Desorpsi Logam Pb dari Kerang Darah (Anadara granosa) Menggunakan Ekstrak Air dan Pektin Kulit Pisang Kepok (Musa paradisiaca)

DESORPSI LOGAM Pb DARI KERANG DARAH
(Anadara granosa) MENGGUNAKAN EKSTRAK AIR DAN
PEKTIN KULIT PISANG KEPOK (Musa paradisiaca)

KARTIKA EKASARI

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

2

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Desorpsi Logam Pb
dari Kerang Darah (Anadara granosa) Menggunakan Ekstrak Air dan Pektin Kulit
Pisang Kepok (Musa paradisiaca) adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2013
Kartika Ekasari
NIM G44090102

2

ABSTRAK
KARTIKA EKASARI. Desorpsi Logam Pb dari Kerang Darah (Anadara
granosa) Menggunakan Ekstrak Air dan Pektin Kulit Pisang Kepok (Musa
paradisiaca). Dibimbing oleh ETI ROHAETI dan LATIFAH K DARUSMAN.
Pencemaran Pb pada bahan pangan seperti daging kerang darah perlu
ditanggulangi sebab Pb bersifat karsinogenik. Keamanan bahan pangan dari
berbagai bahaya pencemar perlu diupayakan. Penelitian ini bertujuan
memanfaatkan ekstrak air dan larutan pektin dari limbah kulit pisang kepok (Musa
paradisiaca) sebagai media untuk mendesorpsi kandungan Pb dari daging kerang

darah (Anadara granosa). Ekstrak air diperoleh dengan cara menghancurkan kulit
pisang dengan air (1:3). Pektin diperoleh dengan cara mengekstraksi kulit pisang
menggunakan air pada pH 2 dengan suhu 90 °C selama 1 jam dan mengendapkan
pektin terlarut dengan menambahkan etanol 96%. Diperoleh pektin dengan
rendemen 3% (b/b) dengan kadar air 13.9%, kadar abu 4.2%, bobot ekuivalen
1755 g/ek, kadar metoksil 1.40 %, kadar galakturonat 18%, dan derajat esterifikasi
44%. Kemampuan larutan pektin 0.20% untuk mendesorpsi Pb dari kerang
sebesar 51%, lebih rendah daripada desorpsi ekstrak air sebesar 58%.
Kata kunci: desorpsi Pb, kerang darah, kulit pisang kepok, pektin

ABSTRACT
KARTIKA EKASARI. Desorption of Lead from Blood Cockle (Anadara
granosa) Using Water Extract and Pectin Extract of Kepok Peels (Musa
paradisiaca). Supervised by ETI ROHAETI and LATIFAH K DARUSMAN.
Lead pollutant on foodstuffs such as in meat blood cockle must be solved
because lead is carcinogenic. Efforts for foodstuff safety from various pollutants
must be supported. The objectives of this research were utilizing water extract and
pectin solution from waste of kepok peels (Musa paradisiaca) as the medium for
desorption lead from blood cockle (Anadara granosa). Water extract was obtained
by destructing kepok peels with water (1:3). Pectin was obtained by extracting

kepok peels using water at pH 2, temperature 90 °C for 1 hour, and precipitated
the dissolved pectin by adding 96% ethanol. The pectin yield was 3% (b/b) with
loss on drying 13.9%, ash content 4.2%, equivalent weight 1755 g/eq, methoxyl
1.40%, galacturonic acid 18%, and degree of esterification 44%. The ability of
0.20% pectin solution for desorption lead from sample was 51%, which was lower
than that by using water extract of 58%.
Keywords: blood cockle, desorption of Pb, kepok peels, pectin

DESORPSI LOGAM Pb DARI KERANG DARAH
(Anadara granosa) MENGGUNAKAN EKSTRAK AIR DAN
PEKTIN KULIT PISANG KEPOK (Musa paradisiaca)

KARTIKA EKASARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Kimia


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

2

4

Judul Skripsi : Desorpsi Logam Pb dari Kerang Darah (Anadara granosa)
Menggunakan Ekstrak Air dan Pektin Kulit Pisang Kepok (Musa
paradisiaca)
Nama
: Kartika Ekasari
NIM
: G44090102

Disetujui oleh


Dr Eti Rohaeti, MS
Pembimbing I

Prof Dr Ir Latifah K Darusman, MS
Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Dra Purwantiningsih Sugita, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

6

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya
ilmiah yang berjudul “Desorpsi Logam Pb dari Kerang Darah (Anadara granosa)
Menggunakan Ekstrak Air dan Pektin Kulit Pisang Kepok (Musa paradisiaca)”.

Karya ilmiah ini disusun berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada bulan
Maret hingga Juli 2013 di Bagian Kimia Analitik, Departemen Kimia, Institut
Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih atas semua bimbingan, dukungan, dan
kerja sama yang telah diberikan oleh Ibu Dr Eti Rohaeti, MS selaku pembimbing I
dan Ibu Prof Dr Ir Latifah K Darusman, MS selaku pembimbing II. Terima kasih
pula kepada staf Bagian Kimia Analitik yang telah membantu selama penelitian.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, adik, serta keluarga
atas segala doa, dukungan, dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Terima kasih.

Bogor, Oktober 2013

Kartika Ekasari

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

vii


DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN

1

METODE

2

Bahan dan Alat

2


Pembuatan Ekstrak Air Kulit Pisang Kepok

3

Pembuatan Larutan Pektin 0.20% dari Kulit Pisang Kepok

3

Analisis Pektin Kulit Pisang Kepok

4

Desorpsi Pb

4

Pengukuran Kadar Pb

6


HASIL DAN PEMBAHASAN

6

Hasil Pencirian Pektin

7

Pencirian Kualitatif Pektin Hasil Isolasi

9

Desorpsi Pb dari Daging Kerang Darah

9

SIMPULAN DAN SARAN

12


Simpulan

12

Saran

12

DAFTAR PUSTAKA

12

LAMPIRAN

15

RIWAYAT HIDUP

22


vii

DAFTAR TABEL
1
2
3
4

Rendemen pektin 2 jenis bahan baku
Hasil pencirian pektin
Persentase Pb terdesorpsi dari daging kerang darah akibat pencucian,
perebusan, dan perendaman
Persentase Pb terdesorpsi dari daging kerang perlakuan Pb (KPb)
sebelum dan sesudah perendaman

6
8
10
11

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7

Struktur kimia pektin
Bagan alir metode penelitian
Kerang darah segar
Rancangan preparasi sampel kerang perlakuan Pb (KPb)
Pektin dari kulit pisang segar dan pektin dari kulit pisang setelah 2 hari
Spektrum FTIR pektin kulit pisang dibandingkan dengan pektin
komersial
Pengikatan logam berat oleh pektin

1
3
5
5
7
9
11

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Perhitungan rendemen pektin
Kadar air kulit pisang segar
Kadar air pektin hasil isolasi
Kadar abu pektin hasil isolasi
Penentuan bobot ekuivalen pektin
Penentuan kadar metoksil pektin
Penentuan % asam galakturonat dan derajat esterifikasi pektin
Grafik linearitas kurva standar Pb (1)
Hasil pengukuran kadar Pb pada daging kerang darah tanpa pencucian,
dengan pencucian, dan daging kerang rebus
10 Grafik linearitas kurva standar Pb (2)
11 Hasil pengukuran kadar Pb pada daging kerang darah perlakuan Pb

15
15
15
16
16
16
17
17
18
19
20

1

PENDAHULUAN
Kulit pisang merupakan bahan potensial yang belum termanfaatkan dengan
baik. Pisang tumbuh baik di daerah beriklim tropis termasuk Indonesia. Pisang
merupakan tanaman holtikultura yang berbuahnya sepanjang tahun tanpa
mengenal musim. Produksi pisang di Indonesia pada tahun 2012 mencapai
6,071,043 ton pertahun (BPS 2013). Selama ini, tanaman pisang hanya
dimanfaatkan bagian buah, batang, dan daunnya saja. Sementara kulit pisang
hanya digunakan sebagai makanan ternak dan penghasil alkohol (Rukmana 1999).
Pemanfaatan kulit pisang belum maksimal dan banyak diketahui, padahal bobot
kulit pisang dapat mencapai 40% dari buahnya (Tchobanoglous et al. 2003).
Diketahui bahwa kulit pisang dapat dimanfaatkan sebagai biosorben. Salah
satu contoh pemanfaatannya, yaitu untuk meningkatkan kualitas minyak goreng
bekas dengan menurunkan kadar airnya sebesar 45.98% (Kasyfita 2007). Selain
itu, Ashraf et al. (2011) melaporkan bahwa biomassa kulit pisang dalam bentuk
larutan dengan konsentrasi 25 mg/mL dapat menghilangkan 94.80% Pb, 86.81%
Cu, 84.63% Zn, dan 82.36% Ni.
Penggunaan kulit pisang sebagai biosorben dikarenakan kandungan pektin
dan selulosanya. Menurut Chanakya et al. (2008) kandungan kulit pisang sekitar
80% disusun oleh selulosa, hemiselulosa, dan pektin. Selulosa dan pektin
memiliki gugus hidroksil, hal inilah yang menyebabkan kulit pisang memiliki
potensi yang cukup baik sebagai adsorben logam berat melalui mekanisme
pertukaran ion (Yantri 1998).
Beberapa penelitian telah melaporkan bahwa pektin memiliki kemampuan
dalam menjerap logam berat. Wong et al. (2008) memanfaatkan pektin yang
berasal dari kulit durian untuk menjerap logam Pb, Cd, Cu, Zn, dan Ni.
Selanjutnya Mata et al. (2009) melaporkan bahwa laju biosorpsi logam berat oleh
pektin, yaitu Cu>Pb>Cd. Kemampuan menjerap logam berat oleh pektin
dikarenakan pektin memiliki gugus karboksil, sehingga proses pertukaran ion H+
dari gugus karboksil dengan ion logam dapat terjadi (Hariyati 2006). Adapun
struktur kimia pektin dapat dilihat pada Gambar 1.

n
Gambar 1 Struktur kimia pektin (Khazaei et al. 2013)
Rendemen pektin berbeda-beda bergantung pada proses ekstraksinya.
Variasi pada suhu, pH, dan waktu ekstraksi pektin dari kulit pisang didapatkan
rendemen sebesar 24-217 mg/g (Emaga et al. 2008). Selanjutnya berdasarkan
penelitian Kaban et al. (2012) rendemen pektin kulit pisang raja didapatkan
sebesar 59% dengan kondisi ekstraksi menggunakan HCl pada suhu 90 oC, pH
1.5, dan waktu ekstraksi 80 menit. Di samping itu proses ekstraksi pektin dari

2

kulit pisang juga dapat dilakukan secara enzimatik menggunakan enzim α-amilase
dengan suhu 85.5 oC, pH 1.5, waktu ekstraksi 2 jam menghasilkan rendemen
sebesar 1.06%, seperti penelitian yang dilakukan oleh Qiu et al. (2010).
Kerang merupakan sumber bahan makanan yang potensial tercemari oleh
logam berat. Hal ini dikarenakan kerang memiliki mobilitas yang rendah dan
tahan terhadap pencemaran lingkungan (Darmono 2001). Persyaratan mutu dan
keamanan pangan Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 3460.1-2009 untuk
daging kerang yang dikonsumsi manusia kandungan maksimum yang boleh ada,
yaitu untuk Pb 1 mg/kg, Hg 0.5 mg/kg, dan Cd 1 mg/kg (BSN 2009). Berdasarkan
pemaparan inilah maka perlu ada upaya untuk menghilangkan logam berat dari
kerang melalui proses desorpsi yang tentunya juga aman bagi manusia sebagai
konsumen.
Kulit pisang memiliki kandungan pektin yang dapat digunakan sebagai
media desorpsi logam berat yang terjerap pada kerang, contohnya kerang darah
(Anadara granosa). Suyono (2006) menjelaskan bahwa logam berat seperti Pb,
Zn, dan Cu dapat terikat pada daging kerang pada bagian jaringan lendir insang
yang dapat mengakibatkan rusaknya fungsi insang dalam menyaring makanan.
Diketahui bahwa kulit pisang sendiri sudah dapat dimanfaatkan sebagai
biosorben, oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk membandingkan ekstrak
air kulit pisang dan pektin hasil isolasi dari kulit pisang dalam mendesorpsi logam
berat, yaitu Pb pada daging kerang darah (Anadara granosa). Kulit pisang yang
digunakan, yaitu pisang kepok yang banyak diperoleh dari masyarakat.

METODE
Penelitian ini terbagi dalam 5 tahap, yaitu pembuatan ekstrak air kulit
pisang kepok, ekstraksi pektin dari kulit pisang kepok, karakterisasi pektin, proses
desorpsi Pb dari kerang darah, serta proses pengukurannya menggunakan
spektrofotometer serapan atom (AAS). Pektin diidentifikasi menggunakan
spektrofotometer FTIR dan dibandingkan dengan pektin komersial yang ada di
pasaran. Bagan alir dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.

Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah kulit pisang kepok segar
yang didapatkan dari pedagang pisang goreng di daerah Cibinong. Bahan kimia
yang digunakan adalah HCl 1 N, etanol 96%, air destilat, HCl pekat, HNO3 pekat,
larutan standar Pb 10 mg/L, NaCl, NaOH, indikator merah fenol, dan pektin
komersial yang berasal dari buah apel (merek Sigma Aldrich, CAS No. 9000-695). Sampel yang digunakan, yaitu kerang darah yang diperoleh dari Pasar Anyar,
Bogor.
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah peralatan gelas
laboatorium, radas ekstraksi, hotplate, oven, tanur, desikator, spektrofotometer
serapan atom (AAS) merek Shimadzu tipe AA 7000, dan spektrofotometer FTIR
merek Perkin Elmer tipe Spectrum One.

3

Kulit pisang kepok

Pektin

Kerang darah

Proses desorpsi Pb

Daging
kerang darah

Ekstrak air

Karakterisasi
dan identifikasi

Pengukuran dengan AAS

Proses desorpsi Pb

Pengukuran dengan AAS

Gambar 2 Bagan alir metode penelitian

Pembuatan Ekstrak Air Kulit Pisang Kepok
Kulit pisang kepok segar ditimbang 200 gram, kemudian diblender dengan
penambahan akuades sebanyak tiga kali bobot kulit tersebut. Selanjutnya
dilakukan penyaringan untuk memisahkan antara filtrat dan ampasnya
menggunakan kain blacu. Filtrat inilah yang disebut dengan ekstrak air yang akan
digunakan untuk merendam daging kerang darah.

Pembuatan Larutan Pektin 0.20% dari Kulit Pisang Kepok
Kulit pisang kepok segar ditimbang 200 gram, kemudian diblender dengan
penambahan akuades sebanyak tiga kali bobot kulit tersebut. Selanjutnya
ditambahkan HCl 1 N hingga pH 2. Campuran tersebut direfluks pada suhu 90 oC
selama 1 jam. Setelah itu campuran tersebut disaring dan filtratnya didinginkan
hingga suhu ruang. Filtrat yang telah dingin diendapakan menggunakan etanol
asam (satu liter etanol 96% diasamkan dengan 1 mL HCl pekat) sebanyak 1.5 kali
volume filtrat, kemudian didiamkan selama 24 jam.
Endapan pektin disaring dan dikeringkan dalam oven hingga kering, lalu
diblender hingga menjadi serbuk. Serbuk yang dihasilkan kemudian ditimbang
dan dihitung rendemennya. Larutan pektin 0.20% didapatkan dengan cara
melarutkan 0.20 gram serbuk pektin dengan air panas hingga 100 mL.

4

Analisis Pektin Kulit Pisang Kepok
Kadar Air (AOAC 2005)
Tahap pertama yang dilakukan pada analisis kadar air adalah mengeringkan
cawan porselen menggunakan oven pada suhu 105 oC selama 30 menit. Cawan
tersebut diletakkan di dalam desikator ± 30 menit hingga suhu ruang kemudian
ditimbang. Sampel sebanyak 0.3 gram ditimbang ke dalam cawan dan
dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 105 oC selama 4 jam lalu dimasukkan ke
dalam desikator kemudian ditimbang.
Kadar Abu (AOAC 2005)
Cawan porselen dibersihkan dan dikeringkan di dalam oven bersuhu 105 oC
selama 30 menit. Cawan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam desikator ± 30
menit dan ditimbang. Sampel sebanyak 0.3 gram ditimbang dan dimasukkan ke
dalamnya. Selanjutnya dibakar di atas hotplate sampai tidak berasap, kemudian
dimasukkan ke dalam tanur suhu 600 oC selama 7 jam. Cawan tersebut
dimasukkan ke dalam desikator, dibiarkan sampai dingin kemudian ditimbang.
Karakterisasi pektin secara kuantitatif (Ismail et al. 2012)
Pektin sebanyak 0.5 gram dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer, kemudian
ditambahkan 5 mL etanol 96%, 1 gram NaCl, dan 100 mL air suling bebas CO2.
Campuran tersebut dikocok hingga larut, lalu dititrasi dengan NaOH 0.1 N
menggunakan indikator merah fenol sampai terjadi perubahan warna menjadi
merah kekuningan (pH 7.5) yang bertahan ± 30 detik. Sehingga dapat diitung
bobot ekuivalen pektin.
Larutan netral tersebut ditambahkan 25 mL NaOH 0.25 N, dikocok, dan
dibiarkan selama 30 menit pada suhu ruang dalam keadaan tertutup. Selanjutnya
ditambahkan 25 mL larutan HCl 0.25 N dan dititrasi dengan larutan NaOH 0.1 N
menggunakan indikator merah fenol sampai titik akhir merah kekuningan. Maka
dapat dihitung kandungan metoksil pektin tersebut.
Kadar galakturonat dihitung dari mek (miliekuivalen) NaOH yang diperoleh
dari penentuan bobot ekuivalen dan kandungan metoksil. Derajat esterifikasi
dihitung dari kadar metoksil dan kadar galakturonat yang telah diperoleh.
Identifikasi gugus fungsi
Spektrum FTIR digunakan untuk memperoleh informasi mengenai gugus
fungsi dari pektin kulit pisang dan pektin komersial yang terdapat di pasaran,
kemudian membandingkan keduanya. Data FTIR diperoleh dengan menggunakan
bilangan gelombang 4000-400 cm-1.

Desorpsi Pb
Langkah awal dalam proses desorpsi Pb, yaitu memilih sampel kerang darah
(Gambar 3). Sampel ini didapatkan dari Pasar Anyar, Bogor yang menurut
penjualnya kerang tersebut berasal dari Pasar Ikan Muara Angke, Jakarta. Kerang
darah yang masih dalam cangkang memiliki ukuran panjang dikali lebar berkisar

5

antara 2 x 1.5 dan 3 x 2.5 cm2. Sebelum digunakan kerang tersebut dicuci terlebih
dahulu dengan air untuk menghilangkan lumpur dan kotoran pada cangkang.
Daging kerang darah yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari dua
jenis. Pertama, daging kerang rebus (KR) yang didapatkan dengan cara merebus
daging kerang darah yang masih dalam cangkang dengan air mendidih, kemudian
cangkang akan terbuka dan dagingnya dikeluarkan. Kedua, daging kerang
perlakuan Pb (KPb) yang didapatkan dengan cara mengeluarkan daging kerang
segar dari cangkangnya, lalu dibersihkan dengan air, dan direndam dengan larutan
Pb buatan dengan perbandingan 1:5 selama 3 jam.
Daging kerang darah, baik KR maupun KPb dicacah lalu direndam masingmasing dengan larutan pektin 0.20% dan ekstrak air (EA) dengan perbandingan
daging kerang : air rendaman (1:10) selama 1 jam. Selanjutnya diangkat dan
ditiriskan kemudian daging kerang ini didestuksi.
Kerang darah yang dipersiapkan untuk KPb sebelumnya dikelompokkan
terlebih dahulu berdasarkan ukurannya, yaitu besar, sedang, dan kecil. Kelompok
ukuran kerang tersebut dijadikan tiga kelompok ulangan dengan jumlah tiap
ukuran sama banyak. Dari ketiga ulangan ini masing-masing mendapatkan
pengerjaan yang sama, yaitu kerang perlakuan Pb tanpa perendaman (KPb),
kerang perlakuan Pb yang direndam larutan pektin 0.20% (KPb+pektin), dan
kerang perlakuan Pb yang direndam ekstrak air (KPb+EA). Rancangan preparasi
KPb dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 3 Kerang darah segar
KPb

Besar
Sedang

Ulangan 1

KPb + EA

Kecil

KPb

Besar
Kerang
Darah

Sedang

Ulangan 2

KPb

Besar

Kecil

KPb + pektin
KPb + EA

Kecil

Sedang

KPb + pektin

Ulangan 3

KPb + pektin
KPb + EA

Gambar 4 Rancangan preparasi sampel kerang perlakuan Pb (KPb)

6

Pengukuran Kadar Pb
Pengukuran kadar Pb menggunakan spektrofotometer serapan atom dengan
nyala. Larutan sampel disiapkan dengan metode destruksi basah berdasarkan
AOAC (2005). Sampel kerang darah sebelum dan sesudah perendaman baik
menggunakan larutan pektin 0.20% maupun ekstrak air kulit pisang ditimbang
sebanyak 10 gram. Selanjutnya sampel dimasukkan ke dalam labu kjeldahl lalu
ditambahkan 10 mL HNO3 pekat. Campuran tersebut dipanaskan di atas hotplate
di dalam lemari asam. Proses destruksi dilakukan sampai larutan jernih dan uap
nitratnya hilang. Setelah dingin, sampel disaring dan dipindahkan ke dalam labu
takar 25 mL kemudian ditera menggunakan HNO3 0.01%.
Larutan yang telah ditera diukur absorbansnya menggunakan AAS pada
panjang gelombang 217 nm. Nilai absorbans yang diperoleh harus berada dalam
rentang nilai absorbans kurva larutan standar Pb. Konsentrasi Pb dalam sampel
ditentukan berdasarkan persamaan linear dari kurva larutan standar yang
didapatkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kulit buah pisang kepok yang digunakan sebagai bahan baku terdiri atas
kulit yang masih segar dengan warna kuning cerah dan yang sudah mengalami
proses penyimpanan selama ± 2 hari dengan warna agak cokelat. Kedua asal
bahan baku ini ternyata menghasilkan rendemen yang berbeda. Rendemen yang
diperoleh kulit segar lebih besar, yaitu 3.01% dibandingkan dengan kulit setelah 2
hari yang hanya 2.69% (Tabel 1). Cara perhitungan rendemen ini dapat dilihat
pada Lampiran 1. Selain itu warna pektin dari kulit segar lebih cerah
dibandingkan dengan kulit setelah 2 hari (Gambar 5).
Warna coklat pada pektin yang diisolasi dari kulit pisang yang telah
disimpan selama 2 hari dikarenakan pada kulit tersebut terjadinya reaksi browning
atau pencoklatan. Menurut Putri (2004) warna pektin dari kulit buah kakao
menjadi cokelat dikarenakan bahan ini banyak mengandung senyawa fenolik yang
mudah teroksidasi. Untuk mencegah reaksi pencoklatan dibutuhkan suatu bahan
yang bersifat sebagai inhibitor reaksi tersebut. Penambahan inhibitor tidak
dilakukan pada penelitian ini karena dikhawatirkan dapat mengurangi rendemen.
Tabel 1 Rendemen pektin 2 jenis bahan baku
Bahan baku
Kulit segar
Kulit setelah 2 hari

Rendemen (%)
3.01
2.69

7

(a)

(b)

Gambar 5 Pektin dari kulit pisang segar (a) dan Pektin dari kulit pisang
setelah 2 hari (b)
Ekstraksi merupakan upaya untuk melepaskan analit yang terikat pada
bahan baku menggunakan pelarut dan kondisi yang sesuai. Ekstraksi pektin
menggunakan pelarut air pada pH 2 dan suhu 90 oC selama 1 jam, dipilih
berdasarkan modifikasi penelitian yang dilakukan oleh Hanum et al. (2012) yaitu
pada pH 1.5, suhu 90 oC, dan waktu 80 menit. Pektin dalam jaringan tanaman
banyak terdapat sebagai protopektin yang tidak larut dalam air, namun setelah
dihidrolisis dengan asam akan menghasilkan pektin yang lebih mudah larut dalam
air. Selain itu, kondisi suhu ekstraksi yang tinggi diperlukan untuk meningkatkan
energi kinetik larutan sehingga proses difusi pelarut ke dalam jaringan dan difusi
pektin ke luar jaringan menjadi lebih mudah (Hanum et al. 2012).
Pemilihan kondisi pH yang tepat saat pelarutan pektin sangat penting.
Kondisi pH rendah dibutuhkan untuk menghidrolisis protopektin menjadi pektin.
Ion H+ akan menggantikan Ca atau Mg yang terikat dalam protopektin. Selain itu
asam juga akan memutus ikatan antara pektin dan selulosa serta menghidrolisis
gugus metil ester pektin. Namun apabila pH yang digunakan terlalu rendah dapat
menyebabkan molekul pektin yang dihasilkan berukuran sangat kecil sehingga
memengaruhi proses pengendapan dengan etanol (Kalapathy et al. 2001).

Hasil Pencirian Pektin
Pencirian terhadap pektin meliputi beberapa parameter kuantitatif, yaitu
kadar air, kadar abu, bobot ekuivalen, kadar metoksil, kadar galakturonat, derajat
esterifikasi, dan karakterisasi gugus fungsi menggunakan spektrofotometer FTIR.
Hasil analisis tersebut dibandingkan dengan standar acuan mutu pektin yang
dikeluarkan oleh Food Agriculture Organization (FAO) tahun 2009 (Tabel 2).
Kadar air pektin didapatkan sebesar 13.89%. Kadar air merupakan
parameter penting karena dapat memengaruhi daya tahan pektin terhadap
pertumbuhan mikroorganisme. Kadar air ini tidak sesuai dengan acuan mutu FAO
(2009) yaitu maksimal 12%. Hasil ini juga menunjukkan adanya perbedaan
dengan hasil penelitian Hanum et al. (2012) terhadap bahan yang sama dengan
waktu ekstraksi 80 menit dan menghasilkan kadar air 11.88%. Perbedaan waktu
ekstraksi, pemanasan, dan kondisi penyimpanan dapat menyebabkan kadar air
yang dimiliki pektin pada penelitian ini lebih tinggi. Penyimpanan pektin yang
tidak kedap udara menyebabkan pektin menjerap air dari udara sekitarnya.
Perhitungan kadar air pektin ini dapat dilihat pada Lampiran 3.

8

Kadar abu yang diperoleh sebesar 4.18%. Kadar abu ini lebih tinggi
dibandingkan dengan acuan mutu pektin yaitu maksimal 1%. Hasil ini juga
berbeda dengan penelitian Hanum et al. (2012) yang mendapatkan kadar abu
sebesar 0.98%. Hal ini menunjukkan bahwa waktu ekstraksi yang lebih lama
dapat menurunkan kadar abu pektin. Kadar abu menunjukkan kandungan mineral
dan kemurnian dari suatu bahan. Mineral pada pektin hasil isolasi dapat berasal
dari bahan baku yaitu protopektin yang terdapat dalam bentuk garam magnesium
kalsium pektinat. Perhitungan kadar abu pektin dapat dilihat pada Lampiran 4.
Bobot ekuivalen merupakan ukuran terhadap kandungan gugus asam
galakturonat bebas dalam rantai molekul pektin. Bobot ekuivalen yang diperoleh
sebesar 1755.339 g/ek. Menurut Hanum et al. (2012) semakin tinggi suhu dan
lama ekstraksi menghasilkan bobot ekuivalen semakin rendah sehingga
meningkatkan jumlah gugus asam bebasnya. Perhitungan bobot ekuivalen pektin
ini dapat dilihat pada Lampiran 5.
Kadar metoksil pektin hasil isolasi sebesar 1.40%. Hasil tersebut
menunjukkan pektin yang diperoleh termasuk ke dalam jenis bermetoksil rendah
dengan kadar kurang dari 7%. Pektin yang dihasilkan memiliki lebih banyak
gugus karboksil yang belum teresterifikasi dibanding gugus metoksilnya,
sehingga berpotensi sebagai adsorben logam berat. Perhitungan kadar metoksil ini
dapat dilihat pada Lampiran 6.
Kadar galakturonat dari pektin yang dihasilkan sebesar 17.97%. Hasil ini
tidak memenuhi standar mutu pektin yaitu minimal 65%. Hal tersebut dikarenakan
selain asam galakturonat, pektin juga mengandung senyawa-senyawa lain yaitu
gula netral seperti D-galaktosa, L-arabinosa, dan L-ramnosa. Perhitungan kadar
asam galakturonat sangat penting untuk mengetahui kemurnian pektin dan sebagai
salah satu parameter dalam perhitungan derajat esterifikasi.
Nilai derajat esterifikasi yang diperoleh sebesar 44.06%. Derajat esterifikasi
menunjukkan persentase jumlah residu asam D-galakturonat yang gugus
karboksilnya teresterifikasi oleh etanol terhadap jumlah residu asam Dgalakturonat total. Hasil ini menunjukkan bahwa masih ada lebih dari 50% gugus
karboksil yang belum teresterifikasi. Data ini mendukung data kadar metoksil dan
kemampuan pektin sebagai adsorben logam berat. Perhitungan kadar galakturonat
dan derajat esterifikasi ini dapat dilihat pada lampiran 7.
Tabel 2 Hasil pencirian pektin

a

Parameter

Hasil analisis

Acuan mutua

Kadar air
Kadar abu
Bobot Ekuivalen

13.89 %
4.18%
1755.339 g/ek

Kadar metoksil

1.40%

Kadar galakturonat
Derajat esterifikasi

17.97%
44.06%

Maks. 12%
Maks. 1%
Rendah: < 7%
Tinggi: >7%
Min. 65%
-

Sumber: Food Agriculture Organization (2009)

9

Pencirian Kualitatif Pektin Hasil Isolasi
Pencirian pektin menggunakan FTIR bertujuan mengetahui gugus fungsi
yang dimilikinya serta seberapa besar intensitasnya dibandingkan dengan pektin
komersial yang ada di pasaran. Spektrum FTIR menunjukkan intensitas gugus
C=O asam karboksilat lebih besar dibandingkan dengan gugus C=O ester. Hal ini
mendukung data kadar metoksil sebesar 1.40% yang menunjukkan pektin yang
dihasilkan merupakan pektin bermetoksil rendah. Oleh karena itu pektin kulit
pisang yang dianalisis ini baik digunakan sebagai adsorben. Spektrum FTIR dapat
dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Spektrum FTIR pektin kulit pisang (
pektin komersial ( )

) dibandingkan dengan

Spektrum FTIR pektin kulit pisang memiliki puncak serapan pada bilangan
gelombang 3567.83 menunjukkan ulur –OH, bilangan gelombang 2918.74
menunjukkan ulur -CH, bilangan gelombang 1771.20 menunjukkan ulur C=O
ester, bilangan gelombang 1636.99 menunjukkan ulur C=O asam karboksilat, dan
bilangan gelombang 1015.94 cm-1 menunjukkan ulur –COC– pada gugus asam
galakturonat sebagai monomer pektin. Spektrum FTIR ini menunjukkan pola dan
nilai serapan yang hampir sama dengan pektin komersial.

Desorpsi Pb dari Daging Kerang Darah
Metode yang dipakai yaitu destruksi basah dengan asam pengoksidasi
HNO3 pekat. Metode ini dipilih karena menggunakan suhu yang relatif rendah,
sehingga hilangnya kandungan logam akibat penguapan dapat dihindari. Selain itu
peralatan yang digunakan lebih sederhana, bahan kimia yang dipakai juga sedikit,
dan waktu destruksi lebih singkat, yaitu dengan waktu 1 jam larutan sudah jernih
dan tidak ada lagi uap nitratnya.
Sampel berupa daging kerang segar tanpa pencucian dengan air (KSTC),
kerang segar dengan pencucian menggunakan air (KSC), kerang rebus tanpa

10

perendaman (KR), kerang rebus yang sudah direndam larutan pektin 0.20%
(KR+pektin), dan kerang rebus yang sudah direndam ekstrak air kulit pisang
(KR+EA) mendapatkan pengerjaan yang sama.
Sebelum pengukuran sampel, dilakukan terlebih dahulu penentuan linearitas
kurva standar Pb dan menghasilkan nilai persamaan garis y = 0.0439x – 0.0013
dan nilai R2 sebesar 0.9995 (Lampiran 8). Nilai absorbans yang didapatkan dari
pengukuran sampel menggunakan AAS dan cara perhitungan kemampuan
desorpsi Pb dari daging kerang darah oleh larutan pektin 0.20% dan ekstrak air
kulit pisang dapat dilihat pada Lampiran 9.
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa proses pencucian daging kerang
darah dengan air dan perebusan dapat mengurangi kandungan Pb pada daging
kerang. Daging kerang rebus setelah direndam menggunakan larutan pektin 0.20%
mengandung Pb lebih sedikit dibandingkan dengan daging kerang rebus yang
direndam ekstrak air. Larutan pektin 0.20% memiliki kemampuan mendesorpsi Pb
dari daging kerang darah rebus sebesar 52.85%, lebih besar dibandingkan dengan
ekstrak air kulit pisang kepok yang hanya 23.05 (Tabel 3).
Tabel 3 Persentase Pb terdesorpsi dari daging kerang darah akibat pencucian,
perebusan, dan perendaman
Sampel
KSTC
KSC
KR
KR + pektin
KR + EA

[Pb] (mg/kg)
0.5568
0.3548
0.4243
0.2000
0.3265

% Pb terdesorpsi
36.27
23.80
52.58
23.05

Selanjutnya dengan cara yang sama larutan pektin 0.20% dan ekstrak air
kulit pisang diujikan pada daging kerang perlakuan Pb (KPb). Larutan Pb
diadsorp terlebih dahulu oleh daging kerang darah dan kemudian didesorpsi
kembali oleh larutan pektin 0.20% dan ekstrak air. Berdasarkan penentuan
linearitas kurva standar Pb (Lampiran 10) didapatkan persamaan regresi linear
yaitu y = 0.0445x + 0.0062 dengan R2= 0.9989.
Sampel yang diukur menggunakan AAS meliputi daging kerang segar
perlakuan Pb (KPb), daging kerang perlakuan Pb yang sudah direndam larutan
pektin 0.20% (KPb+pektin), dan daging kerang perlakuan Pb yang sudah
direndam ekstrak air (KPb+EA). Nilai absorbans yang didapatkan dan
perhitungan % Pb terdesorpsi dari daging kerang darah oleh larutan pektin 0.20%
dan ekstrak air kulit pisang dapat dilihat pada Lampiran 11.
Berdasarkan perhitungan % Pb yang terdesorpsi menunjukkan daging
kerang perlakuan Pb setelah direndam menggunakan ekstrak air lebih sedikit
mengandung Pb dibandingkan dengan menggunakan larutan pektin 0.20%.
Ekstrak air kulit pisang kepok memiliki kemampuan mendesorpsi Pb dari daging
kerang darah sebesar 58.09%, lebih besar dibandingkan dengan larutan pektin
0.20% yang hanya 50.72% (Tabel 4). Baku mutu kandungan logam berat Pb yang
ditetapkan oleh SNI yaitu maks. 1 mg/kg, sehingga dapat dikatakan daging kerang
darah segar yang berasal dari Pasar Anyar, Bogor tidak melampaui batas dan
aman dikonsumsi.

11

Tabel 4 Persentase Pb terdesorpsi dari daging kerang perlakuan Pb (KPb)
sebelum dan sesudah perendaman
Sampel
KPb
KPb + pektin
KPb + EA

[Pb] (mg/kg)
6.5919
3.2482
2.7624

% Pb terdesorpsi
50.72
58.09

Terdapat perbedaan persentase Pb terdesorpsi dari daging kerang darah oleh
larutan pektin 0.20% dan ekstrak air antara sampel kerang rebus (KR) dan kerang
perlakuan Pb (KPb). Namun data yang diambil yaitu data menggunakan KPb, hal
ini dikarenakan nilai absorbans pada KR tidak masuk ke dalam rentang deret
larutan standar Pb.
Perbedaan kemampuan desorpsi Pb yang tidak berbeda jauh antara larutan
pektin 0.20% dan ekstrak air dikarenakan keduanya sama-sama memanfaatkan
pektin atau asam pektinat yang terkandung dalam kulit pisang. Ekstrak air
mengisolasi pektin secara kasar sedangkan larutan pektin 0.20% mengisolasi
pektin lebih murni. Diketahui bahwa mekanisme desorpsi ini dipengaruhi oleh
kandungan gugus asam karboksilat yang dimiliki oleh pektin (Srivastava et al.
2011). Kadar metoksil yang rendah, yaitu 1.40% menunjukkan bahwa banyak
gugus asam karboksilat bebas yang terkandung pada pektin tersebut sehingga
kemungkinan pertukaran ion antara Pb2+ dari daging kerang darah dan 2 ion H+
pada pektin lebih besar. Adapun penjerapan logam berat bervalensi dua oleh
pektin seperti terlihat pada Gambar 7.

Pb2+

Gambar 7 Pengikatan logam berat oleh pektin
Bila dikaitkan antara hasil pencirian pektin dan kemampuannya untuk
mendesorpsi Pb dari daging kerang darah, ada dua hal yang bisa dilakukan untuk
memperbesar kemampuan desorpsi oleh pektin. Pertama, adanya proses
pengeringan serbuk pektin hingga kadar airnya di bawah 12% sebelum pektin
tersebut dilarutkan dengan air panas. Kedua, derajat esterifikasi dapat diperkecil
dengan adanya proses hidrolisis ester sehingga gugus asam karboksilatnya
menjadi lebih banyak.

12

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Kandungan Pb dalam daging kerang darah segar yang berasal dari Pasar
Anyar, Bogor masih dalam batas aman konsumsi yaitu kurang dari 1 mg/kg.
Proses pencucian dengan air bersih dan perebusan dapat menghilangkan 36.27%
dan 23.80% Pb yang terkandung dalam daging kerang darah segar. Sementara
dalam ekstrak air kulit pisang kepok dan larutan pektin hasil isolasi dari kulit
pisang kepok jumlah Pb terdesorpsi sebesar 58.09% dan 50.72%. Pektin kulit
pisang kepok potensi sebagai adsorben logam karena tergolong pektin bermetoksil
rendah.

Saran
Perlu dilakukan percobaan untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi
larutan pektin terhadap jumlah Pb terdesorpsi dari daging kerang darah.
Diperlukan pula proses hidrolisis ester untuk meningkatkan jumlah gugus fungsi
asam karboksilat. Perlu dilakukan analisis proksimat untuk memastikan
perendaman oleh larutan pektin dan ekstrak air tidak memengaruhi nilai gizi
daging kerang darah.

DAFTAR PUSTAKA
[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 2005. Official Method of
Analysis of The Association of Official Analytical of Chemist. Arlington:
The Association of Official Analytical Chemist, Inc.
Ashraf MA, Wajid A, Mahmood K, Maah MJ, Yusoff I. 2011. Low cost
biosorbent banana peel (Musa sapientum) for the removal of heavy metals.
Academic Journals 6(19):4055-4064.doi:10.5897/SRE11.303.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Statistika Produksi Buah-buahan di Indonesia
Tahun 1995-2012 [Internet]. [diunduh 2013 September 5]. Tersedia pada:
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=3&tabel=1&daftar=1&id_suby
ek=55¬ab=5.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2009. Kerang Beku (SNI 3460.1-2009).
Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
Chanakya HN, Sharma I, Ramachandra TV. 2008. Micro-scale anaerobic
digestion of point source components of organic fraction of municipal solid
waste. J. Waste Management. doi:10.1016/j.wasman.2008.09.014.
Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran. Jakarta (ID): Universitas
Indonesia.
Emaga TH, Sĕbastian N, Ronkart, Robert C, Wathelet B, Paquot M. 2008.
Characterisation of pectins extracted from banana peels (Musa AAA) under

13

different conditions using an experimental design. Food Chemistry 108:463471. doi:10.1016/j.foodchem.2007.10.078
[FAO] Food Agriculture Organization. 2009. Pectins. Di dalam: FAO JECFA
Monographs 7 [Internet]. [diunduh 2013 September 25]. Tersedia pada
http://www.fao.org/ag/agn/jecfa-additives/specs/monograph7/additive-306m7. pdf.
Hanum F, Martha A, Irza MDK. 2012. Ekstraksi pektin dari kulit buah pisang
kepok (Musa paradisiaca). J. Teknik Kimia USU : 49-53.
Hariyati MN. 2006. Ekstraksi dan karakterisasi pektin dari limbah proses
pengolahan jeruk pontianak (citrus nobilis var microcarpa) [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Ismail NSM, Ramli N, Hani NM, Meon Z. 2012. Extraction and characterization
of pectin from dragon fruit (Hylocereus polyrhizus) using various extraction
conditions. Sains Malaysiana 41(1): 41-45.
Kaban IMD, Martha A, Farida H. 2012. Ekstraksi pektin dari kulit buah pisang
raja (Musa sapientum). J. Teknik Kimia USU : 1-6.
Kalapathy U, Proctor A. 2001. Effect of acid extraction and alcohol precipitation
conditions on the yield and purity of soy hull pectin. Food Chemistry 73:
393-396.
Kasyfita N. 2007. Efektivitas penggunaan adsorben kulit pisang kepok (Musa
normalis) dalam meningkatkan kualitas minyak goreng bekas. J. Kimia
Mulawarman. 4(2): 1-7.
Khazaei A, Rahmati S, Saednia S. 2013. An efficient ligand- and copper-free
Sonogashira reaction catalyzed by palladium nanoparticles supported on
pectin.
Catalysis
Communications
Journal
37:
1-122.
doi:10.1016/j.catcom.2013.03.013
Mata YN, Blazquez ML, Ballester A, Gonzalez F, Munoz JA. 2009. Sugar-beet
pulp pectin gels as biosorbent for heavy metals: preparation and
determination of biosorption and desorption characteristics. Chemical
Engineering Journal 150: 289-301.
Putri LD. 2004. Pemisahan dan pencirian pektin dari kulit buah kakao [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Qiu L, Zhao G, Wu H, Jiang L, Li X, dan Liu J. 2010. Investigation of combined
effects of independent variables on extraction of pectin from banana peel
using response surface methodology. Carbohydrate Polymers 80: 326-331.
doi:10.1016/j.carbpol.2010.01.018.
Rukmana R. 1999. Usaha Tani Pisang. Yogyakarta (ID): Penerbit Kanisius.
Suyono CA. 2006. Bioakumulasi logam berat melalui sistim jaringan makanan
dan lingkungan pada kerang bulu Anadara Inflata. Ilmu Kelautan 11 (1):
19-22.
Srivastava P, Malviya R. 2011. Source of pectin, extraction, and its application in
pharmaceutical industry – An overview. Indian Journal of Natural Product
and Resources 2(1): 11-18.
Tchobanoglous G, H. Theisen, S Vigil. 2003. Integrated Solid Waste
Management: Engineering Principles and Management Issues. New York
(USA): McGraw-Hill.

14

Wong WW, Abbas FMA, Liong MT, Azhar ME. 2008. Modification of durian
rind pectin for improving biosorbent ability. International Food Research
Journal 15(3): 363-365
Yantri NK. 1998. Pemanfaatan jerami padi (Oryza Sativa) sebagai bahan
penyerap ion Cu2+, Cd2+, dan Pb2+ pada limbah pencelupan perusahaan
garmen [Skripsi]. Singaraja (ID): STKIP Negeri Singaraja.

15

Lampiran 1 Perhitungan rendemen pektin
Bobot kulit pisang segar = 100 gram
Bobot pektin
= 0.5687 gram
Kadar air
= 81.09%
Rendemen
=

bobot pektin

bobot kulit pisang −(bobot kulit pisang ×kadar air )

× 100%

0.5687
× 100%
100 − 100 × 0.8109
= 3.01%

Lampiran 2 Kadar air kulit pisang segar

Ulangan

1
2
3

Bobot wadah + sampel
(gram)

Bobot
Wadah
kosong
(gram)

Bobot
sampel
(gram)

Pengeringan I

Pengeringan II

Pengeringan
III

1.9285
1.9059
2.0335

2.0190
2.0123
2.0162

2.3377
2.2742
2.4067

2.3356
2.2730
2.4048

2.3348
2.2721
2.4041

Rerata

Kadar
air
(%)
79.87
81.80
81.62
81.09

Lampiran 3 Kadar air pektin hasil isolasi

Ulangan

1
2
3

Bobot wadah + sampel
(gram)

Bobot
Wadah
kosong
(gram)

Bobot
sampel
(gram)

Pengeringan I

Pengeringan II

Pengeringan
III

22.6186
17.3923
24.6280

0.3004
0.3010
0.3005

22.8778
17.6519
24.8862

22.8773
17.6520
24.8862

-

Rerata

kadar air (%) =

Kadar
air
(%)
13.88
13.72
14.08
13.89





× 100%

Keterangan:
A = Berat wadah kosong (gram)
B = Berat wadah yang diisi sampel (gram)
C = Berat wadah yang diisi sampel yang sudah dikeringkan (gram)

16

Lampiran 4 Kadar abu pektin hasil isolasi
Ulangan

1
2
3

Bobot wadah + sampel
(gram)

Bobot
Wadah
kosong
(gram)

Bobot
sampel
(gram)

Pengabuan I

Pengabuan II

Pengabuan
III

22.6186
17.3923
24.6280

0.3004
0.3010
0.3005

22.6337
17.4075
24.6422

22.6318
17.4055
24.6402

22.6313
17.4051
24.6402

Kadar
abu
(%)
4.23
4.25
4.06

Rerata

4.18

Kadar abu % =




× 100%

Keterangan :
A = Berat wadah kosong (gram)
B = Berat wadah dengan sampel (gram)
C = Berat wadah dengan sampel setelah diabukan (gram)

Lampiran 5 Penentuan bobot ekuivalen pektin
Ulangan
1
2
3

Bobot
pektin
(gram)

[NaOH]
(N)

0.2546
0.2537
0.2555

0.1013
0.1013
0.1013

Volume NaOH
(mL)
awal

akhir

terpakai

0.00
1.50
2.90

1.50
2.90
4.30

1.50
1.40
1.40

Rerata

Bobot ekuivalen
(g/ek)
1675.551
1788.887
1801.579
1755.339

Berat ekuivalen BE =

bobot sampel (mg)
mL NaOH × N NaOH

Lampiran 6 Penentuan kadar metoksil pektin
Ulangan

Bobot
pektin
(gram)

[NaOH]
(N)

1
2
3

0.2546
0.2537
0.2555

0.1013
0.1013
0.1013

Volume NaOH
(mL)
awal

akhir

terpakai

4.30
5.50
6.50

5.50
6.50
7.70

1.20
1.00
1.20

Rerata

Kadar metoksil (%) =

Kadar metoksil
(%)
1.48
1.24
1.47
1.40

mL NaOH × 31 × N NaOH × 100
bobot sampel (mg)

17

Lampiran 7 Penentuan % asam galakturonat dan derajat esterifikasi pektin
Ulangan

% AUA

% DE

1
2
3

18.91
16.87
18.14

44.43
41.37
46.01

Rerata

17.97

44.06

% Asam galakturonat =

DE(%) =

mek (BE + metoksil) × 176 × 100
bobot sampel (mg)

kadar metoksil × 176 × 100
kadar galakturonat × 31

Contoh perhitungan ulangan 1:
% Asam galakturonat
=

1.50 mL × 0.1013 N + 1.20 mL × 0.1013 N
254.6 mg

= 18.91%
DE =

1.48%×176 g/ek ×100
18.91%×31 g/ek

= 44.43%

Lampiran 8 Grafik linearitas kurva standar Pb (1)
[standar Pb] (mg/L)

Absorbans

0.3000
0.6000
1.0000
5.0000
7.0000
10.0000

0.0111
0.0251
0.0428
0.2244
0.2994
0.4397

× 176 g/ek × 100

18

0,5000

Absorbans

0,4000
0,3000
y = 0,0439x - 0,0013
R² = 0,9995

0,2000
0,1000
0,0000

0,0000 2,0000 4,0000 6,0000 8,0000 10,000012,0000
[standar Pb] (mg/L)

Lampiran 9 Hasil Pengukuran kadar Pb pada daging kerang darah tanpa
pencucian, dengan pencucian, dan daging kerang rebus
Absorbans

Absorbans
terkoreksi

[Pb]
(mg/L)

Bobot
kerang
(gram)

Kadar
Pb
(mg/Kg)

Rerata
[Pb]
(mg/Kg)

% Pb
terdesorpsi

Blangko

-0.0032
0.0061

0.0093

0.2415

10.0524

0.6005

-

-

KSTC

0.0050

0.0082

0.2164

10.0400

0.5388

0.5568

-

0.0049

0.0081

0.2141

10.0812

0.5310

0.0011

0.0043

0.1276

10.1196

0.3151

0.0016

0.0048

0.1390

10.0284

0.3464

0.3548

36.27

0.0026

0.0058

0.1617

10.0345

0.4029

0.0037

0.0069

0.1868

10.0533

0.4645

0.0025

0.0057

0.1595

10.2074

0.3905

0.4243

23.80

0.0029

0.0061

0.1686

10.0851

0.4179

0.0007

0.0039

0.1185

10.1044

0.2931
0.2000

52.85

0.3265

23.05

KSC

KR

KR +
pektin

0.0008

0.0040

0.1207

10.0125

0.3014

-0.0044

-0.0012

0.0023

10.1800

0.0056

0.0014

0.0046

0.1344

10.1012

0.3326

0.0009
0.0015

0.0041
0.0047

0.1230
0.1367

10.0380
10.0354

0.3064
0.3405

KR + EA

Keterangan:

KSTC
KSC
KR
KR + pektin
KR + EA

= kerang segar tanpa pencucian dengan air
= kerang segar dengan pencucian menggunakan air
= kerang rebus tanpa perendaman
= kerang rebus yang sudah direndam larutan pektin 0.20%
= kerang rebus yang sudah direndam ekstrak air kulit pisang

Absorbans terkoreksi = absorbans sampel – absorbans blangko
[Pb] (mg/L) =

Absorbans terkoreksi +0.0013
0.0439

19

mg

Pb ( ) × 10−3 × volume(mL)
mg
L
Kadar Pb
=
kg
Bobot kerang(gram) × 10−3

(%) Pb terdesorpsi =
Pb sampel sebelum perendaman − Pb sampel sesudah perendaman
Pb sampel sebelum perendaman

× 100%

Contoh perhitungan:
[Pb] KSTC ulangan 1 =

0.0093+0.0013

= 0.2415 mg/

0.0439
mg
0.2415 ( )×10 −3 ×25 mL

Kadar Pb KSTC ulangan 1 =

L

10.0524 (gram )×10 −3

= 0.6005 mg/Kg

(%) Pb terdesorpsi akibat pencucian =

0.5568 −0.3548
0.5568

x 100%

= 36.27 %

Absorbans

Lampiran 10 Grafik linearitas kurva standar Pb (2)
[standar Pb] (mg/L)

Absorbans

0.2000
0.7000
2.0000
5.0000
7.0000
9.0000

0.0156
0.0352
0.0992
0.2302
0.3087
0.4129

0,4500
0,4000
0,3500
0,3000
0,2500
0,2000
0,1500
0,1000
0,0500
0,0000
0,0000

y = 0,0445x + 0,0062
R² = 0,9989

2,0000

4,0000

6,0000

[standar Pb] (mg/L)

8,0000

10,0000

20

Lampiran 11 Hasil Pengukuran kadar Pb pada daging kerang darah perlakuan Pb
Absorbans

Absorbans
terkoreksi

[Pb]
(mg/L)

Bobot
kerang
(gram)

Kadar Pb
(mg/Kg)

Rerata
[Pb]
(mg/Kg)

% Pb
terdesorpsi

0.0042

-

-

-

-

-

-

0.0063

0.0021

-0.0921

10.0524

-0.2291

0.0081

0.0039

-0.0517

10.0400

-0.1287

-0.1509

-

0.0087

0.0045

-0.0382

10.0812

-0.0947

0.2224

0.2182

4.7640

-

11.9101

11.9101

-

0.1197

0.1155

2.4562

-

6.1404

0.1392

0.1350

2.8944

-

7.2360

7.6891

-

0.1829

0.1787

3.8764

-

9.6910

0.1305

0.1263

2.6989

10.1065

6.6761

0.1044

0.1002

2.1124

10.1183

5.2192

6.5919

-

0.1515

0.1473

3.1708

10.0592

7.8803

0.0552

0.0510

1.0067

10.0766

2.4977

0.0525

0.0483

0.9461

10.0634

2.3503

3.2482

50.72

0.0912

0.0870

1.8157

9.2706

4.8965

0.0564

0.0522

1.0337

10.0303

2.5765

0.0599
0.0506

0.0557
0.0464

1.1124
0.9034

10.1286
7.6162

2.7456
2.9653

2.7624

58.09

Blangko
KS
Kontrol
Filtrat

KPb

KPb +
pektin

KPb +
EA

Keterangan:

KS
Kontrol
Filtrat
KPb
KPb + pektin
KPb + EA

[Pb] (mg/L) =

= kerang segar
= larutan Pb buatan
= sisa larutan Pb sisa perlakuan
= kerang segar perlakuan Pb
= kerang segar perlakuan Pb direndam larutan pektin 0.20%
= kerang segar perlakuan Pb direndam ekstrak air kulit pisang

Absorbans terkoreksi −0.0062
0.0445

mg

Pb ( ) × 10−3 × volume(mL)
mg
L
Kadar Pb
=
kg
Bobot kerang(gram) × 10−3

(%) Pb terdesorpsi =

Pb sampel sebelum perendaman − Pb sampel sesudah perendaman
× 100%
Pb sampel sebelum perendaman

Contoh perhitungan:
[Pb] KPb ulangan 1 =

0.1263 −0.0062
0.0445

= 2.6989 mg/L

21

Kadar Pb KPb ulangan 1 =

mg
)×10 −3 ×25 mL
L
10.1065 (gram )×10 −3

2.6989 (

= 6.6761 mg/Kg

(%) Pb terdesorpsi pada KPb + pektin =

6.5919 −3.2482
6.5919

x 100% = 50.72 %

22

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Larantuka pada tanggal 21 Mei 1990 dari Ayah Ujang
Supriadi dan Ibu Sopiah Indraniati. Penulis merupakan anak pertama dari dua
bersaudara. Penulis menyelesaikan studi di SMK Analis Kimia Bogor pada tahun
2009. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB)
melalui jalur SNMPTN pada Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama mengikuti masa perkuliahan penulis pernah aktif dalam organisasi
kemahasiswaan Ikatan Mahasiswa Kimia (Imasika) pada tahun 2010–2012.
Penulis merupakan salah satu penyusun dari karya tulis yang didanai oleh Dikti
dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) pada tahun 2012 yang berjudul
“Isolasi dan identifikasi proanthocyanidin ekstrak biji anggur (Vitis vinifera)
berpotensi antioksidan”.
Selain itu, penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Kimia
TPB pada tahun 2011-2013, mata kuliah Elektroanalitik dan Teknik Pemisahan
pada tahun 2012, dan Praktikum Kimia Analitik Layanan pada tahun 2013.
Penulis juga berkesempatan menjalani praktik lapang (PL) di PT Medifarma
Laboratories dengan judul laporan Validasi Metode Analisis Kadar Aspirin dalam
Obat Analgesik-Antipiretik secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi.