Vaksinasi Induk Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Dan Ketahanan Benih Yang Dihasilkannya Terhadap Infeksi Bakteri Streptococcus Agalactiae

VAKSINASI INDUK IKAN NILA (Oreochromis niloticus)
DAN KETAHANAN BENIH YANG DIHASILKANNYA
TERHADAP INFEKSI BAKTERI Streptococcus agalactiae

KHAIRUN NISAA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul Vaksinasi Induk Ikan
Nila (Oreochromis niloticus) dan Ketahanan Benih yang Dihasilkannya terhadap
Infeksi Bakteri Streptococcus agalactiae adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2016

Khairun Nisaa
C161120041

RINGKASAN
KHAIRUN NISAA. Vaksinasi Induk Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dan
Ketahanan Benih yang Dihasilkannya terhadap Infeksi Bakteri Streptococcus
agalactiae. Dibimbing oleh SUKENDA, MUHAMMAD ZAIRIN JUNIOR,
ANGELA MARIANA LUSIASTUTI, dan SRI NURYATI.
Penyakit Streptococcosis utamanya disebabkan oleh bakteri S. agalactiae.
Bakteri ini termasuk Gram positif dan bagian yang bersifat virulen adalah
eksotoksin dari produk ekstraseluler (ECP). Bakteri S. agalactiae merupakan
salah satu bakteri yang berbahaya dan menyebabkan kematian massal pada
budidaya ikan nila. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji pengaruh pemberian
vaksin gabungan sel utuh dan ECP bakteri S. agalactiae isolat N14G pada induk
terhadap kualitas benih yang dihasilkan serta mengkaji potensi vaksinasi benih
yang dihasilkan guna peningkatan kualitas benih kedepannya. Tiga tahapan
penelitian dirancang untuk mencapai tujuan dari penelitian ini.

Pertama, untuk menentukan waktu vaksinasi induk terbaik berdasarkan
tingkat kematangan gonad. Tahap perkembangan gonad per satuan waktu
ditentukan melalui pengambilan contoh gonad ikan dewasa. Pengambilan contoh
gonad dan plasma darah dimulai sesaat setelah memijah (0 hari), dan dilanjutkan
setiap 7 hari hingga ikan memijah kembali. Pengamatan perkembangan gonad
secara makroskopik dilakukan langsung di lapangan dengan menggunakan
spesimen segar, dan dilanjutkan dengan analisis menggunakan metode histologi.
Analisis level vitelogenin (VTG) plasma secara kualitatif selama siklus reproduksi
menggunakan metode SDS-PAGE. Tahap selanjutnya adalah mengevaluasi level
IgM dalam telur dan benih dari induk yang divaksin pada 7 hari dan 14 hari
pascapemijahan. Vaksin yang digunakan adalah vaksin gabungan sel utuh dan
produk ekstraseluler dari bakteri S. agalactiae. Vaksin disuntikkan sebanyak 0,4
ml per kg ikan dengan konsentrasi vaksin 109 CFU/ml. Level IgM induk, telur,
dan benih dianalisis menggunakan metode indirect ELISA. Hasil pengamatan
perkembangan gonad menunjukkan bahwa awal vitelogenesis (Tingkat
Kematangan Gonad/TKG 2) ditemukan pada pengambilan contoh hari ke 7
pascapemijahan sebelumnya, dan puncak vitelogenesis (TKG 3) ditemukan pada
pengambilan contoh hari ke 14 pascapemijahan. Level IgM (optical density,
ELISA) dari induk yang divaksin pada 7 hari pascamijah dalam telur
(0.165±0.003) dan benih umur 7, 14, 21 dan 28 hari pascapenetasan (berturutturut 0.163±0.002; 0.162±0.006, 0.155±0.006, dan 0.140±0.008) signifikan lebih

tinggi (P