Kecernaan Ransum Yang Mengandung Hijauan Kara Rawe (Mucuna Bracteata) Dan Biji Kara Benguk (Mucuna Pruriens) Pada Sapi Bali

KECERNAAN RANSUM YANG MENGANDUNG HIJAUAN
KARA RAWE (Mucuna bracteata) DAN BIJI KARA
BENGUK (Mucuna pruriens) PADA SAPI BALI

R. R. ANITA NUR RIMADHANI

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kecernaan Ransum
yang Mengandung Hijauan Kara Rawe (Mucuna bracteata) dan Biji Kara Benguk
(Mucuna pruriens) pada Sapi Bali adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2015

R. R. Anita Nur Rimadhani
D24110080

ABSTRAK
R. R. ANITA NUR RIMADHANI. Kecernaan Ransum yang Mengandung
Hijauan Kara Rawe (Mucuna bracteata) dan Biji Kara Benguk (Mucuna pruriens)
pada Sapi Bali. Dibimbing oleh DIDID DIAPARI dan DWIERRA EVVYERNIE
AMIRROENAS.
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur nilai kecernaan (in vivo) pada
sapi Bali yang mengkonsumsi hijauan kara rawe (Mucuna bracteata) dan biji kara
benguk (Mucuna pruriens) sebagai imbuhan pakan. Penelitian ini menggunakan
rancangan acak kelompok (RAK) yang terdiri atas sembilan ekor sapi Bali jantan
dan dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan perbedaan bobot badan. Perlakuan
ransum yang diberikan yaitu : P0 (15% jerami padi + 85% konsentrat), P1 (15%
kara rawe + 85% konsentrat), dan P2 (15% kara rawe + 69% konsentrat + 16%

kara benguk). Peubah yang diukur adalah kecernaan bahan kering, kecernaan
bahan organik, kecernaan protein kasar, kecernaan lemak kasar, kecernaan serat
kasar dan kecernaan energi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pengelompokkan bobot badan dan perlakuan pemberian hijauan kara rawe dan biji
kara benguk tidak berpengaruh terhadap semua peubah yang diukur. Simpulan
dari penelitian ini yaitu hijauan kara rawe dan kara benguk berpotensi sebagai
sumber bahan baku pakan sapi Bali tanpa menurunkan kecernaan.
Kata kunci: kara benguk (Mucuna pruriens), kara rawe (Mucuna bracteata),
kecernaan, sapi Bali
ABSTRACT
R. R. ANITA NUR RIMADHANI. Digestibility of Bali Cattle Ration
Containing Rawe Forage (Mucuna bracteata) and Velvet Bean (Mucuna
pruriens). Supervised by DIDID DIAPARI and DWIERRA EVVYERNIE
AMIRROENAS.
This research was aimed to measure digestibility of Bali cattle ration
containing rawe forage (Mucuna bracteata) and velvet bean (Mucuna pruriens).
Randomized complete block design was used, which were consisted of nine male
of Bali cattle that divided into three plots according to differences of body weight.
The treatment of rations were : P0 (15% rice straw + 85% concentrate), P1 (15%
rawe forage + 85% concentrate), and P2 (15% rawe forage + 69% concentrate +

16% velvet bean). Variable observed were dry matter, organic matter, crude
protein, crude lipid, crude fiber digestibilities, and also total digestable nutrient
(TDN). The finding results were not influence to all variables by addition of rawe
forage and velvet bean. As conclusion, 15% kara forage and 16% velvet bean
could be used in Bali cattle ration without reduce the digestibility.
Key words: Bali cattle, digestibility, rawe forage (Mucuna bracteata), velvet
bean (Mucuna pruriens)

KECERNAAN RANSUM YANG MENGANDUNG HIJAUAN
KARA RAWE (Mucuna bracteata) DAN BIJI KARA
BENGUK (Mucuna pruriens) PADA SAPI BALI

R. R. ANITA NUR RIMADHANI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan


DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala
atas segala karunia dan rahmat-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul
“Kecernaan Ransum yang Mengandung Hijauan Kara Rawe (Mucuna bracteata)
dan Biji Kara Benguk (Mucuna pruriens) pada Sapi Bali” dapat diselesaikan.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Peternakan pada Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Tulisan ini menguji pemanfaatan Leguminous Cover Crop (LCC) atau
tanaman penutup tanah yang berada diantara tegakan perkebunan pohon sawit
yaitu kara rawe (Mucuna bracteata). Tanaman leguminosa yang berpotensi
lainnya yakni bijian kara benguk (Mucuna pruriens) yang mampu tumbuh di
semua musim. Hal tersebut dapat membantu berkembangnya sistem integrasi
tanaman – ternak yang menjadi program pendukung terciptanya ketersediaaan
daging secara mandiri dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam

Indonesia. Skripsi ini merupakan hasil penelitian yang dilaksanakan sejak bulan
Agustus hingga Oktober 2014.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan demi perbaikan di masa mendatang. Penulis berharap semoga
skripsi ini dapat memberikan informasi baru dalam dunia peternakan dan
bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya.
Bogor, Oktober 2015

R. R. Anita Nur Rimadhani

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
METODE
Materi
Ternak
Kandang dan Peralatan
Pakan

Waktu dan Lokasi
Prosedur
Persiapan Pakan
Pemeliharaan
Koleksi Feses
Rancangan dan Analisis Data
Perlakuan
Rancangan Percobaan
Peubah yang Diamati
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kecernaan Ransum Penelitian
Kecernaan Bahan Kering
Kecernaan Bahan Organik
Kecernaan Protein Kasar
Kecernaan Lemak Kasar
Kecernaan Serat Kasar
Kecernaan TDN (total digestible nutrient)
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

xiv
xiv
1
2
2
2
2
2
4
4
4
4
4
4
4
4

5
6
6
6
7
8
8
9
9
10
10
10
10
13
16

DAFTAR TABEL
1 Kandungan nutrien jerami padi, kara rawe dan kara benguk
2 Komposisi dan nutrien ransum penelitian
3 Rataan nilai konsumsi bahan kering, pertambahan bobot badan harian

dan kecernaan nutrien hijauan kara rawe (Mucuna bracteata) dan biji
kara benguk (Mucuna pruriens)

3
3

6

DAFTAR LAMPIRAN
1 ANOVA kecernaan bahan kering
2 ANOVA kecernaan bahan organik
3 ANOVA kecernaan protein kasar
4 ANOVA kecernaan lemak kasar
5 ANOVA kecernaan serat kasar
6 ANOVA kecernaan TDN (total digestible nutrient)
7 Variabel yang dipengaruhi bahan kering
8 Variabel yang dipengaruhi bahan organik
9 Variabel yang dipengaruhi protein kasar
10 Variabel yang dipengaruhi lemak kasar
11 Variabel yang dipengaruhi serat kasar

12 Variabel yang dipengaruhi total digestible nutrient (TDN)

13
13
13
13
13
14
14
14
14
15
15
15

1

PENDAHULUAN
Jumlah penduduk Indonesia yang semakin meningkat dan kesadaran
masyarakat yang tinggi terhadap pentingnya protein hewani menyebabkan

konsumsi daging meningkat khususnya daging sapi. Jumlah penduduk Indonesia
tahun 2013 yakni sebanyak 248.8 juta jiwa dengan kebutuhan daging sapi sebesar
2.36 kg kapita-1 tahun-1. Kebutuhan daging sapi yakni sebesar 587 168 ton
sedangkan ketersediaannya sebanyak 504 819 ton dari sapi lokal, sehingga
terdapat kekurangan penyediaan sebesar 82 349 ton (14.03%) (BPS 2014a), maka
pemerintah melakukan impor sapi dan daging sapi secara nasional. Pemerintah
menyediakan kebutuhan konsumsi daging dari produksi peternakan sapi dalam
negeri secara mandiri. Salah satu program yang mendukung ketersediaan daging
yakni sistem integrasi sawit sapi. Sistem ini memanfaatkan ketersediaan pakan
lokal yang ada disekitar perkebunan sehingga peternak dapat mengurangi
penggunakan pakan konvensional. Peternak sapi potong menggunakan jerami
padi dan konsentrat komersial sebagai pakan. Jerami padi hanya mampu
memenuhi kebutuhan nutrien serat maka perlu adanya pemenuhan protein dari
konsentrat. Konsentrat umumnya bernilai tinggi, karena ketersediaan dan biaya
transportasi yang tidak dapat dipenuhi oleh peternak, sehingga perlu adanya pakan
konvensional dengan nilai yang rendah dan mampu memenuhi kebutuhan hidup
pokok maupun produksi ternak.
Perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu perkebunan utama di
Indonesia, yaitu seluas 5 592 juta ha (BPS 2014b). Lahan yang cukup luas ini
memerlukan pupuk untuk perkembangan dan pertumbuhannya. Harga pupuk yang
tinggi membuat petani perkebunan perlu mensiasatinya, yaitu dengan menekan
biaya pemupukan melalui peningkatan efisiensi pemupukan dan mengurangi
pemakaian pupuk. Upaya yang dilakukan untuk mengurangi kebutuhan pupuk
yaitu dengan menanam tanaman penutup tanah dari golongan leguminosae.
Penanaman ini mampu menambat nitrogen bebas di udara dan menambah
kandungan bahan organik tanah sehingga dapat membantu efisiensi penggunaan
pupuk. Kara rawe (Mucuna bracteata) merupakan tanaman berdaun trifoliat dari
kelompok leguminosa yang sejak tiga tahun terakhir ini banyak digunakan sebagai
tanaman penutup tanah (Leguminous Cover Crop) di perkebunan kelapa sawit
(Samedani et al. 2014). Kelebihan dari kara rawe ini antara lain kandungan
alelopati yang dapat menekan pertumbuhan gulma-gulma utama perkebunan dan
kemampuannya untuk hidup di bawah naungan dan kondisi cekaman kekeringan,
sedangkan kekurangannya yaitu tidak menghasilkan polong bila ditanam di
dataran rendah, di tempat asalnya tanaman ini tumbuh pada ketinggian 5 000 kaki
di atas permukaan laut (Subroto dan Harahap 2002). Tanaman kara rawe ini
diharapkan dapat berfungsi sebagai pengganti hijauan konvensional, karena kara
rawe memiliki kandungan protein sebesar 18.04% (Sirait et al. 2009) dan serat
32.88% (Juniar et al. 2009). Pada musim kemarau umumnya peternak
menggunakan jerami padi sebagai pakan ternak, oleh karena itu ketersediaan
tanaman kara rawe berpotensi ditanam dalam musim apapun dapat dikembangkan
untuk menjadi pakan lokal yang bernutrisi tinggi.
Di antara berbagai bangsa sapi yang ada di Indonesia, sapi Bali merupakan
salah satu sapi asli Indonesia yang cukup penting dan terdapat dalam jumlah yang

2

cukup besar. Dibandingkan sapi lokal lainnya di Indonesia (sapi Ongole, PO dan
Madura), persentase sapi Bali tersebut adalah yang tertinggi (Ditjen Bina Produksi
Peternakan 2002). Pada berbagai lingkungan pemeliharaan di Indonesia, sapi Bali
memperlihatkan kemampuannya untuk berkembang biak dengan baik yang
disebabkan beberapa keunggulan yang dimiliki sapi Bali. Keunggulan sapi Bali
dibandingkan sapi lain yaitu memiliki daya adaptasi sangat tinggi terhadap
lingkungan yang kurang baik (Masudana 1990), seperti dapat memanfaatkan
pakan dengan kualitas rendah (Sastradipradja 1990), mempunyai fertilitas dan
conception rate yang sangat baik (Oka dan Darmadja 1996), persentase karkas
yang tinggi yaitu 52%-57.7% (Payne dan Rollison 1973), memiliki daging
berkualitas baik dengan kadar lemak rendah (kurang lebih 4%) (Payne dan
Hodges 1997) dan tahan terhadap parasit internal dan eksternal (NRC 1983).
Pada program penggemukan sapi, ternak diberikan growth promoter alami
untuk meningkatkan massa otot pada sapi. Leguminosa yang berpotensi sebagai
kandidat growth promoter alami misalnya kara benguk (Mucuna pruriens). Biji
kara benguk mengandung racun sianida yang dapat dihilangkan dengan cara
merendam di dalam air bersih selama 24-48 jam, dan mengandung protein yang
tinggi sekitar 26.49% (Diapari dan Evvyernie 2013).
Berdasarkan informasi tersebut, dalam penelitian ini dikaji tentang
pemanfaatan kara rawe sebagai hijauan pakan dan biji kara benguk sebagai
growth promoter alami yang terkandung dalam pakan sapi Bali pada akhir masa
penggemukan melalui pengamatan ransum kecernaan nutrien ternak tersebut.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur nilai kecernaan (in vivo) pada sapi
Bali yang mengkonsumsi hijauan kara rawe (Mucuna brateata) dan biji kara
benguk (Mucuna pruriens) sebagai imbuhan pakan.

METODE
Materi
Ternak
Ternak yang digunakan yaitu sembilan ekor sapi Bali jantan yang berumur
1.5-2 tahun dengan kisaran bobot badan antara 217-277 kg.
Kandang dan Peralatan
Kandang yang digunakan adalah kandang sapi individu. Peralatan yang
digunakan adalah timbangan ternak kapasitas satu ton, timbangan digital pakan,
timbangan gantung manual 50 kg, ember plastik, sekop, dan karung.
Pakan
Pakan yang digunakan sesuai dengan standar kebutuhan sapi menurut
NRC (2000) yaitu protein kasar (PK) sebesar 10% dan total digestible nutrient
(TDN) sebesar 60%. Pakan diberikan secara ad libitum dengan rasio hijauan dan
konsentrat 15:85. Beberapa bahan baku yang digunakan disajikan pada Tabel 1,
sedangkan komposisi dan nutrien ransum penelitian tercantum pada Tabel 2.

3

Tabel 1 Kandungan nutrien jerami padi, kara rawe dan kara benguk
Nutrien (%)
Jerami padi
Kara rawe
Kara benguk
a
Bahan kering (BK)
80.55
90.73
93.28
Abua
11.46
4.08
4.48
a
Protein kasar (PK)
5.13
17.07
26.49
Lemak kasar (LK)a
1.46
2.55
1.92
a
Serat kasar (SK)
23.72
30.77
7.35
BETN
58.23
45.53
59.76
TDN
49.48b
55.87c
72.55
NDF
74.44e
57.24f
ADF
54.46e
50.16f
d
e
Lignin
12-16
18.84
16.87f
Selulosa
28-36d
35.61e
30.04f
a

Analisa proksimat dilakukan di laboratorium Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor
(2014); BETN: Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen, TDN: total digestible nutrient; Rumus Perhitungan
TDN menurut Hartadi et al. (1997): bTDN(%) = 92.464 – 3.338(SK) - 6.945(LK) - 0.762(BETN)
+ 1.115(PK) + 0.031(SK)2 - 0.207(LK)(BETN) + 0.100(LK)(PK) – 0.022(LK)2(PK), cTDN(%) =
-202.686 – 1.357(SK) + 2.638(LK) + 3.003(BETN) + 2.347(PK) + 0.046 (SK) 2 + 0.647 (LK)2 +
0.041 (SK)(BETN) - 0.081(LK)(BETN) + 0.553 (LK)(PK) – 0.046(LK)2 (PK); dMulder (1996);
e
Analisa Van Soest dilakukan di laboratorium Balai Penelitian Ternak (2014); fDiapari dan
Evvyernie (2013).

Tabel 2 Komposisi dan nutrien ransum penelitian
Perlakuan
Bahan baku pakan
P0 (%)
P1 (%)
Hijauan
1.
Jerami padi
15
2.
Kara rawe
15
Konsentrat
1.
Kara benguk
2.
Konsentrat komersial
42
78
3.
Jagung
36
4.
Bungkil kedelai
7
7
Komposisi Nutrisi
Bahan keringa
83.41
79.17
Abua
9.13
13.94
a
Protein kasar
8.24
8.95
Lemak kasara
2.80
3.43
a
Serat kasar
11.45
17.60
BETNa
68.37
56.08
b
TDN
66.88
58.39

P2 (%)
15
16
69
82.17
9.76
8.56
3.66
17.06
60.96
63.93

Hasil perhitungan kandungan ransum dengan rasio hijauan dan konsentrat 15:85; aAnalisa
dilakukan di Laboratorium Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor (2014); BETN: bahan
ekstrak tanpa nitrogen, TDN: total digestible nutrient; bRumus perhitungan TDN menurut Hartadi
et al. (1997); P0: 15 % jerami padi + 85 % konsentrat, P1: 15% kara rawe + 85% konsentrat, P2:
15% kara rawe + 69% konsentrat + 16% kara benguk.

4

Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2014 sampai Oktober
2014. Tanaman kara rawe (Mucuna bracteata) diperoleh dari PT Perkebunan
Nusantara VIII Cikasungka, Jasinga, Bogor. Kara benguk (Mucuna pruriens)
diperoleh dari petani di Yogyakarta. Pengeringan dan penggilingan kedua bahan
tersebut dilakukan di Laboratorium Industri Pakan Fakultas Peternakan Institut
Pertanian Bogor. Pemeliharaan sapi dilaksanakan di Mitra Tani Farm. Analisa
dilakukan di Laboratorium Pusat antar Universitas Institut Pertanian Bogor dan
Laboratorium Balai Penelitian Ternak.
Prosedur
Persiapan Pakan
Bahan pakan seperti hijauan kara rawe dan biji kara benguk dilakukan
pengolahan terlebih dahulu. Tanaman kara rawe segar dikeringkan menggunakan
oven 60oC. Kacang kara benguk direbus selama 15 menit kemudian dikeringkan
menggunakan cahaya matahari serta selanjutnya dimasukkan ke oven 60oC, dan
setelah itu digiling hingga menjadi tepung.
Pemeliharaan
Sapi dipelihara selama kurang lebih satu bulan dengan masa adaptasi
perlakuan sepuluh hari. Pemberian pakan sebanyak tiga kali sehari yang
dilaksanakan pada pagi hari pukul 06.00 WIB, siang hari pukul 12.00 WIB dan
sore hari pukul 16.00 WIB.
Koleksi Feses
Koleksi feses dilakukan selama lima hari terakhir periode penelitian. Feses
ditampung setiap individu sebanyak sepuluh persen dari total feses. Sampel feses
kemudian dikeringkan pada terik matahari dan di oven dengan suhu 60ºC.
Kemudian digiling dan sampel feses setiap ternak digabungkan setiap hari.
Selanjutnya sembilan sampel dari sembilan sapi Bali tersebut dianalisa.
Rancangan dan Analisis Data
Perlakuan
Penelitian ini menggunakan tiga perlakuan dengan tiga ulangan sebagai
kelompok, perlakuan yang digunakan adalah sebagai berikut:
P0 : 15% Jerami padi + 85% Konsentrat
P1 : 15% Kara rawe (Mucuna bracteata) + 85% Konsentrat
P2 : 15% Kara rawe (Mucuna bracteata) + 69% Konsentrat + 16% Kara
benguk (Mucuna pruriens)
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan tiga perlakuan dan tiga kelompok,
setiap perlakuan terdapat tiga ekor sapi yang sudah diacak dari kelompok

5

berbobot kecil (217-223 kg), sedang (229-241 kg) dan besar (256-277 kg). Model
matematika dari rancangan acak kelompok menurut Steel dan Torrie (1993)
adalah sebagai berikut:
Yij= µ + Ai + Bj + Eij
Yij : Nilai pengamatan pada satuan percobaan ke-j yang mendapat perlakuan
pakan ke-i
µ : Nilai rata-rata sesungguhnya
Ai : Pengaruh kelompok bobot awal sapi ke-i
Bj : Pengaruh perlakuan ke-i
Eij : Pengaruh galat dari satuan percobaan pada kelompok ke-i yang mendapat
perlakuan pakan ke-j
Data konsumsi bahan kering dan koleksi feses dianalisis dengan sidik
ragam (ANOVA) untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap peubah yang
diamati, apabila terdapat perbedaan yang nyata akan dilanjutkan dengan uji
Duncan (Steel dan Torrie 1993).
Peubah yang Diamati
McDonald et al. (2002) menyatakan bahwa selisih antara zat makanan
yang dikandung dalam bahan makanan dengan zat makanan yang ada di dalam
feses merupakan bagian yang dicerna. Perhitungan kecernaaan bahan pakan
menurut Arora (1989) yaitu menggunakan persamaan:

Kecernaan energi dapat dinyatakan dalam bentuk TDN (Total Digestible
Nutrient) yang dinyatakan dalam persen. Kebutuhan energi dalam pakan ternak
ruminansia sering menggunakan data TDN. Pengukuran TDN berdasarkan dari
evaluasi analisis proksimat bahan pakan dan feses (Perry et al. 2003). TDN
dihitung berdasarkan rumus pendugaan Sutardi (1980), dengan persamaan:

6

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kecernaan Ransum Penelitian
Kecernaan merupakan jumlah pakan yang diserap oleh tubuh hewan
(McDonald et al. 2002). Anggorodi (2004) menambahkan pengukuran kecernaan
atau nilai cerna suatu bahan merupakan usaha untuk menentukan jumlah nutrien
dari suatu bahan yang didegradasi dan diserap dalam saluran pencernaan. Menurut
Parakkasi (1999) kecernaan dipengaruhi oleh tingkat pemberian pakan, spesies
hewan, kandungan lignin pada pakan, defisien zat makanan, dan gangguan saluran
pencernaan. Van Soest (1994) menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi
kecernaan bahan pakan adalah spesies ternak, umur ternak, perlakuan pakan,
kadar serat kasar dan lignin, defisien nutrien, komposisi pakan, bentuk fisik
pakan, level pakan, dan umur tanaman. Bobot badan tidak berpengaruh nyata
terhadap kecernaan bahan kering, bahan organik, protein kasar, lemak kasar, serat
kasar dan total digestible nutrient (TDN). Rataan nilai konsumsi bahan kering,
pertambahan bobot badan harian dan kecernaan nutrien hijauan kara rawe
(Mucuna bracteata) dan biji kara benguk (Mucuna pruriens) dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3 Rataan nilai konsumsi bahan kering, pertambahan bobot badan harian
dan kecernaan nutrien hijauan kara rawe (Mucuna bracteata) dan biji
kara benguk (Mucuna pruriens)
Perlakuan
Peubah
P0
P1
P2
-1
-1 *
Konsumsi BK (kg ekor hari )
4.89±0.107c 5.63±0.064b 6.05±0.149a
PBBH (kg ekor-1hari-1)*
0.73±0.65b
0.58±0.34a
0.47±0.40a
Kecernaan
Bahan Kering (%)
79.81±1.29
73.27±7.19
72.63±7.32
Bahan Organik (%)
82.59±1.29
75.40±6.54
75.95±6.12
Protein Kasar (%)
78.30±3.69
76.25±6.76
75.66±6.14
Lemak Kasar (%)
94.45±1.08
95.54±0.93
94.65±1.50
Serat Kasar (%)
61.58±8.25
53.52±11.40
56.24±8.66
TDN (%)
78.35±1.19
68.98±5.66
72.87±5.59
Huruf kecil yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (Pα.

Kecernaan Bahan Kering
Pemberian hijauan kara rawe dan biji kara benguk tidak berpengaruh nyata
terhadap kecernaan bahan kering. Hal ini diduga karena kandungan bahan kering
pakan ketiga perlakuan yang relatif sama yaitu berkisar antara 79.17%-83.41%
(Tabel 2). Nilai rataan kecernaan bahan kering penelitian ini berkisar antara
72.63%-79.81% (Tabel 3). Nilai kisaran tersebut berada pada standar nilai
kecernaan bahan kering menurut NRC (2000) yakni sebesar 50%-75% dari jumlah

7

keseluruhan bahan kering yang masuk ke tubuh. Nilai kecernaan bahan kering
yang sama dari ketiga perlakuan ini disebabkan karena adanya kandungan lignin
pada kisaran yang sama pada hijauan pakan yakni 12%-18.84% (Tabel 1). Hal ini
didukung oleh Parakkasi (1999) bahwa kecernaan dipengaruhi oleh kandungan
lignin pada pakan, dan Van Soest (1994) menjelaskan bahwa faktor yang
mempengaruhi kecernaan bahan pakan adalah kadar serat kasar serta lignin, dan
komposisi pakan.
Nilai kecernaan bahan kering yang tidak berbeda nyata diduga disebabkan
karena kualitas ketiga pakan yang diberikan tidak jauh berbeda (Tabel 2), tetapi
jumlah pakan yang dikonsumsi berbeda. Tomaszewska et al. (1993) menyatakan
bahwa jumlah konsumsi pakan merupakan faktor penentu yang paling penting
dalam menentukan jumlah zat-zat makanan yang didapat ternak. Konsumsi pakan
dipengaruhi oleh faktor kualitas pakannya dan kebutuhan energi ternak yang
bersangkutan. Martawidjaja dan Gatenby (1986) menyatakan bahwa pakan yang
cukup kandungan protein dan lebih halus ukuran strukturnya dapat meningkatkan
jumlah konsumsi makanan. Konsumsi bahan kering untuk sapi Bali jantan dengan
rataan bobot badan 200 kg adalah sebesar 5.7 kg (Sampurna 2013). Konsumsi
bahan kering pada penelitian ini berkisar 4.88-6.05 kg. Hasil menunjukkan
konsumsi pakan yang memenuhi kriteria untuk sapi Bali pada bobot badan rataan
200 kg.
Penggemukan sapi secara intensif dengan pakan hijauan yang ditambah
konsentrat, pertambahan bobot badannya maksimum mencapai nilai 0.6-0.7 kg
(Sarwono 2001). Pada penelitian ini pakan jerami padi menunjukkan penurunan
bobot tubuh. Setelah recovery penurunan bobot badan hanya sekitar 3%-5%
(Rahmat dan Harianto 2012). Pengembalian keadaan pada ternak akibat
transportasi dipengaruhi oleh pakan yang diberikan dan keadaan lingkungan yang
baru. Sapi yang diberi pakan jerami padi dengan PK dan TDN sebesar 8.24% dan
66.88% tidak dapat mengembalikan keadaan tubuh sapi menjadi normal dan
beradaptasi dengan baik dengan lingkungan baru (Tabel 2). Pakan tersebut
menggunakan jerami padi sebanyak 15%, yang menyumbang kekurangan nutrien.
Hal ini disebabkan oleh jerami padi yang nilai nutrisinya rendah dan sulit dicerna.
Sutrisno et al. (2006) menyatakan bahwa kandungan protein kasar jerami padi
rendah (3%-5%), serat kasarnya tinggi (>34%), kekurangan mineral, ikatan
lignoselulosanya kuat dan kecernaannya rendah. Sapi Bali dengan pemberian kara
rawe dan kara rawe dengan kara benguk lebih dapat memanfaatkan pakan
daripada pakan jerami padi (Fairuz 2015).
Kecernaan Bahan Organik
Bahan organik merupakan selisih dari bahan kering dan kadar abu.
Kecernaan bahan organik menunjukkan jumlah nutrien protein, lemak, dan
karbohidrat yang dapat dicerna oleh ternak. Nilai kecernaan bahan organik dari
suatu pakan dapat menentukan kualitas pakan (Sutardi 1980) serta kecernaan
bahan organik menggambarkan ketersediaan nutrien dari pakan dan menunjukkan
nutrien yang dapat dimanfaatkan ternak (Tillman et al. 1991). Nilai kecernaan
bahan organik penelitian ini yaitu berkisar antara 75.40%-82.59% (Tabel 3).
Pemberian hijauan kara rawe dan bijian kara benguk tidak mempengaruhi
kecernaan bahan organik. Hal ini dapat disebabkan oleh kandungan abu pakan
ketiga perlakuan yang tidak jauh berbeda yaitu berkisar antara 9.13%-13.94%

8

(Tabel 2). Selain itu hal ini berkaitan dengan kecernaan bahan kering yaitu apabila
perlakuan tidak mempengaruhi kecernaan bahan kering maka perlakuan tersebut
tidak mempengaruhi kecernaan bahan organik, karena sebagian besar komponen
bahan kering adalah bahan organik (Arora 1989).
Kecernaan pakan erat hubungannya dengan konsumsi, seperti pada
pemberian pakan dengan kandungan serat yang tinggi dengan sifat voluminous
dapat menyebabkan pakan lamban untuk dicerna dibandingkan pakan yang tidak
berserat (Parakkasi 1999). Nilai konsumsi bahan kering kara rawe (5.63 kg ekor-1
hari-1) dan kara rawe dengan kara benguk (6.05 kg ekor-1 hari-1) lebih banyak
dibandingkan jerami padi (4.89 kg ekor-1 hari-1) (Tabel 3). Hal ini disebabkan
karena tingginya palatabilitas hijauan kara rawe dan biji kara benguk
dibandingkan jerami padi. Peningkatan konsumsi pakan tidak seiring dengan nilai
kecernaan, dimana nilai kecernaan ketiga perlakuan tidak berbeda nyata meskipun
pada konsumsi bahan kering berbeda nyata pada ketiga perlakuan yang diberikan.
Hal ini diduga karena kandungan serat kasar yang tinggi pada pakan kara rawe
dan kara rawe dengan kara benguk dapat menghambat kecernaan bahan kering,
namun kandungan protein kasar pada hijauan kara rawe dan biji kara benguk
mampu meningkatkan konsumsi pakan. Kandungan protein yang tinggi
menunjukkan kualitas pakan yang baik. Menurut Parakkasi (1999), kualitas pakan
yang semakin baik akan meningkatkan konsumsi pakan dari seekor ternak. Kara
rawe dan kara benguk mengandung protein sebesar 17.07% dan 26.49% (Tabel 1),
yang mampu meningkatkan palatabilitas ternak karena kualitas pakan yang baik,
sehingga ternak mengkonsumsi kembali pakan dan meningkatkan jumlah
konsumsi.
Kecernaan Protein Kasar
Nilai kecernaan protein kasar pada penelitian ini yaitu berkisar antara
75.66%-78.30% (Tabel 3). Nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan hasil
penelitian Siregar (2013) yaitu nilai kecernaan protein kasar sapi potong yang
mendapat pakan jerami padi, pucuk tebu, konsentrat dan dedak berkisar antara
52.38%-69.48%. Hal ini terjadi karena tingginya kandungan protein pada hijauan
kara rawe sebesar 17.07% dan biji kara benguk sebesar 26.49% dibandingkan
dengan jerami padi sebesar 7.38% dan pucuk tebu sebesar 7.65%. Hijauan kara
rawe dan penambahan biji kara benguk pada konsentrat tidak mengganggu
kecernaan protein kasar sapi Bali, terlihat bahwa nilai kecernaan protein kasar dari
semua perlakuan tidak berbeda nyata. Kecernaan protein kasar yang tidak berbeda
nyata pada penelitian ini dapat disebabkan oleh kandungan protein ketiga ransum
yang tidak jauh berbeda yaitu berkisar antara 8.24%-8.95% (Tabel 2). Hal ini
sesuai dengan pernyataan Tillman et al. (1998), kecernaan protein kasar dapat
dipengaruhi oleh kandungan protein pakan dan banyaknya protein yang masuk
dalam saluran pencernaan.
Kecernaan Lemak Kasar
Pemberian hijauan kara rawe dan bijian kara benguk tidak mempengaruhi
kecernaan lemak kasar. Rataan nilai kecernaan lemak kasar pada penelitian ini
yaitu berkisar antara 94.45%-95.54% (Tabel 3). Nilai tersebut memiliki kisaran
nilai yang sama penelitian Siregar (2013) yaitu kecernaan lemak kasar sapi potong
yang mendapat pakan jerami padi, dedak padi, pucuk tebu dan konsentrat yakni

9

berkisar antara 94.72%-99.04%, namun hasil nilai kecernaan lemak kasar
penelitian ini didukung oleh Pond et al. (2005) yang menyatakan daya cerna sejati
lemak yaitu melebihi 80%. Nilai kecernaan pada pakan jerami padi, kara rawe,
dan kara rawe dengan kara benguk yang sama ini menunjukkan kara rawe dan
kara benguk dapat digunakan sebagai substituen bagi pakan konvensional.
Kecernaan Serat Kasar
Pemberian hijauan kara rawe dan bijian kara benguk tidak mempengaruhi
kecernaan serat kasar. Kecernaan serat kasar pada penelitian ini yaitu berkisar
antara 53.52%-61.58% (Tabel 3). Hasil ini lebih rendah dibandingkan dengan
penelitian Rifai (2009) yaitu kecernaan serat kasar sapi peranakan ongole yang
mendapat ransum jerami padi dan konsentrat dengan penambahan tepung daun
murbei berkisar antara 55.58%-63.83%. Kecernaan serat kasar yang lebih rendah
pada penelitian ini terjadi karena tingginya kandungan lignin kara rawe yakni
sebesar 18.84% dan kara benguk sebesar 16.87% dibandingkan dengan daun
murbei sebesar 2.63%-2.81%. Van Soest (1994) mengemukakan bahwa
komponen lignin dapat melindungi selulosa dan hemiselulosa yang
mengakibatkan semakin rendahnya derajat kecernaan serat kasar. Hasil kecernaan
serat kasar penelitian ini didukung oleh Marpaung (2011) yang menyatakan
kisaran kecernaan serat kasar yaitu antara 30%-80% dari total serat yang
dikonsumsi oleh ternak.
Kecernaan TDN (Total Digestible Nutrient)
Pemberian hijauan kara rawe dan bijian kara benguk tidak mempengaruhi
kecernaan TDN. Nilai kecernaan TDN pada penelitian ini yaitu berkisar antara
68.98%-78.35% (Tabel 3). Berdasarkan NRC (2000) menunjukkan bahwa
kebutuhan energi dalam bentuk TDN untuk sapi potong masa penggemukan
adalah sebesar 60%. Data hasil perhitungan pada penelitian ini menunjukkan
bahwa nilai tersebut telah terpenuhi pada ketiga ransum. Rataan nilai kecernaan
TDN jerami padi sebesar 78.35%, kara rawe sebesar 68.98%, dan kara rawe
dengan kara benguk sebesar 72.87% (Tabel 3). Nilai kecernaan TDN pemberian
pakan kara rawe dan kara rawe dengan kara benguk cenderung lebih rendah
dibandingkan jerami padi, walaupun secara statistik nilai tersebut tidak berbeda
nyata. Nilai kecernaan TDN yang cenderung lebih rendah tersebut menunjukkan
penyediaan kebutuhan energi dengan pemberian pakan kara rawe dan kara rawe
dengan kara benguk lebih efisien dibandingkan dengan jerami padi. Nilai
kecernaan TDN penelitian ini disebabkan karena adanya kandungan serat kasar
yang lebih tinggi pada pakan kara rawe sebesar 17.60% dan kara rawe dengan
kara benguk sebesar 17.06% dibandingkan dengan pakan jerami padi sebesar
11.45% (Tabel 2). Hal ini sesuai dengan pernyatakan Parakkasi (1999) bahwa
kenaikkan tingkat serat akan menurunkan tingkat kecernaan.

10

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Pemberian pakan sapi Bali berupa hijauan kara rawe (Mucuna bracteata)
dan biji kara benguk (Mucuna pruriens) tidak mempengaruhi kecernaan nutrien
yang meliputi bahan kering, bahan organik, protein kasar, lemak kasar, serat kasar
dan TDN (total digesteble nutrient). Nilai kecernaan menunjukkan bahwa hijauan
kara rawe dan kara benguk berpotensi sebagai sumber bahan baku pakan sapi Bali
tanpa menurunkan kecernaan.
Saran
Berdasarkan penelitian ini perlu dilakukannya pengolahan secara fisik
terhadap hijauan kara rawe (Mucuna bracteata) untuk meningkatkan kecernaan.

DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi R. 2004. Ilmu Makanan Ternak Umum. Jakarta (ID): PT Gramedia.
Arora SP. 1989. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. Yogyakarta (ID): Gadjah
Mada University Press.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014a. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan
2014. Jakarta (ID): Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan
Kementrian Pertanian RI.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014b. Luas Tanaman Perkebunan Besar Menurut
Jenis Tanaman, Indonesia [Internet]. [diunduh 2 Juni 2015]. Tersedia pada :
www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel+1&id_subyek=54.
Diapari D, Evvyernie DA. 2013. Potensi Kara Benguk sebagai Kandidat Growth
Promoter Alami dalam Penggemukan Sapi Pedaging. Laporan Penilitian
BOPTN. Bogor (ID): Departemen Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas
Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Ditjen Bina Produksi Peternakan. 2002. Buku Statistik Peternakan Tahun 2002.
Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan. Jakarta (ID): Departemen
Pertanian.
Fairuz AB. 2015. Studi kara rawe (Mucuna bracteata) dan kara benguk (Mucuna
pruriens) terhadap performa sapi bali periode akhir penggemukan. [skripsi].
Bogor (ID): Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Hartadi H, Reksohadiprodjo S, Tillman AD. 1997. Tabel Komposisi Pakan untuk
Indonesia. Cetakan ke-4. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.
Juniar S, Simanihuruk K, Junjungan. 2009. Pemanfaatan Mucuna bracteata untuk
Pakan Kambing: Produksi, Nilai Nutrisi, Palatabilitas, dan Kecernaan.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. [Waktu dan tempat
pertemuan tidak diketahui]. Sumatera Utara (ID).

11

Marpaung CA. 2011. Uji sifat fisik dan evaluasi kecernaan biskuit berbasis
rumput lapang dan limbah tanaman jagung pada domba. [skripsi]. Bogor
(ID): Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Martawidjaja M, Gatenby RM. 1986. Comparation of the Thermal Budgets of
Five Different Roof of Animal House. Bogor (ID): Applied Agriculture
Research Project and Research Institut of Animal Production.
Masudana IW. 1990. Perkembangan Sapi Bali di Bali dalam Sepuluh Tahun
Terakhir (1980-1990). Proceeding Seminar Nasional Sapi Bali. Denpasar,
20-22 September 1990. Denpasar (ID): Fakultas Peternakan Universitas
Udayana. Halaman A-11-A-30.
McDonald P, Edwards RA, Greenhalgh JFD, Morgan CA. 2002. Animal
Nutrition. Sixth Edition. Gosport (US): Ashford Colour Press.
Mulder M. 1996. Basic Principles of Membrane Technology. Second Edition.
Dordrecht (AN): Kluwer Academic Publisher.
[NRC] National Research Council. 1983. Little-Known Asian Animals with a
Promising Economic Future. Washington DC (US): National Academy
Press.
[NRC] National Research Council. 2000. Nutrient Requirement of Beef Cattle.
Sixth Revised Edition. Washington DC (US): National Academy Press.
Oka IGL, Darmadja D. 1996. History and Development of Bali Cattle.
Proceedings Seminar on Bali Cattle, A Special Spesies for the Dry Tropics,
Held by Indonesia Australia Eastern University Project (IAEUP). Bukit
Jimbaran, 21 September 1996. Bali (ID): Udayana University Lodge.
Parakkasi A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Jakarta (ID):
Universitas Indonesia Press.
Payne WJA, Rollison DHL. 1973. Bali cattle. World Animal Revised 7: 13-21.
Payne WJA, Hodges J. 1997. Tropical Cattle: Origin, Breeds and Breeding
Policies. First Edition. Oxford (UK): Blackwell Scince.
Perry TW, Cullison AE, Lowrey RS. 2003. Feed and Feeding. Sixth Edition.
Upper Saddle River, New Jersey (US): Pearson Education Incorporation.
Pond GW, Church DC, Pond KR, Schoknecht PA. 2005. Basic Animal Nutrition
and Feeding. Fifth Edition. New Jersey (US): John Wiley and Sons
Incorporation.
Rahmat dan Harianto B. 2012. 3 Jurus Sukses Menggemukkan Sapi Potong.
Cetakan Pertama. Jakarta (ID): PT Agro Media Pustaka.
Rifai Z. 2009. Kecernaan ransum berbasis jerami padi yang diberi tepung daun
murbei sebagai substitusi konsentrat pada sapi peranakan ongole. [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Samedani B, Juraimi AS, Abdullah SAS, Rafii MY, Rahim AA, Anwar MP.
2014. Effect of cover crops on weed community and oil palm yeild.
International Journal Agriculture Biology 16: 23-31.
Sampurna. 2013. Pakan Sapi Bali [internet]. [diunduh 4 September 2014].
Tersedia pada: http://staff.unud.ac.id/.
Sarwono B. 2001. Penggemukan Sapi Potong Secara Cepat. Cimanggis (ID):
Penebar Swadaya.
Sastradipradja D. 1990. Potensi Internal Sapi Bali sebagai Salah Satu Sumber
Plasma Nutfah untuk Menunjang Pembangunan Peternakan Sapi Potong
dan Ternak Kerja secara Nasional. Prosidium Seminar Nasional Sapi Bali.

12

Denpasar, 20-22 September. Denpasar: Fakultas Peternakan Universitas
Udayana. Halaman A-47–A54.
Sirait J, Hutasoit R, Junjungan, Simanihuruk K. 2009. Pemanfaatan Mucuna
bracteata untuk Pakan Kambing: Produksi, Nilai Nutrisi, Palatabilitas dan
Kecernaan. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan
Veteriner. 11 – 12 November; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Puslitbang
Peternakan. Halaman 436 – 445.
Siregar YK. 2013. Pengaruh suplementasi probiotik padat dan cair dalam
meningkatkan kecernaan zat-zat makanan. [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Subroto, Harahap IY. 2002. Penggunaan kacangan penutup tanah Mucuna
bracteata pada pertanaman kelapa sawit. Warta PKKS 10(1) : 1-6.
Sutardi T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi I. Bogor (ID): Fakultas Peternakan Institut
Pertanian Bogor.
Sutrisno CI, Sulistyanto, Widyati S, Nurwantoro, Mukodiningsih S, Surahmanto,
Tristiarti. 2006. Peningkatan Kualitas Jerami sebagai Pakan [internet].
[diundung 14 September 2014]. Tersedia pada: http:// www.dikti.org / p3m /
abstrakHB.
Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika (Pendekatan
Biometrik) Penerjemah B Sumantri. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.
Tillman DA, Hartadi H, Reksohadiprodjo S, Lebdosoekojo S. 1991. Ilmu
Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press
Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada.
Tomaszewska MW, Mastika JM, Djaja AN, Gardiner S, Wiradarya T. 1993.
Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. Surabaya (ID): Sebelas Maret
University Press.
Van Soest PJ. 1994. Nutritional Ecology of the Ruminant. Second Edition. A
Division of Ithaca and London (UK): Comstock Publishing Associates
Cornell University Press.

13

Lampiran 1 ANOVA kecernaan bahan kering
SK
Perlakuan
Kelompok
Error
Total

DB
2
2
4
8

JK
94.858
5.258
208.487
308.603

KT
47.429
2.629
52.122

Fhit
0.910
0.050

F0.05
6.944
6.944

F0.01
18
18

SK: sumber keragaman; db: derajat bebas; JK: jumlah kuadrat; KT: kuadrat tengah; Fhit: nilai F
yang diperoleh dari hasil pengolahan data.

SK
Perlakuan
Kelompok
Error
Total

Lampiran 2 ANOVA kecernaan bahan organik
DB
JK
KT
Fhit
F0.05
2
96.242
48.121
1.218
6.944
2
5.594
2.797
0.071
6.944
4
158.024
39.506
8
259.860

F0.01
18
18

SK: sumber keragaman; db: derajat bebas; JK: jumlah kuadrat; KT: kuadrat tengah; Fhit: nilai F
yang diperoleh dari hasil pengolahan data.

SK
Perlakuan
Kelompok
Error
Total

Lampiran 3 ANOVA kecernaan protein kasar
DB
JK
KT
Fhit
F0.05
2
11.503
5.751
0.123
6.944
2
6.976
3.488
0.075
6.944
4
187.145
46.786
8
205.624

F0.01
18
18

SK: sumber keragaman; db: derajat bebas; JK: jumlah kuadrat; KT: kuadrat tengah; Fhit: nilai F
yang diperoleh dari hasil pengolahan data.

SK
Perlakuan
Kelompok
Error
Total

Lampiran 4 ANOVA kecernaan lemak kasar
DB
JK
KT
Fhit
F0.05
2
2.031
1.016
0.613
6.944
2
1.925
0.962
0.581
6.944
4
6.630
1.658
8
10.586

F0.01
18
18

SK: sumber keragaman; db: derajat bebas; JK: jumlah kuadrat; KT: kuadrat tengah; Fhit: nilai F
yang diperoleh dari hasil pengolahan data.

SK
Perlakuan
Kelompok
Error
Total

Lampiran 5 ANOVA kecernaan serat kasar
DB
JK
KT
Fhit
F0.05
100.757
50.379
0.464
2
6.944
111.976
55.988
0.516
2
6.944
434.089 108.522
4
646.823
8

F0.01
18
18

SK: sumber keragaman; db: derajat bebas; JK: jumlah kuadrat; KT: kuadrat tengah; Fhit: nilai F
yang diperoleh dari hasil pengolahan data.

14

Lampiran 6 ANOVA kecernaan TDN (total digestible nutrient)
SK
DB
JK
KT
Fhit
F0.05
F0.01
132.839
66.420
2.130
Perlakuan
2
6.944
18
4.679
2.340
0.075
Kelompok
2
6.944
18
124.725
31.181
Error
4
262.244
Total
8
SK: sumber keragaman; db: derajat bebas; JK: jumlah kuadrat; KT: kuadrat tengah; Fhit: nilai F
yang diperoleh dari hasil pengolahan data.

Sumber

Lampiran 7 Variabel yang dipengaruhi bahan kering
Jumlah Kuadrat DB
Rataan
F
Tipe III
Kuadrat

Model Toleransi
Intercept
Perlakuan
Kelompok
Error
Total
Total Terkoreksi

100.122
50945.004
94.864
5.258
208.415
51253.541
308.537

4
1
2
2
4
9
8

25.031
0.480
50945.004 977.762
47.432
0.910
2.629
0.050
52.104

Signifikan
0.752
0.000
0.472
0.951

Keterangan: db: derajat bebas; a. R Kuadrat = 0.325 (R Kuadrat Setara = -0.351)

Lampiran 8 Variabel yang dipengaruhi bahan organik
Sumber
Jumlah Kuadrat DB
Rataan
F
Signifikan
Tipe III
Kuadrat
101.796
4
25.449
0.644
Model Toleransi
0.660
54728.687
1 54728.687 1385.082
Intercept
0.000
96.207
2
48.103
1.217
Perlakuan
0.386
5.590
2
2.795
0.071
Kelompok
0.933
158.052
4
39.513
Error
54988.535
9
Total
259.848
8
Total Terkoreksi
Keterangan: db: derajat bebas; a. R Kuadrat = 0.392 (R Kuadrat Setara = -0.216)

Lampiran 9 Variabel yang dipengaruhi protein kasar
Sumber
Jumlah Kuadrat DB
Rataan
F
Tipe III
Kuadrat
18.489
4
4.622
0.099
Model Toleransi
52993.575
1 52993.575 1132.468
Intercept
11.510
2
5.755
0.123
Perlakuan
6.978
2
3.489
0.075
Kelompok
187.179
4
46.795
Error
53199.243
9
Total
205.668
8
Total Terkoreksi
Keterangan: db: derajat bebas; a. R Kuadrat = 0.090 (R Kuadrat Setara = -0.820)

Signifikan
0.977
0.000
0.887
0.929

15

Lampiran 10 Variabel yang dipengaruhi lemak kasar
Sumber
Jumlah Kuadrat DB
Rataan
F
Tipe III
Kuadrat
3.949
4
0.987
0.595
Model Toleransi
81021.827
1 81021.827 48797.714
Intercept
2.033
2
1.017
0.612
Perlakuan
1.916
2
0.958
0.577
Kelompok
6.641
4
1.660
Error
81032.418
9
Total
10.590
8
Total Terkoreksi

Signifikan
0.687
0.000
0.586
0.602

Keterangan: db: derajat bebas; a. R Kuadrat = 0.373 (R Kuadrat Setara = -0.254)

Lampiran 11 Variabel yang dipengaruhi serat kasar
Jumlah Kuadrat DB
Rataan
F
Tipe III
Kuadrat
212.777
4
53.194
0.490
Model Toleransi
29356.253
1 29356.253 270.439
Intercept
100.788
2
50.394
0.464
Perlakuan
111.988
2
55.994
0.516
Kelompok
434.202
4
108.551
Error
30003.232
9
Total
646.979
8
Total Terkoreksi
Sumber

Signifikan
0.747
0.000
0.659
0.632

Keterangan: db: derajat bebas; a. R Kuadrat = 0.329 (R Kuadrat Setara = -0.342)

Lampiran 12 Variabel yang dipengaruhi total digestible nutrient (TDN)
Sumber
Jumlah Kuadrat DB
Rataan
F
Signifikan
Tipe III
Kuadrat
137.510
4
34.378
1.103
Model Toleransi
0.463
48489.904
1 48489.904 1555.561
Intercept
0.000
132.847
2
66.424
2.131
Perlakuan
0.234
4.663
2
2.332
0.075
Kelompok
0.929
124.688
4
31.172
Error
48752.102
9
Total
262.198
8
Total Terkoreksi
Keterangan: db: derajat bebas; a. R Kuadrat = 0.524 (R Kuadrat Setara = -0.049)

16

RIWAYAT HIDUP
Penulis di lahirkan di Banjarnegara, Jawa Tengah pada
tanggal 6 Maret 1994 dari pasangan Bapak Ir. Slamet R dan
Ibu Siti KK, yang merupakan putri kedua dari tiga
bersaudara. Penulis menempuh pendidikan sekolah dasar di
SD Negeri Cipayung 04 tahun 1999-2000 dan SD Negeri
Pabuaran 03 tahun 2000-2005. Pendidikan dilanjutkan di
SMP Negeri 1 Bojonggede tahun 2005-2008 kemudian
melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 5 Depok tahun 20082011. Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut
Pertanian Bogor pada tahun 2011 melalui jalur Ujian Talenta Masuk IPB (UTMI)
dan diterima di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas
Peternakan.
Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis menjadi asisten praktikum
Mata Kuliah Manajemen Ilmu Pastura pada tahun 2014, dan Kebijakan
Pengawasan dan Mutu Pakan pada tahun 2015. Penulis juga aktif pada organisasi
Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak (HIMASITER) tahun
2012/2013 dan 2013/2014. Penulis juga aktif pada beberapa kegiatan kepanitian,
antara lain Masa Perkenalan Fakultas 2013, Dekan Cup 2013 dan Fapet Goes to
Village 2012/2013. Penulis juga melakukan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di
Kabupaten Cilacap tahun 2014.

UCAPAN TERIMAKASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia dan rahmat-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Terimakasih kepada Dr Ir Didid D MSi selaku pembimbing akademik serta
pembimbing skripsi dan Dr Ir Dwierra EA MS MSc selaku pembimbing skripsi
atas bimbingan yang diberikan. Terimakasih kepada dosen pembahas seminar Dr
rer nat Nur Rochmah K SPt MSi atas sarannya pada tanggal 28 Mei 2015.
Terimakasih juga kepada penguji sidang Prof Dr Ir I Komang GW dan Ir Hj
Komariah MSi atas kritik dan saran yang telah diberikan pada tanggal 12 Oktober
2015. Terimakasih juga kepada dosen panitia Dr Ir Lilis K MSi dan Dr Ir Widya
H MSi. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Ir Slamet R (bapak), Siti
KK (mama), NM Ardian (kakak), M Rizki R (adik) yang telah memberikan
dukungan moral maupun materil dan do’a hingga selesainya studi ini. Selain itu,
penulis ucapkan terima kasih kepada teman-teman tim penelitian yaitu Astari BF
SPt dan M Fahmi M serta teman-teman yang selalu memberikan bantuan selama
penelitian yaitu Hany ZP, Mugi M, Irene M, Rohmah I, Nurlailatul Y, Agustin H
SPt, Yuli P SPt, Ratih P, Delvy W SPt dan Ferian A. Terima kasih dukungan dan
bantuan dari Faishal A SPt. Terima kasih kepada Desolator, Himasiter, kontrakan
CP-ers, kelompok KKP Cilacap 2014, grup Smanli IPB 48 dan taekwondo SMAN
5 Depok yang telah memberikan semangat, do’a dan kenangan kepada penulis.