Optimalisasi Peralatan Pemanenan Kayu pada Hutan Tanaman Industri di IUPHHK-HT PTWirakarya Sakti, Provinsi Jambi

OPTIMALISASI PERALATAN PEMANENAN KAYU
PADA HUTAN TANAMAN INDUSTRI
DI IUPHHK-HT PT WIRAKARYA SAKTI, PROVINSI JAMBI

KAROMATUN NISA

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Optimalisasi Peralatan
Pemanenan Kayu pada Hutan Tanaman Industri di IUPHHK-HT PT Wirakarya
Sakti Provinsi Jambi adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2014
Karomatun Nisa
NIM E14090082

ABSTRAK
KAROMATUN NISA. Optimalisasi Peralatan Pemanenan Kayu pada
Hutan Tanaman Industri di IUPHHK-HT PT Wirakarya Sakti, Provinsi Jambi.
Dibimbing oleh UJANG SUWARNA.
Pemanenan hasil hutan merupakan salah satu kegiatan utama dalam
pengelolaan hutan. Optimalisasi peralatan pemanenan kayu sangat diperlukan
untuk menghasilkan produksi yang dapat menutupi biaya produksi yang
dikeluarkan. Penelitian ini bertujuan menentukan penggunaan jumlah peralatan
pemanenan kayu yang optimal berdasarkan produktivitas kerja, realisasi produksi
dan target produksi. Penelitian ini menetapkan lima skenario penggunaan
peralatan pemanenan dengan dua skenario untuk mencapai realisasi produksi dan
tiga skenario untuk mencapai target produksi. Skenario untuk mencapai realisasi
produksi yaitu (1) jumlah alat aktual (JAA) dengan biaya produksi Rp349 245/m3
atau Rp29.77 milyar/tahun dan (2) jumlah alat realisasi (JAR) dengan biaya

produksi Rp349 245/m3 atau Rp29.21 milyar/tahun. Skenario untuk mencapai
target produksi yaitu (1) jumlah alat target (JAT) dengan biaya produksi
Rp349 245/m3 atau Rp40.65 milyar/tahun, (2) jumlah alat kombinasi (JAK)
dengan biaya produksi Rp281 975/m3 atau Rp29.41 milyar/tahun dan (3) jumlah
alat baru (JAB) dengan biaya produksi Rp208 110/m3 atau Rp16.84 milyar/tahun.
Kata kunci: biaya produksi, optimalisasi, pemanenan kayu

ABSTRACT
KAROMATUN NISA. Optimization of Timber Harvesting Equipments of
Industrial Plantation Forest in IUPHHK-HT Wirakarya Sakti Company, Jambi
Province. Supervised by UJANG SUWARNA.
Harvesting of forest products is one of the principal activities of forest
management. Optimization of timber harvesting equipments is needed to produce
output that can cover the production costs. This study aimed to determine the
amount of the optimal timber harvesting equipments based on work productivity,
production realization and production targets. This study designed five scenarios
of harvesting equipments user. The two scenarios used to achieve the production
realization while the others used to achieve the production targets. Scenarios are
used to achieve the production realization are (1) the actual equipments amount
(AEA) with production costs IDR349 245/m3 or IDR29.77 billion/year and (2)

the realization equipments amount (REA) with production costs IDR349 245/m3
or IDR29.21 billion/year. The others scenarios used to achieve production targets
are (1) the target equipments amount (TEA) with production costs
IDR349 245/m3 or IDR40.65 billion/year, (2) the combinations equipments
amount (CEA) with production costs IDR281 975/m3 or IDR29.41 billion/year,
and (3) the new equipments amount (NEA) with production costs IDR208 110/m3
or IDR16.84 billion/year.
Keywords:optimization, production costs, timber harvesting

OPTIMALISASI PERALATAN PEMANENAN KAYU
PADA HUTAN TANAMAN INDUSTRI
DI IUPHHK-HT PT WIRAKARYA SAKTI, PROVINSI JAMBI

KAROMATUN NISA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan


DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Optimalisasi Peralatan Pemanenan Kayu pada Hutan Tanaman
Industri di IUPHHK-HT PT Wirakarya Sakti, Provinsi Jambi
Nama
: Karomatun Nisa
NIM
: E14090082

Disetujui oleh

Dr Ujang Suwarna, S Hut, M Sc F Trop
Pembimbing

Diketahui oleh


Dr Ir Ahmad Budiaman, M Sc F Trop
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan
anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Optimalisasi
Peralatan Pemanenan Kayu pada Hutan Tanaman Industri di IUPHHK-HT
PT Wirakarya Sakti, Provinsi Jambi” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada ayahanda Nurotun A Sadrawi (Alm),
ibunda Solichah (Almh), Kakak, Adik, dan seluruh keluarga atas segala doa, kasih
sayang serta dorongan moral dan material kepada penulis. Ucapan terima kasih
kepada Dr Ujang Suwarna, S Hut, M Sc F Trop selaku pembimbing yang telah

memberikan pengetahuan, bimbingan, arahan, dan nasehat berharga kepada
penulis mulai dari persiapan penelitian hingga terselesaikannya skripsi ini. Terima
kasih kepada segenap pimpinan serta staf PT Wirakarya Sakti khususnya kepada

Bapak Hud Huda, Bapak Suyuti, Kak Arif Rahman Putra dan Bapak Rachimi
yang telah membantu proses pengumpulan data selama penelitian. Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada Sony Sulistyo Hadi, Artika A Solehah, Pardi
Azinuddin, Fajar Trilaksono, Laysa Aswitama dan M. Asraf atas doa dan
dukungan selama menjadi sahabat penulis. Ucapan terima kasih kepada seluruh
teman-teman di Fakultas Kehutanan IPB khususnya MNH angkatan 46 atas
bantuan dan dukungannya kepada penulis.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pembangunan kehutanan yang
berkelanjutan dan lestari.
Bogor, Januari 2014
Karomatun Nisa

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN


viii
1

Latar Belakang

1

Kerangka Pemikiran Penelitian

2

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian


3

METODE PENELITIAN

3

Lokasi dan Waktu Penelitian

3

Bahan

3

Alat

3

Jenis Data


3

Prosedur Analisis Data

3

HASIL DAN PEMBAHASAN
SIMPULAN DAN SARAN

5
16

Simpulan

16

Saran

16


DAFTAR PUSTAKA

16

DAFTAR TABEL
1 Data luas dan potensi sub-distrik RKJ berdasarkan realisasi dan target
produksi
2 Produktivitas kerja peralatan pemanenan kayu
3 Selisih jumlah kebutuhan penggunaan alat berdasarkan realisasi dan
target produksi
4 Jumlah kebutuhan penggunaan alat pemanenan pada lima skenario
berdasarkan realisasi dan target produksi
5 Peningkatan produktivitas alat berdasarkan JAK (jumlah alat
kombinasi) yang digunakan berdasarkan realisasi produksi
6 Perbandingan biaya usaha penggunaan alat
7 Jumlah alat dan biaya usaha berdasarkan JAA
8 Jumlah alat dan biaya usaha berdasarkan JAR
9 Jumlah alat dan biaya usaha berdasarkan JAT
10 Jumlah alat dan biaya usaha berdasarkan JAK

11 Jumlah alat dan biaya usaha berdasarkan JAB
12 Produksi kayu berdasarkan penambahan jumlah alat

6
7
9
9
10
11
12
12
13
13
14
15

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran penelitian

2

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kegiatan pemanenan dimaksudkan untuk memanfaatkan hutan produksi
dengan memperhatikan aspek ekonomi, ekologi, dan sosial untuk
mengoptimalkan nilai hutan. Pemanenan hasil hutan merupakan usaha
pemanfaatan kayu dengan mengubah tegakan pohon berdiri menjadi sortimen
kayu bulat dan mengeluarkannya dari hutan untuk dimanfaatkan sesuai
peruntukannya (Mujetahid 2010). Kegiatan pemanenan kayu meliputi penebangan,
penyaradan, pembagian batang dengan sistem cut to lenght, muat bongkar, dan
pengangkutan. Masing- masing aspek kegiatan tersebut bisa dilakukan dengan cara
manual, semi mekanis, dan mekanis dengan peralatan yang disesuikan. Menurut
Suhartana dan Yuniawati (2007), sistem pemanenan kayu secara mekanis banyak
dipilih karena menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan
secara manual. Hal tersebut karena keterbatasan tenaga kerja yang umum terjadi
di luar Pulau Jawa dengan area hutan yang luas. Selain itu, penggunaan peralatan
pemanenan membantu perusahaan mempercepat proses pekerjaan yang tidak
dapat dilakukan oleh tenaga manusia (mekanisasi) dengan keterbatasan tenaga
kerja, efisiensi, keamanan, dan faktor ekonomi lainnya.
Optimalisasi peralatan pemanenan kayu dalam jumlah yang tepat sangat
diperlukan. Optimalisasi didapatkan dengan mengupayakan
kesesuaian
penggunaan peralatan pemanenan di hutan tanaman. Jumlah penggunaan peralatan
pemanenan kayu perlu disesuaikan dengan produktivitas alat serta rencana
produksi yang ditetapkan sehingga dihasilkan realisasi produksi yang dapat
menutup biaya produksi. Pemanenan bertujuan memproduksi kayu sesuai target
perusahaan, ramah lingkungan, dan hasil optimal sehingga keuntungan
perusahaan maksimal. Pemilihan alat yang tidak sesuai dapat berakibat tidak
tercapainya tujuan yang diharapkan serta dapat menyebabkan kerusakan pada alat.
Oleh karena itu, perlu adanya optimalisasi peralatan pemanenan kayu dengan
rasio komposisi alat yang optimal, ekonomis, dan sesuai dengan kondisi pekerjaan
agar tujuan dapat tercapai.

Kerangka Pemikiran Penelitian
Penggunaan peralatan pemanenan kayu dengan mesin (mekanisasi)
membantu perusahaan dalam mencapai target produksi. Pemilihan alat dengan
komposisi yang tidak tepat dapat berakibat tidak tercapainya target produksi
menyebabkan kerusakan pada alat serta peluang keterbatasan jumlah lapangan
pekerjaan. Optimalisasi peralatan dengan analisis tehadap kebutuhan jumlah alat,
produktivitas kerja, biaya usaha, dan produksi kayu. Analisis menghasilkan lima
skenario yaitu jumlah alat aktual, jumlah alat realisasi, jumlah alat target, jumlah
alat kombinasi, dan jumlah alat baru. Pemaparan penelitian dapat dibentuk
kerangka pemikiran secara sederhana yang ditunjukkan pada Gambar 1.

2
Kegiatan pemanenan hasil hutan tidak optimal
Produksi tidak mencapai target
Produksi aktual

Produksi realisasi

Produksi target

Optimalisasi peralatan
pemanenan

Jumlah alat aktual

Jumlah alat realisasi

Jumlah alat target

Analisis data
Jumlah alat aktual
1

Kebutuhan jumlah alat

2

Produktivitas alat

3

Biaya usaha

4

Produksi kayu

Jumlah alat realisasi
Skenario

Jumlah alat target
Jumlah alat kombinasi

Jumlah alat baru
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian

Perumusan Masalah
Berdasarkan kerangka berpikir di atas dapat dirinci beberapa permasalahan
yaitu perlu perumusan terhadap optimalisasi peralatan pemanenan untuk
menghasilkan produksi sesuai target yang diharapkan. Menurut survei dan analisis
yang dilakukan terlihat bahwa peralatan yang digunakan hanya disesuaikan
dengan kondisi aktual di lokasi pemanenan. Perlu adanya kajian dan analisis
mengenai optimalisasi peralatan pemanenan agar mendapatkan rasio jumlah alat
yang seimbang untuk memaksimalkan kinerja dan meminimalkan biaya.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah menentukan penggunaan jumlah peralatan
pemanenan kayu yang optimal berdasarkan produktivitas alat, realisasi produksi,
dan target produksi.

3

Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat sebagai gambaran penunjang pelaksanaan
kegiatan produksi dan pemanenan hutan. Manfaat tersebut khususnya dalam
optimalisasi penggunaan peralatan pemanenan untuk mendapatkan hasil produksi
yang maksimal dengan pengelolaan secara lestari. Hasil olahan adalah
tersusunnya jenis peralatan yang jumlahnya optimal sesuai untuk kegiatan
pemanenan di hutan tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan kebijakan.

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di area sub-distrik RKJ (Rimba Karya Jaya)
distrik 3 IUPHHK-HT PT Wirakarya Sakti, Jambi pada bulan Maret sampai
dengan April 2013.

Bahan
Bahan yang diteliti merupakan peralatan pemanenan hutan antara lain
excavator, harvester, bulldozerr, skidder, chainsaw, dan logging truck.

Alat
Peralatan yang digunakan yaitu tally sheet, alat tulis, stopwatch, kalkulator,
kamera, laptop, dan software microsoft office 2007 (Ms. excel dan Ms. word).

Jenis Data
Data yang digunakan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer
diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan terkait
pelaksanaan pemanenan hutan tanaman. Data sekunder diperoleh dengan
mengutip data dari perusahaan dan melakukan wawancara meliputi: kondisi
umum lokasi penelitian, data produksi kayu sub-distrik RKJ 2012, monitoring
peralatan pemanenan, rencana produksi sub-distrik RKJ tahun 2012, luas area
hutan (ha), potensi hutan (m3 /tahun), data curah hujan tahun 2012, rincian
pembiayaan alat, biaya perbaikan dan pemeliharaan alat serta upah operator.

Prosedur Analisis Data
Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif dengan mengumpulkan data
melalui pengamatan langsung, diskusi, dan wawancara. Indikator perhitungan
yang digunakan adalah sebagai berikut:

4
1. Hari kerja efektif berdasarkan data curah hujan tahun 2012 dihitung
dengan :
H = JH – F
Keterangan : H
= hari kerja efektif (hari/tahun)
JH
= jumlah hari dalam 1 bulan (hari/bulan)
F
= frekuensi hari hujan (hari/bulan)
2. Produktivitas alat diukur dengan volume rata-rata kayu maksimal yang
mampu dikerjakan alat, dihitung dengan rumus ILO (1975):
Keterangan : P = produktivitas alat (m3 /jam)
V = volume kayu yang dipanen (m3 /hari)
W= waktu kerja (jam/hari)
3. Potensi kayu tiap petak dihitung untuk mendapatkan potensi volume kayu
total yang dapat diproduksi :
Pp = L x Ph x Fe
Keterangan : Pp
= potensi kayu (m3 /petak)
L
= luas petak (ha)
Ph
= potensi kayu (m3 /ha)
Fe
= faktor eksploitasi (Aswitama 2013)
4. Kebutuhan jumlah alat (JA) menurut Suhartana dan Yuniawati (2006) :
JAR

dan

JAT

Keterangan :
JAR = jumlah alat optimal berdasarkan realisasi produksi (unit)
JAT = jumlah alat optimal berdasarkan target produksi (unit)
R
= realisasi produksi (m3 )
T
= target produksi (m3 )
P
= produktivitas kerja (m3 / hari)
Wt
= waktu kerja selama 1 tahun (hari/tahun)
Indikator perhitungan yang digunakan untuk mengetahui biaya usaha peralatan
pemanenan adalah sebagai berikut (FAO 1992):
5. Depresiasi
6. Bunga modal
Bmod =

+ R ] x 0,0P

7. Pajak

i = n% x M

8. Biaya tetap

BT = D + Bmod + i

9. Biaya variabel

BV = Bo + BB + Bpp

10. Biaya mesin

BM = BV + BT

11. Biaya usaha

BU = BM + Up

5
Keterangan : D
M
R
N
Wt
Bmod
P
i
n
BT
BV
Bo
BB
Bpp
BM
BU
Up

= penyusutan (Rp/jam)
= harga alat (Rp)
= nilai sisa alat pada akhir umur ekonomis (Rp)
= umur ekonomis alat (tahun atau jam)
= waktu kerja alat dalam setahun (jam/tahun)
= bunga modal (Rp/jam)
= suku bunga/tahun (%)
= pajak (Rp/jam)
= nilai pajak (%)
= biaya total (Rp/jam)
= biaya variabel (Rp/jam)
= biaya oli (Rp)
= biaya bahan bakar (Rp)
= biaya perawatan dan pemeliharaan (Rp)
= biaya mesin (Rp/jam)
= biaya usaha (Rp/jam)
= upah tenaga kerja (Rp)

12. Biaya usaha per m3 (Rp/m3 )
13. Biaya usaha per tahun (Rp/tahun)
= Biaya usaha (Rp/m3) x Prod
Keterangan : BU
= biaya usaha (Rp/jam)
P
= produktivitas alat (m3 /jam)
Prod = produksi kayu (m3 /tahun)
14. Produksi kayu berdasarkan jumlah alat (Suhartana dan Yuniawati 2006):
Prod
Keterangan : Prod = produksi kayu (m3 /tahun)
P
= produktivitas alat (m3 /hari)
J
= jumlah alat yang digunakan (unit/hari)
Wt
= waktu kerja selama 1 tahun (244 hari)
L
= persentase limbah pemanenan (%)
Persentase limbah diperoleh dari hasil penelitian Aswitama (2013)

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
PT. Wirakarya Sakti merupakan perusahaan yang me ndapatkan Izin Usaha
Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman (IUPHHK-HT) seluas 293 812 ha
(berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan nomor 346/Menhut-II/2004).
PT Wirakarya Sakti secara geografis terletak antara 0 o 45’ 00” – 01o 36’ 00” LS
dan 102o 46’ 00” - 103o 49’ 00” BT. Perusahaan ini mengembangkan hutan
tanaman industri dengan jenis tanaman Acacia mangium, Acacia crassicarpa, dan

6
Eucalyptus pellita dengan sistem silvikultur tebang habis dengan permudaan
buatan (THPB) daur tebang 4.5 tahun. Areal perusahaan hutan tanaman ini berada
pada 8 distrik yang tersebar di lima kabupaten di provinsi Jambi yaitu Tanjung
Jabung Barat, Tanjung Jabung Timur, Batanghari, Muaro Jambi, dan Tebo.
Areal PT Wirakarya Sakti mempunyai topografi datar 70.55%, landai
17.09%, bergelombang 11.55%, serta agak curam 0.81%. Areal HTI
PT Wirakarya Sakti (WKS) mempunyai iklim tipe B (basah) dan tipe iklim C
dengan awalnya beriklim tipe A. Areal ini dapat dikatakan sebagai daerah basah
karena curah hujan yang cukup tinggi dengan intensitas suhu yang panas. Lokasi
penelitian dilakukan di sub-distrik RKJ distrik 3 PT WKS dengan luas areal
47 373 ha. Luas dan potensi sub-distrik RKJ dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Luas dan potensi sub-distrik RKJ berdasarkan realisasi dan target
produksi
Aspek
Luas (ha)
Petak
Potensi(m3 /tahun)
Rata-rata potensi(m3 /ha)
Produksi 2012 (m3 /tahun)

Realisasi
2371
95
213 175
92
212 329

Target
3963
162
355 262
96
312 631

Sisa target
1589
67
142 087
100 302

Kegiatan Pemanenan
Mujetahid (2010) menyatakan bahwa kegiatan pemanenan hutan dengan
berbagai macam teknik akan mempengaruhi efisiensi, produktivitas , dan biaya
pemanenan. Indikator produktivitas dan biaya merupakan informasi yang dapat
digunakan untuk menentukan pilihan peralatan pemanenan yang sesuai untuk hutan
tanaman. Peralatan yang digunakan untuk pemanenan di hutan tanaman sangat
bervariasi tergantung dengan sistem pemanenan yang dilakukan. Menurut Dulsalam
dan Tinambunan (2001) di hutan tanaman dengan diameter kecil, penebangan
sebaiknya menggunakan chainsaw kecil seperti Husqvarna 365. Keuntungannya
yaitu kemudahan transportasi dan pengoperasiannya , penebangan tunggak rendah,
dan biaya operasional yang lebih rendah. Kegiatan penebangan di lokasi penelitian

juga menggunakan alat berat excavator (Hitachi dan Komatsu) yang telah
dimodifikasi. Selain itu, chainsaw juga digunakan untuk kegiatan pembagian
batang. Gautama (2008) berpendapat bahwa salah satu usaha untuk meningkatkan
produksi dan kualitas kayu tidak lepas dari kegiatan di bidang pembagian batang.
Pembagian batang pada lokasi penelitian dilakukan dengan alat chainsaw dan
harvester (Hitachi).
Menurut Dulsalam dan Sukadaryati (2002) kegiatan penyaradan kayu adalah
kegiatan memindahkan kayu dari tempat pohon yang ditebang ke tempat
pengumpulan sementara melalui jalan sarad yang telah disiapkan. Umumnya
penyaradan kayu di hutan tanaman industri dilakukan secara mekanis yaitu
dengan menggunakan jenis traktor berban ulat maupun traktor beroda karet.
Penyaradan pada lokasi penelitian dilakukan dengan alat bulldozer (Comatsu dan
Caterpillar) dan skidder (Timberjack).

7
Muat bongkar adalah kegiatan menaikkan (memuat) kayu ke atas alat
angkut dan menurunkan (membongkar) di tempat tujuan. Penelitian ini hanya
terbatas pada kegiatan muat kayu dimana kegiatan memuat kayu ke atas truk
merupakan kegiatan awal sebelum proses pengangkutan kayu dilakukan. Kegiatan
pemuatan pada lokasi penelitian dilakukan dengan alat excavator (Hitachi dan
Komatsu).
Pengangkutan merupakan kegiatan tahap akhir dari kegiatan pemanenan
hasil hutan (bagian produksi). Pengangkutan merupakan kegiatan yang lebih
mudah dalam pelaksanaannya dibandingkan dengan penyaradan. Kegiatan
pengangkutan lebih mudah dilakukan dari pada kegiatan penyaradan karena jalurjalur jalan yang akan dilewati sudah tersedia. Alat yang digunakan pada kegiatan
pengangkutan adalah logging truck (Nissan, Mercedess dan Hino).

Produktivitas Peralatan Pemanenan
Siswanto (2010) menyebutkan bahwa produktivitas merupakan
perbandingan atau rasio antara output dengan input. Faktor yang berperan dalam
produktivitas kerja pada dasarnya ada dua yaitu faktor tetap dan variabel. Faktor
tetap merupakan faktor yang tidak bisa diubah misalnya iklim, cuaca, kondisi
lapangan dan topografi sedangkan faktor variabel merupakan faktor yang dapat
diubah misalnya kemampuan alat yang digunakan (produktivitas alat).
Kemampuan alat merupakan faktor yang dipengaruhi oleh usia pakai alat dan
daya alat (horse power). Produktivitas digunakan sebagai salah satu dasar
perhitungan optimalisasi peralatan pemanenan. Nilai produktivitas aktual
peralatan didapatkan berdasarkan informasi lapangan berdasarkan volum kayu
maksimal yang mampu dikerjakan alat tiap aspek kegiatan per satuan waktu.
Besarnya nilai produktivitas kerja aktual digunakan sebagai perhitungan
komposisi kebutuhan alat pemanenan kayu yang optimal pada realisasi dan target
produksi. Selain itu produktivitas maksimum digunakan sebagai acuan dasar
perhitungan komposisi peralatan optimal dengan jumlah alat kombinasi (JAK)
dan jumlah alat baru (JAB). Produktivitas kerja alat pemanenan kayu dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2 Produktivitas kerja peralatan pemanenan kayu
Kegiatan

Alat

Excavator
Chainsaw
Bagi batang
Havester
Chainsaw
Penyaradan
Bulldozer
Skider
Muat
Excavator
Pengangkutan Truck
Penebangan

a

Usia pakai
alat
(tahun)a
3
4
6
4
3
5
3
3

Produktivitas (m3 / jam/ alat)
Aktual Maksimumb
9.45
4.07
4.07
8.14
9.77
16.28
12.72
6.11

19.00
14.42
29.28
42.51
35.50
22.15
15.00

Sumber
Suhartana (2007)
Suhartana (2009)
Aktual
Suhartana (2007)
Azinuddin (2014)
Azinuddin (2014)
Sukadaryati (2006)
Dulsalam (2001)

Sumber PT Wirakarya Sakt i (2012); b berdasarkan literatur penelit ian sebelumnya *(dihitung
ulang)

8
Nilai produktivitas chainsaw pada aspek kegiatan penebangan lebih rendah
dibandingkan excavator. Excavator memiliki mesin dengan daya (HP) yang lebih
besar dari chainsaw. Produktivitas skidder lebih besar dibandingkan dengan
bulldozer karena alat skidder mampu bermanufer lebih baik dibandingkan dengan
bulldozer. Hal tersebut karena ban karet skidder mampu menyarad dan melintas
dalam medan yang curam serta mempunyai kapasitas sarad lebih banyak per rit
dibandingkan bulldozer. Nilai produktivitas chainsaw bagi batang lebih besar
dibandingkan harvester karena penurunan kemampuan alat harvester. Usia pakai
alat harvester sudah melampaui 6 tahun sehingga alat tidak digunakan untuk
kegiatan penebangan, kupas kulit hingga bagi batang melainkan untuk aspek
kegiatan yang lebih ringan. Harvester tetap dioperasikan sesuai dengan
kapasitasnya untuk menutupi biaya usaha yang dibebankan. Produktivitas
excavator pada kegiatan muat kayu sebesar 12.72 m3 /jam sehingga memerlukan
banyak alat untuk menghasilkan produksi kayu yang diharapkan. Produktivitas
pengangkutan sebesar 6.11 m3 /jam setara dengan 30 ton kayu/truk yang diangkut
tiap trip per hari. Nilai produktivitas angkut tersebut dipengaruhi oleh sistem
transportasi dan kondisi jalan yang tidak sepenuhnya memadai. Apabila
produktivitas supir truk tinggi maka dalam 1 hari truk mampu beroperasi
sebanyak 2 trip setara dengan 60 ton kayu.
Nilai produktivitas aktual tidak sebanding dengan literatur yang tergolong
tinggi sehingga perlu adanya peningkatan produktivitas. Usia pakai alat sangat
mempengaruhi penurunan atau peningkatan produktivitas alat. Upaya peningkatan
produktivitas perlu disesuaikan dengan kemampuan alat yang beroperasi. Menurut
Caterpillar (1991) umur ekonomis traktor dalam kondisi kerja sedang adalah
10 000 jam (5 tahun) dengan asumsi 2000 jam kerja/tahun, umur kerja maksimal
diperhitungkan dua kali umur ekonomisnya disesuaikan dengan penggunaan dan
perawatan. Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa pemakaian
traktor pada usia di bawah 5 tahun tergolong dalam usia kerja sedang (ekonomis).
Usia pakai alat rata-rata pada lokasi penelitian yaitu 4 tahun (di bawah umur
ekonomis) sehingga produktivitas dapat ditingkatan. Peningkatan produktivitas
alat pada masing- masing aspek kegiatan sangat diharapkan sehingga dengan
adanya peningkatan produktivitas maka hasil produksi yang ditargetkan akan
tercapai.

Kebutuhan Penggunaan Alat yang Optimal
Menurut Depdikbud (1995) optimasi secara umum adalah untuk
memaksimalkan atau mengoptimalkan sesuatu hal yang bertujuan untuk
mengelola sesuatu yang dikerjakan. Optimalisasi peralatan pemanenan merupakan
analisis terhadap peralatan dalam kegiatan pemanenan untuk mendapatkan
keseimbangan penggunaan alat sehingga berdampak secara langsung terhadap
tingkat pencapaian dan hasil yang optimal dari produksi yang diharapkan.
Penelitian ini menghasilkan lima skenario untuk pilihan penggunaan peralatan
pemanenan. Skenario tersebut yaitu, (1) jumlah alat aktual (JAA), (2) jumlah alat
realisasi (JAR) berdasarkan realisasi produksi, (3) jumlah alat target (JAT)
berdasarkan target produksi, (4) jumlah alat kombinasi (JAK) berdasarkan target
produksi dan (5) jumlah alat baru (JAB) berdasarkan target produksi.

9
Tabel 3 Selisih jumlah kebutuhan penggunaan alat berdasarkan realisasi dan
target produksi
Jumlah alat (unit)
Kegiatan
Penebangan
Bagi batang
Penyaradan
Muat
Pengangkutan
c

Jenis alat
Excavator
Chainsaw
Harvester
Chainsaw
Bulldozer
Skidder
Excavator
Logging truck

Aktual
JAAc
(a)
12
3
2
8
5
2
6
19

Optimal
JAR
JAT
(b)
(c)
5
7
15
23
2
2
12
19
6
10
3
4
9
13
18
26

Selisih (unit)
JAR

JAT

(a-b)

(a-c)

+7
-12
0
-4
-1
-1
-3
+1

+5
-20
0
-11
-5
-2
-7
-7

JAA : ju mlah alat aktual, JA R : ju mlah alat realisasi, JAT : ju mlah alat target.

Tabel 3 menunjukkan bahwa rasio jumlah peralatan aktual di lapangan,
realisasi produksi maupun taget produksi tidak seimbang. Hal ini
mengindikasikan bahwa jumlah alat aktual di lapangan belum optimal, terlihat
dari besarnya selisih unit alat pada masing- masing aspek kegiatan. Selisih jumlah
unit yang besar terlihat pada aspek tebangan menggunakan 12 unit excavator di
lapangan. Jumlahnya lebih besar dari JAR yang hanya menggunakan 5 unit dan 7
unit alat pada JAT. Setelah dibandingkan antara JAA, JAR dan JAT, terdapat
kelebihan dan kekurangan jumlah unit alat pada aspek kegiatan pemanenan
lainnya seperti penyaradan, bagi batang, pemuatan, dan pengangkutan.

Tabel 4 Jumlah kebutuhan penggunaan alat pemanenan pada lima skenario
berdasarkan realisasi dan target produksi
Kegiatan

Jenis alat

Penebangan

Excavator
Chainsaw
Harvester
Chainsaw
Bulldozer
Skidder
Excavator
Logging truck

Bagi batang
Penyaradan
Muat
Pengangkutan

d

JAA
12
3
2
8
5
2
6
19

Jumlah alat (unit)
JAR
JAT
JAK
5
7
5
15
23
15
2
2
2
12
19
12
6
10
6
3
4
3
9
13
9
18
26
18

JAB
3
7
2
5
2
2
7
11

d

JAA : jumlah alat aktual, JA R : ju mlah alat realisasi, JAT : ju mlah alat target, JAK : ju mlah alat
ko mbinasi dan JAB : ju mlah alat baru.

Tabel 4 menunjukkan bahwa masing- masing skenario mempunyai
komposisi jumlah alat yang berbeda sesuai dengan produktivitas alat dan produksi
yang akan dicapai. Optimalisasi alat tidak hanya dapat ditingkatkan dengan
penambahan unit saja tetapi bisa dengan peningkatan produktivitas alatnya seperti

10
tertera pada Tabel 5. Data produktivitas penelitian sebelumnya dapat dijadikan
acuan untuk peningkatan produktivitas pada JAK dan sebagai produktivitas
maksimum yang dapat dicapai pada JAB. Produktivitas alat kombinasi
ditingkatkan sebesar (0-90%) dari produktivitas aktual dan meningkat sebesar
(20-60%) di bawah produktivitas maksimum literatur. Besarnya peningkatan
disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan alat yang digunakan pada masingmasing aspek kegiatan agar nilainya tetap seimbang.
Tabel 5 Peningkatan produktivitas alat berdasarkan JAK (jumlah alat kombinasi)
yang digunakan berdasarkan realisasi produksi
Selisih
produktivitas(%)

Produktivitas (m3 /jam)
Kegiatan

Jenis alat

Penebangan
Bagi batang
Penyaradan
Muat
Pengangkutan

Ko mbinasi
(K)
14.94

Maksimu m
(M)
19.00

(A – K)

(K –M)

Excavator

Aktual
(A)
9.45

58

21

Chainsaw

4.07

5.70

14.42

40

60

Harvester

4.07

4.07

-

-

-

Chainsaw

8.14

12.67

29.28

56

57

9.77
16.28
12.72
6.11

18.55
16.28
17.80
8.90

42.51
35.50
22.15
15.00

90
0
40
46

56
54
20
41

Bulldozer
Skidder
Excavator
Logging truck

Menurut Gautama (2008), produktivitas dapat ditingkatkan melalui pekerja
(karyawan/buruh) dengan menjalin kerjasama, komunikasi serta sistem upah yang
sesuai untuk memberikan insentif agar lebih giat bekerja. Pengalaman kerja
operator juga dapat meningkatkan prestasi kerja karena operator yang
berpengalaman akan lebih produktif dibandingkan dengan yang tidak
berpengalaman. Hal ini dikarenakan pekerja yang lebih berpengalaman sudah
menguasai teknik kerja alat yang digunakan. Selain itu, adanya penyuluhan
terbukti meningkatkan prestasi kerja karyawan. Penyuluhan diberikan dengan
pembekalan pengetahuan kepada para pekerja mengenai K3 (Kesehatan dan
Keselamatan Kerja), produktivitas tenaga kerja terampil, serta pengetahuan
peralatan yang digunakan.
Suhartana et al. (2011) menyatakan bahwa kondisi areal juga mempengaruhi
peningkatan produktivitas. Hal tersebut dapat dilakukan dengan perbaikan kondisi
jalan (areal), pembuatan jalan sarad yang yang teratur dan terjalur. Tidak adanya
jalan sarad mengakibatkan pencarian hasil tebangan untuk disarad memakan
waktu penyaradan sehingga mengurangi produktivitas. Selain itu, perlu
pengaturan letak penumpukan kayu dipetak tebang agar alat sarad tidak
mengalami hambatan menyarad karena terhalang tumpukan kayu. Selain itu,
menurut Suhartana et al. (2011) peningkatkan produktivitas dapat dilakukan
dengan pengoperasian sesuai prosedur (SOP) serta perawatan peralatan
pemanenan secara intensif. Hal tersebut didukung dengan penggunaannya pada
medan yang terjangkau dengan topogafi kurang dari 30% sehingga alat tetap
berfungsi optimal.

11

Biaya Penggunaan Alat
Biaya usaha adalah biaya mesin ditambah dengan upah operator dan
pembantunya (Mujetahid 2010). Penggunaan alat mekanis menghasilkan
produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan cara manual. Besar kecilnya
produktivitas alat yang dihasilkan akan mempengaruhi biaya yang d ikeluarkan.
Alat usia tua dalam kondisi yang tidak baik dapat menyebabkan biaya
pemeliharaan tinggi sehingga berdampak pada biaya pengoperasian keseluruhan
(Sukadaryati dan Sukanda 2006).
Tabel 6 Perbandingan biaya usaha penggunaan alat
e

BU (Rp/ m3 )
Jenis alat

BU
f
Literatur
3
(Rp/ m )

f

Sumber

JAA d

JAR

JAT

JAK

JAB

34 591

34 591

34 591

20 485

15 483

22 440

Suhartana (2007)

7305

7305

7305

4884

1810

3542

Suhartana (2009)

160 372

160 372

160 372

155 416

140 951

160 372

2915

2915

2915

1815

992

1008

Suhartana (2007)

Bulldozer

53 947

53 947

53 947

28 097

10 624

14 843

Azinuddin (2014)

Skidder

29 278

29 278

29 278

28 965

10 151

11 213

Azinuddin (2014)

Excavator M uat

25 697

25 697

25 697

18 203

14 061

15 281

Sukadaryati (2006)

Logging truck

35 140

35 140

35 140

24 110

14 039

37 676

Dulsalam (2001)

349 245

349 245

349 245

281 975

208 110

266 374

e

Excavator t

e

Chainsaw t
Harvester

Chainsaw bb

Total

e

Aktual

d

JAA: jumlah alat aktual, JA R: ju mlah alat realisasi, JAT: ju mlah alat target, JAK: ju mlah alat
ko mbinasi dan JA B: ju mlah alat baru ; et : tebang, bb: bagi batang, BU: biaya usaha ; fberdasarkan
literatur pada penelitian sebelumnya.

Tabel 6 memperlihatkan perbandingan biaya usaha penggunaan alat pada
masing- masing skenario. Besarnya biaya dari penggunaan alat dipengaruhi oleh
banyaknya jumlah alat yang digunakan sehingga membutuhkan biaya usaha yang
besar pula. Oleh karena itu perlu diperhatikan efisiensi penggunaan jumlah alat
yang tepat sehingga tidak ada pemborosan biaya akibat jumlah alat yang
berlebihan. Produktivitas yang rendah dapat meningkatkan biaya produksi. Besar
kecilnya biaya yang akan dikeluarkan dipengaruhi oleh optimalisasi peralatan
pemanenan. Perencanaan dengan optimalisasi peralatan memberikan hasil optimal
dengan keseimbangan antara output dan input. Produksi target yang akan
dihasilkan lebih besar 100 302 m3 /tahunnya dari produksi realisasi. Apabila
pelaksanaan kegiatan pemanenan dilakukan sesuai skenario maka target produksi
tercapai dan perusahaan memperoleh keuntungan. Nilai biaya usaha literatur yang
terlampir pada Tabel 6 dijadikan sebagai referensi nilai biaya usaha agar nilai
biaya yang didapatkan mendekati nilai yang sebelumnya.

Skenario Produksi
Realisasi produksi akan tercapai dengan skenario JAA dan JAR sedangkan
target produksi akan tercapai dengan 3 skenario yaitu JAT, JAK dan JAB. Tiap
skenario mempunyai kelebihan dan kekurangan masing- masing yang dapat dilihat

12
dari output yang dihasilkan. Berdasarkan pemaparan di atas terdapat perbandingan
5 skenario untuk mencapai produksi optimal yaitu:
1. Skenario JAA (jumlah alat aktual)
Produksi realisasi dapat tercapai dengan JAA dan biaya usaha sebesar
Rp349 245/m3 atau Rp29.78 milyar/tahun. Biaya tersebut tidak efisien
berdasarkan analisis yang dilakukan karena penggunaan alat yang tidak
optimal sehingga biaya tinggi. Terdapat selisih biaya setelah dibandingkan
dengan biaya usaha JAR sebesar Rp569 juta/tahun. Melalui optimalisasi alat,
perusahaan seharusnya hanya dibebankan biaya sebesar skenario JAR dengan
keuntungan tinggi. Selain itu, tidak terencananya peralatan yang digunakan
menyebabkan adanya over cutting pada kegiatan penebangan serta
terhambatnya kegiatan pemanenan lainnya karena ketidakseesuaian jumlah alat
dengan kebutuhan pada tiap tahapan kegiatan. Biaya usaha dari skenario JAA
dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Jumlah alat dan biaya usaha berdasarkan skenario JAA
Aspek
kegiatan
Tebangan

Jenis alat

Excavator
Chainsaw
Bagi batang
Harvester
Chainsaw
Penyaradan
Bulldozer
Skidder
Muat
Excavator
Pengangkutan Logging truck
Biaya usaha total

JAA
(unit)
12
3
2
8
5
2
6
19

BU
(Rp/ m3 )
34 591
7305
160 372
2915
53 947
29 278
25 697
35 140
349 245

BU
(Rp x 1 juta/tahun)

8176
186
2629
382
5198
1880
3861
7461
29 776

2. Skenario JAR (jumlah alat realisasi)
Produksi realisasi dapat tercapai dengan JAR dan biaya usaha sebesar
Rp349 245/m3 atau Rp29.21 milyar/tahun. Biaya usaha dari skenario JAR
dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Jumlah alat dan biaya usaha berdasarkan skenario JAR
Aspek kegiatan

Jenis alat

Excavator
Chainsaw
Bagi batang
Harvester
Chainsaw
Penyaradan
Bulldozer
Skidder
Muat
Excavator
Pengangkutan
Logging truck
Biaya usaha total
Tebangan

JAR
(unit)
5
15
2
12
6
3
9
18

BU
(Rp/ m3 )
34 591
7305
160 372
2915
53 947
29 278
25 697
35 140
349 245

BU
(Rp x 1 juta/tahun)
3189
877
2548
572
6311
2791
5456
7461
29 208

13
Biaya tersebut efisien berdasarkan analisis karena terencananya optimalisasi
peralatan pemanenan dengan produktivitas aktual melalui penambahan atau
pengurangan pada unit tertentu. Skenario JAR ini lebih menguntungkan
perusahaan karena produksi realisasi dapat tercapai dengan biaya usaha yang
lebih rendah dari JAA.
3. Skenario JAT (jumlah alat target)
Produksi target dapat tercapai dengan JAT dan biaya usaha sebesar
Rp349 245/m3 atau Rp40.65 milyar/tahun. Optimalisasi peralatan pemanenan
dengan JAT dilakukan dengan penambahan unit pada masing- masing
menggunakan produktivitas aktual. Berdasarkan analisis, produksi target
menggunakan skenario JAT tercapai namun dengan biaya yang tinggi karena
penambahan unit alat yang digunakan. Biaya usaha dari skenario JAT dapat
dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Jumlah alat dan biaya usaha berdasarkan skenario JAT
Aspek kegiatan

Jenis alat

Excavator
Chainsaw
Bagi batang
Harvester
Chainsaw
Penyaradan
Bulldozer
Skidder
Muat
Excavator
Pengangkutan
Logging truck
Biaya usaha total
Tebangan

JAT
(unit)
7
22
2
18
9
4
12
26

BU
(Rp/ m3 )
34 591
7305
160 372
2915
53 947
29 278
25 697
35 140
349 245

BU
(Rp x 1 juta/tahun)
4769
1432
2629
892
10 116
3761
8105
10 985

40 645

4. Skenario JAK (jumlah alat kombinasi)
Produksi target dapat tercapai dengan JAK dan biaya usaha sebesar
Rp281 975/m3 atau Rp29.41 milyar/tahun. Biaya usaha dari skenario JAK
dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10 Jumlah alat dan biaya usaha berdasarkan skenario JAK
Aspek kegiatan

Jenis alat

Excavator
Chainsaw
Bagi batang
Harvester
Chainsaw
Penyaradan
Bulldozer
Skidder
Muat
Excavator
Pengangkutan
Logging truck
Biaya usaha total
Tebangan

JAK
(Unit)
5
15
2
12
6
3
9
18

BU
(Rp/ m3 )
20 485
4884
155416
1815
28 097
28 965
18 203
24 110
281 975

BU
(Rp x 1 juta/tahun)
3189
870
2548
556
6171
2791
5741
7537
29 406

Skenario JAK dengan peningkatan produktivitas tanpa menggunakan alat baru
memberikan keuntungan bagi perusahaan. Jika jumlah alat yang sama dengan

14
JAR yang optimal ditingkatan produktivitasnya maka target produksi dapat
tercapai dengan biaya yang rendah. Namun peningkatan produktivitas perlu
diupayakan oleh perusahaan secara maksimal dengan cara tertentu agar
hasilnya optimal. Terdapat selisih biaya sebesar Rp11.24 milyar/tahun setelah
dibandingkan dengan biaya usaha JAT yang termasuk dalam kategori selisih
besar. Biaya usaha menggunakan skenario JAK lebih rendah dibandingkan
skenario JAT sehingga skenario ini lebih menguntungkan untuk dilaksanakan.
5. Skenario JAB (jumlah alat baru)
Produksi target dapat tercapai dengan JAB dan biaya usaha sebesar
Rp281 975/m3 atau Rp29.41 milyar/tahun. Penggunaan alat baru memberikan
keuntungan karena unit alat yang digunakan sedikit, produktivitas tinggi, dan
biaya pemeliharaan alat rendah sehingga biaya usaha juga rendah. Target
produksi skenario JAB dapat tercapai dengan biaya yang lebih rendah dari
skenario JAK dengan selisih biaya yang besar yaitu Rp12.56 milyar/tahun.
Biaya usaha menggunakan skenario JAB jauh lebih rendah dibandingkan
skenario JAT dan JAK. Skenario ini lebih menguntungkan untuk dilaksanakan,
namun dengan penggunaan alat baru perusahaan perlu investasi tinggi untuk
membeli (pengadaan) alat baru. Biaya usaha dari skenario JAB dapat dilihat
pada Tabel 11.
Tabel 11 Jumlah alat dan biaya usaha berdasarkan skenario JAB
Aspek kegiatan

Jenis alat

Excavator
Chainsaw
Bagi batang
Harvester
Chainsaw
Penyaradan
Bulldozer
Skidder
Muat
Excavator
Pengangkutan
Logging truck
Biaya usaha total
Tebangan

JAB
(unit)
3
7
2
8
2
2
7
16

BU
(Rp/m3 )
15 483
1810
140 951
992
10 642
10 151
14 061
14 039
208 110

BU
(Rp x 1 juta/tahun)
1840
389
2195
304
1869
1422
4435
6389
16 844

Produksi Kayu Berdasarkan Jumlah Alat
Produksi merupakan sesuatu yang secara langsung maupun tidak langsung
ditunjukkan untuk menghasilkan barang dan jasa guna memenuhi kebutuhan
manusia. Faktor produksi diperlukan dalam kegiatan produksi seperti alat-alat
yang digunakan untuk menghasilkan barang/jasa. Faktor produksi dalam
penelitian ini adalah alat-alat pemanenan yang digunakan sehingga sedikit
banyaknya alat akan berdampak pada tingkat optimalisasi produksi yang akan
dihasilkan.
Hasil perhitungan produksi ditunjukkan pada Tabel 12 terlihat bahwa
kegiatan penebangan aktual menghasilkan kelebihan produksi. Keadaan ini
mengakibatkan selisih antara produksi aktual dan realisasi sebesar

15
35 039.06 m3 /tahun. Dengan selisih tersebut, kayu yang ditebang tidak seimbang
dengan kegiatan pemanenan selanjutnya yaitu penyaradan, bagi batang, muat, dan
pengangkutan. Apabila alat yang digunakan jumlahnya melebihi batas optimal
atau sebaliknya maka akan berpengaruh terhadap rangkaian aspek kegiatan
pemanenan yang selanjutnya. Rangkaiannya dapat dianalogikan sebagai berikut:
jika alat penebangan jumlahnya lebih banyak dari analisis optimal alat maka
hasilnya tidak sesuai dengan produksi yang ditargetkan. Hal tersebut dapat
mengakibatkan penebangan melampaui batas tebang (over cutting) sehingga
jumlah kayu terlalu banyak dan menumpuk. Hal ini berkaitan dengan aspek
penyaradan karena jika jumlah alat tidak memadai maka kegiatan penyaradan
akan terhambat, sehingga kayu yang disarad jumlahnya lebih sedikit dari yang
ditebang. Alat bagi batang yang jumlahnya kurang menyebabkan banyak kayu
yang tidak terbagi batang sementara ketersediaan alat muat jumlahnya lebih
banyak. Alat muat mempunyai waktu kosong tidak melakukan pekerjaan karena
harus menunggu tahapan sebelumnya (bagi batang). Pengangkutan menggunakan
logging truck juga terhambat karena tahapan sebelumnya belum terlaksana dengan
sempurna. Tiap rangkaian kegiatan mempengaruhi aspek kegiatan yang lainnya.
Tabel 12 Produksi kayu berdasarkan penambahan jumlah alat
3

Produksi kayu (m /tahun)

3

Selisih produksi Optimal (m /tahun)

Penebangan

261 837

Optimal
Realisasi
Target
(R)
(T)
226 798
333 936

+35 039

13

-72 098

31

Penyaradan

163 954

219 098

322 599

-55 144

34

-158 645

49

Bagi Batang

144 378

214 625

316 012

-70 246

49

-171 633

54

Muat

150 269

214 213

315 406

-63 943

43

-165 136

52

Pengangkutan

226 422

212 328

312 630

+14 093

6

-86 208

28

Aspek

Aktual
lapangan
(A)

(A-R)

(%)

(A-T)

(%)

Selain dampak tidak terpenuhinya jumlah produksi yang ditargetkan
terdapat pula dampak lain yaitu terhadap kualitas kayu. Apabila kayu yang
ditebang jumlahnya melebihi rencana maka sisa kayu berada di areal tanpa
pengelolaan dan perlakuan terhadap kayu tersebut. Menurut Sukadaryati dan
Sukanda (2006), kegiatan memuat kayu harus dilakukan secepat mungkin untuk
menghindari penurunan kualitas kayu yang dipengaruhi oleh faktor eksternal.
Faktor tersebut seperti jamur dan penyakit yang menyerang kayu yang telah
ditebang, busuk batang atau kayu mengalami kekeringan karena terpapar sinar
matahari.
Penggunaan alat perlu disesuaikan dengan analisis optimalisasi peralatan
pemanenan terutama berdasarkan rencana produksi sehingga hasil yang diperoleh
maksimal. Kelebihan atau kekurangan produksi menunjukkan adanya
ketidakefisienan dari penggunaan peralatan pemanenan. Hal tersebut dapat terjadi
karena kurangnya perencanaan yang matang sehingga diharapkan dapat diperoleh
hasil yang maksimal. Menurut Suhartana dan Yuniawati (2007) perencanaan
pemanenan yang tepat sangat mempengaruhi hasil produksi yang ditargetkan
karena berdampak secara langsung terhadap produktivitas kerja.

16

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Jumlah alat aktual yang digunakan di lapangan saat ini belum optimal
untuk mencapai realisasi dan target produksi. Jumlah alat perlu dihitung
berdasarkan realisasi dan target produksi. Target produksi belum tercapai dengan
jumlah alat realisasi sehingga perlu penambahan jumlah unit alat dan peningkatan
produktivitas alat. Skenario untuk mencapai realisasi produksi yaitu dengan
jumlah alat aktual (JAA) dan jumlah alat realisasi (JAR). Skenario untuk
mencapai target produksi yaitu optimalisasi peralatan dengan jumlah alat target
(JAT), jumlah alat kombinasi (JAK) dan jumlah alat baru (JAB). Alternatif
skenario yang paling optimal digunakan adalah jumlah alat kombinasi (JAK)
karena memberikan keuntungan kepada perusahaan dengan biaya produksi yang
rendah.

Saran
1. Perusahaan perlu merencanakan sistem pemanenan hutan yang akan dilakukan
dengan optimalisasi peralatan pemanenan yang digunakan agar hasilnya sesuai
dengan target yang akan dicapai.
2. Penerapan alternatif sistem pemanenan sesuai dengan kondisi lahan dan
produktivitas peralatan pemanenan.
3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai optimalisai peralatan pemanenan
untuk mengkaji sistem yang ada.

DAFTAR PUSTAKA
Aswitama L. 2013. Limbah pemanenan kayu dan faktor eksploitasi di
IUPHHK-HT PT Wirakarya Sakti Provinsi Jambi [skripsi]. Bogor (ID):
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Azinuddin P. 2014. Produktivitas dan biaya penyaradan kayu menggunakan
skidder dan bulldozer pada Hutan Tanaman Industri di IUPHHK-HT
PT Wirakarya Sakti Provinsi Jambi [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor.
Catterpilar. 1991. Catterpilar Performance handbook. Di dalam: Fajri J. 2000.
Analisis biaya penyaradan dengan traktor caterpillar D60 di hutan rawa (studi
kasus di HPHTI PT Wirakarya Sakti, Propinsi Jambi) [skripsi]. Bogor (ID):
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
[Depdikbud] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1995. Kamus Besar Bahasa
Indonesia (628). Jakarta (ID): Depdikbud.
Dulsalam, Sukadaryati. 2002. Produktivitas dan biaya penyaradan kayu dengan
kerbau di Jambi. Buletin Penelitian Hasil Hutan 19(3):147-164. Bogor (ID):
Pusat Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan.

17
Dulsalam, Tinambunan D. 2001. Produktivitas dan biaya peralatan pemanenan
hutan tanaman: studi kasus di PT Musi Hutan Persada, Sumatera Selatan.
Buletin Penelitian Hasil Hutan. 19(4): 91-113. Bogor (ID): Pusat Penelitian
Dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan.
[FAO] Food and Agriculture Organization. 1992. Cost Control in Forest
Harvesting and Road Construction. FAO Forestry Paper No. 99. FAO of the
UN. Rome.
Gautama I. 2008. Prestasi pekerja dalam kegiatan pembagian batang pada
kegiatan pemanenan di Hutan Jati Rakyat Desa Lili Riattang Kabupaten Bone.
Jurnal Hutan dan Masyarakat. 3(2): 111-234. Sulawesi (ID): Universitas
Hassanudin.
[ILO] International Labour Office. 1975. Penelitian Kerja dan Pengukuran Kerja.
Wetik JL, penerjemah; Sadiman J, editor. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga.
Terjemahan dari; Introduction to Work Study.
Mujetahid A. 2010. Analisis biaya penebangan pada Hutan Jati Rakyat di
Kabupaten Bone. Perennial. 6(2) : 108-115. Bgor (ID): BPPK.
Siswanto H. 2010. Kajian input dan output penyaradan pada pengusahaan hutan di
Kalimantan Timur. Jurnal Eksis. 6(2): 1440 – 1605.Medan (ID): PTN Medan.
[SK Menhut] Surat Keputusan Menteri Kehutanan. 2003. Keputusan Menteri
Kehutanan Republik Indonesia No.428/Kpts-II/2003 tentang Pedoman
Perhitungan Kebutuhan Alat-alat Berat Kehutanan. Jakarta (ID): Kemenhut.
Suhartana S, Idris M, Yuniawati. 2011. Penyaradan kayu sesuai standar prosedur
operasional untuk meningkatkan produktivitas dan meminimalkan biaya
produksi dan penggeseran lapisan tanah atas : kasus di satu perusahaan hutan di
Jambi. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 29(3): 248-258. Bogor (ID): Pusat
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan.
Suhartana S, Yuniawati. 2006. Effisiensi penggunaan chainsaw pada kegiatan
penebangan: studi kasus di PT. Surya Hutani Jaya, Kalimantan Timur. Jurnal
Penelitian Hasil Hutan. 24(1):63-76. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan
Pengembangan Teknologi Hasil Hutan.
Suhartana S, Yuniawati. 2007. Penggunaan peralatan pemanenan kayu yang
efisien pada perusahaan hutan tanaman di Kalimantan Selatan. Jurnal Rimba
Kalimantan. 12(1):62-66. Samarinda (ID): Universitas Mulawarman.

Suhartana S, Yuniawati. 2008. Produktivitas pengangkutan kayu dengan truk dan
tugboat di hutan rawa gambut : kasus di satu perusahaan hutan di Jambi. Jurnal
Hutan Tropis Borneo. (24):125-132. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan
Pengembangan Teknologi Hasil Hutan.
Suhartana S, Yuniawati, Rahmat. 2009. Efisiensi kebutuhan peralatan pemanenan
di Hutan Tanaman Industri Kalimantan Barat. Hutan Tropis Borneo. (26):
119-127. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Hasil
Hutan.
Sukadaryati, Sukanda. 2006. Produktivitas, biaya dan efisiensi muat bongkar kayu
di dua perusahaan HTI pulp. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 6(1): 11-17. Bogor
(ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan.
[WKS]. Wirakarya Sakti. 2012. Rencana Karya Tahunan 2008. Jambi (ID): PT.
Wirakarya Sakti.

18

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Pemalang pada tanggal 4 Oktober 1992 sebagai
anak ketujuh dari delapan bersaudara pasangan Nurotun A Sadrawi dan Solichah.
Pada tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Petarukan, Pemalang dan pada
tahun yang sama lulus seleksi SNMPTN. Penulis memilih Program Studi
Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Selama mengikuti kuliah di Fakultas Kehutanan IPB, penulis telah
melaksanakan Praktek Pengelolaan Ekosistem Hutan (P2EH) di Sancang BaratKamojang pada tahun 2011, Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan
Gunung Walat Sukabumi, KPH Cianjur dan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak
(TNGHS) pada tahun 2012, dan Praktek Kerja Lapang (PKL) di IUPHHK-HT
PT Wirakarya Sakti, Jambi pada tahun 2013.
Selama menjadi mahasiswa, penulis juga aktif mengikuti organisasi
kemahasiswaan yaitu bendahara umum advokasi kesejahteraan mahasiswa
(Adkesma) BEM-E, bendahara umum organisasi mahasiswa daerah (OMDA), angota
Agriaswara IPB, anggota forest management student club (FMSC), sekretaris
PEMIRA Fakultas Kehutanan IPB tahun 2010, bendahara ke panitiaan dialog
kesejahteraan BEM-KM tahun 2011, panitia Temu Manajer (TM) Departemen
Manajemen Hutan tahun 2011 serta mengikuti kepanitian lain dalam berbagai acara
di Fakultas Kehutanan dan IPB.

Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Kehutanan Institut
Pertanian Bogor penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “Optimalisasi
Peralatan Pemanenan Kayu pada Hutan Tanaman Industri di IUPHHK-HT
PT Wirakarya Sakti, Provinsi Jambi” di bawah bimbingan Dr Ujang Suwarna,
S Hut, M Sc F Trop.