebut.

Analisa zat padat dalam air sangat penting bagi penentuan komponen-komponen air secara lengkap, juga untuk perencanaan serta pengawasan proses-proses pengolahan dalam bidang air minum maupun dalam bidang air buangan.

Zat padat yang berada dalam suspensi dapat dibedakan menurut ukurannya sebagai: partikel tersuspensi koloidal (partikel koloid) dan partikel tersuspensi biasa (partikel tersuspensi).

Dalam metode analisa zat padat, pengertian zat padat total adalah semua zat-zat yang tersisa sebagai residu dalam suatu bejana, bila sampel air dalam bejana tersebut dikeringkan pada suhu tertentu. Zat padat total terdiri dari zat padat total terlarut dan zat padat total tersuspensi yang dapat bersifat organis dan inorganis seperti skema berikut:

Zat padat terlarut

Zat padat total Zat padat tersuspensi organis

Zat padat tersuspensi


(31)

Zat padat tersuspensi sendiri dapat diklasifikasikan sekali lagi menjadi antara lain zat padat terapung yang selalu bersifat organis dan zat padat terendap yang dapat bersifat organis dan inorganis. Zat padat terendap adalah zat padat dalam suspensi yang dalam keadaan tenang dapat mengendap setelah waktu tertentu karena pengaruh gaya beratnya (Alaerts, 1984).

2.5.2. Padatan Total, Terlarut, dan Tersuspensi

Padatan total (residu) adalah bahan yang tersisa setelah air sampel mengalami evaporasi dan pengeringan pada suhu tertentu (APHA, 1976). Residu dianggap sebagai kandungan total bahan terlarut dan tersuspensi dalam air. Selama penentuan residu ini, sebagian besar bikarbonat yang merupakan anion utama di perairan telah mengalami transformasi menjadi karbondioksida, sehingga karbondioksida dan gas-gas lain yang menghilang pada saat pemanasan tidak tercukup dalam nilai padatan total (Boyd, 1998). Padatan yang terdapat di perairan diklasifikasikan berdasarkan ukuran diameter partikel, seperti yang ditunjukkan dalam tabel di bawah ini:

Tabel 2.1 Klasifikasi Padatan di Perairan Berdasarkan Ukuran Diameter

Klasifikasi Padatan Ukuran Diameter (um) Ukuran Diameter (mm) 1. Padatan terlarut < 10-3 < 10-6

2. Koloid 10-3 – 1 10-6 - 10-3

3. Padatan Tersuspensi


(32)

Padatan tersuspensi total (Total Suspended Solid atau TSS) adalah bahan-bahan tersuspensi (diameter > 1 μm) yang tertahan pada saringan millipore dengan diameter pori 0,45 μm. TSS terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik, yang terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke badan air (Effendi, 2003).

Total Suspended Solid (TSS) yang tinggi menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam air, sehingga akan mengganggu proses fotosintesis menyebabkan turunnya oksigen terlarut yang dilepas kedalam air oleh tanaman. Jika sinar matahari terhalansi dari dasar tanaman akan berhenti memproduksi oksigen dan akan mati. Total Suspended Solid (TSS) yang tinggi juga menyebabkan penurunan kejernihan air (Alaerts, 1984).

Kelarutan zat padat dalam air atau disebut sebagai total dissolve solid (TDS) adalah terlarutnya zat padat, baik berupa ion, senyawa, atau koloid di dalam air. Zat padat terlarut di dalam air perlu diketahui untuk mengetahui produktivitas air, karena produktivitas air terhadap kehidupan air sangat ditentukan oleh kelarutan zat padat di dalamnya. Produktivitas air akan tinggi terhadap kehidupan organisme seperti tumbuhan dan mikroba apabila zat padat terlarut tersebut berupa nutrien dalam bentuk senyawa fosfat, nitrat, yang akan mendukung kehidupan organisme. Zat padat terlarut di dalam air juga merupakan indikasi ketidaknormalan air, yaitu terjadi penyimpangan air dari keadaan yang sebenarnya. Penyimpangan keadaan air ini paling banyak disebabkan oleh kegiatan manusia seperti buangan berupa limbah industri, kotoran manusia dan hewan, limbah rumah tangga, dan lain-lain (Situmorang, 2007).


(33)

Rasio antara padatan terlarut dan kedalaman rata-rata perairan merupakan salah satu cara untuk menilai produktivitas perairan. Perbandingan antara TDS dan kedalaman rata-rata ini dikenal sebagai Morphoedaphic Index (MEI). Kesesuaian perairan untuk kepentingan perikanan berdasarkan nilai padatan tersuspensi ditunjukkan dalam tabel di bawah ini:

Tabel 2.2 Kesesuaian Perairan Untuk Kepentingan Perikanan Berdasarkan Nilai Padatan Tersuspensi (TSS)

Nilai TSS (mg/liter) Pengaruh Terhadap Kepentingan Perikanan

< 25 Tidak berpengaruh

25 – 80 Sedikit berpengaruh

81 – 400 Kurang baik bagi kepentingan perikanan > 400 Tidak baik bagi kepentingan perikanan (Effendi, 2003).

2.6. Spektrofotometri

Alat yang digunakan untuk analisa spektrofotometri adalah spektrofotometer. Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitransi atau absorbansi suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang, pengukuran terhadap suatu deretan contoh pada suatu panjang gelombang tunggal mungkin juga dapat dilakukan. Alat-alat demikian dapat dikelompokkan baik sebagai manual atau perekam, maupun sebagai sinar tunggal atau sinar rangkap. Pengertian lengkap dari spektrofotometer memerlukan suatu pengetahuan terperinci tentang optik dan elektronika. Dan biasanya dalam praktek alat-alat


(34)

sinar tunggal dijalankan dengan tangan dan alat-alat sinar rangkap biasanya menonjolkan pencatatan spektrum absorpsi (Day & Underwood, 1989).

Spektrofotometer terdiri atas alat spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsikan. Jadi spektrofotometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur energi secara relatif apabila energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer dibandingkan dengan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini dapat diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating ataupun celah optis.

Pada fotometer filter, sinar dengan panjang gelombang yang diinginkan diperoleh dengan berbagai filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang gelombang tertentu. Fotometer filter ini tidak mungkin diperoleh panjang gelombang yang benar-benar monokromatis, melainkan melalui suatu trayek panjang gelombang 30–40 nm. Sedangkan pada spektrofotometer, panjang gelombang yang benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blanko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorpsi antara sampel dan blanko atau pembanding (Khopkar, 1990).


(35)

Kesalahan- kesalahan dalam spektrofotometer, dapat dicegah dengan memperhatikan:

1. Sel-sel contoh harus bersih

2. Sidik jari dapat menyerap radiasi ungu

3. Penempatan sel dalam sinar harus dapat ditiru kembali

4. Gelembung gas tidak boleh ada dalam lintasan optik

5. Penerapan panjang gelombang dari alat harus diteliti kadang-kadang

6. Penyimpangan atau ketidakstabilan di dalam sirkuit harus diperbaiki

7. Ketidaktetapan contoh dapat menyebabkan kesalahan-kesalahan jika pengukuran tidak direncanakan dengan hati- hati (Day & Underwood, 1989).


(36)

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Analisa Fosfat

3.1.1. Alat

- Tabung reaksi

- Rak tabung reaksi

- Kuvet 50 mm

- Botol Aquadest

- Tisu

- Spektrofotometer NOVA 60

3.1.2. Bahan

- Aquadest

- Sampel (249/K/ABA/01/13)

- PO43- -1

- PO43- -2


(37)

- Tekan tombol power pada alat Spektrofotometer NOVA 60

- Dimasukkan autoSelector fosfat lalu enter, layar Spektrofotometer NOVA 60 akan menunjukkan mg/L PO4

3-- Dimasukkan 5 mL sampel kedalam tabung reaksi

- Ditambahkan 5 tetes PO43- -1, kocok sampai larut sempurna

- Ditambahkan 1 microspoon PO43- -2, kocok sampai larut sempurna

- Diamkan selama 2 menit

- Dipindahkan sampel kedalam kuvet 50 mm

- Dimasukkan kuvet yang berisi sampel kedalam ruang Spektrofotometer NOVA 60, lalu enter

- Dibaca konsentrasi fosfat yang terbaca di layar Spektrofotometer NOVA 60

- Dicatat hasil fosfat yang diperoleh

3.2. Analisa TSS (Total Suspended Solid)

3.2.1. Alat

- Beaker glass 250 mL

- Botol aquadest

- Tisu


(38)

- Stop watch

- Magnetic stirer

- Hot plate

- Kuvet 20 mm

- Spekrofotometer NOVA 60

3.2.2. Bahan

- Sampel (249/K/ABA/01/13)

- Aquadest

3.2.3. Prosedur

- Tekan tombol power pada alat Spektrofotometer NOVA 60

- Dipilih kode program 182 lalu enter, layar Spektrofotometer NOVA 60 akan

menunjukkan mg/L SUSPENDED SOLID

- Dimasukkan 50 mL sampel kedalam beaker glass 250 mL

- Dimasukkan magnetic stirer di atas hot plate dengan kecepatan tinggi selama 2 menit


(39)

- Dimasukkan kuvet yang berisi sampel kedalam ruang alat Spektrofotometer NOVA 60, lalu enter

- Dibaca konsentrasi TSS yang terbaca di layar Spektrofotometer NOVA 60


(40)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Dari analisa kadar Fosfat dan TSS diperoleh hasil data sebagai berikut:

4.1.1. Data Analisa Kadar Fosfat dari Sampel Air Sungai

Tabel 4.1.1. Data Analisa Kadar Fosfat dari Sampel Air Sungai

No Pembacaan Alat (mg/L) I II III

Hasil/Rata-rata (mg/L) 1. 0,02 0,03 0,03 0,026

4.1.2. Data Analisa Kadar TSS (Total Suspended Solid) dari Sampel Air Sungai

Tabel 4.1.2. Data Analisa Kadar TSS (Total Suspended Solid) dari Sampel Air Sungai

No Pembacaan Alat (mg/L) I II III

Hasil/Rata-rata (mg/L) 1. 29 29 29 29


(41)

Dari hasil analisa yang telah dilakukan dengan sampel 249/K/ABA/01/13 yang ada di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) Kelas I Medan dengan metode spektrofotometri, diperoleh kadar fosfat pada sampel air sungai sebesar 0,026 mg/L dan kadar TSS (Total Suspended Solid) sebesar 29 mg/L.

Adanya kandungan fosfat dan TSS (Total Suspended Solid) ini, dikarenakan pada limbah domestik berupa sampah organik dan sampah anorganik serta deterjen. Sampah-sampah ini tidak dapat diuraikan oleh bakteri. Sampah organik yang dibuang ke sungai menyebabkan berkurangnya jumlah oksigen terlarut, karena sebagian besar digunakan bakteri untuk proses pembusukannya. Apabila sampah anorganik yang dibuang ke sungai, cahaya matahari dapat terhalang dan menghambat proses fotosintesis dari tumbuhan air dan alga, yang menghasilkan oksigen. Dan akhirnya dapat mencemari sumur-sumur atau air tanah pemukiman di sekitarnya. Bahan buangan padat yang membentuk koloid dapat menyebabkan air menjadi keruh, sehingga menghalangi masuknya sinar matahari dalam air. Sedangkan bahan buangan padat yang tidak melarut dapat mengakibatkan pengendapan di dasar air sehingga mengakibatkan pendangkalan pada aliran air. Bahan buangan padat ini akan mempengaruhi terhadap kehidupan organisme di dalam air (Situmorang, 2007).

Berdasarkan PP No.82 Tanggal 14 Desember 2001, nilai maksimum fosfat dalam air sungai adalah 0,2 mg/L dan nilai maksimum TSS (Total Suspended Solid) dalam air sungai adalah 50 mg/L. Jadi, sampel air sungai tersebut masih


(42)

berada di bawah ambang batas yang telah ditentukan. Hal ini menunjukkan bahwa air sungai tersebut masih layak untuk digunakan.


(43)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

- Kadar fosfat = 0,026 mg/L dan kadar TSS (Total Suspended Solid) = 29 mg/L dan memenuhi baku mutu air yang telah ditetapkan menurut PP No.82 Tanggal 14 Desember 2001 karena masih berada di bawah ambang batas yang telah ditentukan.

5.2. Saran

- Sebaiknya peneliti dapat menentukan kadar fosfat dan TSS (Total Suspended Solid) dengan menggunakan metode dan sampel lain.


(44)

DAFTAR PUSTAKA

Agusnar, H. 2008. Analisa Pencemaran Dan Pengendalian Lingkungan. Medan: USU-Press.

Alaerts, G. 1984. Metoda Penelitian Air. Surabaya: Usaha Nasional. Darmono. 2001. Lingkungan Hidup Dan Pencemaran. Jakarta: UI-Press. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya Dan

Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius.

Gabriel, J. F. 2001. Fisika Lingkungan. Jakarta: Penerbit Hipokrates. Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press. Kristanto, P. 2002. Ekologi Industri. Yogyakarta: Penerbit Andi.

R. A. Day, Jr, dan A. L. Underwood. 1989. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.

Sastrawijaya, A.T. 1991. Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Situmorang, M. 2007. Kimia Lingkungan. Medan: UNIMED-Press.

Soemarwoto, O. 1984. Pencemaran Air Dan Pemanfaatan Limbah Industri. Jakarta: C.V. Rajawali.

Supardi, I. 1994. Lingkungan Hidup Dan Kelestariannya. Bandung: Penerbit Alumni.

Suriawiria, U. 2005. Air Dalam Kehidupan Dan Lingkungan Yang Sehat. Bandung: P.T. Alumni.

Wardhana, W.A. 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi.

www.scribdt.sudi_setyo_budi.pdf)


(45)

(46)

Lampiran 1

Air Sungai Berdasarkan PP No.82 Tanggal 14 Desember 2001

NO PARAMETER SATUAN BAKU

MUTU

METODE

1 Fe mg/L 0.3 APHA 3030, 22nd ed.2012

2 Mn mg/L 0.1 APHA 3030, 22nd ed.2012

3 Zn mg/L 0.05 APHA 3030, 22nd ed.2012

4 Cd mg/L 0.01 APHA 3030, 22nd ed.2012

5 Pb mg/L 0.03 APHA 3030, 22nd ed.2012

6 Hg mg/L 0.001 APHA 3030, 22nd ed.2012

7 As mg/L 0.05 APHA 3030, 22nd ed.2012

8 Ba mg/L 1 APHA 3030, 22nd ed.2012

9 Cu mg/L 0.02 APHA 3030, 22nd ed.2012

10 Se mg/L 0.01 APHA 3030, 22nd ed.2012

11 Co mg/L 0.2 APHA 3030, 22nd ed.2012

12 DETERGEN mg/L - Spektrofotometri

13 NITRIT mg/L 0.06 SNI 06.6989.9-2004

14 FLUORIDA mg/L 0.5 Spektrofotometri

15 BOD mg/L 2 SNI 06-6989.14-2004

16 COD mg/L 10 Spektrofotometri

17 DO5 mg/L min 6 SNI 06-6989.14-2004

18 FOSFAT mg/L 0.2 Spektrofotometri

19 TSS mg/L 50 Spektrofotometri

20 SIANIDA mg/L 0.02 Spektrofotometri

21 pH - 6 s/d 9 IKM/BTKL-MDN/KI

22 NITRAT mg/L 10 Spektrofotometri

23 AMONIAK mg/L 0.5 Spektrofotometri

24 Cl BEBAS mg/L 0.03 Spektrofotometri

25 SUHU OC DEVIASI

3OC

IKM/BTKL-MDN/K3

26 KLORIDA mg/L 600 SNI 06-6989.19-2009

27 Cr6+ mg/L 0.05 Spektrofotometri

28 SULFAT mg/L 400 Spektrofotometri

29 TDS mg/L 1000 Elektroda


(47)

(1)

berada di bawah ambang batas yang telah ditentukan. Hal ini menunjukkan bahwa air sungai tersebut masih layak untuk digunakan.


(2)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

- Kadar fosfat = 0,026 mg/L dan kadar TSS (Total Suspended Solid) = 29 mg/L dan memenuhi baku mutu air yang telah ditetapkan menurut PP No.82 Tanggal 14 Desember 2001 karena masih berada di bawah ambang batas yang telah ditentukan.

5.2. Saran

- Sebaiknya peneliti dapat menentukan kadar fosfat dan TSS (Total Suspended Solid) dengan menggunakan metode dan sampel lain.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Agusnar, H. 2008. Analisa Pencemaran Dan Pengendalian Lingkungan. Medan: USU-Press.

Alaerts, G. 1984. Metoda Penelitian Air. Surabaya: Usaha Nasional. Darmono. 2001. Lingkungan Hidup Dan Pencemaran. Jakarta: UI-Press. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya Dan

Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius.

Gabriel, J. F. 2001. Fisika Lingkungan. Jakarta: Penerbit Hipokrates. Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press. Kristanto, P. 2002. Ekologi Industri. Yogyakarta: Penerbit Andi.

R. A. Day, Jr, dan A. L. Underwood. 1989. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.

Sastrawijaya, A.T. 1991. Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Situmorang, M. 2007. Kimia Lingkungan. Medan: UNIMED-Press.

Soemarwoto, O. 1984. Pencemaran Air Dan Pemanfaatan Limbah Industri. Jakarta: C.V. Rajawali.

Supardi, I. 1994. Lingkungan Hidup Dan Kelestariannya. Bandung: Penerbit Alumni.

Suriawiria, U. 2005. Air Dalam Kehidupan Dan Lingkungan Yang Sehat.

Bandung: P.T. Alumni.

Wardhana, W.A. 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi.

www.scribdt.sudi_setyo_budi.pdf) www.wikipedia.com


(4)

(5)

Lampiran 1

Air Sungai Berdasarkan PP No.82 Tanggal 14 Desember 2001

NO PARAMETER SATUAN BAKU

MUTU

METODE

1 Fe mg/L 0.3 APHA 3030, 22nd ed.2012

2 Mn mg/L 0.1 APHA 3030, 22nd ed.2012

3 Zn mg/L 0.05 APHA 3030, 22nd ed.2012

4 Cd mg/L 0.01 APHA 3030, 22nd ed.2012

5 Pb mg/L 0.03 APHA 3030, 22nd ed.2012

6 Hg mg/L 0.001 APHA 3030, 22nd ed.2012

7 As mg/L 0.05 APHA 3030, 22nd ed.2012

8 Ba mg/L 1 APHA 3030, 22nd ed.2012

9 Cu mg/L 0.02 APHA 3030, 22nd ed.2012

10 Se mg/L 0.01 APHA 3030, 22nd ed.2012

11 Co mg/L 0.2 APHA 3030, 22nd ed.2012

12 DETERGEN mg/L - Spektrofotometri

13 NITRIT mg/L 0.06 SNI 06.6989.9-2004

14 FLUORIDA mg/L 0.5 Spektrofotometri

15 BOD mg/L 2 SNI 06-6989.14-2004

16 COD mg/L 10 Spektrofotometri

17 DO5 mg/L min 6 SNI 06-6989.14-2004

18 FOSFAT mg/L 0.2 Spektrofotometri

19 TSS mg/L 50 Spektrofotometri

20 SIANIDA mg/L 0.02 Spektrofotometri

21 pH - 6 s/d 9 IKM/BTKL-MDN/KI

22 NITRAT mg/L 10 Spektrofotometri

23 AMONIAK mg/L 0.5 Spektrofotometri

24 Cl BEBAS mg/L 0.03 Spektrofotometri

25 SUHU OC DEVIASI

3OC

IKM/BTKL-MDN/K3

26 KLORIDA mg/L 600 SNI 06-6989.19-2009

27 Cr6+ mg/L 0.05 Spektrofotometri

28 SULFAT mg/L 400 Spektrofotometri

29 TDS mg/L 1000 Elektroda

30 SULFIDA mg/L 0.002 Spektrofotometri


(6)