tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
2.6. Kajian Penelitian Terdahulu.
Supriyantoro 2005, dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Ketimpangan Pendapatan antar Kabupaten-Kota di Provinsi Jawa Tengah”.
Dengan menggunakan CV Williamson hasil penelitiannya membuktikan bahwa ketimpangan pendapatan antar daerah yang terjadi di Provinsi Jawa Tengah yang
terbagi dalam sepuluh wilayah pembangunan tergolong dalam taraf ketimpangan yang rendah dengan nilai indeks ketimpangan antara 0,2768 sampai 0,3427 yang
berarti masih berada dibawah 0,35 sebagai batas taraf ketimpangan rendah. Kemudian untuk ketimpangan pendapatan yang terjadi didalam wilayah
pembangunan yang terdiri dari Kabupaten Kota berada pada taraf ketimpangan yang rendah untuk wilayah pembangunan II, III, IV yaitu antara 0,1291 sampai
0,3414 dan untuk wilayah pembangunan I, X berada pada taraf ketimpangan yang tinggi yaitu antara 0,6403 sampai 0,9438. Sementara untuk wilayah pembangunan
VII dari tahun 1993 sampai 1999 berada pada taraf ketimpangan yang rendah dan untuk tahun 2000 sampai 2003 berada pada taraf ketimpangan yang sedang dan
untuk wilayah pembangunan VIII berada pada taraf ketimpangan sedang yaitu antara 0,3578 sampai 0,4426.
Analisis trend ketimpangan pendapatan antar wilayah pembangunan menunjukkan bahwa trend ketimpangan pendapatan yang terjadi selama periode
analisis menunjukkan trend ketimpangan yang meningkat. Trend ketimpangan pendapatan menurut wilayah pembangunan juga menunjukkan trend yang
meningkat kecuali wilayah pembangunan X. Hasil analisis korelasi dan koefisien determinan menunjukkan bahwa hubungan pertumbuhan PDRB dan indeks
ketimpangan pendapatan lemah dan besarnya kontribusi pertumbuhan PDRB terhadap perubahan ketimpangan pendapatan kecil yaitu sebesar 12 persen.
Hendra 2004, melakukan penelitian yang menganalisis “Peranan Sektor Pertanian Dalam Mengurangi Ketimpangan Pendapatan Antar Daerah di Provinsi
Lampung” tahun 1995-2001 dengan menggunakan formulasi CV Williamson. Dari hasil analisis diperoleh bahwa sektor pertanian merupakan penyumbang
terbesar dalam PDRB Lampung. Dominasi dari sektor pertanian juga hampir semua kabupatenkota di Lampung. Dari seluruh kabupatenkota yang ada
kecuali Metro dan Bandar Lampung, sektor pertanian menjadi penyumbang terbesar terhadap pembentukan PDRB daerah. Selama periode analisis tahun
1995-2001 sektor pertanian tumbuh rata-rata 4.52 persen per tahun, sementara laju pertumbuhan ekonomi sebesar 3.74 persen per tahun. Hasil analisis korelasi
menunjukkan terjadi korelasi negatif yang kuat antara PDRBkapita dengan persentase pangsa pertanian sebasar -0.847 yang berarti dearah yang mempunyai
dominasi di sektor pertanian cenderung mempunyai PDRBkapita yang rendah. Tingkat ketimpangan pendapatan yang terjadi di Provinsi Lampung selama
periode analisis yaitu tahun 1995 sampai dengan tahun 2001 cenderung menurun, walaupun penurunan itu tidak sinifikan. Tahun 1995 indeks ketimpangan
pendapatan sebesar 0.4404 dan pada tahun 2001 indeks ketimpangan turun menjadi sebesar 0.4068. Terjadi korelasi positif antara PDRBkapita dengan
indeks ketimpangan sebesar 0.796 yang berarti meningkatnya pertumbuhan ekonomi akan menyebabkan ketimpangan pendapatan yang semakin besar.
Dari hasil analisis peranan pertanian juga terlihat bahwa sektor pertanian mempunyai peranan yang besar dalam mengirangi tingkat ketimpangan
pendapatan antar daerah yang terjadi. Indeks ketimpangan pendapatan dengan memasukkan PDRB sektor pertanian dalam perhitungan sekitar antara 0.4404-
04068 tahun 1995-2001 sedangkan kalau PDRB sektor pertanian dikeluarkan dari perhitungan indeks ketimpangan meningkat menjadi berkisar antara 0.8373-
0.7680. Selisih antara kedua perhitungan tersebut menunjukkan besarnya peranan sektor pertanian dalam mengurangi ketimpangan pendapatan daerah. Dari hasil
analisis korelasi menunjukkan terjadi hubungan negatif antara indeks ketimpangan dengan kontribusi sektor pertanian sebesar -0.919. Berarti
peningkatan pada sektor pertanian akan memperkecil ketimpangan pendapatan yang terjadi.
2.7. Kerangka Konseptual Penelitian