Studi Kara Rawe (Mucuna Bracteata) Dan Kara Benguk (Mucuna Pruriens) Terhadap Perfoma Sapi Bali Periode Akhir Penggemukan

STUDI KARA RAWE (Mucuna bracteata) DAN KARA BENGUK
(Mucuna pruriens) TERHADAP PERFOMA SAPI BALI
PERIODE AKHIR PENGGEMUKAN

ASTARI BINTANG FAIRUZ

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Kara Rawe
(Mucuna bracteata) dan Kara Benguk (Mucuna pruriens) terhadap Perfoma Sapi
Bali Periode Akhir Penggemukan adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, April 2015

Astari Bintang Fairuz
NIM D24100104

ABSTRAK
ASTARI BINTANG FAIRUZ. Studi Kara Rawe (Mucuna bracteata) dan Kara
Benguk (Mucuna pruriens) terhadap Perfoma Sapi Bali Periode Akhir
Penggemukan.Dibimbing oleh DIDID DIAPARI dan DWIERRA EVVYERNIE.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari performa sapi bali jantan pada
akhir periode penggemukan yang mengkonsumsi ransum hijauan berupa kara
rawe (Mucuna bracteata) dan growth promoter alami berupa kara benguk
(Mucuna pruriens). Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK)
yang terdiri atas 9 ekor sapi bali jantan dibagi menjadi 3 kelompok dan 3
perlakuan. Perlakuan terdiri dari P1 (15% jerami padi), P2 ( 15% kara rawe), dan
P3 (15% kara rawe + 16% kara benguk). Parameter yang diuji adalah konsumsi
bahan kering, pertambahan bobot badan harian (PBBH), efisiensi pakan, dan
IOFC (Income Over Feed Cost). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa

kedua perlakuan 15% kara rawe (P2) dan 15% kara rawe ditambah 16% kara
benguk (P3) meningkatkan performa sapi lebih unggul dari P1(171% PBBH dan
160% efisiensi pakan. Nilai IOFC P2 secara ekonomis lebih tinggi yaitu Rp17 283
ekor-1. Simpulan dari penelitian ini bahwa penggantian sumber hijauan jerami
padi dengan leguminosa kara rawe (Mucuna bracteata) pada periode
penggemukan sapi bali jantan, menunjukkan peningkatan performa dan nilai
ekonomi yang lebih baik. Suplementasi kara benguk (Mucuna pruriens) dalam
ransum sapi bali jantan dengan hijauan berupa kara rawe (Mucuna bracteata)
tidak tepat dilakukan.
Kata kunci: IOFC, kara benguk (Mucuna pruriens), kara rawe (Mucuna
bracteata), performa, sapi bali jantan

ABSTRACT
ASTARI BINTANG FAIRUZ. Study of Kara Rawe (Mucuna Bracteata) and
Kara Benguk (Mucuna Pruriens) on Bali Cattle Performance in Finishing Period.
Supervised by DIDID DIAPARI and DWIERRA EVVYERNIE.
This research aimed to study the performance of Bali cattle at the end of
the fattening period consuming forage in the form of kara Rawe (Mucuna
bracteata) and natural growth promoters in the form of velvet bean. This research
used Randomized Block Design with 3 treatments, 3 blocks as replicate and used

9 heads of Bali cattles. Treatments were P1 (15% rice straw), P2 (15% kara rawe),
and P3 (15% kara rawe + 16% velvet bean). Parameters measured were dry mater
consumption, body weight gain, efficiency of feed, and Income Over Feed Costs
(IOFC). The results showed that 15% kara rawe (P2) and 15% kara rawe added
16% velvet bean can increase Bali cattle higher than P1(171% ADG and 160%
feed efficiency). IOFC of P2 economically higher around Rp 17 283 than P1 and
P3. The conclusions of this study showed that replacement of forage, rice straw
with legume kara rawe (Mucuna bracteata) can increase performance of bali
cattle in finishing period, and better economically. Supplementation velvet bean
(Mucuna pruriens) in cattle rations to forage in the form of kara rawe (Mucuna
bracteata) is not appropriate.

KeywordsKARA
: BaliRAWE
cattle, IOFC,
kara bracteata)
rawe (Mucuna
bracteata),
performance,
STUDI

(Mucuna
DAN
KARA BENGUK
velvet
bean (Mucuna
pruriens) PERFOMA SAPI BALI
(Mucuna
pruriens)
TERHADAP
PERIODE AKHIR PENGGEMUKAN

ASTARI BINTANG FAIRUZ

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul Studi Kara Rawe
(Mucuna bracteata) dan Kara Benguk (Mucuna pruriens) terhadap Perfoma Sapi
Bali Periode akhir Penggemukan dapat diselesaikan. Skripsi ini merupakan salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor.
Tulisan ini menggali informasi yang berkaitan dengan sawit - sapi dengan
memperoleh informasi mengenai potensi pakan lokal untuk dikembangkan. Salah
satunya dengan menggunakan Leguminous Cover Crop (LCC) atau tanaman
penutup tanah yang berada diantara tegakan pohon sawit. Bahan lain yang
memiliki potensi menjadi pakan lokal yaitu biji - bijian salah satunya kara benguk
yang terkenal di daerah Jawa dan sangat cocok tumbuh di semua musim. Hal
tersebut dapat membantu berkembangnya sistem integrasi tanaman - ternak yang
menjadi program pendukung tercapainya swasembada daging Indonesia dengan

memanfaatkan potensi sumber daya alam Indonesia. Skripsi ini merupakan hasil
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus hingga Oktober 2014.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu kritik, saran, dan masukan yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan demi perbaikan di masa mendatang. Penulis berharap
semoga skripsi ini dapat memberikan informasi baru dalam dunia peternakan dan
dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, April 2015

Astari Bintang Fairuz

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi
Materi
Ternak

Kandang dan Peralatan
Pakan
Prosedur
Persiapan Pakan
Pemeliharaan
Rancangan dan Analisis Data
Perlakuan
Rancangan Percobaan
Peubah yang Diukur
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsumsi Bahan Kering
Pertambahan Bobot Badan
Efisiensi Pakan
Income Over Feed Cost (IOFC)
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

UCAPAN TERIMA KASIH

ix
ix
1
2
2
2
2
2
3
4
4
4
4
4
4
5
5
6

7
8
9
10
10
10
10
12
13
13

DAFTAR TABEL
1 Kandungan nutrien jerami padi, kara rawe dan kara benguk
2 Komposisi nutrien ransum penelitian
3 Rataan konsumsi bahan kering pertambahan bobot badan harian dan
efisiensi pakan
4 Nilai Income Over Feed Cost (IOFC)

3
3

5
9

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6

ANOVA konsumsi bahan kering total
Uji lanjut Duncan konsumsi bahan kering total
ANOVA pertambahan bobot badan
Uji lanjut Duncan pertambahan bobot badan
ANOVA efisiensi pakan
Uji lanjut Duncan efisiensi pakan

12
12

12
12
12
12

PENDAHULUAN
Program pembangunan peternakan Indonesia saat ini banyak diperhatikan
oleh pemerintah untuk mencapai swasembada daging. Salah satu program yang
berpotensi dikembangkan lebih lanjut adalah sistem integrasi tanaman - ternak di
areal perkebunan terutama peternakan sapi pedaging. Kelebihan dari program ini
adalah memanfaatkan ketersediaan pakan lokal yang ada di sekitar perkebunan
sehingga peternak mengurangi penggunaan pakan konvensional. Pakan
konvensional merupakan pakan yang umum digunakan oleh peternak. Peternak
yang memiliki usaha penggemukan sapi umumnya menggunakan hijauan
konvensional seperti rumput dan pakan tambahan yang sering digunakan seperti
jagung, bungkil kedelai ataupun konsentrat komersial. Pakan tambahan atau
konsentrat terkadang bernilai sangat tinggi disebabkan oleh ketersediaan dan biaya
transportasi yang tidak dapat dipenuhi oleh peternak. Jika terdapat lahan dekat
peternakan, dapat digunakan untuk menanam tanaman pakan lokal yang berpotensi.
Hijauan konvensional juga memiliki kekurangan dalam hal ketersediaannya.
Hijauan yang umum digunakan untuk ternak tumbuh sesuai musim, pada musim
kemarau hijauan sulit tersedia, sehingga perlu pakan hijauan yang kontinu.
Salah satu lahan perkebunan yang utama di Indonesia adalah kelapa sawit.
Luasan lahan kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2013 diperkirakan oleh Badan
Pusat Statistik (2014) seluas 5 592 juta ha. Lahan yang cukup luas di bawah
naungan tanaman utama perkebunan, terkadang menjadi tempat tumbuhnya gulma.
Petani mengatasinya dengan menanam jenis tanaman tumpangan untuk menekan
tumbuhnya gulma. Tanaman yang menjadi tumpangan dalam perkebunan sawit
kebanyakan legum kacang - kacangan. Kara rawe atau Mucuna bracteata
merupakan tanaman berdaun trifoliat dari kelompok leguminosa yang sejak tiga
tahun terakhir ini banyak digunakan sebagai tanaman penutup tanah (Leguminous
Cover Crop) di perkebunan kelapa sawit (Samedani et al. 2014). Tanaman
penutup tanah ini diharapkan dapat berfungsi sebagai pengganti hijauan
konvensional seperti kara rawe sebagai legum memiliki nilai protein yang tinggi
sebesar 18.04% (Sirait et al. 2009). Kara rawe tidak menghasilkan polong bila
ditanam di dataran rendah, di tempat asalnya tanaman ini tumbuh pada ketinggian
5 000 kaki di atas permukaan laut (Subronto dan Harahap 2002). Tanaman ini
menghasilkan bahan organik yang tinggi dan akan sangat bermanfaat jika ditanam
di daerah yang sering mengalami kekeringan dan pada areal yang rendah
kandungan organiknya (Subronto dan Harahap 2002). Jika daerah peternakan
mengalami musim kering, peternak menggunakan jerami padi sebagai pakan, oleh
karena itu ketersediaan tanaman ini yang berpotensi ditanam dalam musim apapun
dapat dikembangkan untuk menjadi pakan lokal yang bernutrisi tinggi.
Leguminosa yang berpotensi lainnya adalah kara benguk. Kara benguk atau
Mucuna pruriens merupakan leguminosa yang bijinya banyak dimanfaatkan di
Jawa Tengah karena memiliki kandungan nutrien yang mendekati kedelai. Kara
benguk mengandung protein yang tinggi sekitar 26.49% (Diapari dan Evvyernie
2013). Mucuna pruriens selain mengandung protein yang tinggi, juga mengandung
senyawa aktif fenolik yang tinggi yaitu tannin dan L-Dopa. Kandungan L-Dopa
dalam tanaman tersebut berkisar antara 1.81% - 7.64% (St. Laurent et al.
2002). L-Dopa sendiri merupakan subtansi kimia yang memicu tubuh untuk

menghasilkan dopamin neurotransmitter. Neurotransmitter adalah zat kimia yang
berfungsi membantu sistem saraf untuk menyampaikan informasi antara sel saraf
tubuh. Dopamin lebih berfungsi pada pembentukan dan fungsi otot tubuh
(Natarajan et al. 2012).
Jika pada program penggemukan sapi, ternak sering diberikan growth
promoter sintetik untuk menghasilkan performa tubuh yang lebih baik. Diapari dan
Evvyernie (2013) mengungkapkan penggunaan kara benguk sebagai growth
promoter alami tidak memberikan perbedaan nyata pada performa sapi yang
diberikan pakan growth promoter sintetik seperti Ractophamine HCl dan β-agonist.
Hal tersebut mendasari penelitian ini untuk menguji efek jika kara benguk
diberikan bersama dengan leguminous cover crop.
Berdasarkan informasi tersebut, dalam penelitian ini dikaji pemanfaatan
kara rawe sebagai hijauan pakan dan kara benguk sebagai growth promoter alami
yang dimasukkan kedalam ransum sapi bali pada akhir penggemukan dengan
mengamati performa ternak tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mempelajari performa sapi bali jantan pada akhir periode penggemukan yang
mengkonsumsi ransum hijauan berupa kara rawe (Mucuna bracteata) dan growth
promoter alami berupa kara benguk (Mucuna pruriens).

METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2014 sampai dengan bulan
Oktober 2014. Tanaman kara rawe (Mucuna bracteata) diperoleh dari PT
Perkebunan Nusantara VIII Cikasungka, Jasinga, Bogor. Kara benguk (Mucuna
pruriens) yang digunakan diperoleh dari petani di Yogyakarta. Penggilingan dan
pengeringan kedua bahan tersebut dilakukan di Laboratorium Industri Pakan
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pemeliharaan dilaksanakan di Mitra
Tani Farm. Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Pusat Antar Universitas
Institut Pertanian Bogor.
Materi
Ternak
Sapi yang digunakan merupakan jenis sapi lokal yaitu sapi bali jantan
sebanyak 9 ekor. Sapi yang digunakan berumur 1.5 – 2 tahun dengan rataan bobot
badan 239.77±20.12 kg.
Kandang dan Peralatan
Kandang yang digunakan adalah kandang sapi individu. Peralatan yang
digunakan adalah timbangan ternak kapasitas 1 ton, timbangan digital pakan, dan
karung.

Pakan

Ransum yang digunakan sesuai dengan standar kebutuhan sapi menurut
NRC (2000) yaitu protein kasar (PK) 10% dan total digestble nutrien (TDN)
sebesar 60%. Ransum yang diberikan kepada ternak dengan rasio hijauan dan
konsentrat 15:85. Beberapa bahan baku yang digunakan disajikan pada Tabel 1,
sedangkan komposisi ransum tercantum pada Tabel 2.
Tabel 1 Kandungan nutrien jerami padi, kara rawe dan kara benguk
Nutrien (%)

Jerami padi

Kara rawe

Bahan Kering

80.55

90.73

Abu*
Protein Kasar (PK)*
Lemak Kasar (LK)*
Serat Kasar (SK)*
BETN
TDN
Ca*
P*

11.46
5.13
1.46
23.72
58.23
49.48**
0.31
0.10

4.08
17.07
2.55
30.77
45.53
55.87***
2.61
0.14

Kara
benguk
93.28

(BK)*
4.48
26.49
1.92
7.35
59.76
72.55
-

*Analisa dilakukan di Laboratorium Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor (2014) ;BETN: Bahan
Ekstrak Tanpa Nitrogen, TDN: total digestible nutrient; Rumus perhitungan TDN menurut Hartadi et al. (1990):
**TDN(%) = 92.464 -3.338(SK) - 6.945(LK) - 0.762(BETN) + 1.115(PK) + 0.031(SK)2 - 0.207(LK)(BETN) +
0.100(LK)(PK) – 0.022(LK)2(PK), *** TDN(%) = -202.686 – 1.357(SK) + 2.638(LK) + 3.003(BETN) + 2.347(PK)
+ 0.046 (SK)2 + 0.647 (LK)2 +0.041 (SK)(BETN) -0.081(LK)(BETN) + 0.553 (LK)(PK) – 0.046(LK)2(PK)

Tabel 2 Komposisi nutrien ransum penilitian
Bahan baku ransum
Hijauan
1. Jerami padi
2. Kara rawe
(M.
Bracteata)
Sumber konsentrat
1. Kara benguk
(M.pruriens)
2. Konsentrat
komersial
3. Jagung
4. Bungkil kedelai
Komposisi
nutrisi
1
(%)
Protein kasar*
Lemak kasar*
TDN**
1

P1(%)

P2(%)

15
-

15

15

-

-

16

42

78

69

36
7

7

-

8.24
2.80
66.88

8.95
3.43
58.39

P3(%)

8.56
3.66
63.93

Hasil perhitungan kandungan ransum dengan rasio hijauan dan konsentrat 15:85; *Analisa dilakukan di
Laboratorium Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor (2014) ;BETN: Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen,
TDN: total digestible nutrient; **Rumus perhitungan TDN menurut Hartadi et al. (1990); P1:15 % jerami padi +
85 % konsentrat, P2: 15% kara rawe + 85% konsentrat, P3:15% kara rawe + 69% konsentrat + 16% kara benguk.

Prosedur
Persiapan pakan
Bahan pakan seperti kara rawe dan kara benguk dilakukan pengolahan
terlebih dahulu. Kara rawe segar setelah dicacah, kemudian dimasukkan oven 60˚C.
Pengolahan kara benguk dimulai dengan perebusan pada kacang selama 15 menit,
kacang dijemur di bawah naungan cahaya matahari setelah itu kara benguk
dimasukkan ke oven 60˚C dan kemudian dilakukan penggilingan menjadi tepung.
Pemeliharaan
Sapi dipelihara selama ±1 bulan dengan masa pra perlakuan 10 hari untuk
adaptasi pakan yang diberikan. Pemberian pakan sebanyak tiga kali sehari yang
dilaksanakan pada pagi hari pukul 06.00 WIB, siang hari pukul 12.00 WIB, dan
sore hari pukul 16.00 WIB. Setiap sapi diberikan 1.5 kg hijauan dan 7.65 kg
konsentrat per hari yang disesuaikan dengan perlakuan. Sisa pakan ditimbang
setiap pagi sebelum diberikan pakan baru.
Rancangan dan Analisis Data
Perlakuan
Penelitian ini menggunakan 3 perlakuan dengan 3 ulangan, perlakuan yang
digunakan adalah sebagai berikut :
P1 : 15% jerami padi + 85% konsentrat
P2 : 15% kara rawe + 85% konsentrat
P3 : 15% kara rawe + 69% konsentrat +16% kara benguk
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 perlakuan ransum dan 3 kelompok
ternak. Setiap perlakuan diberikan pada 3 ekor sapi yang sudah diacak dari
kelompok berbobot kecil, sedang, dan besar. Model matematika dari rancangan
acak kelompok menurut Steel dan Torrie (1993) adalah sebagai berikut:
Yij= µ + Ai + Bj + Eij
Yij

: Nilai pengamatan pada satuan percobaan ke-j yang mendapat perlakuan
ransum ke-i
µ
: Nilai rata-rata sesungguhnya
Ai
: Pengaruh kelompok bobot awal sapi ke-i
Bj
: Pengaruh perlakuan (P2 dan P3) ke-i
Eij
: Pengaruh galat dari satuan percobaan pada kelompok ke-i yang
mendapat perlakuan ransum ke-j

Data konsumsi bahan kering, pertambahan bobot badan, dan efisiensi pakan
dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA) untuk mengetahui pengaruh perlakuan
terhadap peubah yang diamati dan perbedaan antar perlakuan diuji dengan uji jarak

Duncan (Steel dan Torrie 1993). Income Over Feed Cost (IOFC) dianalisis dengan
analisis deskriptif.

Peubah yang Diukur
Konsumsi Bahan Kering. Konsumsi pakan dihitung berdasarkan Djajuli
(1992) dengan cara menimbang, mencatat pakan yang diberikan dan pakan yang
tersisa. Kemudian hitung konsumsi bahan kering dengan mengkalikan pakan yang
dikonsumsi dengan persentase bahan kering pakan.
onsumsi

pakan ang di e ikan sisa pakan

pakan

Pertambahan Bobot Badan (kg). Pertambahan bobot badan diketahui
dengan cara pengukuran seperti yang dikemukakan Bogart dan Taylor (1983)
mengukur bobot badan awal dan bobot badan akhir, setelah diketahui maka
dilakukan perhitungan dengan mengurangi bobot badan akhir dikurangi dengan
bobot badan awal setelah perlakuan dan dibagi dengan hari pemeliharaan.
Efisiensi Pakan. Nilai efisiensi pakan diperoleh dengan ratio antara rataan
pertambahan bobot badan harian dengan konsumsi bahan kering ransum
(Crampton dan Harris 1983).
Income Over Feed Cost. Income Over Feed Cost adalah suatu metode
untuk mengukur keuntungan yang diperoleh dari pemeliharaan sapi ini. Metode
perhitungan IOFC menurut Prawirokusumo (1990) diperoleh dengan menghitung
selisih pendapatan usaha peternakan dikurangi biaya pakan. Pendapatan
merupakan perkalian antara pertambahan bobot badan (kg) akibat perlakuan
dengan harga jual (kg bobot badan-1).
C

a ga ual e nak

konsumsi pakan

a ga pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis statistik membuktikan bahwa pemanfaatan kara rawe
(Mucuna bracteata) dan kara benguk (Mucuna pruriens) pada sapi bali jantan
tidak berpengaruh pada kelompok ternak terhadap konsumsi bahan kering,
pertambahan bobot badan harian dan efisiensi pakan (P>0.05). Pengaruh
pemberian kara rawe dan kara benguk pada pakan sapi potong terhadap
konsumsi bahan kering, pertambahan bobot badan harian (PBBH) dan
efisiensi pakan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Rataan konsumsi bahan kering, pertambahan bobot badan harian,
efisiensi pakan
Peubah

Perlakuan
P1

P2

-

1

Konsumsi BK (kg ekor
hari-1)

4.89±0.107c

5.63±0.064b

P3
6.05±0.149a

PBBH (kg ekor-1hari-1)
Efisiensi Pakan

0.73±0.65b
-0.15±0.01b

0.58±0.34a

0.47±0.40a
0.08±0.012a

0.10±0.017a

Huruf kecil yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P