BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Air Susu Ibu (ASI

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Air Susu Ibu (ASI)

Air Susu Ibu (ASI) adalah emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu yang berguna sebagai makanan yang utama bagi bayi (Roesli,2000).

Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang mudah didapat, selalu tersedia, siap diminum tanpa adanya persiapan yang khusus dengan temperatur yang sesuai dengan bayi. Air Susu Ibu (ASI) memiliki kandungan zat gizi yang lengkap dan sempurna untuk keperluan bayi serta mengandung zat-zat gizi yang lengkap dan sempurna untuk keperluan bayi serta mengandungi zat anti infeksi. Oleh karenanya Air Susu Ibu (ASI) merupakan satu-satunya makanan terbaik dan paling cocok untuk bayi (Perinasia,2004).

Banyak keunggulan Air Susu ibu dibanding susu sapi,antara lain:

1. Air Susu Ibu mengandung zat makanan yang dibutuhkan bayi dalam jumlah yang cukup dengan susunan zat gizi yang sesuai untuk bayi. 2. Air Susu Ibu sedikit sekali berhubungan dengan udara luar, sehingga

Air Susu Ibu bersih dan kecil kemungkinan tercemar oleh kuman. 3. Air Susu Ibu selalu segar dan temperatur Air Susu Ibu sesuai dengan

temperatur tubuh bayi.

4. Mengandung zat kekebalan (immunoglobulin). Antibodi dalam Air Susu Ibu dapat bertahan di dalam saluran pencernaan karena tahan terhadap asam dan enzim proteolitik saluran pencernaan dan membuat lapisan pada mukosanya sehingga mencegah bakteri patogen dan enterovirus masuk ke mukosa usus.

5. Air Susu Ibu tidak menimbulkan alergi.

6. Kolostrum (susu awal) adalah Air Susu Ibu yang keluar pada hari-hari pertama setelah kelahiran bayi, bewarna kekuning-kuningan, dan lebih kental, karena banyak mengandung vitamin A, protein dan zat kekebalan yang penting untuk melindungi bayi dari penyakit infeksi.


(2)

Kolostrum juga mengandung vitamin E dan K serta beberapa mineral seperti natrium dan seng (Depkes,2005, Perinasia,2004).

2.2. Stadium ASI (Purwanti, 2004). 2.2.1. ASI Stadium I

ASI stadium I adalah kolostrum. Kolostrum merupakan cairan yang pertama disekresi oleh kelenjar payudara dari hari ke-1 sampai hari ke-4 setelah persalinan komposisi kolostrum ASI mengalami perubahan. Kolostrum berwarna kuning keemasan disebabkan oleh tingginya komposisi lemak dan sel-sel hidup. Kolostrum merupakan pencahar yang membersihkan mekonium sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir segera bersih dan siap menerima ASI. Hal ini menyebabkan bayi yang mendapat ASI pada minggu ke-1 sering defekasi dan feses berwarna hitam.

Kandungan tertinggi dalam kolostrum adalah antibodi yang siap melindungi bayi saat kondisinya masih lemah. Kandungan protein dalam kolostrum lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan protein dalam susu matur. Jenis protein globulin membuat konsistensi kolostrum menjadi pekat ataupun padat sehingga bayi lebih lama merasa kenyang meskipun hanya mendapat sedikit kolostrum.

Lemak kolostrum lebih banyak mengandung kolesterol dan lisotin sehingga bayi sejak dini sudah terlatih mengolah kolesterol. Kandungan hidrat arang kolesterol lebih rendah dibandingkan susu matur akibat dari aktivitas bayi pada 3 hari pertama masih sedikit dan tidak memerlukan banyak kalori. Total kalori kolostrum hanya 58 kal/100 ml kolostrum.

2.2.2. ASI Stadium II

ASI stadium II adalah ASI peralihan.ASI ini diproduksi pada hari ke-4 sampai hari ke-10. Komposisi protein makin rendah sedangkan lemak dan hidrat arang makin tinggi dan jumlah volume ASI semakin meningkat. Hal ini merupakan pemenuhan terhadap aktivitas bayi yang mulai aktif karena bayi sudah beradaptasi terhadap lingkungan. Pada masa ini,pengeluaran ASI mulai stabil


(3)

begitu juga kondisi fisik ibu. Keluhan nyeri pada payudara sudah berkurang. Oleh karena itu,yang perlu ditingkatkan adalah kandungan protein dan kalsium dalam makanan ibu.

2.2.3. ASI Stadium III

ASI stadium III adalah ASI matur. ASI yang disekresi dari hari ke-10 sampai seterusnya. ASI matur merupakan nutrisi bayi yang terus berubah disesuaikan dengan perkembangan bayi sampai berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan, bayi mulai dikenalkan dengan makanan lain selain ASI.

2.3. Pola Pemberian ASI

Menurut Herniwati (1999), berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pola pemberian ASI seperti kontinuitas pemberian, waktu pemberian, pemanfaatan kolostrum dan usia anak saat dipilih. Akan tetapi sejalan dengan kemajuan teknologi maka terjadi pula perubahan ekonomi,sosial,dan budaya masyarakat, maka pola pemberian ASI sudah banyak diganti dengan susu botol.

Dalam upaya perbaikan gizi keluarga ditekankan agar semua ibu-ibu menyusui dapat memberikan ASI kepada bayi dan anak-anaknya selama dua tahun. Dari beberapa tahun penelitian yang dilakukan terdapat bermacam-macam alasan penyapihan,akan tetapi dapat dikelompokkan menjadi alasan tiga golongan besar,yaitu:

1. Karena alasan ibu

Keadaan kesehatan ibu dan pembagian waktu yang sulit khususnya pada ibu bekerja dalam memberikan ASI akan mendorong penyapihan lebih awal.

2. Karena alasan ASI

Penyapihan akan dilakukan lebih awal bila ASI yang diproduksi oleh ibu-ibu tidak keluar atau kurang mencukupi bagi bayi.


(4)

3. Karena alasan anak

Keadaan kesehatan anak yang tidak memungkinkan untuk disusui oleh ibu akan mendorong penyapihan lebih awal. Hal ini dapat terjadi pada bayi yang harus berada didalam inkubatorium. Dalam usaha penyapihan ini terdapat juga perbedaan yang nyata antara masyarakat pedesaan dan perkotaan. Pada masyarakat pedesaan, alasan penyapihan adalah karena anak sudah besar dan ibu hamil lagi,sedangkan di perkotaan faktor ibu lebih berperan karena ibu bekerja atau sibuk (Arisman, 2004).

2.4. Zat Gizi ASI 2.4.1. Karbohidrat

Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi sebagai salah satu sumber energi untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI hampir 2 kali lipat dibandingkan laktosa yang ditemukan pada susu sapi. Namun demikian angka kejadian diare yang disebabkan karena tidak dapat mencernakan laktosa (intoleransi laktosa) jarang ditemukan pada bayi yang mendapat ASI. Hal ini disebabkan karena penyerapan laktosa ASI lebih baik dibandingkan laktosa susu sapi. Kadar karbohidrat dalam kolostrum tidak terlalu tinggi,tetapi jumlahnya meningkat terutama laktosa pada ASI transisi (7-14 hari setelah melahirkan). Sesudah melewati masa ini maka kadar karbohidrat ASI relatif stabil (IDAI Cab.DKI Jakarta,2008).

2.4.2. Protein

Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan protein yang terdapat dalam susu sapi. Protein dalam ASI dan susu sapi terdiri dari protein whey dan casein. Protein dalam ASI lebih banyak terdiri protein whey yang lebih mudah diserap oleh usus bayi, sedangkan susu sapi lebih banyak mengandung protein casein yang lebih sulit dicerna oleh usus bayi. Jumlah protein casein yang terdapat dalam ASI hanya 30% dibanding susu sapi yang mengandung jumlah ini lebih tinggi (80%). Disamping itu, beta laktoglobulin yaitu fraksi dari protein whey yang banyak terdapat pada susu sapi tidak terdapat


(5)

dalam ASI. Beta laktoglobulin ini merupakan sejenis protein yang berpotensial menyebabkan alergi.

ASI juga kaya akan nukleotida (kelompok berbagai jenis senyawa organik yang tersusun dari 3 jenis yaitu basa nitrogen,karbohidrat,dan fosfat) dibanding dengan susu sapi yang mempunyai zat gizi ini dalam jumlah sedikit. Disamping itu kualitas nukleotida ASI juga lebih baik dibanding susu sapi. Nukleotida ini mempunyai peran dalam meningkatkan pertumbuhan dan kematangan usus,merangsang pertumbuhan bakteri yang baik di dalam usus, dan meningkatkan penyerapan besi dan daya tahan tubuh (IDAI Cab.DKI Jakarta,2008).

2.4.3. Lemak

Kadar lemak dalam ASI lebih tinggi dibanding dengan susu sapi. Kadar lemak yang tinggi ini dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan otak yang cepat selama masa bayi. Terdapat beberapa perbedaan antara profil lemak yang ditemukan dalam ASI dan susu sapi. Lemak omega 3 dan omega 6 yang berperan pada perkembangan otak bayi banyak ditemukan dalam ASI. Disamping itu,ASI banyak mengandung asam lemak rantai panjang diantaranya asam dokosaheksonik (DHA) dan asam arakidonat (ARA) yang berperan terhadap perkembangan jaringan saraf dan retina mata.

ASI mengandung asam lemak jenuh dan tak jenuh yang seimbang dibanding susu sapi yang lebih banyak mengandung asam lemak jenuh. Seperti yang kita ketahui,konsumsi asam lemak jenuh dalam jumlah banyak dan lama tidak baik untuk kesehatan jantung dan pembuluh darah (IDAI Cab.DKI Jakarta,2008).

2.4.4. Kartinin

Karnitin ini mempunyai peran membantu proses pembentukan energy yang dibutuhkan untuk mempertahankan metabolisme tubuh. ASI mengandung kadar karnitin yang tinggi terutama pada 3 minggu pertama menyusui,bahkan di dalam kolostrum kadar karnitin lebih tinggi lagi. Konsentrasi karnitin bayi yang mendapat ASI lebih tinggi dibanding dengan bayi yang mendapat susu formula (IDAI Cab,DKI Jakarta,2008).


(6)

2.4.5. Vitamin

Vitamin K dibutuhkan sebagai salah satu zat gizi yang berfungsi sebagai factor pembekuan. Vitamin D untuk mencegah bayi menderita penyakit tulang. Vitamin A berfungsi untuk kesehatan mata dan juga untuk mendukung pembelahan sel,kekebalan tubuh dan pertumbuhan (IDAI Cab.DKI Jakarta,2008). 2.4.6. Mineral

Mineral utama yang terdapat di dalam ASI adalah kalsium yang mempunyai fungsi untuk pertumbuhan jaringan otot dan rangka, transmisi jaringan saraf dan pembekuan darah. Kandungan zat besi di dalam ASI lebih mudah diserap yaitu 20-50% dibandingkan hanya 4-7% pada susu formula. Sehingga bayi yang mendapat ASI mempunyai resiko lebih kecil untuk mengalami kekurangan zat besi dibanding dengan bayi yang mendapat susu formula. Mineral zink dibutuhkan oleh tubuh karena merupakan mineral yang banyak membantu berbagai proses metabolisme di dalam tubuh (IDAI Cab.DKI Jakarta,2008).

2.5. ASI Eksklusif

Yang dimaksudkan dengan ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, papaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim.

Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya selama 4 bulan tetapi bila memungkinkan sampai 6 bulan. Setelah bayi berumur 6 bulan, ia harus mulai diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun atau lebih dari 2 tahun.

Para ahli menemukan bahwa manfaat ASI akan sangat meningkat bila bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan pertama kehidupannya. Peningkatan ini sesuai dengan lamanya pemberian ASI eksklusif serta lamanya pemberian ASI bersama-sama dengan makanan padat setelah bayi berumur 6 bulan.


(7)

Berdasarkan hal-hal di atas, WHO/UNICEF membuat deklarasi yang dikenal dengan Deklarasi Innocenti. Deklarasi yang dilahirkan di Innocenti, Italia tahun 1990 ini bertujuan untuk melindungi, mempromosikan, dan memberi dukungan pada pemberian ASI. Deklarasi yang juga ditandatangani Indonesia ini memuat hal-hal berikut.

“Sebagai tujuan global untuk meningkatkan kesehatan dan mutu makanan bayi secara optimal maka semua ibu dapat memberikan ASI eksklusif dan semua bayi diberi ASI eksklusif sejak lahir sampai berusia 4 hingga 6 bulan. Setelah berumur 4-6 bulan, bayi diberi makanan pendamping yang benar dan tepat, sedangkan ASI tetap diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih.Pemberian makanan untuk bayi yang ideal seperti ini dapat dicapai dengan cara menciptakan pengertian serta dukungan dari lingkungan sehingga ibu-ibu dapat menyusui secara eksklusif “

Pada tahun 1999,setelah pengalaman selama 9 tahun, UNICEF memberikan klarifikasi tentang rekomendasi jangka waktu pemberian ASI eksklusif. Rekomendasi terbaru UNICEF bersama WHA dan banyak negara lainnya adalah menetapkan jangka waktu pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan (Roesli,2005).

2.6. Manfaat ASI Eksklusif 2.6.1. Manfaat bagi Bayi

Adapun manfaat ASI eksklusif bagi bayi (Roesli,2005), yaitu:

1. ASI sebagai nutrisi dimana ASI sebagai makanan tunggal untuk memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan bayi sampai usia 6 bulan. 2. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi karena mengandung berbagai zat

anti kekebalan sehingga akan lebih jarang sakit. ASI juga mengurangi terjadinya mencret, sakit telinga, dan infeksi saluran pernafasan serta terjadinya serangan alergi.


(8)

3. ASI eksklusif meningkatkan kecerdasan karena mengandung asam lemak yang diperlukan untuk pertumbuhan otak sehingga bayi ASI eksklusif potensial lebih pandai.

4. ASI eksklusif meningkatkan jalinan kasih saying sehingga dapat menunjang perkembangan kepribadian, kecerdasan emosional, kematangan spiritual dan hubungan sosial yang baik.

2.6.2. Manfaat Bagi Ibu

Adapun manfaat ASI eksklusif bagi ibu bila memberikan ASI eksklusif (Roesli,2005), yaitu:

1. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan karena pada ibu menyusui terjadi peningkatan kadar oksitosin yang berguna juga untuk konstriksi/penutupan pembuluh darah sehingga perdarahan akan lebih cepat berhenti.

2. Mengurangi terjadinya anemia akibat kekurangan zat besi karena menyusui mengurangi perdarahan.

3. Menjarangkan kehamilan karena menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman, murah dan cukup berhasil.

4. Mengecilkan rahim karena kadar oksitosin ibu menyusui yang meningkat membantu rahim ke ukuran sebelum hamil.

5. Lebih cepat langsing kembali karena menyusui membutuhkan energi maka tubuh akan mengambilnya dari lemak yang tertimbun selama hamil. 6. Mengurangi kemungkinan menderita kanker.

7. Lebih ekonomis dan murah karena dapat menghemat pengeluaran untuk susu formula, perlengkapan menyusui dan persiapan pembuatan susu formula.

8. Tidak merepotkan dan hemat waktu karena ASI dapat diberikan segera tanpa harus menyiapkan atau memasak air.

9. Portabel dan praktis karena mudah dibawa kemana-mana sehingga saat bepergian tidak perlu membawa berbagai alat untuk meyusui.


(9)

10.Memberi ibu kepuasan, kebanggaan dan kebahagiaan yang mendalam karena telah berhasil memberikan ASI eksklusif.

2.6.3. Manfaat Bagi Negara

Pemberian ASI eksklusif akan menghemat pengeluaran Negara karena hal-hal berikut ini (Roesli,2005) :

1. Penghematan devisa untuk pembelian susu formula, perlengkapan menyusui, serta biaya menyiapkan susu.

2. Penghematan biaya rumah sakit terutama sakit muntah-mencret dan penyakit saluran pernafasan.

3. Penghematan obat-obatan, tenaga dan sarana kesehatan.

4. Menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan berkualitas untuk membangun Negara.

5. Langkah awal untuk mengurangi bahkan menghindari kemungkinan terjadinya generasi yang hilang khususnya bagi Indonesia.


(1)

3. Karena alasan anak

Keadaan kesehatan anak yang tidak memungkinkan untuk disusui oleh ibu akan mendorong penyapihan lebih awal. Hal ini dapat terjadi pada bayi yang harus berada didalam inkubatorium. Dalam usaha penyapihan ini terdapat juga perbedaan yang nyata antara masyarakat pedesaan dan perkotaan. Pada masyarakat pedesaan, alasan penyapihan adalah karena anak sudah besar dan ibu hamil lagi,sedangkan di perkotaan faktor ibu lebih berperan karena ibu bekerja atau sibuk (Arisman, 2004).

2.4. Zat Gizi ASI 2.4.1. Karbohidrat

Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi sebagai salah satu sumber energi untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI hampir 2 kali lipat dibandingkan laktosa yang ditemukan pada susu sapi. Namun demikian angka kejadian diare yang disebabkan karena tidak dapat mencernakan laktosa (intoleransi laktosa) jarang ditemukan pada bayi yang mendapat ASI. Hal ini disebabkan karena penyerapan laktosa ASI lebih baik dibandingkan laktosa susu sapi. Kadar karbohidrat dalam kolostrum tidak terlalu tinggi,tetapi jumlahnya meningkat terutama laktosa pada ASI transisi (7-14 hari setelah melahirkan). Sesudah melewati masa ini maka kadar karbohidrat ASI relatif stabil (IDAI Cab.DKI Jakarta,2008).

2.4.2. Protein

Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan protein yang terdapat dalam susu sapi. Protein dalam ASI dan susu sapi terdiri dari protein whey dan casein. Protein dalam ASI lebih banyak terdiri protein whey yang lebih mudah diserap oleh usus bayi, sedangkan susu sapi lebih banyak mengandung protein casein yang lebih sulit dicerna oleh usus bayi. Jumlah protein casein yang terdapat dalam ASI hanya 30% dibanding susu sapi yang mengandung jumlah ini lebih tinggi (80%). Disamping itu, beta laktoglobulin yaitu fraksi dari protein whey yang banyak terdapat pada susu sapi tidak terdapat


(2)

dalam ASI. Beta laktoglobulin ini merupakan sejenis protein yang berpotensial menyebabkan alergi.

ASI juga kaya akan nukleotida (kelompok berbagai jenis senyawa organik yang tersusun dari 3 jenis yaitu basa nitrogen,karbohidrat,dan fosfat) dibanding dengan susu sapi yang mempunyai zat gizi ini dalam jumlah sedikit. Disamping itu kualitas nukleotida ASI juga lebih baik dibanding susu sapi. Nukleotida ini mempunyai peran dalam meningkatkan pertumbuhan dan kematangan usus,merangsang pertumbuhan bakteri yang baik di dalam usus, dan meningkatkan penyerapan besi dan daya tahan tubuh (IDAI Cab.DKI Jakarta,2008).

2.4.3. Lemak

Kadar lemak dalam ASI lebih tinggi dibanding dengan susu sapi. Kadar lemak yang tinggi ini dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan otak yang cepat selama masa bayi. Terdapat beberapa perbedaan antara profil lemak yang ditemukan dalam ASI dan susu sapi. Lemak omega 3 dan omega 6 yang berperan pada perkembangan otak bayi banyak ditemukan dalam ASI. Disamping itu,ASI banyak mengandung asam lemak rantai panjang diantaranya asam dokosaheksonik (DHA) dan asam arakidonat (ARA) yang berperan terhadap perkembangan jaringan saraf dan retina mata.

ASI mengandung asam lemak jenuh dan tak jenuh yang seimbang dibanding susu sapi yang lebih banyak mengandung asam lemak jenuh. Seperti yang kita ketahui,konsumsi asam lemak jenuh dalam jumlah banyak dan lama tidak baik untuk kesehatan jantung dan pembuluh darah (IDAI Cab.DKI Jakarta,2008).

2.4.4. Kartinin

Karnitin ini mempunyai peran membantu proses pembentukan energy yang dibutuhkan untuk mempertahankan metabolisme tubuh. ASI mengandung kadar karnitin yang tinggi terutama pada 3 minggu pertama menyusui,bahkan di dalam kolostrum kadar karnitin lebih tinggi lagi. Konsentrasi karnitin bayi yang mendapat ASI lebih tinggi dibanding dengan bayi yang mendapat susu formula


(3)

2.4.5. Vitamin

Vitamin K dibutuhkan sebagai salah satu zat gizi yang berfungsi sebagai factor pembekuan. Vitamin D untuk mencegah bayi menderita penyakit tulang. Vitamin A berfungsi untuk kesehatan mata dan juga untuk mendukung pembelahan sel,kekebalan tubuh dan pertumbuhan (IDAI Cab.DKI Jakarta,2008). 2.4.6. Mineral

Mineral utama yang terdapat di dalam ASI adalah kalsium yang mempunyai fungsi untuk pertumbuhan jaringan otot dan rangka, transmisi jaringan saraf dan pembekuan darah. Kandungan zat besi di dalam ASI lebih mudah diserap yaitu 20-50% dibandingkan hanya 4-7% pada susu formula. Sehingga bayi yang mendapat ASI mempunyai resiko lebih kecil untuk mengalami kekurangan zat besi dibanding dengan bayi yang mendapat susu formula. Mineral zink dibutuhkan oleh tubuh karena merupakan mineral yang banyak membantu berbagai proses metabolisme di dalam tubuh (IDAI Cab.DKI Jakarta,2008).

2.5. ASI Eksklusif

Yang dimaksudkan dengan ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, papaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim.

Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya selama 4 bulan tetapi bila memungkinkan sampai 6 bulan. Setelah bayi berumur 6 bulan, ia harus mulai diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun atau lebih dari 2 tahun.

Para ahli menemukan bahwa manfaat ASI akan sangat meningkat bila bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan pertama kehidupannya. Peningkatan ini sesuai dengan lamanya pemberian ASI eksklusif serta lamanya pemberian ASI bersama-sama dengan makanan padat setelah bayi berumur 6 bulan.


(4)

Berdasarkan hal-hal di atas, WHO/UNICEF membuat deklarasi yang dikenal dengan Deklarasi Innocenti. Deklarasi yang dilahirkan di Innocenti, Italia tahun 1990 ini bertujuan untuk melindungi, mempromosikan, dan memberi dukungan pada pemberian ASI. Deklarasi yang juga ditandatangani Indonesia ini memuat hal-hal berikut.

“Sebagai tujuan global untuk meningkatkan kesehatan dan mutu makanan bayi secara optimal maka semua ibu dapat memberikan ASI eksklusif dan semua bayi diberi ASI eksklusif sejak lahir sampai berusia 4 hingga 6 bulan. Setelah berumur 4-6 bulan, bayi diberi makanan pendamping yang benar dan tepat, sedangkan ASI tetap diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih.Pemberian makanan untuk bayi yang ideal seperti ini dapat dicapai dengan cara menciptakan pengertian serta dukungan dari lingkungan sehingga ibu-ibu dapat menyusui secara eksklusif “

Pada tahun 1999,setelah pengalaman selama 9 tahun, UNICEF memberikan klarifikasi tentang rekomendasi jangka waktu pemberian ASI eksklusif. Rekomendasi terbaru UNICEF bersama WHA dan banyak negara lainnya adalah menetapkan jangka waktu pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan (Roesli,2005).

2.6. Manfaat ASI Eksklusif 2.6.1. Manfaat bagi Bayi

Adapun manfaat ASI eksklusif bagi bayi (Roesli,2005), yaitu:

1. ASI sebagai nutrisi dimana ASI sebagai makanan tunggal untuk memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan bayi sampai usia 6 bulan. 2. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi karena mengandung berbagai zat

anti kekebalan sehingga akan lebih jarang sakit. ASI juga mengurangi terjadinya mencret, sakit telinga, dan infeksi saluran pernafasan serta terjadinya serangan alergi.


(5)

3. ASI eksklusif meningkatkan kecerdasan karena mengandung asam lemak yang diperlukan untuk pertumbuhan otak sehingga bayi ASI eksklusif potensial lebih pandai.

4. ASI eksklusif meningkatkan jalinan kasih saying sehingga dapat menunjang perkembangan kepribadian, kecerdasan emosional, kematangan spiritual dan hubungan sosial yang baik.

2.6.2. Manfaat Bagi Ibu

Adapun manfaat ASI eksklusif bagi ibu bila memberikan ASI eksklusif (Roesli,2005), yaitu:

1. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan karena pada ibu menyusui terjadi peningkatan kadar oksitosin yang berguna juga untuk konstriksi/penutupan pembuluh darah sehingga perdarahan akan lebih cepat berhenti.

2. Mengurangi terjadinya anemia akibat kekurangan zat besi karena menyusui mengurangi perdarahan.

3. Menjarangkan kehamilan karena menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman, murah dan cukup berhasil.

4. Mengecilkan rahim karena kadar oksitosin ibu menyusui yang meningkat membantu rahim ke ukuran sebelum hamil.

5. Lebih cepat langsing kembali karena menyusui membutuhkan energi maka tubuh akan mengambilnya dari lemak yang tertimbun selama hamil. 6. Mengurangi kemungkinan menderita kanker.

7. Lebih ekonomis dan murah karena dapat menghemat pengeluaran untuk susu formula, perlengkapan menyusui dan persiapan pembuatan susu formula.

8. Tidak merepotkan dan hemat waktu karena ASI dapat diberikan segera tanpa harus menyiapkan atau memasak air.

9. Portabel dan praktis karena mudah dibawa kemana-mana sehingga saat bepergian tidak perlu membawa berbagai alat untuk meyusui.


(6)

10.Memberi ibu kepuasan, kebanggaan dan kebahagiaan yang mendalam karena telah berhasil memberikan ASI eksklusif.

2.6.3. Manfaat Bagi Negara

Pemberian ASI eksklusif akan menghemat pengeluaran Negara karena hal-hal berikut ini (Roesli,2005) :

1. Penghematan devisa untuk pembelian susu formula, perlengkapan menyusui, serta biaya menyiapkan susu.

2. Penghematan biaya rumah sakit terutama sakit muntah-mencret dan penyakit saluran pernafasan.

3. Penghematan obat-obatan, tenaga dan sarana kesehatan.

4. Menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan berkualitas untuk membangun Negara.

5. Langkah awal untuk mengurangi bahkan menghindari kemungkinan terjadinya generasi yang hilang khususnya bagi Indonesia.