Kelayakan Dan Strategi Implementasi Program Hutan Desa Di Desa Tanjung Aur Ii Kabupaten Bengkulu Selatan.

KELAYAKAN DAN STRATEGI IMPLEMENTASI
PROGRAM HUTAN DESA DI DESA TANJUNG AUR II
KABUPATEN BENGKULU SELATAN

DESMANTORO

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Kelayakan dan Strategi
Implementasi Program Hutan Desa di Desa Tanjung Aur II Kabupaten Bengkulu
Selatan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor,

November 2015
Desmantoro
NIM P052130511

RINGKASAN
DESMANTORO. Kelayakan dan Strategi Implementasi Program Hutan Desa di
Desa Tanjung Aur II Kabupaten Bengkulu Selatan. Dibimbing oleh NURHENI
WIJAYANTO dan LETI SUNDAWATI.
Implementasi program perhutanan sosial Hutan Desa membutuhkan kajian
terhadap kelayakan prasyarat program (areal kerja, lembaga pengelola, dan
dukungan stakeholder) dan strategi khusus yang berbasis kondisi prasyarat
program. Guna mengkaji kelayakan program Hutan Desa dan menyusun strategi
implementasi program tersebut di Desa Tanjung Aur II, Kabupaten Bengkulu
Selatan dilakukan penelitian yang bertujuan untuk 1) mengidentifikasi kondisi
biogeofisik kawasan hutan yang terkait dengan persyaratan areal kerja; 2)
menganalisis kondisi sosekbud masyarakat yang terkait dengan persyaratan

kelembagaan; 3) menganalisis dukungan stakeholder yang terkait dengan fasilitasi
dan pendampingan; dan 4) memformulasikan strategi yang sesuai bagi
implementasi program Hutan Desa di wilayah Desa Tanjung Aur II.
Penelitian dilakukan di wilayah Desa Tanjung Aur II, Kecamatan Pino
Raya, Kabupaten Bengkulu Selatan, Provinsi Bengkulu sejak bulan Februari
hingga Juli 2015. Penelitian menggunakan metode survei dan kajian kualitatif.
Variabel penelitian terdiri dari variabel biogeofisik kawasan hutan, sosekbud
masyarakat yang berinteraksi dengan hutan negara, dan dukungan stakeholder.
Responden/informan penelitian terdiri dari 47 orang perambah hutan negara
(snowball dengan kuota kontrol), 15 orang stakeholder/informan kunci (snowball
dengan kuota kontrol), dan 7 orang responden pakar (purposif). Data-data
dianalisis dengan menggunakan analisis spasial, analisis deskriptif kualitatif,
analisis modal sosial, analisis stakeholder, analisis faktor internal dan eksternal,
analisis SWOT, dan analisis QSPM.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa: 1) Secara biogeofisik, areal
hutan negara di Desa Tanjung Aur II memenuhi persyaratan dan layak diusulkan
sebagai areal kerja Hutan Desa; 2) Kondisi sosekbud masyarakat di wilayah Desa
Tanjung Aur II memungkinkan untuk membentuk lembaga pengelola Hutan Desa,
melalui kolaborasi masyarakat perambah hutan negara dan perwakilan masyarakat
Desa Tanjung Aur II; 3) Stakeholder siap memberikan dukungan fasilitasi dan

pendampingan sesuai kapasitas dan kapabilitasnya masing-masing. Stakeholder
kunci dalam implementasi program Hutan Desa di Desa Tanjung Aur II adalah
BPDAS Ketahun, Dishut Provinsi Bengkulu, Dishut ESDM Kabupaten Bengkulu
Selatan, LSM Ulayat, dan Aparatur Desa Tanjung Aur II; 4) Strategi implementasi
program Hutan Desa yang sesuai bagi Desa Tanjung Aur II adalah strategi
kompetitif atau diversifikasi (strategi S-T), dengan startegi prioritas utama adalah
mencari dan meminta dukungan dari stakeholder terkait ataupun pihak-pihak
lainnya yang memiliki kapasitas dan kapabilitas untuk melakukan fasilitasi dan
pendampingan.
Kata kunci: Hutan Desa, strategi, implementasi, prioritas.

SUMMARY
DESMANTORO. Feasibility and Implementation Strategy of village forest
Program at Tanjung Aur II Village, South Bengkulu Regency. Supervised by
NURHENI WIJAYANTO and LETI SUNDAWATI.
Implementation of social forestry program of village forest requires a
feasibility study of the program prerequisite (area of operation, management
institution, and stakeholder support) and specific strategies based on program
prerequisite condition. In order to assess the village forest program and develop
strategy for its implementation at Tanjung Aur II Village, South Bengkulu District

a research has been done with the aims to 1) identify bio-geophysical conditions
of forests associated with the requirements of the work area; 2) analyze the
conditions of sosio-economic-cultural society associated with institutional
requirements; 3) analyze the support of stakeholders associated with the
facilitation and mentoring; and 4) formulate appropriate strategies for the
implementation of village forest program at Tanjung Aur II.
This study was conducted at Tanjung Aur II Village, Pino Raya Subdistrict,
South Bengkulu Regency, Bengkulu Province from February to July 2015. The
study used a survey method and qualitative studies. The research variables
consisted of forest bio geophysical variables, sosio-economic-cultural society who
interacted with state forests, and stakeholder support. Respondents/informants
consisted of 47 state forest encroachers (snowball with quota controll), 15
stakeholders/key informants (snowball with quota controll), and 7 expert
respondent (purposive). Data is analyzed using spatial analysis, qualitative
descriptive analysis, analysis of social capital, stakeholders analysis, analysis of
internal and external factors, SWOT analysis, and QSPM analysis.
The research results revealed that: 1) the biogeophysical conditions of state
forest areas in the village of Tanjung Aur II was compliant and suitable to be
proposed as village forest working area; 2) conditions of socio-economic-cultural
communities in Tanjung Aur II allowed to form village forest management

institution, through collaboration between state forest encroachers and the villager
representatives of Tanjung Aur II; 3) stakeholders were ready to provide support
facilitation and assistance according to their capacitiy and capabilities. Key
stakeholder for the implementation of the village forest program in Tanjung Aur II
were BPDAS Ketahun, Dishut Provinsi Bengkulu, Dishut ESDM Bengkulu
Selatan, NGOs Ulayat, and officials of Tanjung Aur II Village; 4) the
implementation strategy of village forest program that suitable for Tanjung Aur II
was a competitive strategy or diversification (S-T strategy), with the main strategy
priority is seeking and asking for support from relevant stakeholders or other
parties who had the capacity and capability to undertake facilitation and
assistance.
Keywords: village forest, strategies, implementation, priority.

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

KELAYAKAN DAN STRATEGI IMPLEMENTASI
PROGRAM HUTAN DESA DI DESA TANJUNG AUR II
KABUPATEN BENGKULU SELATAN

DESMANTORO

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015


Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Dodik Ridho Nurrochmat, MScFTrop

Judul Tesis : Kelaya
yakan dan Strategi Implementasi Program Huta
utan Desa di Desa
Tanjung
ung Aur II Kabupaten Bengkulu Selatan
Nama
: Desmaantoro
NIM
: P052130511
052130511

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Nurheni
ni W
Wijayanto, MS
Ketua

tua

Dr Ir Leti Sundawa
wati, MScFTrop
Anggot
nggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
udi
Pengelolaan Sumberda
rdaya
Alam dan Lingkungan
gan

Dekan Sekolahh Pa
Pascasarjana

Prof Dr Ir Cecep Kusm

usmana, MS

Dr Ir Dahrul Syah,
ah, MS
MScAgr

Tanggal Ujian: 4 Nove
ovember 2015

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis yang
berjudul Kelayakan dan Strategi Implementasi Program Hutan Desa di Desa
Tanjung Aur II Kabupaten Bengkulu Selatan dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang tiada terhingga
kepada:
1. Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS dan Dr Ir Leti Sundawati, MScFTrop
selaku komisi pembimbing atas semua arahan, bimbingan, dan kebaikannya

kepada penulis.
2. Dr Ir Dodik Ridho Nurrochmat, MScFTrop selaku penguji luar komisi dan
Dr Ir Lailan Syaufina, MSc selaku pimpinan sidang ujian tesis atas saran dan
masukan bagi penulis dan perbaikan karya ilmiah ini.
3. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan, Kementerian Kehutanan selaku
pemberi beasiswa pendidikan pascasarjana bagi penulis.
4. Dosen dan staf Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan Sekolah Pascsarjana IPB atas semua dukungan dan bantuannya
selama penulis melaksanakan studi.
5. Aparatur dan masyarakat desa, serta masyarakat penggarap lahan hutan negara
di wilayah Desa Tanjung Aur II atas semua bantuan dan kerjasama selama
pelaksanaan penelitian.
6. BPDAS Ketahun, Dinas Kehutanan ESDM Kabupaten Bengkulu Selatan,
Dinas Kehutanan Provinsi Bengkulu, PT Jatropha Solutions, LSM Ulayat,
DPRD Bengkulu Selatan, Bappeda Kabupaten Bengkulu Selatan, dan Jurusan
Kehutanan Universitas Bengkulu atas semua bantuan dan kerjasama selama
pelaksanaan penelitian.
7. Sahabat-sahabat seperjuangan (PSL IPB 2013) atas kekompakan,
kebersamaan, persahabatan, dan sharing pengetahuannya.
8. Orang tua dan saudara-saudaraku: Ayahanda Dulana Ra'it (alm) dan Ibunda

Zuhaibaniah, Ayahanda Kustomo dan Ibunda Sutarmi, Mas Yoyo & Wa Elpi,
Jemi & Liza, Yadi & Isty, Yuda & Uut, dan Kresno Bri Hutomo; keluarga
kecilku tercinta: isteriku Kristina Paskana, S.S.T., M.Kes. dan putriku Asha
Ardhiona Bunga Silvana, atas semua dukungan, doa, cinta, kasih sayang,
semangat dan kebaikan yang tiada henti kepada penulis.
9. Pihak-pihak lainnya yang telah membantu pelaksanaan studi, penelitian, dan
penulisan karya ilmiah ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu atas
semua bantuannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor,

November 2015
Desmantoro

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang .......................................................................................
Rumusan Masalah ..................................................................................
Kerangka Pemikiran dan Ruang Lingkup Penelitian .............................
Tujuan Penelitian ...................................................................................
Manfaat Penelitian .................................................................................

1
3
4
5
6

2 METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................
Alat dan Bahan........................................................................................
Rancangan dan Metode Penelitian ..........................................................
Penentuan Responden dan Informan.......................................................
Metode Analisis Data..............................................................................

7
7
7
7
9

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Desa Tanjung Aur II .................................................
Biogeofisik Kawasan Hutan....................................................................
Sosekbud Masyarakat yang Berinteraksi dengan Hutan.........................
Dukungan Stakeholder ...........................................................................
Strategi Implementasi Hutan Desa..........................................................

15
19
24
34
43

4 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan ................................................................................................
Saran........................................................................................................

54
54

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
LAMPIRAN .....................................................................................................
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .........................................................................

55
60
61

DAFTAR TABEL

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

Rincian tahapan penelitian .......................................................................
Matrik posisi stakeholder berdasarkan kekuatan, kepentingan
dan pengaruh .............................................................................................
Matrik penilaian bobot faktor strategis internal .......................................
Matrik penilaian bobot faktor strategis eksternal .....................................
Matrik internal factor evaluation .............................................................
Matrik external factor evaluation ............................................................
Matrik analisis SWOT .............................................................................
Matrik analisis QSPM ..............................................................................
Penggunaan lahan di wilayah Desa Tanjung Aur II .................................
Luas kawasan hutan negara di wilayah Desa Tanjung Aur II...................
Tutupan lahan hutan negara di wilayah Desa Tanjung Aur II ..................
Hasil identifikasi kelayakan calon areal kerja Hutan Desa di
Desa Tanjung Aur II .................................................................................
Perambah hutan negara di wilayah Desa Tanjung Aur II .........................
Kelas umur dan tingkat pendidikan responden ........................................
Tingkat kepercayaan masyarakat .............................................................
Tingkat pengetahuan dan penerapan norma/aturan setempat ..................
Tingkat kerjasama dan jaringan ...............................................................
Akumulasi modal sosial masyarakat penggarap lahan hutan
negara di Desa Tanjung Aur II .................................................................
Penilaian tingkat kepentingan stakeholder ..............................................
Penilaian tingkat pengaruh stakeholder ....................................................
Penilaian tingkat kekuatan stakeholder ...................................................
Matrik posisi stakeholder berdasarkan kekuatan, kepentingan,
dan pengaruh (hasil analisis stakeholder) .................................................
Potensi dukungan stakeholder dalam implementasi Hutan Desa
di Desa Tanjung Aur II .............................................................................
Hasil evaluasi faktor internal ...................................................................
Hasil evaluasi faktor eksternal .................................................................
Matrik S-T strategi implementasi hutan desa di Desa Tanjung
Aur II .......................................................................................................
Prioritas strategi implementasi program Hutan Desa di Desa
Tanjung Aur II ..........................................................................................

8
11
12
12
13
13
14
14
16
19
19
22
25
26
27
28
29
29
34
36
40
41
43
44
46
49
51

DAFTAR GAMBAR

1
2
3
4
5
6
7

Pohon masalah penelitian .........................................................................
Kerangka pemikiran dan ruang lingkup penelitian ...................................
Nomogram Harry King ...........................................................................
Model interaktif analisis data kualitatif (Miles dan Huberman 1994) ......
Peta sketsa wilayah administrasi Desa Tanjung Aur II .............................
Peta penggunaan lahan Desa Tanjung Aur II ...........................................
Klasifikasi penduduk Desa Tanjung Aur II berdasarkan tingkat
pendidikan .................................................................................................
8 Peta tutupan lahan hutan negara di wilayah Desa Tanjung Aur II ...........
9 Peta rencana areal kerja Hutan Desa di Desa Tanjung Aur II ...................
10 Kuadran strategi implementasi program Hutan Desa................................

4
5
9
10
15
17
17
20
23
48

DAFTAR LAMPIRAN

1

Matrik SWOT strategi implementasi Hutan Desa
di Desa Tanjung Aur II..............................................................................

60

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengelolaan sumberdaya hutan, khususnya hutan negara di Indonesia
memiliki setidaknya tiga persoalan utama, yaitu persoalan ekologi, ekonomi, dan
sosial yang saling berkaitan. Ditjen Planologi (2013) mencatat angka deforestasi
sebesar 30.6 juta hektar (27.7%) dari 110.4 juta hektar kawasan hutan tetap di
Indonesia. Laju kerusakan hutan menurut Sumargo et al. (2011) adalah sebesar
1.51 juta hektar per tahun. Tingginya angka deforestasi umumnya disebabkan oleh
konversi kawasan hutan menjadi areal non-kehutanan, perladangan dan
perambahan hutan, serta terjadinya illegal logging. Kondisi ekonomi masyarakat
yang berada di sekitar hutan merupakan faktor yang turut menentukan luasnya
garapan masyarakat di dalam kawasan hutan (Subarna 2011).
Jutaan masyarakat lokal kehidupannya tergantung dari sumberdaya hutan
(Kartodihardjo et al. 2013). Berdasarkan data BPS (2013), jumlah penduduk
miskin di Indonesia pada bulan Maret 2013 mencapai 28.07 juta orang (11.37%)
dari 246.88 juta jiwa penduduk. Sebanyak 17.74 juta penduduk miskin berada di
pedesaan dengan lapangan usaha atau pekerjaan utama di sektor pertanian. Hakim
et al. (2010) mengungkapkan bahwa sebagian besar penduduk miskin di pedesaan
tersebut tinggal di dalam dan sekitar kawasan hutan. Masyarakat ini mengalami
dua tipe kemiskinan, yakni kemiskinan struktural dan kemiskinan natural.
Hutan merupakan suatu ekosistem sosial politik yang merupakan arena bagi
berbagai kepentingan sumberdaya alam (Cahyono 2012). Kompleksitas
kepentingan banyak pihak, termasuk masyarakat dapat memicu lahirnya konflik
sosial antarpihak yang berkepentingan dalam penguasaan hutan. Konflik
penguasaan hutan tidak hanya menimbulkan kerusakan sumberdaya alam, tetapi
juga merusak relasi antarmanusia dan hancurnya tatanan sosial (Maring 2013).
Permasalahan ini tidak dapat diatasi dengan meniadakan komponen yang
dianggap mengancam (masyarakat), tetapi dapat diantisipasi dengan cara
memperbaiki dan membangun hutan bersama-sama (pemerintah dan masyarakat)
agar hutan menjadi tetap lestari dan bermanfaat (Sumanto 2009).
Kerusakan hutan tidak mungkin dapat dihentikan tanpa dibangunnya
kondisi yang memungkinkan tumbuhnya kepedulian masyarakat terhadap hutan.
Keterlibatan masyarakat sekitar hutan dalam pengelolaan hutan merupakan
sebuah mainstream, sehingga alternatif yang dapat dipilih oleh pemerintah adalah
dengan menggulirkan kebijakan pengelolaan hutan berbasis masyarakat
(Kartodihardjo 2007). Kebijakan ini dimanifestasikan dalam bentuk programprogram perhutanan sosial. Perhutanan sosial merupakan konsep yang telah
diterima dan diakui sebagai salah satu pendekatan yang baik dalam rangka
mencapai kelestarian hutan dan memberikan berbagai manfaat positif bagi
masyarakat, termasuk juga masyarakat di luar wilayah program (BorriniFeyerabend 2003; Nurrochmat 2005; Brunner et al. 2011; Lacuna-Richman 2012).

2

Salah satu program perhutanan sosial yang digagas oleh pemerintah adalah
Hutan Desa. Hutan Desa didefinisikan sebagai hutan negara yang belum dibebani
izin/hak, yang dikelola oleh desa dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan desa
(Dephutbun 1999; Dephut 2007; Wiyono dan Santoso 2009). Dalam Peraturan
Menteri Kehutanan nomor P.89/Menhut-II/2014 tentang Hutan Desa, disebutkan
bahwa penyelenggaraan hutan desa dimaksudkan untuk memberikan akses kepada
masyarakat desa melalui lembaga desa dalam memanfaatkan sumberdaya hutan
secara lestari serta bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara
berkelanjutan.
Sahide (2011) menyebutkan bahwa desa dan hutan memiliki ikatan
historikal yang kuat. Pengembangan desa tidak terlepas dari pembukaan wilayah
hutan. Berdasarkan hasil identifikasi Dephut dan BPS (2009), terdapat 9,103 desa
di dalam dan di sekitar kawasan hutan. Implementasi program Hutan Desa
merupakan salah satu bentuk nyata program pembangunan desa berbasis
pendayagunaan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia lokal sebagaimana
yang menjadi prioritas pembangunan nasional. Undang Undang nomor 6 tahun
2014 tentang Desa mengamanatkan bahwa pembangunan desa bertujuan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup manusia serta
penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan
sarana dan prasarana desa, pengembangan potensi ekonomi lokal, serta
pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan. Peraturan
Pemerintah nomor 43 tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang Undang
Desa menyebutkan bahwa dalam rangka pembangunan desa, pemerintah,
pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, dan pemerintah
desa melakukan upaya pemberdayaan masyarakat desa salah satunya dengan
mengembangkan program dan kegiatan pembangunan desa secara berkelanjutan
dengan mendayagunakan sumber daya manusia dan sumber daya alam yang ada
di desa. Implementasi program Hutan Desa merupakan salah satu bentuk nyata
program pembangunan desa yang berbasis pendayagunaan SDM dan SDA desa
setempat.
Pengalaman implementasi program Hutan Desa seperti di Kabupaten
Bantaeng (Desa Labbo, Desa Pattaneteang dan Kelurahan Campaga)
membuktikan bahwa nilai ekonomi dari jasa lingkungan hutan desa dan hasil
hutan bukan kayu (HHBK) dapat diandalkan untuk mendorong pembangunan
ekonomi di tingkat lokal. Nilai-nilai inilah yang menjadi contoh penting untuk
menjawab keraguan berbagai pihak akan dampak dan manfaat nyata dari Hutan
Desa. Nilai-nilai ini dapat dicapai setidaknya dengan melakukan pengelolaan pada
tiga aspek, yaitu kelola tenurial, kelola kelembagaan, dan kelola usaha/
penghidupan dengan dukungan fasilitasi berbagai pihak (Supratman dan Sahide
2013).
Implementasi program Hutan Desa belum berjalan efektif yang tercermin
dari tidak tercapainya target nasional penetapan areal kerja Hutan Desa periode
2010 – 2014 sebesar 500,000 hektar (Kemitraan 2011; Prasetyo 2013). Sejak
tahun 2008 hingga akhir tahun 2014 baru 397 desa yang mengusulkan penetapan
areal kerja Hutan Desa, 223 desa telah mendapatkan penetapan dengan luas total ±
318,024 hektar, dan 32 desa di antaranya sudah mendapatkan hak pengelolaan
Hutan Desa (Dit BPS Kemenhut 2015). Program Hutan Desa dapat
diimplementasikan apabila memenuhi persyaratan biogeofisik (areal kerja),

3

sosekbud (lembaga pengelola), dan dukungan stakeholder (fasilitasi dan
pendampingan). Secara umum, persyaratan tersebut dapat dikelompokkan menjadi
persyaratan biogeofisik, persyaratan sosekbud masyarakat target, dan persyaratan
dukungan stakeholder. Implementasi program ini pun memerlukan strategi yang
baik untuk menunjang keberhasilan program. Strategi merupakan arah dan
cakupan organisasi dalam jangka panjang, yang mencapai keunggulan dalam
lingkungan yang berubah melalui konfigurasi sumberdaya dan kompetensi dengan
tujuan memenuhi harapan stakeholder (Johnson et al. 2009). Strategi yang baik
disusun berdasarkan hasil kajian kondisi riil yang ada dan spesifik pada rencana
lokasi implementasi program tersebut.
Desa Tanjung Aur II di Kecamatan Pino Raya, Kabupaten Bengkulu Selatan
merupakan salah satu potret nyata desa hutan yang belum tersentuh program
perhutanan sosial, termasuk program Hutan Desa. Sebagian besar wilayah Desa
Tanjung Aur II merupakan kawasan hutan negara yang memiliki fungsi strategis
sebagai pengatur sistem tata air dan penyangga bagi wilayah-wilayah lainnya
dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) Pino. Sebagian areal hutan negara ini
dirambah dan dikonversi menjadi lahan pertanian atau perkebunan oleh
masyarakat. Berbagai keterbatasan yang dimiliki oleh instansi yang membidangi
kehutanan di Kabupaten Bengkulu Selatan menyebabkan upaya-upaya
perlindungan dan pengamanan kawasan hutan dari ancaman perambahan cukup
sulit untuk dilaksanakan secara intensif. Ancaman perambahan ini sangat
mungkin akan meluas, mengingat 58.6% penduduk usia kerja yang bekerja di
Kabupaten Bengkulu Selatan lapangan pekerjaan utamanya adalah di sektor
pertanian dan membutuhkan lahan untuk aktifitas budidaya (BPS Kab. BS 2013).
Kondisi ini memerlukan penanganan yang cepat dan tepat, salah satunya
adalah dengan mengimplementasikan program perhutanan sosial Hutan Desa.
Melalui program ini, masyarakat perambah dan masyarakat desa digugah
kesadarannya dan diminta partisipasinya untuk bersama-sama dengan stakeholder
terkait membangun dan melindungi hutan agar tetap lestari dan bermanfaat.
Dalam rangka implementasi program ini di Desa Tanjung Aur II, perlu dilakukan
kajian mengenai kelayakan kondisi prasyarat implementasi program tersebut.
Berdasarkan kondisi prasyarat implementasi program yang ada, selanjutnya perlu
dikaji dan disusun strategi implementasi yang sesuai. Dengan serangkaian kajian
dan penyusunan strategi ini diharapkan implementasi program Hutan Desa di
Desa Tanjung Aur II dapat berjalan lancar dan mencapai keberhasilan.
Rumusan Masalah
Tuntutan pemenuhan ekonomi dan keinginan untuk meningkatkan
kesejahteraan keluarga, serta tingginya kebutuhan lahan untuk aktifitas bertani
atau berkebun merupakan faktor utama terjadinya perambahan hutan negara di
pedesaan, termasuk di Desa Tanjung Aur II. Aktifitas perambahan ini merupakan
ancaman serius bagi kelestarian hutan negara di wilayah desa tersebut dan
berpotensi menimbulkan konflik vertikal dan horisontal terkait pemanfaatan
sumberdaya hutan negara secara ilegal. Persoalan ini memerlukan penyelesaian
yang dapat memberikan manfaat (win-win solutions) bagi semua pihak terkait.
Salah satu alternatif solusinya adalah dengan mengimplementasikan program
perhutanan sosial Hutan Desa.

4

Hutan Desa merupaka
upakan program perhutanan sosial yang dirasa ak
akan efektif
dalam mengurai permasala
alahan pokok kehutanan di pedesaan, termasuk
suk di Desa
Tanjung Aur II. Hal ini dila
dilandasi argumentasi, yaitu: 1) Desa dan hutan memiliki
san lokus dan
ikatan historikal yang kuat; 2) Hutan Desa memiliki kejelasan batasan
embangunan wilayah desa berbasis SDA dann S
SDM lokal
organisasi pengelola; 3) Pem
pembangunan nasional; 4) Beberapa pe
pengalaman
merupakan prioritas pem
utan Desa di daerah lain memperlihatkann ha
hasil yang
implementasi program Hut
positif.
apakah program Hutan Desa dapat diimplement
entasikan di
Guna mengetahui apa
iperlukan penelitian mengenai kelayakan impl
mplementasi
Desa Tanjung Aur II dipe
ndisi prasyarat program tersebut. Prasyarat impl
mplementasi
program ditinjau dari kondi
liputi ketersediaan areal kerja (biogeofisik),, ke
keberadaan
program Hutan Des meliput
sekbud), serta adanya fasilitasi dan penda
ndampingan
lembaga pengelola (sosekbud)
Berdasarkan kondisi prasyarat program,, se
selanjutnya
(dukungan stakeholder).. B
entasi yang sesuai untuk diterapkan di wila
ilayah Desa
disusun strategi implement
bekal pengetahuan dan pemahaman terhada
hadap kondisi
Tanjung Aur II. Dengann be
strategi implementasi yang baik diharapkan
an program
prasyarat program serta st
plementasikan dengan baik di Desa Tanjung
ung Aur II.
Hutan Desa dapat diimple
penelitian sebagaimana diilustrasikan dala
dalam pohon
Rumusan permasalahan pe
masalah pada Gambar 1.

ambar 1 Pohon masalah penelitian
Gam
ian yang terkait dengan kajian kelayakan da
dan strategi
Pertanyaan penelitian
utan Desa di Desa Tanjung Aur II, yaitu:
implementasi program Huta
ogeofisik kawasan hutan di Desa Tanjung Aur II m
memenuhi
a. Apakah kondisi biogeof
Hutan Desa?
persyaratan areal kerjaa H
kbud masyarakat di Desa Tanjung Aur II memun
mungkinkan
b. Apakah kondisi sosekbu
baga pengelola Hutan Desa?
untuk membentuk lemba
dukungan fasilitasi dan pendampingan st
stakeholder
c. Bagaimana potensi du
si pr
program Hutan Desa di wilayah Desa Tanjung
ung Aur II?
terhadap implementasi
yang sesuai bagi implementasi program Hutan
utan Desa di
d. Bagaimana strategi yan
Aur II?
wilayah Desa Tanjungg A

5

litian
Kerangk
angka Pemikiran dan Ruang Lingkup Peneliti
hutanan sosial yang
Program Hutan
an Desa merupakan salah satu skema perhuta
sumberdaya hutan
dapat menjadi solusi
usi alternatif bagi permasalahan pengelolaan sum
us dipenuhi dalam
negara di Desa Tanjun
njung Aur II. Persyaratan utama yang harus
al kerja, lembaga
implementasi program
ram Hutan Desa adalah ketersedian areal
ga persyaratan ini
pengelola, serta dukun
dukungan fasilitasi dan pendampingan. Ketiga
nganalisis kondisi
perlu dikaji terlebihh da
dahulu dengan mengidentifikasi serta meng
ari hasil analisis
biogeofisik, sosekbud,
kbud, dan dukungan stakeholder terkait. Dar
tersebut akan diketahui
entasikan di Desa
ahui kelayakan program ini untuk diimplement
Tanjung Aur II.
Langkah selanj
ang sesuai bagi
lanjutnya adalah merumuskan strategi yan
implementasi program
Aur II. Dengan
ram Hutan Desa di wilayah Desa Tanjungg A
adanya strategi implem
utan Desa di Desa
plementasi yang baik, diharapkan program Huta
Tanjung Aur II dapat
Desa yang dapat
pat terlaksana dengan baik. Program Hutann D
diimplementasikann de
kelestarian hutan,
dengan baik akan mampu menjamin kel
meningkatkan keseja
konflik pemanfaatan
ejahteraan, dan mencegah terjadinya konfli
sumberdaya hutan.
ngkup penelitian
n. Kerangka pemikiran dan ruang ling
sebagaimana diilustra
ustrasikan dalam Gambar 2.

Gambar 2 K
nelitian
Kerangka pemikiran dan ruang lingkup pene

6

Tujuan Penelitian

1)
2)
3)
4)

Berdasarkan uraian permasalahan di awal, penelitian ini bertujuan untuk:
Mengidentifikasi kondisi biogeofisik kawasan hutan di Desa Tanjung Aur II
yang terkait dengan persyaratan areal kerja Hutan Desa.
Menganalisis kondisi sosekbud masyarakat di Desa Tanjung Aur II yang
terkait dengan persyaratan kelembagaan Hutan Desa.
Menganalisis dukungan stakeholder yang terkait dengan fasilitasi dan
pendampingan dalam implementasi program Hutan Desa.
Memformulasikan strategi yang sesuai bagi implementasi program Hutan
Desa di wilayah Desa Tanjung Aur II.
Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:
1) Sebagai sumber informasi ilmiah bagi pemerintah pusat dan daerah, dan
stakeholder lainnya dalam melaksanakan dan mengembangkan program Hutan
Desa, khususnya di wilayah Kabupaten Bengkulu Selatan.
2) Sebagai acuan bagi masyarakat Desa Tanjung Aur II dalam menyusun usulan
implementasi program Hutan Desa.

7

2 METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian berada di Desa Tanjung Aur II, Kecamatan Pino Raya,
Kabupaten Bengkulu Selatan, Provinsi Bengkulu. Posisi geografis lokasi
penelitian terletak di koordinat 1020 551 1211 - 1030 21 1111 BT dan 40 91 2911 - 40
191 2411 LS. Penelitian dilaksanakan selama 6 (enam) bulan, mulai bulan Februari
2015 hingga bulan Juli 2015.

Alat dan Bahan
Peralatan utama yang digunakan dalam penelitian antara lain:
handycam/recorder, Global Positioning System, software pemetaan (arcGIS 9.3
dan Google Earth Pro), kuisioner, dan panduan wawancara. Bahan penelitian
terdiri dari data spasial (administrasi, kawasan hutan, jaringan sungai dan DAS,
jaringan jalan, perijinan lahan dan hutan, dan citra satelit), data statistik, profil
desa, data kuisioner, dan hasil wawancara.

Rancangan dan Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survei dan kajian kualitatif
(Singarimbun 2006; Sugiyono 2009; Sugiyono 2013). Variabel penelitian, data,
metode pengumpulan dan analisis data sebagaimana tertera dalam rincian tahapan
penelitian (Tabel 1).

Penentuan Responden dan Informan
Responden/informan dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: (1) responden
masyarakat; (2) responden stakeholder/key informan; dan (3) responden ahli
(expert). Responden kategori pertama ditujukan untuk menggali dan
mendapatkan data variabel sosekbud masyarakat. Responden/informan
kelompok kedua ditujukan untuk menggali dan mendapatkan data variabel
dukungan stakeholder dan data pendukung lainnya. Responden kelompok
ketiga ditujukan untuk diminta pendapatnya dalam penyusunan strategi dan
prioritas strategi. Penarikan responden/informan penelitian menggunakan
metode non probability sampling secara snowball dengan quota controll
untuk memilih responden/informan kelompok pertama dan kedua, dan secara
purposive untuk kelompok responden pakar.
Populasi penelitian kelompok pertama adalah seluruh kepala keluarga
(KK) yang berinteraksi langsung dengan hutan negara di wilayah Desa Tanjung
Aur II yang berjumlah ± 169 KK. Jumlah responden sebanyak 47 orang KK
(27.8%) ditentukan dengan menggunakan nomogram Harry King (Gambar 3)
pada taraf kepercayaan 90%.

8

Tabel 1 Rincian tahapan penelitian
No.
1

2

3

4

Tahapan/tujuan
penelitian
Mengkaji kondisi
biogeofisik kawasan
hutan yang terkait
dengan persyaratan
areal kerja Hutan
Desa.

Variabel
penelitian
Biogeofisik

Mengkaji kondisi
sosekbud masyarakat
Desa Tanjung Aur II
yang terkait dengan
persyaratan
kelembagaan Hutan
Desa.

Sosekbud

Mengkaji dukungan
stakeholder yang
terkait dengan
fasilitasi dan
pendampingan dalam
implementasi
program Hutan Desa.

Dukungan
Stakeholder

Menyusun strategi
implementasi
program Hutan Desa

Biogeofisik,
Sosekbud, dan
Dukungan
Stakeholder

Data/informasi yang
dikumpulkan
Peta: administrasi;
kawasan hutan; tutupan
lahan; kelerengan; jalan;
sungai; DAS; lahan kritis;
RTRW; perizinan; sebaran
kegiatan PS
Data/Informasi:
Potensi pemanfaatan hutan
(kawasan, jasling, kayu,
HHBK)
Data/Informasi:
kependudukan;
pendapatan; kesejahteraan;
kelembagaan; interaksi
masyarakat dengan hutan;
modal sosial; konflik;
persepsi terhadap hutan
Desa
Data/Informasi:
Kepentingan; pengaruh;
dan kekuatan stakeholder
terkait

Data/Informasi:
Faktor internal (kekuatan
dan kelemahan)
Faktor eksternal (peluang
dan ancaman)

Metode
pengumpulan
data
Dokumentasi

Triangulasi
(Sugiyono 2009;
2010; Ikbar
2012)
Triangulasi
(Sugiyono 2009;
2010; Ikbar
2012)

Angket dan
wawancara

Angket dan
wawancara

Sumber data

Metode analisis
data

Bappeda Kab.
BS; BPS Kab.
BS; BPDAS
Ketahun; Dishut
ESDM Kab. BS

Overlay
(Prasetyo 2011)

Responden/
informan dan
Hasil Observasi
Lapangan
BPS Kab. BS;
Kantor Desa;
Responden/
informan

Deskriptif
Kualitatif (Miles
dan Huberman
1994)
Deskriptif
Kualitatif (Miles
dan Huberman
1994)
Analisis Modal
Sosial (Grootaert
et al. 2004)

Responden/
informan

Responden/
Informan dan
Hasil
Pengumpulan
Data sebelumnya

Luaran
-

-

-

-

Analisis kategori
gabungan (Reed
et al. 2009;
Silverstein et al.
2009; Febriani
2012)

-

IFE, EFE,
SWOT, dan
QSPM (Rangkuti
1997;
Adisasmita
2006; David
2009)

-

-

Data/informasi
biogeofisik desa dan
kawasan hutan Desa
Tanjung Aur II
Peta rencana calon
areal kerja Hutan
Desa Tanjung Aur II

Data/informasi
sosekbud
masyarakat Desa
Tanjung Aur II
Potensi
kelembagaan calon
pengelola Hutan
Desa Tanjung Aur II
Data/informasi
stakeholder terkait
Potensi dukungan
fasilitasi dan
pendampingan dari
stakeholder terkait
Strategi
Implementasi
Program Hutan
Desa di Desa
Tanjung Aur II

10

a). Analisis Komponen Biogeofisik
Data-data yang terkait dengan biogeofisik dan mengandung informasi
keruangan (spasial) dianalisis dengan metode overlay (tumpang susun) yang
biasa digunakan dalam analisis spasial (Prasetyo 2011). Data-data yang berisi
informasi spasial baik data primer (hasil observasi dan pengambilan data
langsung di lapangan menggunakan GPS) maupun data sekunder (data spasial
administrasi wilayah, kawasan hutan, jaringan sungai dan DAS, jaringan
jalan, perijinan lahan dan hutan, olahan citra aster GDEM, bing maps, dan
google earth) dijadikan input (masukan). Selanjutnya, data-data tersebut
diproses menggunakan teknik overlay (tumpang susun) dan diolah dengan
fitur-fitur editing yang sesuai menggunakan software ArcGIS 9.3 yang
dilengkapi extension tools yang diperlukan. Setelah itu, dilakukan proses
layout sehingga dihasilkan peta-peta tematik yang berisikan data dan
informasi spasial yang bermanfaat dalam penentuan Areal Kerja Hutan Desa.
Data-data komponen biogeofisik non spasial lainnya dianalisis secara
deskriptif.
b). Analisis Komponen Sosekbud
Data-data komponen sosekbud masyarakat, termasuk juga persepsi
dianalisis secara deskriptif kualitatif. Data dideskripsikan dalam bentuk tabel,
grafik, dan gambar yang kemudian dianalisis secara kualitatif. Metode
analisis deskriptif kualitatif yang dipakai adalah metode Miles dan Huberman
(1994). Menurut metode ini, analisis data dilakukan dengan melakukan
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan melalui
penggambaran atau verifikasi. Model analisis ini sebagaimana diilustrasikan
pada Gambar 4.
Data
collection

Data display

Data
reduction
Conclusions:
Drawing/verification

Gambar 4 Model interaktif analisis data kualitatif (Miles dan Huberman
1994)
Modal sosial masyarakat penggarap lahan hutan negara yang menjadi
salah satu komponen sosekbud dianalisis dengan menggunakan metode
Social Capital Integrated Questionnaire (SC-IQ) yang dikembangkan oleh
Grootaert et al. (2004). Model ini kemudian dimodifikasi dan disesuaikan
dengan kondisi lokasi dan tujuan penelitian. Modal sosial yang diukur
meliputi (1) tingkat kepercayaan, (2) tingkat pengetahuan dan penerapan
norma/aturan setempat, dan (3) kerjasama dan jaringan.

11

c). Analisis Stakeholder
Analisis stakeholder menggunakan metode analisis kategori kombinasi
(Febriani 2012) dengan mengklasifikasikan stakeholder berdasarkan: (1)
kepentingan, (2) pengaruh dan (3) kekuatan mereka dalam implementasi
program Hutan Desa. Metode ini dikembangkan dari metode analisis kategori
berdasarkan tingkat kepentingan dan pengaruh (Reed et al. 2009) dan
analisis kategori berdasarkan tingkat kekuatan dan pengaruh (Silverstein et
al. 2009). Kombinasi dari dua analisis kategori tersebut menghasilkan
sebuah matrik sebagaimana diilustrasikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Matrik posisi stakeholder berdasarkan kekuatan, kepentingan dan
pengaruh
Tingkat
kepentingan
stakeholder

Tingkat pengaruh stakeholder
Tingkat kekuatan
stakeholder

Pengaruh rendah

Pengaruh tinggi

Kekuatan rendah
Kepentingan rendah
Kekuatan tinggi
Kekuatan rendah
Kepentingan tinggi
Kekuatan tinggi

d). Analisis Faktor Internal dan Faktor Eksternal
Analisis faktor internal dilakukan untuk mengetahui faktor kekuatan
yang dapat dimanfaatkan dan faktor kelemahan yang harus diatasi. Faktorfaktor ini dianalisis dengan menggunakan Matrik Internal Factor Evaluation
(IFE). Analisis faktor eksternal dilakukan untuk mengetahui faktor peluang
dan ancaman yang mungkin ada. Faktor-faktor eksternal dianalisis
menggunakan Matrik Eksternal Factor Evaluation (EFE) (Rangkuti 1997;
David 2009). Langkah-langkah penyusunan Matrik IFE dan EFE adalah
sebagai berikut:
(a) Identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal
Langkah ini diawali dengan perumusan variabel unsur-unsur
kekuatan dan variabel unsur-unsur kelemahan yang ada di dalam
wilayah penelitian dan masyarakat target. Langkah selanjutnya
adalah mengidentifikasi faktor-faktor eksternal dengan merumuskan
variabel unsur-unsur peluang dan berbagai ancaman yang ada. Hasil
identifikasi dari masing-masing kemudian diberikan bobot dan skor
peringkat (rating).
(b) Penentuan bobot setiap variabel
Penentuan bobot dilakukan dengan mengajukan identifikasi faktor
strategis internal dan eksternal kepada responden atau informan terpilih
(purposive). Pembobotan menggunakan metode perbandingan
berpasangan (paired comparison) (David 2009).
Untuk menentukan bobot setiap variabel digunakan skor 1, 2, dan 3.
Skor yang digunakan untuk pengisian kolom adalah: (1) skor 1 =
jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal,

12

(2) skor 2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator
vertikal, dan (3) skor 3 = Jika indikator horizontal lebih penting dari
pada indikator vertikal. Bobot setiap variabel diperoleh dengan
membagi nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan
variabel dengan menggunakan rumus (David 2009):
x
(1)
i  n i
 xi
i 1

Keterangan :

= Bobot variabel ke-i
= Nilai variabel ke - i
= 1, 2, 3, …..n
= Jumlah variabel

αi
xi
i
n

Variabel berbobot 0 (nol) berarti variabel tersebut bukan merupakan
faktor yang penting. Sedangkan variabel dengan bobot 1 (satu)
merupakan variabel yang sangat penting atau paling berpengaruh. Total
bobot yang diberikan akan sama dengan 1.0. Nilai-nilai bobot ini
kemudian ditempatkan pada kolom bobot Matrik IFE dan EFE. Bentuk
penilaian bobot faktor strategis internal dan eksternal dapat dilihat
pada Tabel 3 dan Tabel 4.
Tabel 3 Matrik penilaian bobot faktor strategis internal
Faktor strategis
internal

A

B

C

D

...

Total

Bobot

A
B
C
D
...
Total
Sumber : David (2009)
Tabel 4 Matrik penilaian bobot faktor strategis eksternal
Faktor strategis
eksternal

A

A
B
C
D
...
Total
Sumber : David (2009)

B

C

D

...

Total

Bobot

13

(c) Penentuan skor peringkat (rating)
Setiap variabel akan diberikan skor peringkat (rating) dengan skala 1
sampai 4. Pada Matrik IFE, skala 1 = sangat lemah, skala 2 = sedang,
skala 3 = kuat, dan skala 4 = sangat kuat. Sedangkan pada Matrik EFE,
penentuan skor peringkat adalah skala 1 = dibawah rata-rata, skala 2 =
rata-rata, skala 3 = diatas rata-rata, dan skala 4 = sangat bagus.
(d) Menghitung skor pembobotan
Skor pembobotan diperoleh dengan mengalikan bobot tiap-tiap
variabel dengan skala peringkatnya. Hasil perkalian antara bobot dan
rating menghasilkan skor pembobotan untuk masing-masing faktor
sebagai unsur SWOT.
(e) Menghitung total skor pembobotan
Total skor pembobotan diperoleh dengan menjumlahkan secara vertikal
semua skor pembobotan. Nilai total skor pembobotan akan berkisar
antara 1 sampai dengan 4. Nilai total ini menunjukkan bagaimana
responden atau informan bereaksi terhadap faktor-faktor strategis
internal dan eksternalnya. Matrik Internal Factor Evaluation (IFE) dan
Matrik External Factor Evaluation (EFE) sebagaimana ditampilkan
dalam Tabel 5 dan Tabel 6.
Tabel 5 Matrik internal factor evaluation
Faktor internal
Bobot
Rating
Kekuatan
1.
2.
3. dst
Kelemahan
1.
2.
3. dst
Total
Sumber: Rangkuti (1997); David (2009)

Total skor

Tabel 6 Matrik external factor evaluation
Faktor eksternal
Bobot
Peluang
1.
2.
3. dst
Ancaman
1.
2.
3. dst
Total
Sumber: Rangkuti (1997); David (2009)

Rating

Total skor

14

e). Analisis Alternatif Strategi
Penyusunan strategi pembangunan pedesaan dapat menggunakan
metode analisis SWOT (Strengths,Weaknesses, Opportunities, Threats)
(Adisasmita 2006). Analisis SWOT dilakukan dengan menyusun
kemungkinan-kemungkinan kombinasi faktor internal dengan faktor eksternal
dalam sebuah matrik. Matrik SWOT menghasilkan empat set kemungkinan
alternatif strategi sebagaimana ditampilkan dalam Tabel 7.
Tabel 7 Matrik analisis SWOT
Faktor eksternal
Faktor internal

Kelemahan

Kekuatan

Strategi
Strategi
Kelemahan-Peluang
Kekuatan-Peluang
Strategi
Strategi
Ancaman
Kelemahan-Ancaman
Kekuatan-Ancaman
Sumber: (Rangkuti 1997; Adisasmita 2006; David 2009)
Peluang

f)

Analisis Prioritas Strategi
Penentuan prioritas strategi menggunakan metode analisis Quantitative
Strategic Planning Matrix (QSPM) atau matrik perencanaan stratejik
kuantitatif (David 2009). Analisis QSPM dilakukan dengan membuat
Matrik QSP (Tabel 8) dengan input faktor-faktor internal dan eksternal dan
pilihan alternatif strategi yang sebelumnya telah ditentukan dengan
menggunakan analisis SWOT. Bobot pada masing-masing faktor dikalikan
dengan skor daya tarik (Attractiveness Score) sehingga diperoleh total skor
daya tarik (Total Attractiveness Score). Besar kecilnya TAS menentukan
urutan prioritas strategi. Alternatif strategi dengan nilai TAS tertinggi
adalah strategi yang paling diprioritaskan untuk direkomendasikan dalam
implementasi program Hutan Desa.
Tabel 8 Matrik analisis QSPM
Faktor kunci
I. Faktor internal
A. Kekuatan
1. ................
2. ................
B. Kekuatan
1. ................
2. ................
II. Faktor eksternal
A. Peluang
1. ................
2. ................
B. Ancaman
1. ................
2. ................
Total Skor
Sumber: David (2009)

Bobot

Alternatif
strategi I
AS TAS

Alternatif
strategi II
AS TAS

Alternatif
strategi III
AS TAS






16

Berdasarkan orbitasinya, Desa Tanjung Aur II memiliki jarak ke ibukota
kecamatan ± 23 km dan jarak ke ibukota kabupaten ± 25 km. Waktu tempuh yang
diperlukan untuk mencapai ibukota kecamatan dan kabupaten berkisar 30 sampai
45 menit dengan menggunakan kendaran bermotor. Infrastruktur jalan relatif baik
dengan kondisi jalan utama beraspal, jalan desa berupa jalan setapak beton, jalan
sirtu, dan jalan tanah. Sarana transportasi utama yang umum digunakan adalah
sepeda motor dan mobil. Untuk sarana komunikasi jarak jauh, masyarakat desa
menggunakan telepon genggam (handphone) dengan operator Telkomsel.
Penerangan di rumah-rumah penduduk menggunakan energi listrik PLN (269
KK), tenaga surya (64 KK), dan lampu minyak (48 KK). Jaringan listrik PLN
baru terpasang di Desa Tanjung Aur II pada akhir tahun 2013.
Dari sisi penggunaan lahan (land use), sebagian besar lahan desa
dimanfaatkan untuk aktifitas bertani atau berkebun. Gambaran penggunaan lahan
di Desa Tanjung Aur II sebagaimana ditampilkan dalam Tabel 9 dan Gambar 6.
Tabel 9 Penggunaan lahan di wilayah Desa Tanjung Aur II
Penggunaan lahan
Luas (ha)
Hutan Lindung (Hutan Negara)
4,661.00
Hutan Produksi Terbatas (Hutan Negara)
890.69
Perkebunan Swasta (HGU Kelapa Sawit)
734.27
Perkebunan dan Hutan Rakyat
1,857.18
Sawah
66.29
Permukiman
9.45
Jaringan Jalan (tidak termasuk di Hutan Negara)
32.84
Jaringan Sungai/Tubuh Air (tidak termasuk di Hutan Negara)
79.76
Jumlah (ha)
8,331.49
Sumber: Hasil interpretasi citra satelit google earth, bing maps dan observasi
lapangan
Kondisi Sosekbud Masyarakat Desa Tanjung Aur II
Kependudukan
Pemukiman di Desa Tanjung Aur II didiami 381 KK dengan jumlah
penduduk sebanyak 1,334 jiwa, yang terdiri dari laki-laki sebanyak 698 jiwa dan
perempuan sebanyak 636 jiwa. Suku bangsa/etnis yang mendiami desa ini adalah
Suku Serawai (1,167 jiwa) dan Suku Jawa (167 jiwa). Seluruh penduduk desa
memeluk agama Islam. Berdasarkan kelas umurnya, masyarakat Desa Tanjung
Aur II didominasi oleh penduduk usia produktif (18 hingga 55 tahun), yaitu
sebanyak 752 jiwa atau 56.37% dari jumlah penduduk desa. Dilihat dari tingkat
pendidikan, penduduk Desa Tanjung Aur II didominasi oleh tamatan Sekolah
Dasar (SD). Klasifikasi penduduk Desa Tanjung Aur II berdasarkan pendidikan
terakhir yang ditamatkan sebagaimana ditampilkan dalam grafik (Gambar 7).

300
249 255

250
200
150

136 135
114

100

72

62

118
106

Laki-Laki

69

Perempuan

50
0

0

1

9

8

18

Kelembagaan
Desa Tanjung Aur II memiliki pranata kelembagaan dalam bentuk lembaga
pemerintahan dan lembaga kemasyarakatan. Desa ini dipimpin oleh seorang
kepala desa yang dibantu oleh perangkat desa seperti sekretaris desa, kepala
urusan, kepala dusun, dan ketua rukun tetangga. Dalam menyampaikan aspirasi,
desa memiliki Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Lembaga kemasyarakatan
yang ada di Desa Tanjung Aur II antara lain: Karang Taruna, PKK, Kelompok
Tani, Kelompok Pengajian, dan Kelompok Seni Dendang. Untuk kelembagaan
ekonominya, desa memiliki Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) yang berusaha
di bidang penyewaan tenda dan kursi. Kepengurusan BUMDES sementara masih
dirangkap oleh perangkat desa.
Ekonomi
Ditinjau dari mata pencaharian utama penduduknya, Desa Tanjung Aur II
merupakan desa agraris atau desa agrobisnis. Desa agraris merupakan desa yang
mata pencaharian utama penduduknya adalah di bidang pertanian dan perkebunan
(Wikipedia 2015). Desa agrobisnis merupakan desa yang kegiatan ekonomi
utamanya meliputi suplai input pertanian, penyimpanan, pengolahan sederhana,
dan distribusi komoditi berupa hasil tanaman palawija, holtikultura, pangan,
perkebunan, kehutanan, dan perikanan (Adisasmita 2006). Sebanyak 711 orang
(53.30%) penduduk Desa Tanjung Aur II berprofesi sebagai petani, 564 orang
(42.28%) belum/tidak bekerja, dan 59 orang (4.42%) memiliki pekerjaan selain
petani. Komoditi yang dibudidayakan yaitu padi, kakao, durian, karet, kelapa
sawit, dan kopi.
Berdasarkan sensus, tingkat pendapatan keluarga di Desa Tanjung Aur II
bervariasi mulai Rp5 100 000 per tahun hingga Rp390 320 000 per tahun.
Pendapatan ditentukan oleh jenis pekerjaan, jumlah anggota keluarga yang
bekerja, luas, jenis, dan produktifitas lahan pertanian yang diusahakan. Pratomo
dan Saputra (2011) mengemukakan bahwa batas kewajaran penghasilan atau
pendapatan minimum pekerja di Indonesia dapat dinilai dan diukur dengan
kebutuhan hidup minimum (KHM) atau yang saat ini disebut dengan Kebutuhan
Hidup Layak (KHL). Perhitungan KHL berpedoman pada Permennakertrans No.
13 tahun 2012 tentang Komponen dan Pelaksanaan Tahapan Pencapaian KHL
(Kemennakertrans 2012). Nilai KHL kepala keluarga di Desa Tanjung Aur II
berada di angka Rp12 470 000 per tahun dengan kisaran KHL keluarga Rp12 470
000 hingga Rp71 870 000 per tahun. Sebanyak 212 KK penduduk Desa Tanjung
Aur II (55.64%) belum mampu memenuhi KHL sebagaimana mestinya.
Dari tingkat kesejahteraan penduduk, sebanyak 212 KK penduduk desa
(55.64%) termasuk kategori keluarga pra sejahte