Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat –Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (PNPM-P2KP) Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kelurahan Sidikalang Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi

(1)

PENGARUH PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT –PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN (PNPM-P2KP) TERHADAP SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI KELURAHAN SIDIKALANG KECAMATAN

SIDIKALANG KABUPATEN DAIRI

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Sosial Universitas Sumatera Utara

Disusun Oleh :

BOBBY RIDWAN SIMAREMARE 060902043

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat dan anugerahNya penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik, meskipun penulis menyadari bahwa hasil dari penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan mengingat waktu, kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki, maka dengan kerendahan hati penulis mengharapkan adanya perbaikan dan penyempurnaan tulisan ini dan tentunya mengharapkan koreksi dan saran dari segenap pembaca sekalian.

Skripsi ini merupakan karya ilmiah yang disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat – Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (PNPM-P2KP) Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat di Kelurahan Sidikalang Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi”.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan bisa selesai tampa bantuan, perhatian dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Baruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.


(3)

3. Bapak Husni Thamrin, S.Sos, MSP, selaku dosen pembimbing yang telah bersedia membimbing, mengarahkan, dan memberikan dukungan serta saran dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen dan Pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara untuk segala ilmu pengetahuan selama perkuliahan dan dengan segala jasa – jasanya.

5. Kepada Pak Posman Matondang selaku koordinator BKM Sehati Kelurahan Sidikalang beserta semua staff yang bersedia memberikan waktu dan tenaga dalam membantu peneliti guna penyelesaian skripsi ini. 6. Kepada Pak Rumapea selaku koordinator PNPM-P2KP Kabupaten Dairi 7. Buat Kedua Orang Tua saya, Bapak S.Simaremare (orang paling

kukagumi di dunia) dan Emak P.D. Hutapea (orang paling kusayangi di dunia) yang telah melahirkan, membesarkan juga memberikan motivasi dan bantuan materil selama perkuliahan hingga ke tahap penyelesaian skripsi ini. Juga kakak ku, K’ Ester yang selalu memberikan perhatian dan dukungan kepada peneliti, adek ku Siska yang pintar, baik, lucu dan pengertian tapi sedikit manja, dan adek ku Friska yang pintar dan agak keras kepala(memang anak jaman sekarang).

8. Buat sahabat – sahabat stambuk 2006, Dikky, Rahmad, Joko, Manuk, Nobel, Dear, Jupri, Forman, Anwar, Ari, Ananta, Ando, Lista, Irene, Nora, Mita, Yomeini, Alex, Ivan, Dahran, Hermanto, Beni, Halim, Mustakim,s Andi dan teman – teman 2006 yang tidak dapat disebutkan namanya satu


(4)

persatu semoga berhasil buat kita semua dan terima kasih buat kebersamaan kalian.

9. Buat sahabat – sahabat stambuk 2007, Frans dan Yohana(kawan revisi skripsi mulai dari seminar sampai sidang), Alfersi, Lae Pet, Castri, Novanta, Lidya, Cristy, Lukas, Andri, Riswan, Septian, Dedi, Sunario dan teman – teman 2007 yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu terima kasih buat kebersamaannya.

10. Buat sahabat – sahabat AMPARA mulai dari Senior dan Junior (Ampara yang kuat adalah Ampara yang bersatu) terima kasih buat sahabat di waktu duka dan suka.

11. Buat sahabat – sahabat senior dan junior di IMIKS dan GMKI Khususnya yang membentuk karakter dan pandangan hidup ku mengenai keunikan sang kepala gerakan.

12. Buat teman – teman yang tidak tersebutkan namanya yang sudah mendukung dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, saya ucapkan terima kasih buat kalian semua.

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini. Untuk itu sangat diharapkan saran dan kritik guna menyempurnakannya. Penulis berharap semoga skipsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, February 2011 Penulis


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... ii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ...vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

1.5. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Program ... 10

2.2. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat-Program Pemberdayaan Keluarga Miskin di Perkotaan (PNPM-P2KP) ………..…. 11

2.2.1. Latar Belakang ………. 11

2.2.2. Tujuan ……….. 13

2.2.3. Sasaran ………. 13

2.2.4. Prinsip ……….. 14

2.2.5. Sasaran penerima bantuan PNPM-P2KP ………. 15

2.2.6. Pelaksanaan PNPM-P2KP ………17


(6)

2.2.9. Pinjaman Dana Bergulir ……….. 27

2.2.9.1. Dasar – dasar pengelolaan pinjaman dana bergulir ………... 30

2.2.9.2. Aturan pokok perguliran ………. 31

2.2.9.3. Mekanisme perguliran ……… 32

2.3. Sosial Ekonomi Masyarakat ...33

2.4. Masyarakat ... 35

2.4.1. Pengertian masyarakat ... 35

2.4.2. Masyarakat dan macamnya ... 35

2.4.3. Asal masyarakat ... 36

2.5. Konsep – konsep kesejahteraan sosial ... 37

2.5.1. Kesejahteraan Sosial ... 37

2.5.2. Tujuan pekerjaan sosial ... 38

2.5.3. Peranan pekerja sosial ... 39

2.5.4. Kemiskinan ... 41

2.5.5. Pemberdayaan masyarakat ... 44

2.6. Kerangka Pemikiran ... 46

2.7. Defenisi Konsep ... 52

2.8. Defenisi Operasional ... 53

2.9. Hipotesis ... 57

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian ... 58

3.2. Lokasi Penelitian ... 58

3.3. Populasi dan Sampel ... 59

3.3.1. Populasi ... 59

3.3.2. Sampel ... 59

3.4. Teknik Penarikan Sampel ... 60


(7)

3.6.2. Regresi Uji Signifikan (uji t) ... 63

3.6.3. Koefisien Determinasi ... 63

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1. Keadaan Geografis ... 64

4.1.1. Gambaran Umum Kelurahan Sidikalang ... 64

4.1.2. Luas Wilayah dan Penggunaan Tanah ... 64

4.2. Keadaan Demografis ... 65

4.3. Keadaan Sosial, Ekonomi dan Budaya ... 67

BAB V ANALISA DATA 5.1. Analisis Deskriptif ... 71

5.1.1. Identitas dan Karakteristik Responden ... 71

5.1.2. Deskriptif Variabel ... 75

5.1.3. PNPM-P2KP (variabel x)... 76

5.1.4. Sosial Ekonomi Masyarakat (variabel y) ... 84

5.2. Analisis Data Kuantitatif ... 93

5.2.1. Analisis Regresi Linear... 94

5.2.2. Korelasi Product Moment ... 96

5.3. Pengujian Hipotesis ... 97

5.3.1. Analisi Data Uji Signifikan Parsial ... 98

5.3.1. Koefisien Determinasi ... 98

BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan ... 100

6.2. Saran ... 102

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

BAB IV Tabel 4.1 Distribusi Wilayah dan Penggunaan Tanah... 65

Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin... 65

Tabel 4.3 Distribusi Mata Pencaharian... 66

Tabel 4.4 Distribusi Jenis Agama... 67

Tabel 4.5 Distribusi Sarana Ibadah... 68

Tabel 4.6 Distribusi Prasarana Pendidikan... 69

Tabel 4.7 Distribusi Prasarana Kesehatan... 69


(9)

BAB V Tabel 5.1 Distribusi Menurut Usia... 71

Tabel 5.2 Distribusi Menurut Jenis Kelamin... 72

Tabel 5.3 Distribusi Menurut Agama... 73

Tabel 5.4 Distribusi Menurut Pendidikan... 73

Tabel 5.5 Distribusi Menurut Suku... 74

Tabel 5.6 Distribusi Menurut Jumlah Anak... 74

Tabel 5.7 Distribusi Mengetahui Program PNPM-P2KP... 76

Tabel 5.8 Distribusi Pemilihan Peserta Program Tepat Sasaran ... 77

Tabel 5.9 Distribusi Dana Yang Diberikan Kepada Peserta Tepat... 78

Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Kehadiran Dalam Sosialisasi... 79

Tabel 5.11 Distribusi Manfaat Sosialisasi Dalam Penerapan Program PNPM-P2KP ... 79

Tabel 5.12 Distribusi Pendapatan Meningkat Setelah Menerapkan Program PNPM-P2KP...80

Tabel 5.13 Distribusi Keuntungan Setelah Mengikuti Program PNPM- P2KP... 81

Tabel 5.14 Distribusi Program PNPM-P2KP Bermanfaat Dalam Meningkatkan Pendapatan Ekonomi... 81

Tabel 5.15 Distribusi Menerima Hukuman Dalam Pelaksanaan Program PNPM-P2KP... 82

Tabel 5.16 Distribusi Tanggapan Tentang Program PNPM-P2KP... 83

Tabel 5.17 Distribusi Penghasilan Perbulan...84 Tabel 5.18 Distribusi Pendapatan Mempunyai Sisa Setiap Bulannya.84


(10)

Tabel 5.19 Distribusi Responden Memiliki Tabungan... 85

Tabel 5.20 Distribusi Pemenuhan Pokok Sehari-hari Karena MengikutiPNPM-P2KP ... 86

Tabel 5.21 Distribusi Status Rumah Yang Dimiliki ... 86

Tabel 5.22 Distribusi Tipe Bangunan Rumah Yang Dimiliki... 87

Tabel 5.23 Distribusi Kemampuan Berobat Setelah Mengikuti Program PNPM-P2KP... 87

Tabel 5.24 Distribusi Tempat Berobat Kalau Sakit... 88

Tabel 5.25 Distribusi Tingkat Pendidikan Tertinggi Anak... 88

Tabel 5.26 Distribusi Pekerjaan Anak di Luar Sekolah... 89

Tabel 5.27 Distribusi Kegiatan Belajar Rutin Yang Diikuti Anak Di Luar Sekolah... 90

Tabel 5.28 Distribusi Program PNPM-P2KP Membantu Untuk Membiayai Sekolah Anak... 90

Tabel 5.29 Distribusi Jumlah Makan Dalam Sehari... 91

Tabel 5.30 Distribusi Kemampuan Membeli Pakaian Baru Dalam Setahun... 91


(11)

DAFTAR GAMBAR


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel Data Untuk Persamaan Variabel X (Program PNPM-P2KP). Lampiran 2. Tabel Data Untuk Persamaan Variabel Y (Sosial Ekonomi). Lampiran 3. Tabel Data Data Untuk Perhitungan Persamaan Regresi Hipotesis

Penelitian.

Lampiran 4. Tabel Data Critical Values for t


(13)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Bobby Ridwan Simaremare

NIM : 060902043

ABSTRAK

Pengaruh Program PNPM-P2KP Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Kelurahan Sidikalang Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi

(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 101 halaman, 39 tabel, 13 kepustakaan serta lampiran)

Tingkat ketidakmerataan pendapatan penduduk di seluruh Propinsi di Indonesia menurut Bank Dunia tergolong rendah. Melihat tingkat kesejahteraan penduduk di suatu daerah dapat melalui pola konsumsi penduduk daerah bersangkutan. Kondisi ketidakmerataan pendapatan tersebut menimbulkan pembagian golongan yaitu golongan ekonomi kuat, ekonomi sedang, dan ekonomi rendah. Di Indonesia total penduduk yang tergolong ekonomi rendah lebih banyak, untuk penduduk yang tergolong ekonomi rendah terdapat predikat miskin atau menderita kemiskinan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar hubungan Program PNPM-P2KP terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat di Kelurahan Sidikalang. Metode penelitian yang digunakan adalah Explanatory Research yaitu untuk menguji hubungan antara Program PNPM-P2KP (variabel x) dengan Sosial Ekonomi (variabel y). Sampel dalam penelitian ini berjumlah 50 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner, wawancara dan observasi. Analisis penelitian menggunakan analisis korelasi product moment Pearson dan Koefisien determinasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Program PNPM-P2KP memiliki hubungan yang sangat rendah sekali dengan Sosial ekonomi masyarakat. Hal ini terbukti dari hasil perhitungan dimana r = 0,037. Sementara Koefisien determinasi


(14)

diperoleh adalah 0,1369 % dan sisanya 99,87% dipengaruhi oleh faktor lain di luar penelitian ini.

Besar pengaruh Program PNPM-P2KP (variabel x) terhadap Sosial ekonomi masyarakat (variabel y) maka diperoleh Y=29,24+0,100X , artinya bila Program PNPM-P2KP dinaikkan 1 kali maka Sosial ekonomi masyarakat akan meningkat sebesar 29,34. Maka dapat disimpulkan bahwa semakin besar pengaruh Program PNPM-P2KP maka Sosial ekonomi masyarakat akan semakin meningkat.


(15)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITIC SCIENCE DEPARTEMENT OF SOCIAL WELFARE

Name : Bobby Ridwan Simaremare NIM : 060902043

ABSTRACT

Effect of PNPM-P2KP Against Socioeconomic Sidikalang Village Sidikalang Community Dairi of District (This thesis is composed of 6 chapters, 101 pages, 39 tables, 13 literature and attachments)

The level of income inequality in the population in all provinces in Indonesia by the World Bank's low. Given the level of welfare of the population in a region can through the consumption patterns of local residents concerned. Condition of income inequality which creates a division of the economically powerful groups, namely, the economy, and low economic. In Indonesia's total population belonging to lower socioeconomic more, to people belonging to lower socioeconomic there are poor or suffering from poverty predicate.

This study aims to find out how much the relationship PNPM-P2KP of Social Economics at the Village Community Sidikalang. The method used is the explanatory Research is to examine the relationship between program PNPM-P2KP (variable x) with the Social Economy (variable y). The sample in this study amounted to 50 people.Techniques of data collection using questionnaires, interviews and observation. Research analysis using Pearson product moment correlation analysis and coefficient of determination.

The results showed that PNPM-P2KP have a very low once the Social economic community. This is evident from the calculation where r = 0.037. While the coefficient of determination obtained is 0.1369% and the remaining 99.87% influenced by other factors beyond this study.

Large influence PNPM-P2KP (variable x) to the local economy Social (variable y) is obtained: Y = 29.24 +0.100 X, does it mean when PNPM-P2KP raised 1 times the Socio economic community will increase by 29.34. Then it can


(16)

be concluded that the greater the influence of the PNPM Socio-economic P2KP society will increase.


(17)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Bobby Ridwan Simaremare

NIM : 060902043

ABSTRAK

Pengaruh Program PNPM-P2KP Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Kelurahan Sidikalang Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi

(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 101 halaman, 39 tabel, 13 kepustakaan serta lampiran)

Tingkat ketidakmerataan pendapatan penduduk di seluruh Propinsi di Indonesia menurut Bank Dunia tergolong rendah. Melihat tingkat kesejahteraan penduduk di suatu daerah dapat melalui pola konsumsi penduduk daerah bersangkutan. Kondisi ketidakmerataan pendapatan tersebut menimbulkan pembagian golongan yaitu golongan ekonomi kuat, ekonomi sedang, dan ekonomi rendah. Di Indonesia total penduduk yang tergolong ekonomi rendah lebih banyak, untuk penduduk yang tergolong ekonomi rendah terdapat predikat miskin atau menderita kemiskinan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar hubungan Program PNPM-P2KP terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat di Kelurahan Sidikalang. Metode penelitian yang digunakan adalah Explanatory Research yaitu untuk menguji hubungan antara Program PNPM-P2KP (variabel x) dengan Sosial Ekonomi (variabel y). Sampel dalam penelitian ini berjumlah 50 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner, wawancara dan observasi. Analisis penelitian menggunakan analisis korelasi product moment Pearson dan Koefisien determinasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Program PNPM-P2KP memiliki hubungan yang sangat rendah sekali dengan Sosial ekonomi masyarakat. Hal ini terbukti dari hasil perhitungan dimana r = 0,037. Sementara Koefisien determinasi


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir di tengah-tengah masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Kemiskinan senantiasa menarik perhatian berbagai kalangan, baik para akademisi maupun para praktisi. Berbagai teori, konsep dan pendekatan pun terus menerus dikembangkan untuk menyibak tirai dan misteri kemiskinan ini. Di Indonesia masalah kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa relevan untuk dikaji terus-menerus. Ini bukan saja karena masalah kemiskinan telah ada sejak lama dan masih hadir di tengah-tengah kita saat ini, melainkan pula karena kini gejalanya semakin meningkat sejalan dengan krisis multidimensional yang masih dihadapi oleh bangsa Indonesia (Suharto, 2006:131).

Defenisi kemiskinan terbagi atas tiga yaitu kemiskinan relatif, kemiskinan absolut, kemiskinan struktural dan kultural. Kemiskinan relatif merupakan kondisi masyarakat karena kebijakan pembangunan yang belum mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan distribusi pendapatan. Kemiskinan secara absolut ditentukan berdasarkan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan pokok minimum. Kemiskinan struktural dan kultural merupakan kemiskinan yang disebabkan kondisi struktur dan faktor-faktor adat


(19)

2009:43). Masalah kemiskinan merupakan masalah nasional, Karena masalah ini merupakan sumber muncul dan berkembangnya masalah sosial lainnya seperti anak terlantar, anak jalanan, gelandangan, pengemis, keluarga berumah tak layak huni, tuna susila, dan sebagainya. Karena itu, masalah kemiskinan merupakan masalah yang harus ditangani secara serius baik oleh pemerintah maupun masyarakat.

Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2009 sebesar 32,53 juta (14,15 %). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan Maret 2008 yang berjumlah 34,96 juta (15,42 %) berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 2,43 juta.Selama periode Maret 2008-Maret 2009, penduduk miskin di daerah perdesan berkurang 1,57 juta, sementara di daerah perkotaan berkurang 0,86 juta(BPS, 2009).

Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilaksanakan pada bulan Maret 2009 menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Utara sebanyak 1.499.700 orang atau sebesar 11,51 % terhadap jumlah penduduk. Kondisi ini masih lebih baik jika dibandingkan dengan tahun 2008 yang jumlah sebanyak 1.613.800 orang. Dengan demikian ada penurunan jumlah penduduk miskin sebanyak 114.100 orang atau sebesar 1,04 %. Penurunan jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara mengindikasikan bahwa dampak dari program penanggulangan kemiskinan yang dilakukan oleh pemerintah cukup berperan dalam menurunkan penduduk miskin di daerah ini (BPS Sumut,2009).

Kemiskinan masih menjadi masalah nasional yang serius, begitu juga dengan Sumatera Utara tercatat pada tahun 2009 jumlah kemiskinan di Sumatera


(20)

Utara 1.480.877 jiwa. Belum lagi penyandang masalah sosial lainnya seperti rumah tidak layak huni 157.505 buah, dan anak jermal 1.184, dan keluarga rentan 88.542 jiwa. Dinas Kesejahteraan dan Sosial Sumatera Utara mencatat pada tahun 2009 jumlah penyandang masalah sosial sebesar 2.458.803. Melihat permasalahan tersebut, masalah kimiskinan perlu ditangani secara lintas sektoral, berkesinambungan, dan sinergis. Upaya penanggulangan masalah kesejahteraan sosial telah menjadi bagian dari pelaksanaan mandat UUD 1945 yang diterjemahkan ke dalam berbagai agenda pembangunan Negara. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) misalnya, pemerintah telah menetapkan penanggulangan kemiskinan sebagai salah satu prioritas utama pembangunan untuk tahun 2004-2009(PTO,2007:1).

Berbagai cara yang dilakukan untuk mengatasi masalah kemiskinan dengan menghabiskan dana yang sangat besar. Di Indonesia saja, biaya penanggulangan kemiskinan terus meningkat dari tahun ke tahun dari sebesar Rp 18 triliun pada tahun 2004 menjadi Rp 23 triliun pada tahun 2005. Pada tahun 2006, anggaran ini melonjak hampir dua kali lipat menjadi Rp 42 triliun dan untuk tahun 2007 dialokasikan sebesar Rp 51 triliun (Suharto, 2006:72).

Berbagai program nasional juga sudah banyak dikeluarkan pemerintah salah satunya adalah PNPM-P2KP. Program Penggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah dalam menanggulangi kemiskinan secara bekelanjutan. Program ini sangat strategis


(21)

Kepimpinan Masyarakat” yang representatif, mengakar dan kondusif bagi perkembangan modal sosial (social capital) masyarakat di masa mendatang serta menyiapkan program masyarakat jangka menengah dalam penaggulangan kemiskinan yang menjadi pengikat dalam kemitraan masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat.

Lembaga kepimpinan masyarakat yang mengakar, representatif dan dipercaya tersebut (secara generik disebut Badan atau Lembaga Keswadayaan Masyarakat atau disingkat BKM/LKM) dibentuk melalui kesadaran kritis masyarakat untuk menggali kembali nilai-nilai luhur kemnusiaan dan nilai-nilai kemasyarakatan sebagai pondasi modal sosial kehidupan masyarakat.

BKM/LKM ini diharapkan mampu menjadi wadah perjuangan kaum miskin dalam menyuarakan aspirasi dan kebutuhan mereka, sekaligus menjadi motor bagi upaya penanggulangan kemiskinan yang dijalankan oleh masyarakat secara mandiri dan berkelanjutan, mulai dari proses penentuan kebutuhan, pengambilan keputusan, proses penyusunan program, pelaksanaan program hingga pemanfaatan dan pemeliharaan. Tiap BKM/LKM bersama masyarakat melakukan proses perencanaan partisipatif dengan menyusun Perencanaan Jangka Menengah dan Rencana Tahunan Program Penanggulangan Kemiskinan (yang kemudian lebih dikenal sebagai PJM dan Renta Pronagkis), sebagai prakarsa masyarakat untuk menanggulangi kemiskinan di wilayahnya secara mandiri. Atas aflisiasi pemerintah dan prakarsa masyarakat, LKM-LKM ini mulai menjalin kemitraan dengan berbagai instansi pemerintah dan kelompok peduli setempat.


(22)

Sejak pelaksanaan P2KP-1 hingga pelaksanaan P2KP-3 telah terbentuk sekitar 6.405 LKM yang tersebar di 1.125 kecamatan di 235 kota/kabupaten, telah memunculkan lebih dari 291.000 relawan-relawan dari masyarakat setempat, serta telah mencakup 18,9 juta orang pemanfaat (penduduk miskin) melalui 243.838 KSM.

Tahun 2008 secara penuh P2KP menjadi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM Mandiri Perkotaan). Sebagai bagian dari PNPM Mandiri maka tujuan, prinsip dan pendekatan yang ditetapkan dalam PNPM Mandiri juga menjadi tujuan, prinsip dan pendekatan PNPM Mandiri Perkotaan begitu juga nama generik lembaga kepimpinan masyarakat berubah dari Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) menjadi Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM).

Tujuan umum PNPM Mandiri Perkotaan yaitu meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri, dengan demikian secara khusus tujuan PNPM Mandiri Perkotaan adalah masyarakat di kelurahan peserta program menikmati perbaikan sosial ekonomi dan tatapemerintahan lokal.

Berbagai program kemiskinan terdahulu yang bersifat parsial, sektoral, dan kedermawanan dalam kenyataannya sering justru menghasilkan kondisi yang kurang menguntungkan, misalnya salah sasaran, terciptanya benih-benih fragmentasi sosial dan melemahkan modal sosial yang ada di masyarakat (gotong royong, kepedulian, musyawarah, keswadayaan). Lemahnya modal sosial pada


(23)

dari semangat kemandirian, kebersamaan, dan kepedulian untuk mengatasi persoalannya secara bersama. Kondisi modal sosial masyarakat yang melemah serta memudar tersebut salah satunya disebabkan oleh keputusan, kebijakan, dan tindakan dari pengelola program kemiskinan dan peminpin-pemimpin masyarakat yang selama ini cenderung tidak adil, tidak transparan, dan tidak tanggunggugat. Sehingga menimbulkan kecurigaan, ketidakpedulian, dan skeptisme masyarakat.

Keputusan, kebijakan, dan tindakan yang tidak adil ini banyak terjadi dimana lembaga kepimpinan masyarakat yang ada belum berdaya, karena diurus oleh orang-orang yang tidak berdaya sehingga tidak mampu menerapkan nilai-nilai luhur dalm kebijakan-kebijakan yang diputuskannya. PNPM Mandiri Perkotaan sebagai kelanjutan P2KP memahami bahwa kemiskinan adalah adalah akibat dan akar penyebab kemiskinan yang sebenarnya adalah kondisi masyarakat utamanya para pemimpin yang belum berdaya sehingga tidak mampu menerapakan nilai-nilai luhur dalam setiap keputusan dan tindakan yang dilakukan.

Maka dari itu sejak tahun 2006 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Dairi berusaha untuk menanggulangi permasalahan kemiskinan tersebut melalui PNPM-P2KP (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat – Program Pemberdayaan Kemiskinan di Perkotaan).

Hubungan antara Kecamatan Sidikalang dengan Kabupaten Dairi, Kecamatan Sidikalang merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Dairi. Kelurahan Sidikalang merupakan bagian dari Kecamatan Sidikalang dan menerima program PNPM-P2KP.


(24)

Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih lanjut masalah tersebut dalam bentuk skripsi dengan judul:Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat – Program permberdayaan Kemiskinan di Perkotaan (PNPM-P2KP) Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat di Kelurahan Sidikalang Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang sebelumnya maka yang menjadi permasalahan adalah Bagaimana Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat–Program permberdayaan Kemiskinan di Perkotaan (PNPM-P2KP) Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat di Kelurahan Sidikalang Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi ?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini diselenggarakan dengan tujuan: Untuk mengetahui Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat–Program permberdayaan Kemiskinan di Perkotaan (PNPM-P2KP) Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat di Kelurahan Sidikalang Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi.


(25)

1.4Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut : 1) Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan bagi instansi terkait

dan sumber informasi bagi pemerintah guna peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui program penanggulangan fakir miskin lewat PNPM-P2KP khususnya masyarakat yang menjadi binaan BAPPEDA Kabupaten Dairi.

2) Secara pribadi untuk menerapkan ilmu-ilmu yang diperoleh sebagai mahasiswa Departemen Kesejahteraan Sosial FISIP USU serta menambah wawasan keilmuan dan pengalaman bagi peneliti.

3) Bagi Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, penelitian diharapkan dapat menambah referensi dan sebagai bahan kajian dan perbandingan bagi para mahasiswa yang tertarik terhadap pengaruh kegiatan PNPM-P2KP.


(26)

1.5Sistematika Penulisan

Adapun sistematika dalam penelitian ini sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, ruang lingkup masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan uraian dan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional, juga hipotesis.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi, teknik pengumpulan data dan teknik analisa data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian yang berhubungan dengan masalah objek yang akan diteliti.

BAB V : ANALISA DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian dan analisisnya.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran atas penelitian yang telah dilakukan.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Program

Program adalah unsur pertama yang harus ada demi terciptanya suatu kegiatan. Di dalam program dibuat beberapa aspek, disebutkan bahwa di dalam setiap program dijelaskan mengenai :

1) Tujuan kegiatan yang akan dicapai

2) Kegiatan yang diambil dalam mencapai tujuan

3) Aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui 4) Perkiraan anggaran yang dibutuhkan

5) Strategi pelaksanaan

Melalui program, maka segala bentuk rencana akan lebih terorganisir dan lebih mudah untuk dioperasionalkan. Hal ini sesuai dengan pengertian program yang diuraikan. Suatu program adalah kumpulan proyek-proyek yang berhubungan telah dirancang untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang harmonis dan secara integral untuk mencapai sasaran kebijaksanaan tersebut secara keseluruhan.

Menurut Charles O.Jones, pengertian program adalah cara yang disahkan untuk mencapai tujuan, beberapa karakteristik tertentu yang dapat membantu seseorang untuk mengidentifikasi suatu aktivitas sebagai program atau tidak yaitu

1) Program cenderung membutuhkan staf, misalnya untuk melaksanakan atau sebagai pelaku program.


(28)

2) Program biasanya memiliki anggaran tersendiri, program kadang bisa juga diidentifikasikan melalui anggaran.

3) Program memiliki identitas sendiri, yang bila berjalan secara efektif dapat diakui oleh publik.

Program terbaik di dunia adalah program yang didasarkan pada model teoritis yang jelas, yakni : sebelum menentukan masalah sosial yang ingin diatasi dan memulai melakukan intervensi, maka sebelumnya harus ada pemikiran yang serius terhadap bagaimana dan mengapa masalah itu terjadi dan apa yang menjadi solusi terbaik (Jones,1996:295).

2.2 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat-Program Pemberdayaan Keluarga Miskin di Perkotaan (PNPM-P2KP)

2.2.1 Latar Belakang

Program Penggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah dalam menanggulangi kemiskinan secara bekelanjutan. Program ini sangat strategis karena menyiapkan landasan kemandirian masyarakat berupa “Lembaga Kepimpinan Masyarakat” yang representatif, mengakar dan kondusif bagi perkembangan modal sosial masyarakat di masa mendatang serta menyiapkan program masyarakat jangka menengah dalam penaggulangan kemiskinan yang menjadi pengikat dalam kemitraan masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat.


(29)

Lembaga Kepimpinan Masyarakat yang mengakar, representatif dan dipercaya tersebut (secara generik disebut Badan atau Lembaga Keswadayaan Masyarakat atau disingkat BKM/LKM) dibentuk melalui kesadaran kritis masyarakat untuk menggali kembali nilai-nilai luhur kemnusiaan dan nilai-nilai kemasyarakatan sebagi pondasi modal sosial kehidupan masyarakat. BKM/LKM ini diharapkan mampu menjadi wadah perjuangan kaum miskin dalam menyuarakan aspirasi dan kebutuhan mereka, sekaligus menjadi motor bagi upaya penanggulangan kemiskinan yang dijalankan oleh masyarakat secara mandiri dan berkelanjutan, mulai dari proses penentuan kebutuhan, pengambilan keputusan, proses penyusunan program, pelaksanaan program hingga pemanfaatan dan pemeliharaan.

Tiap BKM/LKM bersama masyarakat melakukan proses perencanaan partisipatif dengan menyusun Perencanaan Jangka Menengah dan Rencana Tahunan Program Penanggulangan Kemiskinan (yang kemudian lebih dikenal sebagai PJM dan Renta Pronagkis), sebagai prakarsa masyarakat untuk menanggulangi kemiskinan di wilayahnya secara mandiri. Atas aflisiasi pemerintah dan prakarsa masyarakat, LKM-LKM ini mulai menjalin kemitraan dengan berbagai instansi pemerintah dan kelompok peduli setempat.

Sejak pelaksanaan P2KP-1 hingga pelaksanaan P2KP-3 tahun 2008 telah terbentuk sekitar 6.405 LKM yang tersebar di 1.125 kecamatan di 235 kota/kabupaten, telah memunculkan lebih dari 291.000 relawan-relawan dari masyarakat setempat, serta telah mencakup 18,9 juta orang pemanfaat (penduduk miskin) melalui 243.838 KSM.


(30)

Tahun 2008 secara penuh P2KP menjadi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM Mandiri Perkotaan). Sebagai bagian dari PNPM Mandiri maka tujuan, prinsip dan pendekatan yang ditetapkan dalam PNPM Mandiri juga menjadi tujuan, prinsip dan pendekatan PNPM Mandiri Perkotaan begitu juga nama generik lembaga kepimpinan masyarakat berubah dari Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) menjadi Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM).

2.2.2 Tujuan

Tujuan umum PNPM Mandiri Perkotaan yaitu meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri, dengan demikian secara khusus tujuan PNPM Mandiri Perkotaan adalah Masyarakat di kelurahan peserta program menikmati perbaikan sosial ekonomi dan tatapemerintahan lokal.

2.2.3 Sasaran

1) Terbangunnya Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) yang dipercaya, aspiratif, representatif, dan akuntabel untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya partisipasi serta kemandirian masyarakat.

2) Tersedianya Perencanaan Jangka Menengah (PJM) Pronangkis sebagai wadah untuk mewujudkan sinergi berbagai program penanggulangan kemiskinan yang komprehensif dan sesuai dengan aspirasi serta kebutuhan


(31)

masyarakat dalam rangka pengembangan lingkungan permukiman yang sehat, serasi, berjati diri dan berkelanjutan.

3) Terbangunnya forum LKM tingkat kecamatan dan kota/kabupaten untuk mengawal terwujudnya harmonisasi berbagai program daerah.

4) Terwujudnya kontribusi pendanaan dari Pemerintah Kota/Kabupaten dalam PNPM-P2KP sesuai dengan kapasitas fiskal daerah.

2.2.4 Prinsip

1) Bertumpu pada pembangunan manusia. 2) Berorientasi pada masyarakat miskin. 3) Partisipasi

4) Otonomi. 5) Desentralisasi.

6) Kesetaraan dan Keadilan Gender 7) Demokratis.

8) Transparansi dan Akuntabel. 9) Prioritas.

10) Kolaborasi. 11) Keberlanjutan. 12) Sederhana.


(32)

2.2.5 Sasaran Penerima Bantuan PNPM-P2KP

Sasaran penerima bantuan PNPM-P2KP yaitu Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang terdiri atas perorangan ataupun keluarga miskin yang tinggal di wilayah perkotaan. Dalam perencanaan maupun pelaksanaan kegiatannya, KSM-KSM ini akan mendapatkan pendampingan dari fasilitator kelurahan yang dianggap memenuhi persyaratan akan dibantu melalui :

1) Bantuan kredit modal kerja bergulir bagi upaya peningkatan pendapatan secara berkelanjutan.

2) Bantuan hibah untuk pembangunan maupun perbaikan prasarana dan sarana dasar lingkungan.

3) Bantuan penciptaan kesempatan kerja, termasuk pelatihan untuk mencapai kemampuan pengembangan usaha-usahanya.

Adapun kriteria bagi peserta (calon anggota KSM) yang berhak menerima bantuan PNPM-P2KP yaitu :

1) Memiliki Kartu Identitas Penduduk

Mereka yang berhak untuk dijadikan peserta PNPM-P2KP adalah semua penduduk yang termasuk dalam golongan ekonomi lemah (miskin), yang tinggal di dalam wilayah administratif pemerintah kelurahan/desa perkotaan. Hal ini identik dengan kepemilikan KTP, namun demikian bila terdapat anggota masyarakat yang tidak memiliki KTP tetapi keberadaannya benar-benar dapar diterima oleh warga di lingkungannya, maka atas persetujan musyawarah BKM mereka dapat didaftarkan menjadi


(33)

2) Kepada Rumah Tangga Tidak Memiliki Pekerjaan

Orang-orang yang tidak memiliki pekerjaan atau yang bekerja tidak tetap, memiliki peluang yang lebih besar dari pada mereka yang mempunyai pekerjaan tetap, meski penghasilannya tak mencukupi.

3) Isteri/pendamping Tidak Bekerja

Keluarga yang isteri/pendampingnya tidak mempunyai pekerjaan tetap, lebih berpeluang dibandingkan keluarga dengan isteri/pendamping yang bekerja tetap.

4) Jumlah Tanggungan Dalam Keluarga Banyak

Jumlah tanggungan dalam keluarga akan memberikan tingkat kesejahteraan yang berbeda pula. Semakin besar tanggungan keluarga semakin besar pula peluang untuk menjadi peserta PNPM-P2KP.

5) Tidak Memiliki Rumah Sendiri

Keluarga yang tidak memiliki rumah sendiri mempunyai peluang yang lebih besar dibandingkan dengan keluarga yang memiliki rumah sendiri. 6) Kondisi Rumah

Kondisi tempat tinggal keluarga dilihat dari ukuran fisik suatu keluarga yang tidak mempunyai kesempatan untuk menjadikan kualitas tempat tinggalnya diatas standar umum kehidupan perkotaan merupkan keluarga yang berpeluang untuk mendapatkan bentuan PNPM-P2KP.


(34)

2.2.6 Pelaksanaan PNPM-P2KP

Dalam penyelenggaraan PNPM-P2KP senua pihak harus menjunjung tinggi dan berpedoman pada asas-asas : Keadilan, Kejujuran, Kesetaraan kaum laki-laki dan perempuan, Kemitraan, Kesederhanaan. Setiap pihak yang terlibat dalam pelaksanaan PNPM-P2KP harus pula bertindak dengan mengingat prinsip-prinsip : Demokrasi, Partisipasi, Tranparransi, Akuntabilitas, Desentralisasi.

Komponen-komponen proyek dan sub proyek yang didanai PNPM-P2KP dapat dikelompokkan atas :

1) Komponen Fisik

Komponen fisik ini meliputi pemeliharaan, perbaikan, maupun pembangunan prasarana dan sarana dasar lingkungan yang dibutuhkan oleh masyarakat kelurahan setempat. Beberapa jenis komponen fisik prasarana dan sarana yang dapat diusulkan, misalnya :

a) Prasarana dan sarana yang biasanya ditangani dalam proyek KIP, seperti jalan dan lingkungan.

b) Ruang terbuka hijau dan taman.

c) Prasarana dan sarana bagi peningkatan kegiatan ekonomi masyarakat.

d) Komponen-komponen lain yang disepakati bersama, kecuali pembangunan dan perbaikan rumah ibadah.


(35)

2) Komponen Kegiatan Ekonomi Skala Kecil

Kegiatan ekonomi yang dimaksud disini meliputi kegiatan industri rumah tangga atau kegiatan usaha kecil lainnya yang dilakukan perseorangan/keluarga miskin yang menghimpun diri dalam KSM.

3) Komponen pelatihan

Kegiatan pelatihan dapat diadakan sesuai dengan kebutuhan dan kesepakatan warga di kelurahan sasaran. Pelatihan untuk meningkatkan ketermapilan teknis dan managerial ini dimaksudkan untuk mendukung upaya penciptaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat. Termasuk disini adalah magang (kredit mikro dapat diminta untuk membayar sebagian upah), dan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan mengelola lembaga.

PNPM-P2KP dalam pelaksanaannya dibentuk suatu tim koordinasi pada beberapa tingkatan, yaitu sebagai berikut :

1) Di tingkat pusat dibentuk tim koordinasi PNPM-P2KP yang terdiri atas unsur-unsur Bappenas, Depkeu, Depdagri, Departemen Permukiman dan Pengembangan Wilayah, dan departemen lain yang terkait.

2) Untuk keperluan operasional dan administrasi, tim koordinasi PNPM-P2KP Pusat membawahi sekretariat PNPM-PNPM-P2KP pusat yang terdiri atas unsur-unsur departemen.

3) Pengelolaan proyek dilakukan oleh Projek Manajement Unit (PMU), yang dibentuk di instansi pelaksana, yaitu Departemen Permukiman dan


(36)

Pengembangan Wilayah untuk administrasi proyek, untuk membantu koordinasi dan pengelolaan PNPM-P2KP pada tingkat pusat, dipilih lembaga konsultan melalui suatu lelang terbuka, yang disebut sebagai Konsultan Manajement Pusat (KMP).

4) Pada tingkat wilayah, ditempatkan KMP yang masing-masing menangani satu SWK. KMW direkrut melalui suatu lelang pusat terbuka. KMP dan KMW terikat secara kontraktual dengan pemimpin proyek.

5) Pada tingkat kelurahan, dikembangkan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) yang merupakan kelembagaan masyarakat, perwakilan KSM, dan warga kelurahan. BKM selanjutnya membentuk UPK (Unit Pengeloalaan Keuangan ) yang diketuai oleh bendahara BKM. Sangat dianjurkan bahwa ketua UPK adalah seorang perempuan yang dipilih dari Organisasi Kerja Efektif seperti kelompok PKK.

6) Penerima bantuan adalah Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) atau Kelompok Usaha Bersama (Kube) yang terdiri atas perorangan dan atau keluarga miskin.

7) Untuk membantu, mendorong, dan mengarahkan kegiatan KSM di keluarahan sasaran, disiapkan sejumlah pendamping yang disebut sebagai fasilitator kelurahan. Fasilitator kelurahan adalah perangkat KMW yang melakukan pendampingan baik kepada KSM muapun pada institusi setempat seperti LKM.


(37)

masyarakat miskin di berbagai program kemiskinan menyebabkan terjadinya kondisi yang kurang menyenangkan, misalnya salah sasaran, menumbuhkan ketergantungan masyarakat, dan lain-lain. Sehingga gambaran lembaga masyarakat tersebut perlu diubah yang pada akhirnya mampu memfasilitasi masyarakat untuk mampu mengangani akar persoalan kemiskinan secara mandiri dan berkelanjutan. Melalui lembaga masyarakat tersebut diharapkan tidak ada lagi kelompok masyarakat yang masih terjebak dalam lingkaran kemiskinan yang pada gilirannya dapat tercipta lingkungan perkotaan dengan perumahan yang lebih layak huni dan dengan sistem sosial masyarakat yang lebih mandiri melaksanakan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan.

Tanggung jawab pengelolaan dana PNPM-P2KP dibagi dalam tiga tingkatan yaitu sebagai berikut :

1) Pengelolaan dana di tingkat pusat.

Semua dana bantuan dan pinjaman bank dunia untuk keperluan PNPM-P2KP ditransfer ke rekening bantuan PNPM-PNPM-P2KP di Bank Indonesia. 2) Pengelolaan dana di tingkat kelurahan

Pengelola dana di tingkat kelurahan dilakukan dibawah koordinasi Unit Pengelola Keuangan (UPK) sebagai gugus tugas LKM. Fungsinya adalah mengawasi dan mengadministrasi penyaluran serta penggunaan dana bantuan ke KSM-KSM. Semua proses dilaksanakan secara transparan, sesuai dengan petunjuk pelaksanaan yang dibuat oleh KMW yang disetujui oleh LKM dan KSM yang terkait. Semua informasi mengenai


(38)

penyaluran dan penggunaan dana harus tersedia dan dimengerti oleh semua warga di kelurahan penerima bantuan.

3) Pengelola Dana di Tingkat KSM

Pengelola dana di tingkat KSM dilakukan oleh bagian keuangan KSM. Untuk organisasi KSM yang sederhana, pengelolaan dana dapat dilakukan sendiri oleh ketua KSM. Fungsinya adalah membelanjakan dan untuk berbagai kebutuhan sesuai dengan kesepakatan(dalam proposal yang diajukan).

Kegiatan usaha yang didanai bantuan PNPM-P2KP diharapkan mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Ini berarti perlu adanya pertumbuhan akumulasi modal di tingkat KSM, dan adanya perputaran keuangan di kelurahan melalui LKM. Prosesnya harus sesuai dengan ketentuan LKM yang telah desepakati bersama. Perguliran dana bantuan PNPM-P2KP yang dipergunakan untuk membiayai kegiatan usaha harus terus dijalankan agar tidak ada dana yang mengendap. Setiap ada pengembalian pinjaman dari KSM, maka dana itu dapat segera digulirkan pada KSM-KSM berikutnya tampa perlu menunggu sampai semua pinjaman lunas.

Angsuran dana bergulir yang dibayarkan kembali ke BKM harus disimpan dalam rekening khusus atas nama LKM, yang terpisah dari rekening penerimaan bantuan awal. Pemisahan rekening ini dilakukan agar kedua jenis dana tersebut tidak tercampur. Warga dan masyarakat akan diminta untuk ikut memilih KSM yang kinerjanya baik untuk dicalonkan mendapat penghargaan dari instansi


(39)

dilakukan secara terbuka dan dipublikasikan. Dengan demikian, masyarakat akan tertantang untuk memberdayakan dirinya dan mau melakukan pemantauan, serta menerapkan ketentuan proyek sebagaimana mestinya.

Sebaliknya, dikembangkan pula sistem pemantauan yang melibatkan partisipasi masyarakat untuk meningkatkan pengawasan dan pemberian sanksi sosial kepada KSM yang melanggar ketentuan ( misalnya: tidak menepati jadwal pengembalian kredit). Bentuk sanksi dapat dikembangkan sendiri secara berbeda-beda di setiap daerah, sesuai dengan kesepakatan masyarakat dibawah koordinasi LKM. Bentuk sanksi ini, misalnya adalah tidak diperkenankan lagi untuk meminjam dana bergulir.

Pada dasarnya, seluruh pihak yang terlibat dalam kegiatan LKM bekerja atas dasar prinsip-prinsip kesukarelaan, namun ada imbalan bagi fasilitator kelurahan, kader masyarakat, dan tenaga pembantu kelompok, sebagai berikut :

1) Fasilitator kelurahan dipekerjakan oleh KMW untuk jangka waktu 24 bulan. Ia dibayar Rp 500.000,00 per bulan, di tambah 2 % dari nilai proyek binaanya yang telah disetujui LKM. Pembayaran uang perangsang 2 % ini dilakukan bersamaan dengan penyaluran dana kepada BKM.

2) Kader masyarakat dipekerjakan oleh KMW dan merupakan tenaga sukarela yang dipilih dan dilatih oleh fasilitator kelurahan. Ia dibayar Rp 100.000,00 per bulan untuk jangka waktu enam bulan. Kegiatan utamanya adalah membantu fasilitator kelurahan dalam mengembangkan LKM dan mepersiapkan agar kelembagaan tersebut dapat berfungsi.


(40)

3) Tenaga Pembantu Kelompok (TPK) dapat diangkat menjadi anggota KSM jika dianggap perlu, untuk membantu persiapan dan pelaksanaan subproyek maksimal jumlah TPK ini adalah sepertiga jumlah anggota KSM. Pengadaaan TPK diutamakan bagi KSM berukuran besar(anggotanya banyak).

2.2.7 Lembaga Keswadayaan Masyarakat

Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) adalah lembaga yang dirancang untuk membangun kembali kehidupan masyarakat mandiri yang mampu mengatasi kemiskinannya dan mengemban misi untuk menumbuhkan kembali ikatan-ikatan sosial dan menggalang solidaritas sosial sesama warga agar saling bekerja sama demi kebaikan bersama.

LKM beranggotakan warga komunitas yang diakui komitmennya, seperti perwakilan warga RT/RW, perwakilan organisasi sosial dan kemasyarakatan, kelompok perempuan (PKK), tokoh masyarakat, atau tokoh agama. Unsur aparatur daerah, misalnya anggota LKMD, dapat berpartisipasi dalam LKM dalam kapasitas pribadi.

Peran pokok LKM adalah menilai dan memberikan persetujuan, serta mengkoordinasikan rencana-rencana kegiatan KSM, baik yang berupa kelompok-kelompok usaha bersama (Kube), maupun kelompok-kelompok pembangunan prasarana dasar lingkungan. LKM mempunyai tanggung jawab untuk merealisasikan pengelolaan dana bergulir di masyarakat wilayah penerima bantuan dalam


(41)

fasilitator kelurahan yang bertugas di lapangan. LKM bertanggung jawab atas hal-hal sebagai berikut :

1) Melakukan koordinasi dan pemantauan kegiatan dan organisasi kerja KSM dalam pembangunan prasarana dan sarana dasar lingkungan dan kegiatan pengembangan usaha.

2) Menyusun dan menetapkan kegiatan-kegiatan KSM yang diprioritaskan pendanaannya, dan mengajukan kepada PJOK sebagai lampiran SPPB yang ditandatangani bersama oleh LKM dan PJOK.

3) Mengkaji dan menyetujui permintaan pencairan dana bantuan (pembangunan prasarana dan sarana dasar atau pengembangan usaha), sesuai dengan tahapan-tahapan pengerjaannya di lapangan (atas rekomendasi KMW).

4) Mengelola dana Mandiri Perkotaan melalui UPK sebagai unsur pelaksana pengelolaan LKM.

5) Menjamin keterbukaan dalam penggunaan dana serta meningkatkan kesadaran akan hak dan tanggung jawab pihak-pihak yang berkepentingan. 6) Menyadarkan dan meyakinkan kaum perempuan dan generasi muda akan

hak yang sama untuk berperan serta.

7) Menyediakan papan informasi di tempat yang mudah dijangkau dan mengumumkan daftar usulan KSM, laporan kemajuan fisik dan keuangan KSM dan laporan keuangan LKM.


(42)

8) Menyediakan kotak saran dan keluhan yang menyangkut pelaksanaan Mandiri Perkotaan kemudian menindaklanjuti setiap saran dan keluhan yang dimasukkan ke dalam kotak saran tersebut.

9) Memberikan penghargaan terhadap usulan proyek yang baik sesuai dengan kriteria yang disepakati bersama KSM-KSM sebelum suatu kegiatan dilaksanakan.

Pada dasarnya, seluruh pihak yang terlibat dalam kegiatan LKM bekerja atas dasar prinsip-prinsip kesukarelaan. Meskipun demikian beberapa orang yang megurus kegiatan-kegiatan penting tertentu yang membutuhkan waktu perhatian, seperti ketua LKM, bendahara, penagih, dan kader masyarakat, dapat diberikan imbalan dengan catatan tugasnya telah dikerjakan dengan baik.

2.2.8 Kelompok Swadaya Masyarakat

Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) merupakan target penerima bantuan PNPM-P2KP yang sesungguhnya. KSM penerima bantuan PNPM-P2KP harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut :

1) Beranggotakan minimal tiga orang (dari rumah tangga yang berbeda). 2) Anggota berasal dari keluarga berpenghasilan rendah berdasarkan

kesepakatan antara Lurah. Kepala Desa, tokoh masyarakat, pengurus RT/RW, dan warga masyarakat lainnya.

3) Jumlah anggota yang tidak berasal dari keluarga miskin (namun diajak bergabung karena memiliki keterampilan tertentu yang dibutuhkan),


(43)

Tiap KSM mendapatkan dana hanya sekali (setidak-tidaknya sampai tidak ada lagi usulan KSM lain yang dinilai layak namun belum pernah mendapatkan bantuan. Hal ini dilakukan untuk memberikan kesempatan bagi sebanyak mungkin KSM. Kaum perempuan sangat dianjurkan untuk terlibat aktif dalam KSM dan akan mendapatkan perlakuan serta kesempatan yang sama.

KSM diperkenankan untuk menambah jumlah anggotanya dengan aturan main internal yang nereka susun sendiri. Namun demikian, yang harus bertanggung jawab atas pembayaran dana pinjaman PNPM-P2KP sampai lunas adalah para anggota yang terdaftar pada saat pinjaman diberikan/disetujui. Jumlah dan penentuan dana yang didapat KSM penerima bantuan harus berdasarkan kelayakan usulan kegiatan.

KSM tidak dianjurkan membuka warung baru, terutama bagi kawasan yang keadaan pasarnya telah mencapai titik jenuh. Ketentuan mengenai pinjaman adalah sebagai berikut :

1) Pinjaman harus dikembalikan dalam waktu 12 bulan. 2) Tingkat bunga pinjaman adalah minimal 0,5 % per tahun.

3) Jadwal pembayaran kembali ditentukan atas dasar kesepakatan antara KSM peminjam dan LKM.

4) Dana pembayaran kembali harus dimasukkan kedalam rekening LKM di bank pemerintah yang ditunjuknya, kemudian digulirkan kembali dengan mengutamakan prinsip yang sama.


(44)

2.2.9 Pinjaman Dana Bergulir

Program Pinjaman Dana Bergulir (PDB) adalah bantuan perkuatan pemerintah dalam bentuk uang atau barang modal yang disalurkan kepada Koperasi, Usaha Kecil Menengah (KUMK) dan lain-lain. Dana tersebut disalurkan melalui pola bergulir. Pola bergulir adalah cara memanfaatkan bantuan kepada KUMK.

Secara umum program dana bergulir bertujuan adalah : 1) Meningkatkan aktivitas ekonomi pedesaan

2) Meningkatkan volume usaha koperasi dan UKM. 3) Meningkatkan penyerapan tenaga kerja.

4) Meningkatkan semangat berkoperasi. 5) Meningkatkan pendapatan anggota.

6) Membangkitkan etos kerja (www.danabergulir.com).

Pinjaman dana bergulir dalam PNPM-P2KP merupakan bantuan untuk modal usaha bagi para warga miskin yang memiliki usaha namun mengalami keterbatasan modal. Menurut Syarif Hidayat (2007:52) maksud bantuan modal usaha kepada para binaan dalam program pemberdayaan bukanlah pemberian cuma-cuma, melainkan dalam arti pinjaman atau penyertaan modal. Jika pemberian bantuan modal dalam arti pinjaman tentu hasil dari pinjaman adalah bunga, sedangkan bila penyertaan modal hasil yang diterima adalah keuntungan. Sedangkan bentuk bantuan modal usaha sebagian besar berbentuk uang tunai, tetapi ada juga yang berbentuk seperangkat peralatan usaha dan sarana penunjang


(45)

Alasan utama dipilihnya bentuk bantuan beupa seperangkat peralatan usaha antara lain untuk mengurangi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam penggunaan bantuan modal usaha yang diberikan. Kelemahan dari bentuk bantuan ini adalah relatif tidak memberikan kebebasan kepada para binaan untuk malakukan pilihan dalam membelanjakan dana yang diberikan. Sedangkan jika bantuan berbentuk uang tunai kebebasan untuk membelanjakannya lebih besar.

Pengelolaan dana bergulir dalam PNPM-P2KP pada hakekatnya dipengaruhi oleh 3 (tiga) hal yaitu Unit Pengelola Kegiatan (UPK) sebagai pengelola dan penyalur seluruh dana bergulir tingkat kecamatan, kelompok peminjam sebagai pengelola dan dan penyalur dana bergulir kepada anggotanya sebagai pemanfaat langsung serta aturan dan prosedur/makanisme perguliran.

Ketentuan umum Pinjaman Dana Bergulir dalam PNPM-P2KP dilaksanakan BKM Sehati di Kelurahan Sidikalang, Kecamatan Sidikalang, Kabupaten Dairi berdasarkan musyawarah dan sosialisasi tahun 2008, antara lain :

1) Dana PNPM-P2KP yang dipergunakan untuk kegiatan ekonomi (simpan pinjam kelompok) wajib dikembalikan ke UPK disertai Jasa Pinjaman sebesar 5% per tahun dengan Sisa Jasa Pinjaman Tetap.

2) Perolehan pinjaman sebesar Rp. 500.000,00/ anggota (sesuai dana yang telah dikucurkan untuk kegiatan PDB sebesar Rp.41.000.000,00.

3) Pinjaman wajib dikembalikan ke kelompok dari anggota.

4) Jangka waktu pinjaman tidak boleh lebih dari 12 bulan (1 tahun) dengan frekuensi angsuran maksimal 1(satu) bulanan. Dengan klasifikasi sebagai berikut :


(46)

a) Penerimaan pinjaman dana bergulir sebesar Rp.500.000,00 tersebut hanya dapat diberikan sebesar Rp. 450.000,00 dikarenakan Rp. 50.000,00 dijadikan tabungan awal anggota.

b) Cicilan pembayaran setiap bulan sampai bulan ke-10 sebesar Rp. 60.000,00 dan dari dana tersebut otomatis tersimpan tabungan cicilan anggota untuk bulan yang ke-11 dan 12 sebesar Rp. 25.000,00.

c) Untuk 2 bulan yang terakhir yaitu bulan 11-12 anggota hanya membayar cicilan pembayaran Rp. 45.000,00 dikarenakan beda bulan pertama anggota sudah mempunyai tabungan awal sebesar Rp. 50.000,00 dan ditambah setiap bulan seperti keterangan diatas potongan cicilan sebesar Rp. 25.000,00.

Syarat-syarat pengajuan Pinjaman Dana Bergulir Kelurahan Sidikalang, Kecamatan Sidikalang antara lain :

1) Membentuk kelompok terdiri dari 5 orang. 2) Ada kepengurusan dan memiliki anggota.

3) Memiliki perlengkapan administrasi sebagai berikut : a) Kartu tanda penduduk (KTP).

b) Kartu Keluarga (KK). 4) Mempunyai kegiatan.

5) Mempunyai usaha baik kolektif maupun individu. 6) Ada ikatan pemersatu yang jelas.


(47)

Upaya pelestarian dan pengembangan dana bergulir yaitu dengan membuat aturan dan prosedur perguliran. Pembuatan aturan dan prosedur perguliran tersebut perlu meperhatikan beberapa hal yang menjadi ketentuan dasar pengelolaan dana bergulir dan aturan pokok perguliran.

2.2.9.1Dasar-dasar Pengelolaan Pinjaman Dana Bergulir Dasar-dasar pengelolaan dana bergulit antara lain : 1) Pelestarian kegiatan pinjaman

a) Tersedianya dana pinjaman produktif dan bertambah jumlahnya. b) Tersedianya dana pinjaman sebagai modal usaha bagi masyarakat

miskin yang produktif.

c) Pembagian surplus dilakukan setelah menghitung resiko pinjaman. d) Surplus UPK diutamakan untuk menambah modal UPK.

2) Pelestarian prinsip PNPM-P2KP

Prinsip-prinsip PNPM-P2KP selalu menjadi acuan dalam mekanisme pengelolaan dana bergulir terutama: tranparansi, partisipasi, dan keterpihakan kepada orang miskin.

Misalnya : calon pemanfaat yang ada di kelompok peminjam merupakan masyarakat miskin pada peta sosial.

3) Pelestarian Kelembagaan

Pengelolaan dana bergulir harus tetap menggunakan ketentuan kelembagaan yang ada di PNPM-P2KP, seperti: UPK, kelompok


(48)

pemimjam (bukan peminjam secara individu), musyawarah kelurahan, tim verifikasi,dsb.

4) Pengembangan kelompok

Dalam pengelolaan dana bergulir harus memperhatikan pengembangan kelompok bahkan pengembangan usaha pemanfaat, Misalnya memberikan kesempatan kepada kelompok untuk menambah permodalan melalui pembagian keuntungan (www.p2kp.org).

2.2.9.2Aturan Pokok Perguliran

Aturan pokok perguliran minimal harus memenuhi hal-hal berikut :

1) Dana perguliran dapat digunakan untuk pendanaan kegiatan usaha ekonomi produktif (UEP) dan pinjaman dana bergulir (PDB). Sedangkan dana perguliran PDB hanya digunakan untuk pendanaan kegiatan PDB. 2) Tidak diperbolehkan memberikan pinjaman secara individu.

3) Kelompok yang didanai meliputi: Kelompok Simpan Pinjam dan Kelompok Usaha Bersama.

4) Kegiatan verifikasi dilakukan sesuai dengan jenis kelompok. 5) Adanya perjanjian antara UPK dan kelompok.

6) Jadwal angsuran disesuaikan dengan fungsi kelompok (kelompok penyalur atau kelompok pengelola) dan siklus usahanya.

7) Pembebanan jasa pinjaman sesuai dengan bunga pasar.


(49)

9) Tidak dipebolehkan melakukan pembagian jasa pinjaman/pendapatan sebelum dikurangi biaya operasional dan resiko pinjaman.

2.2.9.3Mekanisme Perguliran

Mekanisme perguliran harus memenuhi ketentuan berikut : 1) Mengacu pada dasar-dasar pengelolaan dana bergulir. 2) Memenuhi aturan pokok perguliran.

3) Proses verifikasi dilakukan oleh Tim Verifikasi bersama UPK.

4) Kelompok penerima pinjaman telah diverifikasi dan diputuskan oleh musyawarah antar kelurahan (MAK) baik secara langsung atau dengan menggunakan pola daftar tunggu.

5) Penyaluran pinjaman langsung dari UPK ke kelompok dan pengembalian pinjaman secara langsung dari kelompok ke UPK.

6) Tidak disalurkan ke kelompok yang mempunyai reputasi jelek dalam meminjam.

7) Jika disalurkan ke kelompok dengan pola executing harus memenuhi persyaratan sebagi Lembaga Pengelola Pinjaman.

Pinjaman dana bergulir yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pinjaman dana yang diberikan oleh pemerintah melalui PNPM-P2KP kepada kelompok warga yang mengajukan pinjaman dengan memenuhi syarat-syarat tertentu dalam jangka waktu yang disepakati bersama yang disertai dengan tingkat bunga tertentu dalam pengembaliannya, kemudian dana tersebut digulirkan dari satu kelompok ke kelompok lain.


(50)

2.3 Sosial Ekonomi Masyarakat

Kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur sosial masyarakat. Pemberian posisi ini disertai dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh sipembawa status. Tingkat sosial merupakan faktor nonekonomis seperti budaya, pendidikan, umur dan jenis kelamin. Sedangkan tingkat ekonomi seperti pendapatan, jenis pekerjaan, pendidikan dan investasi.

Sosial ekonomi dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat, antara lain dalam sandang, pangan, kerumahan, pendidikan, kesehatan, dan lainnya. Pemenuhan kebutuhan yang dimaksud berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.

Kehidupan sosial ekonomi harus dipandang sebagai sistem sosial, yaitu satu ke seluruh bagian-bagian atau unsure-unsur yang saling berhubungan dalam satu kesatuan. Kehidupan sosial adalah kehidupan bersama manusia atau kesatuan manusia yang hidup dalam pergaulan. Interaksi ini pertama terjadi pada keluarga ada terjadi hubungan antara ayah, ibu, dan anak. Dari adanya interaksi antara anggota keluarga maka akan muncul hubungan dengan masyarakat luar. Pola hubungan interaksi ini tentu saja dipengaruhi lingkungan dimana masyarakat tersebut bertempat tinggal. Di dalam masyarakat pedesaan kita ketahui interaksi yang terjadi lebih erat dibandingkan dengan perkotaan. Pada masyarakat yang yang hidup di perkotaan hubungan interaksi biasanya lebih dieratkan oleh status,


(51)

jabatan atau pekerjaan yang dimiliki. Hal ini menyebabkan terjadinya stratifikasi sosial dalam masyarakat (Parsidu, 1985:175).

Keberadaan seperti hal diatas mempengaruhi gaya hidup seseorang, tentu saja termasuk dalam berperilaku dan dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Seperti yang dikatakan oleh beberapa ahli mengenai konsumsi dan gaya hidup. Konsumsi terhadap suatu barang menurut Weber meupakan gambaran hidup dari kelompok atas atau tertentu (Damsari, 1997:137).

Melly G.Tan mengatakan untuk melihat kedudukan sosial ekonomi adalah pekerjaan, penghasilan, dan pendidikan. Berdasarakan ini masyarakat dapat digolongkan kedalam kedudukan sosial ekonomi rendah, sedang, dan tinggi seperti di bawah ini :

1) Golongan masyarakat berpenghasilan rendah, yaitu masyarakat yang menerima pendapatan lebih rendah dari keperluan untuk memenuhi tingkat hidup minimal mereka perlu mendapatkan pinjaman dari orang lain.

2) Golongan masyarakat yang berpenghasilan sedang, yaitu pendapatan harga cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok dan tidak dapat menabung.

3) Golongan masyarakat yang berpenghasilan tinggi, yaitu selain dapat memenuhi kebutuhan pokok, juga sebagian dari pendapatan itu dapat ditabungkan dan digunakan untuk kebutuhan yang lain.(Tan dalam Koentjaraningrat,1981 : 35).

Adapun maksud dari pengertian sosial ekonomi masyarakat dalam penelitian ini adalah tingkat perubahan kemajuan atau peningkatan hasil pendapatan masyarakat penerima Program PNPM-P2KP.


(52)

2.4 Masyarakat

2.4.1 Pengertian Masyarakat

Masyarakat adalah golongan besar atau kecil terdiri dari beberapa manusia, yang atau dengan sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh mempengaruhi satu sama lain(Shadily,1961:31). Pengaruh dan pertalian kebatinan yang terjadi dengan sendirinya disini menjadi unsur yang sine qua non yang harus ada dalam masyarakat, bukan hanya menjumlahkan adanya orang-orang saja, diantara mereka harus ada pertalian satu sama lain.

2.4.2 Masyarakat dan Macamnya

Masyarakat adalah satu kesatuan yang berubah yang hidup karena proses masyarakat yang menyebabkan perubahan itu. Masyarakat mengenal kehidupan yang tenang, teratur dan aman disebabkan oleh karena pengorbanan sebagian kemerdekaan dari anggota-anggotanya, baik dengan paksa maupun sukarela.

Pengorbanan disini dimaksudkan menahan nafsu atau kehendak sewenang-sewenang, untuk mengutamakan kepentingan dan keamanan bersama, dengan paksa berarti tunduk kepada hukum-hukum yang telah ditetapkan (negara dan sebagainya) dengan sukarela berarti menurut adaptasi dan berdasarkan keinsyafan akan persaudaraan dalam kehidupan bersama ini.

Cara terbentuknya masyarakat mendatangkan pembagian dalam :

1) Masyarakat paksaan, umpamanya negara masyarakat tawanan ditempat tawanan dan sebagainya.


(53)

a) Masyarakat Alam (nature) yaitu yang terjadi dengan sendirinya, suku, golongan yang bertalian karena darah atau keturunan umum nya yang masih sederhana sekali kebudayaannya.

b) Masyarakat Kultur, berdiri karena kepentingan keduniaan atau kepercayaan (keagamaan) yaitu antara lain kongsi perekonomian, koperasi gereja dan sebagainya.

2.4.3 Asal Masyarakat

Bermacam-macam penyelidikan dijalankan untuk mendapat jawaban tentang asal masyarakat, tetapi tidak satupun yang dapat ditegaskan benar. Semua pendapat hanya merupakan kira-kira dan pandangan saja. Antara lain orang berkesimpulan bahwa manusia tidak dapat hidup seorang diri, hidup dalam gua di pulau sunyi umpamanya selalu ia akan tertarik kepada hidup bersama dalam masyarakat, karena :

1) Hasrat yang berdasar naluri (kehendak di luar pengawasan akal) untuk memelihara keturunan, untuk mempunyai anak, kehendak akan memaksa ia mencari isteri hingga masyarakat keluarga terbentuk.

2) Kelemahan manusia selalu terdesak ia untuk mencari kekuatan bersama, yang terdapat dalam berserikat dengan orang lain, sehingga berlindung bersama-sama dan dapat pula mengejar kebutuhan kehidupan sehari-hari dengan tenaga bersama-sama.


(54)

3) Aristoteles berpendapat, bahwa manusia ini adalah zoon politikon, yaitu mahkluk sosial yang hanya menyukai hidup berkelompok atau sedikitnya mencari teman untuk hidup bersama lebih suka dari pada hidup sendiri. 4) Bergson (1895) berpendapat bahwa manusia ini hidup bersama bukan

karena oleh persamaan malainkan oleh karena perbedaan yang terdapat dalam sifat, kedudukan, dan sebagainya. Demikian oleh karena pendapat ini berdasar kepada pelajaran dialektika, yang mencoba melihat kebenaran dalam kenyataan dengan mengadakan perbedaan dan perbandingan.

2.5 Konsep-konsep Kesejahteraan Sosial 2.5.1 Kesejahteraan Sosial

Istilah kesejahteraan sosial bukanlah hal baru, baik dalam wacana global maupun nasional. Kesejahteraan sosial diartikan secara harfiah mengandung makna yang sangat luas dan mencakup berbagai sudut pandang atau ukuran-ukuran tertentu tentang suatu hal yang menjadi ciri utama dari pengertian tersebut.

1) PBB memberi batasan kesejateraan sosial sebagai kegiatan-kegiatan yang terorganisasi yang bertujuan untuk membantu individu atau masyarakat guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya dan meningkatkan kesejahteraan selaras dengan kepentingan keluarga dan masyarakat. Defenisi ini menekankan bahwa kesejahteraan sosial adalah suatu institusi atau bidang kegiatan yang melibatkan aktifitas terorganisir yang diselenggarakan baik oleh lembaga-lembaga


(55)

atau memberikan kontribusi terhadap pemecahan masalah sosial, dan peningkatan kualitas hidup individu, kelompok dan masyarakat.

2) Menurut Undang-undang no 11 tahun 2009, kesejahteraan sosial adalah terpenuhinya kebutuhan materil, spiritual dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya (Depsos.2009).

Berdasarkan defenisi diatas maka kesejahteraan sosial adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, material maupun spiritual yang yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir dan batin, sistem yang terorganisir dari pada pelayanan sosial yang bermaksud individu dan kelompok agar mencapai standar kehidupan dan kesehatan yang memuaskan. Tujuan ini dicapai secara seksama melalui teknik dan metode untuk memungkinkan individu, kelompok maupun komunitas memenuhi kebutuhan dan memecahkan masalah penyesuaian diri mereka terhadap pola-pola masyarakat, serta melalui tindakan kerjasama untuk memperbaiki kondisi ekonomi dan sosial.

2.5.2 Tujuan Pekerjaan Sosial

Pekerjaan sosial berusaha untuk membantu individu, kelompok dan masyarakat untuk mencapai tingkat kesejahteraan sosial, mental dan psikis yang setinggi-tingginya. Metode yang digunakan oleh pekerja sosial untuk mencapai tujuan tersebut tidak sama dengan profesi lainnya, dimana pekerjaan sosial mempertimbangkan baik faktor ekonomi, sosial dan psikologis yang mempengaruhi kehidupan individu, kelompok/keluarga dan dan masyarakat.


(56)

Di dalam pendekatannya untuk memecahkan masalah penyesuaian sosial, pekerja sosial tidak dapat mengabaikan setiap aspek kehidupan manusia dan kehidupan sosial di dalam masyarakat dimana pekerja sosial bekerja. Jadi pendekatan pekerjaan sosial tidak hanya ditujukan kepada individu atau kelompok/keluarga dan kondisi sosial, tetapi juga tertuju kepada masalah interaksi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya. Tujuan pekerjaan sosial adalah mencapai kesejahteraan individu dan masyarakat secara keseluruhan. Pekerjaan sosial berusaha menolong individu, kelompok dan masyarakat agar mereka memahami secara tepat kondisi atau kenyataan yang mereka hadapi dan mencoba meningkatkan kemampuan mereka untuk mengatasi permasalahan tersebut.

2.5.3 Peranan Pekerja Sosial Enabler

Sebagai Enabler seorang pekerja sosial ataupun sarjana kesejahteraan sosial membantu masyarakat agar dapat mengartikulasikan kebutuhan mereka, mengidentifikasi masalah mereka dan mengembangkan kapasitas mereka agar dapat menangani masalah yang mereka hadapi secara lebih efektif.

Ada 4 fungsi utama seorang enabler yaitu :

1) membantu masyarakat menyadari dan melihat kondisi mereka.

2) membangkitkan dan mengembangkan pengorganisasian dalam masyarakat.


(57)

Broker

Peranan seorang Broker berperan dalam menghubungkan individu ataupun kelompok dalam masyarakat yang membutuhkan bantuan ataupun layanan masyarakat tetapi tidak tahu dan bagaimana mendapatkan bantuan tersebut. Broker dapat juga dikatakan menjalankan peran sebagai mediator yang menghubungkan klien dengan pemilik sumber daya.

Expert

Seorang expert lebih banyak memberikan saran dan dukungan informasi dalam berbagai area. Misalnya saja, seorang tenaga ahli dapat memberikan usulan mengenai bagaimana struktur organisasi yang bisa dikembangkan dalam masyarakat tersebut dan kelompok-kelompok mana saja yang harus terwakili.

Seorang expert harus sadar bahwa usulan dan saran yang ia berikan bukanlah mutlak harus dijalankan masyarakat, tetapi usulan dan saran tersebut lebih merupakan sebagai masukan gagasan untuk bahan pertimbangan masyarakat ataupun organisasi dalam masyarakat tersebut.

Edukator

Dalam menjalankan peran sebagai pendidik (educator) pekerja sosial ataupun sarjana kesejahteraan sosial diharapkan mempunyai keterampilan sebagai pembicara dan pendidi. Pekerja sosial ataupun Sarjana Kesejahteraan Sosial harus


(58)

mampu berbicara di depan publik untuk menyampaikan informasi mengenai beberapa hal tertentu sesuai dengan bidang yang ditanganinya.

2.5.4 Kemiskinan

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk dipunyai seperti makanan, makanan, tempat berlindung dan air minum, hal-hal ini berhubungan erat dengan kualitas hidup. Kemiskinan kadang juga berarti tidak adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga negara.

Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahami dari sudut ilmiah yang telah mapan. Istilah “negara berkembang” biasanya digunakan untuk merujuk kepada negara-negara yang “miskin”.

Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:

1) Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.


(59)

masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.

3) Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna memadai di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.

Kemiskinan bisa dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut mengacu pada satu set standard yang konsisten, tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat misal di suatu negara. Sebuah contoh dari pengukuran absolut adalah persentase dari populasi yang makan di bawah jumlah yang cukup menopang kebutuhan tubuh manusia kira-kira 2000-2500 kalori per hari untuk laki-laki dewasa.

Meskipun kemiskinan yang paling parah terdapat di dunia berkembang, ada bukti tentang kehadiran kemiskinan di setiap wilayah. Di negara-negar maju, kondisi ini menghadirkan kaum tunawisa yang bertambah. Kemiskinan dapat dilihat sebagai kondisi kolektif masyarakat miskin, atau kelompok orang-orang miskin, dan dalam pengertian ini keseluruhan negara kadang-kadang dianggap miskin. Untuk menghindari stigma ini, negara-negara ini biasanya disebut sebagai negara berkembang.

Kemiskinan banyak dihubungkan dengan :

1) Penyebab individual , atau patologis yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin.


(60)

2) Penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga.

3) Penyebab sub-budaya, yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar.

4) Penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi.

5) Penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial.

Tanggapan utama terhadap kemiskinan adalah :

1) Bantuan kemiskinan atau membantu secara langsung kepada orang miskin. Ini telah menjadi bagian pendekatan dari masyarakat Eropa sejak zaman pertengahan.

2) Bantuan terhadap keadaan individu. Banyak macam kebijakan yang dijalankan untuk mengubah situasi orang miskin berdasarkan perorangan, termasuk hukuman, pendidikan, kerja sosial, pencarian kerja, dan lain-lain.

3) Persiapan bagi yang lemah. daripada memberikan bantuan secara langsung kepada orang miskin, banyak negara sejahtera menyediakan bantuan untuk orang yang dikategorikan sebagai orang yang lebih mungkin miskin, seperti orang tua atau orang dengan


(61)

kebutuhan akan perawatan kesehatan

2.5.5 Pemberdayaan Masyarakat

Shardlow dalam Adi (2003) mengatakan bahwa pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha untuk mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk menbentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka ( Adi,2003:54).

Konsep pemberdayaan masyarakat dapat dikatakan merupakan jawaban atas realitas ketidakberdayaan. Prinsip memperlakukan masyarakat sebagai subjek dan objek pembangunan harus menjadi komitmen bagi pelaksana pembangunan. Idealnya pemerintah dapat menjadi fasilitator yang bertugas memberi pelayanan, sedangkan pihak masyarakat berperan sebagai pelaku utama dalam proses pembangunan yang sangat ini harus dilayani dan dibutuhkan prakarsa serta partisipasinya. Konsep yang sering dimunculkan dalam proses pemberdayaan masyarakat adalah konsep kemandirian dimana program-program pembangunan dirancang secara sistematis agar individu maupun masyarakat menjadi subjek dari pembangunan (Suriadi,2005:53). Konsep tersebut merupakan bentuk penghargaan terhadap manusia atau dengan kata lain “memanusiakan manusia”. Melalui pemberdayaan akan timbul pergeseran peran dari semula “korban pembangunan” menjadi “pelaku pembangunan”. Perspektif pembangunan memandang pemberdayaan sebagai sebuah konsep yang sangat luas.


(62)

Pemberdayaan masyarakat adalah konsep pembangunan ekonomi yang merangkup nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan yakni bersifat “people-contered, partisipartory, empowering and sustainable” ( Suriadi,2005:55).

Upaya pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan tiga hal:

1) Menciptakan iklim yang memungkinkan potensi manusia berkembang. Titik tolaknya adalah penekanan bahwa setiap manusia dan masyarakat memiliki potensi-potensi, kemudian diberikan motivasi dan penyadaran bahwa potensi dapat dikembangkan.

2) Memperkuat potensi yang dimiliki masyarakat dimana perlu langkah-langkah yang lebih positif dan nyata, peyediaan berbagai masukan serta pembukaan bebagai akses kepada berbagai peluang yang akan membuat masyarakat mampu dan memanfaatkan peluang. Pemberdayaan pada jalur ini dapat berupa pemberian berbagai bantuan produktif, pelatihan, pembangunan sarana dan prasarana baik fisik maupun sosial, dan pengembangan kelembagaan di tingkat masyarakat.

3) Pemberdayaan mengandung arti pemihakan pada pihak yang lemah untuk mencegah persaingan yang tidak seimbang dan menciptakan kemitraan yang saling menguntungkan(Suriadi,2005:56).

Sebagai tujuan pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hal yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki


(63)

kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya (Suharto,2005:60).

2.6 Kerangka Pemikiran

Tingkat ketidakmerataan pendapatan penduduk di seluruh Propinsi di Indonesia menurut Bank Dunia tergolong rendah. Melihat tingkat kesejahteraan penduduk di suatu daerah dapat melalui pola konsumsi penduduk daerah bersangkutan. Kondisi ketidakmerataan pendapatan tersebut menimbulkan pembagian golongan yaitu golongan ekonomi kuat, ekonomi sedang, dan ekonomi rendah. Di Indonesia total penduduk yang tergolong ekonomi rendah lebih banyak, untuk penduduk yang tergolong ekonomi rendah terdapat predikat miskin atau menderita kemiskinan.

Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir di tengah-tengah masyarakat, khususnya di Negara-negara berkembang. Kemiskinan senantiasa menarik perhatian berbagai kalangan, baik para akademisi maupun para praktisi. Berbagai teori, konsep dan pendekatan pun terus menerus dikembangkan untuk menyibak tirai dan misteri kemiskinan ini. Di Indonesia masalah kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa relevan untuk dikaji terus-menerus. Ini bukan saja karena masalah kemiskinan telah ada sejak lama dan masih hadir di tengah-tengah kita saat ini, melainkan pula karena kini


(64)

gejalanya semakin meningkat sejalan dengan krisis multidimensional yang masih dihadapi oleh bangsa Indonesia.

Penggulangan kemiskinan membutuhkan penanganan yang menyeluruh dalam skala perwilayahan yang memadai yang memungkinkan terjadinya keterpaduan antara pendekatan sektoral, perwilayahan, dan partisipatif yang dalam hal ini dipilih kecamatan sebagai lokus program yang mampu mempertemukan perencanaan dari atas dan dari bawah. Dalam hal ini pemerintah membuat suatu program yang disebut program Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat-Program Pemberdayaan Keluarga Miskin Perkotaan (PNPM-P2KP), pendekatan yang dilakukan dalam program ini adalah melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat dan penguatan peran pemerintah daerah dalam mengapresiasi dan mendukung kemandirian masyarakat.

Tujuan umum PNPM adalah “meningkatnya kesejahteraaan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri”. Dengan demikian secara khusus tujuan PNPM-P2KP adalah “Masyarakat di kelurahan peserta program menikmati perbaikan sosial-ekonomi dan tatapemerintahan lokal”.

Di kelurahan Sidikalang PNPM-P2KP telah ada sejak tahun 2006, dan upaya-upaya rasional dalam mencapai tujuan program dengan memperhatikan prinsip-prinsip pengelolaan program adalah pembangunan berbasis masyarakat dengan :

1) Menggunakan kecamatan sebagai lokus program


(65)

3) Mengutamakan nilai-nilai universal dan budaya lokal dalam proses pembangunan partisipatif.

4) Menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat yang sesuai dengan karakteristik sosial dan geografis. Melalui proses pemberdayaan yang terdiri atas pembelajaran, kemandirian, dan keberlanjutan.

Untuk melihat apakah program tersebut berpengaruh atau tidak di kelurahan Sidikalang maka terdapat beberapa indikator yaitu :

a. Indikator standar dan sasaran kebijakan, yaitu :

i. Indikator ini ini melihat kesesuaian data penerima dan jumlah besaran bantuan yang diterima oleh peserta Program PNPM-P2KP.

ii. Indikator ini melihat manfaat yang diperoleh peserta Program PNPM-P2KP.

iii. Indikator ini melihat seberapa banyak masyarakat memanfaatkan program PNPM-P2KP.

iv. Indikator ini melihat berapa lama masyarakat ikut dalam program PNPM-P2KP.

b. Indikator Sumber Daya Manusia,

i. Indikator ini melihat kemampuan para pengelola dan pelaksana Program PNPM-P2KP dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.


(66)

ii. Indikator ini melihat banyaknya sumber daya manusia dan sumber daya materiil yang dimanfaatkan dalam program PNPM-P2KP.

iii. Indikator ini melihat apakah seluruh masyarakat peserta program berpartisipasi penuh dalam pelaksanaan program PNPM-P2KP.

c. Indikator Efisiensi,

i. Indikator ini mengukur penggunaan atau pemanfaatan sumber daya secara tepat guna atau tidak memboroskan sumber daya yang ada dalam mencapai tujuan.

ii. Indikator ini mengukur apakah pendanaan memadai, dan tersedia sejalan dengan nilai.

d. Indikator komunikasi antar organisasi dan penguatan aktifitas, meliputi :

i. Koordinasi internal (pelaksana/pengelola Program PNPM-P2KP pusat maupun daerah).

ii. Sosialisasi eksternal (RTSM penerima Program PNPM-P2KP).

e. Indikator komitmen penerima Program PNPM-P2KP dalam melaksanakan syarat dan kewajiban mereka yang ditentukan dalam program tersebut.


(67)

Namun harus dipahami juga bahwa indikator tersebut tidak akan berguna apabila tidak dihubungkan dengan sosial ekonomi, yang termasuk ke dalam faktor-faktor sosial ekonomi adalah :

a) Penghasilan atau pendapatan, pendapatan rumah tangga adalah semua jumlah hasil perolehan yang didapat anggota keluarga dalam bentuk uang sebagai hasil pekerjaannya.

b) Perumahan, yaitu keadaan atau kondisi perumahan KSM dengan indikator sebagai berikut :

a. Adanya ventilasi untuk keluar masuknya udara dan cahaya b. Jenis/bahan lantai

c. Persediaan air d. Sarana penerangan

c) Kesehatan adalah kondisi fisik masyarakat,yang diukur melalui: a. Kemampuan berobat ke rumah sakit

b. Kemampuan membeli obat

d) Pendidikan anak yaitu keadaan pendidikan anak responden saat ini di bangku sekolah.

e) Kondisi Pangan, yaitu frekuensi makan dan kualitas makanan yang dikonsumsi oleh responden setiap harinya.

f) Sandang, yaitu kondisi pakaian yang dipakai dalam kehidupan sehari-sehari.


(1)

41 3 2 3 2 3 1 2 3 1 3 23

42 3 2 3 2 2 2 2 3 1 3 23

43 3 3 3 1 1 3 2 3 1 3 23

44 3 3 2 2 3 2 2 3 1 3 24

45 3 3 3 2 3 3 2 3 2 2 26

46 3 2 3 2 2 2 2 3 1 3 23

47 3 3 3 2 2 2 2 2 1 3 23

48 3 3 3 1 3 3 2 3 1 3 25

49 3 3 3 1 1 3 1 2 2 3 22

50 3 3 3 2 3 2 2 3 1 3 25


(2)

LAMPIRAN II

VARIABEL Y (SOSIAL EKONOMI)

NOMOR

NOMOR ANGKET

JUMLAH

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1 2 1 1 3 2 1 2 1 2 4 1 3 3 1 3 30

2 2 2 2 3 1 1 2 3 2 4 1 3 3 1 3 33

3 2 2 2 3 3 2 2 3 1 3 3 3 3 3 3 38

4 2 1 1 3 1 1 2 1 2 4 1 3 3 1 3 29

5 2 1 1 3 1 1 2 3 3 4 1 3 3 1 2 31

6 1 1 1 3 1 1 2 2 2 2 1 3 3 1 3 27

7 2 2 2 2 3 2 2 2 1 2 2 3 3 1 3 32

8 2 2 1 3 1 1 2 3 2 3 1 3 3 1 3 31

9 2 1 1 2 1 2 2 3 1 1 1 2 3 1 3 26

10 2 2 2 3 1 2 2 1 2 4 1 3 3 3 3 34

11 2 2 2 3 1 1 2 3 2 4 1 3 3 1 3 33

12 2 1 1 2 1 1 2 3 2 4 1 3 3 1 2 29

13 2 1 1 2 1 1 2 3 2 2 3 2 3 2 2 29

14 2 2 1 3 1 1 2 3 3 3 1 3 3 1 3 32

15 2 2 2 3 2 1 2 1 2 4 1 3 3 1 3 32

16 3 2 2 3 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 39

17 2 2 2 3 1 1 2 2 3 3 3 3 3 3 3 36

18 2 2 2 3 1 1 2 1 3 4 3 3 3 1 3 34

19 2 1 1 3 1 1 2 3 2 3 1 3 3 1 3 30

20 1 2 1 3 1 1 2 2 3 4 3 3 3 3 3 35

21 2 2 2 3 2 2 2 3 3 4 3 3 3 1 3 38

22 2 1 1 3 1 1 2 3 2 3 1 3 3 1 3 30

23 2 2 2 2 3 1 2 3 2 2 3 2 3 3 3 35

24 3 2 2 3 1 1 2 3 3 3 3 26

25 2 2 1 3 2 1 2 3 3 4 3 3 3 1 3 36

26 2 1 1 3 1 1 2 3 2 3 1 3 3 1 3 30

27 2 2 2 3 2 2 2 2 2 4 3 3 3 3 3 38

28 2 2 2 3 1 2 2 2 2 3 1 3 3 3 3 34

29 2 2 2 3 2 1 2 3 3 4 3 3 3 1 3 37

30 2 2 2 3 2 1 2 3 3 3 1 3 3 1 3 34

31 2 2 2 3 1 1 2 3 3 1 1 3 3 3 3 33

32 2 2 2 3 1 1 2 3 2 4 1 3 3 3 3 35

33 2 2 2 3 1 1 2 3 1 4 3 3 3 3 2 35

34 2 2 2 3 2 1 2 3 1 1 2 3 3 1 2 30

35 3 1 2 3 1 1 1 3 3 3 1 3 3 1 2 31

36 2 1 2 3 1 1 2 3 3 3 1 3 3 1 2 31

37 3 1 1 2 1 1 2 3 3 4 3 3 3 1 2 33

38 2 1 2 3 1 2 2 3 2 3 1 3 3 2 3 33

39 2 2 2 3 1 1 2 1 2 3 1 2 3 2 3 30

40 2 2 2 3 1 1 2 3 1 3 1 3 3 3 3 33


(3)

42 2 2 2 3 2 1 2 1 2 2 3 3 3 1 3 32

43 2 2 2 3 1 1 2 3 2 4 1 3 3 1 3 33

44 2 1 1 3 1 1 2 3 3 1 2 20

45 2 2 2 3 1 1 2 2 3 1 3 22

46 2 2 2 3 2 2 2 3 1 4 1 3 3 2 3 35

47 3 2 2 3 1 2 2 3 3 4 1 3 3 3 3 38

48 2 2 2 3 2 1 2 3 3 2 3 25

49 1 1 1 3 1 1 2 2 2 4 1 3 3 1 3 29

50 2 1 1 2 1 1 2 3 2 3 1 1 3 1 2 26


(4)

LAMPIRAN III

DATA UNTUK PERHITUNGAN PERSAMAAN REGRESI HIPOTESIS PENELITIAN

NO X Y X.Y

1 26 30 676 900 780

2 26 33 676 1089 858

3 24 38 576 1444 912

4 26 29 676 841 754

5 25 31 625 961 775

6 25 27 625 729 675

7 24 32 576 1024 768

8 25 31 625 961 775

9 23 26 529 676 598

10 26 34 676 1156 884

11 24 33 576 1089 792

12 26 29 676 841 754

13 24 29 576 841 696

14 25 32 625 1024 800

15 26 32 676 1024 832

16 25 39 625 1521 975

17 26 36 676 1296 936

18 26 34 676 1156 884

19 26 30 676 900 780

20 22 35 484 1225 770

21 26 38 676 1444 988

22 26 30 676 900 780

23 24 35 576 1225 840

24 24 26 576 676 624

25 27 36 729 1296 972

26 26 30 676 900 780

27 23 38 529 1444 874

28 23 34 529 1156 782

29 25 37 625 1369 925

30 25 34 625 1156 850

31 25 33 625 1089 825

32 23 35 529 1225 805

33 28 35 784 1225 980

34 23 30 529 900 690

35 25 31 625 961 775

36 23 31 529 961 713

37 25 33 625 1089 825

38 21 33 441 1089 693

39 20 30 400 900 600

40 26 33 676 1089 858


(5)

42 23 32 529 1024 736

43 23 33 529 1089 759

44 24 20 576 400 480

45 26 22 676 484 572

46 23 35 529 1225 805

47 23 38 529 1444 874

48 25 25 625 625 625

49 22 29 484 841 638

50 25 26 625 676 650


(6)

LAMPIRAN IV CRITICAL VALUES FOR t

df

Confidence level for one-tailed test

.0,5 .0,25 .0,1 .005

Confidence level for two-tailed test

.10 .0,5 .02 .01

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 35 40 45 50 60 90 120 ∞ 6.134 2.920 2.353 2.132 2.015 1.943 1.895 1.860 1.833 1.812 1.796 1.782 1.771 1.761 1.753 1.746 1.740 1.734 1.729 1.725 1.721 1.717 1.714 1.711 1.708 1.706 1.703 1.701 1.699 1.697 1.687 1.684 1.679 1.676 1.671 1.662 1.658 1.645 12.706 4.303 3.182 2.776 2.571 2.447 2.365 2.306 2.262 2.228 2.201 2.179 2.160 2.145 2.131 2.120 2.110 2.101 2.093 2.086 2.080 2.074 2.069 2.064 2.060 2.056 2.052 2.048 2.045 2.042 2.030 2.021 2.014 2.009 2.000 1.987 1.980 1.960 31.821 6.965 4.541 3.747 3.365 3.143 2.998 2.896 2.821 2.764 2.718 2.681 2.650 2.624 2.602 2.583 2.567 2.552 2.539 2.528 2.518 2.508 2.500 2.492 2.485 2.479 2.473 2.467 2.462 2.457 2.438 2.423 2.412 2.403 2.390 2.369 2.358 2.326 63.657 9.925 5.841 4.604 4.032 3.707 3.499 3.355 3.250 3.169 3.106 3.055 3.012 2.977 2.947 2.921 2.898 2.878 2.861 2.845 2.831 2.819 2.807 2.797 2.787 2.779 2.771 2.763 2.756 2.750 2.724 2.704 2.690 2.678 2.660 2.632 2.617 2.576


Dokumen yang terkait

Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan (studi kasus : Pinjaman Bergulir di Kelurahan Bantan Kecamatan Tembung)

4 79 75

Analisis Dampak Program Pnpm Mandiri Perkotaan Bidang Infrastruktur Terhadap Pendapatan Masyarakat Di Kota Tebing Tinggi

0 35 104

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP) Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Di Desa Kampung Bilah Kecamatan Bilah Hilir Kabupaten Labuhan Batu

0 57 124

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Bidang Agribisnis Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sipogu Kecamatan Arse Kabupaten Tapanuli Selatan.

0 50 136

Evaluasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) Terhadap Pengembangan Sosio-Ekonomi Dan Kesejahteraan Masyarakat Di Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir

0 50 160

Partisipasi Masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Nasional (PNPM) Mandiri Perdesaan (Studi Deskriftif di Kelurahan Aek Simotung, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara)

0 62 148

Partisipasi Masyarakat Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP)Di Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara

4 84 264

Respon Masyarakat Terhadap Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) Di Kelurahan Pekan Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang

1 39 127

Pemberdayaan Masyarakat Miskin Melalui Program Pengembangan Kecamatan Di Kabupaten Aceh Utara...

0 33 3

Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di Desa Dolok Hataran Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun

0 55 76