Strategi Penanggulangan Kemiskinan Di Perdesaan: Studi Kasus Program Puap Di Kabupaten Cianjur
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI
PERDESAAN: STUDI KASUS PROGRAM PUAP DI
KABUPATEN CIANJUR
AKHMADI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Strategi Penanggulangan
Kemiskinan di Perdesaan: Studi Kasus Program PUAP di Kabupaten Cianjur
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2016
Akhmadi
NRP H453130391
RINGKASAN
AKHMADI. Strategi Penanggulangan Kemiskinan di Perdesaan: Studi Kasus
Program PUAP di Kabupaten Cianjur. Dibimbing oleh HERMANTO SIREGAR
dan PARULIAN HUTAGAOL.
Pemerintah telah dan sedang melakukan pembangunan di segala bidang,
termasuk di bidang ekonomi, untuk menyejahterakan penduduk agar tercapai citacita masyarakat yang adil dan makmur. Pembangunan ekonomi juga dimaksudkan
untuk menanggulangi kemiskinan dan pemerataan hasil-hasil pembangunan
ekonomi. Dalam penanggulangan kemiskinan, pemerintah telah berupaya melalui
berbagai program yang berbasis bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, dan
pemberdayaan usaha kecil. Hasilnya secara nasional telah terjadi penurunan tingkat
kemiskinan pada kurun waktu 2008-2014 yaitu dari 1.42% pada 2008 menjadi
10.96% pada 2014. Namun jika dilihat berdasarkan wilayah perkotaan dan
perdesaan, tingkat kemiskinan di perdesaan selalu relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan tingkat kemiskinan di perkotaan. Tingkat kemiskinan di perkotaan
mengalami penurunan dari 11.65% pada 2008 menjadi 8.16% pada 2014, dan di
perdesaan juga turun dari 18.93% pada 2008 menjadi 13.76% pada 2014. Dari total
penduduk miskin di Indonesia, sekitar 66% berada di perdesaan dan sekitar 56%
menggantungkan hidupnya dari pertanian. Oleh karena itu perlu dilakukan
pengkajian program-program penanggulangan kemiskinan khususnya di perdesaan
dan selanjutnya merumuskan kembali strategi penanggulangan kemiskinan
sehingga didapatkan strategi terbaik berdasarkan kondisi internal dan eksternal
yang dihadapi petani.
Untuk mengkaji dampak program penanggulangan kemiskinan di perdesaan
terhadap kesejahteraan petani dilakukan studi kasus terhadap pelaksanaan Program
Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (Program PUAP) di Kabupaten
Cianjur. Program PUAP merupakan salah satu program penanggulangan
kemiskinan di perdesaan di bawah koordinasi Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri sebagai program pemberdayaan masyarakat. Program PUAP
memberikan bantuan modal usaha bagi petani anggota kelompok tani, baik petani
pemilik, petani penggarap, buruh tani, maupun rumahtangga tani yang
dikoordinasikan oleh gabungan kelompok tani. Program PUAP merupakan
program yang bertujuan mengurangi kemiskinan dan pengangguran di perdesaan
melalui pengembangan usaha agribisnis yang sesuai dengan potensi wilayah di
perdesaan. Selain itu, program ini juga bertujuan meningkatkan kemampuan pelaku
usaha agribisnis, memberdayakan kelembagaan petani dan perdesaan, dan
meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani untuk mengakses permodalan.
Bentuk kegiatan program ini adalah penyaluran bantuan langsung masyarakat
sebagai tambahan modal kerja untuk usaha sarana prasarana, usaha tani atau
produksi, usaha jasa pemasaran, usaha pengolahan hasil produksi, dan usaha
simpan pinjam.
Untuk menguji dampak Program PUAP terhadap peningkatan produksi padi
dan pendapatan riil petani maka dilakukan penelitian di Kabupaten Cianjur, yaitu
di Desa Jati Kecamatan Bojongpicung yang menerima Program PUAP dan Desa
Jamali Kecamatan Mande yang tidak menerima Program PUAP, serta dianalisis
menggunakan metode Double-Difference. Setelah itu dilakukan analisis faktor-
faktor strategis internal dan eksternal (analisis IFE-EFE) untuk mengetahui
besarnya faktor-faktor kekuatan dan kelemahan internal serta peluang dan ancaman
eksternal yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan program penanggulangan
kemiskinan di perdesaan. Selanjutnya berdasarkan hasil analisis IFE-EFE tersebut
dirumuskan strategi kunci dalam penanggulangan kemiskinan di perdesaan dengan
menggunakan analisis SWOT, dan kemudian dianalisis menggunakan metode
QSPM, yaitu dengan mengelaborasikan strategi kunci dengan faktor-faktor
strategis internal dan eksternal untuk mendapatkan strategi yang terbaik.
Langkah pertama analisis Double-Difference adalah menghitung masingmasing perubahan produksi per hektar dan pendapatan riil petani di Desa Jati dan
Desa Jamali pada tahun 2009 dan tahun 2014. Hasilnya menunjukkan adanya ratarata peningkatan produksi padi per hektar di Desa Jati sebesar 770.22 kg dan begitu
pula di Desa Jamali, ternyata produksi padi per hektar juga meningkat sebesar
129.08 kg. Oleh karena itu untuk mengetahui bagaimana dampak Program PUAP
terhadap peningkatan produksi padi per hektar maka langkah selanjutnya adalah
mendapatkan nilai Double Difference dengan cara menghitung selisih rata-rata
peningkatan produksi padi per hektar di Desa Jati dan rata-rata peningkatan
produksi padi per hektar di Desa Jamali. Hasilnya menunjukkan bahwa nilai
Double-Difference adalah 641.14 kg dan signifikan pada α = 1%.
Rata-rata pendapatan riil petani di kedua desa tersebut juga mengalami
peningkatan. Di Desa Jati, rata-rata peningkatan pendapatan riil petani Rp1 084 616
dan di Desa Jamali sebesar Rp206 258. Dengan demikian nilai Double Difference
yang merupakan selisih antara rata-rata peningkatan pendapatan petani di Desa Jati
dan rata-rata peningkatan pendapatan petani di Desa Jamali sebesar Rp878 358 dan
signifikan pada α = 1%. Hal ini menunjukkan bahwa Program PUAP telah
memberikan dampak signifikan terhadap peningkatan produksi padi per hektar dan
pendapatan petani di Desa Jati masing-masing sebesar 641.14 kg dan Rp878 358
lebih besar dibandingkan dengan produksi padi dan pendapatan petani di Desa
Jamali.
Walaupun analisis Double Difference menunjukkan bahwa Program PUAP
telah berhasil meningkatkan pendapatan petani di Desa Jati, namun rata-rata
pendapatan per kapita petani tersebut ternyata masih berada di bawah garis
kemiskinan. Pendapatan petani di Desa Jati pada 2009 rata-rata sebesar Rp167 986
per kapita naik menjadi Rp261 481 pada 2014. Pada kurun waktu 2009-2014 telah
terjadi kenaikan pendapatan per kapita sebesar 56%, namun kenaikan tersebut
belum cukup untuk melampaui garis kemiskinan Kabupaten Cianjur pada 2014
sebesar Rp280 501.
Oleh karena itu kemudian dilakukan analisis faktor-faktor strategis internal
dan eksternal (analisis IFE-EFE) untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan
internal serta peluang dan ancaman eksternal yang mempengaruhi keberhasilan
program penanggulangan kemiskinan di perdesaan. Hasil analisis IFE-EFE
menunjukkan bahwa faktor weakness (score 1.463) masih lebih dominan daripada
faktor strength (score 1.108) dan faktor threath (score 1.105) lebih dominan
daripada faktor opportunity (score 1.016). Selanjutnya dengan menggunakan
matriks IE diperoleh nilai rata-rata tertimbang IFE sebesar 2.571 dan nilai rata-rata
tertimbang EFE sebesar 2.120. Analisis QSPM disusun setelah perhitungan matriks
IE dan matriks SWOT yang menghasilkan berbagai alternatif strategi. Setelah
melakukan wawancara mendalam dengan informan kunci diperoleh delapan
strategi S-O, S-T, W-O, dan W-T. Alternatif strategi tersebut adalah: Strategi
kesatu, mempromosikan program penyaluran pinjaman kepada petani untuk
mendapatkan dukungan pendanaan misalnya melalui program community social
responsibility. Strategi kedua, meningkatkan peranan lembaga keuangan mikro
agribisnis yang berbadan hukum atau koperasi sebagai marketing agent untuk
meningkatkan market bargaining power menghadapi pasar bebas. Strategi ketiga,
mengoptimalkan peran Penyelia Mitra Tani dalam hal pendampingan dan
pembinaan petani dengan memberikan pelatihan keterampilan kepada PMT secara
intensif dan berkelanjutan. Strategi keempat, adanya penjaminan kredit usaha tani
dari pemerintah kepada perbankan yang menyalurkan kredit kepada petani. Strategi
kelima, mengkoordinasikan program-program Kementan dengan program-program
lembaga terkait seperti Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian
Perdagangan, Kementerian Komunikasi dan Informasi untuk pelatihan dan
pendidikan petani. Strategi keenam, meningkatkan efisiensi produksi petani seperti
dengan land reform atau corporate farming. Strategi ketujuh, penguatan sumber
daya manusia dan kelembagaan gapoktan melalui program pendidikan khusus
pengembangan manajemen agribisnis bagi petani. Strategi kedelapan, penambahan
anggaran untuk program bantuan modal kepada petani terutama di desa-desa miskin
yang belum memperoleh bantuan modal.
Alternatif-alternatif strategi tersebut kemudian dianalisis dengan metode
QSPM, yaitu dengan mengelaborasikan alternatif strategi tersebut dengan faktorfaktor strategis internal dan eksternal untuk mendapatkan strategi yang terbaik.
Hasil perhitungan Total Attractiveness Scores menunjukkan bahwa strategi ketujuh
yaitu penguatan sumberdaya manusia dan kelembagaan petani melalui program
pendidikan khusus pengembangan manajemen agribisnis bagi petani adalah strategi
yang terbaik karena memiliki nilai TAS tertinggi yaitu 5.9726.
Kata kunci: kemiskinan, perdesaan, PUAP, strategi
SUMMARY
AKHMADI. Poverty Alleviation Strategy in Rural Areas: A Case Study of PUAP
Program in Cianjur District. Supervised by HERMANTO SIREGAR and
PARULIAN HUTAGAOL.
National development has been doing by Government of Indonesia with aim to
improve the welfare of its citizens. Economic development is also intended to reduce
poverty rate and equitable distribution of economic development results. The
government has attempted through various poverty reduction programs based on
social assistance, community empowerment, and empowerment-based small
businesses. The result of the economic development has been a decline in the
national poverty rate during the period 2008-2014, from 15.42% in 2008 to 10.96%
in 2014. However, based on urban and rural areas, poverty rate in rural area has
always been relatively higher than poverty rate in urban area in the period 20082015. The poverty rate in urban area has decreased from 11.65% (2008) to 8.16%
(2014). While in rural area of 18.93% (2008) fell to 13.76% (2014). Approximately
66% from the total poor people in Indonesia are in rural areas and about 56% are
depend on agriculture sector. Therefore it is necessary to do a review of the poverty
reduction programs in rural areas, especially for farmers and re-formulate poverty
reduction strategies to obtain the best strategy based on internal and external
conditions faced by farmers in rural areas.
A case study on the implementation of Rural Agribusiness Development
Program (PUAP) in Cianjur, West Java was conducted to assess the impact of
poverty reduction programs in rural areas to the welfare of farmers. PUAP
program is one of the poverty reduction programs in rural areas. PUAP program
aims to reduce poverty and unemployment in rural area through the development
of agribusiness in accordance with the potential of rural regions. The program also
aims to improve the ability of agribusiness, empower institutional of farmers and
rural, and improve the ability farmer institutions to access capital. Forms of this
program activity is the distribution of community grants for additional working
capital for the business of infrastructure, farming or production, business of
marketing services, product processing enterprises, and micro-credit.
To examine the impact of PUAP program in increasing the production and real
income of farmers then do research in Cianjur, West Java, namely at Jati village
(received PUAP Program, a treatment group) and Jamali village (did not receive
PUAP program, a comparison group) using the Double Difference analysis.
Analysis of internal and external strategic factors (IFE-EFE analysis) to determine
the strategic factors of internal (strengths and weaknesses) and the strategic
external factors (opportunities and threats) that will affect to the successful
implementation of poverty reduction programs in rural areas. Furthermore, based
on the analysis of the IFE-EFE then formulated the key strategies to reduce poverty
in rural areas by using SWOT analysis. The key strategies are then elaborated with
the strategic factors internal and external to get the best strategy.
The first step of analysis Double Difference is counting each change in production
and real income of farmers in the Jati and Jamali Villages in 2009 and 2014. The
results indicate an average increase rice production per hectare in Jati Village
amounted to 770.22 kg and so is in Jamali Village amounted to 129.08 kg.
Therefore, to find out how the impact PUAP program for increasing rice production
per hectare then the next step is to get a value Double Difference by calculating the
difference between the average rice production per hectare in Jati Village and
average rice production per hectare in Jamali Village. The result value of Double
Difference is 641.14 kg and significant at α = 1%.
Likewise, for an average increase in real income of farmers in these two
villages. In Jati Village, the average increase of income is Rp1 084 616 and in
Jamali Village, the average real income increase Rp206 258. Thus the Double
Difference value which represents the difference between the average increase in
the income of farmers in Jati Village and the average increase in the income of
farmers in Jamali Village amounted to Rp878 358 and significant at α = 1 % . This
shows that the PUAP Program have a significant impact on increasing rice
production per hectare and the income of farmers in Jati Village respectively
641.14 kg and Rp878 358 higher than the rice production per hectare and the
income of farmers in Jamali Village.
Although the Double-Difference analysis showed that PUAP Program has
increased incomes for farmers, but the average income per capita per month farmer
in Jati Village (Rp261 481) apparently still under the poverty line of Cianjur
District (Rp280 501) in 2014. Therefore then do the analysis of internal and
external strategic factors (IFE-EFE analysis) to determine the strengths and
weaknesses of internal and external opportunities and threats that affect the success
of poverty reduction programs in rural areas. IFE-EFE results of the analysis
showed that the factors weakness (score 1.463) was more dominant than the
strength factor (score 1.108) and threat factor (score 1.105) is more dominant than
the opportunity factor (score 1.016). Furthermore, by using IE matrix obtained that
value of IFE weighted average is 2.571 and value of EFE weighted average is
2.120. This position is in quadrant V means a survival strategy. Based on SWOT
analysis there are eight strategies (S-O, S-T, W-O, and W-T strategies).
Based on in-depth interviews with key informants obtained eight strategies
formulated, namely: first strategy, promote lending program for farmers to obtain
financial support for example through community social responsibility (CSR).
Second strategy, enhance the role of agribusiness microfinance institution (LKMA) which is incorporated or cooperatives institution as marketing agent to improve
market bargaining power face the free market. Third strategy, optimizing the role
of Penyelia Mitra Tani in terms of mentoring and coaching farmers by providing
skills training for PMT intensively and sustained. Forth strategy, farm credit
guarantee from the government to the banks that extend credit to farmers. Fifth
strategies, coordination of Kementan’s programs with programs of related
institutions such as the Ministry of Cooperatives and SMEs, the Ministry of
Commerce, Ministry of Communication and Information for the training and
education of farmers. Sixth strategy, improving the efficiency of production of
farmers as land reform or corporate farming. Seventh strategy, strengthening
human resources and gapoktan institutional through the special education program
development of agribusiness management for farmers. Eighth strategy, additional
budget for capital assistance program for farmers, especially in poor villages that
have not received capital assistance.
Alternatives strategies are then analyzed by the QSPM method by elaborating
the eight strategies with strategic factors internal and external to get the best
strategy. Total Attractiveness Scores calculation results indicate that strategy to
strengthen human resources and institutional of farmer through special education
agribusiness management development is the best strategy because it has the
highest TAS value.
Keywords: poverty, PUAP, rural areas, strategies
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI
PERDESAAN: STUDI KASUS PROGRAM PUAP DI
KABUPATEN CIANJUR
AKHMADI
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
Penguji Luar Komisi pada Tesis: Dr Ir Nunung Nuryartono, MSi
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian ini adalah strategi penanggulangan kemiskinan di
perdesaan, dengan judul Strategi Penanggulangan Kemiskinan di Perdesaan: Studi
Kasus Program PUAP di Kabupaten Cianjur.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Hermanto Siregar,
MEc dan Bapak Prof Dr Ir M Parulian Hutagaol, MS selaku komisi pembimbing
yang telah dengan tekun membimbing dan memberi saran sejak awal pembuatan
proposal hingga penulisan tesis ini selesai, Bapak Dr Ir Nunung Nuryartono, MSi
sebagai penguji luar komisi pada tesis, dan Bapak Prof Dr Ir Sri Hartoyo, MS selaku
Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian yang mengarahkan dan memberikan
masukan yang sangat berharga terhadap tesis ini. Ucapan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada Dr Asep Suryahadi, Direktur The SMERU Research Institute,
yang telah memberikan kesempatan untuk menempuh sekolah bagi penulis di
Sekolah Pascasarjana IPB, teman-teman peneliti dan staf SMERU khususnya
Joseph Natanael ‘Jojo’ Marshan Sihotang, serta Daniel Suryadarma, PhD yang
telah bersedia diskusi tentang tesis ini. Penghargaan penulis sampaikan kepada
Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura, Bapak Ir Zulkarnain
MM, Ibu Soidah SP beserta staf, Bapak H Ir Muhamad Sobur beserta staf, yang
telah memberikan data, informasi, dan ijin penelitian di Desa Jati Kecamatan
Bojongpicung dan Desa Jamali Kecamatan Mande. Terima kasih juga disampaikan
kepada Bapak Usep Achmad Holidin, Ketua Gapoktan Warga Tani dan para
responden di Desa Jati dan Bapak Ate, Ketua Gapoktan Sakinah dan para responden
di Desa Jamali, serta Nophy Primayanti SE, sehingga pengumpulan data dan
informasi yang diperlukan dalam penelitian ini dapat diselesaikan.
Terima kasih juga kami sampaikan kepada Kementerian Pertanian, di
lingkungan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian dan Biro
Perencanaan Sekretariat Jenderal, yang telah memberikan informasi dan data yang
sangat bermanfaat. Khususnya kami sampaikan kepada Bapak Ir Wahyu Budi, MM,
Ibu Ir Ika Purwani, MSi, dan Ir Tri Hartono di Direktorat Pembiayaan Agribisnis,
Ditjen PSP, Bapak Dr Ir Kasdi Subagyono, MSc, Bapak Ir Ahmad Fuadi, MSc,
Bapak Muhammad Ikhsan SE, MM di Biro Perencanaan, Sekretariat Jenderal
Kementerian Pertanian.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh anggota keluarga
khususnya istri dan anak-anak, Ir Anne Kania Dewi, Andi Aryo Wibisono,
Armantyo Dwiatmaja, dan Akmal Ardiansyah, atas segala doa, bantuan, dorongan,
kesabaran, dan kasih sayangnya dalam proses penyelesaian penulisan tesis ini.
Kepada teman-teman mahasiswa Sekolah Pascasarjana Program Magister dan
Doktor Mayor Ilmu Ekonomi Pertanian Angkatan 2013 juga saya ucapkan banyak
terima kasih atas segala kebersamaan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2016
Akhmadi
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Perumusan masalah
1.3 Tujuan penelitian
1.4 Manfaat penelitian
1.5 Ruang lingkup penelitian dan keterbatasan penelitian
1.6 Kebaruan Penelitian (novelty)
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsepsi Program PUAP
2.2 Konsepsi kemiskinan
2.3 Konsepsi dasar penelitian
2.4 Konsepsi Double Difference
2.5 Konsepsi Quantitative Strategic Planning Matrix
2.6 Tinjauan penelitian sebelumnya
3 KERANGKA PEMIKIRAN DAN METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Kerangka pemikiran
3.2 Metodologi penelitian
3.2.1 Lokasi dan waktu penelitian
3.2.2 Metode pengumpulan data
3.2.3 Metode pengambilan sampel
3.2.4 Metode pengolahan dan analisis data
3.2.4.1 Analisis Double Difference
3.2.4.2 Perumusan strategis
4 GAMBARAN UMUM
4.1 Wilayah penelitian
4.1.1 Letak geografis
4.1.2 Penduduk
4.1.3 Gambaran umum Kecamatan Bojongpicung
4.1.4 Gambaran umum Kecamatan Mande
4.2 Kondisi kemiskinan di Kabupaten Cianjur
4.3 Karakteristik responden
4.3.1 Usia responden
4.3.2 Tingkat pendidikan
4.3.3 Pekerjaan
4.3.4 Pendapatan per kapita
4.4 Pelaksanaan Program PUAP di Desa Jati
4.4.1 Keanggotaan
4.4.2 Kelembagaan
4.4.3 Jenis usaha
4.4.4 Modal usaha
4.4.5 Usaha tani padi
iii
iii
iv
1
4
5
5
5
5
7
10
11
13
14
15
17
19
19
19
20
20
21
22
24
24
24
26
28
30
32
32
33
34
35
36
36
37
37
38
40
DAFTAR ISI (lanjutan)
5
6
DAMPAK PROGRAM PUAP TERHADAP PRODUKSI PADI
DAN PENDAPATAN PETANI, SERTA PENENTUAN STRATEGI
TERBAIK PENANGGULANGAN KEMISKINAN
5.1 Dampak program PUAP terhadap produksi padi
5.2 Dampak program PUAP terhadap pendapatan petani
5.3 Identifikasi faktor-faktor strategis internal dan faktor-faktor
strategis eksternal
5.3.1 Faktor-faktor strategis internal
5.3.2 Faktor-faktor strategis eksternal
5.4 Tahap masukan
5.5 Tahap analisis: Matriks SWOT
5.6 Tahap perumusan strategi
5.7 Tahap pengambilan keputusan
5.8 Sistesis temuan penelitian
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
6.3 Saran penelitian lanjutan
42
44
47
47
49
49
53
54
56
58
60
60
61
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Jumlah dan persentase penduduk miskin di Kabupaten Cianjur
Luas wilayah, jumlah desa/kelurahan, dan jumlah penduduk di
Kabupaten Cianjur menurut kecamatan, 2014
Luas wilayah, jumlah dusun, dan jumlah penduduk di Kecamatan
Bojongpicung menurut desa/kelurahan, 2014
Luas wilayah, jumlah dusun, dan jumlah penduduk di Kecamatan
Mande menurut desa/kelurahan, 2014
Nama dan jumlah anggota kelompoktani di Desa Jamali, Kecamatan
Mande, 2012.
Indikator kemiskinan di Kabupaten Cianjur, 2002-2013
Rentang usia responden petani PUAP dan petani non PUAP
Tingkat pendidikan responden petani PUAP dan petani non PUAP
Pengalaman bertani bagi petani PUAP dan petani non PUAP
Pekerjaan lain selain bertani bagi petani PUAP dan petani non
PUAP
Pendapatan per kapita per bulan petani PUAP dan petani non PUAP
Perkembangan jumlah anggota Gapoktan Warga Tani menurut
kelompok tani, 2010-2014
Unit usaha petani Gapoktan Warga Tani, Desa Jati, Kecamatan
Bojongpicung, 2015
Unit usaha petani Gapoktan Warga Tani, Desa Jati, Kecamatan
Bojongpicung, 2015
Rata-rata luas panen di Desa Jati dan Desa Jamali, 2014
Rata-rata nilai produksi, biaya per hektar, dan pendapatan per kektar
petani di Desa Jati dan Jamali, 2009 dan 2014 (ribuan rupiah per
hektar)
Rata-rata perubahan produksi/ha di Desa Jati dan Desa Jamali:
Metode Double Difference
T-test untuk dua sampel dengan varian yang sama (Two-sample t test
with equal variances): perhitungan DD untuk produksi padi per
hektar (kg)
Rata-rata perubahan pendapatan riil petani di Desa Jati dan Desa
Jamali: Metode Double Difference
T-test untuk dua sampel dengan varian yang sama (Two-sample t test
with equal variances): perhitungan DD untuk pendapatan riil (rupiah)
Pendapatan per kapita per bulan di Desa Jati dan Jamali, serta Garis
Kemiskinan Kabupaten Cianjur, 2009 dan 2014 (rupiah)
Matriks Internal Factor Evaluation
Matriks External Factor Evaluation
Matriks Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats
Pemilihan prioritas strategi berdasarkan Total Attractiveness Scores
3
26
27
29
30
31
33
33
34
34
35
36
38
38
40
41
43
43
45
46
47
49
52
54
56
DAFTAR GAMBAR
1
Tingkat kemiskinan di perkotaan dan perdesaan, beberapa tahun
terpilih
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Mekanisme penyaluran dana BLM dan pengendalian pelaksanaan
Program PUAP
Alur pembinaan dan pengendalian Program PUAP
Kerangka kerja konseptual sistem monitoring dan evaluasi
Sumber pendapatan dari kelompok perlakuan dan kelompok kontrol
Pentahapan perumusan QSPM.
Kerangka pemikiran penelitian
Peta Kabupaten Cianjur
Matriks Internal Eksternal (IE)
8
9
12
13
14
18
25
56
DAFTAR LAMPIRAN
1
Perkembangan tingkat kemiskinan di perkotaan dan perdesaan, 19702015
2 Data gapoktan PUAP di Kabupaten Cianjur, 2008-2012
3 Perhitungan Double Difference menggunakan program STATA 13.1
4 Tabel QSPM untuk Strategi ke-1: mempromosikan program bantuan
modal agribisnis untuk mendapatkan dukungan pendanaan dari
perbankan maupun perusahaan swasta (CSR)
5 Tabel QSPM untuk Strategi ke-2: meningkatkan peran
kelembagaan/LKM-A yang berbadan hukum sebagai marketing
agent untuk meningkatkan market bargaining power dan political
lobbying Gapoktan
6 Tabel QSPM untuk Strategi ke-3: Mengoptimalkan peran Penyelia
Mitra Tani (PMT) dalam hal pendampingan dan pembinaan petani
dengan memberikan pelatihan keterampilan kepada PMT secara
intensif dan berkelanjutan
7 Tabel QSPM untuk Strategi ke-4: Adanya penjaminan kredit usaha
tani dari pemerintah kepada perbankan yang menyalurkan kredit
kepada petani
8 Tabel QSPM untuk Strategi ke-5: Mengkoordinasikan programprogram Kementan dengan program-program lembaga terkait seperti
Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Perdagangan,
Kementerian Komunikasi dan Informasi untuk pelatihan dan
pendidikan petani
9 Tabel QSPM untuk Strategi ke-6: Meningkatkan efisiensi produksi
petani seperti dengan land reform atau corporate farming
10 Tabel QSPM untuk Strategi ke-7: Penguatan sumber daya manusia
(SDM) dan kelembagaan gapoktan melalui program pendidikan
khusus pengembangan manajemen agribisnis bagi petani
11 Tabel QSPM untuk Strategi ke-8: Penambahan anggaran untuk
program bantuan modal kepada petani terutama di desa-desa miskin
yang belum memperoleh bantuan modal
66
67
68
71
72
73
74
75
76
77
78
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu tujuan pembangunan yang dilakukan Pemerintah Indonesia di
berbagai sektor adalah untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.
Upaya-upaya pemerintah yang dilakukan dengan berbagai program telah
menunjukkan kecenderungan pertumbuhan ekonomi yang positif. Pertumbuhan
ekonomi yang positif ini juga diiringi dengan pergeseran kontribusi dari sektor
pertanian ke sektor industri dan jasa dalam pembentukan Produk Domestik Bruto
(PDB) nasional. Tingginya pertumbuhan ekonomi ini diiringi pula dengan
pengurangan tingkat kemiskinan secara nasional, baik di perkotaan maupun di
perdesaan. Makna kemiskinan dibedakan menjadi dua macam yaitu kemiskinan
kultural dan kemiskinan struktural. Kemiskinan kultural disebabkan adanya faktorfaktor budaya suatu daerah sehingga seseorang tetap miskin, sedangkan kemiskinan
struktural disebabkan ketidakberdayaan seseorang terhadap sistem atau tatanan
sosial yang tidak adil. Kemiskinan struktural terjadi karena orang atau sekelompok
orang tidak memiliki daya tawar yang kuat terhadap sistem atau tatanan sosial yang
ada, serta tidak adanya akses untuk dapat membebaskan diri dari belenggu tersebut
(BPS, 2009).
Upaya pemerintah untuk menanggulangi kemiskinan bukannya tanpa
masalah. Sebagai konsekuensi perekonomian yang bersifat terbuka, Indonesia tidak
terlepas dari pengaruh ekonomi global. Krisis moneter yang berlanjut menjadi krisis
ekonomi yang melanda Asia pada 1997/1998 berdampak negatif terhadap
pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Krisis ini telah
menyebabkan jumlah penduduk miskin di Indonesia meningkat tajam, baik secara
absolut maupun persentase. Pada tahun 1996 jumlah penduduk miskin sebanyak
34.5 juta jiwa atau 17.65% meningkat menjadi 47.7 juta jiwa atau 23.43% pada
1999, serta berangsur-angsur turun menjadi 17.75% pada 2006, 15.42% pada 2008,
dan bahkan tinggal 10.96% pada 2014. Namun pada 2015 tingkat kemiskinan
meningkat kembali menjadi 11.22% (Gambar 1).
45
40
35
Persen
30
25
Perkotaan
20
Perdesaan
15
Total
10
5
0
1976 1980 1996 1997 1998 2000 2005 2006 2012 2013 2014 2015
Gambar 1. Tingkat kemiskinan di perkotaan dan perdesaan, beberapa tahun terpilih (Sumber:
Lampiran 1).
2
Dengan adanya penurunan tingkat kemiskinan ini, jika dilihat berdasarkan
wilayah perkotaan dan perdesaan, maka tingkat kemiskinan di wilayah perdesaan
masih cukup tinggi. Gambar 1 menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan di wilayah
perdesaan selalu lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat kemiskinan di wilayah
perkotaan. Pada tahun 1970-an hingga awal 1990-an tingkat kemiskinan di wilayah
perkotaan dan perdesaan hampir berimbang, namun setelah terjadinya krisis
ekonomi 1997/1998 tingkat kemiskinan di wilayah perdesaan selalu lebih tinggi
dibandingkan dengan tingkat kemiskinan di wilayah perkotaan. Badan Pusat
Statistik sebagaimana dikutip dalam Permentan No. 1/2014 mencatat bahwa pada
Maret 2013 tingkat kemiskinan turun menjadi 11.37% dibandingkan dengan tingkat
kemiskinan pada 2012 sebesar 11.66%. Persentase penduduk miskin di perkotaan
sebesar 8.60% (2012) menurun menjadi 8.39% (2013), sedangkan penduduk miskin
di perdesaan turun dari 14.70% (2012) menjadi 14.32% (2013). Di Jawa Barat,
Badan Pusat Statistik (BPS, 2010) mencatat bahwa pada 2009 terdapat 41.92 juta
penduduk dan 4.852 juta jiwa diantaranya (11.57%) miskin dan pada 2010 jumlah
penduduknya 43 053 732 jiwa dan 4.716 juta diantaranya (10.93%) miskin.
Data kemiskinan Maret 2009 menunjukkan bahwa jumlah orang miskin di
Indonesia mencapai 32.53 juta jiwa atau 14.15% dari total populasi Indonesia. Di
wilayah perkotaan, tingkat kemiskinan tersebut adalah 13.36% sedangkan di
wilayah perdesaan mencapai 21.90%. Ini menunjukkan bahwa kemiskinan paling
banyak dialami penduduk perdesaan yang pada umumnya adalah petani. Dari total
rakyat miskin di Indonesia, sekitar 66% berada di perdesaan dan sekitar 56%
menggantungkan hidupnya dari pertanian. Dari seluruh penduduk miskin perdesaan
ini ternyata sekitar 90% bekerja, yang berarti mereka bekerja keras, namun tetap
miskin. Padahal selama ini kebijakan pemerintah di bidang pertanian difokuskan
kepada pencapaian swasembada pangan dan stabilitas harga, khususnya untuk
komoditi beras (Godoy dan Dewbre, 2010). Di lain pihak, Anriquez dan Stamoulis
(2007) menilai bahwa sektor pertanian merupakan komponen yang penting dari
ekonomi perdesaan di negara-negara berkembang. Kemiskinan di perdesaan akan
terus menjadi masalah pokok nasional sehingga penanggulangan kemiskinan tetap
menjadi program prioritas untuk tercapainya kesejahteraan sosial bagi masyarakat.
Oleh karena itu pembangunan ekonomi nasional berbasis pertanian dan perdesaan
secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada pengurangan
penduduk miskin.
Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K)
mengkategorikan Program Penanggulangan Kemiskinan ke dalam 4 klaster yaitu
Kluster I, Klaster II, Klaster III, dan Klaster IV. Klater I mencakup kelompok
program penanggulangan kemiskinan bantuan sosial terpadu berbasis keluarga
yang mencakup Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), Program Keluarga
Harapan (PKH), beras untuk keluarga miskin (Raskin), dan bantuan siswa miskin
(BSM). Klaster II mencakup kelompok program penanggulangan kemiskinan
berbasis pemberdayaan masyarakat dengan jenis program yang disebut Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM). Klaster III kelompok program
penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan
kecil yang bertujuan memberikan akses dan penguatan ekonomi kepada usaha
mikro dan kecil diberikan dalam bentuk Kredit Usaha Rakyat (KUR), dan Klaster
IV berupa Program Pro Rakyat yang menyediakan fasilitas dasar bagi masyarakat
miskin dengan harga murah koordinasi pelaksanaan kegiatan sektoral pada wilayah
3
tertentu (TNP2K, 2012). Salah satu program pemerintah untuk mengatasi
kemiskinan di perdesaan adalah Program Pengembangan Usaha Agribisnis
Perdesaan (Program PUAP) yang termasuk ke dalam Klaster II.
Program PUAP merupakan salah satu program pengentasan kemiskinan di
perdesaan di bawah koordinasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Mandiri (PNPM-Mandiri) dan berada dalam kelompok pemberdayaan masyarakat.
Program PUAP memberikan bantuan modal usaha bagi petani anggota kelompok
tani, baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani, maupun rumahtangga tani
yang dikoordinasikan oleh Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Gapoktan
merupakan kelembagaan tani pelaksana PUAP untuk penyaluran bantuan modal
usaha bagi anggota. Dalam pelaksanaan PUAP, Gapoktan didampingi oleh tenaga
Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani (PMT). Tujuan Program PUAP
adalah mengurangi kemiskinan dan pengangguran di perdesaan, meningkatkan
kemampuan pelaku usaha agribisnis, memberdayakan kelembagaan petani, dan
meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani. Banyaknya desa atau gapoktan
di setiap kecamatan di Kabupaten Cianjur yang menerima Program PUAP dari 2008
hingga 2012 disajikan pada Lampiran 2.
Kabupaten Cianjur merupakan salah satu sentra penghasil padi di Jawa Barat.
Provinsi Jawa Barat memiliki tingkat kemiskinan 11.27% yang berada di bawah
garis kemiskinan nasional sebesar 13.33% pada 2010. Dari 26 kabupaten/kota yang
ada di Provinsi Jawa Barat, tingkat kemiskinan di Kabupaten Cianjur sebesar
14.32% yang lebih besar daripada tingkat kemiskinan di Jawa Barat.
Dalam kurun waktu 2002-2013, tingkat kemiskinan di Kabupaten Cianjur
tidak selalu menunjukkan penurunan. Sejak diimplementasikan Program PUAP
pada 2008, tingkat kemiskinan di Cianjur mengalami penurunan dari 15.38%
(2008) menjadi 14.14% (2009), namun pada 2010 tingkat kemiskinan meningkat
kembali menjadi 14.32% walapun setelah itu menurun kembali (Tabel 1).
Tabel 1 Jumlah dan persentase penduduk miskin di Kabupaten Cianjur
Tahun
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Penduduk Miskin
Jumlah (000)
Persentase (%)
368.6
18.49
388.8
19.05
357.9
17.36
369.4
17.57
415.7
19.81
394.6
18.49
334.3
15.38
311.1
14.14
310.9
14.32
306.6
13.82
292.2
13.18
267,9
12.02
Sumber: BPS, berbagai tahun
Namun demikian, pada tahun-tahun berikutnya tingkat kemiskinan menurun
kembali menjadi 13.82% (2011), 13.18% (2012), dan menjadi 12.02% (2013).
4
Untuk mengkaji dampak program penanggulangan kemiskinan di perdesaan
terhadap pendapatan petani dilakukan studi kasus pelaksanaan Program PUAP di
Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Program PUAP memberikan bantuan modal usaha
bagi petani anggota kelompok tani, yang dikoordinasikan oleh Gabungan
Kelompok Tani (Gapoktan). Program PUAP bertujuan mengurangi kemiskinan dan
pengangguran di perdesaan melalui pengembangan usaha agribisnis yang sesuai
dengan potensi wilayah di perdesaan, meningkatkan kemampuan pelaku usaha
agribisnis, memberdayakan kelembagaan petani dan perdesaan, dan meningkatkan
fungsi kelembagaan ekonomi petani untuk mengakses permodalan. Namun
demikian, pembangunan pertanian tidak hanya menanggulangi kemiskinan di
perdesaan, namun hasilnya akan berdampak positif pula terhadap penanggulangan
kemiskinan di perkotaan melalui pertumbuhan industri di perkotaan (Norton, 2003).
Baik penduduk miskin di perdesaan maupun di perkotaan akan memperoleh
manfaat dengan adanya pembangunan pertanian. Untuk mencapai hal tersebut
diperlukan strategi terbaik dalam penanggulangan kemiskinan di perdesaan.
Sejak Program PUAP digulirkan pada 2008, telah dilakukan berbagai kajian
tentang pelaksanaan Program PUAP. Anggriani (2012) menemukan bahwa dampak
pelaksanaan Program PUAP mengakibatkan peningkatan rata-rata pendapatan
rumah tangga petani penerima PUAP sebesar 12.86%. Namun saat dilakukan uji
beda rata-rata terhadap pendapatan setelah Program PUAP antara kelompok
anggota PUAP dan kelompok non anggota PUAP dihasilkan tidak berbeda nyata.
Oleh karena itu masih diperlukan penelitian untuk mengevaluasi dampak Program
PUAP dengan membandingkan antara kelompok penerima bantuan Program PUAP
(a treatment group) dengan kelompok pembanding (a comparison group) sebelum
dan setelah Program PUAP, sehingga dapat diketahui seberapa besar dampak
Program PUAP. Sementara itu, penelitian lain menunjukkan adanya kelemahan
pelaksanaan Program PUAP. Kamira et al. (2011) menemukan adanya
penyimpangan dalam pelaksanaan penyaluran dana bergulir oleh Gapoktan.
Ariyanti (2011) menemukan bahwa Gapoktan belum berfungsi secara efektif.
Burhansyah (2010) menemukan bahwa kinerja penyaluran dana bantuan langsung
masyarakat PUAP belum optimal. Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk
merumuskan dan memilih strategi terbaik penanggulangan kemiskinan di
perdesaan.
1.2 Perumusan Masalah
Pemerintah telah melakukan berbagai program untuk mengurangi tingkat
kemiskinan di perdesaan, antara lain melalui Program PUAP. Namun tingkat
kemiskinan di perdesaan masih lebih tinggi daripada tingkat kemiskinan di
perkotaan. Oleh karena itu diperlukan penelitian untuk merumuskan strategi terbaik
penanggulangan kemiskinan di perdesaan yang bisa menjawab empat pertanyaan
sebagai berikut:
(1) Apakah Program PUAP memiliki dampak yang nyata terhadap peningkatan
produksi dan pendapatan petani padi?
(2) Faktor-faktor strategis internal dan eksternal apa yang paling berpengaruh
terhadap keberhasilan program penanggulangan kemiskinan di perdesaan?
(3) Strategi kunci penanggulangan kemiskinan apa yang sesuai dengan kondisi
internal dan eksternal yang dihadapi petani di perdesaan?
5
(4) Strategi apakah yang terbaik untuk diterapkan
penanggulangan kemiskinan di perdesaan?
dalam
program
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
(1) menganalisis dampak Program PUAP terhadap produksi dan pendapatan
petani padi;
(2) menganalisis faktor-faktor strategis internal dan eksternal yang paling
berpengaruh terhadap keberhasilan program penanggulangan kemiskinan di
perdesaan;
(3) merumuskan strategi kunci penanggulangan kemiskinan yang sesuai dengan
kondisi internal dan eksternal yang dihadapi petani di perdesaan; dan
(4) menentukan strategi terbaik untuk diterapkan dalam program penanggulangan
kemiskinan di perdesaan.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan usulan-usulan strategi
penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan di perdesaan, yaitu:
(1) usulan perbaikan strategi bagi Pemerintah Pusat maupun Kementerian
Pertanian, dan lembaga terkait lainnya dalam penanggulangan kemiskinan
di perdesaan;
(2) sebagai usulan atau masukan bagi pemerintah kabupaten/kota khususnya
dinas-dinas yang terkait dengan program penanggulangan kemiskinan di
perdesaan; dan
(3) sebagai bahan kajian bagi penelitian yang akan datang tentang
penanggulangan kemiskinan di perdesaan.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian dan Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini tidak mengkaji seluruh program penanggulangan kemiskinan di
perdesaan, namun hanya Program PUAP. Gapoktan yang diteliti tidak mencakup
seluruh Gapoktan yang ada di Kabupaten Cianjur. Wilayah penelitian akan dibatasi
di dua desa di dua kecamatan. Kabupaten yang dipilih adalah Kabupaten Cianjur
sebagai salah satu sentra produksi padi di Jawa Bara sehingga dalam analisis ini,
hanya dibatasi pada kegiatan pada unit usaha tani padi, dengan pertimbangan bahwa
penerima PUAP adalah petani primer dan variabel pada unit usaha yang lain sulit
dikontrol misalnya nilai uang yang berubah-ubah pada usaha simpan pinjam.
Pemilihan jumlah responden, informan, dan lokasi desa penelitian dengan
mempertimbangkan adanya keterbatasan tenaga, waktu, dan biaya.
1.6 Kebaruan Penelitian (Novelty)
Penelitian ini memiliki kebaruan penelitian atau novelty dalam beberapa hal
yang dapat memperkaya kasanah penelitian di Indonesia, yaitu:
(1) Penelitian ini merupakan gabungan antara evaluasi hasil pelaksanaan
program pemerintah dengan perumusan strategi terbaik penanggulangan
6
kemiskinan di perdesaan. Dimana strategi tersebut dapat menjadi solusi
jika dari hasil evaluasi program yang sudah dilaksanakan masih terdapat
banyak kelemahan.
(2) Hasil penelitian ini berupa perumusan strategi terbaik penanggulangan
kemiskinan yang bersifat bottom up.
(3) Di Kabupaten Cianjur, penelitian dengan penggabungan alat analisis
seperti ini baru pertama kali dilakukan, sehingga penelitian ini diharapkan
menjadi bahan penelitian selanjutnya.
7
2 TINJAUAN PUSTAKA
Bab 2 Tinjauan Pustaka berisi tentang konsepsi Program PUAP, konsepsi
kemiskinan, konsepsi dasar penelitian, konsepsi Double Difference, dan konsepsi
Quantitative Strategic Planning Matrix.
2.1 Konsepsi Program PUAP
Salah satu program yang bertujuan pengentasan kemiskinan di perdesaan
adalah Program PUAP di bawah koordinasi Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri (PNPM-Mandiri) dan berada dalam kelompok program
pemberdayaan masyarakat. Program PUAP merupakan bentuk fasilitasi bantuan
modal usaha bagi petani anggota, baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani
maupun rumah tangga tani yang dikoordinasikan oleh gabungan kelompok tani
(Gapoktan).
Gapoktan merupakan kelembagaan tani pelaksana Program PUAP untuk
penyaluran bantuan modal usaha bagi anggota-anggota, dan Gapoktan ini
didampingi oleh tenaga Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani (PMT).
Melalui pelaksanaan Program PUAP diharapkan Gapoktan dapat menjadi
kelembagaan ekonomi yang dimiliki dan dikelola sendiri oleh petani.
Dalam Pedoman Umum PUAP (Kementan, 2010) disebutkan bahwa tujuan
PUAP adalah: (1) Mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui
penumbuhanpengembangan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan sesuai dengan
potensi wilayah; (2) Meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, Pengurus
Gapoktan, Penyuluh dan Penyelia Mitra Tani; (3) Memberdayakan kelembagaan
petani dan perdesaan untuk pengembangan kegiatan usaha agribisnis; dan (4)
Meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra
lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan. Sasaran yang ingin dicapai
adalah: (a) Berkembangnya usaha agribisnis di desa miskin terjangkau sesuai
dengan potensi pertanian desa; (b) Berkembangnya Gapoktan yang dimiliki dan
dikelola oleh petani untuk menjadi kelembagaan ekonomi; (c) Meningkatnya
kesejahteraan rumah tangga tani miskin, petani/peternak (pemilik dan/atau
penggarap) skala kecil, buruh tani; dan (d) Berkembangnya usaha agribisnis petani
yang mempunyai siklus usaha harian, mingguan, maupun musiman.
Ukuran untuk menilai keberhasilan output meliputi: (1) Tersalurkannya dana
BLM PUAP kepada petani, buruh tani dan rumah tangga tani miskin anggota
Gapoktan sebagai modal untuk melakukan usaha produktif pertanian; (2)
Terlaksananya fasilitasi penguatan kapasitas dan kemampuan sumber daya manusia
pengelola Gapoktan, Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani.
Sedangkan indikator keberhasilan outcome mencakup: (1) Meningkatnya
kemampuan Gapoktan dalam memfasilitasi dan mengelola bantuan modal usaha
untuk petani anggota baik pemilik, petani penggarap,buruh tani maupun rumah
tangga tani; (2) Meningkatnya jumlah petani, buruh tani dan rumah tangga tani yang
mendapatkan bantuan modal usaha; (3) Meningkatnya aktivitas kegiatan usaha
agribisnis (hulu, budidaya dan hilir) di perdesaan; (4) Meningkatnya pendapatan
petani (pemilik dan atau penggarap), buruh tani dan rumah tangga tani dalam
berusaha tani sesuai dengan potensi daerah.
8
Pusat Pembiayaan Pertanian Kementan
Pengusulan dana BLM
PUAP
• Maksimal Rp100 juta
• Sesuai dengan RUB
Bank Penyalur Dana
BLM-PUAP
Transfer Dana BLM PUAP ke rekening Gapoktan
DESA PERTANIAN MISKIN
GAPOKTAN SASARAN
• Ditetapkan dg SK Bupati/Walkot dan
SK Mentan
• Dikelola oleh petani
• Memiliki SDM untuk mengelola
usaha agribisnis
• Memiliki kepengurusan yang aktif
• Pengurus bukan aparat desa/kel dan
PNS
• Dibina oleh BPP
PENGENDALIAN DAN
PEMBINAAN
• Tim Pembina Propinsi
• Tim Teknis Kabupaten
• Tim Teknis
Kecamatan
• PMT
• Komite Pengarah
• Penyuluh Pendamping
PETANI SASARAN
• Petani miskin anggota Gapoktan
• Melaksanakan usaha agribisnis
Gambar 2. Mekanisme Penyaluran Dana BLM dan Pengendalian Pelaksanaan
Program PUAP
Untuk indikator benefit dan dampak mencakup: (1) berkembangnya usaha
agribisnis dan usaha ekonomi rumah tangga tani di lokasi desa PUAP; (2)
berfungsinya Gapoktan sebagai lembaga ekonomi petani di perdesaan yang dimiliki
dan dikelola oleh petani; dan (3) berkurangnya jumlah petani miskin dan
pengangguran di perdesaan.
Pemilihan desa dan Gapoktan penerima PUAP dengan kriteria desa berbasis
pertanian, diutamakan desa miskin, memiliki Gapoktan yang sudah berjalan, dan
sudah terbentuk Lembaga Keuangan Mikro-Agribisnis. Sedangkan Gapoktan calon
penerima dana BLM PUAP harus berada pada desa calon lokasi PUAP yang
memenuhi kriteria antara lain: memiliki sumberdaya manusia yang mampu
mengelola usaha agribisnis, mempunyai kepengurusan yang aktif dan dikelola oleh
petani, serta yang menjadi pengurus Gapoktan adalah petani.
Organisasi pelaksana PUAP dibagi atas tingkat wilayah administratif, yaitu
di tingkat pusat, tingkat propinsi, tingkat kabupaten/kota, tingkat kecamatan, dan
tingkat desa. Selain itu, terdapat Penyuluh pendamping yang memberikan
9
bimbingan teknis usaha agribisnis dan Penyelia Mitra Tani yang melakukan
supervisi dan advokasi kelembagaan Gapoktan. Secara skematis, mekanisme
penyaluran dana BLM dan pengendalian pelaksanaan Program PUAP dapat dilihat
pada Gambar 2.
Sedangkan alur pembinaan dan pengendalian PUAP sejak dari pengelolaan
usaha produktif petani dalam kelompok taninya hingga Tim PUAP Pusat dapat
dilihat pada Gambar 3.
Mentan
Tim PUAP Pusat
BPTP
Tim Pembina Prop
PMT
Penyuluh
Pendamping
Tim Teknis Kab
Gapoktan
Tim Teknis Kec
Usaha Produktif Petani
Gambar 3. Alur Pembinaan dan Pengendalian Program PUAP
Cabang-cabang usahatani atau agribisnis yang tergabung ke dalam Gapoktan
mencakup unit usaha sarana dan prasarana, unit usaha tani/produksi, unit usaha jasa
pemasaran, unit usaha pengolahan, dan unit usaha simpan pinjam atau lembaga
keuangan mikro-agribisnis (LKM-A). Penggunaan bantuan langsung masyarakat
(BLM) PUAP dapat digunakan untuk kegiatan produktif, non-produktif, sosial,
maupun pemenuhan kewajiban. Kegiatan produktif merupakan penggunaan
pinjaman dana PUAP untuk modal usaha, kegiatan non-produktif digunakan untuk
kegiatan operasional ataupun inventarisasi, kegiatan sosial untuk pendidikan dan
latihan dan dana sosial, dan pemenuhan kewajiban berupa kegiatan jasa simpanan,
simpanan anggota, dana cadangan, dan pinjaman kepada pihak lain. Sedangkan bila
dilihat dari subsektor pertanian, pemanfaatan dana BLM PUAP digunakan oleh
subsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, dan kegiatan offfarm.
Beberapa definisi penting dalam Peraturan Menteri Pertanian No.
01/Permentan/OT.140/1/2014 tentang Pedoman pengembangan Usaha Agribisnis
Perdesaan Tahun Anggaran 2014 dan sangat berkaitan erat dengan penelitian ini
adalah tentang petani, kelompok tani, desa, perdesaan, dana pendukung, Gabungan
10
Kelompok Tani, penyuluh pendamping, penyelia mitra tani, dan bantuan langsung
masyarakat (BLM) PUAP. Petani adalah perorangan warga negara Indonesia
beserta keluarganya atau korporasi yang mengelola usaha di bidang pertanian yang
meliputi usaha hulu, usaha tani, agroindustri, pemasaran dan jasa penunjang.
Kelompok tani (poktan) adalah kumpulan petani/peternak yang dibentuk atas dasar
kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber
daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota.
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan asal-usul adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam
sistem pemerintahan Negara Kesatuan RI (sebagaimana tercantum pada Peraturan
Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa). Dalam pelaksanaan PUAP yang
dimaksud dengan desa termasuk didalamnya adalah Kelurahan (Kota), Nagari
(Sumatera Barat), Kampung (Papua dan Papua Barat). Perdesaan adalah kawasan
yang secara komparatif memiliki keunggulan sumberdaya alam dan kearifan lokal
(endogeneous knowledge) khususnya pertanian dan keanekaragaman hayati.
Dana pendukung adalah anggaran yang dialokasikan oleh Bupati/Walikota
atau pejabat yang ditunjuk yang bersumber dari APBD Kabupaten/Kota untuk
persiapan, pengawalan dan pembinaan Gapoktan PUAP. Gabungan Kelompok tani
adalah kumpulan beberapa Kelompok Tani yang bergabung dan bekerjasama untuk
meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha.
Penyuluh pendamping adalah penyuluh pertanian yang ditugaskan oleh
Bupati/Walikota atau pejabat yang ditunjuk untuk mendampingi petani, kelompok
tani dan Gapoktan dalam pelaksanaan PUAP. Penyelia mitra tani adalah individu
yang memiliki keahlian di bidang keuangan mikro yang direkrut oleh Kementerian
Pertanian untuk melakukan supervisi dan advokasi kepada Penyuluh dan Pengelola
Gapoktan dalam pengembangan PUAP. Bantuan langsung masyarakat (BLM)
PUAP adalah
PERDESAAN: STUDI KASUS PROGRAM PUAP DI
KABUPATEN CIANJUR
AKHMADI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Strategi Penanggulangan
Kemiskinan di Perdesaan: Studi Kasus Program PUAP di Kabupaten Cianjur
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2016
Akhmadi
NRP H453130391
RINGKASAN
AKHMADI. Strategi Penanggulangan Kemiskinan di Perdesaan: Studi Kasus
Program PUAP di Kabupaten Cianjur. Dibimbing oleh HERMANTO SIREGAR
dan PARULIAN HUTAGAOL.
Pemerintah telah dan sedang melakukan pembangunan di segala bidang,
termasuk di bidang ekonomi, untuk menyejahterakan penduduk agar tercapai citacita masyarakat yang adil dan makmur. Pembangunan ekonomi juga dimaksudkan
untuk menanggulangi kemiskinan dan pemerataan hasil-hasil pembangunan
ekonomi. Dalam penanggulangan kemiskinan, pemerintah telah berupaya melalui
berbagai program yang berbasis bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, dan
pemberdayaan usaha kecil. Hasilnya secara nasional telah terjadi penurunan tingkat
kemiskinan pada kurun waktu 2008-2014 yaitu dari 1.42% pada 2008 menjadi
10.96% pada 2014. Namun jika dilihat berdasarkan wilayah perkotaan dan
perdesaan, tingkat kemiskinan di perdesaan selalu relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan tingkat kemiskinan di perkotaan. Tingkat kemiskinan di perkotaan
mengalami penurunan dari 11.65% pada 2008 menjadi 8.16% pada 2014, dan di
perdesaan juga turun dari 18.93% pada 2008 menjadi 13.76% pada 2014. Dari total
penduduk miskin di Indonesia, sekitar 66% berada di perdesaan dan sekitar 56%
menggantungkan hidupnya dari pertanian. Oleh karena itu perlu dilakukan
pengkajian program-program penanggulangan kemiskinan khususnya di perdesaan
dan selanjutnya merumuskan kembali strategi penanggulangan kemiskinan
sehingga didapatkan strategi terbaik berdasarkan kondisi internal dan eksternal
yang dihadapi petani.
Untuk mengkaji dampak program penanggulangan kemiskinan di perdesaan
terhadap kesejahteraan petani dilakukan studi kasus terhadap pelaksanaan Program
Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (Program PUAP) di Kabupaten
Cianjur. Program PUAP merupakan salah satu program penanggulangan
kemiskinan di perdesaan di bawah koordinasi Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri sebagai program pemberdayaan masyarakat. Program PUAP
memberikan bantuan modal usaha bagi petani anggota kelompok tani, baik petani
pemilik, petani penggarap, buruh tani, maupun rumahtangga tani yang
dikoordinasikan oleh gabungan kelompok tani. Program PUAP merupakan
program yang bertujuan mengurangi kemiskinan dan pengangguran di perdesaan
melalui pengembangan usaha agribisnis yang sesuai dengan potensi wilayah di
perdesaan. Selain itu, program ini juga bertujuan meningkatkan kemampuan pelaku
usaha agribisnis, memberdayakan kelembagaan petani dan perdesaan, dan
meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani untuk mengakses permodalan.
Bentuk kegiatan program ini adalah penyaluran bantuan langsung masyarakat
sebagai tambahan modal kerja untuk usaha sarana prasarana, usaha tani atau
produksi, usaha jasa pemasaran, usaha pengolahan hasil produksi, dan usaha
simpan pinjam.
Untuk menguji dampak Program PUAP terhadap peningkatan produksi padi
dan pendapatan riil petani maka dilakukan penelitian di Kabupaten Cianjur, yaitu
di Desa Jati Kecamatan Bojongpicung yang menerima Program PUAP dan Desa
Jamali Kecamatan Mande yang tidak menerima Program PUAP, serta dianalisis
menggunakan metode Double-Difference. Setelah itu dilakukan analisis faktor-
faktor strategis internal dan eksternal (analisis IFE-EFE) untuk mengetahui
besarnya faktor-faktor kekuatan dan kelemahan internal serta peluang dan ancaman
eksternal yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan program penanggulangan
kemiskinan di perdesaan. Selanjutnya berdasarkan hasil analisis IFE-EFE tersebut
dirumuskan strategi kunci dalam penanggulangan kemiskinan di perdesaan dengan
menggunakan analisis SWOT, dan kemudian dianalisis menggunakan metode
QSPM, yaitu dengan mengelaborasikan strategi kunci dengan faktor-faktor
strategis internal dan eksternal untuk mendapatkan strategi yang terbaik.
Langkah pertama analisis Double-Difference adalah menghitung masingmasing perubahan produksi per hektar dan pendapatan riil petani di Desa Jati dan
Desa Jamali pada tahun 2009 dan tahun 2014. Hasilnya menunjukkan adanya ratarata peningkatan produksi padi per hektar di Desa Jati sebesar 770.22 kg dan begitu
pula di Desa Jamali, ternyata produksi padi per hektar juga meningkat sebesar
129.08 kg. Oleh karena itu untuk mengetahui bagaimana dampak Program PUAP
terhadap peningkatan produksi padi per hektar maka langkah selanjutnya adalah
mendapatkan nilai Double Difference dengan cara menghitung selisih rata-rata
peningkatan produksi padi per hektar di Desa Jati dan rata-rata peningkatan
produksi padi per hektar di Desa Jamali. Hasilnya menunjukkan bahwa nilai
Double-Difference adalah 641.14 kg dan signifikan pada α = 1%.
Rata-rata pendapatan riil petani di kedua desa tersebut juga mengalami
peningkatan. Di Desa Jati, rata-rata peningkatan pendapatan riil petani Rp1 084 616
dan di Desa Jamali sebesar Rp206 258. Dengan demikian nilai Double Difference
yang merupakan selisih antara rata-rata peningkatan pendapatan petani di Desa Jati
dan rata-rata peningkatan pendapatan petani di Desa Jamali sebesar Rp878 358 dan
signifikan pada α = 1%. Hal ini menunjukkan bahwa Program PUAP telah
memberikan dampak signifikan terhadap peningkatan produksi padi per hektar dan
pendapatan petani di Desa Jati masing-masing sebesar 641.14 kg dan Rp878 358
lebih besar dibandingkan dengan produksi padi dan pendapatan petani di Desa
Jamali.
Walaupun analisis Double Difference menunjukkan bahwa Program PUAP
telah berhasil meningkatkan pendapatan petani di Desa Jati, namun rata-rata
pendapatan per kapita petani tersebut ternyata masih berada di bawah garis
kemiskinan. Pendapatan petani di Desa Jati pada 2009 rata-rata sebesar Rp167 986
per kapita naik menjadi Rp261 481 pada 2014. Pada kurun waktu 2009-2014 telah
terjadi kenaikan pendapatan per kapita sebesar 56%, namun kenaikan tersebut
belum cukup untuk melampaui garis kemiskinan Kabupaten Cianjur pada 2014
sebesar Rp280 501.
Oleh karena itu kemudian dilakukan analisis faktor-faktor strategis internal
dan eksternal (analisis IFE-EFE) untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan
internal serta peluang dan ancaman eksternal yang mempengaruhi keberhasilan
program penanggulangan kemiskinan di perdesaan. Hasil analisis IFE-EFE
menunjukkan bahwa faktor weakness (score 1.463) masih lebih dominan daripada
faktor strength (score 1.108) dan faktor threath (score 1.105) lebih dominan
daripada faktor opportunity (score 1.016). Selanjutnya dengan menggunakan
matriks IE diperoleh nilai rata-rata tertimbang IFE sebesar 2.571 dan nilai rata-rata
tertimbang EFE sebesar 2.120. Analisis QSPM disusun setelah perhitungan matriks
IE dan matriks SWOT yang menghasilkan berbagai alternatif strategi. Setelah
melakukan wawancara mendalam dengan informan kunci diperoleh delapan
strategi S-O, S-T, W-O, dan W-T. Alternatif strategi tersebut adalah: Strategi
kesatu, mempromosikan program penyaluran pinjaman kepada petani untuk
mendapatkan dukungan pendanaan misalnya melalui program community social
responsibility. Strategi kedua, meningkatkan peranan lembaga keuangan mikro
agribisnis yang berbadan hukum atau koperasi sebagai marketing agent untuk
meningkatkan market bargaining power menghadapi pasar bebas. Strategi ketiga,
mengoptimalkan peran Penyelia Mitra Tani dalam hal pendampingan dan
pembinaan petani dengan memberikan pelatihan keterampilan kepada PMT secara
intensif dan berkelanjutan. Strategi keempat, adanya penjaminan kredit usaha tani
dari pemerintah kepada perbankan yang menyalurkan kredit kepada petani. Strategi
kelima, mengkoordinasikan program-program Kementan dengan program-program
lembaga terkait seperti Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian
Perdagangan, Kementerian Komunikasi dan Informasi untuk pelatihan dan
pendidikan petani. Strategi keenam, meningkatkan efisiensi produksi petani seperti
dengan land reform atau corporate farming. Strategi ketujuh, penguatan sumber
daya manusia dan kelembagaan gapoktan melalui program pendidikan khusus
pengembangan manajemen agribisnis bagi petani. Strategi kedelapan, penambahan
anggaran untuk program bantuan modal kepada petani terutama di desa-desa miskin
yang belum memperoleh bantuan modal.
Alternatif-alternatif strategi tersebut kemudian dianalisis dengan metode
QSPM, yaitu dengan mengelaborasikan alternatif strategi tersebut dengan faktorfaktor strategis internal dan eksternal untuk mendapatkan strategi yang terbaik.
Hasil perhitungan Total Attractiveness Scores menunjukkan bahwa strategi ketujuh
yaitu penguatan sumberdaya manusia dan kelembagaan petani melalui program
pendidikan khusus pengembangan manajemen agribisnis bagi petani adalah strategi
yang terbaik karena memiliki nilai TAS tertinggi yaitu 5.9726.
Kata kunci: kemiskinan, perdesaan, PUAP, strategi
SUMMARY
AKHMADI. Poverty Alleviation Strategy in Rural Areas: A Case Study of PUAP
Program in Cianjur District. Supervised by HERMANTO SIREGAR and
PARULIAN HUTAGAOL.
National development has been doing by Government of Indonesia with aim to
improve the welfare of its citizens. Economic development is also intended to reduce
poverty rate and equitable distribution of economic development results. The
government has attempted through various poverty reduction programs based on
social assistance, community empowerment, and empowerment-based small
businesses. The result of the economic development has been a decline in the
national poverty rate during the period 2008-2014, from 15.42% in 2008 to 10.96%
in 2014. However, based on urban and rural areas, poverty rate in rural area has
always been relatively higher than poverty rate in urban area in the period 20082015. The poverty rate in urban area has decreased from 11.65% (2008) to 8.16%
(2014). While in rural area of 18.93% (2008) fell to 13.76% (2014). Approximately
66% from the total poor people in Indonesia are in rural areas and about 56% are
depend on agriculture sector. Therefore it is necessary to do a review of the poverty
reduction programs in rural areas, especially for farmers and re-formulate poverty
reduction strategies to obtain the best strategy based on internal and external
conditions faced by farmers in rural areas.
A case study on the implementation of Rural Agribusiness Development
Program (PUAP) in Cianjur, West Java was conducted to assess the impact of
poverty reduction programs in rural areas to the welfare of farmers. PUAP
program is one of the poverty reduction programs in rural areas. PUAP program
aims to reduce poverty and unemployment in rural area through the development
of agribusiness in accordance with the potential of rural regions. The program also
aims to improve the ability of agribusiness, empower institutional of farmers and
rural, and improve the ability farmer institutions to access capital. Forms of this
program activity is the distribution of community grants for additional working
capital for the business of infrastructure, farming or production, business of
marketing services, product processing enterprises, and micro-credit.
To examine the impact of PUAP program in increasing the production and real
income of farmers then do research in Cianjur, West Java, namely at Jati village
(received PUAP Program, a treatment group) and Jamali village (did not receive
PUAP program, a comparison group) using the Double Difference analysis.
Analysis of internal and external strategic factors (IFE-EFE analysis) to determine
the strategic factors of internal (strengths and weaknesses) and the strategic
external factors (opportunities and threats) that will affect to the successful
implementation of poverty reduction programs in rural areas. Furthermore, based
on the analysis of the IFE-EFE then formulated the key strategies to reduce poverty
in rural areas by using SWOT analysis. The key strategies are then elaborated with
the strategic factors internal and external to get the best strategy.
The first step of analysis Double Difference is counting each change in production
and real income of farmers in the Jati and Jamali Villages in 2009 and 2014. The
results indicate an average increase rice production per hectare in Jati Village
amounted to 770.22 kg and so is in Jamali Village amounted to 129.08 kg.
Therefore, to find out how the impact PUAP program for increasing rice production
per hectare then the next step is to get a value Double Difference by calculating the
difference between the average rice production per hectare in Jati Village and
average rice production per hectare in Jamali Village. The result value of Double
Difference is 641.14 kg and significant at α = 1%.
Likewise, for an average increase in real income of farmers in these two
villages. In Jati Village, the average increase of income is Rp1 084 616 and in
Jamali Village, the average real income increase Rp206 258. Thus the Double
Difference value which represents the difference between the average increase in
the income of farmers in Jati Village and the average increase in the income of
farmers in Jamali Village amounted to Rp878 358 and significant at α = 1 % . This
shows that the PUAP Program have a significant impact on increasing rice
production per hectare and the income of farmers in Jati Village respectively
641.14 kg and Rp878 358 higher than the rice production per hectare and the
income of farmers in Jamali Village.
Although the Double-Difference analysis showed that PUAP Program has
increased incomes for farmers, but the average income per capita per month farmer
in Jati Village (Rp261 481) apparently still under the poverty line of Cianjur
District (Rp280 501) in 2014. Therefore then do the analysis of internal and
external strategic factors (IFE-EFE analysis) to determine the strengths and
weaknesses of internal and external opportunities and threats that affect the success
of poverty reduction programs in rural areas. IFE-EFE results of the analysis
showed that the factors weakness (score 1.463) was more dominant than the
strength factor (score 1.108) and threat factor (score 1.105) is more dominant than
the opportunity factor (score 1.016). Furthermore, by using IE matrix obtained that
value of IFE weighted average is 2.571 and value of EFE weighted average is
2.120. This position is in quadrant V means a survival strategy. Based on SWOT
analysis there are eight strategies (S-O, S-T, W-O, and W-T strategies).
Based on in-depth interviews with key informants obtained eight strategies
formulated, namely: first strategy, promote lending program for farmers to obtain
financial support for example through community social responsibility (CSR).
Second strategy, enhance the role of agribusiness microfinance institution (LKMA) which is incorporated or cooperatives institution as marketing agent to improve
market bargaining power face the free market. Third strategy, optimizing the role
of Penyelia Mitra Tani in terms of mentoring and coaching farmers by providing
skills training for PMT intensively and sustained. Forth strategy, farm credit
guarantee from the government to the banks that extend credit to farmers. Fifth
strategies, coordination of Kementan’s programs with programs of related
institutions such as the Ministry of Cooperatives and SMEs, the Ministry of
Commerce, Ministry of Communication and Information for the training and
education of farmers. Sixth strategy, improving the efficiency of production of
farmers as land reform or corporate farming. Seventh strategy, strengthening
human resources and gapoktan institutional through the special education program
development of agribusiness management for farmers. Eighth strategy, additional
budget for capital assistance program for farmers, especially in poor villages that
have not received capital assistance.
Alternatives strategies are then analyzed by the QSPM method by elaborating
the eight strategies with strategic factors internal and external to get the best
strategy. Total Attractiveness Scores calculation results indicate that strategy to
strengthen human resources and institutional of farmer through special education
agribusiness management development is the best strategy because it has the
highest TAS value.
Keywords: poverty, PUAP, rural areas, strategies
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI
PERDESAAN: STUDI KASUS PROGRAM PUAP DI
KABUPATEN CIANJUR
AKHMADI
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
Penguji Luar Komisi pada Tesis: Dr Ir Nunung Nuryartono, MSi
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian ini adalah strategi penanggulangan kemiskinan di
perdesaan, dengan judul Strategi Penanggulangan Kemiskinan di Perdesaan: Studi
Kasus Program PUAP di Kabupaten Cianjur.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Hermanto Siregar,
MEc dan Bapak Prof Dr Ir M Parulian Hutagaol, MS selaku komisi pembimbing
yang telah dengan tekun membimbing dan memberi saran sejak awal pembuatan
proposal hingga penulisan tesis ini selesai, Bapak Dr Ir Nunung Nuryartono, MSi
sebagai penguji luar komisi pada tesis, dan Bapak Prof Dr Ir Sri Hartoyo, MS selaku
Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian yang mengarahkan dan memberikan
masukan yang sangat berharga terhadap tesis ini. Ucapan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada Dr Asep Suryahadi, Direktur The SMERU Research Institute,
yang telah memberikan kesempatan untuk menempuh sekolah bagi penulis di
Sekolah Pascasarjana IPB, teman-teman peneliti dan staf SMERU khususnya
Joseph Natanael ‘Jojo’ Marshan Sihotang, serta Daniel Suryadarma, PhD yang
telah bersedia diskusi tentang tesis ini. Penghargaan penulis sampaikan kepada
Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura, Bapak Ir Zulkarnain
MM, Ibu Soidah SP beserta staf, Bapak H Ir Muhamad Sobur beserta staf, yang
telah memberikan data, informasi, dan ijin penelitian di Desa Jati Kecamatan
Bojongpicung dan Desa Jamali Kecamatan Mande. Terima kasih juga disampaikan
kepada Bapak Usep Achmad Holidin, Ketua Gapoktan Warga Tani dan para
responden di Desa Jati dan Bapak Ate, Ketua Gapoktan Sakinah dan para responden
di Desa Jamali, serta Nophy Primayanti SE, sehingga pengumpulan data dan
informasi yang diperlukan dalam penelitian ini dapat diselesaikan.
Terima kasih juga kami sampaikan kepada Kementerian Pertanian, di
lingkungan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian dan Biro
Perencanaan Sekretariat Jenderal, yang telah memberikan informasi dan data yang
sangat bermanfaat. Khususnya kami sampaikan kepada Bapak Ir Wahyu Budi, MM,
Ibu Ir Ika Purwani, MSi, dan Ir Tri Hartono di Direktorat Pembiayaan Agribisnis,
Ditjen PSP, Bapak Dr Ir Kasdi Subagyono, MSc, Bapak Ir Ahmad Fuadi, MSc,
Bapak Muhammad Ikhsan SE, MM di Biro Perencanaan, Sekretariat Jenderal
Kementerian Pertanian.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh anggota keluarga
khususnya istri dan anak-anak, Ir Anne Kania Dewi, Andi Aryo Wibisono,
Armantyo Dwiatmaja, dan Akmal Ardiansyah, atas segala doa, bantuan, dorongan,
kesabaran, dan kasih sayangnya dalam proses penyelesaian penulisan tesis ini.
Kepada teman-teman mahasiswa Sekolah Pascasarjana Program Magister dan
Doktor Mayor Ilmu Ekonomi Pertanian Angkatan 2013 juga saya ucapkan banyak
terima kasih atas segala kebersamaan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2016
Akhmadi
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Perumusan masalah
1.3 Tujuan penelitian
1.4 Manfaat penelitian
1.5 Ruang lingkup penelitian dan keterbatasan penelitian
1.6 Kebaruan Penelitian (novelty)
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsepsi Program PUAP
2.2 Konsepsi kemiskinan
2.3 Konsepsi dasar penelitian
2.4 Konsepsi Double Difference
2.5 Konsepsi Quantitative Strategic Planning Matrix
2.6 Tinjauan penelitian sebelumnya
3 KERANGKA PEMIKIRAN DAN METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Kerangka pemikiran
3.2 Metodologi penelitian
3.2.1 Lokasi dan waktu penelitian
3.2.2 Metode pengumpulan data
3.2.3 Metode pengambilan sampel
3.2.4 Metode pengolahan dan analisis data
3.2.4.1 Analisis Double Difference
3.2.4.2 Perumusan strategis
4 GAMBARAN UMUM
4.1 Wilayah penelitian
4.1.1 Letak geografis
4.1.2 Penduduk
4.1.3 Gambaran umum Kecamatan Bojongpicung
4.1.4 Gambaran umum Kecamatan Mande
4.2 Kondisi kemiskinan di Kabupaten Cianjur
4.3 Karakteristik responden
4.3.1 Usia responden
4.3.2 Tingkat pendidikan
4.3.3 Pekerjaan
4.3.4 Pendapatan per kapita
4.4 Pelaksanaan Program PUAP di Desa Jati
4.4.1 Keanggotaan
4.4.2 Kelembagaan
4.4.3 Jenis usaha
4.4.4 Modal usaha
4.4.5 Usaha tani padi
iii
iii
iv
1
4
5
5
5
5
7
10
11
13
14
15
17
19
19
19
20
20
21
22
24
24
24
26
28
30
32
32
33
34
35
36
36
37
37
38
40
DAFTAR ISI (lanjutan)
5
6
DAMPAK PROGRAM PUAP TERHADAP PRODUKSI PADI
DAN PENDAPATAN PETANI, SERTA PENENTUAN STRATEGI
TERBAIK PENANGGULANGAN KEMISKINAN
5.1 Dampak program PUAP terhadap produksi padi
5.2 Dampak program PUAP terhadap pendapatan petani
5.3 Identifikasi faktor-faktor strategis internal dan faktor-faktor
strategis eksternal
5.3.1 Faktor-faktor strategis internal
5.3.2 Faktor-faktor strategis eksternal
5.4 Tahap masukan
5.5 Tahap analisis: Matriks SWOT
5.6 Tahap perumusan strategi
5.7 Tahap pengambilan keputusan
5.8 Sistesis temuan penelitian
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
6.3 Saran penelitian lanjutan
42
44
47
47
49
49
53
54
56
58
60
60
61
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Jumlah dan persentase penduduk miskin di Kabupaten Cianjur
Luas wilayah, jumlah desa/kelurahan, dan jumlah penduduk di
Kabupaten Cianjur menurut kecamatan, 2014
Luas wilayah, jumlah dusun, dan jumlah penduduk di Kecamatan
Bojongpicung menurut desa/kelurahan, 2014
Luas wilayah, jumlah dusun, dan jumlah penduduk di Kecamatan
Mande menurut desa/kelurahan, 2014
Nama dan jumlah anggota kelompoktani di Desa Jamali, Kecamatan
Mande, 2012.
Indikator kemiskinan di Kabupaten Cianjur, 2002-2013
Rentang usia responden petani PUAP dan petani non PUAP
Tingkat pendidikan responden petani PUAP dan petani non PUAP
Pengalaman bertani bagi petani PUAP dan petani non PUAP
Pekerjaan lain selain bertani bagi petani PUAP dan petani non
PUAP
Pendapatan per kapita per bulan petani PUAP dan petani non PUAP
Perkembangan jumlah anggota Gapoktan Warga Tani menurut
kelompok tani, 2010-2014
Unit usaha petani Gapoktan Warga Tani, Desa Jati, Kecamatan
Bojongpicung, 2015
Unit usaha petani Gapoktan Warga Tani, Desa Jati, Kecamatan
Bojongpicung, 2015
Rata-rata luas panen di Desa Jati dan Desa Jamali, 2014
Rata-rata nilai produksi, biaya per hektar, dan pendapatan per kektar
petani di Desa Jati dan Jamali, 2009 dan 2014 (ribuan rupiah per
hektar)
Rata-rata perubahan produksi/ha di Desa Jati dan Desa Jamali:
Metode Double Difference
T-test untuk dua sampel dengan varian yang sama (Two-sample t test
with equal variances): perhitungan DD untuk produksi padi per
hektar (kg)
Rata-rata perubahan pendapatan riil petani di Desa Jati dan Desa
Jamali: Metode Double Difference
T-test untuk dua sampel dengan varian yang sama (Two-sample t test
with equal variances): perhitungan DD untuk pendapatan riil (rupiah)
Pendapatan per kapita per bulan di Desa Jati dan Jamali, serta Garis
Kemiskinan Kabupaten Cianjur, 2009 dan 2014 (rupiah)
Matriks Internal Factor Evaluation
Matriks External Factor Evaluation
Matriks Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats
Pemilihan prioritas strategi berdasarkan Total Attractiveness Scores
3
26
27
29
30
31
33
33
34
34
35
36
38
38
40
41
43
43
45
46
47
49
52
54
56
DAFTAR GAMBAR
1
Tingkat kemiskinan di perkotaan dan perdesaan, beberapa tahun
terpilih
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Mekanisme penyaluran dana BLM dan pengendalian pelaksanaan
Program PUAP
Alur pembinaan dan pengendalian Program PUAP
Kerangka kerja konseptual sistem monitoring dan evaluasi
Sumber pendapatan dari kelompok perlakuan dan kelompok kontrol
Pentahapan perumusan QSPM.
Kerangka pemikiran penelitian
Peta Kabupaten Cianjur
Matriks Internal Eksternal (IE)
8
9
12
13
14
18
25
56
DAFTAR LAMPIRAN
1
Perkembangan tingkat kemiskinan di perkotaan dan perdesaan, 19702015
2 Data gapoktan PUAP di Kabupaten Cianjur, 2008-2012
3 Perhitungan Double Difference menggunakan program STATA 13.1
4 Tabel QSPM untuk Strategi ke-1: mempromosikan program bantuan
modal agribisnis untuk mendapatkan dukungan pendanaan dari
perbankan maupun perusahaan swasta (CSR)
5 Tabel QSPM untuk Strategi ke-2: meningkatkan peran
kelembagaan/LKM-A yang berbadan hukum sebagai marketing
agent untuk meningkatkan market bargaining power dan political
lobbying Gapoktan
6 Tabel QSPM untuk Strategi ke-3: Mengoptimalkan peran Penyelia
Mitra Tani (PMT) dalam hal pendampingan dan pembinaan petani
dengan memberikan pelatihan keterampilan kepada PMT secara
intensif dan berkelanjutan
7 Tabel QSPM untuk Strategi ke-4: Adanya penjaminan kredit usaha
tani dari pemerintah kepada perbankan yang menyalurkan kredit
kepada petani
8 Tabel QSPM untuk Strategi ke-5: Mengkoordinasikan programprogram Kementan dengan program-program lembaga terkait seperti
Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Perdagangan,
Kementerian Komunikasi dan Informasi untuk pelatihan dan
pendidikan petani
9 Tabel QSPM untuk Strategi ke-6: Meningkatkan efisiensi produksi
petani seperti dengan land reform atau corporate farming
10 Tabel QSPM untuk Strategi ke-7: Penguatan sumber daya manusia
(SDM) dan kelembagaan gapoktan melalui program pendidikan
khusus pengembangan manajemen agribisnis bagi petani
11 Tabel QSPM untuk Strategi ke-8: Penambahan anggaran untuk
program bantuan modal kepada petani terutama di desa-desa miskin
yang belum memperoleh bantuan modal
66
67
68
71
72
73
74
75
76
77
78
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu tujuan pembangunan yang dilakukan Pemerintah Indonesia di
berbagai sektor adalah untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.
Upaya-upaya pemerintah yang dilakukan dengan berbagai program telah
menunjukkan kecenderungan pertumbuhan ekonomi yang positif. Pertumbuhan
ekonomi yang positif ini juga diiringi dengan pergeseran kontribusi dari sektor
pertanian ke sektor industri dan jasa dalam pembentukan Produk Domestik Bruto
(PDB) nasional. Tingginya pertumbuhan ekonomi ini diiringi pula dengan
pengurangan tingkat kemiskinan secara nasional, baik di perkotaan maupun di
perdesaan. Makna kemiskinan dibedakan menjadi dua macam yaitu kemiskinan
kultural dan kemiskinan struktural. Kemiskinan kultural disebabkan adanya faktorfaktor budaya suatu daerah sehingga seseorang tetap miskin, sedangkan kemiskinan
struktural disebabkan ketidakberdayaan seseorang terhadap sistem atau tatanan
sosial yang tidak adil. Kemiskinan struktural terjadi karena orang atau sekelompok
orang tidak memiliki daya tawar yang kuat terhadap sistem atau tatanan sosial yang
ada, serta tidak adanya akses untuk dapat membebaskan diri dari belenggu tersebut
(BPS, 2009).
Upaya pemerintah untuk menanggulangi kemiskinan bukannya tanpa
masalah. Sebagai konsekuensi perekonomian yang bersifat terbuka, Indonesia tidak
terlepas dari pengaruh ekonomi global. Krisis moneter yang berlanjut menjadi krisis
ekonomi yang melanda Asia pada 1997/1998 berdampak negatif terhadap
pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Krisis ini telah
menyebabkan jumlah penduduk miskin di Indonesia meningkat tajam, baik secara
absolut maupun persentase. Pada tahun 1996 jumlah penduduk miskin sebanyak
34.5 juta jiwa atau 17.65% meningkat menjadi 47.7 juta jiwa atau 23.43% pada
1999, serta berangsur-angsur turun menjadi 17.75% pada 2006, 15.42% pada 2008,
dan bahkan tinggal 10.96% pada 2014. Namun pada 2015 tingkat kemiskinan
meningkat kembali menjadi 11.22% (Gambar 1).
45
40
35
Persen
30
25
Perkotaan
20
Perdesaan
15
Total
10
5
0
1976 1980 1996 1997 1998 2000 2005 2006 2012 2013 2014 2015
Gambar 1. Tingkat kemiskinan di perkotaan dan perdesaan, beberapa tahun terpilih (Sumber:
Lampiran 1).
2
Dengan adanya penurunan tingkat kemiskinan ini, jika dilihat berdasarkan
wilayah perkotaan dan perdesaan, maka tingkat kemiskinan di wilayah perdesaan
masih cukup tinggi. Gambar 1 menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan di wilayah
perdesaan selalu lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat kemiskinan di wilayah
perkotaan. Pada tahun 1970-an hingga awal 1990-an tingkat kemiskinan di wilayah
perkotaan dan perdesaan hampir berimbang, namun setelah terjadinya krisis
ekonomi 1997/1998 tingkat kemiskinan di wilayah perdesaan selalu lebih tinggi
dibandingkan dengan tingkat kemiskinan di wilayah perkotaan. Badan Pusat
Statistik sebagaimana dikutip dalam Permentan No. 1/2014 mencatat bahwa pada
Maret 2013 tingkat kemiskinan turun menjadi 11.37% dibandingkan dengan tingkat
kemiskinan pada 2012 sebesar 11.66%. Persentase penduduk miskin di perkotaan
sebesar 8.60% (2012) menurun menjadi 8.39% (2013), sedangkan penduduk miskin
di perdesaan turun dari 14.70% (2012) menjadi 14.32% (2013). Di Jawa Barat,
Badan Pusat Statistik (BPS, 2010) mencatat bahwa pada 2009 terdapat 41.92 juta
penduduk dan 4.852 juta jiwa diantaranya (11.57%) miskin dan pada 2010 jumlah
penduduknya 43 053 732 jiwa dan 4.716 juta diantaranya (10.93%) miskin.
Data kemiskinan Maret 2009 menunjukkan bahwa jumlah orang miskin di
Indonesia mencapai 32.53 juta jiwa atau 14.15% dari total populasi Indonesia. Di
wilayah perkotaan, tingkat kemiskinan tersebut adalah 13.36% sedangkan di
wilayah perdesaan mencapai 21.90%. Ini menunjukkan bahwa kemiskinan paling
banyak dialami penduduk perdesaan yang pada umumnya adalah petani. Dari total
rakyat miskin di Indonesia, sekitar 66% berada di perdesaan dan sekitar 56%
menggantungkan hidupnya dari pertanian. Dari seluruh penduduk miskin perdesaan
ini ternyata sekitar 90% bekerja, yang berarti mereka bekerja keras, namun tetap
miskin. Padahal selama ini kebijakan pemerintah di bidang pertanian difokuskan
kepada pencapaian swasembada pangan dan stabilitas harga, khususnya untuk
komoditi beras (Godoy dan Dewbre, 2010). Di lain pihak, Anriquez dan Stamoulis
(2007) menilai bahwa sektor pertanian merupakan komponen yang penting dari
ekonomi perdesaan di negara-negara berkembang. Kemiskinan di perdesaan akan
terus menjadi masalah pokok nasional sehingga penanggulangan kemiskinan tetap
menjadi program prioritas untuk tercapainya kesejahteraan sosial bagi masyarakat.
Oleh karena itu pembangunan ekonomi nasional berbasis pertanian dan perdesaan
secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada pengurangan
penduduk miskin.
Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K)
mengkategorikan Program Penanggulangan Kemiskinan ke dalam 4 klaster yaitu
Kluster I, Klaster II, Klaster III, dan Klaster IV. Klater I mencakup kelompok
program penanggulangan kemiskinan bantuan sosial terpadu berbasis keluarga
yang mencakup Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), Program Keluarga
Harapan (PKH), beras untuk keluarga miskin (Raskin), dan bantuan siswa miskin
(BSM). Klaster II mencakup kelompok program penanggulangan kemiskinan
berbasis pemberdayaan masyarakat dengan jenis program yang disebut Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM). Klaster III kelompok program
penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan
kecil yang bertujuan memberikan akses dan penguatan ekonomi kepada usaha
mikro dan kecil diberikan dalam bentuk Kredit Usaha Rakyat (KUR), dan Klaster
IV berupa Program Pro Rakyat yang menyediakan fasilitas dasar bagi masyarakat
miskin dengan harga murah koordinasi pelaksanaan kegiatan sektoral pada wilayah
3
tertentu (TNP2K, 2012). Salah satu program pemerintah untuk mengatasi
kemiskinan di perdesaan adalah Program Pengembangan Usaha Agribisnis
Perdesaan (Program PUAP) yang termasuk ke dalam Klaster II.
Program PUAP merupakan salah satu program pengentasan kemiskinan di
perdesaan di bawah koordinasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Mandiri (PNPM-Mandiri) dan berada dalam kelompok pemberdayaan masyarakat.
Program PUAP memberikan bantuan modal usaha bagi petani anggota kelompok
tani, baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani, maupun rumahtangga tani
yang dikoordinasikan oleh Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Gapoktan
merupakan kelembagaan tani pelaksana PUAP untuk penyaluran bantuan modal
usaha bagi anggota. Dalam pelaksanaan PUAP, Gapoktan didampingi oleh tenaga
Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani (PMT). Tujuan Program PUAP
adalah mengurangi kemiskinan dan pengangguran di perdesaan, meningkatkan
kemampuan pelaku usaha agribisnis, memberdayakan kelembagaan petani, dan
meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani. Banyaknya desa atau gapoktan
di setiap kecamatan di Kabupaten Cianjur yang menerima Program PUAP dari 2008
hingga 2012 disajikan pada Lampiran 2.
Kabupaten Cianjur merupakan salah satu sentra penghasil padi di Jawa Barat.
Provinsi Jawa Barat memiliki tingkat kemiskinan 11.27% yang berada di bawah
garis kemiskinan nasional sebesar 13.33% pada 2010. Dari 26 kabupaten/kota yang
ada di Provinsi Jawa Barat, tingkat kemiskinan di Kabupaten Cianjur sebesar
14.32% yang lebih besar daripada tingkat kemiskinan di Jawa Barat.
Dalam kurun waktu 2002-2013, tingkat kemiskinan di Kabupaten Cianjur
tidak selalu menunjukkan penurunan. Sejak diimplementasikan Program PUAP
pada 2008, tingkat kemiskinan di Cianjur mengalami penurunan dari 15.38%
(2008) menjadi 14.14% (2009), namun pada 2010 tingkat kemiskinan meningkat
kembali menjadi 14.32% walapun setelah itu menurun kembali (Tabel 1).
Tabel 1 Jumlah dan persentase penduduk miskin di Kabupaten Cianjur
Tahun
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Penduduk Miskin
Jumlah (000)
Persentase (%)
368.6
18.49
388.8
19.05
357.9
17.36
369.4
17.57
415.7
19.81
394.6
18.49
334.3
15.38
311.1
14.14
310.9
14.32
306.6
13.82
292.2
13.18
267,9
12.02
Sumber: BPS, berbagai tahun
Namun demikian, pada tahun-tahun berikutnya tingkat kemiskinan menurun
kembali menjadi 13.82% (2011), 13.18% (2012), dan menjadi 12.02% (2013).
4
Untuk mengkaji dampak program penanggulangan kemiskinan di perdesaan
terhadap pendapatan petani dilakukan studi kasus pelaksanaan Program PUAP di
Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Program PUAP memberikan bantuan modal usaha
bagi petani anggota kelompok tani, yang dikoordinasikan oleh Gabungan
Kelompok Tani (Gapoktan). Program PUAP bertujuan mengurangi kemiskinan dan
pengangguran di perdesaan melalui pengembangan usaha agribisnis yang sesuai
dengan potensi wilayah di perdesaan, meningkatkan kemampuan pelaku usaha
agribisnis, memberdayakan kelembagaan petani dan perdesaan, dan meningkatkan
fungsi kelembagaan ekonomi petani untuk mengakses permodalan. Namun
demikian, pembangunan pertanian tidak hanya menanggulangi kemiskinan di
perdesaan, namun hasilnya akan berdampak positif pula terhadap penanggulangan
kemiskinan di perkotaan melalui pertumbuhan industri di perkotaan (Norton, 2003).
Baik penduduk miskin di perdesaan maupun di perkotaan akan memperoleh
manfaat dengan adanya pembangunan pertanian. Untuk mencapai hal tersebut
diperlukan strategi terbaik dalam penanggulangan kemiskinan di perdesaan.
Sejak Program PUAP digulirkan pada 2008, telah dilakukan berbagai kajian
tentang pelaksanaan Program PUAP. Anggriani (2012) menemukan bahwa dampak
pelaksanaan Program PUAP mengakibatkan peningkatan rata-rata pendapatan
rumah tangga petani penerima PUAP sebesar 12.86%. Namun saat dilakukan uji
beda rata-rata terhadap pendapatan setelah Program PUAP antara kelompok
anggota PUAP dan kelompok non anggota PUAP dihasilkan tidak berbeda nyata.
Oleh karena itu masih diperlukan penelitian untuk mengevaluasi dampak Program
PUAP dengan membandingkan antara kelompok penerima bantuan Program PUAP
(a treatment group) dengan kelompok pembanding (a comparison group) sebelum
dan setelah Program PUAP, sehingga dapat diketahui seberapa besar dampak
Program PUAP. Sementara itu, penelitian lain menunjukkan adanya kelemahan
pelaksanaan Program PUAP. Kamira et al. (2011) menemukan adanya
penyimpangan dalam pelaksanaan penyaluran dana bergulir oleh Gapoktan.
Ariyanti (2011) menemukan bahwa Gapoktan belum berfungsi secara efektif.
Burhansyah (2010) menemukan bahwa kinerja penyaluran dana bantuan langsung
masyarakat PUAP belum optimal. Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk
merumuskan dan memilih strategi terbaik penanggulangan kemiskinan di
perdesaan.
1.2 Perumusan Masalah
Pemerintah telah melakukan berbagai program untuk mengurangi tingkat
kemiskinan di perdesaan, antara lain melalui Program PUAP. Namun tingkat
kemiskinan di perdesaan masih lebih tinggi daripada tingkat kemiskinan di
perkotaan. Oleh karena itu diperlukan penelitian untuk merumuskan strategi terbaik
penanggulangan kemiskinan di perdesaan yang bisa menjawab empat pertanyaan
sebagai berikut:
(1) Apakah Program PUAP memiliki dampak yang nyata terhadap peningkatan
produksi dan pendapatan petani padi?
(2) Faktor-faktor strategis internal dan eksternal apa yang paling berpengaruh
terhadap keberhasilan program penanggulangan kemiskinan di perdesaan?
(3) Strategi kunci penanggulangan kemiskinan apa yang sesuai dengan kondisi
internal dan eksternal yang dihadapi petani di perdesaan?
5
(4) Strategi apakah yang terbaik untuk diterapkan
penanggulangan kemiskinan di perdesaan?
dalam
program
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
(1) menganalisis dampak Program PUAP terhadap produksi dan pendapatan
petani padi;
(2) menganalisis faktor-faktor strategis internal dan eksternal yang paling
berpengaruh terhadap keberhasilan program penanggulangan kemiskinan di
perdesaan;
(3) merumuskan strategi kunci penanggulangan kemiskinan yang sesuai dengan
kondisi internal dan eksternal yang dihadapi petani di perdesaan; dan
(4) menentukan strategi terbaik untuk diterapkan dalam program penanggulangan
kemiskinan di perdesaan.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan usulan-usulan strategi
penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan di perdesaan, yaitu:
(1) usulan perbaikan strategi bagi Pemerintah Pusat maupun Kementerian
Pertanian, dan lembaga terkait lainnya dalam penanggulangan kemiskinan
di perdesaan;
(2) sebagai usulan atau masukan bagi pemerintah kabupaten/kota khususnya
dinas-dinas yang terkait dengan program penanggulangan kemiskinan di
perdesaan; dan
(3) sebagai bahan kajian bagi penelitian yang akan datang tentang
penanggulangan kemiskinan di perdesaan.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian dan Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini tidak mengkaji seluruh program penanggulangan kemiskinan di
perdesaan, namun hanya Program PUAP. Gapoktan yang diteliti tidak mencakup
seluruh Gapoktan yang ada di Kabupaten Cianjur. Wilayah penelitian akan dibatasi
di dua desa di dua kecamatan. Kabupaten yang dipilih adalah Kabupaten Cianjur
sebagai salah satu sentra produksi padi di Jawa Bara sehingga dalam analisis ini,
hanya dibatasi pada kegiatan pada unit usaha tani padi, dengan pertimbangan bahwa
penerima PUAP adalah petani primer dan variabel pada unit usaha yang lain sulit
dikontrol misalnya nilai uang yang berubah-ubah pada usaha simpan pinjam.
Pemilihan jumlah responden, informan, dan lokasi desa penelitian dengan
mempertimbangkan adanya keterbatasan tenaga, waktu, dan biaya.
1.6 Kebaruan Penelitian (Novelty)
Penelitian ini memiliki kebaruan penelitian atau novelty dalam beberapa hal
yang dapat memperkaya kasanah penelitian di Indonesia, yaitu:
(1) Penelitian ini merupakan gabungan antara evaluasi hasil pelaksanaan
program pemerintah dengan perumusan strategi terbaik penanggulangan
6
kemiskinan di perdesaan. Dimana strategi tersebut dapat menjadi solusi
jika dari hasil evaluasi program yang sudah dilaksanakan masih terdapat
banyak kelemahan.
(2) Hasil penelitian ini berupa perumusan strategi terbaik penanggulangan
kemiskinan yang bersifat bottom up.
(3) Di Kabupaten Cianjur, penelitian dengan penggabungan alat analisis
seperti ini baru pertama kali dilakukan, sehingga penelitian ini diharapkan
menjadi bahan penelitian selanjutnya.
7
2 TINJAUAN PUSTAKA
Bab 2 Tinjauan Pustaka berisi tentang konsepsi Program PUAP, konsepsi
kemiskinan, konsepsi dasar penelitian, konsepsi Double Difference, dan konsepsi
Quantitative Strategic Planning Matrix.
2.1 Konsepsi Program PUAP
Salah satu program yang bertujuan pengentasan kemiskinan di perdesaan
adalah Program PUAP di bawah koordinasi Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri (PNPM-Mandiri) dan berada dalam kelompok program
pemberdayaan masyarakat. Program PUAP merupakan bentuk fasilitasi bantuan
modal usaha bagi petani anggota, baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani
maupun rumah tangga tani yang dikoordinasikan oleh gabungan kelompok tani
(Gapoktan).
Gapoktan merupakan kelembagaan tani pelaksana Program PUAP untuk
penyaluran bantuan modal usaha bagi anggota-anggota, dan Gapoktan ini
didampingi oleh tenaga Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani (PMT).
Melalui pelaksanaan Program PUAP diharapkan Gapoktan dapat menjadi
kelembagaan ekonomi yang dimiliki dan dikelola sendiri oleh petani.
Dalam Pedoman Umum PUAP (Kementan, 2010) disebutkan bahwa tujuan
PUAP adalah: (1) Mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui
penumbuhanpengembangan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan sesuai dengan
potensi wilayah; (2) Meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, Pengurus
Gapoktan, Penyuluh dan Penyelia Mitra Tani; (3) Memberdayakan kelembagaan
petani dan perdesaan untuk pengembangan kegiatan usaha agribisnis; dan (4)
Meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra
lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan. Sasaran yang ingin dicapai
adalah: (a) Berkembangnya usaha agribisnis di desa miskin terjangkau sesuai
dengan potensi pertanian desa; (b) Berkembangnya Gapoktan yang dimiliki dan
dikelola oleh petani untuk menjadi kelembagaan ekonomi; (c) Meningkatnya
kesejahteraan rumah tangga tani miskin, petani/peternak (pemilik dan/atau
penggarap) skala kecil, buruh tani; dan (d) Berkembangnya usaha agribisnis petani
yang mempunyai siklus usaha harian, mingguan, maupun musiman.
Ukuran untuk menilai keberhasilan output meliputi: (1) Tersalurkannya dana
BLM PUAP kepada petani, buruh tani dan rumah tangga tani miskin anggota
Gapoktan sebagai modal untuk melakukan usaha produktif pertanian; (2)
Terlaksananya fasilitasi penguatan kapasitas dan kemampuan sumber daya manusia
pengelola Gapoktan, Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani.
Sedangkan indikator keberhasilan outcome mencakup: (1) Meningkatnya
kemampuan Gapoktan dalam memfasilitasi dan mengelola bantuan modal usaha
untuk petani anggota baik pemilik, petani penggarap,buruh tani maupun rumah
tangga tani; (2) Meningkatnya jumlah petani, buruh tani dan rumah tangga tani yang
mendapatkan bantuan modal usaha; (3) Meningkatnya aktivitas kegiatan usaha
agribisnis (hulu, budidaya dan hilir) di perdesaan; (4) Meningkatnya pendapatan
petani (pemilik dan atau penggarap), buruh tani dan rumah tangga tani dalam
berusaha tani sesuai dengan potensi daerah.
8
Pusat Pembiayaan Pertanian Kementan
Pengusulan dana BLM
PUAP
• Maksimal Rp100 juta
• Sesuai dengan RUB
Bank Penyalur Dana
BLM-PUAP
Transfer Dana BLM PUAP ke rekening Gapoktan
DESA PERTANIAN MISKIN
GAPOKTAN SASARAN
• Ditetapkan dg SK Bupati/Walkot dan
SK Mentan
• Dikelola oleh petani
• Memiliki SDM untuk mengelola
usaha agribisnis
• Memiliki kepengurusan yang aktif
• Pengurus bukan aparat desa/kel dan
PNS
• Dibina oleh BPP
PENGENDALIAN DAN
PEMBINAAN
• Tim Pembina Propinsi
• Tim Teknis Kabupaten
• Tim Teknis
Kecamatan
• PMT
• Komite Pengarah
• Penyuluh Pendamping
PETANI SASARAN
• Petani miskin anggota Gapoktan
• Melaksanakan usaha agribisnis
Gambar 2. Mekanisme Penyaluran Dana BLM dan Pengendalian Pelaksanaan
Program PUAP
Untuk indikator benefit dan dampak mencakup: (1) berkembangnya usaha
agribisnis dan usaha ekonomi rumah tangga tani di lokasi desa PUAP; (2)
berfungsinya Gapoktan sebagai lembaga ekonomi petani di perdesaan yang dimiliki
dan dikelola oleh petani; dan (3) berkurangnya jumlah petani miskin dan
pengangguran di perdesaan.
Pemilihan desa dan Gapoktan penerima PUAP dengan kriteria desa berbasis
pertanian, diutamakan desa miskin, memiliki Gapoktan yang sudah berjalan, dan
sudah terbentuk Lembaga Keuangan Mikro-Agribisnis. Sedangkan Gapoktan calon
penerima dana BLM PUAP harus berada pada desa calon lokasi PUAP yang
memenuhi kriteria antara lain: memiliki sumberdaya manusia yang mampu
mengelola usaha agribisnis, mempunyai kepengurusan yang aktif dan dikelola oleh
petani, serta yang menjadi pengurus Gapoktan adalah petani.
Organisasi pelaksana PUAP dibagi atas tingkat wilayah administratif, yaitu
di tingkat pusat, tingkat propinsi, tingkat kabupaten/kota, tingkat kecamatan, dan
tingkat desa. Selain itu, terdapat Penyuluh pendamping yang memberikan
9
bimbingan teknis usaha agribisnis dan Penyelia Mitra Tani yang melakukan
supervisi dan advokasi kelembagaan Gapoktan. Secara skematis, mekanisme
penyaluran dana BLM dan pengendalian pelaksanaan Program PUAP dapat dilihat
pada Gambar 2.
Sedangkan alur pembinaan dan pengendalian PUAP sejak dari pengelolaan
usaha produktif petani dalam kelompok taninya hingga Tim PUAP Pusat dapat
dilihat pada Gambar 3.
Mentan
Tim PUAP Pusat
BPTP
Tim Pembina Prop
PMT
Penyuluh
Pendamping
Tim Teknis Kab
Gapoktan
Tim Teknis Kec
Usaha Produktif Petani
Gambar 3. Alur Pembinaan dan Pengendalian Program PUAP
Cabang-cabang usahatani atau agribisnis yang tergabung ke dalam Gapoktan
mencakup unit usaha sarana dan prasarana, unit usaha tani/produksi, unit usaha jasa
pemasaran, unit usaha pengolahan, dan unit usaha simpan pinjam atau lembaga
keuangan mikro-agribisnis (LKM-A). Penggunaan bantuan langsung masyarakat
(BLM) PUAP dapat digunakan untuk kegiatan produktif, non-produktif, sosial,
maupun pemenuhan kewajiban. Kegiatan produktif merupakan penggunaan
pinjaman dana PUAP untuk modal usaha, kegiatan non-produktif digunakan untuk
kegiatan operasional ataupun inventarisasi, kegiatan sosial untuk pendidikan dan
latihan dan dana sosial, dan pemenuhan kewajiban berupa kegiatan jasa simpanan,
simpanan anggota, dana cadangan, dan pinjaman kepada pihak lain. Sedangkan bila
dilihat dari subsektor pertanian, pemanfaatan dana BLM PUAP digunakan oleh
subsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, dan kegiatan offfarm.
Beberapa definisi penting dalam Peraturan Menteri Pertanian No.
01/Permentan/OT.140/1/2014 tentang Pedoman pengembangan Usaha Agribisnis
Perdesaan Tahun Anggaran 2014 dan sangat berkaitan erat dengan penelitian ini
adalah tentang petani, kelompok tani, desa, perdesaan, dana pendukung, Gabungan
10
Kelompok Tani, penyuluh pendamping, penyelia mitra tani, dan bantuan langsung
masyarakat (BLM) PUAP. Petani adalah perorangan warga negara Indonesia
beserta keluarganya atau korporasi yang mengelola usaha di bidang pertanian yang
meliputi usaha hulu, usaha tani, agroindustri, pemasaran dan jasa penunjang.
Kelompok tani (poktan) adalah kumpulan petani/peternak yang dibentuk atas dasar
kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber
daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota.
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan asal-usul adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam
sistem pemerintahan Negara Kesatuan RI (sebagaimana tercantum pada Peraturan
Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa). Dalam pelaksanaan PUAP yang
dimaksud dengan desa termasuk didalamnya adalah Kelurahan (Kota), Nagari
(Sumatera Barat), Kampung (Papua dan Papua Barat). Perdesaan adalah kawasan
yang secara komparatif memiliki keunggulan sumberdaya alam dan kearifan lokal
(endogeneous knowledge) khususnya pertanian dan keanekaragaman hayati.
Dana pendukung adalah anggaran yang dialokasikan oleh Bupati/Walikota
atau pejabat yang ditunjuk yang bersumber dari APBD Kabupaten/Kota untuk
persiapan, pengawalan dan pembinaan Gapoktan PUAP. Gabungan Kelompok tani
adalah kumpulan beberapa Kelompok Tani yang bergabung dan bekerjasama untuk
meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha.
Penyuluh pendamping adalah penyuluh pertanian yang ditugaskan oleh
Bupati/Walikota atau pejabat yang ditunjuk untuk mendampingi petani, kelompok
tani dan Gapoktan dalam pelaksanaan PUAP. Penyelia mitra tani adalah individu
yang memiliki keahlian di bidang keuangan mikro yang direkrut oleh Kementerian
Pertanian untuk melakukan supervisi dan advokasi kepada Penyuluh dan Pengelola
Gapoktan dalam pengembangan PUAP. Bantuan langsung masyarakat (BLM)
PUAP adalah