Manajemen Pemanenan dan Transportasi Hasil Panen Kopi Arabika (Coffea arabica L.)di Kebun Blawan PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) Bondowoso, Jawa Timur.

MANAJEMEN PEMANENAN DAN TRANSPORTASI HASIL
PANEN KOPI ARABIKA (Coffea arabica L.) DI KEBUN
BLAWAN, PT PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO)
BONDOWOSO, JAWA TIMUR

YUNIAR KUSUMA WARDHANI
A24100043

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Manajemen
Pemanenan dan Transportasi Hasil Panen Kopi Arabika (Coffea arabica L.) di
Kebun Blawan, PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) Bondowoso, Jawa Timur
adalah benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2015

Yuniar Kusuma Wardhani
NIM A24100043

ABSTRAK
YUNIAR KUSUMA WARDHANI. Manajemen Pemanenan dan Transportasi Hasil
Panen Kopi Arabika (Coffea arabica L.)di Kebun Blawan PT Perkebunan Nusantara
XII (Persero) Bondowoso, Jawa Timur. Dibimbing oleh HENI PURNAMAWATI dan
ADE WACHJAR.
.
Kegiatan magang yang dilakukan bertujuan mempelajari teknis budidaya
tanaman kopi dan pengelolaan perkebunan kopi pada keadaan lapangan yang
sesungguhnya. Selain itu, kegiatan magang bertujuan untuk menambah wawasan
pengetahuan dan melatih keterampilan kerja dan mempelajari secara mendalam

pengelolaan panen dan transportasi hasil panen kopi serta mengidentifikasi
permasalahan yang dihadapi dalam pemanenan berikut pemecahannya. Kegiatan
magang dilaksanakan di Kebun Blawan, PT Perkebunan Nusantara XII (Persero),
Bondowoso, Jawa Timur selama empat bulan mulai bulan Februari sampai bulan Juni
2014. Kegiatan magang dilaksanakan dengan cara kerja langsung sesuai dengan
kegiatan yang ada di lapangan, baik kegiatan teknis maupun kegiatan manajerial
kebun. Peubah yang diamati yaitu luas areal panen selektif dan rotasi petik panen
selektif, sistem dan cara pemanenan buah kopi, jumlah tenaga pemetik pada satu tahap
pemanenan, alat pemanenan dan prestasi kerja pemetik dan jumlah tanaman yang
dipanen per hari serta bobot kopi yang diperoleh. Hasil pengamatan menunjukkan
bahwa luas areal panen selektif di Afdeling Besaran untuk tahun 2014 sebesar 5-8 ha
dengan rotasi petik 10-12 hari. Sistem dan cara panen selective di Afdeling Besaran
yaitu sistem larikan dimana setiap pemetik diberi satu larikan tanaman dan jumlah
tenaga pemetik yang bervariasi antara pemetik/hari pada satu tahap pemetikan. Alat
panen yang biasa digunakan yaitu kocok (keranjang plastik) dan tekotek (tas dari bahan
karung). Kegiatan pemanenan di Kebun Blawan dilaksanakan berdasarkan standar
perusahaan. Dalam pelaksanaan di lapangan masih terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan dan dibenahi. Permasalahan yang terjadi dalam pemanenan antara lain
jumlah buah hijau yang terpetik masih di atas toleransi kebun dan manajemen
pelaksanaan panen selektif. Perencanaan panen yang tidak akurat dapat menyebabkan

taksasi dan realisasi yang didapat tidak sesuai, demikian pula penggunaan tenaga
pemetik juga harus disesuaikan dengan kondisi buah yang ada di lapang. Berdasarkan
hasil analisis regresi, bulan kering dan curah hujan tidak berpengaruh terhadap
produktivitas kopi di Kebun Blawan.
Kata kunci: Kebun Blawan, kopi, manajemen pemanenan

ABSTRACT
YUNIAR KUSUMA WARDHANI. Harvest Management of Arabica Coffee (Coffea
arabica L.) at Blawan Plantation, PTPN XII, Bondowoso, East of Java. Supervised by
HENI PURNAMAWATI and ADE WACHJAR
The internship activity implemented aiming to add insights and experience
regarding the management aspect of picking how to engage directly in the field and

being able to analyze problems that occur in the field. Internship activities
implemented in PT Nusantara Plantation XII (Persero), Bondowoso, East Java for
four months starting in February until June 2014. The work includes activities of
direct and accompany activities technical the garden.Variables observed that is the
acreage of harvesting and rotation stringed, system and a way of harvesting coffee
berries the amount of labor in one stage of harvesting, tools of harvesting and work
performance pickers as well as the weight of coffee obtained and the amount of crop

that is harvested. The results showed that the area of the harvest selective at Afdeling
Besaran in 2014 are 5-8 ha with 10-12 days stringed rotation. The harvesting selective
system in Afdeling Besaran is rows where every picker had a line of plant and the
picker arranged between 90-100 labor for a day for one stage of harvesting. The tools
of harvesting are kocok and tekotek.The harvesting activity in Blawan Plantation
conducted based on standart in company.The implementation in the field still to be
repaired. Problem that happens in harvesting which is the amount of the green fruit
are still above the limit of standard in company and implementation of management
selective harvest. Harvest planning daying inaccurate can cause harvest orientied and
realization of which were found not in accordance. Similarly, the used of pickers must
adjusted by condition of fruit. Based on regression analysis, dry months and rainfall
are not influence for productivity of Blawan Plantation.
Keywords:Blawan Plantation, coffee, harvesting management

MANAJEMEN PEMANENAN DAN TRANSPORTASI HASIL
PANEN KOPI ARABIKA (Coffea arabica L.) DI KEBUN BLAWAN,
PT PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) BONDOWOSO,
JAWA TIMUR

YUNIAR KUSUMA WARDHANI

A24100043

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur atas rahmat Tuhan yang Maha Esa sehingga karya ilmiah ini
dapat terselesaikan dengan baik. Karya ilmiah ini berjudul “Manajemen Pemanenan
dan Transportasi Hasil Panen Kopi Arabika (Coffea arabica L) di Kebun Blawan,
PTPN XII (Persero) Bondowoso, Jawa Timur”. Karya ilmiah ini sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen Agronomi dan

Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB.
Karya ilmiah ini memberikan deskripsi mengenai topik magang yang telah
dilakukan penulis sejak Februari-Juni 2014 di Kebun Blawan PTPN XII Bondowoso,
Jawa Timur.Penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr Ir Heni Purnamawati, MSc.Agrdan Bapak Dr Ir Ade Wachjar, MS selaku
dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan saran-saran sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
2. Bapak Dr Ir Supijatno, MSi selaku dosen penguji yang telah memberikan arahan
dan saran-saran sehingga skripsi ini selesai.
3. Manajer Kebun Blawan, Bondowoso beserta staf dan karyawan yang telah
membimbing dan memberikan fasilitas dalam melaksanakan magang.
4. Direksi PTPN XII, Surabaya yang telah memberikan kesempatan untuk
melaksanakan magang pada salah satu kebun di bawah pengelolaannya.
5. Ayah Susilo dan Ibu Suryantiningsih selaku orang tua, Kakak Indri, Agung dan
adik Suryo yang telah mendukung dan memberikan semangat selama kegiatan
magang dan pembuatan skripsi.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2015


Yuniar Kusuma Wardhani

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

ix

DAFTAR GAMBAR

ix

DAFTAR LAMPIRAN

ix

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan

1

1
2

TINJAUAN PUSTAKA
Pemanenan Kopi Arabika
Transportasi Hasil Panen Kopi Arabika
Pengolahan Kopi Arabika

2
2
3
3

METODE MAGANG
Tempat dan Waktu Magang
Metode Pelaksanaan
Analisis Data dan Informasi

3
3

3
4

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG
Sejarah
Wilayah Administratif
Keadaan Tanah dan Iklim
Luas Areal Konsensi dan Tata Guna Lahan
Keadaan Pertanaman dan Produksi
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

4
4
5
5
5
6
6

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis
Aspek Manajerial

8
8
23

PEMBAHASAN
Faktor-faktor Penentu Produksi
Luas Areal Panen
Organisasi Panen
Transportasi Panen

26
26
27
28
20

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Saran

29
29
29

DAFTAR PUSTAKA

30

LAMPIRAN

31

DAFTAR TABEL
1.

Luas areal, produksi dan produktivitas kopi di Kebun Blawan
dari tahun 2009 – 2013

6

2.

Jumlah tenaga kerja staf dan non staf di Kebun Blawan

8

3.

Contoh hasil taksasi produksi di Kebun Blawan pada tahun
2014

16

Kemampuan pemetik melakukan pemetikan selektif buah kopi di
Afdeling Besaran, Perkebunan Blawan

18

Komposisi buah kopi yang dipanen dan kualitas petikan tenaga
kerja pemetik

19

6.

Sistem nilai cacat pada uji nilai mutu kopi di Kebun Blawan

21

7.

Penentuan besarnya nilai kopi cacat di Kebun Blawan

22

4.
5.

DAFTAR GAMBAR
1.

Pembibitan menanam hipokotil

9

2.

Pengendalian gulma secara kimiawi

10

3.

Pembuatan rorak

11

4.

Pemupukan tanaman kopi

12

5.

Pengamatan pemangkasan

13

6.

Pemeliharaan tanaman penaung

14

7.

Pembuatan trichoderma pengendalian untuk nematoda

15

8.

Kegiatan taksasi buah

16

9.

Tingkat kematangan buah kopi : (a) buah kopi berwarna hijau, (b)
kuning kemerahan, (c) merah dan (d) merah kehitaman

19

10.

Kegiatan pemanenan kopi

20

11.

Mesin pulper

22

12.

Lantai jemur kopi

22

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.

Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian lepas di
Kebun Blawan, PTPN XII (Persero), Bondowoso, Jawa Timur

33

Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor di
Kebun Blawan, PT Perkebunan Nusantara XII (Persero)

34

3.

Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten tanaman
di Kebun Blawan, PT Perkebunan Nusantara XII (Persero),
Bondowoso, Jawa Timur

35

4.

Letak wilayah administratif

37

5.

Keadaan curah hujan dan hari hujan bulanan di Afdeling Besaran
Kebun Blawan, PT Perkebunan Nusantara

38

Luas areal konsensi dan tata guna lahan kopi di Kebun Blawan, PT
Perkebunan Nusantara XII (Persero), Bondowoso, Jawa Timur

39

7.

Struktur organisasi perkebunan

40

8.

Pupuk anjuran tanaman kopi di Kebun Blawan, PT Perkebunan
Nusantara XII (Persero), Bondowoso, Jawa Timur

41

Hasil taksasi produksi kopi di Afdeling Besaran Kebun Blawan, PT
Perkebunan Nusantara XII (Persero), Bondowoso, Jawa Timur

41

10.

Scatter plot dan hasil analisis regresi produktivitas vs bulan kering

42

11.

Scatter plot dan hasil analisis regresi produktivitas vs curah hujan

43

6.

9.

RIWAYAT HIDUP

44

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kopi merupakan komoditas perkebunan yang memegang peranan penting
dalam perekonomian Indonesia. Selain itu, komoditas tersebut juga berperan
penting dalam menciptakan lapangan pekerjaan di sektor industri hilir dan
perdagangan. Komposisi bentuk usaha perkebunan kopi di Indonesia didominasi
oleh Perkebunan Rakyat (PR) dengan porsi 96% dari total area di Indonesia, dan
2% sisanya merupakan Perkebunan Besar Negara (PBN), serta 2% merupakan
Perkebunan Besar Swasta (PBS) (Kusmiati dan Windiarti 2011). Luas areal
perkebunan Kopi Arabika di Indonesia pada tahun 2008 seluas 285 897 ha, dengan
produksi 147 095 ton dan produktivitas 824 kg ha-1 kemudian mengalami
peningkatan pada tahun 2012 menjadi 306 086 ha dengan produksi 165 658 ton dan
produktivitas 859 kg ha-1 (Ditjenbun 2013). Permasalahan utama dalam usahatani
kopi Indonesia adalah penerapan teknik budidaya yang kurang intensif, penanganan
panen dan pasca panen yang belum memadai sehingga menyebabkan rendahnya
produktivitas dan mutu hasil tanaman kopi.
Kopi baru dapat dipanen hasilnya 3-4 tahun setelah tanam, sehingga
diperlukan faktor penentu produksi yang dapat menjamin hasil akhir yang
maksimal. Investasi yang dapat menghasilkan produksi kopi yang maksimal
ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu: faktor lingkungan, faktor genetik, dan
faktor teknik budidaya. Faktor lingkungan meliputi iklim dan kelas kesesuaian
lahan. Faktor genetik meliputi penggunaan bahan tanam/varietas kelapa sawit yang
unggul. Faktor teknik budidaya meliputi pembibitan, pembukaan lahan, penanaman,
perawatan tanaman, hingga pemanenan. Apabila teknik budidaya sampai perawatan
terpenuhi dengan baik, maka kemungkinan besar akan menghasilkan produksi yang
maksimal. Faktor akhir penentu keberhasilan budidaya tanaman adalah manajemen
pemanenan. Produksi maksimum tanpa adanya pengelolaan pemanenan yang baik
dan benar akan mengakibatkan kehilangan hasil yang berarti, untuk itu perlu
diperhatikan kriteria panen pada kebun kopi.
Kriteria panen biasanya dilihat dari jumlah buah kopi yang sudah berwarna
merah keseluruhan serta daging buah yang lunak dan berlendir (Suwarto dan
Octavianti 2010). Sebelum dan selama panen, areal disiapkan sebersih mungkin
khususnya di bawah pohon kopi. Jalan-jalan kontrol, pos-pos keamanan dan tempat
pengumpulan hasil (TPH) dipersiapkan sebaik mungkin. Areal dibagi menurut
tahun tanam/blok yang sudah ada dan dipersiapkan juga administrasi daftar rotasi
petik (PTP Nusantara XII (Persero), 2012). Tahap pemanenan pada buah kopi dapat
dibagi menjadi empat tahap yaitu: pemetikan selektif, pemetikan setengah selektif,
lelesan, racutan/rampasan. Pemetikan selektif dilakukan hanya pada buah yang
sudah matang/benar-benar masak. Pemetikan setengah selektif dilakukan pada
dompolan buah masak. Lelesan, yakni pemungutan terhadap buah kopi yang gugur
karena terlambat dipetik. Racutan/rampasan, yakni pemetikan terhadap semua buah
kopi yang masih hijau, biasanya pada pemanenan akhir.
Tenaga pemanen yang dibutuhkan dalam satu hektar perkebunan kopi
biasanya sebanyak 2-4 orang. Kekurangan tenaga dapat diatasi dengan jam kerja

2
petik diperpanjang, petik hari libur dan menambah tenaga dari tempat lain, dengan
memperhatikan kapasitas pengolahan (Prastowo et al. 2010). Kopi yang sudah
dipetik harus segera diolah lebih lanjut dan tidak boleh dibiarkan selama lebih dari
12-20 jam karena buah kopi mudah rusak dan menyebabkan perubahan cita rasa
pada seduhan kopi (Panggabean 2011). Transportasi hasil panen juga harus
diperhatikan, karena ketidaklancaran dalam transportasi hasil akan menyebabkan
buah kopi yang masuk ke pabrik untuk diolah menjadi terlambat. Keterlambatan
buah kopi yang masuk ke pabrik untuk diolah, dapat mengurangi rendemen.
Transportasi hasil panen kopi dari kebun ke pabrik menggunakan kendaraan jenis
truck. Selama di perjalanan menuju pabrik, buah kopi harus diperhatikan
keamanannya.
Tujuan
Kegiatan magang secara umum bertujuan mempelajari teknis budidaya
tanaman kopi dan pengelolaan perkebunan kopi pada keadaan lapangan yang
sesungguhnya. Selain itu, kegiatan magang bertujuan untuk menambah wawasan
pengetahuan dan melatih keterampilan kerja dan mempelajari secara mendalam
pengelolaan panen dan transportasi hasil panen kopi serta mengidentifikasi
permasalahan yang dihadapi dalam pemanenan berikut pemecahannya.

TINJAUAN PUSTAKA
Pemanenan Kopi Arabika
Pemanenan kopi sebaiknya dilakukan secara teratur dan hanya buah-buah
yang masak optimal saja yang dipetik. Kematangan buah kopi juga dapat dilihat
dari kekerasan dan komponen senyawa gula di dalam daging buah. Buah kopi yang
masak mempunyai daging buah lunak dan berlendir serta mengandung senyawa
gula yang relatif tinggi sehingga rasanya manis. Sebaliknya daging buah muda
sedikit keras, tidak berlendir dan rasanya tidak manis karena senyawa gula masih
belum terbentuk maksimal. Sedangkan kandungan lendir pada buah yang terlalu
masak cenderung berkurang karena sebagian senyawa gula dan pektin sudah terurai
secara alami akibat proses respirasi (Soerotani 1997).
Panen kopi Arabika dilakukan dengan cara memetik buah kopi masak yang
berwarna merah dengan rotasi 10-12 hari. Setelah panen selesai perlu dilakukan
pemisahan buah-buah hijau, kuning, keriput, dan kering. Buah-buah ini apabila
tercampur dapat menimbulkan cacat fisik biji kopi dan cacat rasa setelah kopi
diseduh. Sebelum dilaksanakan pemanenan, piringan di bawah pohon kopi harus
bersih dari gulma dan serasah daun kopi. Hal tersebut dimaksudkan agar pemetik
dapat bekerja dengan leluasa dan buah kopi yang jatuh akan lebih mudah terlihat
dan dapat segera dipungut. Sebelum dikirim ke pabrik, terlebih dahulu dilakukan
sortasi buah kopi gelondong yang memisahkan kopi gelondong merah, kopi
gelondong hitam/kismis dan kopi gelondong hijau. Kopi gelondong hijau tidak
diperbolehkan dipetik tetapi dalam pelaksanaannya ada yang terikut sehingga perlu
dipisahkan. Hasil petik atau panen yang baik menghasilkan gelondong merah
minimal 95% (Panggabean 2011).

3
Transportasi Hasil Panen Kopi Arabika
Kegiatan penanganan pasca panen tanaman perkebunan didefinisikan sebagai
suatu kegiatan penanganan produk hasil perkebunan, begitu juga dengan kopi.
Penanganan pascapanen diartikan sejak pemanenan hingga siap menjadi bahan baku
atau produk akhir siap dikonsumsi yang di dalamnya juga termasuk distribusi dan
pemasarannya (Sumitro 2006). Pengangkutan hasil panen menggunakan truk yang
sudah dipersiapkan sebelum panen. Persiapan dilakukan agar pada saat pemanenan,
transportasi hasil panen berjalan denganlancar.
Transportasi hasil panen juga berdampak pada kehilangan hasil panen kopi.
Buah kopi yang sudah dipetik, terlebih dahulu dibawa ke tempat pengumpulan hasil
(TPH) untuk disortasi dan ditimbang. Jarak yang jauh antara kebun/lokasi
pemetikan ke TPH memungkinkan buah kopi yang ada di kocok (tas yang terbuat
dari bahan karung bekas) dapat terjatuh sehingga buah kopi saat dilakukannya
penimbangan akan berkurang.
Pengolahan Kopi Arabika
Pengolahan pada kopi yaitu pengolahan kopi basah (wet process)/Wash
Indische Bereiding (WIB) dan pengolahan kopi kering (dry process)/Oost Indische
Bereiding (OIB) (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia 2006). Pada kegiatan
pengolahan basah, buah kopi yang diolah merupakan buah kopi yang berwarna
merah baik hasil sortasi kebun maupun hasil sortasi kopi dalam bak siphon.
Sebelum diolah, dilakukan sortasi buah terlebih dahulu yakni memisahkan buah
yang superior (masak, bernas, seragam) dari buah inferior (cacat, hitam, berlubang,
dan terserang hama penyakit). Buah yang superior diolah dengan metode
pengolahan basah atau semi-basah agar diperoleh biji kopi husk skin (HS) kering
dengan tampilan yang bagus. Sedangkan buah campuran hijau, kuning, merah
diolah dengan cara pengolahan kering (Najiyati dan Danarti 2007).

METODE MAGANG
Tempat dan Waktu Magang
Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Blawan PT Perkebunan Nusantara
XII (Persero), Bondowoso, Jawa Timur mulai bulan Februari 2014 sampai dengan
Juni 2014.
Metode Pelaksanaan
Metode magang yang dilaksanakan yaitu melakukan pekerjaan secara
langsung sesuai dengan kegiatan yang ada di kebun serta pengumpulan data primer
dan data sekunder. Penulis bekerja secara langsung sebagai karyawan dan
melakukan kegiatan yang ada di kebun yang dilaksanakan dalam beberapa tahap
kegiatan. Tahap pertama sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama satu bulan,
kegiatan yang dilakukan terdiri atas pembibitan, persiapan tanam dan penanaman,
pemeliharaan tanaman (pengendalian gulma, pembuatan rorak, pemupukan,
pemangkasan tanaman kopi, pemangkasan tanaman pelindung tetap, pengendalian
hama dan penyakit), pemanenan dan pascapanen. Uraian pekerjaan yang dilakukan
penulis sebagai karyawan harian lepas di Kebun Blawan dapat dilihat pada
Lampiran 1.

4
Tahap berikutnya sebagai pendamping mandor lapangan dan mandor besar
selama satu bulan serta asisten tanaman selama dua bulan. Sebagai pendamping
mandor lapangan, penulis membantu mandor lapangan dalam
membuat
perencanaan dan pengawasan kegiatan pemeliharaan tanaman dan pemanenan.
Sebagai pendamping mandor besar, penulis membantu membuat perencanaan dan
pengawasan mandor lapangan, menilai kegiatan mandor lapangan, menghitung
jumlah tenaga kerja yang hadir, membantu mengawasi dan mengorganisir kerja
karyawan harian, menganalisis setiap kegiatan di lapangan, membantu membuat
laporan harian serta mengisi jurnal kegiatan harian. Uraian pekerjaan yang
dilakukan penulis sebagai pendamping mandor lapangan dan mandor besar di
Kebun Blawan dapat dilihat pada Lampiran 2.
Sebagai pendamping asisten tanaman, penulis membantu melakukan
pengawasan kinerja mandor besar, mengelola kebun di tingkat afdeling dan
membuat perencanaan kegiatan budidaya. Uraian pekerjaan yang dilakukan penulis
sebagai pendamping mandor besar di Kebun Blawan dapat dilihat pada Lampiran 3.
Pengumpulan data dan informasi diperoleh melalui pengamatan dan praktik
kerja langsung, meliputi kegiatan pemeliharaan tanaman hingga kegiatan
pemanenan. Selain itu, data primer diperoleh dari hasil wawancara dan diskusi
dengan staf serta karyawan kebun. Data sekunder diperoleh dari laporan manajemen
kebun berupa laporan bulanan, triwulan, semesteran dan tahunan serta dari pustaka.
Khusus untuk aspek pemanenan telah dilakukan pengamatan terhadap luas areal
panen dan rotasi petik, sistem dan cara pemanenan buah kopi, jumlah tenaga
pemetik pada satu tahap pemanenan, alat pemanenan dan prestasi kerja pemetik
dan jumlah tanaman yang dipanen per hari serta bobot kopi yang diperoleh.
Untuk mengukur kemampuan pemetik melakukan pemetikan dilakukan
dengan cara menghitung jumlah tanaman yang dapat dipetik oleh tenaga pemetik
pada satu tahap pemetikan. Sampel tenaga pemetik ditentukan sebanyak sepuluh
orang yang diambil secara acak
Untuk mengetahui kualitas pemanen terhadap hasil panen dilakukan dengan
membandingkan presentase buah kopi hijau, buah kopi kuning kemerahan (bancut),
buah kopi merah dan buah kopi merah kehitaman (kismis) dengan standar dari
kebun pada tiap blok sampel. Dari masing–masing sampel diambil 1 000 buah kopi
dari masing- masing karung setiap bloknya. Kemudian disortasi untuk
penghitungan buah kopi hijau yang terpetik, buah kopi kuning kemerahan, buah
kopi merah dan buah kopi merah kehitaman (kismis).
Analisis Data dan Informasi
Hasil pengamatan yang diperoleh penulis berupa data primer dan data
sekunder. Data primer dan data sekunder dengan berbagai peubah dianalisis dengan
menggunakan metode analisis statistik uji regresi, persentase (%), dan nilai ratarata yang digunakan sebagai bahan perbandingan dengan standar operasional
prosedur (SOP) yang dimiliki kebun.
KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG
Sejarah
Kebun Blawan sejak awal merupakan Perkebunan Kopi Arabika yang
penanaman pertamanya dilaksanakan pada tahun 1894 sebagai milik warga

5
Belanda. Selanjutnya Kebun Blawan mengalami beberapa kali perubahan
kepemilikan dan induk perusahaan, antara lain : David Birnie Administratie
Kantoor (DBAK), Land Bouw Maatschappij Ond Djember (LMOD) tahun 1955,
PPN Baru Unit A tahun 1958, Kesatuan Djatim VII tahun 1961, PPN Antan XIII
tahun 1963. Pada tahun 1968 berada dalam lingkup PNP XXVI yang sejak tahun
1972 berubah menjadi PTP XXVI (Persero). Pada tahun 1994 PTP XXVI (Persero)
mengalami transisi penggabungan ke dalam PTP Kelompok Jawa Timur. Akhirnya
sejak tahun 1996 hingga saat ini Kebun Blawan menjadi salah satu unit usaha dari
PTP Nusatara XII (Persero).
PTP Nusantara XII (Persero) merupakan hasil peleburan tiga perusahaan
perkebunan aneka tanaman yaitu PTP XXIII, PTP XXVI, dan PTP XXIX.
Pembentukan PTP Nusantara XII (Persero) didasarkan pada Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia nomor 17/1996 yang dimuat dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia nomor 23 tahun 1996.
Pendirian perusahaan disahkan oleh notaris Harun Kamil, 3H dengan akte
nomor 45 tanggal 11 Maret 1996, yang dilakukan oleh Menteri Kehakiman RI
melalui keputusan nomor C.22843HT.01.
Wilayah Administratif
Kebun Blawan berada di kawasan Pegunungan Ijen yang lokasinya
berdekatan dengan kebun Kopi Arabika milik PTPN XII lainnya, yaitu Kebun
Kalisat/Jampit, Kebun Pancur/Angkrek, dan Kebun Kayumas. Lokasi Kebun
Blawan terletak di wilayah Desa Kalianyar, Desa Kaligedang dan Desa Sumberejo,
Kecamatan Sempol, Kabupaten Bondowoso, Provinsi Jawa Timur. Jarak dari
Sempol sekitar 8 km, dari Kota Bondowoso 60 km dan dari Surabaya 298 km.
Kebun Blawan di sebelah timur berbatasan dengan dataran Tinggi Kawah Ijen, di
sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Sempol, di sebelah utara berbatasan
dengan Kebun Kali Sengon, di sebelah selatan berbatasan dengan Kebun Kalisat
Jampit. Peta kebun dapat dilihat pada Lampiran 4.
Keadaan Tanah dan Iklim
Kebun Blawan terletak pada ketinggian 900-1 500 meter di atas permukaan
laut dan mempunyai topografi lahan bergelombang sampai dengan berbukit. Jenis
tanah umumnya seri Andosol. Derajat kemasaman tanah di Kebun Blawan,
khususnya Afdeling Besaran relatif rendah dengan pH 5.0-6.5.
Berdasarkan curah hujan lima tahun terakhir (2009-2013) keadaan iklim di
Kebun Blawan termasuk ke dalam tipe iklim D sampai Emenurut Schmidth
Ferguson, dengan curah hujan rata-rata tahunan 1 504 mm/tahun dan jumlah hari
hujan 114 hari, serta 5.6 bulan basah dan 5.2 bulan kering suhu rata-rata harian
berkisar 17 – 23⁰ C. Keadaan curah hujan tercantum pada Lampiran 5.
Luas Areal Konsensi dan Tata Guna Lahan
Kebun Blawan memiliki luas areal konsensi 4 751 ha terdiri atas areal
tanaman Kopi Arabika 1 869.67 ha, tanaman tahun ini (TTI) kopi Arabika 288 ha,
tanaman sengon 611 ha, tanaman mindi 552.93 ha, tanaman akasia 255 ha, tanaman
pinus 2.50 ha, tanaman strawbery 5 ha, serta areal cadangan, emplasement, jalan,
sungai, jurang dan lain-lain. Kebun Blawan dibagi ke dalam sembilan afdeling,
yaitu Afdeling Besaran, Afdeling Plalangan, Afdeling Kalisengon, Afdeling

6
Kaligedang, Afdeling Giri Mulyo, Afdeling Sumberejo, Afdeling Gunung Blau,
Afdeling Watu Capil dan Afdeling Gending Waloh. Penggunaan lahan di
kesembilan Afdeling ditunjukkan pada Lampiran 6.
Keadaan Pertanaman dan Produksi
Tanaman Kopi yang diusahakan di Kebun Blawan adalah jenis Arabika
dengan tahun tanam yang bervariasi (mulai dari tahun 1974 – 2010). Jarak tanam
yang digunakan 2 m x 1 m, 2 m x 2 m, 2.5 m x 2 m dengan rata-rata populasi
tanaman per hektar 1 949 pohon/ha untuk tanaman menghasilkan (TM). Jarak
tanam yang digunakan untuk tanaman belum menghasilkan (TBM) adalah 2.5 m x
2.5 m dengan rata-rata populasi tanaman per hektar 1 600 pohon/ha .
Untuk meningkatkan produktivitas di kebun-kebun yang mempunyai populasi
tanaman kurang dari standar dilakukan penyulaman dengan bibit khusus untuk
bahan sulaman. Penyambungan bibit dilakukan dengan menggunakan kopi Excelsa
sebagai batang bawah dan kopi Arabika sebagai batang atas. Klon yang digunakan
sebagi entres yaitu BP 42, BP 234, BP 254, BP 288, BP 308, BP 358, BP 393, BP
409, BP 439, BP 436, BP 534, BP 920, BP 936, BP 939, SA 203.
Tanaman pelindung di Kebun Blawan terdiri atas tanaman pelindung tetap
dan tanaman pelindung sementara. Tanaman pelindung tetap yang digunakan terdiri
atas lamtoro (Leucaena glauca Benth) L2, lamtoro degolia dan Ramayana (Cassia
spectabilis). Tanaman pelindung sementara, yaitu Tepro (Tephrosia sp.) dan
Moghania macrophylla.
Produksi tanaman kopi di Kebun Blawan mengalami fluktuasi dari tahun ke
tahun. Rata-rata produksi selama lima tahun terakhir (2009-2013) sebesar 781 202
kg biji kering dengan produktivitas rata-rata sebanyak 442 kg ha-1. Produktivitas
kopi Arabika di Kebun Blawan masih tergolong rendah (Tabel1), dibandingkan
dengan produktivitas kebun kopi Arabika di Indonesia yang mencapai 859 kg ha-1
pada tahun 2012 (Ditjenbun 2013),
Tabel 1. Luas areal, produksi dan produktivitas kopi Arabika di Kebun
Blawan dari tahun 2009 – 2013
Tahun

Luas Areal
(ha)
1 869.67
1 869.67
1 824.53
1 778.18
1 507.83
1 769.97

2009
2010
2011
2012
2013
Rata-rata

Produksi Kering
(kg)
441 222
1 064 889
480 848
1 326 956
592 095
781 202

Produktivitas
(kg/ha)
236
570
264
746
393
442

Sumber : Kantor Induk Kebun Blawan 2014

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
Struktur Organisasi
Struktur organisasi Kebun Blawan PT Perkebunan Nusantara XII (Persero)
berbentuk lini/garis. Struktur tersebut mendeskripsikan, atasan memiliki wewenang
terhadap bawahan, sedangkan bawahan bertanggungjawab kepada atasan dalam
pelaksanaan tugas.

7
Karyawan pimpinan terdiri atas manajer, wakil manajer, asisten akuntansi
(asaku), asisten teknik dan pengolahan (astekpol) dan asisten tanaman. Untuk
penjelasan tugas masing-masing karyawan akan dijelaskan di bawah ini, yaitu :
a) Manajer bertugas menyusun rencana kerja anggaran perusahaan (RKAP),
memimpin, mengelola, mengawasi perkebunan serta kegiatan-kegiatan yang
ada di dalamnya. Selain itu, manajer bertugas menjalin hubungan sosial
dengan karyawan dan masyarakat di sekitar kebun serta membuat laporan
periodik tentang pelaksanaan tugas dan kewajibannya.
b) Wakil manajer bertugas membantu manajer dengan melakukan bimbingan,
pengawasan dan koordinasi kepada para sinder dalam pengelolaan kebun
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
c) Asisten akuntansi bertanggungjawab atas segala hal yang berhubungan
dengan administrasi, kepegawaian, pembukuan dan keuangan perkebunan
secara keseluruhan. Selain itu asisten akuntansi bertugas memimpin dan
mengelola kantor induk.
d) Asisten teknik dan pengolahan bertugas memimpin dan mengelola bagian
teknik, pengolahan, mesin dan listrik. Astekpol bertanggungjawab terhadap
kelancaran kegiatan pengolahan kopi yang mencakup mesin-mesin
pengolahan, alat-alat transportasi, bangunan serta seluruh inventaris pabrik.
e) Asisten tanaman berugas memimpin dan mengelola kebun serta
bertanggungjawab terhadap produksi yang terdapat di afdeling yang
dipimpinnya. Dalam melaksanakan tugasnya, asisten tanaman dibantu oleh
mandor besar dan mandor.
f) Kepala balai pengobatan bertugas melayani seluruh staf karyawan Kebun
Blawan dan menjadi salah satu unit kesehatan warga di sekitar Kebun
Blawan. Bagan struktur organisasi kebun Blawan tercantum pada Lampiran
7.
Ketenagakerjaan
Berdasarkan sistem kerjanya, tenaga kerja di Kebun Blawan digolongkan
menjadi staf dan non staf. Tenaga staf di Kebun Blawan meliputi manajer, wakil
manajer, asisten tanaman, teknik dan pengolahan, kepala balai pengobatan. Tenaga
non staf di Kebun Blawan meliputi karyawan bulanan, karyawan harian tetap
(KHT), karyawan harian lepas (KHL).
Jumlah tenaga kerja Kebun Blawan sebanyak 2 666 per minggu ke 4 bulan
Juni 2014. Jumlah karyawan bulanan (mandor memiliki golongan) 76 orang, KHT
(karyawan kantor induk) berjumlah 36 orang dan KHL (mandor non golongan,
karyawan harian, operator dan sopir) berjumlah 2 540 orang. Rasio pekerja per ha
di Kebun Blawan adalah 0.56 HK ha-1, sehingga dapat dikatakan baik karena norma
indeks tenaga kerja (ITK) untuk perkebunan kopi adalah 1.38 HK ha-1. Komposisi
jumlah tenaga kerja Kebun Blawan tercantum pada Tabel 2.

8
Tabel 2. Jumlah tenaga kerja staf dan non staf di Kebun Blawan
No. Status Karyawan
1. Staf
a. Manajer
b. Wakil manajer
c. Asisten tanaman
d. Asisten teknik dan pengolahan
e. Asisten akuntansi
f. Kepala balai pengobatan
2.

Non staf
a. Karyawan harian tetap (KHT)
b. Karyawan bulanan
c. Karyawan harian lepas (KHL)
Total Tenaga Kerja

Jumlah (orang)
1
1
9
1
1
1

36
76
2 540
2 666

Sumber : Kantor Induk Kebun Blawan (2014)

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Kegiatan teknis yang dilakukan di kebun selama magang, yaitu sebagai
karyawan harian lepas (KHL). Pekerjaan di lapangan diawali dengan mengikuti
apel pagi setiap hari kerja pukul 06.00 WIB. Pada saat apel pagi tersebut, setiap
mandor melakukan absensi kehadiran dan memberikan pengarahan untuk jenis
pekerjaan dan lokasi kerja yang dilakukan hari itu. Semua kegiatan dimulai pada
pukul 07.00-12.00 WIB dan dilanjutkan kembali pada pukul 14.00-16.00 WIB,
sedangkan untuk hari Jumat kegiatan dilakukan pada pukul 07.00-11.30 dan
dilanjutkan kembali pukul 13.30-16.00. Sistem pengaturan jam kerja untuk
karyawan pabrik (pengolahan) dibagi dalam 3 shift, dengan masing-masing shift 7
jam kerja.
Pemeliharaan Pembibitan
Pembibitan merupakan tahap awal untuk mendapatkan kualitas kopi yang
baik sehingga pada saat ditanam akan menghasilkan tanaman kopi yang sehat dan
berproduksi tinggi. Kegiatan pembibitan di Kebun Blawan bertujuan untuk
menyediakan bahan sulaman melalui sambungan hipokotil kopi dan batang bawah
yang akan di sambung dengan entres. Bahan tanam untuk batang bawah berasal dari
benih kopi Excelsa (Coffea excelsa A. Chev), sedangkan batang atas berasal dari
kopi Arabika varietas USDA 762 dan komposit. Keuntungan penggunaan batang
bawah dari kopi Excelsa yaitu lebih tahan terhadap kekeringan dan nematoda. Pada
tahun 2013, bibit kopi yang siap sambung di Kebun Blawan berjumlah 15 000 bibit.
Kegiatan di pembibitan terdiri atas pembuatan bedengan persemaian,
pendederan benih, pemeliharaan kecambah kopi, pembuatan media tanam di
polybag, penanaman bibit di polybag dan pemeliharaan di pembibitan. Sebelum
dilakukan penanaman bibit di polybag, terlebih dahulu dilakukan pengambilan
pupuk kandang dan tanah, pengisian dan penataan polybag, panyambungan

9
hipokotil (serdadu), penyambungan entres. Selanjutnya, untuk pemeliharaan di
pembibitan meliputi pengendalian gulma di dalam polybag, pengendalian gulma di
areal bedengan dan penyiraman.
Pupuk kandang yang digunakan sebagai media tanam berasal dari kotoran
ternak yang dipelihara oleh penduduk sekitar dan tanah yang didapat berasal dari
areal bedengan. Penulis bekerja mengambil pupuk dan tanah selama satu hari
dengan 6 jam kerja dengan prestasi kerja mencapai 7 karung per HK, prestasi kerja
karyawan mencapai 14 karung per HK dan standar kebun 15 karung per HK.
Kegiatan mengisi polybag dengan media tumbuh dilakukan dengan mencampurkan
pupuk kandang dan tanah dengan perbandingan 1:3 (v/v). Pada kegiatan pengisian
dan penataan polybag, penulis dapat menghasilkan 245 polybag per HK, prestasi
kerja karyawan 500 polybag per HK dan standar kebun 500 polybag per HK. Pada
sambung hipokotil/sambung serdadu, kegiatan yang dilakukan adalah menyambung
bibit kopi yang masih berumur 30-40 hari dengan batang bawah jenis kopi Robusta
dan batang atas kopi Arabika. Pada sambung hipokotil diawali dengan membelah
batang bawah jenis Robusta secara simetris, kemudian disela-sela potongan tadi
dimasukkan bibit kopi yang masih berumur 30-40 hari/serdadu kopi lalu direkatkan
keduanya dengan plastik parafilm. Penulis dapat menyambung hipokotil dengan
prestasi kerja mencapai 70 bibit sambung per HK, prestasi kerja karyawan 100 bibit
sambung per HK dan standar kebun 100 bibit sambung per HK. Pada sambung
entres, kegiatan yang dilakukan adalah pemotongan entres satu ruas 6-8 cm dengan
sepasang daun di batangnya, kemudian pangkal stek dibuat runcing (45⁰ ). Penulis
dapat menghasilkan sambung entres sebanyak 14 per HK, prestasi kerja karyawan
100 sambung entres per HK dan standar kebun 100 sambung entres per HK.
Pengendalian gulma di pembibitan dilaksanakan dengan cara manual yaitu
dengan cara membabad gulma di sekitar bibit kopi yang ada di dalam polybag dan
yang ada di sekitar bedengan dengan menggunakan cangkul dan sabit. Pada
kegiatan pengendalian gulma, penulis dapat membersihkan gulma di dalam polybag
sebanyak 500 polybag per HK, prestasi kerja karyawan 2 000 polybag dan standar
kebun 2 000 polybag per HK. Penyiraman pembibitan dilakukan setiap hari dengan
menggunakan selang air. Sumber air untuk penyiraman pembibitan berasal dari
sungai yang berada di dekat areal bedengan. Kegiatan penulis saat melakukan
sambung hipokotil di pembibitan dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Pembibitan menanam hipokotil
Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman kopi yang dilaksanakan di Kebun Blawan, terdiri atas
pengendalian gulma, pembuatan rorak (gondang-gandung), pemupukan,
pemangkasan tanaman kopi, pemangkasan tanaman pelindung tetap, dan

10
pengendalian hama penyakit. Berikut adalah penjelasan kegiatan pemeliharaan yang
dilaksanakn penulis di lapangan.
Pengendalian gulma. Pengendalian gulma dilaksanakan sebelum
pemupukan, sebelum panen, dan bila populasi gulma telah mengganggu tanaman
kopi dan kegiatan budidaya lainnya. Pengendalian gulma sebelum pemupukan
bertujuan untuk menghindari persaingan penyerapan hara antara tanaman kopi
dengan gulma, sedangkan pengendalian gulma menjelang panen bertujuan untuk
memudahkan dalam pemanenan dan mengurangi jumlah kehilangan buah yang
jatuh ke tanah.
Pengendalian gulma dilaksanakan dengan dua cara yaitu secara manual dan
kimia disesuaikan dengan kebutuhan kebun. Pengendalian gulma secara manual
dilaksanakan dengan cara membabad gulma di sekitar tanaman kopi seluas proyeksi
tajuk tanaman dengan menggunakan sabit dan cangkul. Pada kegiatan gulma secara
manual penulis bekerja selama satu hari dengan waktu kerja 6 jam dan prestasi
kerja penulis mencapai 70-100 m2 per HK, prestasi kerja karyawan mencapai 100150 m2 per HK, dan standar kebun 200 m2 per HK.
Pada pengendalian gulma secara cyrcle weeding, penulis bekerja selama tiga
hari dengan rata-rata 5-6 jam per hari dan prestasi kerja penulis rata-rata mencapai
0.026 ha per HK, prestasi karyawan 0.1 ha per HK dan standar kebun 0.2 ha per
HK. Pengendalian gulma secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan herbisida.
Herbisida yang digunakan ialah herbisida sistemik dengan bahan aktif : gliphosate
(Round up, Eagle, Kleen Up, Sun up), sulphosate (Touch Down), dengan sasaran
selektif gulma berdaun sempit, 2.4 Damin (DMA 6) dengan sasaran utama gulma
berdaun lebar. Kegiatan penulis dalam mengendalikan gulma secara kimiawi dapat
dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Pengendalian gulma secara kimiawi
Pembuatan rorak (gondang-gandung). Tanaman kopi memerlukan struktur
tanah yang baik dengan kadar bahan organik minimum 3%. Tata udara tanah yang
buruk menyebabkan perakaran kopi tidak dapat berkembang, tanaman menjadi
kerdil dan kekuning-kuningan. Pengolahan tanah pada tanaman kopi adalah suatu
upaya yang dilakukan untuk memperbaiki areal pertumbuhan kopi agar dapat
mendukung pertumbuhan tanaman secara baik dan memberikan hasil produksi yang
diharapkan. Pengolahan tanah yang dilakukan yaitu pacul dangkal (pacul kecrik)
menjelang musim kemarau, memperbaiki teras dan membuat rorak (gondanggandung).

11
Pembuatan rorak dilaksanakan menjelang musim hujan dengan tujuan untuk
konservasi air, mencegah run off, menahan humus, dan tempat penampungan bahan
organik. Rorak yang dibuat berukuran panjang 75-100 cm, lebar 30-40 cm, dalam
40-60 cm dan jarak dari tanaman kopi antara 60-100 cm bergantung pada besar
kecilnya tanaman. Pembuatan rorak dilakukan dengan berpindah-pindah tempat, di
antara dua tanaman kopi secara bergiliran. Alat yang digunakan adalah cangkul dan
sabit.
Pembuatan rorak dimulai dari pengendalian gulma di sekitar tanaman kopi
dengan cara dibabad, kemudian gulma hasil penyiangan tersebut dikumpulkan di
salah satu sisi yang bersebrangan dengan rorak yang akan dibuat. Dengan demikian
posisi rorak lebih rendah daripada tanah di sekitarnya, sehingga jika ada kelebihan
air, air dapat mengalir ke dalam rorak. Pada saat pembuatan rorak, penulis bekerja
selama dua hari dengan rata-rata 6 jam kerja per hari dan prestasi kerja penulis
mencapai 7 rorak per HK, prestasi karyawan 70 lubang per HK dan standar kebun
mencapi 100 lubang per HK. Kegiatan penulis dalam pembuatan rorak dapat dilihat
pada Gambar 3.

Gambar 3. Pembuatan rorak
Pemupukan. Pemupukan tanaman kopi di Kebun Blawan dilakukan dua kali
dalam setahun yakni semester satu pada bulan Maret–April dan semester dua pada
bulan Oktober–November. Jenis pupuk anorganik yang digunakan yaitu Urea, SP36, KCl, Kieserit, MnSO4, CuSO4, ZnSO4 dan FeSO4. .Jenis dan dosis pupuk
tersebut dibedakan berdasarkan umur tanaman kopi. Anjuran dosis yang digunakan
di Kebun Blawan dapat dilihat pada Lampiran 8.
Untuk mengetahui jumlah pupuk yang akan diberikan pada tanaman kopi
dilakukan analisis tanah dan analisis daun. Analisis tanah dilakukan lima tahun
sekali, sedangkan analisis daun dilakukan tiap tahun. Pengambilan sampel daun
untuk analisis dilakukan pada pertengahan musim kemarau pada saat menjelang
panen raya (Juli-Agustus) dan harus dilaksanakan pada pagi hari.
Selain pemupukan anorganik, Kebun Blawan juga melaksanakan pemupukan
organik yang berasal dari kompos kulit buah kopi dan daun kopi yang sudah kering.
Pemupukan pupuk organik tidak dilakukan secara menyeluruh, tetapi hanya pada
tanaman kopi yang tidak sehat yang ditandai dengan warna daun yang menguning.
Pupuk organik diberikan di bekas gandungan dengan cara disebar merata di lubang
tersebut. Persiapan pemupukan di kebun dilakukan mulai dari pembuatan coklak
atau lubang untuk pemupukan, bisa juga dibentuk alur huruf I atau L. Kemudian,
pupuk diangkut dari gudang menggunakan truk menuju lokasi pemupukan.
Pencampuran pupuk dilakukan di blok kebun yang akan dipupuk. Campuran pupuk
kemudian dimasukkan ke dalam ember masing–masing sebanyak 35-700 gram per

12
pohon sesuai dengan dosis yang sudah direkomendasikan pada setiap tahun tanam.
Alat–alat yang digunakan oleh tenaga pemupuk yaitu ember untuk tempat pupuk,
takaran dosis/pohon yang terbuat dari wadah berbahan plastik dan cangkul.
Pemupukan dilaksanakan mulai pukul 07.00–12.00 WIB dengan cara
membuat alur pupuk berbentuk “L”. Pekerjaan pemupukan umumnya dilakukan
oleh tenaga kerja wanita dengan organisasi tugasnya yaitu pengangkutan,
pengeceran, penabur dan penutup lubang pupuk. Pengangkutan dimulai dari tempat
pencampuran pupuk, selanjutnya diecer ke masing–masing ember tenaga pemupuk.
Penaburan pupuk dilakukan dengan menggunakan wadah yang sudah ditentukan
takaran dosis/pohonnya. Terakhir, melakukan penutupan pada lubang yang sudah
ditaburi pupuk dengan alat berupa cangkul.
Masalah yang biasanya timbul pada saat pemupukan yaitu pupuk tidak
diberikan secara tepat pada alur pupuk yang telah dibuat. Penutupan pupuk dengan
tanah yang kurang sempurna, sehingga dapat mengurangi efisiensi serapan pupuk
oleh tanaman kopi akibat penguapan atau hilang tercuci air. Proses pengangkutan
pupuk oleh tenaga pemupuk yang kurang sempurna sehingga pupuk jatuh di jalan.
Hal tersebut terjadi karena proses pengawasan yang kurang dari mandor terhadap
tenaga pemupuk. Selain itu, topografi lahan yang curam dan berbukit juga
menyulitkan tenaga pemupuk untuk mengangkut pupuk tersebut. Untuk kegiatan
pemupukan, penulis bekerja selama 5 hari dengan rata-rata 6 jam per hari dan
prestasi kerja penulis mencapai 68 tanaman per HK, prestasi karyawan 400 tanaman
per HK dan standar kebun 400 tanaman per HK.Kegiatan pemupukan tanaman kopi
dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Pemupukan tanaman kopi
Pemangkasan tanaman kopi. Pemangkasan dilakukan untuk mengatur
pertumbuhan vegetatif ke arah pertumbuhan generatif yang lebih produktif.
Kesalahan dalam pelaksanaan pemangkasan akan mengurangi jumlah cabang
produktif dan menyebabkan kerangka pohon menjadi rusak. Pemangkasan tanaman
kopi terdiri atas pangkas bentuk, pangkas pemeliharaan, pangkas peremajaan.
Pangkas bentuk dilaksanakan pada saat tanaman kopi berada pada masa
tanaman belum menghasilkan tahun pertama (TBM I). Pada saat pelaksanaan
magang, pangkas bentuk tidak dilaksanakan karena tanaman belum menghasilkan
(TBM) di Kebun Blawan sudah pada tahap TBM 3. Akan tetapi, dilaksanakan
simulasi pemangkasan oleh asisten tanaman Afdeling Besaran terhadap tanaman
kopi yang masih belum masuk kriteria TBM 3.
Pangkas pemeliharaan yang dilaksanakan di Kebun Blawan terdiri atas
pemangkasan lepas panen (PLP), pemangkasan halus, pemangkasan seleksi dan

13
pembuangan tunas air. Pemangkasan lepas panen (PLP) dilaksanakan setahun sekali
setelah selesai panen (bulan September–November). Pemangkasan lepas panen
(PLP) pada dasarnya bertujuan mempertahankan keseimbangan kerangka tanaman
yang diperoleh dari pemangkasan bentuk. Cabang–cabang yang dibuang adalah
cabang yang tidak produktif yaitu cabang mati, rusak, terserang hama dan penyakit,
cabang yang tumbuhnya berlawanan dengan cabang lainnya, cabang laki dan
cabang–cabang yang berbuah kurang dari empat dompol (B3). Selain itu, PLP juga
mendorong pertumbuhan cabang–cabang reproduktif menjadi cabang yang lebih
kuat dan beruas banyak dalam jumlah yang optimum guna memikul buah sesuai
dengan produksi yang dikehendaki. Pemangkasan dilakukan di depan titik tumbuh
cabang reproduksi.
Pemangkasan halus dilakukan untuk mengurangi kelembaban yang terjadi
pada tanaman, sehingga dapat mengurangi gugur buah. Pemangkasan halus di
Kebun Blawan dilakukan bersamaan dengan pemangkasan seleksi kedua.
Pemangkasan halus dilakukan dengan membuang tunas air dan pemetikan daun
yang sudah tua yang tumbuh dekat buah. Alat yang digunakan gergaji dan gunting
pangkas.
Pemangkasan seleksi bertujuan mempersiapkan cabang pemikul buah untuk
persediaan tahun yang akan datang. Pemangkasan seleksi dilaksanakan dua kali
dalam setahun. Pemangkasan seleksi mulai dilakukan 2-3 bulan setelah PLP (bulan
Desember–Januari) dengan memilih cabang–cabang yang akan dipelihara pada
musim pembungaan yang akan datang. Pemangkasan seleksi kedua dilakukan dua
sampai tiga bulan setelah dilakukan pemangkasan seleksi pertama. Hal tersebut
dapat mempercepat pertumbuhannya tunas–tunas yang sudah terseleksi pada tahap
pemangkasan seleksi pertama dengan baik.
Pembuangan tunas air (rempel) adalah kegiatan menghilangkan tunas air agar
tidak mengurangi produktivitas cabang primer yang akan berakibat pada turunnya
produksi kopi. Pada kegiatan pembuangan tunas air penulis bekerja selama 3 hari
dengan rata–rata 4 jam per hari dan prestasi penulis rata–rata mencapai 100 pohon
per hari, prestasi karyawan 200 pohon per HK dan standar kebun 200 pohon per
HK. Kegiatan penulis pada saat melakukan pengamatan pemangkasan dapat dilihat
pada Gambar 5.

Gambar 5. Pengamatan pemangkasan
Pemangkasan tanaman pelindung tetap dilakukan agar tanaman kopi
mendapat sinar matahari yang cukup untuk merangsang pembungaan,
memperlancar sirkulasi udara dalam kebun serta mengurangi kelembaban udara
pada waktu musim hujan. Tanaman pelindung tetap yang ada di Kebun Blawan

14
yaitu tanaman lamtoro klon L2,lamtoro degolia dan ramayana (Cassia spektabilis).
Tinggi tanaman pelindung yang baik yaitu dua kali tinggi tanaman kopi (3 – 3.5 m).
Pemangkasan tanaman pelindung tetap terdiri atas pemangkasan bentuk dan
pemangkasan pengaturan. Pemangkasan bentuk dilakukan dengan cara membuang
cabang–cabang yang tumbuh sebelum tanaman mencapai ketinggian 1.5 m,
sehingga pertumbuhan tanaman lurus dan mengarah ke atas. Pemangkasan
pengaturan terdiri atas pemenggalan (tokok) dan rempes. Tokok dilakukan pada
awal musim hujan (bulan November–Desember) dengan mencapai 50 % dari
jumlah tanaman pelindung tetap setinggi 1.5 m di atas tajuk tanaman kopi dan
dilakukan bergantian setiap tahun menurut larikan atau silangan.
Selanjutnya, dua sampai tiga bulan setelah ditokok dilakukan seleksi cabang
dan dipilih tiga cabang tanaman yang arahnya menyebar. Rempes dilakukan
dengan tujuan membuang cabang–cabang yang tumbuh selama musim hujan. Alat
yang digunakan untuk rempes adalah sabit dan gergaji. Pada kegiatan rempes,
penulis bekerja selama dua hari dengan rata–rata 6 jam kerja per hari dan prestasi
rata–rata penulis mencapai 20 tanaman per HK. prestasi karyawan sesuai dengan
standar kebun yaitu 330 tanaman per HK. Kegiatan pekerja pada saat melakukan
pemeliharaan tanaman penaung dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Pemeliharaan tanaman penaung
Pengendalian hama dan penyakit. Hama tanaman kopi yang banyak
ditemui di Kebun Blawan yaitu bubuk buah (Hypothenemus hampeii) dan
nematoda. Serangan bubuk buah (Hypothenemus hampeii) mengakibatkan
pengguguran buah muda, penurunan mutu kopi dan penyusutan buah kopi. Gejala
serangan yang ditimbulkannya yaitu terdapat satu atau dua lubang gerekan pada
buah. Pemberantasan yang paling efektif dilaksanakan secara kultur teknis yaitu
pemusnahan sumber infeksi dengan cara petik bubuk, yaitu memetik semua buah
kopi yang terserang bubuk buah dan selanjutnya direbus selama satu jam. Buah
kopi kemudian dijemur sampai kering untuk kemudian dibawa ke pabrik. Karung
tempat buah kopi yang terserang bubuk buah harus diikat rapat agar bubuk buah
tidak terbang selama dalam pengangkutan. Cara kedua dilakukan dengan
pemutusan siklus hidup yaitu racutan dan lelesan pada akhir panen.
Ketersediaan buah dipertanaman yang terus menerus memungkinkan
perkembangan serangan hama bubuk buah kopi (Hypotenemus hampeii) secara
berkesinambungan dari generasi ke generasi. Petik bubuk dilakukan mulai bulan
Maret–April kurang lebih 1 bulan menjelang panen, ditujukan untuk mengurangi
sumber infeksi bubuk buah dipertanaman. Pengendalian secara kimia dengan

15
insektisida bahan aktif Metidation 40 EC karena bersifat penetrasi. Dosis yang
digunakan 0.25 liter atau dengan konsentrasi 0.2% aplikasi dilakukan satu kali.
Gejala tanaman yang terserang hama nematoda yaitu tanaman tampak kerdil,
pertumbuhan terhambat, ukuran daun dan cabang primer kecil, daun tua menjadi
kuning secara perlahan–lahan, dan akhirnya mati. Daun tanaman yang terserang ada
kecenderungan menunjukkan kekurangan unsur nitrogen (N) dan seng (Zn).
Pengendalian secara sanitasi kebun yaitu dengan membongkar tanaman terserang
kemudian dibakar dan secara kimia menggunakan nematisida Oksamil 100 AS
dengan konsentrasi 1%. Selain itu, Kebun Blawan juga memanfaatkan trichoderma
dalam rangka mencegah terjadinya serangan nematoda. Trichoderma tersebut
digunakan pada saat di pembibitan. Pada saat mulai melakukan pencampuran tanah
dengan pupuk kandang ditambahkan pula trichoderma. Akan tetapi tidak semua
afdeling menggunakan trichoderma, hanya di afdeling yang sudah positif terjangkit
nematoda. Kegiatan pada saat melakukan pembiakan trichoderma tercantum pada
Gambar 7.

Gambar 7. Pembiakan trichoderma untuk pengendalian nematoda
Pemanenan
Tahapan pemanenan di Kebun Blawan meliputi taksasi buah, pertemuan
teknis panen, selamatan panen, persiapan panen, pembuatan jadwal panen dan
pelaksanaan panen. Taksasi buah di Kebun Blawan dilaksanakan dua bulan sebelum
panen. Pada tahun 2014, taksasi buah di Kebun Blawan dilakukan pada bulan
Februari.
Taksasi buah. Sebelum melakukan pemanenan terlebih dahulu dilakukan
taksasi untuk memperkirakan produksi buah kopi yang akan dicapai serta
memudahkan dalam penentuan biaya dan jumlah tenaga pemetik yang diper