22 yang berkaitan dengan identitas responden. Kedua berkaitan dengan karaktreristik
individu. Ketiga berkaitan dengan perilaku komunikasi. dan bagian keempat berkaitan dengan tingkat adopsi teknik pencegahan kematian ikan.
A. Definisi Operasional
Definisi operasional peubah penelitian adalah sebagai berikut:
Karakteristik Individu
Individu dimaksudkan adalah petani pemilik usaha jaring apung yang mengelola sendiri tanpa bantuan pekerja ataupun dengan mempekerjakan orang
lain sebagai pekerjanya, dan atau manager yang bertugas mengelola jaring apung milik orang lain atau perusahaan dengan mendapatkan gaji setiap bulan sebagai
imbalannya. Karakteristik individu petani ataupun manajer ini dilihat dari: 1. Umur, adalah usia responden yang dinyatakan dalam satuan tahun, dihitung
dari tanggal kelahiran hingga penelitian ini dilaksanakan, dan dibulatkan ke ulang tahun terdekat dan diukur dengan skala ordinal. Umur dikatagorikan
menjadi: muda 17–30 tahun, dewasa 31–40 tahun, tua 41–60 tahun, dan lanjut usia 61 tahun keatas. Menurut Undang Undang Nomor 14 tahun
1969 tentang Ketenagakerjaan. 2. Pendidikan formal, adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang
yang terdiri atas: pendidikan dasar, menengah, dan tinggi yang telah ditamatkan oleh responden pada saat penelitian. Pendidikan formal diukur
dengan skala ordinal dan dikatagorikan menjadi: dasarrendah tamat SD - tamat SLTP, menengahsedang tamat SLTA, tinggi tamat Diploma,
Sarjana, Magister, Spesialis, dan Doctor. Menurut Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
23 3. Skala usaha adalah banyaknya petak jaring apung yang dikeloladimiliki. Skala
usahapemilikan jaring apung diukur dengan skala ordinal dan dikatagorikan menjadi: pemilikan skala kecil = 12 petak, sedang 13-40 petak, besar 41-
100 petak, dan sangat besar =101 petak. Menurut Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Cianjur. 2003.
4. Lama usaha adalah pengalaman waktu pengusahaan ikan pada jaring apung secara terus menerus. Lama usaha diukur dengan skala ordinal dan
dikatagorikan menjadi: pemulabelum berpengalaman =12 bulan, cukup berpengalaman 13-36 bulan, berpengalaman 37-60 bulan, berpengalaman
sekali 61 bulan. Menurut Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Cianjur. 2003.
Perilaku Komunikasi
Adalah aktivitas responden dalam melakukan partisipasi sosial, kontak komunikasi interpersonal dengan petani dan agen pembaharu, serta mencari atau
menerima informasi melalui media cetak dan media elektronik. Dalam penelitian ini, perilaku komunikasi meliputi:
1. Partisipasi sosial adalah aktivitas responden berhubungan dengan masyarakat petani ikan jaring apung di tempat mereka berusaha, maupun di tempat tinggal
mereka bersama keluarganya. Aktivitas ini dimaksudkan adalah kegiatan perkumpulan di dalam masyarakat seperti arisan, pengajian, dan gotong
royong yang dalam perbincangan menyinggung masalah kasus kematian ikan karena booming plankton, arus balik, dan penyakit herpes. Partisipasi sosial
diukur dengan skala ordinal dan dikatagorikan menjadi: tidak pernah melakukan 0 kali dalam sebulan, rendah 1-2 kali dalam sebulan,
24 sedang 3-4 kali dalam sebulan, sering 5-6 kali dalam sebulan, amat sering
6 kali dalam sebulan. 2. Komunikasi interpersonal dengan agen pembaharu adalah perbincangan tatap
muka langsung responden dengan seseorang yang memberikan masukan pemahaman yang pembicaraannya berkaitan dengan kasus kematian ikan.
Dalam penelitian ini yang dimaksud agen pembaharu adalah: petugas penyuluh, petugas dinas dan instansi terkait, pedagang bibitpakan, pembeli
ikan hasil panenan dari jaring apung, dan petani ikan jaring apung yang berpengalaman.
2.1. Penyuluh adalah seseorang pegawai pemerintah yang profesinya memberikan masukan dan pembinaan kepada para petani binaan di
wilayah kerjanya. 2.2. Petugas dinas adalah seseorang pegawai pemerintah yang diberi beban
pekerjaan oleh instansinya dan bertanggung jawab atas pekerjaannya. 2.3. Pedagang bibitpakan ikan adalah seseorang atau badan usaha yang
menjual bibit atau pakan ikan untuk keperluan jaring apung. 2.4. Pembeli ikan hasil panenan dari jaring apung adalah seseorang atau
badan usaha yang me nerima produk ikan hasil panenan dari jaring apung dan membayarnya dengan uang yang nilainya telah disepakati
bersama. 2.5. Petani ikan jaring apung yang berpengalaman adalah seseorang yang
mengusahakan ikan dengan alat jaring apung yang diusahakan di dalam waduk secara terus menerus dalam waktu paling sedikit 61 bulan dan
selama mengusahakan banyak menemui kasus kematian ikan, namun
25 tetap berhasil dalam mengendalikan kasus kematian ikan yang
menyerangnya. Katagori komunikasi interpersonal dengan agen pembaharu diukur dengan
skala ordinal dan dikatagorikan menjadi: tidak pernah 0 kali dalam sebulan, rendah 1-2 kali dalam sebulan, sedang 3-4 kali dalam sebulan, sering 5-6
kali dalam sebulan, dan amat sering 6 kali dalam sebulan. 3. Keterdedahan terhadap media adalah seberapa jauh responden memanfaatkan
media cetak koran, majalah dan elektronik radio, dan televisi yang isinya berkaitan dengan kasus kematian ikan karena booming plankton, arus balik,
dan penyakit herpes. 3.1. Keterdedahan terhadap media cetak adalah seberapa jauh responden
memanfaatkan koran, majalah, folder yang isinya memuat kasus kematian ikan karena: booming plankton, arus balik, dan penyakit herpes.
3.2. Keterdedahan media elektronik radio adalah seberapa jauh responden memanfaatkan radio yang isinya memuat kasus kematian ikan karena:
booming plankton, arus balik, dan penyakit herpes. 3.3. Keterdedahan media elektronik televisi adalah seberapa jauh responden
memanfaatkan televisi yang isinya memuat kasus kematian ikan karena: booming plankton, arus balik, dan penyakit herpes.
Katagori keterdedahan terhadap media cetak dan elektronik, diukur dengan skala ordinal dan dikatagorikan menjadi: tidak pernah 0 jambulan, rendah
1-15 jambulan, sedang 16-30 jambulan, tinggi 31-45 jambulan, dan amat tinggi 46 jambulan.
26
Tingkat Adopsi Teknik Pencegahan Kematian Ikan
Peubah pada tingkat adopsi yang akan diteliti adalah tingkat pemahaman dan tingkat penerapan responden dalam mengadopsi suatu inovasi.
1. Tingkat pemahaman adalah kemamp uan responden untuk menjelaskan: 1.1. Penyebab terjadinya kasus-kasus kematian ikan di jaring apung karena
booming plankton, arus balik, dan penyakit herpes. 1.2. Bagaimana cara mengatasi kasus-kasus kematian ikan di jaring apung
karena booming plankton, arus balik, dan penyakit herpes. 1.3. Jenis ikan apa yang harus diusahakan agar tidak terserang kasus kematian
ikan karena booming plankton, arus balik, dan penyakit herpes. Pengukuran dengan skala nominal, dengan katagori jawaban adalah: tidak
memahami atau jawaban salah, dan memahami atau jawaban benar. 2. Tingkat penerapan adalah kemampuan responden menggunakan teknologi dari
pengalaman orang lain atau hasil penelitianuji coba instansi terkait sehingga dalam pengusahaan ikan pada jaring apung tidak terkena kasus kematian ikan
karena kasus booming plankton, arus balik, dan penyakit herpes. Pengukuran dengan skala nominal, dengan katagori jawaban adalah: belum
menerapkan, dan telah menerapkan.
B. Validitas dan Realibilitas Instrumen Validitas Instrumen