Efektivitas Komunikasi pada Kegiatan Pendampingan Program “Jati Unggul Nusantara” di Desa Ciaruteun Ilir, Cibungbulang, Kabupaten Bogor

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PADA KEGIATAN
PENDAMPINGAN PROGRAM “JATI UNGGUL
NUSANTARA” DI DESA CIARUTEUN ILIR,
CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR

MAULIDANI TRESNAPUTRI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efektivitas Komunikasi
pada Kegiatan Pendampingan Program “Jati Unggul Nusantara” di Desa
Ciaruteun Ilir, Cibungbulang, Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2014

Maulidani Tresnaputri
NIM I3410008

ABSTRAK
MAULIDANI TRESNAPUTRI. Efektivitas Komunikasi pada Kegiatan
Pendampingan Program “Jati Unggul Nusantara” di Desa Ciaruteun Ilir,
Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh ANNA FATCHIYA.
Usaha jati pada unit Usaha Bagi Hasil Koperasi Perumahan Wanabakti
Nusantara (UBH-KPWN) dilakukan dengan menjalin kemitraan dengan petani.
Komunikasi yang efektif penting dilakukan antara pemandu lapang dengan petani
untuk meningkatkan produktivitas. Metode yang digunakan dalam penelitian
adalah metode survei dengan didukung data kuantitatif dan kualitatif. Hasil
penelitian menunjukkan karakteristik petani didominasi usia dewasa, tingkat
pendidikan sedang, pengalaman usahatani yang sedang, pendapatan rendah, luas
lahan garapan sempit, dan keikutsertaan dalam kegiatan penyuluhan tergolong

sedang. Pemandu lapang memiliki hubungan yang dekat dengan petani,
kredibilitas, sikap yang sangat baik, dan frekuensi kunjungan ke kelompok tani
tinggi, serta komunikasi pemandu lapang sangat baik. Efektivitas komunikasi
antara petani dengan pemandu lapang sudah efektif. Hal ini berhubungan dengan
frekuensi keikutsertaan petani, kedekatan, kredibilitas, penguasaan materi
program, dan kesesuaian metode penyuluhan.
Kata kunci: petani, pemandu lapang, komunikasi, kegiatan pendampingan

ABSTRACT
MAULIDANI TRESNAPUTRI. Communication Efficacy at Assistance Program
Activities “Jati Unggul Nusantara” in Ciaruteun Ilir Village, Cibungbulang,
Kabupaten Bogor. Supervised by ANNA FATCHIYA.
The teak business of Usaha Bagi Hasil Koperasi Perumahan Wanabakti
Nusantara (UBH-KPWN) unit conducted by a partnerships with farmers. The
effective communication between field guides and farmer is important to improve
the productivity. The method used in the study is a survey method supported by
quantitative and qualitative data. The results showed the characteristics of farmers
dominated adulthood, moderate education level, experience in farming classified
as moderate, low income, limited arable land, and the farmers' participation in
extension activities classified as moderate.Field guides have a close relationship

with farmers, very good credibility and attitude,and frequency to visits the farmer
group is also quite high,as well as excellent communication field guides. The
communication efficacy between farmers and field guides been effective. It is
related to the frequency of participation of farmers, proximity, credibility, mastery
of the material program, and the appropriateness of extension methods.
Keywords: farmer, field guides, communication, assistance activities

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PADA KEGIATAN
PENDAMPINGAN PROGRAM “JATI UNGGUL
NUSANTARA” DI DESA CIARUTEUN ILIR,
CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR

MAULIDANI TRESNAPUTRI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Efektivitas Komunikasi pada Kegiatan Pendampingan Program
“Jati Unggul Nusantara” di Desa Ciaruteun Ilir, Cibungbulang,
Kabupaten Bogor
Nama
: Maulidani Tresnaputri
NIM
: I34100085

Disetujui oleh

Dr Ir Anna Fatchiya, MSi
Pembimbing

Diketahui oleh


Dr Ir Siti Amanah, MScAgr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Efektivitas Komunikasi pada Kegiatan Pendampingan Program “Jati Unggul
Nusantara” di Desa Ciaruteun Ilir, Cibungbulang, Kabupaten Bogor” tepat pada
waktunya. Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Dr Ir Anna Fatchiya, MSi selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, dan motivasi,
kepada penulis selama proses penulisan hingga penyelesaian skripsi ini.
2. Bapak Ir Sutisna Riyanto, MS selaku dosen penguji utama dan Ibu Heru
Purwandari SP, MSi selaku dosen penguji akademik atas saran dan
masukannya.
3. Dosen-dosen Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

atas ilmu, kesabaran, bimbingan, dan pertolongan yang diberikan.
4. Dra Anih Setiawati dan Ir Danu, MSi selaku ibu dan ayah tercinta yang selalu
mendoakan dan senantiasa melimpahkan kasih sayangnya kepada penulis, serta
Agung Ahmad Khairudin selaku adik yang selalu menyemangati penulis.
5. Muhamad Rifki Maulana atas doa, motivasi dan dukungan yang diberikan
kepada penulis selama ini.
6. Sahabat-sahabat tercinta Sarah, Nita, Kiki, Tantri, Adien, Akfin, Nadyana,
Mahda, Puteri, Okta, Bibah, Addin, Ajeng, Lieke, Iffah, Aya, Debby, Fifi,
Echa, Raissa, Jihan, Caca, Aufa Mutia, Pipiw, dan Annisa yang telah selalu
mewarnai hari-hari penulis dan memberikan semangat kepada penulis.
7. Seluruh keluarga besar SKPM, terutama SKPM 47 atas kebersamaannya.
Serta kakak-kakak SKPM 45 dan SKPM 46 atas kesediaannya berbagi
pengalaman dan memberikan saran-saran dalam penulisan proposal skripsi
ini.
8. Pihak-pihak dari UBH-KPWN Bogor atas penerimaan, waktu, kesempatan,
informasi, dan seluruh bantuan yang diberikan untuk kelancaran proses
penelitian ini. Bapak Ir Dharmawan Budiantho, MP, Bapak Edi Wahyudi S
Hut, dan Bapak Ivan Ade Purnama S Hut selaku pembimbing di lapangan.
9. Para petani di Desa Ciaruteun Ilir yang telah banyak membantu penulis dalam
memperoleh data.

10. Teman-teman satu bimbingan Tari dan Venny untuk motivasi yang positif dan
kebersamaan selama proses penyusunan karya ilmiah.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2014

Maulidani Tresnaputri

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
vii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1

Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
3
PENDEKATAN TEORITIS
5
Tinjauan Pustaka
5
Komunikasi
5
Efektivitas Komunikasi
8
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Komunikasi
10
Desain Pesan Komunikasi Bisnis
15
Faktor-faktor yang Menghambat Efektivitas Komunikasi
16

Kerangka Pemikiran
18
Hipotesis Penelitian
19
Definisi Operasional
19
Karakteristik Petani
19
Karakteristik Pemandu Lapang
20
Keterampilan Komunikasi Pemandu Lapang
21
Efektivitas Komunikasi
22
PENDEKATAN LAPANGAN
23
Metode Penelitian
23
Lokasi dan Waktu Penelitian
23

Pengambilan Sampel
24
Pengumpulan Data
24
Pengolahan dan Analisis Data
25
GAMBARAN UMUM
27
Gambaran Umum Desa Penelitian
27
Kondisi Geografis
27
Kondisi Demografis
27
Profil dan Kelembagaan Usaha Bagi Hasil-Koperasi Perumahan
28
Wanabakti Nusantara (UBH-KPWN)
Pola Bagi Hasil UBH-KPWN
29
Pemilihan Lokasi Tanam UBH-KPWN

31

FAKTOR KARAKTERISTIK PETANI DAN PEMANDU LAPANG,
SERTA KETERAMPILAN KOMUNIKASI PEMANDU LAPANG

33

Karakteristik Petani
Usia
Pendidikan
Pengalaman Usahatani
Pendapatan
Luas Lahan Garapan
Karakteristik Pemandu Lapang
Keterampilan Komunikasi Pemandu Lapang
EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PADA KEGIATAN
PENDAMPINGAN PROGRAM JATI UNGGUL NUSANTARA
Tingkat Pengetahuan Petani
Tingkat Sikap Petani
Tingkat Keterampilan Petani
FAKTOR-FAKTOR
YANG
BERHUBUNGAN
DENGAN
EFEKTIVITAS
KOMUNIKASI
PADA
KEGIATAN
PENDAMPINGAN PROGRAM JATI UNGGUL NUSANTARA
Analisis Hubungan Karakteristik Petani dengan Efektivitas
Komunikasi
Analisis Hubungan Karakteristik Pemandu Lapang dengan
Efektivitas Komunikasi
Analisis Hubungan Keterampilan Komunikasi Pemandu Lapang
dengan Efektivitas Komunikasi
PENUTUP
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

33
33
34
34
35
35
35
39
45
45
46
47
49

49
50
52
55
55
55
57
59
65

DAFTAR TABEL
1 Sebaran penduduk menurut mata pencaharian di desa studi

27

2 Sebaran penggunaan lahan di desa studi

28

3 Hak dan kewajiban pihak-pihak yang terlibat dalam usaha JUN UBHKPWN
4 Jumlah dan frekuensi responden berdasarkan karakteristik petani di
desa studi
5 Jumlah dan frekuensi responden berdasarkan penilaian terhadap
karakteristik pemandu lapang di desa studi
6 Jumlah dan frekuensi responden berdasarkan penilaian terhadap
keterampilan komunikasi pemandu lapang di desa studi
7 Jumlah dan frekuensi responden berdasarkan efektivitas komunikasi
di desa studi
8 Koefisien korelasi Rank Spearman dan nilai signifikansi karakteristik
petani dengan efektivitas komunikasi
9 Koefisien korelasi Rank Spearman dan nilai signifikansi karakteristik
pemandu lapang dengan efektivitas komunikasi
10 Koefisien korelasi Rank Spearman dan nilai signifikansi keterampilan
komunikasi pemandu lapang dengan efektivitas komunikasi

30
33
36
39
46
49
51
52

DAFTAR GAMBAR
1 Model komunikasi SMCR dan faktor-faktor penentu ketepatan
komunikasi
2 Elemen-elemen dalam model SMCRE
3 Bagan kerangka pemikiran
4 Rumus interval
5 Bagan struktur kelembagaan UBH-KPWN

7
8
18
22
29

DAFTAR LAMPIRAN
1 Sketsa wilayah Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten
Bogor
2 Jadwal pelaksanaan penelitian
3 Kerangka sampling
4 Contoh hasil uji statistik
5 Dokumentasi kegiatan

59
59
60
61
63

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia memiliki luas wilayah 750 juta hektar (ha) dengan luas daratan
sekitar 187.91 juta ha. Sebesar 70 persen dari daratan tersebut merupakan
kawasan hutan. Data konsumsi kayu untuk kepentingan domestik (masyarakat)
sebesar 0.9 m3 per kapita per tahun (berdasarkan ITTO tahun 1990) secara
signifikan akan terus meningkat sesuai dengan laju pertumbuhan penduduk. Hal
ini mendorong pemerintah untuk melaksanakan program hutan rakyat melalui
budidaya kayu jati. Karena pengembangan hutan rakyat akan mendorong
berkembangnya usaha rakyat perdesaan. Hal ini selaras dengan Kementerian
Kehutanan yang telah menerbitkan Permenhut No. 55 Tahun 2011 bahwa izin
HTR untuk koperasi dibatasi maksimal 700 Ha, agar lebih adil bagi masyarakat
dan kembali ke filosofi kebijakan HTR yang ada dalam PP No. 6 Tahun 2007 jo
PP No. 3 Tahun 2008. Hutan Tanaman Rakyat dibentuk untuk membangun jiwa
kewirausahan masyarakat (Kemenhut 2012).
Salah satu pelaku usaha budidaya jati unggul adalah unit Usaha Bagi Hasil
Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (UBH-KPWN). Kegiatan penanaman
Jati Unggul Nusantara ini tersebar di Pulau Jawa salah satunya di Desa Ciaruteun
Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Kegiatan budidaya JUN
berlangsung dengan menjalin kerjasama dengan pemilik modal, petani penggarap,
pemilik lahan, pamong desa, dan fasilitator. Kegiatan
budidaya
JUN
ini
diharapkan dapat membangun komunikasi yang efektif diantara pihak-pihak yang
terkait. Khususnya antara petani dengan pemandu lapang selaku sumber pesan
dan saluran komunikasi UBH-KPWN. Proses komunikasi yang efektif menjadi
penting karena produktivitas dari kegiatan budidaya JUN ini berada di tangan
petani. Karena petani bertugas melaksanakan pengolahan lahan, penanaman,
pemeliharaan, dan pengamanan tanaman JUN. Tugas petani ini tidak terlepas dari
peran pemandu lapang yang memberikan bimbingan, pelatihan, dan pembinaan
kepada petani terkait teknis-teknis budidaya JUN. Oleh karena itu efektivitas
komunikasi dalam penyampaian pesan yang dilakukan pemandu lapang terkait
budidaya JUN kepada petani menjadi hal yang penting dalam kegiatan
pendampingan ini. Hal ini selaras dengan definisi komunikasi menurut Black dan
Bryant (1992) dalam Lubis et al (2010) adalah proses orang-orang berbagi makna,
dimana seorang (komunikator) mengirimkan rangsangan untuk mengubah
perilaku orang lain (komunikan) karena adanya pengalihan pesan sehingga orang
saling mempengaruhi.
Komunikasi dapat berjalan efektif apabila makna antara komunikan (petani)
dan komunikator (pemandu lapang) akan sesuatu hal telah sama, sehingga mampu
mempengaruhi tingkat perilaku bahkan keterampilan mereka. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Rogers dan Shoemaker dalam Mugniesyah (2006) dengan
melihat efek atau pengaruh dari proses komunikasi pengaruh (effects) berupa
perubahan-perubahan yang terjadi di kalangan petani berupa perubahan
pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan perilaku terbuka (overt behavior)
untuk mengadopsi atau menolak inovasi yang ditawarkan oleh sumber.

2

Perumusan Masalah

Kegiatan budidaya JUN selama ini berlangsung dengan adanya kegiatan
pendampingan antara pemandu lapang dengan petani. Diperlukan komunikasi
yang efektif antara pemandu lapang dengan petani agar hubungan yang terjalin
diantara kedua belah pihak dapat terus dipertahankan. Akan tetapi kondisi di
lapangan seringkali menimbulkan permasalahan. Salah satunya karena adanya
perbedaan sudut pandang dan sumber daya manusia yang berbeda antara petani
dengan pemandu lapang. Pemandu lapang berperan sebagai sumber informasi
sekaliguss satu-satunya saluran komunikasi yang menjembatani kepentingan
antara petani dengan UBH-KPWN. Hal ini dikhawatirkan akan menimbulkan
proses komunikasi yang rentan dengan konflik, dan kegiatan pendampingan dapat
terganggu pada periode penanaman selanjutnya. Berdasarkan permasalahan
tersebut, efektivitas komunikasi memiliki peranan yang sangat penting.
Efektivitas komunikasi dapat diukur dari tingkat pengetahuan, sikap, dan
keterampilan pada diri petani. Hal itu dapat terjadi disebabkan petani telah diterpa
informasi terkait budidaya JUN dari pemandu lapang. Terdapat beberapa faktor
yang berhubungan dengan efektivitas komunikasi yaitu faktor internal adalah
faktor yang berada dalam diri petani, maupun faktor eksternal yang berkaitan
dengan pemandu lapang selaku sumber pesan. Maka, rumusan masalah yang akan
dikaji dalam penelitian adalah:
1. Bagaimana karakteristik petani dalam kegiatan pendampingan program
Jati Unggul Nasional (JUN)?
2. Bagaimana karakteristik dan keterampilan komunikasi pemandu lapang?
3. Bagaimana efektivitas komunikasi antara petani dengan pemandu lapang
dan faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan efektivitas
komunikasi tersebut?
Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan di atas maka tujuan dari
penelitian ini adalah untuk:
1. Mengidentifikasi karakteristik petani dalam kegiatan pendampingan
program Jati Unggul Nusantara (JUN).
2. Mengidentifikasi karakteristik dan keterampilan komunikasi pemandu
lapang.
3. Menganalisis efektivitas komunikasi antara petani dengan pemandu lapang
dan faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan efektivitas
komunikasi tersebut.

3

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi berbagai
pihak, antara lain:
1. Instansi terkait
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi masukan dan
perbaikan bagi UBH-KPWN dalam meningkatkan kualitas pendampingan
melalui pemandu lapang. Agar pemandu lapang dapat membangun
komunikasi yang efektif dengan petani.
2. Masyarakat umum
Masyarakat umum pada umumnya dan petani baik yang sudah
bermitra dengan UBH-KPWN maupun yang belum bermitra. Melalui
penelitian ini dapat diketahui sejauh mana efektivitas komunikasi yang
terjalin selama ini anatara petani dengan lembaga UBH-KPWN yang
ditimbulkan dengan adanya perubahan pada aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik pada petani. Serta, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
efektivitas komunikasi antara petani dengan UBH-KPWN.
3. Para peneliti
Bagi para peneliti, penelitian ini dijadikan salah satu bahan referensi
bagi penelitian selanjutnya dengan topik sejenis. Peneliti selanjutnya juga
diharapkan dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada dalam
penelitian ini.

4

5

PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Komunikasi
Definisi komunikasi menurut Black dan Bryant (1992) dalam Lubis et al
(2010) adalah proses orang-orang berbagi makna, dimana seorang (komunikator)
mengirimkan rangsangan untuk mengubah perilaku orang lain (komunikan)
karena adanya pengalihan pesan sehingga orang saling mempengaruhi. Menurut
Osgood dalam Lubis et al komunikasi dapat terjadi bila suatu sistem (sumber)
mempengaruhi yang lain (tujuan) dengan memanfaatkan simbol yang
disampaikan melalui saluran yang menghubungkan mereka.
Effendy (2000) menjelaskan bahwa komunikasi perseorangan dinilai paling
ampuh dan lebih efektif dalam mengubah sikap, kepercayaan, opini dan perilaku
komunikan. Alasannya adalah komunikasi perseorangan umumnya berlangsung
secara tatap muka (face to face), sehingga terjadi kontak pribadi dan umpan balik
berlangsung seketika. Komunikator dapat mengetahui secara langsung tanggapan
komunikan terhadap pesan yang disampaikan. Keampuhan dalam mengubah
sikap, kepercayaan, opini dan perilaku komunikan, komunikasi perseorangan
seringkali digunakan untuk melancarkan komunikasi persuasif, yaitu agar orang
lain (komunikan) bersedia menerima suatu faham atau keyakinan, melakukan
suatu perbuatan atau kegiatan.
Komunikasi memiliki tujuan-tujuan, diantaranya seperti yang dikemukakan
oleh Berlo dalam Lubis et al (2010) yang menyatakan ada tiga tujuan komunikasi,
yaitu: (a) memberitahu artinya kita berkomunikasi untuk menyampaikan sesuatu
hal (gagasan, pemikiran, perasaan, dan sejenisnya). Agar komunikasi efektif
informasi yang disampaikan adalah faktual dan obyektif, (b) membujuk artinya
komunikasi dipergunakan untuk mengubah perasaan, dari tidak suka menjadi
suka, (c) menghibur artinya komunikasi dipergunakan untuk menghibur atau
menyenangkan seseorang.
Komunikasi memiliki unsur-unsur yang saling berkaitan untuk membangun
suatu proses komunikasi. Harold Lasswell menggambarkan komunikasi dengan
cara menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut,”Who Says What In Which Channel
To Whom What Effect?” (atau siapa mengatakan apa dengan saluran apa kepada
siapa dengan pengaruh bagaimana). Berdasarkan definisi komunikasi ini Laswell
ini dapat diturunkan lima unsur komunikasi yang saling bergantung satu sama lain
(Mulyana 2005), yaitu:
1. Sumber, pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk
berkomunikasi. Sumber boleh jadi seorang individu, kelompok, organisasi,
perusahaan atau bahkan suatu negara. Kebutuhannya bervariasi, mulai dari
sekedar memelihara hubungan yang sudah dibangun, menyampaikan
informasi, menghibur, hingga kebutuhan untuk mengubah ideologi, keyakinan
agama dan perilaku pihak lain. Pengalaman masa lalu, rujukan nilai,
pengetahuan, presepsi, pola pikir, dan perasaan sumber mempengaruhinya

6

dalam merumuskan pesan tersebut. Proses inilah yang disebut penyandian
(encoding).
2. Pesan, yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pesan
merupakan seperangkat simbol verbal atau nonverbal yang mewakili perasaan,
nilai, gagasan, atau maksud sumber tadi.
3. Saluran, yakni alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan
pesannya kepada penerima. Saluran juga merujuk pada bagaimana
penyampaian pesan yaitu dengan langsung (tatap muka) atau lewat media cetak
(multimedia). Komunikasi langsung melalui bahasa baik itu verbal maupun non
verbal adalah saluran komunikasi yang paling dominan untuk digunakan.
4. Penerima, sering juga disebut sasaran atau tujuan (destination), komunikate
(communicatee), dan lain-lain. Berdasarkan pengalaman masa lalu, rujukan
nilai, pengetahuan, presepsi, pola pikir, dan perasaan, penerima pesan ini
menerjemahkan atau menafsirkan seperangkat simbol verbal atau non verbal
yang diterima menjadi gagasan yang dapat dipahami. Proses ini disebut
penyandian-balik (decoding).
5. Efek, yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut,
misalnya penambahan pengetahuan (dari tidak tahu menjadi tahu), terhibur,
perubahan sikap (dari tidak setuju menjadi setuju), perubahan keyakinan,
perubahan perilaku (dari tidak bersedia menjadi bersedia).
Proses komunikasi terjadi karena terdapat unsur yang melakukan proses
komunikasi tersebut. Model komunikasi yang dikemukakan Berlo dalam Lubis
et al (2010) merupakan model komunikasi yang mudah dipahami. Model
komunikasi ini dikenal sebagai model SMCR, Source Message Channel dan
Receiver. Berlo mengemukakan terdapat elemen-elemen dasar komunikasi
yang relevan meliputi enam komponen, sehingga dapat menciptakan komunikasi
secara efektif, diantaranya:
1. Sumber-Encoder (penyandi), yaitu orang atau sekelompok orang yang sengaja
dan bertujuan untuk berkomunikasi. Sumber dapat disebut dengan berbagai
istilah seperti encoder, pengirim, sumber informasi, atau komunikator.
2. Pesan merupakan sesuatu yang dikirimkan oleh sumber kepada penerima.
Sesuatu yang disalurkan dalam bentuk pesan.
3. Saluran mencakup tiga pengertian, yaitu moda membuat kode
(encoding) dan menerjemahkan kode (decoding) dari pesan,
kendaraan pesan, dan pembawa pesan.
4. Penerima-Decoder (penerjemah), yaitu orang atau sekelompok orang
yang menjadi sasaran komunikasi.

7

Source
 Communication
Skills
 Attitude
 Knowledge
 Social system
 Culture

Message
 Elements and
Structure
 Contents
 Treatment
 Code

Channel
 Seeing
 Hearing
 Touching
 Smelling
 Tasting

Receiver
 Communication
 Skills
 Attitude
 Knowledge
 Social system
 Culture

Gambar 1 Model komunikasi SMCR dan faktor-faktor penentu ketepatan
komunikasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi sumber dan penerima terhadap
keefektivan komunikasi, yaitu keterampilan berkomunikasi, sikap, tingkat
pengetahuan, dan sistem sosial-budaya. Keterampilan berkomunikasi penting
bagi sumber dan penerima. Bagi sumber keterampilan berkomunikasi penting
karena sumber dapat mengembangkan dan menyandi pesan, dan bagi
penerima karena mampu menerjemahkan serta membuat keputusan-keputusan
tentang suatu pesan. Sikap diartikan sebagai predisposisi atau kecenderungan
individu untuk suka atau tidak suka terhadap sesuatu. Pada sumber dan
penerima sikapnya mempengaruhi ketepatan komunikasi meliputi, sikap
terhadap diri sendiri, sikap terhadap isi pesan dan sikap terhadap penerima.
Tingkat pengetahuan menjelaskan bahwa seorang sumber mampu
memahami materi yang disampaikan sehingga dapat berkomunikasi dengan
efektif. Apabila dapat menguasai materi maka dapat mentransmisikan
pengetahuannya secara efektif. Bagi penerima jika dia mengetahui kode yang
digunakan sumber maka dia akan mengerti pesan yang dikirim sumber.
Sistem sosial-budaya menggambarkan terdapat hubungan antara sistem sosial
budaya dengan komunikasi. Sumber mampu berbahasa sesuai dengan
kemampuan penerima. Bagi penerima budaya yang dimiliki akan berpengaruh
terhadap pemaknaan pesan yang disampaikan oleh sumber.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pesan adalah elemen dan struktur pesan,
kode pesan, isi pesan, serta perlakuan pesan. Kode pesan diartikan sebagai
kelompok simbol-simbol yang dapat distrukturkan dengan cara tertentu sehingga
bermakna bagi sejumlah orang. Isi pesan diartikan sebagai materi pesan yang
telah diseleksi oleh sumber untuk mengekspresikan tujuannya berkomunikasi.
Perlakuan pesan adalah keputusan-keputusan yang dibuat oleh sumber untuk
memilih metode untuk menyusun dan mengirimkan kode dan isi pesan.
Faktor-faktor pada saluran yaitu sumber harus memutuskan atau memilih
saluran komunikasi mana yang akan digunakannya. Sumber harus memahami tiga
aspek saluran komunikasi, yaitu sebagai mekanisme yang berpasangan,
sebagai kendaraan, dan sebagai kendaraan pembawa. Dapat dikatakan saluran
merupakan media pembawa pesan.
Model komunikasi SMCR disempurnakan oleh Rogers dan Shoemaker
dalam Mugniesyah (2006) dengan melihat efek atau pengaruh dari proses
komunikasi yang dikenal dengan model SMCRE. Terdapat proses inovasi
(gagasan atau teknologi) yang disebarluaskan kepada suatu sistem sosial agar
diadopsi atau diaplikasikan oleh anggota sistem sosial tersebut. Difusi inovasi
dipandang Roger dan Shoemaker sebagai suatu tipe komunikasi khusus, yakni

8

suatu proses dimana inovasi (baik itu gagasan ataupun teknologi) disebarluaskan
kepada suatu sistem sosial agar diadopsi atau diaplikasikan oleh anggota tim
sosial tersebut. Terdapat empat elemen dasar yang menentukan proses difusi
inovasi, yakni inovasi (innovation) yang dikomunikasikan melalui saluran
komunikasi (channel) tertentu, dalam waktu tertentu dan di kalangan anggotaanggota sistem sosial (social system).

Gambar 2 Elemen-elemen dalam model SMCRE
Elemen-elemen dalam model SMCRE meliputi: (1) sumber yang terdiri atas
orang atau lembaga dari mana inovasi berasal, (2) pesan-pesan (messages), yakni
inovasi (innovations) baik itu berupa teknologi maupun gagasan atau ide-ide,
dengan segala karakteristik yang ditawarkannya (keuntungan relatif, kesesuaian,
kesulitan, kemudahan dicoba, dan kemudahan untuk diamati hasilnya, (3) saluran
komunikasi (channels), yang bisa: (a) melalui orang, sekelompok orang atau
lembaga (petugas penyuluh, fasilitator mahasiswa, dan lainnya) dan atau (b)
media massa, (4) penerima, yang terdiri dari anggota sistem sosial; dalam hal ini
laki-laki maupun perempuan, baik sebagai individu, anggota rumah tangga, atau
keluarga, (5) pengaruh (effects) berupa perubahan-perubahan yang terjadi di
kalangan petani berupa perubahan pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan
perilaku terbuka (overt behavior) untuk mengadopsi atau menolak inovasi yang
ditawarkan oleh sumber.
Efektifitas Komunikasi
Indikator komunikasi dapat dikatakan efektif jika dilihat dari aspek
perubahan yang terjadi yaitu aspek efek dalam proses komunikasi. Selaras yang
dikemukakan oleh Effendy (2001) menjelaskan bahwa komunikasi dapat
dikatakan efektif, jika dapat menimbulkan dampak:
1. Kognitif, yaitu meningkatnya pengetahuan komunikan. Dampak kognitif
adalah yang timbul pada komunikan yang menyebabkan dia menjadi tahu atau
meningkat intelektualitasnya. Di sini pesan yang disampaikan komunikator
ditujukan kepada pemikiran si komunikan. Dengan kata lain, tujuan
komunikator hanyalah berkisar pada upaya mengubah pikiran diri komunikan.
2. Afektif, yaitu perubahan sikap dan pandangan komunikan, karena hatinya
tergerak akibat komunikasi. Dampak afektif lebih tinggi kadarnya daripada

9

dampak kognitif. Di sini tujuan komunikator bukan hanya sekedar supaya
komunikan tahu, tetapi tergerak hatinya, dan menimbulkan perasaan tertentu.
3. Konatif, yaitu perubahan perilaku atau tindakan yang terjadi pada komunikan.
Efek pada arah kognitif meliputi peningkatan kesadaran, belajar dan tambahan
pengetahuan. Pada afektif meliputi efek yang berhubungan dengan emosi,
perasaan dan sikap. Sementara efek pada konatif berhubungan dengan perilaku
dan niat untuk melakukan sesuatu dengan cara tertentu.
Sementara Tubbs dan Moss (2000) menyatakan terdapat lima hal yang
menjadikan ukuran bagi komunikasi yang efektif, yaitu: ukuran dari pemahaman,
ukuran dari kesenangan, seseorang memahami suatu pesan yang berasal dari
sumber, ukuran dalam memperbaiki hubungan dan ukuran dalam tindakan.
1. Ukuran dari pemahaman
Arti pokok pemahaman adalah penerimaan yang cermat atas kandungan
stimuli seperti yang dimaksud oleh pengirim pesan (komunikator), dikatakan
efektif bila penerima memperoleh pemahaman yang cermat atas pesan yang
disampaikan. Arti pokok pemahaman adalah penerimaan yang cermat atas
rangsangan seperti yang dimaksud oleh pengirim pesan. Komunikator dikatakan
efektif bila memperoleh pemahaman yang cermat atas pesan yang
disampaikannya.
2. Ukuran dari kesenangan
Komunikasi tidak semua ditujukan untuk menyampaikan maksud tertentu,
ada kalanya komunikasi hanya sekedar untuk bertegur sapa dan menimbulkan
kebahagian bersama. Ketiga ukuran dari mempengaruhi sikap, tindakan
mempengaruhi orang lain dan berusaha agar orang lain memahami ucapan kita
adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Pada waktu menentukan tingkat
keberhasilan berkomunikasi ternyata kegagalan dalam mengubah sikap orang lain
belum tentu karena orang lain tersebut tidak memahami apa yang dimaksud.
3. Seseorang memahami suatu pesan yang berasal dari sumber
Proses mengubah dan merumuskan kembali sikap atau pengaruh sikap
(attitude influence) berlangsung seumur hidup. Dalam hubungan antara dua orang,
pengaruh sikap sering disebut ”pengaruh sosial”. Bila diterapkan pada konteks
komunikasi publik dan komunikasi massa, proses mempengaruhi sikap disebut
”membujuk” (persuasi). Dalam menentukan tingkat keberhasilan berkomunikasi,
pasti terdapat resiko kegagalan yang tercipta. Kegagalan dalam mengubah
perilaku orang lain, namun orang tersebut tetap dapat memahami apa pesan yang
dimaksudkan. Tidak bisa disamakan antara kegagalan dalam mengubah sikap
dengan kegagalan dalam meningkatkan pemahaman.
4. Ukuran dalam memperbaiki hubungan
Komunikasi yang dilakukan dalam suasana psikologis yang positif dan
penuh kepercayaan akan sangat membantu terciptanya komunikasi yang efektif.
Apabila hubungan manusia dibayang-bayangi oleh ketidakpercayaan, maka pesan

10

yang disampaikan oleh komunikator yang paling kompeten pun bisa saja
mengubah makna.
5. Ukuran dalam tindakan
Mendorong orang lain untuk melakukan tindakan yang sesuai dengan yang
diinginkan merupakan hasil yang paling sulit dicapai dalam berkomunikasi. Lebih
mudah mengusahakan agar pesan dapat dipahami orang lain daripada
mengusahakan agar pesan tersebut disetujui, tindakan merupakan feed back
komunikasi paling tinggi yang diharapkan pemberi pesan. Bila sumber ingin
mencoba membangkitkan tindakan pada penerima pesan, kemungkinan responnya
yang sesuai dengan apa yang sumber inginkan akan lebih besar apabila sumber
dapat memudahkan pemahaman penerima tentang apa yang sumber harapkan,
meyakinkan penerima bahwa tujuan sumber itu masuk diakal, dan
mempertahankan hubungan harmonis dengan penerima.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Komunikasi
Faktor-faktor komunikasi memiliki sebab faktor-faktor yang terdapat dalam
proses komunikasi adalah hal-hal yang menunjang tercapainya efek yang
diharapkan pada situasi, kondisi, waktu, dan tempat (Effendy 1992). Berikut
penjelasan yang berkaitan dengan faktor internal maupun eksternal dalam proses
komunikasi.
Faktor Internal
Petani sebagai suatu komunitas dalam pedesaan memiliki beberapa
karakteristik khusus dalam dirinya yang khas dan berpengaruh ketika mereka
menjalin komunikasi dengan pihak lain di luar komunitasnya. Menurut Nelly
(1988) karakteristik personal adalah ciri-ciri atau sifat-sifat yang dimiliki oleh
seseorang (individu) atau masyarakat, yang ditampilkan melalui pola pikir, pola
sikap dan pola tindak terhadap lingkungannya. Ia sering kali digunakan untuk
membedakan seseorang atau suatu kelompok masyarakat dengan yang lainnya.
McQuail dan Windahl (1987) menyatakan bahwa orang berbeda akan
memberikan respons yang berlainan, karena individu-individu memiliki tingkat
predisposisi motivasional yang berbeda dalam memberikan respon, umur, jenis
kelamin, pendapatan, pekerjaan, pendidikan, suku dan agama diasumsikan turut
menentukan seleksivitas seseorang individu terhadap komunikasi.
Sumardjo (1999) menjelaskan terdapat karakteristik personal yang patut
diperhatikan adalah umur, pendidikan, pengalaman, kekosmopolitan,
keterampilan, persepsi, gender, motivasi, kesehatan dan fasilitas informasi. Hasil
penelitian Suwanda (2008), Rachmawati (2010), Ernawati (2011), Oktarina et al
(2008), dan Saleh (2009) menunjukan adanya perubahan perilaku petani akibat
pengaruh faktor internal (faktor internal) yaitu pada aspek kognitif dan afektif.
Faktor internal dalam penelitian ini meliputi umur, pendidikan formal, pendidikan
non-formal, pengalaman bertani, pendapatan rata-rata per bulan, pola usahatani,
status usaha tani, luas lahan, orientasi berusahatani, status petani, jenis kelamin,
dan pekerjaan. Sedangkan untuk aspek konatif, hasil penelitian Rosana et al

11

(2010) menunjukan tingkat kekosmopolitan yang mampu mempengaruhi aspek
konatif petani. Hal ini menunjukan bahwa pengaruh faktor internal terhadap
perubahan pada aspek kognitif dan aspek afektif seseorang belum tentu mampu
merubah aspek konatifnya.
Faktor Eksternal
Komunikator sebagai pihak yang menyampaikan pesan ikut menentukan
berhasilnya komunikasi. Karena sekumpulan faktor kompleks yang
mempengaruhi penerimaan informasi bekerja bersama-sama untuk mempengaruhi
keputusan penerima pesan untuk memilih pesan tertentu dan bagaimana
memahaminya serta memperoleh manfaat dari informasi tersebut. Faktor-faktor
tersebut adalah faktor penerima, pesan, sumber, medium, dan lingkungan. Berikut
penjelasan faktor-faktor eksternal apa saja yang mampu mempengaruhi
penerimaan informasi menurut Lubis et al (2010):
1.

Pengaruh Penerima
Tujuh hal yang mempengaruhi faktor penerima dalam penerimaan informasi
adalah faktor kebutuhan, sikap, kepercayaan dan nilai, tujuan, kemampuan,
penggunaan, gaya komunikasi, serta pengalaman dan kebiasaan. Uraian faktorfaktor tersebut sebagai berikut:
a) Kebutuhan, atau alasan lain, adalah meliputi kontak sosial, eksplorasi realitas,
sosialisasi, dan hiburan yang meiliki pengaruh terhadap aspek psikologis,
aspek sosial, dan komunikasi.
b) Sikap, kepercayaan, dan nilai, memainkan peran penting pada aktivitas
penerimaan pesan dan hasil penerimaan pesan tersebut. Individu umumnya
tertarik dan cenderung senang terhadap pesan baru, sumber atau penafsiran
yang mendukung pandangan mereka sebelum mereka mempertimbangkan
pesan, sumber, atau kesimpulan yang tidak mendukung.
c) Nilai dapat diartikan seagai prinsip dasar yang dipegang dalam hidup, dan
perasaan murni mengenai apa yang harusnya dilakukan dan apa yang tidak
dilakukan pada hubungan seseorang dengan lingkungan dan orang-orang di
dalamnya. Sama seperti sikap dan kepercayaan, nilai secara subtansial dapat
mempengaruhi pemilihan, penafsiran, dan pengingatan. Pesan yang tidak
konsisten dan tidak mendukung sikap, keperayaan, atau nilai penerima pesan
sehingga membuat penerima menjadi tidak tertarik dengan pesan yang
disampaikan.
d) Tujuan, disini tidak hanya pesan yang diterimanya melainkan juga penafsiran
dari pesan tersebut: pertama, tujuan yang ingin dicapai memperbesar
kemungkinan seorang individu memperlihatkan jati dirinya pada satu pesan
yang menyinggung masalah tertentu yang digelutinya secara khusus. Kedua,
tujuan tersebut memperbesar kemungkinan individu untuk berhubungan
dengan orang lain yang memiliki ketertarikan pada bidang yang sama. Hal ini
menambah pengaruh pada proses penerimaan pesan.

12

e) Kemampuan, tingkat kecerdasan seseorang, pengalaman sebelumnya mengenal
suatu masalah tertentu, dan kemampuan berbahasa yang dimilki berdampak
penting pada saat berbagai macam pesan muncul dan bagaimana pesan tersebut
ditafsirkan.
f) Penggunaan, seseorang akan lebih peduli dan berusaha keras untuk memahami
dan mengingat pesan yang dipikirnya akan diperlukan atau dapat digunakan.
g) Gaya komunikasi, dapat mempengaruhi dinamika penerimaan pesan dengan
dua cara tergantung kepada kebiasaan dan pilihannya, yaitu mungkin menjauhi
perlahan atau mungkin dengan aktif menghindari kesempatan untuk berurusan
dengan orang lain. Banyak sedikitnya pengaruh langsung terhadap gaya
komunikasi pada penerimaan informasi mempengaruhi etika yang
diperlihatkan pada orang lain. Bagaimana cara berhubungan, dan dengan siapa
saling berinteraksi dapat memiliki dampak substansial terhadap bagaimana
tanggapan mereka, dan ini juga akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas dari
informasi yang akan mereka berikan.
h) Pengalaman dan kebiasaan, pengembangan sejumlah kecenderungan
penerimaan informasi merupakan kumpulan hasil pengalaman. Kebiasaan
tidaklah diragukan lagi menjadi pengaruh utama bagaimana seseorang
memulihkan, menafsirkan, atau mengingatkan pada suatu pesan dan pada suatu
waktu. Pola komunikasi yang dapat dikembangkan dari hasil pengalaman ini
mampu mempengaruhi inti dari pesan dan penerimaan pesan.
Menurut Effendy (2005) peranan komunikator dalam komunikasi efektif
ditentukan etos kerja dan sikap komunikator. Etos kerja adalah nilai diri seseorang
yang merupakan paduan dari kognisi (cognition), afeksi (affection), dan konasi
(conation). Kognisi adalah proses memahami (process of knowing) yang
bersangkutan dengan pikiran, afeksi adalah perasaan yang ditimbulkan oleh
perangsang dari luar, dan konasi adalah aspek psikologis yang berkaitan dengan
upaya atau perjuangan. Informasi yang disampaikan komunikator kepada
komunikan itu setala (in tune). Situasi komunikatif seperti itu akan terjadi bila
terdapat etos pada diri komunikator. Etos yang timbul pada diri seorang
komunikator dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni kesiapan (preparedness),
kesungguhan (seriousness), ketulusan (sincerity), kepercayaan (confidence),
ketenangan (poise), keramahan (friendship), dan kesederhanaan (moderation).
2.

Pengaruh Pesan
Lima hal yang mempengaruhi faktor pesan dalam penerimaan informasi
adalah faktor sumber, mode, karakteristik fisik, pengorganisasian, dan hal-hal
baru. Uraian dari faktor-faktor tersebut sebagai berikut: (a) sumber, beberapa
pesan dapat berasal atau bersumber pada lingkungan fisik manusia. Selain itu,
dapat juga menggunakan pesan yang diciptakan melalui proses yang disebut
komunikasi intrapersonal berulang kali, (b) mode, berbagai penerimaan pesan
bergantung kepada apakah pesan tersebut tampak secara visual, dapat diraba,
dapat didengar, dapat dicicipi atau dapat dicium aromanya, (c) karakteristik fisik,

13

seperti ukuran, warna, kecerahan, dan intensitas juga dapat menjadi sangat
penting bagi pemrosesan suatu pesan, (d) pengorganisasian, banyak penelitian
yang difokuskan pada bidang persuasi telah diarahkan untuk menentukan cara
bagaimana susunan ide dan opini mempengaruhi penerimaan, dan (e) hal-hal baru,
sering kali pesan yang baru, tidak dikenali, atau tidak biasa, justru merebut
perhatian walaupun sebentar.
3.

Pengaruh Sumber
Beberapa keputusan yang dibuat mengenai penerimaan informasi yang
menarik dan kompleks akan melibatkan sumber pesan yang berasal dari hubungan
antar pribadi. Dalam hal ini, keputusannya akan tergantung pada sejumlah faktor
termasuk kedekatan (proximity), daya pikat, kesamaan, kredibilitas, kewenangan,
motivasi, maksud, penyampaian, status, kekuatan, dan kekuasaan. Kedekatan
(Proximity), jarak dari sumber pesan memiliki pengaruh utama pada kemungkinan
penerima pesan dapat menangkap atau menerima pesan. Penerima biasanya akan
lebih terbuka kepada sumber yang dekat dibandingkan dengan sumber yang jauh,
karena semakin dekat, semakin sedikit waktu, upaya, dan uang yang harus
dikeluarkan untuk menerima pesan tersebut. Arti penting dari jarak sebagai faktor
bagi penerimaan pesan digambarkan dengan melihat fungsi dari media
komunikasi. Daya pikat, bagaimana cara suatu pesan antar pribadi diproses
seringkali terkait dengan semenarik apa pesan yang diberikan oleh sumber. Ketika
penerima pesan telah tertarik dengan pesan yang disampaikan sumber, maka
kemungkinan orang tersebut akan lebih mendengarkan, mengingat, dan
memberikan pengertian spasial, yang sering kali sulit dipisahkan, dan berperan di
dalam mempengaruhi sifat alami pemilihan, penafsiran, dan mengingat pesan
tersebut.
Seseorang komunikator akan berhasil
dalam komunikasi, mampu
mengubah sikap, opini, dan perilaku komunikan melalui mekanisme daya tarik.
Jika pihak lain komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta dengannya.
Dengan kata lain, komunikan merasa ada kesamaan antara komunikator
dengannya sehingga komunikan bersedia taat pada isi pesan yang dilancarkan
komunikator. Kesamaan, semakin sumber pesan menyerupai penerima pesan,
maka semakin besar kemungkinan penerima pesan memberi perhatian kepadanya,
apapun yang dikatakannya. Kadangkala kesamaan yang membuat ketertarikan
tersebut merupakan karakteristik standar seperti jenis kelamin, tingkat pendidkan,
umur, agama, latar belakang, ras, hobi, atau bahasa. Kredibilitas (credibility) dan
kekuasaan, bisa menyebabkan komunikasi berhasil ialah kepercayaan komunikan
pada komunikator. Kepercayaan ini banyak bersangkutan dengan profesi atau
keahlian yang dimiliki seseorang komunikator. Dalam hubungan ini faktor source
credibility komunikator memegang peranan sangat penting.
Motivasi dan tujuan, etika dimana penerima pesan bereaksi pada sumber
pesan antar pribadi tertentu juga bergantung pada bagaimana dia menjelaskan
aksinya kepada dirinya sendiri. Tergantung pada motivasinya di dalam
memberikan atribut pada seseorang, dan tanggapannya yang juga bervariasi.
Penyampaian, etika bagaimana sumber pesan menyampaikan pesannya
merupakan faktor penting pada proses dan penerimaan pesan. Beberapa faktor
yang memiliki peran pada pengiriman pesan verbal adalah volume suara,
kecepatan berbicara, alunan suara, pengucapan kata-kata, dan faktor jeda. Faktor

14

visual lain yang berpengaruh adalah gerak-gerik tubuh, ekspresi wajah dan tatapan
mata atau kontak mata. Status, kekuatan, wewenang, atau otoritas dari sumber
pesan, menambah kemampuannya untuk memberikan imbalan atau hukuman
sebagai akibat dari memilih, mengingat atau menafsirkan pesan dengan cara
tertentu. Hal ini akan berpengaruh pada pengolahan informasi.
Seorang komunikator dalam menghadapi komunikan lain harus bersikap
empatik (emphaty), yaitu kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya
kepada peranan orang lain. Seorang komunikator harus bersikap empatik ketika ia
berkomunikasi dengan komunikan.
4.

Pengaruh Medium dan Lingkungan
Media, atau saluran yang digunakan pesan untuk menjangkau penerima
pesan dapat menjadi faktor berpengaruh pada penerimaan informasi. Perbedaan
seperti apakah pesan disajikan melalui media cetak atau ilustrasi, gerak-gerik,
pakaian, film, siaran radio atau kata yang terucap dari teman, memiliki pengaruh
langsung pada beberapa kasus. Beberapa media memiliki kelebihan dalam
menyajikan informasi dibandingkan dengan media lainnya.
Etika dimana pesan disajikan melalui media juga memiliki hubungan
dengan pengolahan informasi. Pengaruh lingkungan yang memiliki dampak
penting pada pemilihan, penafsiran dan penyimpanan pesan adalah unsur konteks,
pengulangan, serta konsistensi dan kompetisi. Berikut penjelasan unsur pengaruh
lingkungan selengkapnya: (a) konteks, etika dimana seseorang atau peristiwa
tertentu bereaksi. Kehadiran orang lain seringkali mempunyai hubungan langsung
bagaimana seseorang memilih untuk menginterpretasikan dan menyimpan
informasi, yaitu bagaimana dia mau melihat, bagaimana dia memikirkan orang
lain melihat dirinya, apa yang diyakininya mengenai harapan orang lain terhadap
dirinya, dan apa yang dipikirkannya mengenai pikiran mengenai keadannya di
antara pertimbangan bagaimana seharusnya dia bereaksi dalam keadaan sosial, (b)
pengulangan, pesan yangs sering diulang-ulang akan mungkin untuk
dipertimbangkan dan diingat, (c) konsistensi dan kompetisi, mempertimbangkan
bentuk pesan yang tidak terlalu ekstrim perubahannya, dan proses pendidikan
menggunakan prinsip yang sama adalah bentuk konsistensi pesan.
Hasil penelitian Suwanda (2008) yang melihat adanya perubahan pada
aspek kognitif, afektif dan konatif melalui faktor eksternal yang digunakan, yaitu
keragaan kelompok tani, aksesbilitas, syarat mutlak dan pelancar dalam
pemanfaatan media komunikasi Prima Tani di Desa Citarik Kabupaten Karawang
Jawa Barat. Sementara Nurhayati (2011) melalui hasil penelitiannya melihat
adamya perubahan aspek kognitif, afektif, dan konatif petani akibat adanya
pengaruh dari faktor eksternal. Faktor eksternal yang terdapat dalam penelitian ini
adalah karakteristik pemadu sebagai sumber pesan yang mempengaruhi partisipasi
petani dan karakteristik inovasi. Karakteristik pemandu dalam penelitian ini yaitu,
penguasaan materi Sekolah Lapang Padi, pengalaman pemandu lapang, dan
kemampuan berkomunikasi. Sementara untuk karaktersitik inovasinya adalah
keuntungan relatif (Relative Knowledge), kesesuaian (Compatibility), kerumitan
(Complexity), kemungkinan dicoba (Triability), dan kemungkinan diamati
(Observability).

15

Desain Pesan Komunikasi Bisnis
Salah satu karakter yang melekat dalam komunikasi bisnis adalah sifatnya
yang cenderung persuasif. Oleh karena itu, komunikator harus benar-benar
merancang pesan-pesan yang akan disampaikan secara seksama agar menjadi
pesan yang persuasif. Keberhasilan penyampaian pesan ditentukan oleh strategi
pesan. Strategi pesan adalah proses perancangan pesan yang dimulai dengan
menganalisis sumber, tujuan komunikasi, khalayak sasaran, dan media yang
digunakan. Menurut Murphy dan Hildebrant (1991) dalam Kusumastuti (2009)
bahwa kegiatan komunikasi bisnis perlu berpegang pada prinsip-prinsip
komunikasi bisnis yang terdiri atas tujuh C, yaitu:
a) Completeness, memberikan informasi selengkap mungkin kepada pihak
yang membutuhkan. Informasi yang lengkap akan memberikan kepastian
dan kepercayaan.
b) Conciseness, berarti bahwa semua bentuk komunikasi disusun secara jelas,
singkat, dan padat.
c) Concreteness, pesan yang disampaikan secara spesifik dan tidak abstrak.
d) Consideration, mempertimbangkan situasi penerimanya.
e) Clarity, pesan disusun dengan menggunakan kata-kata maupun simbolsimbol yang mudah dipahami.
f) Courtesy, memperhatikan tata krama dan sopan santun sebagai
penghargaan kepada komunikan.
g) Correctness, pesan harus dibuat secara cermat baik dari sisi tata bahasa
maupun kemampuan berbahasa dari komunikan.
Beberapa gaya pesan yang berkaitan dengan kemampuan menyampaikan
pesan antara lain, bahasa yang digunakan untuk menyampaikan pesan hendaknya
enak didengar atau dibaca dan mudah dipahami, kaya akan perbendaharan kata,
sehingga dapat menghindari pengulangan kata yang sama, mampu
mengungkapkan hal-hal secara konkret, bisa diuji secara empiris, dan memiliki
minat insani (human interest). Faktor lain yang mempengaruhi efektivitas pesan
adalah kemampuan memilih dan menggunakan kata-kata dengan baik, seperti
berikut ini:
a) Jelas, agar pesan tidak mengandung arti ganda, usahakan menggunakan
kata-kata spesifik, sederhana, menghindari kata-kata teknis, berhemat
dalam kata dan mengungkapkan gagasan yang sama dengan kata yang
berbeda.
b) Tepat, gunakan kata-kata yang sesuai dengan keadaan khalayak, situasi
komunikasi dan jenis pesannya.
c) Menarik, kata-kata yang digunakan hendaknya memiliki minat insani
(human interest).
Organisasi Pesan
Merupakan pembagian pesan yang disusun secara anatomis, yakni
pengantar, pernyataan, argumen, dan kesimpulan. Cara pengorganisasian pesan
dapat kita lakukan dengan cara:

16

a) Deduktif, artinya pesan dimulai dengan menyebutkan gagasan pokok
diikuti dengan penjelasan melalui keterangan penunjang dan bukti-bukti
empiris.
b) Induktif, artinya pengorganisasian pesan yang dimulai dengan
mengungkapkan realitas yang dilanjutkan dengan hal-hal bersifat umum.
c) Kronologis, artinya pengorganisasian pesan yang disusun berdasarkan
urutan waktu kejadian.
d) Urutan logis, artinya pengorganisasian pesan yang disusun berdasarkan
hubungan sebab akibat dari satu peristiwa.
e) Topikal, artinya pengorganisasian pesan disusun berdasarkan urutan topik
dari topik yang menyenangkan hingga yang kurang menyenangkan, dari
yang penting sampai kurang penting, dari yang disepakati sampai yang
kurang disepakati.
Faktor-faktor yang Menghambat Efektivitas Komunikasi
Selain terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi
terdapat pula faktor-faktor yang menghambat komunikasi. Karena proses
komunikasi berlangsung dalam konteks situasional yang mengharuskan seorang
komunikator memperhatikan situasi ketika komunikasi dilangsungkan, sebab
situasi amat berpengaruh terhadap kelancaran komunikasi. Berikut penjelasan
mengenai faktor-faktor apa saja yang mampu menghambat jalannya suatu proses
komunikasi menurut Effendy (1992) :
1.

Hambatan sosio-antro-psikologis
Proses komunikasi berlangsung dalam konteks situasional. Ini berarti
bahwa komunikator harus memperhatikan situasi ketika komunikasi
dilangsungkan, sebab situasi amat berpengaruh terhadap kelancaran
komunikasi, terutama situasi yang berhubungan dengan faktor sosio-antropsikologis. Karena masyarakat terdiri dari berbagai golongan dan lapisan, yang
menimbulkan perbedaan dalam status sosial, agama, ideologi, tingkat
pendidikan, tingkat kekayaan, dan sebagainya yang mampu menjadi hambatan
bagi kelancaran komunikasi.
Hambatan antropologis, seorang komunikator tidak akan berhasil apabila
tidak mengenal siapa komunikan yang menjadi sasarannya. Komunikator harus
mengenal komunikan dengan mencari tahu identitas diri komunikan, mengenal
pula kebudayaannya, gaya hidup dan norma kehidupannya, kebiasaan, dan
bahasanya. Komunikasi akan berjalan lancar jika suatu pesan yang
disampaikan komunikator diterima oleh komunikan secara tuntas, yaitu
diterima dalam pengertian received atau secara inderawi, dan dalam pengertian
accepted atau secara rohani.
Hambatan psikologis, seringkali muncul disebabkan komunikator sebelum
melancarkan komunikasinya tidak mengkaji diri komunikan. Komunikasi juga
dapat berjalan sulit apabila psikologi komunikan tidak dalam keadaan baik
(misalnya, sedih, marah, kecewa, dll) dan menaruh prasangka (prejudice)
kepada komunikator. Prasangka merupakan salah satu hambatan berat bagi
kegiatan komunikasi, karena orang yang berprasangka belum apa-apa sudah
bersikap menentang komunikan. Pada komunikan yang memiliki prasangka

17

biasanya menyebabkan dia menarik kesimpulan tanpa menggunakan pikiran
secara rasional.
2.

Hambatan Semantis
Jika hambatan sosio-antro-psikologis terdapat pada pihak komunikan,
maka hambatan semantis terdapat pada diri komunikator. Faktor semantis