Aplikasi Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan Jati Unggul Nusantara (JUN) UBH-KPWN di Kecamatan Rancabungur Kabupaten Bogor

APLIKASI PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN
JATI UNGGUL NUSANTARA (JUN) UBH-KPWN
DI KECAMATAN RANCABUNGUR KABUPATEN BOGOR

GARRY GINANDJAR

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aplikasi Pupuk
Organik terhadap Pertumbuhan Jati Unggul Nusantara (JUN) UBH-KPWN di
Kecamatan Rancabungur Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2013

Garry Ginandjar
NIM. E44090077

ABSTRAK
GARRY GINANDJAR. Aplikasi Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan Jati
Unggul Nusantara (JUN) UBH-KPWN di Kecamatan Rancabungur Kabupaten
Bogor. Dibimbing oleh Dr Ir Omo Rusdiana, M.Sc dan Dr Ir Basuki Wasis, MS.
Jati Unggul Nusantara (JUN) merupakan jenis pohon jati yang diproduksi
dengan bioteknologi melalui pembiakan (propagasi) vegetatif dengan stek pucuk
dan dilakukan modifikasi sistem perakaran sehingga menghasilkan akar tunjang
majemuk. Jenis jati ini cepat tumbuh, kokoh, dan dapat dipanen mulai umur 5
tahun serta memiliki kualitas fenotip yang baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui tingkat pertumbuhan Jati Unggul Nusantara (JUN) dengan berbagai
dosis perlakuan pupuk organik. Variabel yang diamati dalam penelitian ini antara
lain diameter, tinggi total, tinggi bebas cabang, jumlah daun dan proyeksi tajuk

serta dilakukan pengamatan pada laju pertumbuhan relatif dari variabel – variabel
tersebut. Pemberian pupuk organik memberikan pengaruh yang nyata pada selang
kepercayaan 95% untuk diameter pada dosis 150 gram dan proyeksi tajuk JUN
pada dosis 200 gram. Serta dosis pupuk 150 gram memberikan pengaruh yang
nyata terhadap laju pertumbuhan diameter, tinggi dan proyeksi tajuk tanaman.
Kata kunci: Bioteknologi, fenotip, Jati Unggul Nusantara, vegetative.

ABSTRACT
GARRY GINANDJAR. Application of organic fertilizer on the growth of Jati
Unggul Nusantara (JUN) UBH-KPWN Rancabungur Bogor Regency. Supervised
by Dr Ir Omo Rusdiana, M.Sc and Dr Ir Basuki Wasis, MS.
Jati Unggul Nusantara (JUN) is the type of teak tree produced by
biotechnology through vegetative propagation with cuttings and rooting system
modifications done to produce good root compound. The type of this fast-growing
teak, sturdy and can be harvested from the age of 5 years and has a good
phenotype quality. The purpose of this research is to know the growth rate of JUN
with different doses of organic fertilizer treatment. Variable measured of tree are
diameter, total height, clear bole height and canopy projection, and made
observations on the relative growth rate of them. Organic fertilizer gives a
significant influence on the confidence interval of 95% for the diameter at doses

of 150 grams and canopy projection JUN at doses of 200 grams. As well as
fertilizers dose 150 grams provide a tangible influence on the growth rate of
diameter, plant height and canopy projection.

Keywords: Biotechnology, Jati Unggul Nusantara, phenotypes, vegetative.

APLIKASI PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN
JATI UNGGUL NUSANTARA (JUN) UBH-KPWN
DI KECAMATAN RANCABUNGUR KABUPATEN BOGOR

GARRY GINANDJAR

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Silvikultur

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Aplikasi Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan Jati Unggul
Nusantara (JUN) UBH-KPWN di Kecamatan Rancabungur
Kabupaten Bogor
Nama
: Garry Ginandjar
NIM
: E44090077

Disetujui oleh

Dr Ir Omo Rusdiana, M.Sc
Pembimbing I

Dr Ir Basuki Wasis, MS
Pembimbing II


Diketahui oleh

Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2012 ini ialah laju
pertumbuhan, dengan judul Aplikasi Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan Jati
Unggul Nusantara (JUN) UBH-KPWN di Kecamatan Rancabungur Kabupaten
Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Omo Rusdiana M.Sc dan
Bapak Dr Ir Basuki Wasis MS selaku dosen pembimbing, serta Bapak/Ibu
Pegawai Unit UBH-KPWN Bogor atas kerjasama, fasilitas dan sarannya.
Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Dayat dan Bapak
Mamat selaku petani Desa Bantarjaya dan Desa Cimulang, keluarga besar
ekologi, teman-teman satu bimbingan Nizza, Baiquni, Nuri, Atri dan desi, terima

kasih atas kebersamaan dan bantuannya kepada penulis selama melakukan
penelitian maupun dalam penyusunan skripsi, serta teman-teman silvikultur 46
yang telah membantu selama pembuatan skripsi. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada ayah, ibu, kakak, adik dan keluarga besar gunung batu, atas
segala bantuan dan kasih sayangnya. Akhirnya kepada semua pihak yang telah
membantu penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi yang tidak dapat
penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menghargai segala bentuk saran dan kritik yang membangun untuk
penyempurnaan skripsi ini. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi
pihak – pihak yang memerlukannya.

Bogor, September 2013

Garry Ginandjar

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii


DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2


Manfaat Penelitian

2

METODE

2

Waktu dan Lokasi Penelitian

2

Bahan

2

Alat

3


Prosedur

3

Analisis Data

6

KONDISI UMUM

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

8

Sifat Fisik dan Kimia Tanah

8


Pertumbuhan Tanaman

11

Pertumbuhan Diameter Tanaman

11

Pertumbuhan Tinggi Tanaman

13

Pertumbuhan Tinggi Bebas Cabang Tanaman

14

Pertumbuhan Jumlah Daun Tanaman

15


Pertumbuhan Proyeksi Tajuk Tanaman

16

Laju Pertumbuhan Relatif Tanaman/Relative Growth Rate (RGR)

18

SIMPULAN DAN SARAN

19

Simpulan

19

Saran

19

DAFTAR PUSTAKA

19

LAMPIRAN

21

RIWAYAT HIDUP

27

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Kegiatan pemeliharaan pada tahun pertama
Pengambilan parameter pertumbuhan
Parameter sifat fisik dan sifat kimia tanah
Analisa sifat fisik tanah Desa Bantarjaya dan Desa Cimulang
Analisa sifat kimia tanah Desa Bantarjaya dan Desa Cimulang
Parameter pertumbuhan hasil sidik ragam pengaruh berbagai perlakuan
dosis terhadap parameter pertumbuhan Jati Unggul Nusantara (JUN)
Hasil uji Duncan pengaruh dosis dan blok terhadap pertumbuhan
diameter Jati Unggul Nusantara
Hasil uji Duncan pengaruh dosis pada blok pengamatan terhadap
pertumbuhan tinggi Jati Unggul Nusantara
Hasil uji Duncan pengaruh dosis pada blok pengamatan terhadap
pertumbuhan tinggi bebas cabang Jati Unggul Nusantara
Hasil uji Duncan pengaruh dosis pada blok pengamatan terhadap
pertumbuhan jumlah daun Jati Unggul Nusantara
Hasil uji Duncan pengaruh dosis pada blok pengamatan terhadap
pertumbuhan proyeksi tajuk tanaman Jati Unggul Nusantara
Hasil analisis laju pertumbuhan tanaman

5
5
6
8
9
11
12
14
15
16
17
18

DAFTAR GAMBAR
1 Diagram tahapan kegiatan
2 Pertumbuhan diameter jati unggul nusantara (JUN) pada Desa
Bantarjaya (a) dan Desa Cimulang (b)
3 Pertumbuhan tinggi jati unggul nusantara pada Desa Bantarjaya (a) dan
Desa Cimulang (b)
4 Pertumbuhan tinggi bebas cabang jati unggul nusantara pada Desa
Bantarjaya (a) dan Desa Cimulang (b)
5 Pertumbuhan jumlah daun tanaman jati unggul nusantara pada Desa
Bantarjaya (a) dan Desa Cimulang (b)
6 Pertumbuhan proyeksi tajuk tanaman jati unggul nusantara pada Desa
Bantarjaya (a) dan Desa Cimulang (b)

3
12
13
14
15
17

DAFTAR LAMPIRAN
7
8
9
10

Data analisa sifat fisik tanah
Data analisa sifat kimia tanah
Data analisis parameter petumbuhan tanaman
Data analisis laju rata-rata pertumbuhan tanaman

21
21
22
25

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kayu jati (Tectona grandis Linn F.) termasuk kedalam golongan kayu
keras yang memiliki jaringan kuat dan dalam. Jati digolongkan sebagai kayu
mewah (fancy wood) yang mempunyai nilai artistik yang tinggi serta memiliki
kelas awet tinggi yang tahan terhadap gangguan rayap serta jamur dan mampu
bertahan sampai 500 tahun (Suryana 2001). Sampai sekarang jati masih menjadi
komoditas mewah yang banyak diminati oleh masyarakat walaupun nilai jualnya
mahal.
Kayu jati mempunyai sifat-sifat yang baik yaitu daya kembang susut yang
kecil, dan mudah dikerjakan baik dengan alat mesin maupun dengan alat tangan
dan dapat dipelitur dan divernis dengan baik. Karena sifat-sifatnya yang baik,
kayu jati banyak digunakan untuk berbagai keperluan. sebagai bahan baku untuk
industri kreatif seperti industri furniture dan cindera mata. Kayu jati juga sangat
cocok untuk segala macam konstruksi misalnya tiang, balok, plafon pada
bangunan rumah, jembatan, rangka atap, kusen pintu dan jendela, bantalan kereta
api, mebel, dek kapal, tong kayu, lantai rumah, venir serta kayu lapis
(Martawijaya et.al 1981).
Pada saat ini para ahli telah melakukan pendekatan–pendekatan yang
tujuannya adalah untuk mendapatkan tanaman jati unggul dan dapat dipanen
dengan umur yang relatif lebih pendek. Sejak dekade 90-an telah mulai dipelajari
pola pengembangan tanaman secara vegetatif melalui teknik kultur jaringan dan
kultur tunas. Pohon jati yang dihasilkan diharapkan memiliki keunggulan
kompratif dan berdaur pendek (kurang dari 15 tahun).
Berdasarkan data Kementerian Kehutanan (2012), konsumsi kayu dalam
negeri termasuk kayu lapis dan pulp mencapai kurang lebih 50 juta m3 per tahun
dan baru terpenuhi sebesar 47,4 juta m3 per tahun. Untuk memenuhi kebutuhan
kayu nasional akhir-akhir ini telah dikembangkan berbagai jenis tanaman yang
pertumbuhannya cepat, salah satunya adalah jenis jati yang lebih cepat
pertumbuhannya dibanding jati biasa, diantaranya adalah jati emas, Jati Plus
Perhutani (JPP), dan yang terakhir adalah Jati Unggul Nusantara (JUN) yang
merupakan pengembangan dari JPP, yang bibitnya diproduksi oleh PT. Setyamitra
Bhaktipersada dengan bioteknologi melalui pembiakan vegetatif dengan stek
pucuk dan dilakukan modifikasi sistem perakaran sehingga menghasilkan akar
tunjang majemuk yang mampu menyerap banyak zat hara sehingga menyebabkan
JUN tumbuh dengan cepat dan kokoh. Namun dalam pelaksanaan pengelolaannya,
pihak koperasi JUN masih menggunakan pupuk anorganik untuk pemupukan
lanjutannya, pemberian pupuk anorganik ini selain berdampak positif dalam
penyediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman secara cepat juga memiliki
dampak negatif, yaitu berupa degradasi lahan. Hal ini terjadi karena pemberian
pupuk anorganik akan mempercepat habisnya zat- zat organik, organisme di
dalam tanah mati dan merusak keseimbangan zat- zat makanan di dalam tanah,
sehingga lahan akan semakin kurang baik dalam mendukung pertumbuhan
tanaman. Langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi hal ini adalah dengan
penggunaan pupuk organik untuk mengganti penggunaan pupuk anorganik/kimia.
Penggunaan pupuk organik bermanfaat untuk meningkatkan bahan-bahan organik

2

tanah, memperbaiki kondisi fisik, kimia serta biologi tanah, dosis pupuk dan
akibat pencemaran lingkungan yang disebabkan penggunaan pupuk kimia bisa
dikurangi sehingga kualitas lahan dapat dijaga untuk jangka waktu yang panjang
dan pada akhirnya lahan dapat menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman.
Kemajuan pengembangan budidaya tanaman jati ini selain menghasilkan daur jati
yang lebih pendek dan diharapkan dapat menutupi defisit kebutuhan kayu saat ini
serta memiliki kualitas tanaman maupun lingkungan yang baik dengan penerapan
pemeliharaan teknik silvikultur yang tepat.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tingkat pertumbuhan Jati Unggul
Nusantara (JUN) dengan berbagai dosis perlakuan pupuk organik di Desa
Bantarjaya dan Desa Cimulang Bogor.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
pengaruh pemberian pupuk organik terhadap pertumbuhan tanaman JUN sehingga
dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam salah satu teknik dalam budidaya
tanaman jati guna mempertahankan dan meningkatkan kualitas lahan untuk
keberlanjutan.

METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama dua belas bulan, dimulai pada bulan
Februari 2012 sampai dengan Februari 2013. Lokasi penelitian di areal lahan
petani peserta Jati Unggul Nusantara (JUN) di Desa Bantarjaya dan Desa
Cimulang Kecamatan Bogor dan pengambilan sampel tanah dilakukan pada bulan
Februari 2012. Analisis sampel tanah dilakukan di Laboratorium Pengaruh Hutan
Fakultas Kehutanan dan Laboratorium Tanah Departemen Tanah dan Sumberdaya
Lahan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Bahan
Bahan yang diperlukan untuk penelitian ini adalah Bibit Jati (Tectona
grandis) Jenis Jati Unggul Nusantara (JUN) berumur 4 sampai 5 bulan, dengan
tinggi 30 cm, berdiameter 0.4 sampai 0.5 cm, jumlah daun minimal 2, batang
sehat, lurus dan berkayu serta akar belum menembus polibag, Pupuk Organik
Granul (POG) Phodoganik, sampel tanah dari lokasi Desa Bantarjaya dan Desa
Cimulang, serta bahan-bahan yang sesuai dengan SOP atau petunjuk teknis dalam

3

pembuatan tanaman JUN seperti pupuk kandang, pupuk anorganik Phonska serta
insektisida dan fungisida.

Alat
Alat yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian yaitu: Timbangan,
Plastik ukuran 500 gram, Cangkul, Kalkulator, Caliper, Meteran, haga, Label,
Tally Sheet, Mistar, Kamera dan Perlengkapan alat tulis serta peralatan
pengambilan dan analisis laboratorium sampel tanah untuk analisis sifat tanah
(fisik tanah dan kimia tanah di lokasi penelitian).

Prosedur Penelitian
Secara ringkas, alur tahapan kegiatan dari penelitian yang akan dilaksanakan
dapat dilihat pada Gambar 1 berikut :

Persiapan Media
Persiapan Bibit
Penanaman
Pemupukan lanjutan, Perlakuan
pupuk organic granul (Phodoganik)

0 gram

50 gram

100 gram

150 gram

200 gram

Pengamatan dan Pengambilan Data

Diameter
Batang

Tinggi
Total

Tinggi Bebas
Cabang

Jumlah
Daun

Analisis Pertumbuhan

Gambar 1 Diagram tahapan kegiatan penelitian

Proyeksi
Tajuk

4

Pengambilan Sampel Tanah
Pengambilan sampel tanah, dilakukan di areal lahan petani peserta JUN
yang termasuk dalam plot penelitian secara acak. Sampel tanah yang diambil
berupa tanah tidak terusik untuk analisis sifa,po6bihrpj 002Et fisik tanah yang
diambil 1 ring sampel tanah pada setiap lokasi dan tanah terusik untuk analisis
kimia tanah sebanyak 500 gram tanah komposit dari 5 titik pengambilan contoh
tanah pada setiap lokasi. Waktu pengambilan sampel tanah ialah pada saat
sebelum dilakukan kegiatan penelitian pada bulan Februari 2012.

Persiapan Media
Media yang digunakan adalah media lapang yang berada di areal lahan
petani peserta JUN di Desa Bantarjaya dan Desa Cimulang Bogor dengan
perlakuan pemberian pupuk dasar berupa pupuk kandang dengan dosisi sebesar 6
kg/lubang tanam.

Persiapan Bibit
Bibit yang dipergunakan adalah jenis Jati (Tectona grandis) yaitu bibit Jati
dengan proses stek pucuk dari indukan klon Jati Plus Perhutani (JPP) yang telah
diproses dengan rekayasa teknologi dan diberi zat F2 sehingga perakarannya
menjadi akar tunggang majemuk, selanjutnya oleh PT. Setyamitra Bhakti Persada
dijual dengan nama dagang yang disebut Jati Unggul Nusantara (JUN). Bibit
harus sesuai dengan spesifikasi yang dianjurkan, berumur 4-5 bulan, tinggi bibit
30 cm, diameter batang 0.4-0.5 cm, jumlah daun minimal 2 dan akar belum
menembus polibag.

Penanaman
Penanaman dilakukan dengan pembuatan lubang tanam dengan ukuran
40cm x 40cm x 40cm yang kemudian diberi perlakuan pemberian pupuk kandang
dengan dosis 6 kg/lubang tanam. Sebelum ditanam bibit terlebih dahulu dilakukan
pengguntingan sebagian daun dan memotong akar yang keluar dari polybag serta
dicelupkan kedalam larutan probiotik (0,05 cc/liter air) sampai jenuh. Kemudian
Tanamkan bibit secara tegak lurus, batas permukaan media bibit diusahakan rata
dengan permukaan tanah awal. Lubang tanaman ditimbun sehingga membentuk
gundukan untuk menghindari terjadinya genangan air.

Pemeliharaan
Pemeliharan yang dilakukan meliputi penyiraman sebanyak dua kali sehari
pada pagi hari dan sore hari secara teratur, pemupukan, serta dilakukan proses
penyiangan dan pendangiran, dapat dilihat pada Tabel 1.

5

Tabel 1 Kegiatan pemeliharaan pada tahun pertama
No Kegiatan
1
Penyiraman
2
Pemupukan
a. Anorganik

b.

3
4

Organik

Penyiangan
Pendangiran

Waktu
2 kali sehari

Keterangan
Pagi dan Sore

Bulan ke 4 dan Pupuk phonska dengan dosis 100
bulan ke 8
gram hanya pada perlakuan SOP
JUN
Setiap 2 bulan
Pupuk organik granul phodoganik
dengan dosis 0; 50; 100; 150 dan
200 gram
Pada musim hujan
Pada musim hujan

Perlakuan Pupuk
Pemberian pupuk organik pada awal penanaman berupa pupuk kandang dan
pemberian pupuk yang dilakukan dengan lima perlakuan pupuk organik dengan
dosis pada masing – masing perlakuan yaitu; 0 gram ; 50 gram ; 100 gram ; 150
gram dan 200 gram yang diberikan secara berkala setiap dua bulan sekali setelah
penanaman selama dua belas bulan. Untuk pupuk anorganik yang digunakan
adalah pupuk phonska dengan dosis 100 gram sesuai dengan SOP dan pemberian
pupuk anorganik dilakukan pada bulan ke empat dan bulan ke delapan setelah
penanaman, sedangkan pupuk organik yang digunakan sama berupa pupuk
kandang pada awal penanaman.

Pengamatan dan Pengambilan Data
Pertumbuhan tanaman
Pada penelitian ini beberapa parameter yang diamati beserta cara
pengukuran indikator pertumbuhan tanaman Jati Unggul Nusantara dapat dilihat
pada tabel 2.
Tabel 2 Pengambilan data parameter pertumbuhan
No
1

Parameter
Tinggi

2

Diameter

3

Tinggi Bebas Cabang

Metode dan Waktu Pengukuran
Perhitungan dari pangkal pohon sampai tajuk
tertinggi menggunakan tongkat ukur dan Haga
hypsometer, pengukuran dilakukan setiap 1 bulan
sekali
Menggunakan jangka sorong (caliper) dan
pengukuran dilakukan setiap 1 bulan sekali
Perhitungan dari pangkal pohon sampai cabang
batang pertama pada tajuk menggunakan tongkat
ukur dan Haga hypsometer, pengukuran dilakukan
setiap 1 bulan sekali pada 6 bulan terakhir

6

No
4

Parameter
Jumlah Daun

5

Proyeksi Tajuk

Metode dan Waktu Pengukuran
Menghitung manual jumlah daun pada tajuk yang
memiliki penampakan baik yang diukur setiap 1
bulan sekali
Menggunakan meteran dengan mengukur 2 kali
secara tegak lurus dan dihitung rataannya,
pengukuran dilakukan setiap 1 bulan sekali

Analisis Data
Laju pertumbuhan relatif tanaman / Relative Growth Rates (RGR)
Kecepatan pertumbuhan diketahui dengan menghitung pertambahan tinggi,
diameter dan luas tajuk tanaman dimana pengukuran dilakukan setiap bulan
selama 12 bulan. Pertumbuhan relatif tanaman didapatkan dengan formula
(Alvarez-Aquino et al. 2004):

=



Keterangan:
RGR = nilai Pertumbuhan relatif yang diinginkan (cm/bln)
X1
= tinggi/diameter/luas tajuk pada akhir pengamatan
X0
= tinggi/diameter/luas tajuk pada awal pengamatan
Interval pengamatan = 12 bulan waktu pengamatan

Sifat-Sifat Tanah
Pengukuran dilakukan terhadap sifat fisik dan kimia tanah. Pengukuran sifat
fisik tanah dilakukan menggunakan metode tanah tidak terusik dengan
menggunakan ring tanah. Sedangkan untuk sifat kimia tanah menggunakan
metode tanah terusik. Pengambilan contoh tanah untuk sifat fisik dan kimia ini
dilakukan di plot pengamatan pada kelerengan datar. Parameter sifat-sifat tanah
beserta metode analisisnya disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Parameter sifat fisik dan sifat kimia tanah
No
1
2
3
4
1
2
3

Parameter
Sifat Fisik
Bulkdensity
Porositas
Pori drainase
Permeabilitas
Sifat Kimia
pH
C-organik
N Total

Metode

Sumber

Gravimetrik
Volumeter
Perhitungan Ruang Pori Total
Lambe

Balai Penelitian Tanah

pH meter
Walkey and Black
Kjeldahl

Balai Penelitian Tanah

7

No
4
5
6

Parameter
P Bray
Ca
Mg

Metode
Bray 1, Spektrofotometer
NH4OAc N pH 7.0, AAS
NH4OAc N pH 7.0, AAS

Sumber
Balai Penelitian Tanah

Rancangan Percobaan
Rancangan penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)
pada lokasi yang diamati adalah lokasi Desa Bantarjaya dan Desa Cimulang
dengan perlakuan perbedaan dosis pupuk organik pada tanaman. Dalam penelitian
ini dosis pupuk yang diberikan terdiri dari 5 dosis, yaitu:
P0 = Tanpa pupuk organik (kontrol)
P1 = Pemberian pupuk organik dengan dosis 50 gram/ tanaman
P2 = Pemberian pupuk organik dengan dosis 100 gram/ tanaman
P3 = Pemberian pupuk organik dengan dosis 150 gram/ tanaman
P4 = Pemberian pupuk organik dengan dosis 200 gram/ tanaman
Jumlah blok terdiri atas 2 lokasi. Model linier RAK tersebut sebagai berikut:
Yij = μ + τi + βj + εij
Keterangan :
Yij = Pengamatan pada perlakuan pemupukan organic ke-I dan kelompok ke-j
μ = Rataan umum
τi = Pengaruh perlakuan pemupukan organic ke-i
βj = Pengaruh kelompok ke-j
εij = Pengaruh acak pada perlakuan pemupukan organic ke-I dan kelompok ke-j
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan tanaman Jati,
hipotesis yang digunakan dalam pengujian tersebut adalah:
H0 : Perlakuan pemberian pupuk organik dengan dosis yang berbeda tidak
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman Jati.
H1 : Perlakuan pemberian pupuk organik dengan dosis yang berbeda berpengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman Jati
Kriteria pengambilan keputusan dan hipotesis yang diuji adalah :
F hitung < F tabel, terima H0
F hitung > F tabel, terima H1
Analisis laju pertumbuhan merupakan hasil dari pengurangan data
pengamatan akhir dan pengamatan awal. Data tersebut merupakan respon
pertumbuhan (riap) dari tanaman Jati selama 12 bulan pengamatan di lapangan.
Parameter yang diamati meliputi pertumbuhan tinggi, diameter, tinggi bebas
cabang, jumlah daun dan luas tajuk tanaman. Serta dilakukan perhitungan anaisis
Relaive Growth Rate (RGR) atau laju pertumbuhan relative per bulan dari 12
bulan pengukuran.
Analisis dilakukan dengan menggunakan model linear dengan menggunakan
software SAS (Statistical Analysis Software ) versi 9.1 untuk software Windows.
Analisis data yang dilakukan meliputi analisis ragam dan uji DMRT (Duncan
Multiple Range Test).

8

KONDISI UMUM
Desa Bantarjaya dan Desa Cimulang terletak di Kecamatan Rancabungur
Kabupaten Bogor. Lokasi Desa Bantarjaya merupakan lokasi yang didominasi
oleh hasil pertanian seperti padi, jagung, singkong, pisang, pepaya dan yang
lainnya. Sedangkan Desa Cimulang pada saat ini lebih didominasi oleh
perkebunan kelapa sawit.
Topografi pada kedua lokasi didominasi oleh kemiringan lereng kurang dari
25% yang menyebar. Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007) semakin
curam lereng, maka lahan semakin tidak sesuai untuk pertanaman dan semakin
tinggi biaya pengelolaannya. Untuk macam tanah yang mendominasi adalah tanah
Ultisol yang memiliki ciri fisik utama: solum dalam (>100cm), warna coklat
kemerahan, tekstur liat serta struktur tanah remah, memiliki drainase agak lambat,
dan reaksi tanah tergolong agak masam dengan nilai pH sekitar 4,5-6,1 (Dudal
dan Soepraptohardjo 1960).
Iklim dan curah hujan di Kecamatan Rancabungur hanya terdapat satu
stasiun pengamatan curah hujan. Hal ini mengakibatkan curah hujan di lokasi
penelitian tidak bervariasi dan juga diakibatkan oleh luasan daerah yang tidak
terlalu luas. Kecamatan Rancabungur termasuk beriklim basah (bulan kering 2-3
bulan sekitar bulan Maret sampai Mei dan bulan basah 9-10 bulan sekitar bulan
Juni sampai Februari) dengan curah hujan rata-rata pertahun diatas 3000 mm,
jumlah hari hujan rata-rata 158 hari, bersuhu 27-32°C dengan suhu rata-rata
29,5°C, intensitas penyinaran matahari rata-rata sekitar 5-7 jam per hari. Curah
hujan tahunan dan hari hujan tergolong tinggi, tetapi penyebaran hujannya kurang
merata dan sedikitnya jumlah hari pada bulan-bulan tertentu, menurut klasifikasi
iklim Schmidt & Ferguson Kecamatan Rancabungur berada pada tipe A.

HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Sifat Fisik dan Kimia Tanah
Hasil analisis sifat fisik tanah pada lokasi Desa Bantarjaya dan Desa
Cimulang yang dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Analisa sifat fisik tanah Desa Bantarjaya dan Desa Cimulang
Lokasi
Bantarjaya
Cimulang

Bulkdencity

Porositas

(g/cm3)

(%)

0.95
1.06

64.11
59.88

PoriDrainase (% volume)
Sangat
Cepat Lambat
Cepat
12.96
9.36

9.08
5.98

5.82
10.61

Permeabilitas
(cm/jam)
3.06
11.80

Bulkdensity merupakan petunjuk kepadatan tanah. Makin padat suatu tanah
maka makin tinggi Bulkdensity, berarti makin sulit meneruskan air atau ditembus
akar tanaman sehingga akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman

9

(Hardjowigeno 2003). Bulkdensity yang tinggi jelas mempengaruhi daya tembus
akar tanaman dalam tanah, dan laju difusi O2 di dalam pori-pori tanah sehingga
respirasi akar terganggu (Leywakabessy 2003). Pada kedua lokasi penelitian
menurut Sutanto (2005) memiliki nilai bulkdensity yang rendah sehingga
memiliki aerasi yang baik dan memberikan ruang untuk pertumbuhan akar serta
membantu mengoptimalkan proses pertumbuhan.
Porositas adalah total pori dalam tanah yaitu ruang dalam tanah yang
ditempati oleh air dan udara. Pada keadaan basah seluruh pori baik makro, meso,
maupun mikro terisi oleh air, pada keadaan kering pori makro dan sebagian pori
meso terisi oleh udara (Foth 1982). Porositas tanah erat kaitanya dengan tingkat
kepadatan tanah (Bulk Density). Semakin padat tanah berarti semakin sulit untuk
menyerap air, maka porositas tanah semakin kecil. Sebaliknya semakin mudah
tanah menyerap air maka tanah tersebut memiliki porositas yang besar. Porositas
pada kedua lokasi berada pada karakteristik baik dengan nilai antara 50-60%,
sehingga total pori yang ada sudah mampu dalam menahan air dengan baik untuk
dimanfaatkan oleh tanaman.
Pori drainase menunjukan kematangan tanah dalam beraerasi dengan baik.
Bila pori aerasi diatas 10 % volume, tanaman akan mendapat aerasi yang cukup,
kecuali pada tanah dengan permukaan air dangkal (Kohnke 1968 dalam Musthofa
2007). Pada kedua lokasi memiliki pori drainase yang baik bagi tanaman terutama
pada Desa Bantarjaya dengan nilai 12,96 % volume. Sedangkan pada desa
Cimulang memiliki nilai pori drainase 9.36 % volume atau tidak berbeda jauh
dengan syarat tanah yang memiliki aerasi yang cukup.
Permeabilitas adalah tanah yang dapat menunjukkan kemampuan tanah
meloloskan air. Tanah dengan permeabilitas tinggi dapat menaikkan laju infiltrasi
sehingga menurunkan laju air larian. Menurut Sutanto (2005) pada lokasi Desa
Bantarjaya permeabilitasnya berada pada kelas sedang antara 2 sampai dengan 6,5,
sedangkan Desa Cimulang berada pada kelas agak cepat dengan nilain antara 6,5
sampai dengan 12,5. Hal ini terkait dengan besaran pori drainase pada kedua
lokasi tersebut yang berada tidak jauh dari nilai dasar untuk kecukupan air untuk
tanaman.
Hasil analisis sifat kimia tanah pada lokasi Desa Bantarjaya dan Desa
Cimulang yang dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5 Analisa sifat kimia tanah Desa Bantarjaya dan Desa Cimulang
Lokasi
Bantarjaya
Cimulang

pH
5.20
5.00

C-org
(%)
1.26
1.29

N-Total
P
(%)
(ppm)
0.12
4.80
0.13
3.90

Ca
Mg
(me/100g)
3.87
0.71
4.17
1.50

Ispandi dan Munip (2005) menyatakan reaksi tanah atau pH tanah yang
terlalu rendah menyebabkan tidak tersedianya unsur hara tanaman di dalam tanah,
seperti hara P, K, Ca, Mg dan unsur mikro yang menyebabkan tanaman
mengalami kahat unsur hara sehingga hasil tanaman tidak optimal. Pada Desa
Bantarjaya dan Desa Cimulang memiliki pH tanah berkisar 5. Sehingga
ketersediaan unsur hara pada tanah rendah. pH 5 berada dibawah syarat optimum
untuk pertumbuhan tanaman jati dimana tanaman jati dapat tumbuh optimal dalam

10

kondisi solum tanah yang dalam dan kemasaman tanah (pH) optimum sekitar 6.0.
Namun beberapa contoh kasus tertentu, dapat dijumpai tanaman jati yang dapat
tumbuh dengan baik pada tanah yang memiliki pH rendah (4-5). Kondisi
kesuburan tanah dapat berdampak terhadap perilaku fisiologis tanaman dan
ditunjukkan oleh perkembangan riap tumbuh (seperti diameter dan tinggi). Unsur
hara mikro yang penting dalam mendukung pertumbuhan tanaman jati adalah
kalsium (Ca), fosfor (P), dan nitrogen (N) (Purwowidodo 1991).
Hasil analisis laboratorium untuk kandungan nitrogen dalam tanah berada
pada kisaran rendah. Unsur nitrogen (N) merupakan unsur hara yang berperan
penting bagi pertumbuhan vegetatif tanaman. Zubachtirodin dan Subandi (2008)
menyatakan, tanaman tidak dapat melakukan metabolisme jika kekurangan unsur
hara N. Kandungan nitrogen dalam tanah pada kedua lokasi mempunyai nilai
yang hampir sama, dan lokasi Cimulang memiliki kandungan N paling tinggi.
Unsur nitrogen merupakan salah satu unsur hara paling penting di dalam
pertumbuhan tanaman. Unsur nitrogen berfungsi sebagai bahan penyusun asam
amino, amida, basa nitrogen, protein dan nukleprotein sehingga apabila terjadi
kekurangan unsur nitrogen pada tanaman dapat berakibat pada terhambatnya
pertumbuhan tanaman. Unsur nitrogen hanya dapat diserap oleh tanaman dalam
bentuk N-tersedia (NH4+ dan NO3 -) (Hanafiah 2010).
Serasah daun dan ranting tanaman serta sisa panen yang masuk ke dalam
tanah diduga bisa meningkatkan jumlah C dalam tanah. Hairiah et al. (2002)
menyatakan, ada 3 pool utama pemasok C ke dalam tanah yaitu tajuk tanaman
yang masuk ke dalam tanah sebagi serasah, akar tanaman, melalui akar tanaman
yang mati, ujung-ujung akar, eksudasi akar dan respirasi akar, dan biota tanah.
Pada kedua lokasi menurut Sutanto (2005) memiliki nilai C-organik pada kelas
rendah dengan nilai berkisar antara 1.00 – 2.00. Unsur N dan C yang ditemukan
pada tanah bisa digunakan untuk memperkirakan besarnya kandungan bahan
organik dalam tanah (BOT). Untuk kedua lokasi ini memiliki nilai C/N rendah,
nisbah C/N rendah menunjukkan kandungan bahan organik tanah yang tinggi,
karena bahan organik merupakan sumber N yang utama dalam tanah.
Unsur fosfor (P) merupakan salah satu unsur hara makro yang dibutuhkan
oleh tanaman berperan dalam proses pembelahan sel, pembentukan bunga, buah,
biji, memperkuat batang agar tidak roboh, perkembangan akar, membentuk RNA
(Ribonucleic acid) dan DNA (Deoxyribonucleic acid) serta menyimpan dan
memindahkan energy dalam bentuk ATP (Adenosin trifosfat) dan ADP (Adenosin
difosfat). Unsur P hanya dapat digunakan oleh tumbuhan dalam bentuk P-tersedia.
Unsur fosfor (P) yang tersedia pada kedua lokasi memiliki nilai yang tidak
berbeda jauh. Desa Bantarjaya memiliki nilai yang paling besar sehingga dapat
memaksimalkan pertumbuhan diameter pohon.
Unsur hara yang tidak kalah penting bagi pertumbuhan tanaman jati adalah
unsur kasium (Ca) dan magnesium (Mg). Unsur Ca diambil tanaman dalam
bentuk ion Ca+, berperan sebagai komponen dinding sel, dalam pembentukan
struktur dan permeabilitas membran sel. Kekurangan unsur ini dapat
menyebabkan terhentinya pertumbuhan tanaman akibat terganggunya
pembentukan pucuk tanaman dan ujung-ujung akar, serta jaringan penyimpan.
Sedangkan unsure Mg diambil tanaman dalam bentuk ion Mg2+, yang berperan
sebagai penyusun klorofil, tanpa klorofil proses fotosintesis tidak akan
berlangsung serta berperan dalam aktivator enzim. Kekurangan unsur Mg dapat

11

menyebabkan daun menguning kemudian rontok karena pembentukan klorofil
pada daun terganggu (Hardjowigeno 2003).
2. Pertumbuhan Tanaman
Pertumbuhan pada tanaman berlangsung terbatas pada beberapa bagian
tertentu yang terdiri dari sejumlah sel yang baru saja dihasilkan melalui proses
pembelahan sel di meristem. Suatu tanaman akan tumbuh dengan suburnya,
apabila segala elemen yang dibutuhkan tersedia cukup dan dalam bentuk yang
sesuai untuk diserap tanaman. Jika suatu unsur kurang, maka penambahannya
akan memberikan manfaat, tetapi apabila unsur itu sudah berlebih, maka
penambahannya akan terbuang percuma dan akan mengakibatkan kerusakan pada
tanaman. Berikut merupakan data rekapitulasi parameter pertumbuhan tanaman
Jati Unggul Nusantara (JUN) pegaruh penambahan pupuk organik pada lokasi
Desa Bantarjaya dan Desa Cimulang Kecamatan Rancabungur Kabupaten Bogor.
Tabel 6 Parameter pertumbuhan hasil sidik ragam pengaruh berbagai perlakuan
dosis terhadap pertumbuhan Jati Unggul Nusantara (JUN).
Faktor

Parameter yang diamati
Diameter

Tinggi

Tinggi Bebas Cabang

Jumlah daun

Proyeksi tajuk

Dosis Blok Dosis Blok Dosis
Blok
Dosis Blok Dosis Blok
Pupuk
*
*
tn
*
tn
*
tn
*
*
tn
Organik
Keterangan : * = perlakuan berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% dengan nilai
signifikan (Pr>F) 0,05 (α) ; tn= perlakuan tidak berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95%
dengan nilai signifikan (Pr>F)< 0,05 (α)

Pada Tabel 6 parameter pertumbuhan hasil sidik ragam pengaruh berbagai

perlakuan dosis terhadap pertumbuhan Jati Unggul Nusantara (JUN) dapat dilihat
bahwa pemberian pupuk organik memberikan pengaruh yang nyata pada selang
kepercayaan 95% untuk variabel diameter pada dosis dan blok JUN, sedangkan
untuk pertumbuhan variabel tinggi, tinggi bebas cabang dan jumlah daun,
pemberian pupuk organik memberikan pengaruh yang tidak nyata pada dosis,
serta berpengaruh nyata pada blok. Untuk proyeksi tajuk, pemberian pupuk
organik memberikan pengaruh yang nyata pada dosis tapi tidak berpengaruh nyata
pada blok.

2.1 Pertumbuhan Diameter Tanaman
Diameter adalah garis lurus yang melewati pusat sebuah lingkaran atau bola
dan bertemu pada tiap ujung permukaannya. Pengukuran diameter penting karena
merupakan salah satu dimensi pohon yang secara langsung dapat diukur untuk
mengukur luas penampang, luas permukaan, dan volume pohon (Husch et a.
2003).
Grafik pertumbuhan diameter tanaman JUN di Desa Bantarjaya dan Desa
Cimulang yang dapat dilihat gambar berikut.

7

6

6

5

Diameter tanaman (cm)

Diameter Tanaman (cm)

12

5
4

3
2
1
0

4
3
2
1
0

0
6
12
Interval Pengamatan (bulan)
SOP JUN
0 gram
50 gram
100 gram
150 gram
200 gram

0
6
12
Interval Pengamatan (bulan)
SOP JUN
0 gram
50 gram
100 gram
150 gram
200 gram

Gambar 2 Pertumbuhan diameter jati unggul nusantara (JUN) pada Desa
Bantarjaya (a) dan Desa Cimulang (b).
Pengukuran diameter JUN pada awal pengamatan (0 bulan) memiliki ratarata diameter yang tidak terlalu berbeda jauh. Sedangkan pada pengamatan 6
bulan pada kedua lokasi untuk dosis 150 gram dan 200 gram memiliki rata-rata
diameter yang lebih besar namun berdasarkan analisis statistik pada pengamatan
ini, pemberian berbagai dosis tidak memberikan pengaruh yang nyata tetapi
berpengaruh nyata pada blok pengamatan, Desa Bantarjaya memiliki rata-rata
pertumbuhan diameter yang lebih baik dengan rata-rata pertumbuhan diameter
sebesar 2.29806 cm/tahun pada pengamatan 6 bulan. Untuk di akhir pengamatan
(12 bulan), dosis 150 gram dan 200 gram tetap memperlihatkan rata – rata
pertumbuhan diameter yang lebih besar, secara statistik pemberian pupuk organik
terlihat memberikan pengaruh yang nyata pada diameter baik dosis maupun blok,
sehingga dilakukan uji lanjut Duncan untuk mengetahui dosis dan blok yang
terbaik. Berdasarkan analisis ragam, perlakuan dosis pupuk memberikan pengaruh
terhadap pertumbuhan diameter tanaman JUN, maka dilakukan uji Duncan yang
dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel

7 Hasil uji Duncan pengaruh dosis dan blok terhadap pertumbuhan
diameter Jati Unggul Nusantara.

Dosis
SOP JUN
0 gram
50 gram
100 gram
150 gram
200 gram

diameter (dosis)
6 bulan

12 bulan
a

2.0553
2.1427a
2.1118a
2.3365a
2.296a
2.2353a

4.535c
4.5884bc
4.6531abc
4.9566abc
5.0929a
5.0236ab

Lokasi

diameter (blok)
12 bulan
6 bulan

Bantarjaya
Cimulang

2.29806a
2.0945b

5.0077a
4.6089b

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda
nyata pada taraf 0.05 berdasarkan uji DMRT

13

Hasil uji Duncan pada akhir pengamatan (12 bulan) dapat diketahui pada
dosis 150 gram memiliki pengaruh terbaik terhadap diameter tanaman dengan
rata-rata pertumbuhan 5.0929 cm/tahun. Pada lokasi Desa Bantarjaya memiliki
pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan lokasi Desa Cimulang dengan
rata-rata pertumbuhan sebesar 2.29806 cm/tahun pada pengamatan 6 bulan dan
5.0077 cm/tahun pada pengamatan 12 bulan.
2.2 Pertumbuhan Tinggi Tanaman
Tinggi pohon adalah jarak vertikal utama yang diukur dalam pengukuran
hutan. Simon (1996) menyatakan bahwa tinggi total adalah tinggi dari pangkal
pohon di permukaan tanah sampai puncak pohon. Tinggi pohon umumnya
mengikuti kurva sigmoid jika pohon tersebut tumbuh dengan sinar matahari yang
penuh. Pertumbuhan tinggi pohon lambat pada saat pohon masih muda dan terlalu
kecil untuk mengumpulkan energi untuk pertumbuhan terus menerus yang cepat.
Grafik pertumbuhan tinggi tanaman JUN di Desa Bantarjaya dan Desa Cimulang
yang dapat dilihat gambar berikut.
600

600

Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi Tanaman (cm)

700
500
400

300
200
100

500
400
300
200
100
0

0
0
6
12
Interval Tanaman (bulan)

0
6
12
Interval Pengamatan (bulan)

SOP JUN
50 gram
150 gram

SOP JUN
50 gram
150 gram

0 gram
100 gram
200 gram

0 gram
100 gram
200 gram

Gambar 3 Pertumbuhan tinggi jati unggul nusantara pada Desa Bantarjaya (a) dan
Desa Cimulang (b).
Pada Gambar 3 dapat dilihat pertumbuhan tinggi Jati Unggul Nusantara
(JUN) pada pengamatan 6 bulan dan 12 bulan, Dosis pupuk 150 gram serta 200
gram memiliki rata-rata pertumbuhan tinggi yang lebih baik dari dosis lain serta
pada lokasi Desa Bantarjaya memiliki rata-rata pertumbuhan tinggi yang lebih
baik dari lokasi Desa Cimulang.
Berdasarkan analisis ragam, perlakuan dosis pupuk memberikan pengaruh
terhadap blok pengamatan pertumbuhan tinggi tanaman JUN, maka dilakukan uji
Duncan yang dapat dilihat pada Tabel 8.

14

Tabel 8 Hasil uji Duncan pengaruh dosis pada blok pengamatan terhadap
pertumbuhan tinggi Jati Unggul Nusantara.
Dosis
SOP JUN
0 gram
50 gram
100 gram
150 gram
200 gram

tinggi (dosis)
12 bulan
6 bulan
128.61a
416.03a
140.63a

422.87a

129.13a
140.47a
134.07a
131.59a

405.16a
445.49a
448.27a
443.36a

Lokasi

Tinggi (blok)
6 bulan
12 bulan

Bantarjaya

153.287a

474.54a

Cimulang

114.881b

385.85b

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda
nyata pada taraf 0.05 berdasarkan uji DMRT

Pada hasil statistik, berbagai dosis pupuk pada pengamatan 6 bulan dan 12
bulan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi
tanaman, tapi pada blok pengamatan memberikan pengaruh yang nyata terhadap
pertumbuhan tinggi sehingga dilakukan uji lanjut Duncan. Berdasarkan uji lanjut
Duncan, Desa Bantarjaya memiliki pertumbuhan tinggi lebih baik dibandingkan
dengan blok pengamatan Desa Cimulang pada pengamatan 6 bulan dan 12 bulan
dengan rata-rata pertumbuhan tinggi masing-masing sebesar 153.287 cm/tahun
dan 474.54 cm/tahun.
2.3 Pertumbuhan Tinggi Bebas Cabang Tanaman
Simon (1996) menyatakan bahwa tinggi bebas cabang adalah tinggi pohon
dari pangkal batang dipermukaan tanah sampai cabang pertama. Grafik pertumbuhan
tinggi bebas cabang tanaman JUN di Desa Bantarjaya dan Desa Cimulang yang
dapat dilihat gambar berikut.
350

500

300

400

250
200

300

150

200

100
100

50
0

0
ags sep okt nov des jan feb
SOP JUN
50 gram
150 gram

0 gram
100 gram
200 gram

ags sep okt nov des jan feb
SOP JUN

0 gram

50 gram

100 gram

150 gram

200 gram

Gambar 4 Pertumbuhan tinggi bebas cabang jati unggul nusantara pada Desa
Bantarjaya (a) dan Desa Cimulang (b).

15

Pada gambar 4 dapat dilihat pertumbuhan pada tinggi bebas cabang JUN
yang dilakukan pengamatan pada 6 bulan terakhir menunjukan Desa Bantarjaya
memiliki pertumbuhan tinggi bebas cabang yang lebih baik dari Desa Cimulang
dengan dosis 150 gram dan 200 gram yang lebih unggul mencapai ketinggian
kurang lebih 4 meter.
Tabel 9 Hasil uji Duncan pengaruh dosis pada blok pengamatan terhadap
pertumbuhan tinggi bebas cabang Jati Unggul Nusantara.
tinggi bebas cabang (dosis)
6 bulan
241.5a
SOP JUN
244.07a
0 gram
227.31a
50 gram
261.8a
100 gram
265.89a
150 gram
259.66a
200 gram
Dosis

Lokasi

Tinggi bebas cabang (blok)
6 bulan
303.09a
Bantarjaya
196.99b
Cimulang

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda
nyata pada taraf 0.05 berdasarkan uji DMRT

Pada hasil statistik, berbagai dosis pupuk pada pengamatan 6 bulan terakhir
tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi bebas
cabang tanaman, tapi pada blok pengamatan memberikan pengaruh yang nyata
terhadap pertumbuhan tinggi bebas cabang sehingga dilakukan uji lanjut Duncan.
Berdasarkan uji lanjut Duncan, Desa Bantarjaya memiliki pertumbuhan tinggi
bebas cabang lebih baik dibandingkan dengan blok pengamatan Desa Cimulang
dengan rata-rata pertumbuhan tinggi bebas cabang sebesar 303.09 cm/tahun.
2.4 Pertumbuhan Jumlah Daun Tanaman
Grafik pertumbuhan jumlah daun tanaman JUN di Desa Bantarjaya dan
Desa Cimulang yang dapat dilihat gambar berikut.
30

25

25

20

20

15

15
10

10

5

5
0

0
feb

apr jun ags okt des feb
SOP JUN
50 gram
150 gram

0 gram
100 gram
200 gram

feb

apr jun ags okt des feb
SOP JUN

0 gram

50 gram

100 gram

150 gram

200 gram

Gambar 5 Pertumbuhan jumlah daun tanaman jati unggul nusantara pada Desa
Bantarjaya (a) dan Desa Cimulang (b).

16

Pada Gambar 5 dapat dilihat hasil pengamatan terhadap jumlah daun yang
dihitung setiap bulan. Pada hasil pengamatan menunjukan penambahan jumlah
daun terjadi sampai dengan bulan keenam dan bulan ketujuh, setelah itu jumlah
daun menjadi tetap bahkan mengalami penurunan jumlah daun. Berdasarkan
perkembangan ukuran dan peningkatan jumlah daun mempengaruhi dalam proses
fotosintesis dan respirasi yang mengakibatkan banyak energi yang diserap untuk
pertumbuhan secara terus menerus, sehingga terjadi pertumbuhan tinggi dan diameter
yang pesat hingga mencapai pertumbuhan maksimum. Untuk jumlah daun pada
kedua lokasi pengamatan memiliki nilai yang tidak berbeda jauh berkisar 15
sampai dengan 25 helai daun. Berdasarkan analisis ragam, perlakuan dosis pupuk
memberikan pengaruh terhadap blok pengamatan pertumbuhan jumlah daun
tanaman JUN, maka dilakukan uji Duncan yang dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10 Hasil uji Duncan pengaruh dosis pada blok pengamatan terhadap
pertumbuhan jumlah daun Jati Unggul Nusantara.
Dosis
SOP JUN
0 gram
50 gram
100 gram
150 gram
200 gram

Jumlah daun (dosis)
12 bulan
6 bulan
10.3833a
21.0143a
10.2833a
21.8571a
10.3333a
21.4857a
10.65a
21.8429a
10.5333a
21.2286a
10.8a
22.0571a

Lokasi
Bantarjaya
Cimulang

Jumlah daun (blok)
12 bulan
6 bulan
10.8944a 22.2571a
10.1b 20.9048b

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda
nyata pada taraf 0.05 berdasarkan uji DMRT

Pada hasil statistik, berbagai dosis pupuk pada pengamatan 6 dan 12 bulan
tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun tanaman, tapi pada
blok pengamatan memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan jumlah
daun sehingga dilakukan uji lanjut Duncan. Berdasarkan uji lanjut Duncan, Desa
Bantarjaya memiliki pertumbuhan jumlah daun lebih baik dibandingkan dengan
blok pengamatan Desa Cimulang pada pengamatan 6 bulan dan 12 bulan dengan
rata-rata pertumbuhan jumlah daun masing-masing sebesar 10.8944 dan 22.2571.
2.5 Pertumbuhan Proyeksi Tajuk Tanaman
Proyeksi tajuk erat kaitannya dengan daun dan cahaya matahari, jumlah dan
luas daun mempengaruhi proyeksi tajuk sehingga mempengaruhi cahaya matahari
yang mengenai tajuk dan masuk mengenai tempat tumbuh tanaman. Grafik
pertumbuhan proyeksi tajuk tanaman JUN di Desa Bantarjaya dan Desa Cimulang
yang dapat dilihat gambar berikut.

17

200

200

150

150

100

100

50

50

0

0
ags sep okt nov des jan feb

ags sep okt nov des jan feb

SOP JUN

0 gram

SOP JUN

0 gram

50 gram

100 gram

50 gram

100 gram

150 gram

200 gram

150 gram

200 gram

Gambar 6 Pertumbuhan proyeksi tajuk tanaman jati unggul nusantara pada Desa
Bantarjaya (a) dan Desa Cimulang (b).
Pada gambar 6 dapat dilihat proyeksi tajuk tanaman JUN yang diamati pada
6 bulan terakhir pengamatan. Dosis 200 gram menunjukan nilai terbesar
dibandingkan dengan dosis yang lainnya dan pada lokasi Desa Bantarjaya
memiliki nilai proyeksi tajuk yang lebih baik dari lokasi Desa Cimulang.
Berdasarkan analisis ragam, perlakuan dosis pupuk memberikan pengaruh
terhadap pertumbuhan proyeksi tajuk tanaman JUN, maka dilakukan uji Duncan
yang dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11 Hasil uji Duncan pengaruh dosis pada blok pengamatan terhadap
pertumbuhan proyeksi tajuk tanaman Jati Unggul Nusantara.
Dosis
SOP JUN
0 gram
50 gram
100 gram
150 gram
200 gram

Proyeksi tajuk (dosis)
6 bulan
139.963b
140.075b
138.625b
138.256b
140.556b
149.656a

Lokasi
Bantarjaya
Cimulang

Proyeksi tajuk (blok)
6 bulan
142.125a
140.252a

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda
nyata pada taraf 0.05 berdasarkan uji DMRT

Pada hasil statistik, untuk pemberian berbagai dosis pupuk pada pengamatan
6 bulan terakhir memberikan pengaruh yang nyata terhadap proyeksi tajuk
tanaman sehingga dilakukan uji lanjut Duncan, Berdasarkan uji lanjut Duncan,
dosis pupuk 200 gram memberikan pengaruh terbaik terhadap proyeksi tajuk
tanaman dengan nilai 149.656 cm/tahun. Pada kedua lokasi pengamatan tidak
memberikan pengaruh yang nyata terhadap proyeksi tajuk, sehingga tidak
dilakukan uji lanjut Duncan.

18

2.6 Laju pertumbuhan relatif tanaman / Relative Growth Rates (RGR)
Berikut merupakan hasil analisis laju pertumbuhan relatif tanaman Jati
Unggul Nusantara (JUN) diperoleh dari pengukuran selama 12 bulan yang dapat
dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12 Hasil analisis laju pertumbuhan relatif tanaman
Dosis
Pupuk
SOP JUN
0 gram
50 gram
100 gram
150 gram
200 gram
Lokasi
Bantarjaya
Cimulang

RGR Diameter
(cm. bln-1)
0.12214b
0.124964ab
0.122547b
0.129106ab
0.13181a
0.131222a

RGR Tinggi
(cm. bln-1)
0.476968ab
0.480146ab
0.474887b
0.485079a
0.485467a
0.485446a

RGR Luas Tajuk
(cm. bln-1)
0.28335a
0.25502b
0.26661ab
0.25142b
0.28414a
0.28196a

RGR Diameter
(cm. bln-1)
0.130753a
0.123177b

RGR Tinggi
(cm. bln-1)
0.488533a
0.474131b

RGR Proyeksi Tajuk
(cm. bln-1)
0.272869a
0.267963a

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda
nyata pada taraf 0.05 berdasarkan uji DMRT

Laju pertumbuhan relatif pada tanaman JUN dengan berbagai perlakuan pupuk
tampak saling bersaing untuk mendapatkan laju pertumbuhan yang lebih tinggi. Pada
dosis 100, 150 dan 200 gram memiliki laju pertumbuhan relatif pada tinggi tanaman
yang lebih besar dari pada dosis yang lain. Pada laju pertumbuhan relatif diameter
batang dan luas tajuk tanaman, tanaman dengan dosis 150 dan 200 gram memiliki
laju pertumbuhan terbesar.
Pada Tabel 12 telihat interval pengamatan selama 12 bulan setelah tanam,
tanaman dengan dosis 150 gram memiliki laju pertumbuhan tinggi, diameter dan
luas tajuk relatif lebih tinggi dibanding dengan dosis untuk tanaman yang lain
yaitu 0,485467 cm bln-1, 0.13181 cm bln-1 dan 0.28414 cm bln-1. Pada lokasi
Bantarjaya memiliki penambahan tinggi, diameter dan proyeksi tajuk yang lebih
baik daripada dosis pada lokasi Desa Cimulang, meskipun sejak awal penanaman
semua tanaman memiliki rataan tinggi dan diameter tanaman yang hampir sama.
Kecepatan pertumbuhan tinggi tanaman merupakan akibat pertumbuhan tunas
muda, umumnya dipusatkan pada bagian apeks (ujung) yang terdapat tunas
terminal (terminal bud). Pertumbuhan yang lebih tinggi pada dominansi apikal
merupakan suatu adaptasi evolusioner untuk meningkatkan pemaparan terhadap
cahaya matahari utamanya pada habitat yang sesuai atau lokasi yang padat
(Campbell et al 2003). Pada pertumbuhan diameter batang tanaman dosis 150
gram pada lokasi Bantarjaya memiliki nilai laju pertumbuhan 0.13181 cm bln-1.
Seperti diketahui Jati JUN dimodifikasi untuk dapat cepat pertumbuhannya, dan
untuk dapat beradaptasi dengan cepat tumbuh pada tinggi tanaman, Jati JUN
memperbesar diameter batang agar dapat berdiri kokoh

19

Pada laju pertumbuhan proyeksi tajuk, setiap dosis memiiliki nilai yang
tidak terlalu berbeda, dan pada dosis 150 gram tetap memiliki laju pertumbuhan
terbaik dengan nilai 0.28414 cm bln-1. Dengan memiliki luas tajuk besar berarti
tanaman memiliki jumlah daun lebih banyak sehingga proses fotosintesis dapat
menghasilkan unsur yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang lebih besar
pula (Lambers et al 1998), sehingga memiliki laju pertumbuhan tinggi lebih besar
dari pada tanaman lainnya (terutama laju pertumbuhan tinggi tanaman). Untuk
proyeksi tajuk pada kedua lokasi tidak menunjukan perbedaan yang nyata.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Pemberian pupuk organik di lokasi Desa Bantarjaya dan Desa Cimulang
berpengaruh nyata pada parameter pertumbuhan diameter dan proyeksi tajuk
2. Dosis pupuk 150 gram memberikan pengaruh terbaik dalam waktu 1 tahun
untuk diameter tanaman JUN dengan laju pertumbuhan 5.0929 cm/tahun dan
dosis 200 gram memberikan pengaruh terbaik pada proyeksi tajuk dengan
tingkat pertumbuhan 149.656 cm/tahun.
3. Perbedaan dosis pupuk organik berpengaruh nyata pada laju pertumbuhan
tanaman. Dosis pupuk 150 gram memberikan pengaruh terbaik pada parameter
laju pertumbuhan diameter, tinggi dan proyeksi tajuk tanaman dengan nilai
masing – masing 0.13181 cm. bln-1, 0.485467 cm. bln-1 dan 0.28414 cm. bln-1
Saran
Berdasarkan dari hasil penelitian, pengembangan budi daya tanaman JUN
sebaiknya menggunakan pupuk organik dalam proses pemupukan lanjutan dengan
dosis 150 gram yang diberikan dua bulan sekali pada setiap pohonnya, karena
dosis pupuk tersebut sudah memberikan pengaruh nyata terhadap variabel
pertumbuhan dan penggunaan pupuk organik juga mampu mempertahankan
bahkan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan.

DAFTAR PUSTAKA
Alvarez A,Williams C, Linera G, Newton AC. 2004. Experimental native tree
seedling establishment for the restoration of Mexican cloud forest. Restoration
Ecology 12:412-418.
[BPT] Balai Penelitian Tanah Bogor. 2008. Petunjuk Teknis Analisis Kimia
Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Departemen Pertanian. Bogor (ID):
Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. 2003. Biologi: Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta
(ID): Erlangga.