Hubungan Kebiasaan Sarapan dengan Status Gizi dan Prestasi Siswa SMA N 1 Pangururan Kabupaten Samosir

HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN DENGAN STATUS
GIZI DAN PRESTASI SISWA SMA N 1 PANGURURAN
KABUPATEN SAMOSIR

ROTUA YULIANTI SIMARMATA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI KARYA TULIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Kebiasaan
Sarapan dengan Status Gizi dan Prestasi Siswa SMA N 1 Pangururan Kabupaten
Samosir adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2014

Rotua Yulianti Simarmata
NIM I14100038

HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN DENGAN STATUS
GIZI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMA NEGERI 1
PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR
(Relationship between breakfast habit and nutritional status and academic
performance of student in SMA Negeri 1 Pangururan, Samosir regency)
Rotua Yulianti Simarmata1, Hadi Riyadi2
1

Mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia,
Institut Pertanian Bogor, 16680 E-mail: simarmatarotua@gmail.com
2
Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian
Bogor, 16680

ABSTRACT
The aim of this study was to analyze the correlation of student’s breakfast
habit to nutritional satus and academic performance. A cross sectional study was
conducted in this study. Subjects were 35 female student and 35 male student. The
result showed that male student (77.14%) and female student (85.71%) have
normal nutritional status. The level of nutrition knowledge of male student (82.86)
and female student (82.86%) were classified good. Breakfast frequency of female
student (65.71%) more regular than male student (51.43%). Most of subjects were
don’t have enough time to breakfast. Energy and protein adequacy were 25.25%
and 18.26% from breakfast. Subjects academic level (58.57%) were classified as
good category. Spearman rank correlation showed a not significantly correlation
between nutrition knowledge and nutritional status (p>0.05). However, there was
a significant correlation between breakfast and academic performance (p0.05). Namun terdapat hubungan yang signifikan antara sarapan dengan
prestasi belajar (p< 0.05).
Kata kunci: Pengetahuan gizi, prestasi belajar, sarapan, status gizi

HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN DENGAN STATUS
GIZI DAN PRESTASI SISWA SMA N 1 PANGURURAN
KABUPATEN SAMOSIR


ROTUA YULIANTI SIMARMATA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi
pada Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Hubungan Kebiasaan Sarapan dengan Status Gizi dan Prestasi
Siswa SMA N 1 Pangururan Kabupaten Samosir
Nama
: Rotua Yulianti Simarmata
NIM
: I14100038


Disetujui oleh

Dr Ir Hadi Riyadi, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Rimbawan
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang MahaKuasa atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2014 ini ialah sarapan,
dengan judul Hubungan Kebiasaan Sarapan dengan Status Gizi dan Prestasi Siswa
SMA N 1 Pangururan Kabupaten Samosir.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah

mendukung dan membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini. Tidak lupa
penulis ucapkan kepada :
1. Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan.
2. Dr. Ir. Ikeu Tanziha, MS selaku dosen pemandu seminar dan penguji
siding skripsi.
3. Keluarga tersayang : Ibu (Megawati Lubis), Ayah (Maringan
Simarmata), serta adik-adik (Yosi Olivia Simarmata, Lidya Idesma
Simarmata, Sari Namarito Simarmata, Jojor Delima Simarmata, Golda
Theresia Simarmata, Yulien Simarmata) dan seluruh keluarga atas
segala doa, dukungan moril, dan kasih sayangnya.
4. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, para guru dan staf yang telah
memberi dukungan selama penelitian berlangsung
5. Siswa-siswi SMA Negeri 1 Pangururan yang telah bersedia menjadi
sampel dalam penelitian ini.
6. Teman-teman Gizi Masyarakat 47 yang tidak dapat saya sebutkan satu
per satu atas segala perhatian, dukungan, semangat, dan motivasi yang
diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi
ini, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.

Akhir kata, semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua.

Bogor, Desember 2014

Rotua Yulianti Simarmata

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

KERANGKA PEMIKIRAN

2

METODE PENELITIAN


3

Desain, Tempat, dan Waktu

3

Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh

4

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

4

Pengolahan dan Analisis Data

5

HASIL DAN PEMBAHASAN


8

Keadaan Umum Lokasi Penelitian

8

Karakteristik contoh

9

Karakteristik sosial ekonomi keluarga

10

Status gizi

11

Pengetahuan gizi


12

Sarapan

13

Hubungan antar variabel

18

SIMPULAN DAN SARAN

20

Simpulan

20

Saran


20

DAFTAR PUSTAKA

21

RIWAYAT HIDUP

25

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Cara pengumpulan data penelitian
Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan usia
Sebaran contoh berdasarkan uang saku
Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga
Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orangtua
Sebaran contoh berdasarkan pendapatan orangtua
Sebaran contoh berdasarkan status gizi
Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan gizi
Sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan gizi
Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan sarapan di rumah
Sebaran contoh berdasarkan frekuensi sarapan
Sebaran contoh berdasarkan alasan tidak sarapan
Sebaran contoh berdasarkan waktu sarapan
Sebaran contoh berdasarkan jenis menu sarapan
Asupan dan kontribusi sarapan contoh
Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat kecukupan energi dan
protein
17 Sebaran contoh berdasarkan data prestasi belajar

6
9
9
10
10
11
11
12
13
13
14
14
15
15
16
17
18

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran hubungan kebiasaan sarapan dengan status gizi
dan prestasi belajar siswa

3

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu kesepakatan yang ingin dicapai dalam Millenium Development
Goals (MDGs) yang dicanangkan oleh PBB yaitu mencapai kesejahteraan
masyarakat dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Modal awal dalam
pencapaian kesepakatan tersebut adalah dengan adanya sumber daya manusia
yang cerdas dan berkompeten. Salah satu sumber daya manusia adalah remaja.
Remaja merupakan aset yang akan menjadi generasi penerus pembangunan
bangsa. Prestasi belajar remaja dapat dijadikan sebagai salah satu indikator
sumber daya manusia yang berkualitas. Prestasi belajar dapat diukur melalui skor
prestasi belajar dari beberapa mata pelajaran. Menurut Judarwanto (2004) skor
prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai siswa pada mata pelajaran tertentu
yang diwujudkan dalam bentuk angka. Prestasi yang memuaskan dapat dicapai
dengan memperhatikan pola makanan dan aktifitas fisik.
Sarapan menjadi salah satu hal penting yang mendukung proses
pembelajaran di sekolah. Berdasarkan hasil penelitian Mhurchu et al.(2010)
tentang kebiasaan menunda sarapan ternyata berdampak negatif pada kemampuan
kognitif, prestasi akademik, kehadiran sekolah, fungsi psikologi dan perasaan
anak atau remaja. Dengan kata lain, sarapan memiliki dampak positif terhadap
kegiatan akademik siswa di sekolah. Hasil analisa Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2010, menyatakan bahwa masih banyak Anak Usia Sekolah (AUS)
yang tidak terbiasa sarapan sehat, yaitu sekitar 35000 Anak Usia Sekolah yang
hanya sarapan dengan minuman dan asupan energi sarapan kurang dari AKG
energi.
Sarapan sehat terdiri dari makanan dan minuman yang mengikuti Pedoman
Gizi Seimbang (PGS) (Pergizi 2014). Dalam pemilihan menu sarapan terkadang
para remaja belum terlalu memperhatikan menu makanan. Tidak disediakannya
sarapan dirumah menjadi kendala remaja tidak menyempatkan sarapan di rumah
dan lebih memilih untuk jajan di sekolah sebagai pengganti sarapan. Menurut
penelitian Hermina et al. (2000) di Desa Ciheuleut, menyebutkan ada sebagian
siswa (35%) membeli sendiri makanan jajanan di sekolah dan dikonsumsi
sebelum masuk kelas (pukul 06.00-07.00), jenis makanan yang dikonsumsi berupa
bubur nasi, nasi uduk, buras/lontong dan gorengan. Namun bagi siswa yang tidak
tahu memilih makanan jajanan untuk sarapannya, makanan yang meraka pilih
memiliki kandungan energi yang sangat rendah dan kurang baik bagi kesehatan.
Kurangnya pengetahuan mengenai sarapan menjadi salah satu faktor remaja
memiliki kebiasaan sarapan yang kurang baik. Menurut penelitian Kleinman et al
(2002), sarapan juga dapat meningkatkan dan memperbaiki asupan zat gizi sejalan
dengan peningkatan prestasi akademik maupun fungsi psikologis serta dapat
menurunkan rasa lapar. Oleh karena itu dilakukan penelitian mengenai kebiasaan
sarapan serta hubungannya terhadap status gizi dan prestasi belajar siswa.

2

Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Menganalisis kebiasaan sarapan dengan status gizi dan prestasi siswa SMA N 1
Pangururan Kabupaten Samosir.
Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi karakteristik contoh yang terdiri dari umur, jenis
kelamin, berat badan, tinggi badan, status gizi, uang jajan, dan
pengetahuan gizi
2. Mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi orangtua contoh
3. Mengidentifikasi kebiasaan sarapan siswa SMA N 1 Pangururan
4. Mengidentifikasi prestasi siswa di SMA N 1 Pangururan
5. Mengidentifikasi asupan zat gizi siswa SMA N 1 Pangururan
6. Menganalisis hubungan pengetahuan gizi, kebiasaan sarapan, status gizi
dengan prestasi siswa SMA N 1 Pangururan
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran hubungan
kebiasaan sarapan terhadap status gizi serta prestasi siswa di SMA N 1
Pangururan. Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi kepada
siswa maupun pihak sekolah yang bersangkutan mengenai sarapan. Bagi siswa
diharapkan dapat mengetahui pentingnya mengkonsumsi sarapan yang beragam
dan berimbang agar dapat berkorelasi positif terhadap kegiatan belajar mengajar
di sekolah.

KERANGKA PEMIKIRAN
Sarapan pagi adalah suatu kegiatan yang penting sebelum melakukan
aktifitas fisik pada hari itu. Sarapan sehat seyogyanya mengandung unsur empat
sehat lima sempurna (Khomsan 2002). Menurut Pergizi (2014), sarapan yang
sehat terdiri dari makanan dan minuman yang mengikuti Pedoman Gizi Seimbang
(PGS) yaitu terdiri dari karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayuran dan
buah-buahan. Kebiasaan sarapan remaja dapat dilihat dari beberapa aspek,
diantaranya frekuensi sarapan, watu sarapan, alasan tidak sarapan, serta menu
yang dikonsumsi saat sarapan.
Anak atau remaja yang menunda sarapan cenderung memiliki intake yang
lebih rendah dibanding anak atau remaja yang sarapan. Sehingga secara tidak
langsung sarapan dapat mempengaruhi status gizi anak dan remaja (Desmukh
2010). Selain sarapan, status gizi juga dipengaruhi oleh konsumsi pangan ynag
dapat menunjukkan tingkat kecukupan gizi apakah sudah memenuhi kategori
normal atau defisit. Sarapan juga menjadi salah satu hal penting yang mendukung
proses pembelajaran sekolah. Berdasarkan hasil penelitian Mhurchu et al. (2010),
tentang kebiasaan menunda sarapan ternyata memiliki dampak negatif pada

3
kemampuan kognitif, prestasi akademik kehadiran sekolah, fungsi psikologi dan
psikologi anak atau remaja.

Karakteristik Contoh
- Jenis kelamin
- Usia
- Berat badan
- Tinggi badan
- Uang saku

Karakteristik sosial
ekonomi keluarga
- Besar keluarga
- Pekerjaan
orangtua
- Pendapatan
orangtua

Pengetahuan gizi

Kebiasaan sarapan
- Frekuensi sarapan
- Waktu sarapan
- Alasan tidak sarapan
- Menu sarapan

Konsumsi pangan

Status gizi

Prestasi belajar

Gambar 1 Kerangka pemikiran Kebiasaan Sarapan dengan Status Gizi dan
Prestasi Belajar Siswa SMA N 1 Pangururan

METODE PENELITIAN
Desain, Tempat, dan Waktu
Desain penelitian ini adalah cross-sectional study. Penelitian ini dilakukan
di SMA N 1 Pangururan. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive

4
(sengaja) dengan alasan SMA N 1 Pangururan merupakan salah satu SMA terbaik
di Kabupaten Samosir. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2014- Agustus
2014. Penelitian ini mengkaji kebiasaan sarapan, kebiasaan jajanan, status gizi
serta prestasi siswa SMA N 1 Pangururan.

Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA N 1. Pertimbangan
pemilihan SMA N 1 Pangururan sebagai sampel karena SMA tersebut merupakan
salah satu SMA terbaik di Kabupaten Samosir. Contoh dalam penelitian ini adalah
siswa kelas XII IPA. Pemilihan kelas dilakukan secara purposive yaitu semua
kelas XII IPA dengan kriteria inklusi siswa yang memiliki 1) status aktif sebagai
siswa di SMA N 1 Pangururan jurusan IPA, 2) bersedia menjadi contoh dalam
penelitian, 3) bersedia diukur, dan 4) tidak dalam keadaan sakit selama penelitian
berlangsung. Pemilihan kelas XII IPA dilakukan karena hanya melihat prestasi
belajar contoh pada mata pelajaran bidang IPA yaitu fisika, kimia, dan biologi.
Besar contoh dalam penelitian ini dihitung menggunakan rumus Slovin
(Singarimbun & Effendi 1995) sebagai berikut.
�=


1 + �(� 2 )

Keterangan:
n
= Jumlah contoh
N
= Jumlah populasi
d
= Tingkat kesalahan yang dapat ditolerir (10%)
Berdasarkan rumus diatas didapatkan jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 69
contoh dari jumlah populasi sebanyak 230 orang.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Jenis dan data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh melalui kuisioner yang diisi oleh contoh (siswa SMA)
setelah mendapat penjelasan dari peneliti. Data sekunder diperoleh dari sekolah.
Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini adalah jumlah siswa, lokasi,
keadaan umum sekolah, serta data prestasi contoh.
Jenis data primer yang dikumpulkan yaitu karakteristik contoh, berat badan
dan tinggi badan, status gizi, data pengetahuan gizi siswa, serta kebiasaan sarapan.
Data karakterisitk contoh meliputi nama, berat badan, tinggi badan, usia, uang
saku, status gizi, pengetahuan gizi serta konsumsi pangan siswa. Data jenis
kelamin, usia serta uang saku contoh diperoleh dengan cara mengisi kuesioner
yang dipansu peneliti. Data berat badan dan tinggi badan diperoleh melalui
pengukuran secara langsung (berat badan diukur dengan timbangan sedangkan
tinggi badan diukur dengan menggunakan stature). Sedangkan data kebiasaan
sarapan meliputi frekuensi sarapan, waktu sarapan, jenis makanan sarapan, dan
alasan tidak sarapan diperoleh dengan mengisi kuesioner yang terdapat pertanyaan
mengenai kebiasaan sarapan. Data status gizi diperoleh dengan menggunakan

5
antropometri dengan menimbang berat badan contoh menggunakan alat
timbangan berat badan sedangkan data tinggi badan diperoleh dengan cara
mengukur tinggi badan dengan menggunakan alat pengukur tinggi badan.
Data pengetahuan siswa tentang kebiasaan sarapan diperoleh dengan
menggunakan kuisioner tentang kebiasaan sarapan pagi yang berisi 10 pertanyaan
mengenai kebersihan individu dan makanan, kriteria makanan yang dijual di
sekolah, sarapan yang sehat dan bergizi, jenis zat gizi yang dibutuhkan tubuh,
alasan perlunya sarapan, serta yang terjadi jika tidak sarapan. Data praktik
kebiasaan sarapan siswa diperoleh dengan menggunakan kuisioner tentang
kebiasaan sarapan yang berisi 4 pertanyaan yaitu kebiasaan sarapan setiap hari,
frekuensi sarapan dalam seminggu, alasan tidak sarapan dan jenis sarapan yang
sering dikonsumsi.
Data sekunder lain yang dikumpulkan adalah data prestasi siswa. Prestasi
belajar meliputi nilai Ujian Tengah Semester dan Ujian Akhir Semester yaitu ratarata dari 5 mata pelajaran, yaitu Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
(PPKn), Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam
(Biologi, Kimia, serta Fisika).
Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dan dianalisis dengan menggunakan perangkat
lunak Microsoft Excel 2007 dan program SPSS versi 16.0 for windows dengan
analisa deskriptif dan inferensia. Proses pengolahan meliputi editing, coding,
cleaning, dan analyze. Rincian pengelompokan data disajikan pada Tabel 1. Data
karakteristik contoh meliputi jenis kelamin dibagi ke dalam 2 kategori yaitu lakilaki dan perempuan. Data umur dikelompokkan berdasarkan sebaran contoh. Data
uang saku dihitung dikategorikan berdasarkan sebaran uang saku contoh yang
diolah dengan cara statistik dengan mencari nilai rata-rata, minimum, dan
maksimum. Data status gizi dihitung dengan menggunakan metode antropometri
melalui perhitungan indeks masa tubuh dibandingkan dengan umur (IMT/U).
Klasifikasi status gizi yang digunakan adalah menurut Kemenkes RI (2010) yang
mengkategorikan status gizi menjadi 5 kategori yaitu : sangat kurus (80)
Teratur ( > 4x/minggu)
Tidak teratur ( < 4x/minggu)
Tidak disediakan dirumah
Tidak nafsu makan
Tidak sempat
< 06.00
06.00 – 07.59
08.00 – 10.00
> 10.00
Makanan pokok + lauk hewani
Makanan pokok + lauk hewani
+ lauk nabati
Makanan pokok + lauk hewani
+ sayur
Roti + susu
Buah
Jajanan
Defisit berat (< 70% AKG)
Defisit sedang ( 70-79% AKG)
Defisit ringan ( 80-89% AKG)
Normal (90-119% AKG)
Kelebihan (> 120% AKG)
Kurang (< 60)
Cukup (60–70)
Lebih dari cukup (71-80)
Baik ( > 80)

BKKBN
(1998)
Ketentuan
peneliti

BPS Samosir
(2013)
Khomsan
(2000)
Yang et. al
(2006)
Ketentuan
peneliti
Ketentuan
peneliti

Ketentuan
peneliti

Depkes
(1996)

Ketentuan
peneliti

Defenisi Operasional
Contoh adalah siswa kelas XII IPA SMA N 1 Pangururan Kabupaten Samosir
Karakteristik Contoh adalah ciri khas yang dimiliki siswa berupa umur, jenis
kelamin, berat badan, tinggi badan, besaran uang saku.

8
Karakteristik sosial ekonomi keluarga adalah ciri khas yang dimiliki keluarga
berupa pekerjaan orang tua, pendapatan orangtua dan besar keluarga.
Pendapatan orangtua adalah jumlah pendapatan orangtua (ayah dan ibu) yang
diperoleh dari pekerjaan utama maupun pekerjaan tambahan dalam bentuk
uang dalam sebulan.
Besar keluarga adalah banyaknya orang yang tinggal dirumah dan tercantum
dalam kartu keluarga. Besar keluarga dikategorikan menjadi tiga yaitu kecil
(≤4 orang), keluarga sedang (5-7 orang), dan keluarga besar (≥ 8 orang).
Pengetahuan kebiasaan sarapan adalah pemahaman siswa tentang kebersihan
individu dan makanan, pengertian makanan bergizi, jenis dan fungsi zat gizi,
pengertian sarapan, fungsi sarapan, alasan tidak sarapan, dampak tidak
sarapan bagi tubuh, yang diukur dari skor jawaban terhadap pertanyaan
yang diberikan dalam kuesioner.
Sarapan adalah kegiatan mengkonsumsi makanan yang mengandung gizi
seimbang dan memenuhi 25%-30% dari kebutuhan energi total dalam sehari
yang dilakukan pada pagi hari oleh siswa sebelum kegiatan belajar
disekolah.
Prestasi Belajar adalah hasil belajar siswa yang diukur dengan menggunakan
nilai rata-rata ulangan harian, Ujian Tengah Semester dan Ujian Akhir
Semester.
Status gizi yaitu keadaan tubuh contoh yang ditentukan berdasarkan perhitungan
Indeks Masa Tubuh menurut Umur (IMT/U), mengacu pada Kemenkes RI
(2010) yang diklasifikasikan menjadi 5 kategori, yaitu sangat kurus (8 orang. Hanya sebagian kecil contoh yang memiliki jumlah
anggota keluarga kurang dari 4 orang. Menurut Syahriil (2003) dinyatakan bahwa
semakin besar jumlah anggota keluarga dalam satu rumah tangga maka akan
semakin kecil pula pengeluaran rumah tangga tersebut untuk konsumsi pangannya.
Besar keluarga

Pekerjaan orangtua
Pekerjaan orangtua dibagi menjadi 5 kelompok yaitu, petani, wiraswasta,
PNS (Pegawai Negeri Sipil), pegawai swasta, serta tidak bekerja. Sebaran contoh
berdasarkan bekerjaan orangtua dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orangtua
Pekerjaan
Petani
Wiraswasta
PNS
Pegawai Swasta
Tidak Bekerja
Total

Ayah
n
37
16
11
2
4
70

%
52.85
22.85
15.17
2.85
5.71
100

Ibu
n
33
17
14
0
6
70

%
47.14
24.28
20.00
0.00
8.57
100

11
Berdasarkan Tabel 5, sebagian besar orangtua contoh bekerja sebagai petani
baik ayah maupun ibu. Sebagian besar ayah contoh bekerja sebagai petani
(52.85%), sedangkan ibu contoh sebagian besar bekerja sebagai petani (47.14%).
Sebanyak 22.85% ayah contoh bekerja sebagai wiraswasta, sedangkan sebanyak
24.28% ibu yang bekerja sebagai wiraswasta. Ayah dan ibu yang bekerja sebagai
PNS hanya sebanyak 15.17% dan 20.00%. Hanya sebagian kecil orangtua yang
bekerja sebagai pegawai swasta bahkan yang tidak bekerja.
Pendapatan orangtua
Pendapatan orangtua merupakan penghasilan yang didapatkan orangtua per
bulan untuk menghidupi kebutuhan keluarga baik pangan maupun non pangan.
Pendapatan orangtua yang didapat selama sebulan diubah menjadi pendapatan
perkapita per bulan. Pendapatan orangtua dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu
miskin jika pendapatan perkapita per bulan < Rp 240310, dan tidak miskin jika
pendapatan perkapita per bulan > RP 240310 (BPS Samosir 2013).
Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan orangtua
Penghasilan
Miskin ( < Rp 240310)
Tidak miskin (>Rp 240310)
Total
Rata-rata + SD

Laki-laki
n
%
10
28.57
25
71.43
35
100
445735+ 322474

Perempuan
n
%
5
14.29
30
85.71
35
100
519410+ 287006

Total
n
%
15
21.43
55
78.57
70
100
482573+ 305299

Berdasarkan Tabel 6, didapat bahwa sebagian besar pendapatan orangtua
contoh berada dalam kategori tidak miskin (78.57%). Sebanyak 21.43%
pendapatan orangtua contoh berada dalam kategori miskin. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan Prabandari (2010) disimpulkan bahwa semakin besar pendapatan
keluarga maka semakin besar uang saku yang diterima.
Status gizi
Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat gizi (Almatsier 2006). Pengukuran IMT pada remaja sangat
berhubungan dengan usianya, karena dengan perubahan umur terjadi perubahan
komposisi dan densitas tubuh. Oleh karena itu, penilaian status gizi contoh
dihitung dengan menggunakan IMT/U karena usia contoh masih berada pada
rentang usia 15-18 tahun. Sebaran status gizi contoh secara lengkap disajikan pada
Tabel 7.
Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan status gizi
Status Gizi
Sangat Kurus
Kurus
Normal
Gemuk

Laki-laki
n
%
1
2.86
4
11.43
27
77.14
3
8.57

Perempuan
n
%
0
0.00
0
0.00
30
85.71
5
14.29

Total
n
1
4
57
8

%
1.43
5.71
81.43
11.43

12

Obesitas
Total
Rata- rata + SD

Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan status gizi (lanjutan)
0
0.00
0
0.00
0
0.00
35
100
35
100
70
100
-0.71+ 1.24
0.03 + 0.88
-0.4 + 1.1

Sebagian besar contoh laki-laki (77.14%) dan perempuan (85.71%)
memiliki status gizi normal. Namun, pada sebagian kecil contoh laki-laki masih
ada yang memiliki status gizi kurus (11.43%) bahkan terdapat 1 contoh laki-laki
yang memiliki status gizi sangat kurus (2.86%). Pada contoh perempuan, sebagian
besar memiliki status gizi normal (85.71%), sebagian kecil memiliki status gizi
gemuk (14.29%). Dapat dilihat bahwa status gizi laki-laki lebih cenderung kurus
daripada perempuan. Perempuan lebih cenderung memiliki status gizi gemuk.
Berdasarkan data RISKESDAS (2010), bahwa prevalensi status gizi laki-laki
kurus (9.5%) lebih besar daripada perempuan (4.4%) sementara prevalensi status
gizi gemuk pada perempuan (1.5%) lebih tinggi daripada laki-laki (1.3%).
Pengetahuan gizi
Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan tentang makanan dan zat gizi,
sumber-sumber zat gizi pada makanan, makanan yang aman dikonsumsi sehingga
tidak menimbulkan penyakit dan cara mengolah makanan yang baik agar zat gizi
dalam makanan tidak hilang serta bagaimana cara hidup sehat (Notoatmojo 2003).
Pengetahuan gizi contoh diukur dengan menggunakan alat ukur kuesioner yang
terdiri atas 10 pertanyaan mengenai pengetahuan gizi umum dan sarapan.
Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan gizi
No

Pertanyaan

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Kebiasaan mencuci tangan yang benar
Kriteria makanan yang dijual di sekolah
Sarapan yang sehat dan bergizi
Makanan dan minuman yang tesrcemar
Efek makanan dan minuman yang tercemar
Makanan yang bergizi
Jenis zat gizi yang dibutuhkan tubuh
Alasan perlu sarapan
Yang terjadi jika tidak sarapan
Kebiasaan sarapan yang baik

Laki-laki
n
%
30 82.86
34 97.14
34 97.14
31 88.57
35 100.00
33 94.29
34 97.14
35 100.00
35 100.00
34 97.14

Perempuan
n
%
27 77.14
35 100.00
34 97.14
32 91.43
35 100.00
34 97.14
35 100.00
35 100.00
35 100.00
33 94.29

Berdasarkan Tabel 8, dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh responden
dapat menjawab dengan benar pertanyaan yang diberikan. Semua responden dapat
menjawab dengan benar pertanyaan mengenai efek makanan dan minuman yang
tercemar, alasan perlunya sarapan, serta akibat yang terjadi jika tidak sarapan.

13
Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan gizi
Kategori

n
1
5
29
35

Kurang (< 60%)
Sedang (60-80%)
Baik (>80%)
Total

Laki-laki
%
2.86
14.29
82.86
100

Perempuan
n
%
0
0.00
6
17.14
29
82.86
35
100

Total
n
1
11
58
70

%
1.43
15.71
82.86
100

Menurut Khomsan (2000), tingkat pengetahuan gizi contoh dapat
dikategorikan menjadi pengetahuan kurang (80%). Pada Tabel 9, dapat disimpulkan bahwa
sebagian besar contoh memiliki tingkat pengetahuan gizi yang baik. Tingkat
pengetahuan contoh laki-laki (82.86%) dan contoh perempuan (82.86%) tergolong
dalam tingkat pengetahuan yang baik. Hanya sebagian kecil contoh yang memiliki
tingkat pengetahuan yang sedang maupun kecil. Tingkat pengetahuan gizi
seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam meilih makanan yang
pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi seseorang. Semakin tinggi
tingkat pengetahuan gizi seseorang, diharapkan semakin baik pula keadaan
gizinya (Khomsan et al. 2007). Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan
Ruka et.al (2005), dinyatakan bahwa pengetahuan gizi yang baik dapat
mempengaruhi pemilihan makanan yang baik pada remaja.
Sarapan
Kebiasaan sarapan
Sarapan pagi adalah suatu kegiatan yang penting sebelum melakukan
aktivitas fisik pada hari itu. Ini berarti kita benar-benar telah mempersiapkan diri
untuk menghadapi segala aktivitas dengan amunisi yang lengkap (Khomsan,
2002). Pada tabel berikut akan disajikan contoh yang menyempatkan diri untuk
sarapan di rumah dan yang tidak menyempatkan sarapan di rumah.
Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan sarapan di rumah
Kebiasaan sarapan

Laki-laki
n
%

Perempuan
n
%

Selalu
Kadang-kadang
Tidak pernah
Total

11
24
0
35

8
27
0
35

31.43
68.57
0.00
100

22.86
77.14
0.00
100

Total
n
19
51
0
70

%
27.14
71.86
0.00
100

Berdasarkan Tabel 10, sebagian besar contoh laki-laki (68.57%) tidak selalu
setiap hari melakukan sarapan sebelum berangkat sekolah, namun terdapat
31.43% contoh laki-laki yang selalu melakukan sarapan sebelum berangkat
sekolah. Sementara itu pada sebagian besar contoh perempuan (77.14%) tidak
setiap hari sarapan di rumah, dan terdapat 22.86% contoh perempuan yang
melakukan sarapan di rumah sebelum berangkat menuju sekolah.

14
Frekuensi sarapan
Frekuensi sarapan merupakan kebiasaan individu untuk melakukan sarapan
setiap hari. Menurut Yang et.al (2006) menyatakan bahwa sarapan dikatakan
teratur apabila > 4 kali, dan dikatakan tidak teratur apabila hanya melakukan
sarapan sebanyak 3 kali. Data frekuensi sarapan yang diperoleh berkisar 1 hingga
7 kali. Berikut disajikan tabel sebaran contoh berdasarkan frekuensi sarapan.
Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi sarapan
Frekuensi sarapan
< 4 kali/minggu
> 4 kali/minggu
Total

Laki-laki
n
%
17
48.57
18
51.43
35
100

Perempuan
n
%
12
34.29
23
65.71
35
100

Total
n
29
41
70

%
41,43
58.57
100

Sebagian besar contoh laki-laki (60%) melakukan sarapan > 4 kali dalam
seminggu, sama halnya dengan contoh perempuan, sebagian besar (65.71%)
melakukan sarapan > 4 kali dalam seminggu. Namun terdapat 48.57% contoh
laki-laki dan 34.29% contoh perempuan yang sarapan kurang dari 4 kali dalam
seminggu. Terdapat berbagai alasan siswa sehingga tidak sempat melakukan
sarapan. Menurut Khomsan (2005), alasan tidak sarapan, yaitu tidak sempat atau
terburu-buru, merasa waktu sangat terbatas karena jarak sekolah cukup jauh,
terlambat bangun pagi, tidak ada selera makan, maupun ingin diet supaya berat
badan cepat turun. Giovannini et al. (2010) menyatakan bahwa sarapan yang
teratur dapat mempengaruhi pemilihan diet dan pemilihan menu makanan yang
lebih baik setiap hari.
Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan alasan tidak sarapan
Alasan tidak sarapan
Tidak disediakan di rumah
Tidak nafsu makan
Tidak sempat
Total

Laki-laki
n
%
3
8.57
11
31.43
21
60.00
35
100

Perempuan
n
%
0
0.00
12
34.29
23
65.71
35
100

Alasan tidak sarapan contoh diperoleh berdasarkan pertanyaan yang terdapat
dalam kuesioner, sehingga diperoleh tiga alasan yang paling banyak dijawab oleh
contoh, yaitu tidak disediakan di rumah, tidak selera makan, serta tidak sempat.
Sebagian besar contoh laki-laki (60.00%) dan perempuan (65.71%) menyatakan
tidak sempat sebagai alasan tidak sarapan. Sebanyak 31.43% contoh laki-laki dan
34.29% contoh persen contoh perempuan tidak mempunyai selera makan untuk
sarapan pada pagi hari. Dan sebagian kecil contoh menyatakan tidak sempat
sarapan karena tidak disediakan di rumah, hal tersebut dikarenakan sebagian
contoh tidak tinggal di rumah bersama orang tua (kos). Nicklas et.al (2004)
menyatakan bahwa anak yang suka melewatkan sarapan meningkatkan resiko
kekurangan zat gizi. Dalam penelitian Murphy (2007) seseorang yang suka
melewatkan sarapan lebih sering menunjukkan gejala kekurangan zat besi
(anemia).

15

Waktu sarapan
Sarapan pagi adalah suatu kegiatan yang penting sebelum melakukan
aktifitas fisik pada pagi hari (Khomsan 2002). Pada penelitian ini waktu sarapan
dikategorikan ke dalam 4 bagian, yaitu sebelum pukul 06.00, pukul 06.01 –
08.00,pukul 08.01-09.59 serta diatas pukul 10.00 pagi.
Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan waktu sarapan
Waktu sarapan
< 06.00
06.01- 08.00
08.01- 09.59
> 10.00
Total

Laki-laki
n
%
8
22.86
25
71.43
1
2.86
1
2.86
35
100

Perempuan
n
%
3
8.57
30
85.71
0
0.00
2
5.71
35
100

Total
n
11
55
1
3
70

%
15.71
78.57
1.43
4.29
100

Berdasarkan Tabel 13, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar waktu
sarapan contoh laki-laki (71.43%) dan perempuan (85.71%) melakukan sarapan
antara pukul 06.01 hingga pukul 08.00. Sebagian besar contoh telah melakukan
sarapan sesuai dengan waktu yang dianjurkan yaitu antara pukul 06.00 sampai
dengan pukul 10.00 pagi (Khomsan 2002).
Jenis sarapan
Jenis sarapan pada penelitian ini di kategorikan menjadi 6 kelompok yaitu,
makanan pokok + lauk hewani, makanan pokok + lauk hewani + sayur, makanan
pokok + lauk hewani + lauk nabati, roti + susu, buah, serta jajanan. Jenis menu
sarapan akan lebih baik apabila terdiri dari makanan sumber zat tenaga, zat
pembangun, dan zat pengatur. Menurut Khomsan (2002), sarapan dengan aneka
ragam pangan yang terdiri dari nasi, lauk pauk, buah dan susu dapat memenuhi
kenutuhan akan vitamin dan mineral. Dalam Tabel 14 disajikan jenis menu
sarapan yang dikonsumsi contoh.
Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan jenis menu sarapan
Jenis sarapan
Makanan pokok + lauk hewani
makanan pokok + lauk hewani + lauk nabati
makanan pokok + lauk hewani + sayur
roti + susu
buah
jajanan
Total

Laki-laki
10
28.57
3
0.00
6
17.14
6
17.14
0
0.00
10
28.57
35
100

Perempuan
11 31.43
13 37.14
4
11.43
2
5.71
5
14.29
0
0.00
35
100

Total
21 30.00
16 22.86
10 14.29
8 11.43
5
7.14
10 14.29
70
100

Berdasarkan Tabel 14 sebagian besar contoh (30.00%) mengonsumsi
makanan pokok + lauk hewani sebagai menu sarapan. Sebanyak 22.86%
mengonsumsi makanan pokok + lauk hewani + lauk nabati sebagai menu sarapan,
dan tidak sedikit contoh (14.29%) yang mengonsumsi jajanan sebagai menu
sarapan. Sebanyak 28.57% contoh laki-laki mengkonsumsi jajanan sebagai

16
sarapan. Tidak ada contoh perempuan yang mengkonsumsi jajanan sebagai
sarapan. Jajanan yang dikonsumsi sebagai menu sarapan dapat dipengaruhi oleh
waktu sarapan dimana contoh sudah berada di sekolah saat melakukan sarapan.
Dalam penelitian Matthys et al. (2006) contoh yang diberi perlakuan konsumsi
sarapan yang berkualitas memiliki asupan yang lebih baik daripada contoh yang
diberi perlakukan sarapan dengan kualitas yang kurang. Florence et al. (2008)
menyatakan bahwa ada kaitan antara pemilihan menu makanan dan diet dengan
prestasi akademik siswa. Menurut Florence et al. (2008) sarapan sebaiknya tidak
mengonsumsi satu jenis zat gizi (single nutrient) melainkan dengan
mengombinasikan makanan dengan aneka ragam zat gizi.
Asupan dan kontribusi makanan sarapan
Menurut Hardinsyah (2012), sarapan merupakanan makan di awal hari
biasanya dilakukan di pagi hari berupa makanan dan minuman. Makanan dan
minuman yang dikonsumsi di pagi hari menyediakan energi dan zat gizi yang
cukup agar perasaan, berpikir, dan bekerja atau stamina yang lebih baik. Sarapan
sebaiknya menyediakan 15-25% kebutuhan gizi sehari.
Tabel 15 Asupan dan kontribusi sarapan contoh
Energi
Asupan kontribusi sarapan (kkal/hari)
Kontribusi terhadap asupan sehari (%)
Kontribusi terhadap kecukupan gizi (%)
Protein
Asupan kontribusi sarapan (g/hari)
Kontribusi terhadap asupan sehari (%)
Kontribusi terhadap kecukupan gizi (%)

Laki-laki

280
27.32
10.79

Perempuan
249
24.00
11.33

Total
257
25.25
11.68

9.6
20.38
14.79

7.9
17.07
14.42

8.4
18.26
16.21

Pada Tabel 15, asupan energi dari sarapan pada contoh laki-laki (280 kkal)
lebih besar daripada asupan energi perempuan (249 kkal). Kontribusi sarapan
terhadap asupan energi sehari pada laki-laki sebesar 27.32% lebih besar daripada
perempuan sebesar 24.00%. Pada asupan protein dari sarapan pada contoh lakilaki sebesar 9.6 gram lebih besar daripada perempuan sebesar 7.9 gram.
Berdasarkan tabel 15, sarapan yang dikonsumsi contoh memberikan asupan
257 + 102 kkal/hari. Menurut Hardinsyah (2012), konsumsi makanan sarapan
sebaiknya memenuhi 300-500 kkal/hari. Sarapan yang dikonsumsi memberikan
kontribusi energi (25.25%) terhadap asupan total sehari. Kontribusi sarapan yang
dikonsumsi memberikan kontribusi energi (11.68) terhadap kecukupan gizi.
Rata-rata asupan protein yang dikonsumsi contoh dari sarapan (8.4 + 3.1
g/hari). Asupan protein dalam sarapan sebaiknya memenuhi 6-10 g/hari
(Hardinsyah 2012). Sarapan yang dikonsumsi memberikan kontribusi (18.26%)
terhadap asupan total sehari dan memberikan kontribusi protein (16.21%)
terhadap kecukupan gizi.
Dalam hasil penelitian Murphy (2007) disebutkan bahwa seseorang yang
melewatkan sarapan memiliki kekurangan intake zat gizi terutama vitamin dan
mineral. Matthys et al. (2006) juga menunjukkan bahwa melewatkan sarapan
menyebabkan lapar di pagi hari dan cenderung lebih banyak mengkonsumsi

17
jajanan, sementara jajanan yang dikonsumsi memiliki kandungan gula dan lemak
yang tinggi dan rendah vitamin dan mineral. Dalam penelitian C. Matthys et al.
(2006) juga disebutkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada
contoh yang diberi sarapan yang berkualitas dan yang tidak berkualitas.
Konsumsi pangan dan kecukupan gizi
Konsumsi pangan merupakan informasi tentang jenis dan jumlah pangan
yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang pada waktu tertentu (Kusharto
& Sa’adiyah 2006). Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat kecukupan
energi dan protein disajikan pada tabel 16.
Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat kecukupan energi dan
protein
TKE
Tingkat
kecukupan

TKP

Laki-laki

Perempuan

Total

Laki-laki

Perempuan

n

%

n

%

n

Defisit berat
Defisit sedang
Defisit ringan
Normal
Lebih

32
2
0
0
1

91.43
5.71
0.00
0.00
2.86

28
3
1
3
0

80.00
8.57
2.86
8.57
0.00

Total

35

100

35

100

Total

%

n

%

n

%

n

%

60
5
1
3
1

85.71
7.14
1.43
4.29
1.43

21
4
1
5
4

60.00
11.43
2.86
14.29
11.43

9
4
5
13
4

25.71
11.43
14.29
37.14
11.43

30
8
6
18
8

42.86
11.43
8.57
25.71
11.43

70

100

35

100

35

100

70

100

Sebagian besar contoh memiliki tingkat kecukupan gizi yang tergolong
defisit berat. Sebanyak 85.71% contoh memiliki tingkat kecukupan energi yang
tergolong defisit berat. Terdapat 7.14 % contoh berada pada kategori defisit
sedang, sebanyak 1.43% berada pada kategori defisit ringan. Hanya sebagian kecil
contoh (4.29%) berada pada kategori normal. Pangan yang menghasilkan energi
yang paling sering dikonsumsi contoh adalah nasi dan mie. Selain nasi dan mie,
contoh juga sering mengkonsumsi ikan mujahir, ikan mas, dan ikan teri sebagai
lauk hewani. Sawi, kangkung dan buncis sebagai sayur yang paling sering
dikonsumsi. Porsi yang kurang tentunya berpengaruh terhadap tingkat kecukupan
energi contoh. Menurut Soekirman (2000), kekurangan konsumsi energi dari
kecukupan yang diperlukan dapat menimbulkan dampak yang buruk bagi
kesehatan dan bila terus berkelanjutan dapat mengakibatkan seseorang menjadi
kurus.
Tingkat kecukupan protein sebagian besar contoh (42.86%) tergolong dalam
kategori defisit berat. Terdapat sebanyak 25.71% contoh yang tergolong dalam
kategori normal untuk tingkat kecukupan protein. Namun sebanyak 11.43%
contoh berada dalam kategori lebih untuk tingkat kecukupan protein. Sebagian
besar contoh mengkonsumsi pangan golongan ikan seperti ikan mujahir, ikan mas,
dan ikan teri sebagai sumber penghasil protein. Selain ikan, contoh juga
mengkonsumsi daging ayam dan telur ayam sebagai penghasil protein.
Prestasi belajar
Menurut Atkinson et.al (2000), prestasi belajar adalah hasil pendidik
terhadap proses belajar dan hasil belajar siswa. Dalam penelitian ini, prestai
belajar siswa diperoleh dari nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,

18
Matematika, Fisika, Kimia, dan Biologi. Nilai diperoleh dengan merata-ratakan ke
enam mata pelajaran. Data prestasi contoh disajikan pada Tabel 17.
Tabel 17 Sebaran contoh berdasarkan data prestasi belajar
Prestasi belajar

Laki-laki
n

%

Perempuan
n
%
0
0.00
0
0.00
7 20.00
28 80.00
35
100
83 + 3

Total
n
%
0
0.00
0
0.00
29 41.42
41 58.57
70
100
82 + 3.67

0
0.00
0
0.00
21 60.00
14 40.00
35
100
81 + 4
Berdasarkan Tabel 17, sebagian besar contoh (58.57%) memiliki prestasi
belajar dengan kriteria nilai yang baik. Terdapat contoh (41.42%) yang memiliki
kriteria lebih dari cukup terhadap prestasi belajar. Pada Tabel 17, dapat
disimpulkan bahwa contoh perempuan memiliki prestasi belajar yang lebih baik
dinyatakan dengan nilai rata- rata 83 + 3 lebih tinggi daripada contoh laki-laki
dengan nilai 81 + 4. Sebagian besar contoh perempuan memiliki nilai prestasi
belajar yang tergolong baik (80.00%), berbanding terbalik dengan laki-laki yang
sebagian besar memiliki prestasi belajar yang tergolong lebih dari cukup (60.00%).
Kurang ( 80)
Total
Rata-rata + SD

Hubungan antar variabel
Hubungan pengetahuan gizi dengan status gizi dan sarapan
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan
antara pengetahuan gizi dengan status gizi siswa (p=0.710; r= 0.044). Semakin
baik pengetahuan gizi seseorang tidak menjamin seseorang memiliki status gizi
yang semakin baik. Sedangkan hasil uji korelas Pearson menunjukkan bahwa
tidak terdapat hubungan antara pengetahuan gizi dengan kebiasaan sarapan
(p=0.499 ; r=-0.082). Dalam penelitian (2008) menyatakan bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara pengetahuan gizi dan status gizi. Hubungan yang
tidak signifikan dapat disebabkan karena hampir seluruh hasil pengetahuan gizi
contoh tergolong baik. Homogennya hasil pengetahuan gizi dapat menunjukkan
hasil yang signifikan jika menggunakan analisis statistik. Menurut Rohayati
(2003) pengetahuan gizi yang baik belum tentu mempunyai kebiasaan makan
yang baik. Kebiasaan lingkungan terdekat dapat memiliki pengaruh yang
bermakna terhadap kebiasaan sarapan maupun kebiasaan makan anak atau remaja.
Hubungan sarapan dengan status gizi
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan
antara sarapan dengan status gizi siswa (p=0.786; r=0.033). Hal ini menunjukkan
bahwa semakin baik seseorang sarapan tidak menjamin bahwa status gizi
seseorang se

Dokumen yang terkait

Hubungan Pengetahuan Gizi dan Kebiasaan Sarapan Pagi dengan Prestasi Belajar Siswa di SMA Darul Ilmi Murni

2 71 86

Hubungan Pengetahuan Gizi, Kebiasaan Sarapan, Aktivitas Fisik Dan Status Gizi Remaja Di Sma X Bogor

0 5 71

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN SARAPAN DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA Hubungan Antara Kebiasaan Sarapan Dan Status Gizi Dengan Produktivitas Kerja Pada Pekerja Wanita Di Konveksi Rizkya Batik Ngemplak Boyolali.

7 30 13

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGANPRESTASI BELAJAR ANAK DI SD MUHAMMADIYAH 16 SURAKARTA Hubungan Status Gizi Dan Kebiasaan Sarapan Pagi Dengan Prestasi Belajar Anak Di SD Muhammadiyah 16 Surakarta.

0 11 15

PENDAHULUAN Hubungan Status Gizi Dan Kebiasaan Sarapan Pagi Dengan Prestasi Belajar Anak Di SD Muhammadiyah 16 Surakarta.

0 1 6

DAFTAR PUSTAKA Hubungan Status Gizi Dan Kebiasaan Sarapan Pagi Dengan Prestasi Belajar Anak Di SD Muhammadiyah 16 Surakarta.

0 2 4

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGANPRESTASI BELAJAR ANAK DI SD MUHAMMADIYAH 16 SURAKARTA Hubungan Status Gizi Dan Kebiasaan Sarapan Pagi Dengan Prestasi Belajar Anak Di SD Muhammadiyah 16 Surakarta.

0 1 16

HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI DI KELURAHAN TRANGSAN Hubungan Kebiasaan Sarapan Pagi dengan Status Gizi Pada Anak Sekolah Dasar Negeri Di Kelurahan Trangsan Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo.

0 0 16

Pola Makan,Kebiasaan Sarapan dan Status Gizi Berhubungan Dengan Prestasi Belajar Siswa SMK di Kota Kediri

0 0 10

HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK DAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SMA NEGERI 10 MAKASSAR TAHUN 2012

0 0 111