Karakteristik Komposit Polipropilena, PP-g-MA, Serbuk Kulit Pisang Kepok dan Komposit Polipropilena, DMP, Serbuk Kulit Pisang Kepok

(1)

KARAKTERISASI KOMPOSIT POLIPROPILENA-PPgM SERBUK KULIT PISANG KEPOK DAN KOMPOSITPOLIPROPILENA-

DMP- SERBUK KULIT PISANG KEPOK

SKRIPSI

IIS BADRIAH NAHAR 100802015

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

KARAKTERISASI KOMPOSIT POLIPROPILENA-PpgMA-SERBUK KULIT PISANG KEPOK DAN KOMPOSIT POLIPROPILENA-

DMP- SERBUK KULIT PISANG KEPOK

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

IIS BADRIAH NAHAR 100802015

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(3)

PERSETUJUAN

Judul :qKarakteristik Komposit Polipropilena, q.PP-g-MA, serbuk kulit pisang kepok dan n nikomposit polipropilena, DMP, serbuk

nikulit pisang kepok.

Kategori : Skripsi

Nama : Iis Badriah Nahar

Nomor Induk Mahasiswa : 100802015

Program Studi : Sarjana( S1) Kimia

Departemen : Kimia

Fakultas :nMatematika dan Ilmu Pengetahua Alam

Universitas Sumatera Utara

Disetujui di :

Medan, November 2014 Komisi Pembimbing :

Pembimbing II Pembimbing I

Dr. Darwin Yunus Nst.MS Dr. Yugia Muis, M.Si

NIP.195508101981031006 NIP.195310271980032003

Diketahui/Disetujui oleh:

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,

DR. Rumondang Bulan Nst. M.Si NIP.195408301985032001


(4)

PERNYATAAN

KARAKTERISASI KOMPOSIT POLIPROPILENA,PP-g-MA,SERBUK KULIT PISANG KEPOK DAN KOMPOSIT POLIPROPILENA,

DMP, SERBUK KULIT PISANG KEPOK

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa sekripsi ini adalah hasil karya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, November 2014

Iis Badriah Nahar 100802015


(5)

PENGHARGAAN

Bismillahirrahmanniraahim

Alhamdulillah Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi sebaik mungkin. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih Kepada Ayahanda tersayang M.Thoyib dan ibunda tercinta Siti Rabi’ah Adawiyah atas segala do’a dan bimbingan, semangat, pengorbanan, dan kasih sayangnya yang telah diberikan kepada penulis sehingga bisa menyelesaikan studi penulis sampai sekarang ini. Serta adik tercinta Entin Mutoharoh yang selalu mendukung penulis dalam suka dan duka.

Dr. Yugia Muis, M.Si selaku dosen pembimbing 1 dan Dr.Darwin Yunus Nasution, M.Si selaku dosen pembimbing 2 yang telah banyak memberikan pengarahan, bimbingan, masukan, dan saran hingga terselesaikannya skripsi ini. Dr Rumondang bulan, MS dan Drs, Albert Pasaribu ,M.Sc Selaku ketua dan Sekretaris Departemen Kimia FMIPA USU Serta seluruh staff pegawai Departemen Kimia. Bapak dan ibu dosen yang telah memberikan ilmunya selama masa studi penulis di FMIPA USU. Dan tak lupa penulis menyampaikan penghargaan dan cinta kasih yang terdalam dan tulus kepada Kepala Kepala Laboratorium Kimia Fisika USU, Bang edi yang telah membantu penulis selama penelitian, teman-teman asisten Kimia Fisika dan Kimia Polimer Bang Aidil, Bang Supran, Kak Mira, Kak Deasy, kak Neni, Leny, Diana, Gita, Choliq, Habibi, Uci, Suci dan Uli, teman-teman terdekat penulis Mey Rina, Sumariah, Zulfa, Nirmala, Lia, teman-teman seperjuangan 2010 dan teman-teman kos 2D yang selalu memberikan dukungan dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Kepada saudara dan teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah mnyemangati penulis.

Hanya Allah SWT yang dapat membalas kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis berharap Allah SWT memberikan berkah-Nya kepada kita semua, amin ya rabbalalamin.


(6)

KARAKTERISASI KOMPOSIT POLIPROPILENA-PPgMA-SERBUK KULIT PISANG KEPOK DAN KOMPOSIT

POLIPROPILENA-DMP-SERBUK KULIT PISANG KEPOK

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui sifat mekanik dan sifat fisik dari komposit polipropilena, polipropilena tergrafting maleat anhidrat (PP-g-MA) dengan pengisi serbuk kulit pisang Dan polipropilena, dimetil ftalat (DMP) dan pengisi serbuk kulit pisang dengan variasi berat PP-g-MA dan DMP. Kekuatan tarik diuji berdasarkan ASTM D-638. Variasi berat PP:PP-g-MA:Serbuk kulit pisang yang digunakan 7:1:1, 7:2:1, 7:3:1, 7:4:1, 7:5:1. Hasil kekuatan tarik yang paling tinggi didapatkan dengan perbandingan 7:2:1 yaitu 16,77 Mpa dan nilai kemulurannya 2,26 %. Dari uji kerapatan perbandingan 7:2:1 memiliki kerapatan yang paling tinggi dan daya serap air yang paling rendah yaitu 0,87 gr/cm3 dan 2,04 % (2 jam), 4,00 % (24 jam), pada analisa morfologi SEM menunjukkan permukaan yang cukup merata, hal ini menunjukkan komposit tercampur homogen. Pada variasi PP:DMP:Serbuk kulit pisang yang digunakan 7:1:1, 7:2:1, 7:3:1, 7:4:1, 7:5:1. Kekuatan tarik yang paling tinggi didapatkan pada variasi 7:5:1 yaitu 15,60 Mpa dengan nilai kemuluran 2,20 % dari hasil uji kerapatan sebesar 0,68 g/cm3 dan daya serap air sebesar 5,76 % (2 jam), 11,53 % (24 jam), dari analisa morfologi SEM menunjukkan permukaan yang kurang merata, hal ini menunjukkan komposit tidak tercampur homogen.


(7)

CHARACTERIZATION OF COMPOSITE POLYPROPILENE- PPgMA- KEPOK BANANA PEEL POWDER AND COMPOSITE OF

POLYPROPILENE - DMP- KEPOK BANANA PEEL POWDER

ABSTRACT

The reseach about mechanical and pysical properties of polypropilene, polipropilene grafted maleic anhydride (PP-g-MA) with filler banana peel powder and polipropilene, dimetyl phthalate (DMP), and filler banana peel powder with weigth variation polipropilene grafted maleic anhydric and dimetyl phthalate. Tensile strength tested base on ASTM D-638. The weight variation PP:PP-g-MA:banana peel powder used such as 7:1:1, 7:2:1, 7:3:1, 7:4:1, 7:5:1. The highest tensile strength obtained on ratio 7:2:1 was 16,77 Mpa and strain value 2,26 %. The density test ratio 7:2:1 has the highest and the lowest of water absorption test was 0,87 gr/cm3 and 2,04 % (2 Hours), 4,00 % (24 hours), the analysis of morphology with SEM shows the composite surface is homogeneous and uniformly mixed. The variation weight of PP:DMP: banana peel powder used such as 7:1:1, 7:2:1, 7:3:1, 7:4:1, 7:5:1, the highest tensile strength obtained on ratio 7:5:1 was 15,60 Mpa and strain value 2,20 %, from density test was 0,68 g/cm3 and the lowest of water absorption was 5,76 % (2 hours), 11,53 % (24 hours), the morphology analysis with SEM showed uneven surface, it show that the composite is not homogeneous mixed.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan ii

Pernyataan iii

Penghargaan iv

Abstrak v

Abstract vi

Daftar Isi vii

Daftar Tabel ix

Daftar Gambar x

Daftar Singkatan xi

Daftar Lampiran xii

Bab 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1

1.2 Perumusan Masalah 2

1.3 Pembatasan Masalah 3

1.4 Tujuan Penelitian 4

1.5 Manfaat Penelitian 5

1.6 Metodologi Penelitian 6

1.7 Lokasi Penelitian 7

Bab 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Polipropilena 8

2.2 Pisang Kepok 9

2.3 Kulit Pisang 10

2.4 Interaksi Pemlastis dengan Polimer 11

2.5 Dimetil ftalat 12

2.6 Bahan Pengisi 13

2.7 Maleat Anhidrat 14

2.8 Benzoil Peroksida 15

2.9 Grafting Polipropilena 16

2.10. Kompatibilitas Campuran Polimer 18

2.11. Karakteristik Campuran Polimer 2.11.1 Analisa Sifat Permukaan dengan pengujian SEM 19

2.11.2 Uji Tarik dan Kemuluran 20

2.11.3 Kerapatan Papan Komposit 21

2.11.4 Uji Daya Serap Air 21


(9)

Bab 3. Metode Penelitian

3.1 Alat dan Bahan 23

3.1.1. Alat 23

3.1.2 Bahan 23

3.2 Prosedur Penelitian 24

3.2.1 Pembuatan Serbuk Kulit Pisang 3.2.2 Proses Grafting MA Kedalam Polipropilena 24

3.2.3 Pembuatan Campuran Polimer dengan pemlastis 25

dan serbuk kulit pisang 3.2.4 Proses Pembuatan Komposit PP:PP-g-MA:SKP 25

3.3 Bagan Penelitian 26

3.3.1 Proses Preparasi Serbuk Kulit Pisang 26

3.3.2 Proses Pencampuran PP-DMP -SKP 27

3.3.3 Proses Grafting PP dengan Maleat Anhidrat 27

3.3.4 Proses pemurnian PP-g-MA 29

3.3.5 Proses Pencampuran PP/PP-g-MA/SKP 30

Bab 4. Hasil dan Pembahasan 31

4.1 Pembuatan PP-g-MA 31

4.2 Analisa FT-IR PP-g-MA 31

4.3 Analisa Kekuatan Tarik dan Kemuluran Komposit 33

PP/PP-g-MA/Serbu Kulit Pisang 4.3.1 Uji Tarik dengan Variasi Berat PP-g-MA 34

4.3.2 Uji Tarik dengan Variasi Berat DMP 37

4.4 Analisa Sifat Morfologi dengan Uji SEM 39

4.5 Analisa Kerapatan dan Daya Serap Air Komposit 40

PP/PP-g-MA/Serbuk Kulit Pisang 4.5.1 Kerapatan 4.5.1.1 Kerapatan dengan Variasi MIIIBerat PP-g-MA 40

4.5.1.2 Kerapatan dengan Variasi DMP 42

4.5.2 Daya Serap Air 4.5.2.1 Daya Serap air dengan Variasi Berat PP-g-MA 45

4.5.2.2 Daya Serap air dengan Variasi Berat DMP 45

Bab 5. Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan 47

5.2 Saran 48


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Judul Halaman

2.1 Komposisi Kulit Pisang 11

4.1 Data Hasil Pencampuran Bahan Polimer 31

4.2 Bilangan Gelombang PP-g-MA setelah pemurnian 31

4.3 Bilangan Gelombang PP-DMP

4.4 Hasil Perhitungan Kekuatan Tarik dan Kemuluran 32 PP/PP-g-MA/SKP

4.5 Hasil Perhitungan Kekuatan Tarik dan Kemuluran 37 dengan variasi DMP

4.6 Kerapatan Komposit Variasi Berat PP-g-MA 40 4.7 Kerapatan Komposit dengan variasi DMP 4.8 Daya Serap air Dengan waktu Perendaman 2 jam 42

(Variasi Berat PP-g-MA)

4.9 Daya Serap Air Dengan Waktu Perendaman 24 jam 43

(Variasi Berat PP-g-MA)

4.10 Daya Serap air dengan waktu Perendaman 2 jam 43 (Variasi Berat DMP)

4.11 Daya Serap air dengan waktu Perendaman 24 jam 45 (Variasi Berat DMP)


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Struktur Polipropilena 7

2.2. Limbah kulit pisang kepok 11

2.3 Struktur senyawa Dimetil Ftalat 13

2.4 Struktur Maleat Anhidrat 15

2.5 Reaksi Grafting Maleat Anhidrat kedalam polipropilena 18

2.6 Spesimen uji berdasarkan ASTM D638 21

4.1 Hasil FT-IR PP-g-MA dan PP-DMP 31

4.2 Grafik kekuatan tarik (Mpa) dari komposit PP/PP-g-MA/SKP 35

4.3 Grafik kemuluran (%) dari komposit PP/PP-g-MA/SKP 36

4.4 Grafik kekuatan tarik (Mpa) Komposit PP/DMP/SKP 37

4.5 Grafik kemuluran (%) dari komposit PP/DMP/SKP 38

4.6 Foto SEM komposit perbandingan PP:PP-g-MA (7:2:1) 39 perbesaran 500x

4.7 Foto SEM komposit perbandingan PP;DMP:SKP (7:5:1) 39

perbesaran 500x

4.8 Grafik hubungan antara variasi komposisi dengan densitas 41

4.9 Grafik hubungan antara variasi DMP dengan densitas 42

4.10 Grafik Daya Serap air Pada waktu perendaman 2 jam 43 dan 24 jam

Variasi PP-g-MA

4.11 Grafik Daya Serap Air Pada Waktu Perendaman 2 jam 44 dan 24 jam


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran Judul Halaman

1. Perhitungan Kekuatan Tarik 51

2. Perhitungan Kemuluran 52

3. Perhitungan Daya Serap Air 53

4. Penentuan Drajat Grafting 53

5. Hasil Spektrum FT-IR PP murni 54

6. Hasil Spektrum FT-IR MA 55

7. Hasil Spektrum PP-g-MA 56

8. Hasil Spektrum FTIR PP-DMP 57

9. Hasil Analisa Morfologi SEM 58

10. Gambar Alat dan Bahan Penelitian 59


(13)

KARAKTERISASI KOMPOSIT POLIPROPILENA-PPgMA-SERBUK KULIT PISANG KEPOK DAN KOMPOSIT

POLIPROPILENA-DMP-SERBUK KULIT PISANG KEPOK

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui sifat mekanik dan sifat fisik dari komposit polipropilena, polipropilena tergrafting maleat anhidrat (PP-g-MA) dengan pengisi serbuk kulit pisang Dan polipropilena, dimetil ftalat (DMP) dan pengisi serbuk kulit pisang dengan variasi berat PP-g-MA dan DMP. Kekuatan tarik diuji berdasarkan ASTM D-638. Variasi berat PP:PP-g-MA:Serbuk kulit pisang yang digunakan 7:1:1, 7:2:1, 7:3:1, 7:4:1, 7:5:1. Hasil kekuatan tarik yang paling tinggi didapatkan dengan perbandingan 7:2:1 yaitu 16,77 Mpa dan nilai kemulurannya 2,26 %. Dari uji kerapatan perbandingan 7:2:1 memiliki kerapatan yang paling tinggi dan daya serap air yang paling rendah yaitu 0,87 gr/cm3 dan 2,04 % (2 jam), 4,00 % (24 jam), pada analisa morfologi SEM menunjukkan permukaan yang cukup merata, hal ini menunjukkan komposit tercampur homogen. Pada variasi PP:DMP:Serbuk kulit pisang yang digunakan 7:1:1, 7:2:1, 7:3:1, 7:4:1, 7:5:1. Kekuatan tarik yang paling tinggi didapatkan pada variasi 7:5:1 yaitu 15,60 Mpa dengan nilai kemuluran 2,20 % dari hasil uji kerapatan sebesar 0,68 g/cm3 dan daya serap air sebesar 5,76 % (2 jam), 11,53 % (24 jam), dari analisa morfologi SEM menunjukkan permukaan yang kurang merata, hal ini menunjukkan komposit tidak tercampur homogen.


(14)

CHARACTERIZATION OF COMPOSITE POLYPROPILENE- PPgMA- KEPOK BANANA PEEL POWDER AND COMPOSITE OF

POLYPROPILENE - DMP- KEPOK BANANA PEEL POWDER

ABSTRACT

The reseach about mechanical and pysical properties of polypropilene, polipropilene grafted maleic anhydride (PP-g-MA) with filler banana peel powder and polipropilene, dimetyl phthalate (DMP), and filler banana peel powder with weigth variation polipropilene grafted maleic anhydric and dimetyl phthalate. Tensile strength tested base on ASTM D-638. The weight variation PP:PP-g-MA:banana peel powder used such as 7:1:1, 7:2:1, 7:3:1, 7:4:1, 7:5:1. The highest tensile strength obtained on ratio 7:2:1 was 16,77 Mpa and strain value 2,26 %. The density test ratio 7:2:1 has the highest and the lowest of water absorption test was 0,87 gr/cm3 and 2,04 % (2 Hours), 4,00 % (24 hours), the analysis of morphology with SEM shows the composite surface is homogeneous and uniformly mixed. The variation weight of PP:DMP: banana peel powder used such as 7:1:1, 7:2:1, 7:3:1, 7:4:1, 7:5:1, the highest tensile strength obtained on ratio 7:5:1 was 15,60 Mpa and strain value 2,20 %, from density test was 0,68 g/cm3 and the lowest of water absorption was 5,76 % (2 hours), 11,53 % (24 hours), the morphology analysis with SEM showed uneven surface, it show that the composite is not homogeneous mixed.


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Komposit merupakan salah satu jenis bahan yang dibuat dengan penggabungan dua atau lebih macam bahan yang mempunyai sifat yang berbeda menjadi satu material dengan sifat yang berbeda pula. Komposit mempunyai keunggulan seperti kuat, ringan, tahan korosi, ekonomis dan sebagainya. (Wicaksono, 2006). Perlu ditambahkan zat yang dapat meningkatkan kompatibilitas dari papan komposit salah satunya menambahkan zat coupling agent seperti PP-g-MA, plastisizer dll. Untuk meningkatkan sifat plastisitas dan kelenturan bahan serta menurunkan suhu alir leleh termoplastik diperlukan adanya penambahan plastisizer. Adapun pemlastis yang sering digunakan merupakan golongan ftalat ester seperti dimetil ftalat, dibutil ftalat, dioktil ftalat, dan lain-lain (Guritno, 2001).

Salah satu limbah biomassa hasil kegiatan pertanian yang melimpah di Indonesia adalah limbah kulit pisang sebagai hasil samping komoditas buah pisang. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, produksi buah pisang terus meningkat setiap tahunnya dan pada tahun 2008 produksi buah pisang mencapai 6.004.615 ton. Produksi pisang di Jawa Tengah (831.158 ton pada tahun 2008) menduduki peringkat ketiga terbesar di Indonesia setelah Jawa Barat dan Jawa Timur (1.313.935 dan 1.082.070 ton). Di Provinsi Papua Barat, pisang merupakan jumlah tanaman terbanyak berdasarkan jumlah pohon maupun total produksi, yaitu sebanyak 58.028 pohon dan 5.042 ton (Supriadi, 2007). Potensi ketersediaan Pisang yang cukup melimpah inilah yang turut menghasilkan limbah, kulit pisang yang merupakan bagian dari buah pisang yang umumnya hanya dibuang sebagai limbah (Rahmawati, 2010).


(16)

Kulit pisang merupakan limbah di Indonesia yang pemanfaatannya belum begitu banyak, sehingga akan digunakan sebagai pengisi karet alam. Khoesoema (2012) melaporkan bahwa kulit pisang mengandung serat sebanyak 31,70 %, sehingga merupakan potensi sumber serat alami untuk diolah menjadi pengisi polimer. Penggunaan kulit pisang yang merupakan sampah organik dari buah pisang juga bisa mengurangi volume sampah atau limbah yang akan mencemari lingkungan .

Soo (2007) mengatakan untuk mengubah sifat tolak menolak antara polipropilena yang bersifat hidrofobik dan serat yang bersifat hidrofilik, maka propilena yang digunakan dicangkokkan dengan gugus fungsi yang bersifat hidrofilik seperti MA untuk mengubah sifat adhesi permukaan dari serat dan polipropilena.

Ningsih (2012) meneliti tentang modifikasi polipropilena sebagai polimer komposit dengan bahan pengisi pati pisang dan sorbitol sebagai plastisizer, dimana dari penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa dari 5 jenis komposit yang dirancang, komposit dengan penambahan pati 2 gr memiliki sifat mekanik yang terbaik dimana nilai kuat tarik 2,11 Mpa dengan nilai modulus elastis 45,78 Mpa, dan nilai kuat lentur 26,20 Mpa. Pendispersi lilin parafin dan minyak kacang kedelai telah digunakan dalam matriks polimer polietilen dengan bahan pengisi tepung ubi kayu. Telah dilaporkan bahwa tingkat dispersibilitas bahan pengisi tepung ubi kayu sangat tergantung pada plastisitas dan sifat pembasah matriks polietilena pada permukaan pori-pori bahan pengisi (Kietkam, 1996).

Arsyad (2008) meneliti tentang kompatibilitas dan kinerja poligliserol asetat sebagai pemlastis dalam matriks termoplastik polipropilena dan menggunakan Dioktil Ftalat (DOP) sebagai pemlastis, dari perbandingan tersebut PP-DOP memiliki kekuatan tarik dan kemuluran lebih tinggi dibandingkan dengan PP-PGA.


(17)

Berdasarkan uraian di atas penulis ingin mengetahui karakteristik komposit dari pengaruh pemlastis dimetil ftalat dan pengaruh berat PP-g-MA terhadap sifat mekanik dari komposit yang berbahan serbuk kulit pisang sebagai pengisi dengan pp sebagai matriks dan PP-g-MA sebagai zat pengkompatibel pada komposit.

1.2 Perumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh variasi berat PP-g-MA terhadap sifat mekanik dan fisik dari komposit polipropilena, PP-g-MA dan serbuk kulit pisang

2. Bagaimana pengaruh variasi DMP terhadap sifat mekanik dan sifat fisik dari komposit polipropilena, DMP dan serbuk kulit pisang.

1.3Pembatasan Masalah

1. Dalam penelitian ini bahan polimer yang digunakan adalah polipropilen komersil.

2. Kulit pisang yang digunakan merupakan jenis pisang kepok (Musa paradisiaca. L ) dan diambil dari daerah Sumber Padang Bulan

3. Bahan polimer yang digunakan adalah polipropilena komersil dan polipropilena tergrafting Maleat Anhidrat

4. Bahan pemlastis yang digunakan adalah dimetil ftalat (DMP).

5. Parameter yang digunakan: sifat mekanik yaitu uji kuat tarik dan kemuluran, Uji sifat fisik yaitu densitas dan daya serap air, dan analisis sifat morfologi dengan uji Scanning Electron Microscopy (SEM)


(18)

1.4Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan :

1. Untuk mengetahui pengaruh variasi berat PP-g-MA terhadap sifat mekanik dan fisik dari komposit polipropilena, PP-g-MA dan serbuk kulit pisang 2. Untuk Mengetahui Pengaruh variasi DMP terhadap sifat mekanik dan

sifat fisik dari komposit polipropilena, DMP dan serbuk kulit pisang.

1.5Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini akan memberikan informasi tentang karakteristik dari bahan polimer terplastisasi dimetil ftalat (DMP) dengan bahan pengisi serbuk kulit pisang, serta sebagai informasi tentang kompatibilitas dan kinerja dari dimetil ftalat pada komposit.

2. Penelitian ini juga diharapkan memberikan informasi tentang pengolahan bahan polimer untuk memperoleh sifat-sifat yang lebih baik, serta memberikan informasi tentang pemanfaatan kulit pisang yang selama ini hanya sebagai sampah atau limbah.

1.6Metodologi Penelitian

Penelitian ini berupa eksperimen Laboratorium, ada beberapa tahapan penelitian: 1. Penyiapan serbuk kulit pisang, Kulit pisang yang telah dipisahkan dengan

daging buahnya kemudian dicuci sampai bersih, dipotong kecil-kecil, dikeringkan pada suhu 80 °C, selanjutnya dihaluskan dan diayak dengan menggunakan ayakan 80 mesh.

2. Proses pemlastisasi polipropilena dengan dimetil ftalat (DMP)

3. Proses grafting maleat anhidrat dengan propilena yang telah terdegradasi dengan perbandingan PP : maleat anhidrat : benzoil peroksida 95 % : 3 % : 2 % dengan mencampurkan PP dengan maleat anhidrat dalam internal mixer pada suhu 160 oC hingga melebur, kemudian hasil grafting dikarakterisasi.


(19)

4. Proses pembuatan komposit yaitu serbuk PP, PP-g-MA, SKP dan PP, DMP, SKP dicampur dengan menggunakan blender kering, kemudian dituang kedalam cetakan.

5. Proses pencetakan dengan proses pengepresan pada suhu 170 °C.

6. Karakterisasi yang dilakukan adalah analisis kekuatan tarik (tensile test), analisis kemuluran, analisa sifat fisik dan analisis morfologi dengan uji scanning electron microscopy (SEM).

Variabel yang digunakan dalam penelitian adalah: 1. Variabel tetap

Suhu hot press 170 °C

Ukuran partikel serbuk 80 mesh Berat serbuk kulit pisang 1 g Berat PP 7 g

2. Variabel bebas

Berat DMP dan PP-g-MA 1;2;3;4;5 (g)

3. Variabel terikat

Karakteristik dengan uji sifat fisik yaitu kerapatan dan daya serap air, uji sifat mekanik yaitu kekuatan tarik dan kemuluran (ASTM D638), dan uji sifat morfologi dengan scanning electron morfology (SEM).

1.7Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Polimer dan Kimia Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Uji FT-IR dan SEM dilakukan di laboratorium Terpadu Universitas Sumatra Utara, untuk uji tarik dilakukan di Laboratorium Penelitian Impact and Fracture Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.


(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Polipropilena

Sifat dari polipropilena (PP) sama dengan polythene, tapi PP telah mengalami perubahan sifat fisikanya yang baik dan ketahanan terhadap bahan kimia yang luar biasa. PP tahan terhadap asam, alkali, dan garam meskipun pada suhu yang tinggi (Cook,1964).

CH

2

CH CH

3

Gambar 2.1 Struktur Propilena

Pada suhu ruang, beberapa sifat seperti daya regang dan kekakuan, sama dengan sifat polietena bermasa jenis tinggi, tetapi sifat itu berubah pada suhu yang lebih tinggi. Sifat kelarutan polipropilena sama dengan sifat kelarutan yang dimiliki polietena, yakni tak larut pada suhu ruang. Produk PP lebih tahan terhadap goresan daripada produk polietena yang bersesuaian PP digunakan untuk bagian dalam mesin cuci, komponen mobil, kursi, tangkai pegangan, kotak, keranjang, pipa, isolator listrik, kemasan, lembaran tipis makanan (Cowd, 1991).

PP adalah polimer yang terbentuk dari struktur satuan (monomer), dan digolongkan dalam polimer termoplastik atau disebut plastik. Plastik merupakan bahan yang mudah diubah bentuk dengan perlakuan panas. Sifat dari plastik adalah massa atau densitasnya rendah, tembus cahaya , tidak korosif, dapat didaur ulang, harganya relatif murah, kurang dapat menghantarkan listrik dan penghantar panasnya kurang baik. Monomer PP diperoleh dari proses Fraksinasi minyak mentah (crude oil) yang merupakan salah satu hasil aktifitas barang tambang dalam negeri (Sudirman, 2002). Polipropilena mempunyai titik lebur yang lebih tinggi dibandingkan dengan polietilen begitu juga kekuatan dari rantainya yang


(21)

lebih besar terhadap gangguan dan perputaran terhadap beban karena adanya gugus metil (Allen, 1983). Struktur PP dapat berbentuk isotaktik, sindiotaktik, atau ataktik. Kristalinitas dari PP isotaktik membuatnya berbentuk padat dengan sifat komersil yang menarik. PP isotaktik merupakan rantai linear, merupakan polimer kristalin yang tinggi, dengan titik lebur 165 oC.

PP merupakan plastik yang berkilat, dengan densitas 0,905 g/cm3. Karena kristalinitasnya yang tinggi berpengaruh kepada kekuatannya yang tinggi, kekakuan dan kekerasannya. Hasil dari perbandingan daya tarik dan beratnya menguntungkan diberbagai aplikasi. Titik lebur propilena yang tinggi dapat membuat polipropilena dicetak dengan baik dan merupakan polimer dengan daya regangan yang tinggi pada temperatur yang tinggi. PP sedikit lebih stabil dibandingkan polietilen jika dikenai panas, cahaya dan serangan oksidasi (biasanya disebabkan adanya kehadiran hidrogen tersier) dan harus distabilisasi dengan antioksidan dan cahaya ultraviolet yang terserap. Hasil dari susunan ini cukup memuaskan, seperti untuk beberapa aplikasi untuk permadani diluar atau didalam ruangan, tetapi harganya sedikit mahal (Billmeyer, 1984).

Penggunaan bahan plastik dimasyarakat saat ini sangat banyak. Agar didapat kekuatan plastik yang tinggi, dalam proses pembuatannya perlu ditambahkan pengisi (filler) sebagai penguat. Penguat tersebut dapat berupa serbuk atau serat. Material yang terdiri dari penguat yang diikat dengan polimer disebut dengan material komposit. Pengisi (filler) yang ditambah kedalam polimer bertujuan untuk meningkatkan kekuatan mekanik seperti kekuatan kejut (impact), kekuatan tarik (tensile strength), kekuatan tekan, kekerasan,dan lain-lain. (Gamayel, 2012).

Situasi ini bagus dilanjutkan ke depannya dengan beberapa alasan berikut:

1. Produknya dengan harga yang relatif rendah dan begitu juga harga monomernya yang rendah dan teknologi polimerisasi yang efisien, dibandingkan dengan termoplastik yang lain. Persaingan teknologi dan


(22)

penawaran metode produksi dengan pengurangan harga dengan pengubahan teknik

2. Polimernya dapat dimodifikasi dengan berbagai macam aplikasi. Melalui polimerisasi, orientasi, dan teknik lain dari sifat fisika produknya yang dapat divariasikan dengan jarak suhu dan keperluan mekanik.

3. Proses yang mudah dari polimer ini membuat penggunaannya lebih ekonomis ( Kroschwitz,1990).

PP merupakan suatu polimer ideal yang sering digunakan sebagai lembar kemasan. PP memiliki sifat kelembapan yang baik kecuali terjadi inhibisi dengan oksigen. Untuk pemanfaatan penggunaan dari PP tersebut, dapat dilakukan modifikasi terhadap PP (Severini, 1999). PP merupakan suatu komoditas yang menarik dari polimer termoplastik. Ketertarikan terhadap PP ini ditimbulkan karena aplikasinya dibidang komposit, bioteknologi, teknologi serbuk, bidang elektronik, dan pendukung katalisasi untuk bioreaktor dan pada pengeringan air (Paik, 2007).

2.2 Pisang Kepok

Ciri-ciri pisang kepok (Musa Paradisiaca. L ) yaitu berbatang besar, kekar, tinggi mencapai 3 - 3,5 m, berwarna hijau muda, Daun berwarna hijau tua, lebar dan kuat sehingga bisa digunakan sebagai pembungkus nasi. Pisang kepok hampir mirip pisang siam dan pisang batu. Berat tandan buah 10 – 50 Kg. Tandan buah yang beratnya sampai 50 Kg memiliki batang dan tandan yang sangat besar sehingga dikenal dengan kepok raksasa. Ada jenis pisang kepok yang daging buahnya berwarna putih (Kepok putih) dan ada yang kekuningan (Kepok kuning) pisang kepok kuning lebih disukai konsumen dibanding kepok putih. Berikut merupakan klasifikasi botani tanaman pisang.

Menurut Herbarium Medanense (2011) klasifikasi botani tanaman pisang adalah sebagai beikut :


(23)

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Lliliopsida Sub Kelas : Commelinidae Ordo : Zingiberales Famili `: Musaceae

Genus : Musa

Spesies : Musa paradiasiaca L Nama lokal : Pisang Kepok

Umur panen kira-kira 4 bulan sejak keluar jantung, warna kulit buah kekuningan, setiap tandan terdapat 6-12 sisiran dan setiap sisiran 10-20 buah (Sunarjono, 2002). Pisang kepok atau pisang kepok kuning termasuk pisang berkulit tebal dengan warna kuning menarik kalau sudah matang (Trubus, 2004). kulit pisang kepok dapat dilihat pada gambar 2.2 :

Gambar 2.2 Limbah kulit pisang kepok (Musa acuminate balbisiana colla) Adapun komposisi dari kulit pisang dapat dilihat pada tabel 2.1 dibawah ini :


(24)

Tabel 2.1 Komposisi Kulit Pisang

Parameter Jumlah (%)

Materi Organik 91,50 ± 0,05

Protein 0,90 ± 0,25

Crude lipid 1,70 ± 0,10

Karbohidrat 59,00 ± 1,36

Crude Fibre 31,70 ± 0,25

Sumber : Rahmawati et al, 2011

2.4 Interaksi Pemlastis dengan Polimer

Pemlastis dalam konsep sederhana adalah merupakan pelarut organik dengan titik didih tinggi atau padatan dengan titik leleh rendah yang ditambahkan kedalam resin yang keras atau kaku, sehingga akumulasi gaya antar molekul pada rantai panjang akan menurun akibatnya kelenturan, pelunakan dan pemanjangan resin akan bertambah, Dengan berkurangnya gaya antar molekul menyebabkan gerakan antar rantai lebih mudah bergerak, akibatnya bahan yang tadi keras dan kaku akan menjadi lembut pada suhu kamar. Persyaratan mendasar yang harus dipenuhi oleh pemlastis adalah bahwa semua gaya antar molekul antara pemlastis-pemlastis, polimer-polimer, pemlastis-polimer harus dalam besaran yang sama. Untuk menjadi pemlastis yang efisien maka suatu senyawa dengan berat molekul rendah harus memiliki afinitas yang cukup untuk mengatasi interaksi antara polimer-polimer dengan cara mensolvasi polimer-polimer pada titik kontak interaksi. Untuk memberikan fleksibelitas yang baik pada suhu rendah senyawa ini juga harus memiliki mobilitas yang cukup untuk berpartisipasi dalam kesetimbangan sistem dan harus dapat berdifusi melalui sistem tersebut (Rudin, 1982 dan Frankel, 1975).

Proses pemlastis ini prinsipnya adalah terjadinya dispersi molekul pemlastis kedalam fase polimer. Bilamana pemlastis mempunyai gaya interaksi kedalam fase polimer, proses dispersi akan berlangsung dalam sekala molekul dan


(25)

terbentuk larutan polimer pemlastis sehingga keadaan ini disebut kompatibel. Interaksi antara polimer pemlastis ini sangat dipengaruhi oleh sifat afinitas polimer-pemlastis tinggi, maka molekul pemlastis akan terdifusi ke dalam bundel, disini molekul pemlastis akan berada antara rantai polimer dan mempengaruhi mobilitas rantai (Wirjosentono, 1995).

Pada mulanya dianggap bahwa sifat mekanis (misalnya kekuatan tarik) dari polimer terplastisasi akan lebih rendah dari polimer semula. Hal ini benar jika konsentrasi pemlastis cukup besar. Karena adanya lapisan molekul pemlastis diantara rantai polimer akan menurunkan gaya interaksi anatara molekul atau rantai. Akan tetapi bila pemlastis hanya ditambahkan dalam jumlah yang kecil akan terjadi kenaikan kekuatan mekanis bahan yang kemudian menurun kembali bila konsentrasi bertambah (Ningsih,1999).

2.5 Dimetil ftalat

Senyawa-senyawa ftalat adalah pemlastis yang paling umum digunakan khususnya dimetil ftalat (DMP). DMP dapat diperoleh dengan mudah dan menguasi 86 % pasaran pemlastis dunia. DMP adalah cairan jernih dan bagian terbesar berupa senyawa diester dari asam ftalat, memiliki 2 cabang ester (diester), memiliki densitan 1,19 g/cm3. Berikut adalah struktur dari senyawa DMP. Struktur

dari DMP dapat dilihat pada gambar 2.3 :

Gambar 2.3 Struktur senyawa dimetil ftalat

Senyawa DMP adalah senyawa benzen terpolarisasi yang efektif sebagai pemlastis melalui pembentukan gel sehingga kompatibilitas dengan PP dan


(26)

polietilena. Pembentukan gel dan kompatibilitas menurun dengan peningkatan panjang rantai alkohol. Bagian terpolarisasi adalah untuk memberikan gaya antraktif dipol-dipol dan selanjutnya menghasilkan sifat polar dari molekul pemlastis, sementara rantai alifatis pada bagian nonpolar akan menyelubungi dipol-dipol polimer (Garnaik, 1996). pemlastis adalah senyawa yang memungkinkan plastik yang dihasilkan tidak kaku dan rapuh. Sebagian besar pemlastis sintetis yang digunakan berasal dari golongan ftalat (Arban, 2007).

2.6 Bahan Pengisi

Bahan pengisi digunakan secara luas sebagai bahan tambahan pada komposisi polimer. Bahan pengisi inert ditambahkan pada komposisi polimer untuk memperbaiki sifat dan untuk mengurangi biaya atau harga.

Ada tiga jenis pengisi yaitu : 1. Pengisi yang memperkuat

Akan memperkuat polimer dengan adanya tarikan yang tinggi dari serat yang dikenal dengan serat plastik yang memperkuat (fibre reinforced plastic / FRP). FRP memiliki modulus elastisitas yang tinggi, kekuatan yang tinggi, tahan terhadap korosi dan mudah untuk dibentuk. Serat penguat yang utamanya adalah kaca, grafit, alummina, carbon, boron.

2. Pengisi aktif

Serat yang mempunyai kekuatan mekanik disebut serat aktif dan yang tidak mempunyai kekuatan mekanik disebut serat tidak aktif. Serat aktif (carbon black, silika gel) lebih kuat 10 hingga 20 kali dibandingkan elastromer sintetik dan karet.

3. Pengisi tidak aktif

Serat ini digunakan untuk menekan harga lebih rendah sebaik mungkin seperti hasil pencampurannya yang baik. Serat ini terdiri dari kayu dan


(27)

material yang hampir sama dengan bentuk dan ukuran yang berbeda. Serat ini juga mengisi volume lebih besar lagi. Oleh karena itu perbandingan serat dengan matriksnya sangatlah penting agar tidak terjadinya kesalahan metode (Bhatnaghar, 2004)

Umumnya proses pengolahan polimer dilakukan dengan menambahkan bahan pengisi untuk memodifikasinya dengan partikel-partikel ataupun padatan berpori. Resin, amino, tepung kayu, selulosa, kalsium karbonat. Material-material ini dapat meningkatkan kekuatan stabilitas bentuk (struktur polimer), tahan terhadap abrasi dan material yang stabil terhadap panas. Secara prinsip pengisi yang dipakai dalam polimer dapat dibedakan menjdi dua jenis yaitu partikulat dan fibrus (Ningsih, 1999).

2.7 Maleat Anhidrat

Monomer polifungsional maleat anhidrat (2,5-furan-dion atau cis-butenedionic anhidrat), asam maleat (asam (z)-2-butenedion) merupakan senyawa kimia yang dibutuhkan di dalam dunia komersil. Dengan adanya ikatan rangkap yang reaktif dan anhidrat atau bagian asam yang menunjukkan sifat yang unik dari maleat anhidrat, asam maleat. Maleat anhidrat merupakan compatibilizer yang paling populer diantara semua jenis anhidrida. Maleat anhidrat dapat digunakan sebagai compatibilizer pada material polimer seperti polipropilena, polietilene dan acrylonitrile butadine styrene copolymer. Penggunaan maleat anhidrida sebagai kompatibilitas telah dilakukan pada beberapa pembuatan komposit dan berefek positif seperti komposit berbahan kayu-PP, komposit berbahan baku pinus-polymeric diphenylmethane diisocyanate dan komposit berbahan baku serbuk batang kelapa sawit-PP ( Dhini, 2011).

Pada tahun 1961, telah ditunjukkan bahwa maleat anhidrat dapat berhomopolimerisasi dengan radiasi uv, dengan adanya inisiator radikal, anion dengan berbagai dasar, elektrokimia dan pengaruh gelombang. Maleat anhidrat merupakan polimer yang dihasilkan dengan cara inisiator radikal. Maleat anhidrat


(28)

dihasilkan dengan adanya dehidrasi dari asam maleat. Sifat-sifatnya berwarna putih, memiliki berat molekul yang rendah, larut dalam air, sedikit larut dalam asetonitril, alkohol, keton, ester.

Struktur dari maleat anhidrat dapat dilihat pada gambar 2.4 :

HC CH

C

O O

C O

Gambar 2.4 Struktur maleat anhidrat (Kroschwitz, 1990).

Maleat Anhidrat adalah senyawa vinil tidak jenuh merupakan bahan mentah dalam sintesa resin poliester, pelapisan permukaan karet, deterjen, bahan aditif dan minyak pelumas, plastisizer dan kopolimer. Maleat Anhidrat mempunyai sifat kimia khas yaitu adanya ikatan etilenik dengan gugus karbonil didalamnya , ikatan ini berperan dalam reaksi adisi (Arifin, 1996).

2.8 Benzoil Peroksida

Kebanyakan inisiator yang digunakan secara luas adalah radikal bebas yang dihasilkan dari peruraian peroksida. Peroksida organik seperti benzoil peroksida terurai secara homolitik menghasilkan radikal bebas benzoil. Kemudian radikal radikal bebas benzoil diuraikan untuk membentuk karbon dioksida (CO2) dan

radikal bebas fenil. Radikal bebas fenil itu kemudian ditambahkan pada monomer vinil seperti polipropilena. Untuk menghasilkan sebuah radikal bebas yang baru dapat merambat (propagasi) dengan monomer-monomer vinil lainnya (parker, 1994). Benzoil peroksida merupakan senyawa peroksida yang berfungsi sebagai inisiator dalam proses polimerisasi dan dalam pembentukan ikat silang dari berbagi polimer dan material polimer. Senyawa perosida ini dapat digunakan dalam pembentukan radikal bebas (Billmeyer, 1984).


(29)

2.9 Grafting Polipropilena

Grafting kopolimer adalah suatu polimer yang terdiri dari molekul-molekul dengan satu atau lebih jenis dari monomer yang terhubung pada sisi rantai utama. Grafting kopolimer dapat juga disiapkan oleh proses kopolimerisasi cabang dengan monomer yang akan membentuk rantai utama. Grafting maleat anhidrida pada polipropilena yaitu (PP-g-MA) saat ini merupakan menjadi daya tarik industri yang sedang sangat berkembang dan patut untuk dipertimbangkan dan dikembangkan, karena dapat menghasilkan keselarasan dan peningkatan kereaktifan.

Fungsionalisasi terhadap polipropilena oleh monomer-monomer polar yang merupakan suatu cara yang efektif untuk meningkatkan kepolaran dari PP tersebut, dengan cara menggrafting maleat anhidrat pada PP. Dan kenyataannya berbagai jenis dari polimer-polimer yang tergrafting telah digunakan secara luas untuk memperbaiki adhesi permukaan antara komponen pada campuran polimer. Modifikasi dari PP juga digunakan secara luas untuk meningkatkan penggunaan dari bahan-bahan mekanik dari komposit yang berbahan dasar polipropilena dan juga meningkatkan kekuatan dari komposit tersebut (Rachmi, 2012).

Mekanisme penempelan gugus fungsi pada PP diawali dengan hilangnya satu atom H dari atom C tersier dengan adanya inisiator benzoil peroksida menghasilkan radikal PP, selanjutnya akan berinteraksi dengan gugus maleat anhidrida. Berikut ini mekanisme reaksi dari PP-g-MA dapat dilihat pada gambar 2.5 dibawah ini :


(30)

- Dekomposisi Inisiator

O O O

C O O C 165°C 2 C O

BPO Radikal BPO

- Inisiasi

O H CH3 H CH3 O

C O + C C C C + C OH H H n H n

Radikal BPO PP Radikal PP

- Propagasi

H CH3 H CH3

C C + C C + H.

H n O O O H n

O O O

Radikal PP MA PP-g-MA Radikal

- Terminasi

H CH3 H CH3 H CH3

C C + C C C C +

H n H n H H n PP Radikal

O O O O O O

PP-g-MA Radikal PP-g-MA

H CH3

C C n


(31)

H CH3 H CH3 H H H H

C C + C C C C

H n H n C C

PP Radikal CH3 CH3

O O O O O O

PP-g-MA radikal ikat silang (crosslinking)

Gambar 2.5 Reaksi Grafting Maleat Anhidrat kedalam Polipropilena (Bettini, 1999).

2.10 Kompatibilitas Campuran Polimer

Secara teknologi Kompatibilitas merupakan beberapa proses yang mempertinggi sifat-sifat campuran untuk membuatnya lebih berguna. Polimer yang lebih kompatibel secara termodinamik memberikan pencampuran yang lebih baik. Hal ini mungkin disebabkan ukuran partikel yang dihasilkan selama pencampuran lebih kecil dan volume antara fase juga lebih kecil. Campuran polimer yang dihasilkan dengan metode campuran lelehan (melt mixing) lebih baik dari pada campuran dalam larutan. Dalam teknologi material, batasan kompatibilitas sering digunakan untuk menggambarkan layak atau menguntungkannya sifat-sifat yang terjadi bila polimer dicampur.

Metode peningkatan kompatibilitas poliblend antara lain : 1. Rekristalisasi

2. Peningkatan silang secara in-situ 3. Penambahan bahan pengkompatibel

4. Peningkatan kopolimer dari reaksi gugus fungsi pada bagian spesifik kedua polimer (Yusnaidar, 2001).


(32)

2.11 Karakterisasi Campuran Polimer

2.11.1 Analisa Sifat Permukaan dengan Pengujian Scanning Electron Microscopy (SEM)

SEM adalah alat yang dapat membentuk bayangan permukaan spesimen secara makroskopik. Berkas elektron dengan diameter 5-10 nm diarahkan pada spesimen. Interaksi berkas elektron dengan spesimen menghasilkan beberapa fenomena yaitu hamburan balik berkas elektron, sinar X, elektron sekunder dan absorpsi elektron. Teknik SEM pada hakekatnya merupakan pemeriksaan dan analisa permukaan. Data atau tampilan yang diperoleh adalah data dari permukaan atau dari lapisan yang tebalnya sekitar 20 μm dari permukaan. Gambar permukaan yang diperoleh merupakan tofografi dengan segala tonjolan, lekukan dan lubang pada permukaan. Gambar tofografi diperoleh dari penangkapan elektron sekunder yang dipancarkan oleh spesimen. Sinyal elektron sekunder yang dihasilkan ditangkap oleh detektor yang diteruskan ke monitor. Pada monitor akan diperoleh gambar yang khas menggambarkan struktur permukaan spesimen. Selanjutnya gambar di monitor dapat dipotret dengan menggunakan film hitam putih atau dapat pula direkam ke dalam suatu disket.

Sampel yang dianalisa dengan teknik ini harus mempunyai permukaan dengan konduktivitas tinggi. Karena polimer mempunyai kondiktivitas rendah maka bahan perlu dilapisi dengan bahan konduktor (bahan pengantar) yang tipis. Bahan yang biasa digunakan adalah perak, tetapi juga dianalisa dalam waktu yang lama, lebih baik digunakan emas atas campuran emas dan palladium (Rusdi, 2008).

SEM menggunakan prinsip scanning yaitu berkas elektron diarahkan pada titik permukaan spesimen. Gerakan elektron diarahkan pada titik permukaan spesimen. Jika seberkas sinar elektron ditembakkan pada permukaan spesimen maka sebagian dari elektron itu akan dipantulkan kembali dan sebagian lagi diteruskan. Jika permukaan spesimen tidak merata, banyak lekukan, lipatan atau lubang-lubang. Maka tiap bagian permukaan itu akan memantulakan elektron dengan jumlah dan arah yang berbeda dan kemudian akan ditangkap oleh detektor


(33)

dan akan diteruskan ke sistem layar. Hasil yang diperoleh merupakan gambaran yang jelas dari permukaan spesimen dalam bentuk tiga dimensi. Dalam Penelitian morfologi permukaan dengan menggunakan SEM pemakaiannya terbatas, tetapi memberikan informasi yang bermanfaat mengenai topologi permukaan dengan resolusi berkisar 1000 Å. Aplikasi-aplikasi yang khas mencakup penelitian dispersi-dispersi pigmen dalam cat, pelepukan atau peretakan koting, batas-batas fasa dalam struktur sel busa-busa polimer, dan kerusakan pada bahan perekat. SEM teristimewa berharga dalam mengevaluasi pada penamaan (implant) bedah polimerik bereaksi baik dengan lingkungan bagian tubuh (Stevens, 2001)

2.11.2 Uji Tarik dan Kemuluran

Bila suatu bahan dikenakan bahan tarik yang disebut tegangan (gaya persatuan luas), maka bahan akan mengalami perpanjangan (regangan). Kurva tegangan terhadap regangan merupakan gambaran karakteristik dari sifat mekanik suatu bahan. Kekuatan tarik diartikan sebagi besarnya beban maksimum (Fmaks) yang

dibutuhkan untuk memutuskan spesimen bahan, dibagi dengan luas penampang bahan. Kekuatan tarik dapat dihitung berdasarkan rumus :

(1) Keterangan :

σ = kekuatan tarik (Mpa)

F = beban tarik (N)

A = luas penampang (m2) (Wirjosentono,1995).

Pada uji tarik benda diberi beban gaya tarik sesumbu yang bertambah besar secara kontinu, bersamaan dengan bertambahnya besar diamati perpanjangan yang dialami benda yang diuji. Hasil dari suatu uji tarik yang berupa nilai merupakan tegangan tarik ( Dieter,1986). Berdasarkan ASTM D-638, bentuk spesimen dumbbell (tipe 1) dibutuhkan untuk uji kekuatan komposit. Detail bentuk ditunjukkan gambar berikut :

Gambar 2.6 Bentuk Spesimen Dumbbell Tipe I ASTM D-638 A

F

= σ


(34)

65 mm 25,5mm

2 mm

19 mm 6 mm

33 mm 115 mm

Gambar 2.6 Spesimen uji berdasarkan ASTM D638

2.11.3. Kerapatan Papan Komposit

Kerapatan komposit merupakan salah satu sifat fisis yang sangat berpengaruh terhadap kualitas komposit. Karena itu kerapatan komposit diupayakan seseragam mungkin, sehingga perbedaan sifat-sifat komposit yang dianalisis sedapat mungkin tidak disebabkan oleh perbedaan kerapatan (Dina, 2006).

Kerapatan komposit dihitung berdasarkan berat dan volume keringnya. Kerapatannya dihitung berdasarkan rumus :

ρ

=

m

v

(2)

Keterangan :

ρ = kerapatan (gr/cm3)

m = berat contoh uji kering (gr)

v = volume contoh uji kering (cm3) (Danu, 2009)

2.11.4 Uji Daya Serap Air

Nilai daya serap air mencerminkan kemampuan untuk menyerap air setelah direndam selama 2 jam dan 24 jam. Air yang masuk terdiri dari air yang langsung masuk melalui rongga-rongga kosong di dalam papan dan air yang masuk ke dalam partikel-partikel penyusun. Pengujian ini bertujuan untuk melihat bagaimana ketahanan papan terhadap pengaruh cuaca jika digunakan untuk penggunaan eksterior. Daya serap air papan komposit dihitung


(35)

berdasarkan berat sebelum dan sesudah perendaman dalam air selama 2 dan 24 jam. Besarnya daya serap air papan dihitung berdasarkan rumus:

DSA =

B₂−B₁

B₁

x 100%

(3)

Keterangan :

DSA = Daya serap air (%)

B1 = berat contoh uji sebelum perendaman (gr)

B2 = berat contoh uji setelah perendaman (gr) (Danu, 2009).

2.11.5 Spektroskopi Inframerah Fourier Transform (FTIR)

Karakterisasi bahan polimer dengan menggunakan spektroskopi inframerah merupakan salah satu pemeriksaan yang spesifik, meskipun yang paling penting adalah konsep frekuensi gugusnya ( Bark, 1982). Teknik FTIR sama dengan spektroskopi inframerah biasa, dimana pada spektroskopi infra merah serapan radiasi inframerah oleh suatu molekul terjadi karena interaksi vibrasi ikatan kimia yang menyebabkan perubahan polaribilitas dengan gelombang listrik elektromagnetik. Dalam teknik spektroskopi inframerah sampel molekul disinari dengan radiasi inframerah dengan bilangan gelombang antara 200-4000cm-1 (Wirjosentono, 1995).

Sistem optik sekarang yang kebanyakan digunakan adalah sistem sinar ganda. Radiasi dari sumbernya akan berpisah menjadi dua sinar, salah satunya akan melewati sampel. Panjang gelombang yang diserap akan dibandingkan dengan sinar yang kedua, dan referensi yang lain (Bark, 1992). Beda spektroskopi inframerah dengan FTIR, pada FTIR dilengkapi dengan cara penghitungan Fourier Transform dan pengolahan data untuk mendapatkan resolusi dan kepekaan yang lebih tinggi. Kelebihan dari FTIR mencakup ukuran sampel partikel yang kecil, perkembangan spektrum yang cepat, dan karena instrumen ini


(36)

memiliki komputer yang terdedikasi kemampuan untuk menyimpan dan memanipulasi spektrum (Steven, 2001).


(37)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Alat dan Bahan 3.1.1 Alat

- Neraca Analitis Tettler Toledo

- Statif dan Klem

- Internal mixer Heles CR-52

- Labu alas (500 ml) Pyrex

- Magnetik stirer

- Oven Memmet

- Kertas saring No.42 Whatman

- Alat Pemanas stirer - Botol Akuades

- Pompa Vakum Welch Duo-seal

- Lempengan Besi - Alat uji tarik autograph

electronic system

Shimadzu

- Seperangkat alat SEM JSM-6360

- Spektrofotometer FT-IR Shimadzu IR

prestige- 21

- Ayakan

- Blender Miyako

- Cutter

- Alat Pencetak Tekan

- Gelas Beker (500 ml) Pyrex


(38)

3.1.2 Bahan

- Propilena (PP)

- Akuades

- Kulit Pisang

- Dimetil ftalat P.a merck

- Metanol 99 % p.a merck

- Xilen 99,8 % p.a merck

- Aseton 99,8 % p.a merck

- Maleat anhidrida 97 % p.a merck

- Benzoil Peroksida P.a merck

3.2 Prosedur Penelitian

3.2.1 Pembuatan Serbuk Kulit Pisang

Diambil kulit buah pisang yang sudah kuning (tua), Selanjutnya dipotong kecil-kecil, Kulit pisang yang sudah dipotong kecil-kecil kemudian dikeringkan pada suhu 80 °C, Setelah kering dihaluskan dengan blender hingga berbentuk tepung, selanjutnya diayak dengan ayakan 80 mesh.

3.2.2 Proses Grafting Maleat Anhidrat Kedalam Polipropilen (Deasy, 2013)

Dimasukkan polipropilena dan maleat anhidrat kedalam internal mixer dengan suhu 160 oC, dibiarkan hingga melebur. Selanjutnya ditambahkan BPO kedalam internal mixer lalu diputar kembali selama 5 menit. Dikeluarkan dan didinginkan endapan yang diperoleh.


(39)

3.2.3 Pemurnian PP-g-MA

Polipropilena tergrafting Maleat Anhidrat yang diperoleh ditimbang sebanyak 15 g kemudian direfluks dengan 100 ml xylen hingga larut. Endapan yang dapat larut dalam xylen diendapkan dengan cara penambahan 75 ml aseton. Endapan yang diperoleh disaring dengan kertas saring whatman no.42 yang terhubung dengan pompa vakum dan dicuci dengan metanol berulang kali dengan tujuan untuk melarutkan asam-asam sisa reaksi. Dikeringkan spesimen yang diperoleh dalam oven pada suhu 120 °C selama 6 jam. Ditimbang endapan yang diperoleh.

3.2.4 Menghitung Derajat Grafting

Direfluks PP-g-MA yang telah dimurnikan dengan 100 ml xylen hingga larut. Ditambahkan 1 tetes air kemudian direfluks kembali selama 15 menit. Ditambahkan 3 tetes indikator fenolftalein 1% kemudian dititrasi dengan KOH 0,05 N dalam keadaan panas. Titrasi dihentikan bila terjadi perubahan warna menjadi merah lembayung dan dicatat volume KOH 0,05 N yang terpakai.

3.2.5 Uji Spektroskopi FTIR

Spesimen dijepit pada tempat sampel kemudian diletakkan pada alat ke arah sinar infra merah. Hasilnya akan direkam kedalam kertas berskala aluran kurva bilangan gelombang terhadap intensitas sinar berupa grafik spektrum. Dalam hal ini spesimen yang dianalisa adalah polipropilena, MA, PP-g-MA dan PP-DMP.

3.2.3 Pembuatan Campuran Polimer dengan Pemlastis dan serbuk kulit pisang

Polipropilena ditambahkan dengan DMP menggunakan 80 ml pelarut xilena pada temperatur 160 °C selama 2 jam, hasil pencampuran dituangkan kedalam cawan kemudian diletakkan didalam lemari asam dan dibiarkan hingga campuran kering atau semua pelarut telah menguap. Dengan variasi DMP 1 : 2 : 3 : 4 : 5 (g). PP


(40)

yang sudah terplastisasi kemudian dicampurkan dengan serbuk kulit pisang, dan di press pada alat hidrolik press pada suhu 170 °C selama 30 menit. Hasilnya didinginkan pada suhu kamar dan dikeluarkan dari dalam cetakan. Selanjutnya dilakukan prosedur yang sama untuk masing-masing variasi DMP yang lain.

3.2.4 Proses pembuatan Komposit PP: PP-g-MA: Serbuk Kulit Pisang

Perbandingan PP:PP-g-MA:Serbuk Kulit Pisang (g/g) dengan variasi : a. PP : PP-g-MA:SKP (7:0:1) g

b. PP : PP-g-MA:SKP (7:1:1) g c. PP : PP-g-MA:SKP (7:2:1) g d. PP : PP-g-MA:SKP (7:3:1) g e. PP : PP-g-MA:SKP (7:4:1) g f. PP : PP-g-MA:SKP (7:5:1) g

Ditimbang berat PP:PP-g-MA: SKP (7 : 2 : 1) g

Kemudian dicampur dan dimasukkan kedalam beaker glass, diblender kering sampai rata kemudian dituang kedalam cetakan, dan di press pada alat hidrolik press pada suhu 170 °C selama 30 menit. Hasilnya didinginkan pada suhu kamar dan dikeluarkan dari dalam cetakan. Selanjutnya dilakukan prosedur yang sama untuk masing-masing variasi PP-g-MA yang lain.


(41)

3.3 Bagan Penelitian

3.3.1 Proses Preparasi Serbuk Kulit Pisang

Kulit Pisang

Serbuk kulit pisang (SKP)

Dicuci bersih

Dipotong kecil-kecil

Dikeringkan pada suhu 80 °C Dihaluskan dengan blender Dikeringkan kembali

Diayak menggunakan ukura 80 mesh


(42)

3.3.2 Proses Pencampuran PP-DMP-SKP

Catatan: dilakukan hal yang sama untuk DMP 2;3;4;5 (g)

Dicampurkan dengan 1 g serbuk kulit pisang

Dicetak dengan alat Hidraulik Press pada suhu 170°C selama 30 menit

Spesimen

Dikarakterisasi

Uji Densitas dan DSA

Uji SEM Uji Tarik dan

Kemuluran

PP terplastisasi

7 g Polipropilena 1 g DMP

Hasil Pencampuran

Dicampurndenganmmengguna kan xilena dan distirer selama 2 jam pada suhu 160 °C

Dimasukkannkedalam lemari asam hingga pelarut menguap


(43)

3.3.3 Proses Grafting PP dengan Maleat Anhidrat

Dicampur dengan 1,5 g maleat anhidrat

Dimasukkan kedalam alat internal mixer dengan suhu 160 oC

Diputar sampai melebur Ditambahkan 1 g BPO Diputar selama 5 menit Dikeluarkan

Didinginkan Ditimbang

47,5 g PP


(44)

3.3.4 Proses Pemurnian PP-g-MA

Ditimbang sebanyak 15 g Ditambahkan 100 ml xylen Direfluks pada suhu 160 oC

Diambil endapan yang tidak larut

Ditambahkan 150 ml aseton hingga terbentuk endapan

Disaring dengan kertas saring yang terhubung dengan pompa vakum

Dikeringkan didalam oven pada suhu 120 oC

selama 6 jam

PP-g-MA

Filtrat

Endapan PP-g-MA Filtrat

Endapan PP-g-MA kering murni


(45)

3.3.5 Proses Pencampuran PP: PP-g-MA: SKP

Catatan: dilakukan hal yang sama untuk PP-g-MA 2;3;4;5 (g)

7 g PP 1 g PP-g-MA

Uji SEM 1 g SKP

Spesimen

Dicampurkan

menggunakan blender kering

Dituang kedalam cetakan Ditekan dengan alat hidraulik press pada suhu 170 °C selama 30 menit Didinginkan

Uji Sifat Mekanik

Dikarakterisasi

Uji Densitas dan DSA


(46)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pembuatan polipropilena tergrafting maleat anhidrat (PP-g-MA)

Perbandingan Pencampuran polipropilena, benzoil peroksida, maleat anhidrat yang digunakan adalah 95 % : 3 % : 2 %

Tabel 4.1 Data Hasil Pencampuran Bahan Polimer Polipropilena Maleat

Anhidrat

Benzoil Peroksida

Berat Endapan

Volume KOH 0,05N

Derajat Grafting

(%) (%) (%) (g) (ml) (%)

95 3 2 1 1,5 0,4207

Derajat grafting dari PP-g-MA yang dihasilkan sebesar 0,4207. Dimana Semakin besar derajat grafting dari suatu bahan polimer menunjukkan semakin banyak persentase monomer yang tergrafting pada rantai utama.

4.2 Analisa FT-IR

Analisa FT-IR digunakan untuk melihat perubahan gugus fungsi dari polipropilena yang telah tergrafting dengan maleat anhidrat dan telah terflastisasi dengan DMP.

Bilangan gelombang PP-g-MA setelah pemurnian dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut :

Tabel 4.2 Bilangan Gelombang PP-g-MA setelah pemurnian

Sampel Bilangan Gelombang (cm-1) Gugus Fungsi

PP-g-MA 2918,00 CH

1703,66 C=O

1453,76 CH2

1375,60 CH3


(47)

Dari spektra FT-IR menunjukkan telah terjadi reaksi grafting antara maleat anhidrat dengan polipropilena. Hal ini ditunjukkan dengan adanya serapan khas pada bilangan gelombang 1703,66 cm-1 yang merupakan serapan C=O dari maleat anhidrat dan adanya serapan gugus C-O pada bilangan gelombang 1166,87 cm-1. Bilangan gelombang PP-DMP dapat dilihat pada tabel 4.3 sebagai berikut :

Tabel 4.3 Bilangan Gelombang PP-DMP

Sampel Bilangan Gelombang (cm-1) Gugus Fungsi

PP-DMP 2950,60 C-H

1725,78 C=O

1599,93 C=C

1434,45 C-H

1375,90 CH3

Dari Spekta FT-IR menunjukkan campuran PP dengan DMP juga menunjukkan perubahan serapan gugus-gugus fungsi. Terlihat peningkatan serapan gugus C=O ester dengan puncak tajam pada 1725,78 cm-1, yang didukung dengan munculnya

serapan lemah gugus C=C pada serapan 1599,93 cm-1, hal tersebut menunjukkan

telah terjadi campuran homogen antara PP dan DMP. Spektrum dari Komposit PP, PP-g-MA, SKP dan Komposit PP, DMP,SKP dapat dilihat pada gambar 4.1:


(48)

3500 3000 2500 2000 1500 1000 1166,87 C-O

1434,45 C-H 1599,93 C=C

1725,78 C=O 2950,60

C-H

1375,60 CH3 1453,76 CH2 2918,00

CH

1703,66 C=O

%T

Panjang Gelombang(cm

-1

)

PP-g-MA PP-DMP

Gambar 4.1 Hasil FT-IR PP-g-MA dan FT-IR PP-DMP

4.3 Analisa Kekuatan Tarik dan Kemuluran Komposit PP, PP-g-MA, SKP

Pengujian kekuatan tarik dilakukan untuk mengetahui sifat mekanik dari papan komposit seperti kekuatan tarik dan regangannya. Pada penelitian ini pengujian tarik dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan PP-g-MA dan DMP terhadap kekuatan tarik papan komposit yang dihasilkan. Dimana serbuk yang digunakan adalah serbuk kulit pisang ukuran 80 Mesh dan dicampurkan dengan cara diblender kering.


(49)

4.3.1 Uji Tarik dengan Variasi Berat PP-g-MA

Variasi perbandingan komposit yang digunakan adalah : 1. Polipropilena : PP-g-MA : SKP (7 : 0 : 1) g 2. Polipropilena : PP-g-MA : SKP (7 : 1 : 1) g 3. Polipropilena : PP-g-MA : SKP (7 : 2 : 1) g 4. Polipropilena : PP-g-MA : SKP (7 : 3 : 1) g 5. Polipropilena : PP-g-MA : SKP (7 : 4 : 1) g 6. Polipropilena : PP-g-MA : SKP (7 : 5 : 1) g

Dengan variasi PP : PP-g-MA : SKP tersebut kekuatan tarik dan kemuluran yang dihasilkan dapat dilihat pada tabel 4.4 sebagai berikut:

Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Kekuatan Tarik dan Kemuluran Komposit PP, PPgMA, SKP

No Sampel Load Stroke Uji Tarik

(Mpa)

Kemuluran (%)

1 PP:PP-g-MA:SKP

(7:0:1)

17.96 1.05 14.68 2.10

2 PP:PP-g-MA:SKP

(7:1:1)

19.39 1.05 15.33 2.16

3 PP:PP-g-MA:SKP

(7:2:1) 20.51 1.13 16.77 2.26

4 PP:PP-g-MA:SKP

(7:3:1)

17.49 0.90 14.30 1.56

5 PP:PP-g-MA:SKP

(7:4:1) 16.69 1.17 13.64 2.80

6 PP:PP-g-MA:SKP

(7:5:1)


(50)

Grafik hubungan antara variasi PP/PP-g-MA/SKP dengan kekuatan tarik ditunjukkan pada gambar 4.2 sebagai berikut :

Gambar 4.2 Grafik Kekuatan Tarik (Mpa) dari Komposit PP:PP-g-MA:SKP

Keterangan :

1. PP : PP-g-MA : SKP (7:0:1) g 2. PP : PP-g-MA : SKP (7:1:1) g 3. PP : PP-g-MA : SKP (7:2:1) g 4. PP : PP-g-MA : SKP (7:3:1) g 5. PP : PP-g-MA : SKP (7:4:1) g 6. PP : PP-g-MA : SKP (7:5:1) g

Dari grafik 4.2 terlihat bahwa perbandingan PP:PP-g-MA:SKP (7:2:1) memiliki kekuatan tarik yang paling besar yaitu sebesar 16,77 Mpa dan kekuatan tarik yang paling randah dengan perbandingan (7:4:1) 13.38 Mpa. Dari hasil kekuatan tarik tersebut terlihat bahwa yang paling optimum kekuatan tarik pada variasi dengan penambahan PP-g-MA 2 g. Hal tersebut menunjukkan bahwa komposit tersebut yang paling homogen, sehingga ikatannya lebih kuat.

14,68 15,33 16,77 14,3 13,64 13,38 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

0 1 2 3 4 5 6 7

U ji T a ri k ( M p a )


(51)

Penurunan kekuatan tarik ini disebabkan volume PP mempunyai kekuatan yang lebih besar dibandingkan PP-g-MA dan penambahan volume PP-g-MA yang semakin banyak tidak meningkatkan ikatan antara PP dan serbuk kulit pisang. Hal ini disebabkan karena PP-g-MA tidak dapat bercampur sempurna atau tidak homogen karena proses pencampuran PP dan PP-g-MA yang dilakukan secara manual. Faktor lain yang menyebabkan menurunnya kekuatan tarik komposit disebabkan karena penyebaran serbuk kulit pisang tidak merata didalam komposit yang menyebabkan adanya daerah kosong pada komposit. Daerah kosong tersebut menyebabkan kekuatan tarik menurun. Grafik hubungan antara variasi PP:PP-g-MA:SKP terhadap kemuluran dapat dilihat pada gambar 4.3 berikut ini :

Gambar 4.3 Grafik Kemuluran (%) dari Komposit PP:PP-g-MA:SK

Keterangan :

1. PP : PP-g-MA : SKP (7:0:1) g 2. PP : PP-g-MA : SKP (7:1:1) g 3. PP : PP-g-MA : SKP (7:2:1) g 4. PP : PP-g-MA : SKP (7:3:1) g 5. PP : PP-g-MA : SKP (7:4:1) g

2,1 2,16 2,26

1,56

2,8 2,91

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5

0 1 2 3 4 5 6 7

U

ji

T

a

ri

k

(

M

p

a

)


(52)

6. PP : PP-g-MA : SKP (7:5:1) g

Dari grafik 4.3 terlihat bahwa kemuluran yang paling besar diperoleh dengan perbandingan PP:PP-g-MA:SKP (7:5:1) yaitu sebesar 2,91 % dan kemuluran yang paling rendah diperoleh dengan perbandingan (7:2:1) yaitu sebesar 1,56 %.

4.3.2 Uji tarik dengan variasi DMP

Pada variasi ini dilakukan hal yang sama dengan sebelumnya hanya mengganti PP-g-MA dengan DMP sebagai pemlastis. Data kekuatan tarik dan kemuluran dari komposit PP/DMP/SKP yang dihasilkan dapat dilihat pada tabel 4.5 sebagai berikut:

Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Kekuatan Tarik dan Kemuluran dengan variasi DMP

No DMP (gr) Load Stroke Uji Tarik

(Mpa)

Kemuluran (%)

1 0 17,96 1,05 14,68 2,10

2 1 16,70 1,60 13,64 3,19

3 2 14,94 1,62 12,21 3,25

4 3 12,08 0,92 9,90 1,84

5 4 14,15 1,10 11,60 2,20

6 5 19,08 1,10 15,60 2,20

Grafik kekuatan tarik PP/DMP/SKP dapat dilihat pada gambar 4.4 sebagai berikut:


(53)

Gambar 4.4 Grafik kekuatan Tarik (Mpa) komposit PP/DMP/SKP

Dari grafik 4.4 terlihat bahwa kekuatan tarik yang paling tinggi dimiliki dengan berat DMP 5 g yaitu sebesar 15,60 Mpa dan kekuatan tarik yang paling rendah dimiliki dengan berat DMP 3 g yaitu 9,90 Mpa. Dari hasil kekuatan tarik tersebut trlihat bahwa titik optimum terjadi pada berat DMP 5 g, Hal ini disebabkan karena terjadi interaksi yang lebih baik antara Matrik, DMP dan bahan pengisi yang paling baik. Dibawah ini Grafik hubungan antara variasi DMP dan kemuluran pada gambar 4.5 :

Gambar 4.5 Grafik kemuluran (%) dari komposit PP:DMP:SKP

Dari grafik 4.5 terlihat bahwa kemuluran yang paling besar diperoleh dengan perbandingan PP/PP-g-MA/SKP (7:2:1) yaitu sebesar 3,25 % dan

14,68 13,64 12,21 9,9 11,6 15,6 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

0 1 2 3 4 5 6 7

U ji T a ri k ( M p a )

Variasi berat DMP (g)

2,1 3,19 3,25 1,84 2,2 2,2 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4

0 1 2 3 4 5 6 7

K e mu lu ra n ( %)


(54)

kemuluran yang paling rendah diperoleh dengan perbandingan (7:3:1) yaitu sebesar 1,84 %.

4.4 Analisa Sifat Morfologi dengan Uji Scanning Electron Microscopy (SEM)

Gambar 4.6 Foto SEM Komposit Perbandingan PP:PP-g-MA:SKP (7:2:1) g pembesaran 500 x

Gambar 4.6 adalah foto SEM komposit dengan perbandingan PP:PP-g-MA:SKP (7:2:1) g menunjukkan permukaannya rata dan tidak rongga di permukaan, hal ini mengindikasikan bahwa antara campuran bahan yang digunakan untuk membuat komposit PP:PP-g-MA:SKP (7:2:1) g dapat berinteraksi dengan baik dan menghasilkan campuran yang homogen.


(55)

Gambar 4.7 Foto SEM Komposit perbandingan PP:DMP:SKP (7:5:1) g Pembesaran 500x

Gambar 4.7 adalah foto SEM komposit dengan perbandingan PP:DMP:SKP (7:5:1) g menunjukkan permukaan dari komposit tersebut tidak rata dan menunjukkan adanya butiran-butiran dan rongga dipermukaan, hal ini mengindikasikan bahwa serbuk kulit pisang tersebut tidak dapat berinteraksi dengan baik dengan polipropilena.

4.5 Analisa Kerapatan dan Daya Serap Air Komposit PP:PP-g-MA:SKP 4.5.1 Kerapatan

Kerapatan komposit menunjukkan sifat ringan pada komposit. Sifat ringan merupakan sifat yang mutlak diperlukan untuk beberapa bahan komposit yang digunakan dalam bidang industri.

4.5.1.1 Kerapatan dengan Variasi Berat PP-g-MA

Pada penelitian ini kerapatan pada komposit yang dihasilkan berkisar antara 0,58 gr/cm3 -0,87gr/cm3. Hasil Kerapatan ditunjukkan pada tabel 4.6 berikut ini :

Tabel 4.6 Kerapatan Komposit Variasi Berat PP-g-MA


(56)

(g/cm3)

1 PP:PP-g-MA:SKP

(7:0:1)gr

0,45 0,45 0,45 0,45 0,56

2 PP:PP-g-MA:SKP

(7:1:1)gr

0,51 0,51 0,51 0,51 0,63

3 PP:PP-g-MA:SKP

(7:2:1)

0,56 0,56 0,57 0,56 0,70

4 PP:PP-g-MA:SKP

(7:3:1) 0,50 0,550 0,50 0,50 0,62

5 PP:PP-g-MA:SKP

(7:4:1)

0,49 0,49 0,50 0,49 0,61

6 PP:PP-g-MA:SKP

(7:5:1)

0,54 0,54 0,54 0,54 0,67

Grafik dari kerapatan komposit dapat dilihat pada gambar 4.8 berikut ini :

Gambar 4.8 Grafik Hubungan Antara Variasi Komposisi Dengan Kerapatan Dari Grafik tersebut terlihat bahwa komposit yang memiliki kerapatan yang paling besar yaitu dengan perbandingan 7:2:1 sebesar 0,7 gr/cm3 dan yang paling rendah yaitu dengan perbandingan 7:4:1 sebesar 0,61 gr/cm3.

4.5.1.2 Kerapatan dengan Variasi DMP

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8

1 2 3 4 5 6

0,56

0,63

0,7

0,62 0,61 0,67

K e ra p a ta n g r/ cm 3


(57)

Pada penelitian ini kerapatan yang dihasilkan dengan variasi DMP yaitu berkisar antara 0,61 gr/cm3- 0,71 gr/cm3. Hasil Kerapatan ditunjukkan pada tabel 4.7

sebagai berikut :

Tabel 4.7 Kerapatan Komposit dengan variasi DMP

No DMP

(g)

M1 (g) M2 (g) M3 (g) M (g) Densitas

(g/cm3)

1 0 0,45 0,45 0,45 0,45 0,56

2 1 0,56 0,56 0,56 0,56 0,70

3 2 0,50 0,50 0,50 0,50 0,62

4 3 0,57 0,57 0,57 0,57 0,71

5 4 0,49 0,49 0,49 0,49 0,61

6 5 0,55 0,55 0,55 0,55 0,68

Grafik hubungan antara Variasi DMP dengan Kerapatannya dapat dilihat pada gambar 4.9 sebagai berikut :

Gambar 4.9 Grafik Hubungan Antara Variasi DMP Dengan Kerapatan Dari Grafik tersebut terlihat bahwa komposit yang memiliki kerapatan yang paling besar yaitu dengan perbandingan 7:3:1 sebesar 0,71 gr/cm3 dan kerapatan yang paling rendah yaitu dengan perbandingan 7:4:1 sebesar 0,61 gr/cm3.

4.5.2 Daya Serap Air

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8

1 2 3 4 5 6

0,56 0,7 0,62 0,71 0,61 0,68 K e ra p a ta n ( g r/ cm 3)


(58)

Daya serap air dari komposit dilakukan dengan cara merendam komposit dengan air dengan waktu selama 2 jam dan 24 jam yang menunjukkan kemampuan papan komposit setelah direndam. Data daya serap air setelah perendaman 2 jam dan 24 jam sebagai berikut :

4.5.2.1 Daya Serap Air Dengan Variasi Berat PP-g-MA

Tabel 4.8 Daya Serap air Dengan waktu perendaman 2 jam

No Sampel Massa Awal

(g)

Massa Akhir (g)

DSA (%)

1 PP:PP-g-MA:SKP(7:0:1)g 0,44 0,45 2,27

2 PP:PP-g-MA:SKP(7:1:1)g 0,51 0,52 1,96

3 PP:PP-g-MA:SKP(7:2:1)g 0,56 0,57 1,78

4 PP:PP-g-MA:SKP(7:3:1)g 0,50 0,51 2,00

5 PP:PP-g-MA:SKP(7:4:1)g 0,49 0,50 2,04

6 PP:PP-g-MA:SKP(7:5:1)g 0,54 0,55 1,85

Tabel 4.9 Daya Serap Air Dengan Waktu Perendaman 24 jam

No Sampel Massa awal

(g)

Massa Akhir (g)

DSA (%)

1 PP:PP-g-MA:SKP (7:0:1)g 0,44 0,45 2,27

2 PP:PP-g-MA:SKP(7:2:1)g 0,51 0,53 3,92

3 PP:PP-g-MA:SKP(7:3:1)g 0,56 0,57 1,78

4 PP:PP-g-MA:SKP(7:3:1)g 0,50 0,52 4,00

5 PP:PP-g-MA:SKP(7:4:1)g 0,49 0,50 2,04

6 PP:PP-g-MA:SKP(7:5:1)g 0,54 0,56 3,70

Grafik perbandingan DSA dengan waktu perendaman 2 jam dan 24 jam dapat dilihat pada gambar 4.10 berikut ini :


(59)

Gambar 4.10 Grafik Daya Serap Air Pada Waktu Perendaman 2 dan 24 jam

Dari grafik tersebut dapat dilihat nilai rata-rata daya serap air komposit yang direndam selama 2 jam antara 1,78 % - 2,27 %. Sedangkan nilai rata-rata daya serap air komposit dalam waktu perendaman 24 jam antara 1,85 % - 4,00 %. Nilai Daya serap air akan semakin meningkat dengan bertambahnya waktu perendaman.

Pada waktu perendaman 2 jam daya serap air yang paling rendah diperoleh dengan perbandingan 7:2:1 yaitu sebesar 1,78 % dan daya serap air yang paling tinggi diperoleh dengan perbandingan 7:4:1 yaitu sebesar 2,04 %. Pada Perendaman 24 jam daya serap air yang paling rendah dengan perbandingan 7:2:1 yaitu 1,78 % dan yang paling tinggi diperoleh dengan perbandingan 7:3:1 yaitu 4,00 %. Dari data tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah PP-g-MA yang ditambahkan semakin meningkat pula daya serap airnya, hal ini dikarenakan semakin banyak PP-g-MA maka komposit semakin bersifat hidrofilik atau suka air.

4.5.2.2 Daya Serap air dengan Variasi Berat DMP

Tabel 4.10 Daya Serap air dengan Waktu Perendaman 2 jam

No Sampel Massa Awal

(g)

Massa Akhir (g)

DSA (%)

2,27 1,96

1,78 2 2,04 1,85 2,27 3,92 1,78 4 2,04 3,7 0 1 2 3 4 5 6 7

1 2 3 4 5 6

D

SA

(

%

)

Variasi berat DMP (g)

DSA (24 jam) DSA (2 jam)


(60)

1 PP:DMP:SKP(7:0:1) 0,54 0,6 3,70

2 PP:DMP:SKP(7:1:1) 0,47 0,49 4,25

3 PP:DMP:SKP(7:2:1) 0,55 0,57 3,63

4 PP:DMP:SKP(7:3:1) 0,47 0,49 3,63

5 PP:DMP:SKP(7:4:1) 0,47 0,49 4,25

6 PP:DMP:SKP(7:5:1) 0,52 0,55 5,76

Tabel 4.11 Daya Serap air dengan waktu perendaman 24 jam

No Sampel Massa Awal

(g)

Massa Akhir (g)

DSA %

1 PP:DMP:SKP(7:1:1)gr 0,54 0,59 9,25

2 PP:DMP:SKP(7:2:1)gr 0,47 0,52 10,68

3 PP:DMP:SKP(7:3:1)gr 0,55 0,52 5,45

4 PP:DMP:SKP(7:4:1)gr 0,47 0,52 10,63

5 PP:DMP:SKP(7:5:1)gr 0,52 0,58 11,53

Grafik perbandingan DSA dengan waktu perendaman 2 jam dan 24 jam dapat dilihat pada gambar 4.11 sebagai berikut :

0 5 10 15 20

1 2 3 4 5

3,7 4,25 3,63 4,25 5,76

9,25 10,68

5,45

10,63 11,53

DS

A (

%)

Variasi komposisi

DSA (24 jam) DSA (2 jam)


(61)

Gambar 4.11 Grafik Daya Serap Air PadaWaktu Perendaman 2 dan 24 jam Dari grafik diatas terlihat bahwa nilai rata-rata daya serap air selama 2 jam yaitu sebesar 3,63 % - 5,76 %. Dimana daya serap yang paling besar diperoleh dengan variasi DMP 5 gr yaitu sebesar 5,76 %. Pada waktu perendaman 24 jam nilai rata-rata serap air diperoleh antara 5,45 % - 11,53 %. Dimana Daya serap air paling tinggi diperoleh dengan variasi DMP 5 gr yaitu 11,53 %. Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa semakin lama waktu perendaman maka akan semakin tinggi nilai daya serap airnya .


(62)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Variasi PP-g-MA kekuatan tarik yang paling tinggi dengan perbandingan 7:2:1 yaitu 16,77 Mpa dengan kemuluran 2,26 %. Uji kerapatan yang paling besar pada perbandingan (7:2:1) g sebesar 0,87 g/cm3. Namun DSA yang paling tinggi dihasilkan dengan perbandingan (7:4:1 ) g pada waktu 2 jam sebesar 2,04 % dan dalam waktu 24 jam pada perbandingan (7:3:1) g sebesar 4,00 %. Dari ketiga uji tersebut terlihat bahwa perbandingan yang memiliki kekuatan tarik yang paling tinggi akan memiliki kerapatan yang paling besar dan DSA yang paling rendah. Dari analisa morfologi SEM menunjukkan bahwa permukaan merata, hal ini mengindikasikan komposit pada perbandingan PP-PP-g-MA:SKP (7:2:1) g tercampur homogen.

2. Variasi pemlastis DMP kekuatan tarik yang paling tinggi dengan perbandingan (7:5:1) g yaitu 15,60 Mpa dengan kemuluran 2,20 %. Dan uji kerapatan yang paling tinggi dengan perbandingan 7:3:1 yaitu 0,71 g/cm3, DSA yang paling tinggi dengan perbandingan 7:5:1 dalam waktu 2 jam 5,76 % dan dalam waktu 24 jam 11,53 %. Dari uji tersebut terlihat bahwa perbandingan 7:5:1 memiliki kekuatan tarik yang paling tinggi tetapi memiliki kerapatan yang cukup rendah dan DSA yang paling tinggi. Hasil analisa dengan SEM menunjukkan bahwa permukaan tidak merata dapat dilihat dari rongga dan SKP yang berada diluar matriks. Hal ini mengindikasikan bahwa komposit PP:DMP:SKP dengan perbandingan (7:5:1) g tidak homogen.


(63)

5.2 Saran

1. Agar penelitian selanjutnya melakukan proses blending polipropilena, PP-g-MA dan serbuk kulit pisang terlebih dahulu sebelum melakukan pencetakan dengan ukuran partikel filler yang lebih kecil.

2. Agar penelitian selanjutnya melakukan uji degradasi untuk mengetahui penguraian dari komposit.


(64)

DAFTAR PUSTAKA

Anhwange. B., Ugye.T and T. Nyiaatagher. 2009. Chemical Composition of Mu sapientum(Banana) peels. Electronic journal of enviromental. Agricultural and food chemistry.

Arban dan Ahmad. 2007. Pengaruh Penambahan Pemlastis Polietilen Glikol 400. Dietil Glikol dan Dimetil ftalat terhadap proses biodegradasi plastik biodegradable poli hidroksi alkanoat pada media cair dengan udara terlimitasi. Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Bogor.

Arifin.1996. Sintesis Kopolimer Stirena Maleat Anhidrida dan Krakterisasinya. Tesis PPS Kimia. Institute teknologi Bandung press. Bandung.

Bark. L.S. 1982. Analysis of Polymer System. Applied Science Publisher ltd. London.

Bhatnagar. M.S. 2001. A Text Book of Polymers (Chemistry and Technology of Polymers) : (Processing and Applications).Volume II. S .Chand and Company Ltd. New Delhi.

Bilmeyer. F.W. 1984. Text Book of Polymer Science. Third Edition. John Willey and Sons. New York.

Cook. J. G. 1964. Your Guide to plastics. Great britain. The english language book society and merrow publishing, co. ltd

Cowd, M.A. 1991. Kimia Polimer. Bandung : ITB

Gamayel. A. 2012. Pengaruh Besar Bungkil Biji Jarak Pagar Sebagai Filler Pada Komposit Polimer Polipropilena Terhadap Kekuatan Tarik dan Kekuatan Kejut. Jurnal Logic. Vol 12.

Garnaik, B. 1996. A study of polymer plastisizer interactionby ccp/ MAS NMR spectroscopy macromolecules. 29

Gracia-Martinez. JM. O Laguna. EP Collar . 1997. Role of Reaction in batch Process Modification of Atactic Polypropilena by Maleic Anhydride in Melt. Madrid-Spain: John Wiley & Sons, Inc.

Hee-Soo Kim, Byoung-Hee Loo, Seung-Woo Choi, Sumn Kim, Hyun-Joong Kim. 2007. The Effect Of Types Of Maleic Anhhydryde-Grafted Polypropylene (MAPP) On The Interfacial Adhesion Properties Of Bio-Flour Filled Polypropylene Composites.Composites : Part A.38. 1473-1482


(65)

Herbarium, M. 2011. Identifikasi tumbuhan. Medan : Sumatera Utara

Khoesoema. E. 2012. Pengaruh Pencuacaan Alam Terhadap ProdukLateks Karet Alam Berpengisi Tepung Kulit Pisang Yang diputihkan Dengan Hidrogen Peroksida. Jurnal Teknik KimiaUsu. Vol 1. No 2.

Kroswitz, J.I. 1990. Concise Ensiclopedia of Polymer Science and enginerring. John Willey and Sons. New York.

Lu. Frank C. 1994. Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko. Edisi kedua. UIP. Hal 3-4.

Nasution. R. S., 2009. Pengaruh Konsentrasi Maleat Anhidrida Terhadap Derajat Grafting Maleat Anhidrida pada Polipropilena Terdegradasi Inisiator Benzoil Peroksida. Skripsi Universitas Sumatera Utara.

Ningsih. E. 2012. Modifikasi Polipropilena Sebagai Polimer Komposit Biodegradabel dengan Bahan Pengisi Pati Pisang dan Sorbitol Sebagai Plastisizer. Jurnal Fisika Unand Vol 1. No 1.

Ningsih.T. 1999. Kompatibilitas Poliblen Polipropilena Bekas dengan pengisi pulp termodifikasi Asam lemak. Jurnal USU. Medan. 9-10

Nirwana. 2001. Pengikatan Asam lemak Jenuh dan Tak jenuh dalam Matriks Polivinil Klorida. Tesis Program Pasca Sarjana Usu Medan.

Nurhayati, D. W. 2011. Kualitas KompositSerbuk Sabut Kelapa dengan Matrix Sampah Styrofom Pada Berbagai Jenis Compatibilizer. Jurnal Riset Industri.

Purwanto, A. 2012. Produksi Natta Menggunakan Limbah Beberapa Jenis Kulit Pisang. Universitas Katolik Widya Mandala Madiun.

Paik. P. 2007. Kinetics of Termal Degradation and Estimation of Life Time for Polypropilene Plasticles : Effect of Particle Size. India : Elsevier

Parker.P.1994. Hill Dictionary of Chemical Terms.New York: McGraw-Hill Book Company

Rachmi, T., 2012. Pembuatan Komposit Biodegradable Dari α-Selulosa Ampas Tebu Bz 132 (Saccharum officinarum) Dan Poliropilena Dengan Menggunakan Polipropilena Tergrafting Maleat Anhidrida Dan Divinil Benzean Sebagai Agen pengikat Silang.Tesis. Medan : USU. Rafli. R. 2008. Karakteristik Matriks Termoplastik Polietilena Terplastisasi


(66)

Rahmawati, A., Dwiyanti, W., falma, K., indra, R. 2011. Pemanfraatan kulit pisangdalam pembuatan plastik biodegradabel dengan plasticizer gliserin dengan minyak jelantah, Pkm p, 15.

Rudin. A. 1982. The Elements of Polymer science and enginering. Academic Press. London.

Steven. M. P. 2001. Kimia Polimer. Cetakan Pertama. Pradnya Paramitha. Jakarta. Sudirman., Aloma K.K.,Gunawan.I.,dan Handayani .I. Sintesis dan Karakterisasi Komposit Polipropilena serbuk Kayu Gergaji. Tangerang : Jurnal Sains Materi Indonesia

Supriadi. 2007. Kebijakan Pembangunan Pertanian di Papua BaratAnalisi Kebijakan Vol 6 No 4. Desember 2008. 352-377

Severiani. 1999. Free Radical Grafting of Maleic Anhidride in Vapor Phase On Polypropilene Film Elsevier Science. Millan.

Wicaksono, Arif, 2006, Karakterisasi KekuatanBending Komposit Berpenguat Kombinasi Serat Kenaf Acak danAnyam, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik UniversitasNegeri Malang, Malang

Widyasari, R. 2010. Kajian Penambahan Onggok Termoplastis Terhadap Karakteristik Komposit Polietilen.Tesis Institut Pertanian Bogor.

Wirjosentono, B. 1995. Pengikatan Efektifitas Pemantapan Turunan Stearat Dalam Matriks Polivinil Polivinil Klorida. Prosiding Seminar Ilmiah ke-4.

Yusnaidar,2001. Kompatibilitas dan keefektipan Antioksidan danTurunan Fenol terhalang Dalam Matriks Polipropilena Hasil Daur Ulang. Medan : Tesis Program Pasca Sarjana USU. 19-20


(67)

(68)

Lampiran 1 Perhitungan

1.1. Kekuatan Tarik

Kekuatan tarik dihitung dengan menggunakan rumus :

Dimana :

σ = kekuatan tarik (Mpa)

F = beban tarik (N) A = luas penampang (m2) Dan,

A= tebal x lebar spesimen = 2 mm x 6mm

= 12 mm2

Satuan tegangan dari kg/mm2 diubah menjadi N/m2 dimana, 1 kgf= 9,81 N/m2 Contoh :

Kekuatan tarik untuk PP:PP-g-MA:KP (7:2:1) F = 20,51 kgf/mm2

= 201,20 N/m2

A = 12 mm2 x 10-6 = 12 x 10-6 m2 Maka nilai kekuatan tariknya :

=201 ,20N/m²

12×10ˉ6m ²

=

16,76 x 10

-6 N/m2 = 16,76 Mpa

A F

= σ

A F

= σ


(69)

1.2. Kemuluran

Kemuluran dihitung berdasarkan rumus :

�= �₁ − �ₒ

�₁ × 100% Dimana :

ε = kemuluran (%)

l1 = panjang setelah dibebani (mm)

l0 = panjang sebelum dibebani (mm)

dan Δl = l1 - lo = stroke

lo = 50 mm

Contoh :

Kemuluran dari PP:PP-g-MA:KP (7:2:1) Stroke = 1,13

ε = ∆��ₒ � 100%

= 1,13

50 � 100% = 2,26 %

1.3 Kerapatan

Kerapatan dihitung berdasarkan rumus :

�= �

� dimana :

ρ = kerapatan (gr/cm3)

m = berat contoh uji kering (gr) v = volume contoh uji kering (cm3)

contoh :

Kerapatan dari PP:PP-g-MA:Serat (8:1:1) m = 0,56 gr

v = 0,8 cm3

�= �

� =

0,56 ��

0,8 ��³

=

0,70 gr/cm 3


(70)

1.4. Daya Serap Air

Daya serap air dihitung berdasarkan rumus

���= �₂ − �₁

�₁ � 100% dimana :

DSA = Daya serap air (%)

B1 = berat contoh uji sebelum perendaman (gr)

B2 = berat contoh uji setelah perendaman (gr)

contoh :

Daya serap air PP:PP-g-MA:serat (7:2:1)

��� = �₂ − �₁

�₁ � 100% = 0,57−0,55

0,55

= 3,63%

1.5. Derajat Grafting

Untuk mencari bilangan asam :

Bilangan Asam = �� ��� ×����������� ��� ×56,1

����� ��−�−��

% Derajat Grafting = �������� ���� ×98 2 ×56,1


(71)

Lampiran 2

Hasil Spektrum FT-IR

2.1. Spektrum FT-IR PP murni

Tabel PP Murni

sampel Bilangan gelombang(cm-1) Gugus Fungsi

Polipropilena 2917,46 CH

1375,59 CH3

1452,39 CH2

68 9. 32 80 8. 48 84 0. 28 85 9. 88 89 9. 08 97 2. 1999 7. 22 11 66. 59 13 75. 59 14 52. 39 15 56. 28 28 38. 32 28 67. 72 29 17. 46 29 50. 22 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 %T 1000 2000 3000 4000 Wavenumbers (cm-1)


(72)

2.2. Spektrum FT-IR MA

Tabel FTIR MA

Sampel Bilangan gelombang

(Cm-1)

Gugus fungsi

Maleat Anhidrat 2958,73 C-H alkana

1431,13 C-H alkana

693,28-987,49 C-H aromatis

1716,99 C=O

16371,94 C=C

1255,18 C-O

76 1. 69 81 4. 42 84 2. 46 90 7. 88 94 2. 67 10 16. 64 10 78. 15 11 55. 53 12 55. 18 12 94. 87 13 16. 02 13 49. 21 13 79. 25 14 03. 68 14 53. 78 16 37. 94 17 16. 59 19 64. 76 20 15. 79 29 58. 73 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 %T 1000 2000 3000 4000 Wavenumbers (cm-1)


(73)

2.3 Spektrum FTIR PP-g-MA

Tabel PP-g-MA

Sampel Bilangan Gelombang Gugus Fungsi

PP-g-MA 2918,00 CH

1703,66 C=O

1453,76 CH2

1375,60 CH3

1166,87 C-O

70 2. 54 76 7. 70 80 7. 82 84 0. 62 89 8. 88 97 2. 19 99 7. 29 11 66. 87 12 77. 51 13 75. 60 14 53. 76 17 03. 66 19 41. 56 19 83. 30 19 99. 36 20 16. 29 20 32. 05 20 44. 88 20 51. 31 20 68. 20 21 03. 91 21 33. 12 21 41. 92 21 64. 16 21 86. 28 21 95. 75 22 36. 34 28 38. 46 28 67. 58 29 18. 00 29 50. 27 37 47. 60 80 82 84 86 88 90 92 94 96 98 100 102 %T 1000 2000 3000 4000 Wavenumbers (cm-1)


(74)

2.4 Spektrum FTIR PP-DMP

Tabel PP-DMP

Sampel Bilangan Gelombang Gugus Fungsi

PP-DMP 2950,60 C-H

1725,78 C=O

1599,93 C=C

1434,45 C-H

70 4. 53 74 4. 52 81 7. 88 84 0. 81 89 8. 81 95 8. 14 99 7. 54 10 39. 35 10 74. 89 11 22. 67 11 66. 89 11 92. 29 12 82. 45 13 75. 90 14 34. 42 14 51. 08 15 79. 35 15 99. 97 17 25. 78 20 01. 95 20 25. 15 21 64. 45 21 79. 16 28 38. 89 28 67. 90 29 18. 25 29 50. 86 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 105 %T 1000 2000 3000 4000 Wavenumbers (cm-1)


(75)

Lampiran 3

Hasil Analisa Morfologi SEM

3.1 Analisa SEM (PP-PP-g-MA-KP/7:2:1)

3.2 Analisa SEM (PP-DMP-KP/7:5:1)


(76)

Lampiran 4

Gambar Alat dan Bahan Penelitian

Alat Refluks Internal mixer

Oven Hot Compressor


(77)

PP-g-MA Murni Kulit pisang kepok


(78)

(1)

2.3 Spektrum FTIR PP-g-MA

Tabel PP-g-MA

Sampel Bilangan Gelombang Gugus Fungsi

PP-g-MA 2918,00 CH

1703,66 C=O

1453,76 CH2

1375,60 CH3

1166,87 C-O

70 2. 54 76 7. 70 80 7. 82 84 0. 62 89 8. 88 97 2. 19 99 7. 29 11 66. 87 12 77. 51 13 75. 60 14 53. 76 17 03. 66 19 41. 56 19 83. 30 19 99. 36 20 16. 29 20 32. 05 20 44. 88 20 51. 31 20 68. 20 21 03. 91 21 33. 12 21 41. 92 21 64. 16 21 86. 28 21 95. 75 22 36. 34 28 38. 46 28 67. 58 29 18. 00 29 50. 27 37 47. 60 80 82 84 86 88 90 92 94 96 98 100 102 %T 1000 2000 3000 4000 Wavenumbers (cm-1)


(2)

2.4 Spektrum FTIR PP-DMP

Tabel PP-DMP

Sampel Bilangan Gelombang Gugus Fungsi

PP-DMP 2950,60 C-H

1725,78 C=O

1599,93 C=C

1434,45 C-H

70 4. 53 74 4. 52 81 7. 88 84 0. 81 89 8. 81 95 8. 14 99 7. 54 10 39. 35 10 74. 89 11 22. 67 11 66. 89 11 92. 29 12 82. 45 13 75. 90 14 34. 42 14 51. 08 15 79. 35 15 99. 97 17 25. 78 20 01. 95 20 25. 15 21 64. 45 21 79. 16 28 38. 89 28 67. 90 29 18. 25 29 50. 86 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 105 %T 1000 2000 3000 4000 Wavenumbers (cm-1)


(3)

Lampiran 3

Hasil Analisa Morfologi SEM

3.1 Analisa SEM (PP-PP-g-MA-KP/7:2:1)

3.2 Analisa SEM (PP-DMP-KP/7:5:1)


(4)

Lampiran 4

Gambar Alat dan Bahan Penelitian

Alat Refluks Internal mixer


(5)

PP-g-MA Murni Kulit pisang kepok


(6)