Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Dadap, PTPN III, Asahan, Sumatera Utara

MANAJEMEN PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)
DI KEBUN SEI DADAP PTPN III ASAHAN SUMATERA UTARA

BINA MANASEH SIANIPAR

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manajemen Panen
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Dadap PTPN III, Asahan,
Sumatera Utara adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2013
Bina Manaseh Sianipar
NIM A24090012

ABSTRAK
BINA MANASEH SIANIPAR. Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) di Kebun Sei Dadap, PTPN III, Asahan, Sumatera Utara.
Dibimbing oleh SUDIRMAN YAHYA.
Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Sei Dadap, PT Perkebunan
Nusantara III (PTPN III), Asahan, Sumatera Utara mulai dari tanggal 11 Februari
2013 sampai dengan tanggal 10 Juni 2013. Kegiatan magang bertujuan untuk
mempelajari teknis pengelolaan panen kelapa sawit, memahami faktor yang
mempengaruhi pemanenan kelapa sawit, serta menambah pengalaman dan
keterampilan kerja di bidang produksi kelapa sawit. Tenaga panen menjadi sangat
menentukan bagi produksi kelapa sawit. Tingkat kedisiplinan tenaga panen yang
masih tergolong rendah sebagaimana terlihat pada mutu hanca menjadi salah satu
masalah yang harus diperhatikan untuk lebih meningkatkan kualitas produksi
perusahaan. Kebun Sei Dadap secara umum telah mengalami peningkatan

produksi selama tiga tahun dari 2008 hingga 2010, namun mulai terjadi penurunan
dalam dua tahun terakhir, sejak tahun 2011, walaupun luasan pertanaman kelapa
sawit tidak mengalami perubahan.
Kata kunci: kelapa sawit, panen, produksi, Sei Dadap

ABSTRACT
BINA MANASEH SIANIPAR. Harvest Management of Oil Palm (Elaeis
guineensis Jacq.) in Kebun Sei Dadap, PTPN III, Asahan, North Sumatera.
Supervised by SUDIRMAN YAHYA.
The internship program was conducted at Kebun Sei Dadap, PTPN III,
Asahan, North Sumatera from February 11th to June 10th 2013. This internship
program was held to fulfill the purpose for studying the oil palm cultivation
technique, understanding the factors related to oil palm harvesting process, and
gaining experience and hard skill on oil palm production. The need of harvesters
have become very decisive for oil palm production. Harvesters disciplinary level
was still low as it was shown in areal harvest quality and became a problem that
needed to be solved to increase more the plantation production quality. Kebun Sei
Dadap had generally increased their production for three years in a row since
2008 to 2010, but then decreasing slightly for the last two years, since 2011,
eventough the size of plantation areal has not significantly changed.

Keywords: harvest, oil palm, production, Sei Dadap

MANAJEMEN PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)
DI KEBUN SEI DADAP PTPN III ASAHAN SUMATERA UTARA

BINA MANASEH SIANIPAR

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun

Sei Dadap, PTPN III, Asahan, Sumatera Utara
Nama
: Bina Manaseh Sianipar
NIM
: A24090012

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Sudirman Yahya, MSc
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MSc Agr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:




M Mセ



Judul Skripsi: Manajemen P en Ke apa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun
Sei Dadap, PTP_' III, Asahan, Sumatera Utara
Nama
: Bina Manaseh Sianipar
NIM
: A240900 12

Disetujui oleh

an Yahya, MSc
Pembimbing

Tanggal Lulus:

セ@


CT L

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam kegiatan magang yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2013
sampai Juni 2013 ini adalah pemanenan kelapa sawit, dengan judul Manajemen
Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Dadap PTPN III,
Asahan, Sumatera Utara.
Terima kasih penulis sampaikan secara khusus kepada Prof Dr Ir
Sudirman Yahya, MSc selaku dosen pembimbing akademik dan pembimbing
skripsi yang telah memberikan saran dan pengarahan selama menempuh kuliah di
Departemen Agronomi dan Hortikultura dan selama penulisan skripsi ini. Terima
kasih juga penulis sampaikan kepada Dr Ir Ahmad Junaedi, MSi, dan Dr Ir Heni
Purnamawati, MSc.Agr, selaku dosen penguji. Ungkapan terima kasih juga
penulis sampaikan kepada Ir H Halamsyah, selaku Manajer Kebun Sei Dadap
PTPN III, kepada Oshutri Anwar, SP dan Bapak Jhonny H Sinaga, masing-masing
selaku Asisten Kepala Rayon A dan Rayon B Kebun Sei Dadap, yang telah
memberikan kesempatan, fasilitas, dan arahan dalam melaksanakan kegiatan

magang, juga kepada Albiden Rajagukguk, SP selaku pembimbing lapang di
afdeling III, serta segenap karyawan pelaksana di afdeling III Kebun Sei Dadap.
Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada bapak, mama, kakak, dan
keluarga yang selalu mendoakan dan mendukung selama perkuliahan, kepada
Mongkuz saudara-saudara terbaik yang pernah ada, kepada Safitri, Husein, dan
teman-teman Socrates 46, dan kepada Jessica Maretta yang telah banyak
membantu serta mendukung selama penulisan skripsi ini.
Penulis sekali lagi ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu penulis selama masa perkuliahan dan pelaksanaan magang,
yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Harapan penulis semoga skripsi ini
dapat bermanfaat dan memberikan informasi yang bernilai bagi para pembaca.
Tuhan memberkati.

Bogor, Oktober 2013
Bina Manaseh Sianipar

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL


viii

DAFTAR GAMBAR

viii

DAFTAR LAMPIRAN

viii

PRAKATA

vi

DAFTAR ISI

vii

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Tujuan Magang

2

TINJAUAN PUSTAKA

2

Botani Kelapa Sawit

2

Pemanenan Kelapa Sawit


3

METODE

4

Tempat dan Waktu

4

Metode Pelaksanaan

4

Pengamatan dan Pengumpulan Data

4

Analisis Data dan Informasi


5

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

5

Lokasi Kebun

5

Keadaan Tanah dan Iklim

5

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

6

Keadaan Tanaman dan Produksi

6

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Aspek Manajerial
HASIL DAN PEMBAHASAN

7
7
15
16

Kapasitas Panen

16

Mutu Panen

18

Tenaga Panen

19

Produksi dan Produktivitas Tanaman

20

KESIMPULAN DAN SARAN

21

Kesimpulan

21

Saran

21

DAFTAR PUSTAKA

22

RIWAYAT HIDUP

35

DAFTAR TABEL

1
2
3
4
5
6
7
8

Fraksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit
Penilaian pemeriksaan panen di hanca
Penilaian pemeriksaan panen di TPH
Klasifikasi kelas pemanen
Prestasi kerja pemanen di Afdeling III Kebun Sei Dadap
Pemeriksaan mutu panen buah di Blok 131
Luas areal dan jumlah pemanen di Afdeling III
Produksi dan produktivitas per tahun tanam Afdeling III

11
14
14
15
17
18
19
20

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4

Pengendalian gulma kimiawi
Penunasan tanaman menghasilkan (TM) 2006
Penaburan pupuk ke dalam lubang
Pemanenan kelapa sawit

8
8
10
13

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Jurnal harian kegiatan sebagai karyawan harian
Jurnal harian kegiatan sebagai pendamping mandor
Jurnal harian kegiatan sebagai pendamping asisten afdeling
Peta Kebun Sei Dadap
Peta Afdeling III Kebun Sei Dadap
Data curah hujan di Kebun Sei Dadap
Data luas areal dan tata guna lahan Kebun Sei Dadap
Data produksi Kebun Sei Dadap lima tahun terakhir
Data produktivitas Kebun Sei Dadap lima tahun terakhir
Struktur organisasi Kebun Sei Dadap tahun 2013

23
24
25
27
28
29
30
31
32
33

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman penghasil
minyak terbesar dan telah dibudidayakan sejak lama. Peranan kelapa sawit dalam
menghasilkan minyak dan meningkatkan devisa negara melalui ekspor telah
menjadikannya sebagai primadona di dunia perkebunan (Amirudin 1997). Hasil
produksi minyak yang tinggi diperoleh dari daging buah sawit dan inti sawit.
Hasil yang diperoleh, yaitu crude palm oil (CPO) dan kernel palm oil (KPO)
(Naibaho 1990).
Minyak sawit secara umum diolah dan diekspor sebagai bahan baku
industri (bahan setengah jadi), salah satunya sebagai bahan baku produksi minyak
goreng. Minyak sawit juga digunakan untuk pembuatan bermacam-macam barang
kebutuhan sehari-hari, seperti: margarin, sabun, kosmetik, dan tekstil (Yahya
1990). Kebutuhan industri yang besar tersebut harus selalu terpenuhi sehingga
diperlukan upaya peningkatan produksi, efisiensi, dan mutu hasil produksi kelapa
sawit.
Pemanenan merupakan salah satu aspek yang menentukan dalam budidaya
kelapa sawit, khususnya terkait mutu hasil produksi (Amirudin 1997). Pemanenan
bertujuan untuk mendapatkan jumlah dan mutu yang baik. Pemanenan buah sawit
yang tidak tepat umur mempengaruhi kualitas minyak yang dihasilkan. Buah yang
siap untuk dipanen adalah buah yang masak, bukan buah yang muda maupun buah
yang lewat masak. Ciri-ciri buah yang masak ditandai dengan sejumlah brondolan
yang lepas dari tandannya.
Proses pasca panen juga sangat berpengaruh pada kualitas minyak sawit
yang dihasilkan. Kehilangan minyak pada tahap ini cukup besar. Beberapa hal
yang menyebabkan kehilangan minyak pada tahap pasca panen, antara lain:
brondolan yang tidak terbawa, transportasi yang buruk, dan kandungan asam
lemak bebas (ALB). Kandungan minyak dalam daging buah (mesokarp)
meningkat cepat pada saat buah mulai masak. Buah akan lepas (brondol) dari
tandannya setelah kadar minyaknya maksimal. Asam lemak bebas (ALB) dalam
buah akan terus meningkat sehingga dalam transportasinya pun harus cepat agar
kandungan ALB tidak terlalu tinggi (Sastrosayono 2006).
Penanganan tandan buah segar (TBS) merupakan seluruh kegiatan yang
dilakukan dari memetik buah sampai dengan pengolahan di pabrik kelapa sawit
(PKS). Tujuan penanganan ini adalah untuk menjaga mutu TBS sehingga minyak
yang dihasilkan memiliki mutu yang bagus. Penanganan TBS sangat dipengaruhi
oleh kegiatan sistem potong buah yang dilakukan, seperti persiapan panen dan
organisasi potong buah (PPKS 2007).
Manajemen panen kelapa sawit dimulai dari kegiatan perencanaan panen,
persiapan panen, pelaksanaan panen, penanganan TBS, hingga pengawasan dan
evaluasi panen. Manajemen panen harus selalu diperhatikan karena dapat
mengurangi kehilangan hasil panen, meningkatkan produktivitas, serta
menghasilkan rendemen minyak yang berkualitas dengan kadar ALB rendah.

2
Tujuan Magang
Kegiatan magang bertujuan untuk mempelajari teknis pengelolaan panen
kelapa sawit, memahami faktor yang mempengaruhi pemanenan kelapa sawit,
serta menambah pengalaman dan keterampilan kerja di bidang agribisnis kelapa
sawit.

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Kelapa Sawit
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah jenis tanaman yang
dibudidayakan di daerah tropis. Lubis (1992), kelapa sawit memiliki taksonomi
sebagai berikut,
Famil : Palmae
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis Jacq.
Kelapa sawit pertama kali diperkirakan berasal dari Nigeria, Afrika Barat.
Ada pula yang menyatakan bahwa tanaman tersebut berasal dari Amerika,
tepatnya Brazil. Kenyataannya kelapa sawit justru berkembang pesat di Asia
Tenggara, khususnya Indonesia dan Malaysia, bukan di Afrika Barat atau
Amerika yang dianggap sebagai daerah asalnya. Bibit kelapa sawit yang masuk ke
Indonesia pada tahun 1848 hanya berjumlah empat pokok dan berasal dari
Bourbon (Mauritius) dan Amsterdam. Keempat pokok bibit kelapa sawit tersebut
kemudian ditanam di Kebun Raya Bogor dan selanjutnya disebarkan ke Deli
Sumatera Utara (Risza 1994).
Tanaman kelapa sawit bersifat monoecious atau berumah satu. Bunga jantan
dan bunga betina terdapat dalam satu tanaman, namun tandan bunga jantan
terpisah dengan tandan bunga betina dan memiliki waktu pematangan berbeda
sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk
lancip dan panjang, betina terlihat lebih besar apalagi saat sedang mekar.
Penyerbukan buatan pada tanaman kelapa sawit dapat dilakukan dengan
menyemprotkan/menaburkan serbuk sari yang diambil secara sengaja dari bunga
jantan pada bunga betina yang sedang mekar atau fertil (Sianturi 1993).
Buah kelapa sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu hingga
merah tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang
muncul dari tiap pelepah. Buah inilah yang kemudian akan menghasilkan minyak.
Kandungan minyak dalam buah bertambah sesuai dengan kematangan buah. Buah
kemudian akan rontok dengan sendirinya setelah melewati fase matang karena
peningkatan kandungan asam lemak bebas (free fatty acid) (Fauzi et al. 2002).
Buah kelapa sawit terdiri dari tiga lapisan: eksokarp (bagian kulit buah
berwarna kemerahan dan licin), mesokarp (serabut/daging buah) dan endokarp
(cangkang pelindung inti). Endokarp adalah bagian inti/kernel kelapa sawit. Inti
sawit sendiri (kernel, yang sebetulnya adalah biji) merupakan endosperma dan
embrio dengan kandungan minyak inti berkualitas tinggi (Soehardiyono 1998).

3
Pemanenan Kelapa Sawit
Kiswanto et al. (2008), tanaman kelapa sawit mulai menghasilkan buah
setelah berumur 2.5 tahun dan masak dalam waktu 5.5 bulan setelah penyerbukan.
Buah kelapa sawit baru dapat dipanen pada tanaman yang telah berumur 31 bulan
atau sedikitnya 60% buah telah matang. Cara visual lainnya yaitu apabila dari
lima pohon terdapat satu tandan buah matang panen.
Ciri tandan buah yang matang panen adalah sedikitnya ada 5 butir buah
yang telah lepas (brondol) dari tandan yang bobotnya kurang dari 10 kg atau
sedikitnya ada 10 butir buah yang lepas dari tandan yang bobotnya 10 kg atau
lebih. Kriteria lain dari tandan buah yang dapat dipanen pada tanaman yang
berumur kurang dari 10 tahun yaitu jumlah brondolan yang jatuh kurang dari 10
butir, dan jika tanaman berumur lebih dari 10 tahun jumlah brondolan yang jatuh
sekitar 15–20 butir. Produktivitas kelapa sawit sendiri dapat mencapai 20–25 ton
TBS ha-1 per tahun atau sekitar 4–5 ton minyak sawit.
Kegiatan pemanenan atau potong buah merupakan kegiatan utama di
perkebunan kelapa sawit karena langsung menjadi sumber pemasukan uang bagi
perusahaan melalui penjualan minyak sawit dan inti kelapa sawit. Pahan (2007),
aspek yang paling menentukan untuk mendapatkan hasil panen yang tinggi adalah
pusingan potong buah. Pusingan potong buah sangat berhubungan erat dengan
kualitas buah dan mempengaruhi mekanisme kerja pemanenan. Pusingan potong
buah harus dijaga tetap normal, tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat,
dengan memantau daftar pusingan potong buah yang terdapat di kantor afdeling,
selain melalui informasi umur tanaman, kerapatan buah, jumlah tenaga potong
buah, serta persentase kapasitas borong.
Kegiatan potong buah diawali dengan melakukan persiapan panen.
Persiapan panen yang baik akan menjamin tercapainya target produksi dengan
biaya panen seminimal mungkin. Hal-hal yang harus dipersiapkan sebelum
melakukan kegiatan potong buah adalah persiapan kondisi areal panen,
penyediaan tenaga potong buah, pembagian seksi potong buah, dan penyediaan
peralatan kerja. Aspek lain yang harus diperhatikan adalah organisasi potong
buah. Organisasi potong buah penting dalam penyusunan seksi potong buah
sehingga blok/kapel yang akan dipanen setiap hari menjadi terkonsentrasi.
Organisasi potong buah bertujuan untuk mempermudah kontrol pekerjaan,
meningkatkan output tenaga potong buah dan efisiensi transportasi buah, serta
memudahkan pengaturan keamanan produksi. Salah satu bentuk dari organisasi
potong buah adalah sistem hanca pemanen. Sistem hanca diberlakukan dengan
mempertimbangkan kondisi areal setempat dan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu
hanca tetap, hanca giring murni, dan hanca giring tetap per mandoran (Pahan
2007).
Kualitas buah dan kualitas potong buah merupakan bagian dari kriteria
keberhasilan kegiatan pemanenan di perkebunan kelapa sawit. Pahan (2007), hasil
potong buah dikatakan baik jika komposisi buah/TBS masak mencapai sekitar
98% dan buah mentah serta busuk maksimum hanya 2%. Kualitas buah dan
kualitas potong buah menyangkut kualitas pekerjaan panen/potong buah,
pengawasan, dan pemeriksaan hasil panen. Kualitas pekerjaan potong buah sangat
terkait dengan tugas tenaga potong buah, yaitu memanen semua TBS masak dan
mengutip bersih seluruh brondolan untuk diletakkan di tempat pengumpulan hasil

4
(TPH), serta menyusun pelepah yang telah dipotong pada gawangan mati.
Kualitas pengawasan dan pemeriksaan ditentukan oleh personil yang bertugas
mengawasi mulai dari asisten afdeling, mandor panen, dan kerani buah.

METODE
Tempat dan Waktu
Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Sei Dadap, PT Perkebunan
Nusantara III (PTPN III), Asahan, Sumatera Utara, mulai bulan Februari sampai
Juni 2013.
Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan magang adalah dengan melakukan seluruh pekerjaan di
lapangan produksi dengan berbagai tingkat jabatan. Pekerjaan yang dilakukan
yaitu mengikuti kegiatan pemeliharaan dan pemanenan oleh tenaga harian ataupun
karyawan kebun selama satu bulan pertama, menjadi pendamping kerja mandor
panen pada satu bulan berikutnya, dan terakhir menjadi pendamping kerja asisten
afdeling selama dua bulan terakhir. Kegiatan magang secara khusus lebih
diarahkan pada aspek pemanenan kelapa sawit. Semua kegiatan yang
dilaksanakan selama berada di kebun sesuai dengan bidang kerja setiap tingkat
jabatan dan instruksi yang diberikan dari penanggung jawab jabatan.
Pengamatan dan Pengumpulan Data
Pengumpulan data dan informasi yang diperlukan diperoleh dengan
menggunakan dua metode, yaitu metode langsung untuk data primer dan metode
tidak langsung untuk data sekunder. Pengumpulan data dengan metode langsung
dilakukan melalui bekerja dan mengamati langsung semua kegiatan di lapangan.
Pengumpulan data dengan metode tidak langsung dilakukan dengan
mengumpulkan data dari laporan manajerial yang merupakan arsip di kantor
kebun. Metode tidak langsung juga dapat dilakukan dengan mengumpulkan data
dan informasi melalui studi pustaka.
Data primer yang dikumpulkan selama magang diperoleh dengan
melakukan pengamatan kegiatan pemanenan di lapangan. Aspek kegiatan
pemanenan yang diamati yaitu kapasitas panen, mutu panen, jumlah pemanen,
serta produksi dan produktivitas tanaman. Pengamatan kapasitas panen, mutu
panen, serta produksi dan produktivitas dilakukan selama 4 minggu. Pengamatan
kapasitas panen dilakukan terhadap 15 orang pemanen. Pengamatan mutu panen
dilakukan setiap minggu di salah satu blok sampel, sedangkan pengamatan
produksi dan produktivitas dilakukan untuk setiap tahun tanam yang terdapat di
lokasi pelaksanaan magang, yaitu Afdeling III Kebun Sei Dadap. Pengamatan
jumlah pemanen bertujuan untuk melihat kecukupan jumlah pemanen
dibandingkan dengan luas areal Afdeling III.

5
Data sekunder yang dikumpulkan berupa kondisi umum dan data manajerial
perusahaan. Data kondisi umum perusahaan meliputi letak geografis, kondisi
tanah, topografi lahan, curah hujan, serta luas areal dan tata guna lahan. Data
sekunder manajerial perusahaan yang dikumpulkan berupa produktivitas kebun
serta struktur organisasi dan manajemen. Data sekunder didapat dari kantor kebun
dan wawancara terhadap pemanen, mandor maupun asisten.

Analisis Data dan Informasi
Analisis yang dilakukan untuk mengolah data pemanenan adalah dengan
analisis secara kuantitatif dan deskriptif. Analisis kuantitatif digunakan dengan
mencari nilai rata-rata dari data yang diperoleh yang hasilnya dideskripsikan
dengan pembanding norma baku dan standar yang berlaku di perusahaan serta
studi pustaka.

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG
Lokasi Kebun
Kebun Sei Dadap PT Perkebunan Nusantara III secara administratif terletak
di Desa Sei Dadap, Kecamatan Air Batu, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara.
Lokasi kebun berjarak kurang lebih 167 km dari pusat kota Medan sebagai
ibukota provinsi Sumatera Utara, dan sekitar 7 km dari pusat kota Kisaran sebagai
ibukota kabupaten Asahan. Areal Kebun Sei Dadap termasuk ke dalam
Kecamatan Sei Dadap dan berada pada koordinat 02°57’13” LU dan 99°40’06”
BT secara astronomis. Kebun Sei Dadap secara geografis berbatasan dengan
Kecamatan Kisaran Timur di sebelah utara, Kecamatan Simpang Empat di sebelah
timur, Kecamatan Air Batu di sebelah selatan, serta PTPN IV Kebun Air Batu di
sebelah barat (Lampiran 4).
Keadaan Tanah dan Iklim
Kebun Sei Dadap PTPN III memiliki topografi lahan mulai dari datar
hingga bergelombang dengan kemiringan lereng < 5%. Jenis tanah yang terdapat
di lokasi kebun pada umumnya tergolong jenis paleudult (podsolik kuning), aeric
tropoquent (alluvial), dan typic ochraqult (hidromorfik kelabu). Kondisi tanah
secara umum tergolong bertekstur pasir hingga lempung liat berpasir. Tekstur
tanah tersebut menyebabkan tingkat kesuburan tanah tergolong rendah hingga
sedang dengan tingkat kesesuaian lahan pada golongan S3, yaitu kurang sesuai
(moderate suitable). Keadaan alam di sekitar lokasi perkebunan secara umum
terdiri dari dataran rendah, berada pada ketinggian 7–17 meter di atas permukaan
laut. Kondisi suhu udara cukup panas, dengan kisaran suhu 15–30°C (BPS 2011).
Hari hujan (HH) rata-rata yang tercatat pada Stasiun Klimatologi PTPN III Kebun
Sei Dadap dari tahun 2007 hingga 2012 yakni 119 HH dengan curah hujan
mencapai 2075 mm per tahunnya (Lampiran 6).

6
Luas Areal dan Tata Guna Lahan
Kebun Sei Dadap PTPN III Kabupaten Asahan didirikan pada areal seluas 5
174.73 ha dan memiliki izin Hak Guna Usaha (HGU) berupa Sertifikat HGU No.
93/HGU/BPN-RI/2009 untuk areal seluas 2 869.62 ha dan Sertifikat HGU No.
52/HGU/BPN-RI/2009 untuk areal seluas 1 755.71 ha. Areal kebun terbagi ke
dalam enam afdeling dengan komoditi utama berupa tanaman kelapa sawit seluas
3 660.75 ha untuk tanaman yang sudah menghasilkan (TM), 315.60 ha untuk
tanaman yang belum menghasilkan (TBM), dan tanaman karet seluas 571.83 ha.
Penggunaan untuk areal lain-lain berupa kantor, perumahan, pabrik, rumah sakit,
kolam limbah, waduk, seluas 87.08 ha, jaringan jalan kebun seluas 96.25 ha, areal
cadangan 55.50 ha, areal bukit dan garapan masyarakat seluas 381.72 ha, dan
areal yang dilepas untuk pemerintah daerah (pemda) seluas 6 ha (Lampiran 7).
Keadaan Tanaman dan Produksi
Tanaman kelapa sawit di Kebun Sei Dadap secara umum merupakan
tanaman menghasilkan (TM) dengan tahun tanam 1993 sampai 2006, sedangkan
untuk tanaman yang belum menghasilkan (TBM) terdiri dari tanaman dengan
tahun tanam 2010, 2011, dan 2012. Varietas seluruh tanaman kelapa sawit yang
ditanam adalah varietas Tenera dan berasal dari Marihat. Jarak tanam yang
digunakan adalah 7.14 m ₓ 9.09 m (populasi efektif 143 pokok ha-1) dan 7.7 m ₓ
9.09 m (populasi efektif 154 pokok ha-1). Produksi kelapa sawit yang dihasilkan
dalam lima tahun terakhir, dari tahun 2008 sampai tahun 2012 (Lampiran 8),
berturut-turut mengalami peningkatan dari tahun 2008 (79 juta kg), 2009 (85.95
juta kg), sampai tahun 2010 (86.27 juta kg). Penurunan jumlah produksi mulai
terlihat pada tahun 2011 yakni hanya dihasilkan 84.17 juta kg TBS dan pada tahun
2012 hanya 82.03 juta kg TBS. Produktivitas Kebun Sei Dadap (Lampiran 9),
mengalami peningkatan dari tahun 2008 (20.968 ton ha-1), 2009 (22.798 ton ha-1),
hingga tahun 2010 (22.882 ton ha-1). Penurunan mulai terjadi pada tahun 2011
yang hanya mencapai 22.325 ton ha-1 diikuti oleh tahun 2012 sebesar 21.757 ton
ha-1.
Stuktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
Kebun Sei Dadap dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggung jawab
terhadap semua kegiatan di kebun. Manajer kebun membawahi dua orang asisten
kepala, enam orang asisten afdeling, satu orang asisten tata usaha (ATU), satu
orang asisten personalia kebun (APK), satu orang asisten teknik, dan satu orang
kepala pengamanan kebun (PAPAM). Manajer kebun memiliki wilayah kerja
mulai dari kantor besar kebun dan seluruh areal kebun (Lampiran 10).
Pengelolaan kebun dilakukan oleh manajer kebun dibantu oleh dua orang
asisten kepala dan enam asisten afdeling. Manajer mengelola kebun mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi dalam pelaksanaan
manajemen teknis kegiatan, manajemen tenaga kerja, serta manajemen keuangan
kebun.

7
Asisten kepala bertugas memimpin sebuah rayon di mana masing-masing
rayon terdiri dari tiga afdeling. Kebun Sei Dadap dibagi menjadi dua rayon, yaitu
rayon A yang terdiri dari afdeling I, II, dan III, serta rayon B yang terdiri dari
Afdeling IV, V, VI, masing-masing dikepalai oleh seorang asisten kepala. Asisten
kepala bertugas untuk memimpin, mengarahkan, serta melakukan evaluasi
terhadap setiap asisten afdeling yang dipimpinnya. Asisten kepala bertanggung
jawab langsung kepada manajer kebun.
Asisten afdeling bertugas memimpin sebuah afdeling dan bertanggung
jawab atas semua kegiatan teknis budidaya tanaman yang ada di masing-masing
afdeling. Asisten afdeling berkewajiban membuat program kerja afdeling dan
mengoordinasikan setiap pekerjaan kepada mandor-mandor, mulai dari mandor I,
mandor panen, mandor pemeliharaan, dan kerani-kerani afdeling. Asisten afdeling
dibantu oleh seorang mandor I dalam pelaksanaan kegiatan di kebun, dan seorang
kerani afdeling dalam pelaksanaan administrasi afdeling. Asisten afdeling
bertanggung jawab kepada asisten kepala dan manajer kebun.
Asisten tata usaha bertugas dalam perencanaan segala biaya kegiatan kebun
dan mengatur keuangan kebun. Asisten personalia bertugas mengurusi bidang
ketenagakerjaan di kebun. Asisten teknik bertugas mengurusi bagian permesinan
pabrik dan alat berat kebun, serta alat-alat traksi dan transportasi. Kepala
pengamanan bertanggung jawab untuk menjaga keamanan dan ketertiban di kebun.

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Pelaksanaan kegiatan magang di Kebun Sei Dadap mengikuti setiap teknis
pekerjaan yang dilakukan di kebun setiap harinya yang meliputi pemeliharaan
tanaman menghasilkan dan sarana pendukung, serta pemanenan tandan matang.
Kegiatan magang juga sebagai sarana untuk mempelajari aspek manajerial yang di
kebun sesuai tingkat jabatan yang dijalani selama magang.
Aspek Teknis
Kegiatan teknis yang dilakukan selama magang adalah bekerja sebagai
karyawan harian dan berlokasi di afdeling III Kebun Sei Dadap. Kegiatan ini
berlangsung selama satu bulan pertama. Pekerjaan yang dilakukan pada umumnya
adalah pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM) mulai dari pemeliharaan jalan,
pengendalian gulma manual dan kimiawi, penunasan, pemupukan, pengendalian
hama penyakit, hingga pemanenan tandan buah matang, namun yang menjadi
perhatian utama adalah pengendalian gulma kimiawi, penunasan, pemupukan, dan
pemanenan. Pekerjaan dilaksanakan mulai pukul 07.00 WIB hingga pukul 14.00
WIB setiap hari dan diawasi oleh mandor-mandor setiap kegiatan, yaitu mandor
pemeliharaan dan mandor panen.
Pengendalian Gulma Kimiawi
Pengendalian gulma secara kimiawi dibagi menjadi dua kegiatan, yaitu
wipping lalang dan penyemprotan menggunakan knapsack sprayer dan herbisida
berbahan aktif gliphosat. Kegiatan wipping diawali dengan melakukan

8
pengamatan dan klasifikasi lalang di lapangan yang kemudian dipetakan. Lalang
kategori sporadis ringan (1 m2 terdapat 1–10 batang) masih dapat dilakukan
wipping 1 ₓ 2 bulan. Lalang kategori sporadis berat, yaitu lalang yang tumbuh
secara berkelompok tetapi jarang-jarang (dalam 1 m2 terdapat ≤ 50 batang),
disemprot dengan knapsack sprayer. Dosis gliphosat untuk lalang sporadis ringan
15–20 ml ha-1, sedangkan untuk lalang sporadis berat 25–35 ml ha-1. Satu bulan
setelah pemberantasan lalang sporadis berat harus dilakukan wipping dengan
rotasi kegiatan 1 ₓ 1 bulan menggunakan herbisida berbahan aktif gliphosat
dengan konsentrasi 1% selama 3 bulan, dan selanjutnya dengan rotasi 1 ₓ 2 bulan.
Pengendalian gulma secara kimia lainnya menggunakan knapsack sprayer
diperuntukkan bagi gulma berjenis daun lebar, rumput, dan teki-tekian, seperti
Nephrolepis bisserata, Paspalum conjugatum, Borreria alata, Mikania micrantha,
dan gulma jenis keladi yang banyak ditemukan berkoloni di dalam kebun.
Herbisida yang digunakan adalah yang berbahan aktif gliphosat 480 AS dengan
dosis 0.5 liter ha-1 dan ditambahkan Metyl metsulfuron 20% untuk meningkatkan
efektivitas pemakaian herbisida. Kapasitas knapsack sprayer yang digunakan
adalah 13 liter. Norma kerja untuk kegiatan pengendalian secara kimia adalah 1.2
HK ha-1 untuk piringan pokok, dan 0.5 HK ha-1 untuk jalan pikul. Prestasi penulis
sewaktu melakukan kegiatan pengendalian gulma secara kimia di piringan pokok
hanya mencapai 0.14 ha per HK, jauh di bawah prestasi yang dihasilkan oleh
karyawan harian kebun.

Gambar 1 Pengendalian gulma kimiawi
Penunasan
Penunasan pokok bertujuan untuk menjaga sanitasi dan produktivitas
tanaman dengan melakukan pemotongan pada pelepah yang tidak lagi produktif,
hanya meninggalkan pelepah yang masih hijau. Penunasan juga penting dilakukan
untuk mempermudah kegiatan potong buah atau panen dan memperkecil
kehilangan produksi akibat brondolan yang tersangkut di ketiak pelepah.

Gambar 2 Penunasan tanaman menghasilkan (TM) 2006

9
Kegiatan penunasan dibedakan menjadi tunas selektif dan tunas umum.
Tunas selektif dilakukan pada tanaman berumur ± 3 tahun dan pelepah yang
ditunas adalah pelepah yang tidak berfungsi, yaitu pelepah yang telah rata dengan
tanah dan menguning (kering), dengan jumlah pelepah yang dipertahankan
sebanyak 56–64 pelepah. Rotasi pekerjaan tunas selektif adalah dua kali setahun.
Tunas umum dilakukan pada tanaman menghasilkan (TM) > 4 tahun, dengan
membuang sejumlah pelepah yang telah melebihi standar dan menyisakan 56–64
pelepah dengan sistem songgo tiga untuk TM 4–8 tahun, sedangkan pada TM > 8
tahun jumlah pelepah yang disisakan di pokok sebanyak 48–56 pelepah, dan
menerapkan sistem songgo dua. Pelepah dipotong rapat ke pangkal dan bidang
potong berbentuk tapak kuda miring ke luar membentuk sudut 15° hingga 30°
terhadap bidang datar, dan bekas tunasan yang menempel pada pokok harus
kurang dari 5 cm. Pelepah kemudian dipotong menjadi tiga bagian dan dirumpuk
sejajar pada barisan tanaman dengan posisi melintang. Rotasi penunasan rutin
dilakukan selama sembilan bulan. Norma kegiatan penunasan tanaman muda yang
ditetapkan kebun adalah 4 HK ha -1 atau 0.25 ha per HK. Prestasi penulis sewaktu
melakukan kegiatan penunasan pada beberapa kesempatan mencapai hampir 0.1
ha per HK, masih di bawah norma yang ditetapkan kebun.
Pemupukan
Kegiatan pemupukan yang dilakukan di Kebun Sei Dadap PTPN III adalah
pemupukan anorganik dengan menggunakan pupuk jenis NPK. Pemupukan
dilakukan dengan berpedoman pada 5 T, yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu,
tepat letak, dan tepat ukuran. Pemupukan menggunakan sistem blok per blok pada
tanaman yang sudah menghasilkan (TM), dimulai dari blok tanaman berumur
paling muda sampai yang paling tua. Tujuan dari sistem pemupukan blok per blok
ini adalah agar pekerjaan lebih terkonsentrasi dengan sasaran mutu yang lebih
baik, produktivitas yang lebih tinggi, dan pengawasan yang lebih terjangkau.
Organisasi pemupukan berdasarkan norma yang berlaku di PTPN III meliputi
tukang pikul (dropper), 1 orang kepala grup, dan 5 orang penabur. Satu orang
penabur membawa 10 kg pupuk dari satu titik ecer (supply point) untuk
diaplikasikan sampai ke titik ecer berikutnya. Pemupukan dimulai dari kegiatan
angkut dan muat ke dalam truk (di gudang), pelangsiran ke blok yang akan
dipupuk, pengeceran ke titik ecer, dan penaburan ke tiap pokok tanaman.
Pengangkutan dan pelangsiran. Permintaan pengangkutan dan kebutuhan
pupuk harian dilakukan minimum 24 jam sebelum pelaksanaan pemupukan.
Permintaan ini perlu disampaikan sesegera mungkin kepada bagian transport dan
gudang agar truk pengangkutan dan jumlah pupuk yang dibutuhkan dapat
dipersiapkan terlebih dahulu. Pupuk harus dimuat dan dilangsir dengan cepat dari
gudang ke dalam truk agar dapat langsung diantarkan ke blok tanaman yang akan
dipupuk. Pupuk disusun secara bertingkat di dalam truk. Jumlah pupuk yang
diangkut disesuaikan dengan kebutuhan afdeling berdasarkan dosis dan luas areal
yang akan dipupuk.
Pengeceran. Kegiatan pengeceran dilaksanakan segera setelah pupuk
sampai di blok kebun yang akan dipupuk. Kegiatan pengeceran diawasi oleh
mandor pemeliharaan kebun yang sekaligus menunjukkan tempat di mana pupuk
harus diletakkan oleh tenaga bongkar. Pupuk diletakkan di supply point besar
(SPB), berupa pasar pikul, yang terletak di pinggiran blok, berjarak 2 baris dari

10
ujung awal blok dan 4 baris dari SPB berikutnya, dan demikian seterusnya. Pupuk
selanjutnya diecer ke dalam pasar pikul oleh tenaga dropper atau pengecer
menggunakan sepeda motor menuju supply point kecil (SPK) atau titik ecer kecil.
Titik ecer kecil disesuaikan dengan jenis pupuk dan dosisnya.
Penaburan. Satu zak pupuk NPK ukuran 50 kg dapat mencukupi kebutuhan
16 pokok tanaman (dosis 3.12 kg per pokok), sehingga apabila digunakan 4 orang
penabur per kelompok, maka dapat mencukupi kebutuhan 4 pokok tanaman per
baris untuk 4 baris tanaman yang dipupuk oleh satu kelompok. Kebutuhan pupuk
untuk areal 1 ha (populasi 143 pokok) adalah sekitar 447 kg. Jumlah pupuk
disesuaikan dengan kondisi dan jumlah pokok di lapangan. Sistem pemupukan
yang digunakan adalah menabur pupuk di dalam lubang (pocket) yang dibuat di
empat sisi tanaman dengan radius 1–1.5 meter. Prestasi penulis sewaktu
melakukan kegiatan pemupukan tergolong rendah, yaitu hanya mencapai 100 kg
per HK, jauh di bawah prestasi yang dihasilkan karyawan harian kebun yang
mencapai lebih dari 300 kg per HK.

Gambar 3 Penaburan pupuk ke dalam lubang
Pemanenan
Pemanenan kelapa sawit merupakan kegiatan utama dari budidaya tanaman
kelapa sawit di Kebun Sei Dadap PTPN III. Pemanenan kelapa sawit adalah
kegiatan mengutip hasil produksi dari tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan,
berupa buah kelapa sawit atau tandan buah segar (TBS), yang telah matang sesuai
kriteria matang panen agar diperoleh produksi minyak kelapa sawit dan inti sawit
yang optimal. Kegiatan pemanenan kelapa sawit didahului oleh beberapa kegiatan
lainnya, seperti taksasi produksi, penentuan kriteria matang panen, sistem rotasi
dan hanca panen, hingga organisasi panen.
Perencanaan Produksi. Perencanaan produksi di Kebun Sei Dadap disusun
berdasarkan tahun tanam tanaman, dengan mempertimbangkan inventaris pokok
ha-1, potensi produksi kelapa sawit yang dikeluarkan Pusat Penelitian Kelapa
Sawit (PPKS) Medan (sesuai dengan kelas kesesuaian lahan dan asal bibit),
realisasi produksi selama lima tahun terakhir, trend produksi berdasarkan umur
tanaman, pelaksanaan pemupukan, serangan hama dan penyakit, topografi areal,
dan kondisi iklim dalam dua tahun terakhir.
Kegiatan perencanaan produksi kelapa sawit selanjutnya diikuti oleh
kegiatan estimasi produksi per semester. Kegiatan estimasi dilaksanakan
berdasarkan hasil sensus produksi atau perhitungan bunga dan buah yang tersedia
di pokok tanaman yang telah dihitung sebelumnya. Perhitungan bunga dan buah
dilakukan dua kali dalam setahun, yaitu pada bulan Juni (15–30 Juni) untuk

11
estimasi produksi semester II tahun berjalan, dan pada bulan Desember (15–30
Desember) untuk estimasi produksi semester I tahun berikutnya.
Kriteria Matang Panen. Kriteria matang panen adalah persyaratan yang
dibuat untuk menentukan tandan buah segar (TBS) sudah siap dipanen atau belum.
Tandan buah segar layak dipanen apabila telah dijumpai 5–10 butir brondolan luar
buah telah lepas dari tandan dan jatuh secara alami di sekitar piringan pokok,
namun untuk memperoleh produksi yang optimal pemanenan buah harus tetap
memperhatikan fraksi tandan yang telah ditetapkan oleh perusahaan (Tabel 1).
Tabel 1 Fraksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit
Fraksi
Keterangan
Persentase (%) brondolan
00
Sangat mentah
0
Buah mentah
12.50%
1
Kurang matang
>12.5%–25%
2
Buah matang I
>25%–50%
3
Buah matang II
>50%–75%
4
Lewat matang
>75%–100%
5
Sangat matang
Brondolan dalam lepas
Sumber: Data Kantor Afdeling III Kebun Sei Dadap

Persyaratan
Tidak boleh ada
Maksimal 3%
Maksimal 20%
Maksimal 6 %
Maksimal 65%
Maksimal 10%
Maksimal 2%

Rotasi Panen. Rotasi panen adalah lamanya panen antara yang satu dengan
panen berikutnya dalam satu hanca panen. Rotasi panen dibagi menjadi dua, yaitu
rotasi untuk semester I dan rotasi untuk semester II. Rotasi panen untuk semester I
adalah 5/7, yang berarti panen dilaksanakan selama lima hari dalam seminggu,
dan rotasi panen untuk semester II adalah 6/7, yang berarti panen dilakukan
selama enam hari dalam seminggu. Pemanenan di setiap afdeling kemudian dibagi
menjadi beberapa bagian areal panen yang harus diselesaikan dalam satu hari
kerja berdasarkan rotasi panen yang ditetapkan. Pembagian areal panen per hari
dalam afdeling inilah yang disebut dengan kapel panen, di mana pada semester I
terdapat lima kapel panen, dan pada semester II terdapat enam kapel panen,
masing-masing sesuai dengan rotasi panennya.
Sistem hanca untuk pemanenan kelapa sawit di Kebun Sei Dadap adalah
sistem hanca tetap mandoran. Sistem hanca tetap mandoran berarti semua
pemanen pada setiap mandoran sudah memiliki hanca tetap per kapel panen setiap
harinya untuk dikerjakan. Perubahan hanca sewaktu-waktu dapat terjadi antar
pemanen sesuai kondisi yang terjadi di lapangan, seperti ketersediaan buah dan
kondisi areal panen.
Penghitungan Angka Kerapatan Panen (AKP). Angka kerapatan panen
adalah angka yang menunjukkan potensi rata-rata buah matang panen per pokok
yang terdapat dalam suatu luasan areal panen yang diamati. Setiap areal yang akan
dipanen (kapel) harus terlebih dahulu dihitung angka kerapatan panennya untuk
memperkirakan jumlah produksi buah beserta tonasenya pada kapel tersebut,
kebutuhan pemanen, dan jumlah alat pengangkutan (traksi).
Penghitungan AKP dimulai dengan menetapkan blok sampel untuk kapel
panen yang akan diamati. Satu blok sampel harus mewakili setiap tahun tanam
dalam kapel. Jumlah pokok yang diamati harus berkisar 3–5% dari jumlah pokok
dalam satu blok sampel, kemudian tetapkan baris sampel. Seluruh pokok dalam

12
baris sampel diperiksa dan dicatat jumlah tandan yang matang panen. Kegiatan
terakhir adalah menghitung AKP menggunakan rumus :
AKP = (Jumlah pokok sampel : Tandan buah matang)/1
Contoh perhitungan: Blok 170
Jumlah pokok sampel
= 141
Jumlah tandan matang panen = 22
AKP = (141 : 22)/1
= 6.4 :1
Angka kerapatan panen 6.4 : 1 berarti pada setiap 6.4 pokok kelapa sawit di
areal pengamatan terdapat satu tandan buah yang matang panen. Angka kerapatan
panen tersebut kemudian akan dikalikan dengan jumlah pokok yang terdapat
dalam kapel yang akan dipanen keesokan harinya, dan harus disesuaikan tahun
tanam pokok per blok untuk mendapatkan perkiraan jumlah produksi yang akurat.
Penghitungan angka kerapatan panen dilakukan oleh satu petugas khusus AKP
untuk setiap afdeling. Hasil perhitungan selanjutnya diserahkan kepada kerani
produksi afdeling untuk dilakukan rekapitulasi.
Peralatan Panen. Peralatan kerja yang digunakan untuk pemanenan
disediakan oleh pihak kebun berdasarkan kebutuhan satu tahun untuk setiap
pemanen sesuai dengan ketentuan yang ada dalam rencana kerja anggaran
perusahaan (RKAP) yang telah disusun. Dodos dan egrek diberikan sebanyak dua
buah untuk setiap pemanen per tahun, gancu dan kapak dua buah per tahun,
angkong satu buah untuk setiap pemanen, alloy stick setengah set per tahun, pensil
kopi empat buah per tahun, serta alat-alat lainnya seperti goni, ember, keranjang
pikul, dan alat perlindungan diri (APD). Penggunaan dodos atau egrek dalam
pemanenan dibedakan berdasarkan usia tanaman yang akan dipanen. Dodos
digunakan pada areal tanaman yang berusia muda, yaitu kurang dari delapan
tahun (≤ 8 tahun), sedangkan egrek dan gagang aluminium (alloy stick) digunakan
pada areal tanaman berusia tua, yaitu lebih dari delapan tahun (> 8 tahun).
Pelaksanaan Panen. Pelaksanaan panen terdiri dari tiga kegiatan utama,
yaitu memotong tandan buah matang, mengumpulkan tandan buah segar (TBS)
yang telah dipotong beserta brondolannya, dan mengangkut TBS dan brondolan
ke dalam truk untuk selanjutnya dikirim ke pabrik dan diolah menjadi minyak
sawit berkualitas baik dengan rendemen tinggi dan kadar asam lemak bebas
(ALB) yang rendah. Pelaksanaan panen harus mengikuti instruksi kerja yang telah
ditetapkan PTPN III.
Pemanenan dimulai dengan pengarahan dari masing-masing mandor panen
kepada semua karyawan pemanen, kemudian setiap karyawan segera memasuki
hanca yang telah ditetapkan mandor panen. Setiap pemanen harus memeriksa
dengan seksama tandan buah yang matang (membrondol alami) sebelum
memotong tandan. Pelepah yang menyangga tandan matang harus dipotong
(ditunas) dengan bekas potongan membentuk tapak kuda miring ke luar dan
merapat ke batang. Pelepah dipotong menjadi tiga bagian dan disusun melintang
terhadap barisan tanaman. Tandan buah dipotong dengan menggunakan dodos
atau egrek, gagang tandan kemudian dipotong menggunakan kapak rapat ke
tandan membentuk cangkem kodok. Semua tandan matang yang telah dipotong

13
beserta brondolannya diangkut ke tempat pengumpulan hasil (TPH) menggunakan
angkong. Karyawan pemanen yang menurunkan tandan buah lewat matang atau
busuk harus merontokkan (membrondolkan) tandan dan memasukkan brondolan
ke dalam karung goni, tandan kosongnya diletakkan di pinggir TPH.

Gambar 4 Pemanenan kelapa sawit
Tandan buah segar kemudian disusun di TPH dengan kelipatan lima setiap
barisnya dengan gagangnya menghadap ke jalan, sedangkan brondolan
dimasukkan ke dalam goni dan diletakkan di belakang susunan TBS. Susunan
TBS dan brondolan harus bersih dari sampah. Semua TBS harus diberi kode
mandor dan nomor pemanen pada gagangnya dengan menggunakan pensil kopi,
contohnya: G7; huruf “G” merupakan kode mandor dan angka “7” merupakan
nomor pemanen.Tanggal panen dan jumlah TBS per TPH juga harus dituliskan di
bekas potongan tandan dan ditempatkan di atas susunan TBS, contoh: 13/25;
angka “13” merupakan tanggal panen dan angka “25” menunjukkan jumlah TBS
per TPH. Seluruh TBS kemudian akan disortasi oleh kerani cek sawit dan
diangkut ke dalam truk untuk dikirim ke PKS. Buah dengan fraksi 00 (sangat
mentah) dan fraksi 0 (mentah) tidak dibenarkan diangkut ke dalam truk. Norma
yang ditetapkan oleh kebun untuk kegiatan pemanenan adalah 4 ha per HK,
sedangkan prestasi yang dicapai oleh penulis sewaktu melakukan kegiatan
pemanenan tergolong rendah, yaitu hanya sekitar 0.1 ha per HK.
Pengangkutan Hasil Produksi. Pengangkutan hasil produksi kelapa sawit
merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas minyak sawit yang akan
dihasilkan nantinya. Tandan buah matang yang telah dipanen harus segera
diangkut dan dikirim ke PKS untuk diolah. Keterlambatan (restan) dalam
pengangkutan hasil ini akan mempengaruhi proses pengolahan di PKS, kapasitas
olah yang berkurang, dan mutu akhir produk (minyak sawit) yang kurang baik.
Buah matang yang terlambat diangkut ke PKS akan mengalami penurunan kadar
minyak (rendemen) akibat penguapan dan sebaliknya mengalami peningkatan
asam lemak bebas (ALB) yang menurunkan kualitas minyak sawit. Pengangkutan
hasil harus dilakukan sesuai instruksi kerja yang telah ditetapkan perusahaan
untuk menghindari terjadinya penurunan kualitas produksi.
Seluruh tandan buah segar yang telah tersusun di TPH harus dicatat
jumlahnya oleh kerani cek sawit, demikian juga tandan hasil setiap pemanen harus
dicatat. Seluruh tandan beserta brondolan kemudian dimasukkan ke dalam truk

14
jenis colt diesel, disusun bertingkat (ditender), diikat menggunakan jaring atau tali
pengaman, dan segera diangkut ke PKS, paling lambat 12 jam dari waktu panen.
Pengawasan dan Pemeriksaan Panen. Pengawasan dan pemeriksaan
panen bertujuan untuk mengawasi jalannya kegiatan panen yang dilakukan oleh
pemanen agar berjalan dengan baik dan juga untuk melakukan penilaian terhadap
kinerja pemanen sesuai norma yang telah ditetapkan perusahaan. Penilaian
didasarkan pada kualitas kerja pemanen dalam melakukan proses pemanenan,
baik di dalam hanca maupun di tempat pengumpulan hasil (TPH). Pemeriksaan
panen diperlukan untuk meningkatkan disiplin pemanen sehingga menghasilkan
produksi dengan mutu optimal. Personil yang bertugas melakukan kegiatan ini
adalah kerani pemeriksa panen (kap inspeksi), mandor panen, mandor I, dan juga
asisten afdeling. Kerani kap inspeksi berkewajiban memeriksa sebanyak 70% dari
total pemanen, mandor I sebanyak 20%, dan asisten afdeling sebanyak 10%,
sedangkan semua mandor panen wajib mengawasi dan memeriksa seluruh
pemanen di masing-masing mandoran.
Tabel 2 Penilaian pemeriksaan panen di hanca
Aspek pemeriksaan
Nilai kesalahana
Tandan matang tidak dipanen
5
Tandan dipanen tidak diangkut ke TPH
5
Brondolan tidak dikutip
0.5
Pelepah tidak dipotong dua atau tiga dan
4
1
tidak disusun
Tidak menurunkan pelepah yang
5
1
seharusnya diturunkan (curi buah)
Jumlah nilai kesalahan
12.5
a
Nilai kesalahan dikalikan sesuai dengan jumlah kesalahan untuk setiap aspek
pemeriksaan.
Nomor
1
2
3

Tabel 3 Penilaian pemeriksaan panen di TPH
Aspek pemeriksaan
Nilai kesalahana
Buah mentah dipanen
5
Buah busuk dipanen
5
Gagang tandan panjang (> 2.5 cm)
1
Tumpukan brondolan kotor
2
Tidak menuliskan kode mandor dan nomor
5
0.5
pemanen di gagang tandan
Jumlah nilai kesalahan
13.5
a
Nilai kesalahan dikalikan sesuai dengan jumlah kesalahan untuk setiap aspek
pemeriksaan.
Nomor
1
2
3
4

Penilaian pada setiap pemeriksaan panen dilakukan berdasarkan ketentuan
panen yang ditetapkan kebun (Tabel 2 dan Tabel 3). Penilaian panen, baik pada
hanca panen maupun TPH terdiri dari lima aspek, dengan nilai kesalahan masingmasing untuk setiap kesalahan yang dilakukan, dan akan dikalikan dengan jumlah
kesalahan yang ditemukan. Semakin banyak kesalahan yang dilakukan, maka
akan semakin tinggi pula jumlah nilai kesalahan yang akan diperoleh pemanen.
Nilai kesalahan ini kemudian akan menjadi salah satu faktor untuk menentukan
premi harian pemanen.

15
Hasil penilaian dari kinerja setiap pemanen yang telah dilakukan oleh kerani
kap inspeksi, mandor I, dan asisten afdeling selanjutnya akan diakumulasi untuk
setiap hari kerja dan akan digunakan untuk menentukan kelas pemanen pada hari
tersebut.
Tabel 4 Klasifikasi kelas pemanen
Klasifikasi
A
B
C
D
Sumber: Instruksi Kerja PTPN III

Nilai pemeriksaan panen
90–100
80–89
70–79
60–69

Kelas pemanen dapat berubah setiap harinya tergantung pada hasil
pemeriksaan panen harian. Kelas pemanen merupakan salah satu faktor yang
digunakan perusahaan untuk menentukan premi pemanen yang akan diterima pada
setiap hari kerja. Premi akan diakumulasikan selama satu bulan dan dibagikan
pada saat pembayaran gaji bulanan. Penulis bertugas mengawasi dan memeriksa
kegiatan pemanenan pada beberapa kesempatan bersama dengan petugas
pemeriksa panen ataupun mandor panen.
Aspek Manajerial
Manajemen tingkat karyawan pelaksana (non staf) adalah karyawankaryawan yang bertugas membantu melaksanakan segala kegiatan yang ada di
kebun, baik kegiatan di lapang maupun kegiatan administratif di kantor. Kegiatan
di tingkat karyawan pelaksana yang diikuti oleh penulis meliputi kegiatan oleh
mandor pemeliharaan, mandor panen, dan mandor I. Kegiatan di tingkat karyawan
pimpinan (staf) yang diikuti penulis adalah menjadi pendamping asisten afdeling.
Kegiatan-kegiatan dari masing-masing jabatan kerja telah diikuti dan dilakukan
oleh penulis selama menjalani magang.
Mandor Pemeliharaan
Mandor pemeliharaan bertanggung jawab atas seluruh kegiatan
pemeliharaan dan budidaya (non panen) yang ada di kebun. Mandor pemeliharaan
bertugas untuk menyusun rencana kerja pemeliharaan harian, menentukan jumlah
tenaga kerja yang akan digunakan dan luasan pekerjaan, serta mempersiapkan
peralatan kerja. Mandor pemeliharaan bertanggung jawab langsung kepada asisten
afdeling. Penulis pernah beberapa kali bertugas menjadi pendamping mandor
pemeliharaan untuk mengawasi kegiatan pemupukan, pengendalian gulma
kimiawi, dan wipping lalang.
Mandor Panen
Mandor panen bertugas untuk memimpin antrian pemanen, melakukan
absensi, memberikan instruksi pekerjaan, mangatur dan membagi hanca kerja,
mengawasi kegiatan pemanenan, serta membuat laporan panen harian. Mandor
panen berperan penting dalam pemanenan di afdeling karena langsung terlibat
dalam pengawasan panen dan dapat memberikan motivasi kepada pemanen untuk

16
meningkatkan prestasi kerja. Mandor panen bertanggung jawab langsung kepada
asisten afdeling. Penulis pernah beberapa kali bertugas menjadi pendamping
mandor panen untuk mengawasi kegiatan pemanenan dan melakukan pemeriksaan
hanca panen.
Mandor I
Mandor I bertugas untuk membantu asisten afdeling dalam pelaksanaan
setiap kegiatan sehari-hari di lapangan. Mandor I berperan mengawasi kegiatan
yang dilakukan oleh mandor pemeliharaan, mandor panen, dan karyawan agar
tetap berjalan dengan baik dan sesuai dengan yang ditargetkan afdeling. Mandor I
juga dapat memberikan teguran langsung kepada mandor ataupun karyawan
apabila kegiatan yang dikerjakan tidak sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.
Mandor I bertanggung jawab langsung kepada asisten afdeling. Penulis menjadi
pendamping mandor I selama beberapa minggu dan bertugas dalam mengawasi
seluruh kegiatan yang dilaksanakan di afdeling, serta mengorganisir rencana
kegiatan harian di sewaktu antrian pagi.
Asisten Afdeling
Asisten afdeling bertugas mengatur dan mengawasi semua kegiatan yang
ada di afdeling. Asisten afdeling memulai kegiatan dengan memimpin antrian
mandor dan kerani pada pukul 06.00 WIB di halaman kantor afdeling. Asisten
afdeling melakukan evaluasi terhadap kegiatan hari sebelumnya dan memberikan
instruksi untuk kegiatan yang akan dikerjakan pada hari tersebut. Asisten afdeling
juga melakukan pemeriksaan administrasi kantor afdeling untuk memastikan
semua kegiatan tercatat dengan rapi. Asisten afdeling kemudian akan melakukan
peme

Dokumen yang terkait

Respons Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Terhadap Pemberian Kompos Sampah Pasar dan Pupuk NPKMg (15:15:6:4) di Pre Nursery

6 79 69

Studi Keanekaragaman Jenis Serangga Di Areal Pertanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Pada Berbagai Umur Tanaman Di PTPN III Kebun Huta Padang

0 37 81

Indeks Keragaman Jenis Serangga pada Pertanaman Kelapa Sawit (Elais guinensis Jacq.) di Kebun Rambutan

1 58 50

Studi keanekaragaman serangga di Pertanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineenis Jack.) di PTPN III, Huta Padang, Kabupaten Asahan

2 51 76

Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis quenensis Jacq), Coklat (Theobroma cacao) Dan Karet (Havea brasiliensis) Di Desa Belinteng Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat

0 26 52

Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga Pada Pertanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Kebun Tanah Raja Perbaungan PT. Perkebunan Nusantara III

6 91 53

Model pendugaan cadangan karbon pada kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) umur 5 tahun di perkebunan kelapa sawit PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat.

6 77 76

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tegakan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Umur 15 Tahun di Perkebunan Kelapa Sawit Putri Hijau, Besitang Sumatera Utara

5 61 75

Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Gunung Pamela PTPN III, Sumatera Utara

1 8 54

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Adolina PTPN IV Persero, Serdang Bedagai, Sumatera Utara

13 73 41