PEMROGRAMAN DENGAN VISUAL BASIC 6.0 PENELITIAN TERDAHULU

13

C. PEMROGRAMAN DENGAN VISUAL BASIC 6.0

Visual Basic merupakan bahasa pemrograman yang menggunakan konsep pemrograman visual. Konsep visual menawarkan begitu banyak kemudahan dalam merancang suatu program. Microsoft Visual Basic diperkenalkan pertama kali oleh perusahaan pembuat perangkat lunak microsoft coorporation, mulai dari versi 1.0 sampai kini dirilis Visual Basic versi 6.0. Microsoft ini mengubah wajah bahasa BASIC ke dalam konsep yang lebih modern, berkonsep object oriented programming atau pemrograman berorientasi pada objek dan berbasiskan pemrograman event driven pada sistem operasi windows. Visual Basic mampu menterjemahkan event yang dimulai oleh pemakai menjadi aktivitas yang bisa diprogram dengan cara memanggil prosedur yang dikaitkan dengan event tersebut. Pemrograman Windows memiliki beberapa karakteristik khusus antara lain, tampilannya yang bersifat grafis. Hal ini diimplementasikan dalam “objek penghubung dengan pemakai” user interface object. Karenanya dalam aplikasi Windows digunakan icon-icon, tombol dan scrollbar, kotak dialog dan sebagainya dengan maksud pengoperasiannya lebih mudah dan lebih menyenangkan. Visual Basic dapat memangkas begitu banyak pernyataan dan instruksi program ke dalam pernyataan yang lebih sederhana untuk melaksanakan instruksi yang begitu panjang, serta menyediakan sekumpulan obyek untuk menjadikan tampilan program tampak menarik. Pemakai bisa memilih obyek mana yang digunakan dalam program, kemudian menentukan karakteristik dan menuliskan sedikit kode untuk obyek tersebut.

D. PENELITIAN TERDAHULU

Gunayanti 2002 mengkaji mutu buah mangga Arummanis dan mangga Gedong berdasar sifat fisik permukaan buah seperti area, indeks warna, dan indeks tektur menggunakan teknik pengolahan citra. Dari kajian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa untuk membedakan mangga dengan mutu I, II, dan III dengan reject adalah berdasar nilai nilai indeks tekstur contras, di mana buah 14 reject memiliki nilai contras rata-rata di atas 0.6 sedangkan buah mutu I, II, dan III memiliki nilai contras di bawah 0.6. Parameter indeks warna RGB dan komponen tekstur selain contras pada mangga Arumanis tidak menunjukkan perbedaan yang nyata sehingga tidak dapat digunakan sebagai parameter dalam melakukan pemutuan. Pada mangga Gedong parameter yang sesuai untuk melakukan pemutuan adalah indeks warna merah. Batasan nilai indeks warna merah untuk mutu I yaitu lebih besar atau sama dengan 0.35, sedangkan untuk mutu II indeks warna merah yang dihasilkan antara 0.33-0.35 dan untuk kelas reject indeks warna merah yang dihasilkan sebesar 0.33. Asmara 2005 melakukan kajian karakteristik mutu bunga Krisan tipe spray dengan teknik pengolahan citra. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hubungan nilai panjang tangkai yang diukur secara langsung dengan pengolahan citra diperoleh nilai R 2 = 0.9797. Hubungan nilai diameter tangkai yang diukur secara langsung dengan pengolahan citra menghasilkan nilai R 2 = 0.9071. dengan resolusi citra 400x300 pixel, untuk bunga krisan mutu A menghasilkan citra dengan panjang tangkai lebih dari 296 pixel, diameter tangkai lebih dari 42 pixel dan jumlah kuntum lebih besar dari 7. Untuk bunga Krisan mutu B diperoleh citra dengan panjang tangkai antara 216-296 pixel, diameter tangkai antara 26-42 pixel, dan jumlah kuntum bunga antara 4-6. Untuk bunga Krisan mutu C diperoleh citra dengan panjang tangkai kurang dari 216 pixel, diameter tangkai tangkai kurang dari 26 pixel dan jumlah kuntum kurang dari 4. pemututan bunga berdasar panjang tangkai diperoleh ketepatan sebesar 100 untuk mutu A, sedangkan untuk mutu B dan mutu C diperoleh ketepatan sebesar 95. Pemutuan berdasarkan diameter tangkai dan jumlah kuntum diperoleh ketepatan sebesar 100 untuk mutu A, mutu B, dan mutu C. Ahmad 2002 telah melakukan penelitian dengan membangun program untuk melakukan ekstraksi dan analisis beberapa kriteria kematangan buah dari citra buah mangga dan membandingkannya dengan hasil langsung terhadap beberapa faktor penentu tingkat ketuaan mangga Arumanis. Kriteria yang dianalisis meliputi area, bentuk roundness, warna kulit, dan tekstur permukaan kulit buah. Area dari citra buah mangga memiliki korelasi yang erat dengan buah mangga hasil penimbangan dengan nilai R 2 = 0.9500, sehingga area citra buah 15 mangga dapat digunakan sebagai kriteria pemutuan bedasarkan ukuran buah, warna kulit dan tekstur permukaan kulit buah tidak berhubungan dengan tingkat kematangan yang diwakili oleh kekerasan dan total padatan terlarut sehingga kriteria ini tidak dapat digunakan untuk menentukan tingkat kematangan magga Arumanis. Permukaan kulit buah mangga sehat dan buah mangga cacat memiliki karakteristik yang berbeda jika dilihat dari fitur tekstur yang diekstrak dari citra, sehingga fitur-fitur tektur ini dapat digunakan sebagai kriteria untuk pemeriksaan dan memisahkan mangga yang cacat dari yang sehat. Faizal 2006 melakukan penelitian tantang aplikasi pengolahan citra untuk pemutuan cabai merah. Program untuk aplikasi ini dibangun dengan visual basic 6.0. Hasil yang didapat dari pengolahan citra akan dibandingkan dengan Standar Nasional Indonesia SNI dan pengukuran yang dilakukan secara manual, pemutuan ini dilakukan untuk mengelompokkan cabai merah kedalam tiga kelompok mutu yaitu mutu I, mutu II, dan mutu III. Adapun pemutuan yang dilakukan berdasakan pada panjang buah cabai merah, diameter pangkal cabai merah, faktor bentuk roundness dan berdasarkan warna dari cabai merah itu sendiri. Dari data panjang dan diameter buah cabai juga akan dicari korelasinya, dan ternyata terdapat korelasi antara panjang dengan diameter cabai. Dari dari perbandingan antara pengolahan citra dengan Standar Nasional Indonesia ternyata ada beberapa data yang mempunyai perbedaan yang cukup besar. Pada pengukuran diameter perbedaan hasil disebabkan karena pengambilan bidang ukur tidak sama antara pengukuran dengan pengolahan citra dengan pengukuran dengan pengukuran manual. Untuk nilai roundness perbedaan antara cabai merah mutu I, mutu II, mutu III dengan pengolahan citra sudah dapat menunjukkan perbedaan mutu, tetapi pada masih ada tumpang tindih antara ketiga kelompok mutu tersebut. Hal ini disebabkan karena pada saat sortasi manual tidak ada parameter keseragaman bentuk yang dapat dijadikan acuan yang nyata. 16

III. METODE PENELITIAN A.