UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN SENAM LANTAI GERAK MERODA MELALUI ALAT BANTU PADA SISWA KELAS V SDN 1 SUMUR BATU

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN KEMAMPUAN HEAD STAND DENGAN CARA BERPASANGAN PADA SISWA KELAS III SDN

4 GADINGREJO TAHUN 2011

Oleh

BAMBANG PRASETYO

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kopstand dengan cara berpasangan pada siswa kelas III di SD Negeri 4 Gadingrejo Kabupaten Pringsewu.

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) dengan subjek penelitian adalah siswa kelas III di SD Negeri 4 Gadingrejo Kabupaten Pringsewu. yang berjumlah 25 siswa, dengan perincian 10 laki-laki dan 15 perempuan. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan melalui tes kemampuan kopstand.

Hasil penelitian menunjukkan: setiap siklus adanya peningkatan kemampuan kopstand, dan bila dilihat dari KKM pada siklus pertama diperoleh prosentase keberhasilan ketuntasan belajar sebesar 40 %, ternyata dapat meningkatkan kemampuan kopstand secara signifikan, pada siklus kedua diperoleh prosentase keberhasilan ketuntasan belajar 64 %, dan pada siklus ketiga diperoleh prosentase keberhasilan ketuntasan belajar 100 %. Hasil peningkatan ≥ 65% itu artinya hasil peningkatan kopstand dengan cara berpasangan menunjukan telah terjadi

peningkatan. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan kopstand siswa pada siswa kelas III SD Negeri 4 Gadingrejo sangat efektif setelah melalui peningkatan kemampuan kopstand siswa dengan cara berpasangan secara berkesinambungan.


(2)

PENINGKATAN KEMAMPUAN HEAD STAND DENGAN CARA BERPASANGAN PADA SISWA KELAS III SDN

4 GADINGREJO TAHUN 2011

Oleh

BAMBANG PRASETYO Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan Penjasorkes Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(3)

Judul Skripsi : PENINGKATAN KEMAMPUAN HEAD STAND DENGAN CARA BERPASANGAN

PADA SISWA KELAS III SDN 4 GADINGREJO TAHUN 2011

Nama Mahasiswa : BAMBANG PRASETYO Nomor Pokok Mahasiswa : 1013118001

Program Studi : Penjaskes

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Komisi Pembimbing

Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd. Drs. Ade Jubaedi, M.Pd. NIP 19510507 198103 1 002 NIP. 19580127 198503 1 003


(4)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Ade Jubaedi, M.Pd. …………

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Rahmat Hermawan, M.Kes. …………

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi.Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(5)

PERNYATAAN

Bahwa saya yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Bambang Prasetyo NPM : 1013118001

Tempat tanggal lahir : Tegalrejo, 29 Desember 1963 Alamat : Gadingrejo Kabupaten Pringsewu

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul “PENINGKATAN KEMAMPUAN KOPSTAND (HEAD STAND) DENGAN CARA

BERPASANGAN PADA SISWA KELAS III SDN 4 GADINGREJO TAHUN 2011” adalah benar hasil karya penulis berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 1 Agustus – 20 September 2012. Skripsi ini bukan hasil menjiplak, dan atau hasil karya orang lain.

Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya.

Bandar Lampung, Oktober 2012


(6)

PENINGKATAN KEMAMPUAN HEAD STAND DENGAN CARA BERPASANGAN PADA SISWA KELAS III SDN

4 GADINGREJO TAHUN 2011

(Skripsi)

Oleh

BAMBANG PRASETYO

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(7)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan sebagai salah satu proses pembinaan manusia yang

berlangsung seumur hidup melalui aktivitas jasmani berupa gerak. Gerak sebagai aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia dan dirinya secara alami dan berkembang searah dengan zaman. Melalui pendidikan jasmani yang diberikan di sekolah memiliki peranan penting karena memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani.

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Dalam kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), mata pelajaran Pendidikan Jasmani merupakan salah satu mata pelajaran inti bagi Sekolah Dasar (SD). Untuk menghasilkan manusia yang berkualitas tinggi, maka melalui Pendidikan Jasmani siswa SD perlu dibekali dengan bermacam-macam kegiatan fisik yang


(8)

dari ; Atletik, Senam, dan Pencak Silat. Sementara kegiatan pilihan terdiri dari ; Renang, Bulu Tangkis, Tenis Meja, Sepak Bola dan permainan tradisional.

Kegiatan fisik tersebut diberikan kepada anak untuk memenuhi salah satu tujuan khusus Pendidikan Jasmani yaitu meningkatkan ketrampilan melakukan kegiatan olahraga dan memiliki sikap positif anak terhadap kegiatan olahraga. Namun dalam prakteknya, penentuan tugas gerak suatu cabang olahraga dalam proses pembelajaran Pendidikan Jasmani di sekolah masih menjadi persoalan bagi anak. Hal ini menyebabkan materi yang diajarkan oleh guru berintikan teknik-teknik bagu yang tidak sesuai dengan tingkat usia dan kesiapan belajar anak. Padahal gerak tersebut termasuk dalam kategori dasar senam lantai.

Untuk mengatasi persoalan tersebut, guru harus berusaha untuk mencari dan mencoba berbagai metode yang sesuai dengan tingkat usia dan kesiapan anak seperti yang dikatakan Lutan (1993 : 3).

“Berhubungan dengan tingkat kesiapan belajar anak, maka perjenjangan tugas gerak yang selaras dengan tingkat perkembangan dan pertumbuhan anak merupakan tuntutan yang mendesak ditinjau dari kebutuhan

pebingkatan layanan pendidikan dasar”.

Berdasarkan pendapat tersebut, maka dengan melakukan pentahapan tugas gerak yang selaras dengan kematangan anak, proses pembelajaran pendidikan jasmani akan lebih efektif dan keselamatan anak terjamin. Di sisi lain, penentuan model untuk mengajarkan suatu tugas gerak harus disesuaikan kompleks atau


(9)

Di SDN 4 Gadingrejo, beberapa tugas gerak dalam materi senam lantai masih menjadi tugas gerak yang kompleks bagi anak, salah satunya adalah gerak kop stand (Head Stand). Namun, bila dianalisis lebih jauh lagi mengenai karakteristik geraknya memang cukup sulit bagi ukukuran siswa SD oleh karena itu di sini penulis memberikan cara berpasangan untuk memudahkan gerak tersebut.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat diidentifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pada umumya siswa merasa kesulitan menerima atau melakukan gerakan seperti gerakan kop stand dalam pembelajaran senam lantai

2. Siswa kurang antusias bila harus melakukan sendiri setelah melihat peragaan kawan maupun guru.

3. Pada umumya siswa masih belum bisa mengkoordinasikan gerakan

C. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan fokus masalah penelitian sebagai berikut :”Apakah dengan cara berpasangan dapat meningkatkan kemampuan senam lantai yakni kop stand siswa kelas III SDN 4 Gadingrejo?”


(10)

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Meningkatkan gerak dasar senam lantai yakni kop stand dengan cara berpasangan.

2. Untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran senam lantai yakni kop stand dengan cara berpasangan.

3. Untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar gerak dasar senam lantai yakni kop stand setelah berpasangan.

E. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai wawasan dan masukan bagi:

1. Bagi siswa

Sebagai perbandingan untuk meningkatkan latihan belajar gerak dasar senam lantai yakni kop stand setelah diberikan cara berpasangan secara benar.

2. Bagi guru penjas

Sebagai sumbangan pemikiran untuk meningkatkan latihan belajar gerak dasar senam lantai yakni kop stand dengan diberikan cara berpasangan secara benar di sekolah juga untuk memperbaiki metode pembelajaran Pendidikan Jasmani khususnya SDN 4 Gadingrejo.


(11)

3. Bagi Program Studi

Sebagai kontribusi untuk perbendaharaan dalam metode mengajarkan ketrampilan senam lantai yakni kop stand..

4. Bagi FKIP

Sebagai model pembelajaran yang berguna untuk mata kuliah terutama bekal persiapan PPL di sekolah


(12)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan Jasmani

Pendidikan Jasmani merupakan pendidikan yang mengaktulisasikan potensi-potensi aktivitas manusia berupa sikap, tindakan dan karya yang diberi bentuk, isi, dan arah untuk menuju kebulatan kepribadian sesuai dengan cita-cita

kemanusiaan, untuk menjaga keseimbangan antara perkembangan kecerdasan otak dan ketrampilan jasmani, maka sekolah-sekolah di Indonesia diberikan pendidikan olahraga. Peranan dan fungsi guru penjas yang baik akan terwujud apabila memiliki inisiatif, kreatifitas dan inovatif serta selektif dalam memilih dan menentukan suatu metode atau pendekatan pembelajaran yang cocok dan sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak didiknya.

Pengertian pendidikan jasmani dalam pedoman khusus yang diterbitkan oleh Depdiknas Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah tahun 2003, mengemukakan definisi Pendidikan Jasmani sebagai berikut :

“Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didisain untuk meningkatkan kebugaran jasmani,

mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, dan sikap sportif serta kecerdasan emosi”. Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui aktivitas jasmani untuk mencapai perkembangan individu secara menyeluruh. Melalui pendidikan jasmani siswa di sosialisasikan kedalam aktivitas jasmani termasuk keterampilan berolahraga. Tidaklah mengherankan bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian pendidikan menyeluruh dan sekaligus memiliki potensi yang


(13)

strategis untuk mendidik. Pendidikan jasmani yang dikemukakan oleh Wiranto Arismunandar. (1997) bahwa :

“Perndidikan Jasmani adalah suatu proses pendidikan sesorang sebagai perseorangan maupun sebagai anggota masyarakat yang dilakukan secara sadra dan sistematik melaului berbagai kegiatan Jasmani dalam rangka peningkatkan kemampuan dan ketrampilan jasmani,

pertumbuhan kecerdasan dan pembentukan watak. Sedangkan Olahraga merupakan bentuk-bentuk kegiatan jasmani yang terdapat dalam

permainan, perlombaan dan kegiatan jasmani yang intensif dalam rangka memperoleh rekreasi, kemenangan dan prestasi yang optimal.” Bila disimpulkan bahwa pendidikan jasmani adalah pendidikan melalui aktitifitas jasmani yang bertujuan untuk meningkatkan perilaku hidup sehat seutuhnya.

B. Belajar Mengajar

Hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang “belajar”. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar adalah merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil dan tujuan.

Pengertian ini sangat berbeda dengan Slameto. (1988) adalah “Belajar dimaknai sebagai proses tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Tingkah laku ini mencakup aspek pengetahuan,

ketrampilan dan sikap”. Tingkah laku dapat menjadi dua berpasangan yaitu dapat diamati dan yang tidak. Tingkah laku yang dapat diamati disebut dengan

behavoral performance, sedangkan yang tidak diamati disebut behavioral tendency. Sedangkan mengajar menurut pandangan Ngalim Purwanto.(1998) adalah upaya dalam memberikan rangsangan (stimulus), bimbingan, pengarahan dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar.


(14)

Dari pandangan mengenai belajar dan mengajar di atas pada dasarnya dalam proses belajar mengajar guru perlu menerapkan pendekatan yang sesuai dengan kodisi dan situasi, sehingga proses belajar mengajar berjalan secara kompleks dan tidak sekedar menyampaikan informasi dari guru kepada siswa saja, melainkan dalam menyampaikan bahan pelajaran dan dalam kegiatan belajar guru dan peserta didiknya keduanya harus aktif.

C. Belajar Motorik

Menurut Abin Syamsuddin Makmun. (1998), Belajar adalah memodifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Menurut rumusan tersebut bearti bahwa belajar bukan hanya sekedar mengingat melainkan lebih luas dari itu, yaitu mengalami. Hasil belajar bukan hanya penguasa latihan, melainkan perubahan prilaku.

Sedangkan mengajar menurut pandangan Yandianto.(2003), adalah upaya dalam memberikan rangsangan (stimulus), bimbingan, pengarahan dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar. Dari pandangan mengenai belajar dan mengajar di atas pada dasarnya dalam proses belajar mengajar guru perlu menerapkan pendekatan yang sesuai dengan kodisi dan situasi, sehingga proses belajar mengajar berjalan secara kompleks dan tidak sekedar menyampaikan informasi dari guru kepada siswa saja, melainkan dalam menyampaikan bahan pelajaran dan dalam kegiatan belajar guru dan peserta didiknya keduanya harus aktif


(15)

D. Belajar Gerak

Belajar gerak adalah belajar yang diwujudkan melaui-mealui respon-respon muscular.

Dan diekspresikan dalam gerakan tubuh. Yang dipelajari di dalam belajar gerak adalah pola-pola gerakan ketrampilan tertentu misalnya gerak-gerak ketrampilan olahraga. Di dalam mempelajari gerakan olahraga, atlet berusaha untuk mengerti gerakan-gerakan yang dipelajari, kemudian apa yang dimengerti itu

dikomandokan kepada otot-otot tubuh untuk mewujudkan dalam gerakan tubuh secara keseluruhan atau hanya sebagian sesuai dengan pola gerakan yang

dipelajari. Proses belajar gerak berbentuk kegiatan mengamati gerakan kemudian mencoba menirukan berulang-ulang; menerapkan pola-pola gerak tertentu pada situasi tertentu yang dihadapi; dan juga dalam bentuk kegiatan menciptakan pola-pola gerak baru untuk tujuan tertentu.

Dalam gerak juga terdapat istikah “ranah gerak. Kata ranah adalah terjemahan dari kata “domain” yang bisa dartikan bagian atau unsur. Gerak tubuh merupakan salah satu kemampuan manusia untuk melaksanakan hidupnya. Gerak tubuh manusia bias diklasifikasikan menjadi bebrapa macam.

Anita j. Harrow (1972) membedakan gerakan tubuh manusia menjadi enam klasifikasi. Enam klasifikasi gerakan tubuh menurut Anita j. Harrow

1. Gerak refleks

2. Gerak dasar fundamental 3. Kemampuan perceptual


(16)

4. Kemampuan fisik 5. Gerak Keterampilan 6. Komunikasi non diskursif

Keenam klasifikasi tersebut merupakan suatu kesatuan yang membentuk gerakan tubuh manusia, dan merupakan suatu urutan mulai dari yang bersifat bawan sejak lahir sampai ke taraf paling tinggi yang bisa dilakukan oleh manusia.

Belajar gerak sangat berhubungan dengan latihan, maka Lutan (1988 ; 309) memaparkan sebagai berikut

“Pada waktu yang permulaan latihan, kemampuan itu barangkali memiliki kemampuan yang sama; tetapi selanjutnya kemampuan atau abilitas itu bertalian dengan kepekaan kinesthetic, dan tak bertalian dengan orientasi spatial. Ketika si pelaku semakin terampil, mereka seperti tidak menggunakan abilitas yang berbeda untuk menghasilkan suatu kegiatan ketimbang ketika masih belum terampil. Latihan

menghasilkan perubahn dalam kemampuan yang melandasi suatu tugas gerak”.

Dalam hal ini jelas bahwa perubahan seperangkat kemampuan adalah akibat latihan dari waktu ke waktu. Dari penjelasan tersebut dapat dinyatakan bahwa kegiatan belajar dalam Pendidikan Jasmani merupakan prasyarat penting untuk menguasai ketrampilan. Untuk memperoleh suatu ketrampilan olahraga

diperlukan aktivitas belajar dari tiap individu. Tanpa belajar atau berlatih tidak mungkin ada perubahan yang diharapkan pada diri seseorang, baik tingkahnya, penampilannya maupun sikapnya. Dalam hal kegiatan Pendidikan Jasmani ketrampilan itu perlu dipelajari secara sistematik dan teratur.


(17)

E. Senam

Senam yaitu latihan tubuh yang dipilih dan diciptakan dengan berencana, disusun secara sistematis, dengan tujuan membentuk dan mengembangkan pribadi secara harmonis (depdikbud, 1983/1984).

a. Senam Lantai

Senam ketangkasan adalah bentuk-bentuk gerakan senam yang dilakukan dengan unsur kekuatan, kecepatan, ketepatan, kelentukan, keterampilan, keberanian, dan kepercayaan pada diri sendiri. Senam ketangkasan merupakan urutan gerakan dari suatu rangkaian yang terpadu yang dilakukan dengan cepat, lepat, luwes, dan lancar sehingga indah dipandang. Senam ketangkasan sering disebut senam pertandingan atau senam artistik, karena gerakan-gerakannya harus sesuai dengan peraturan yang berlaku.

b. Kop stand

1. Pengertian Kop Stand

Kop stand merupakan posisi berdiri dengan kepala di bawah.Teknik ini digunakan dalam situasi yang berbeda, seperti yoga, breakdancing dan pemula senam.


(18)

2. Gerakan Kop Stand

a. Sikap PermulaanBerdiri tegak, kedua kaki rapat. Kedua lengan disamping dan pandangan lurus ke depan.

b. Gerakan Kop stand

1. Keseimbangan dilakukan dengan posisi awal roll ke depan 2. Tangan dan kepala membentuk segitiga sama sisi

3. Ayunkan salah satu kaki keatas dan diikuti kaki yang lain

4. Bawa kedua kaki keatas, sampai kedua kaki rapat dan lurus dengan badan 5. Badan bertumpu pada kepala dan dibantu oleh tangan untuk menjaga

keseimbangan

6. Apabila posisi tidak seimbang dan hampir jatuh, tindakan yang harus dilakukan ialah gerakan roll depan.

3. Hal – Hal Yang Tidak Boleh Dilakukan

a. Menempatkan kedua tangan dan kepala tidak segitiga sama sisi b. Kekakuan pada leher, sendi bahu, perut, pinggang dan paha c. Kurang kuatnya otot leher, bahu, perut, pinggang dan paha

d. Alas dasar/ lantai tempat kepala bertumpu terlalu keras, menimbulkan rasa sakit e. Siswa terlalu cepat / kuat menolak


(19)

4. Latihan kondisi fisik

Kondisi fisik siswa memegang peranan yang sangat penting dalam suatu program latihan. Program latihan kondisi fisik haruslah direncanakan secara baik dan sistematis, ditujukan untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional dari sistem tubuh sehingga dengan demikian memungkinkan atlet untuk mencapai prestasi yang lebih baik.

Jika kondisi fisik baik maka:

a) Akan ada peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung. b) Akan ada peningkatan dalam kekuatan, kelentukan, stamina, kecepatan dan

komponen kondisi fisik lainnya.

c) Akan ada ekonomi gerak yang lebih baik pada waktu latihan.

d) Akan ada pemulihan yang lebih cepat dalam organ-organ tubuh setelah latihan e) Akan ada respons yang cepat dari organisme tubuh kita apabila sewaktu-waktu

respon demikian diperlukan.

Kalau faktor-faktor tersebut tidak atau kurang tercapai setelah suatu masa latihan kondisi fisik tertentu, maka hal ini berarti bahwa perencanaan dan sistematik latihan kurang sempurna. Karena sukses dalam olahraga sering menuntut keterampilan yang sempurna dalam situasi strees dalam meningkatkan prestasi siswa.

Jadi, sebelum melakukan gerakan senam, seorang siswa harus sudah berada dalam suatu kondisi fisik dan tingkat fitness yang baik untuk menghadapi intensitas kerja


(20)

dan segala macam strees yang akan dihadapinya selama melakukan gerakan senam (kops tand).

Tanpa adanya kondisi fisik yang seksama dan serius siswa harus dilarang untuk mengikuti suatu kegiatan olahraga senam.

Dalam melakukan latihan-latihan kondisi fisik serta perkembangan fitness yang optimal, banyak tekanan yang harus diberikan pada perkembangan tubuh secara keseluruhan yang secara teratur harus ditambah dalam intensitasnya. Proses conditioning dalam olahraga adalah suatu proses yang harus dilakukan dengan hati-hati, dengan sabar, dan dengan penuh kewaspadaan terhadap siswa. Melalui latihan yang berulang-ulang dilakukan, yang sedikit demi sedikit ditambah dalam intensitas dan kompleksitasnya, siswa lama-kelamaan akan berubah menjadi orang yang lebih lincah, lebih kuat, lebih terampil dan dengan sendirinya lebih efektif.

Proses conditioning harus dapat membangkitkan reaksi-reaksi yang positif dalam tubuh kita, yaitu kemajuan dalam organisasi neurophysicologis kita, dan

kemajuan dalam penyesuaian perubahan-perubahan (adaptive alterations) dalam jaringan-jaringan tubuh kita. Para ahli olahraga berpendapat bahwa atlet yang mengikuti suatu program latihan kondisi fisik pre-season yang intensif akan memiliki kekuatan, daya tahan, dan stamina yang lebih baik.


(21)

5. Akibat Yang Timbul Dari Kesalahan Melakukan Kop Stand a. Cedera

Menurut Corbin, C.B., et al. (1997), secara umum macam-macam cedera yang mungkin terjadi adalah:

- cedera ligamentum, cedera pada otot dan tendo

- pingsan. Struktur jaringan di dalam tubuh yang sering terlibat dalam cedera olahraga adalah:

otot, tendo, tulang, persendian termasuk tulang rawan, ligamen, dan fasia a.1. Cedera pada Otot atau Tendo dan Ligamen

Menurut Corbin, C.B., et al. (1997), cedera pada ligamentum dikenal dengan istilah sprain sedangkan cedera pada otot dan tendo dikenal sebagai strain. 1) Sprain

Sprain adalah cedera pada ligamentum, cedera ini yang paling sering terjadi padaberbagai cabang olahraga.” hal ini terjadi karena stress berlebihan yang mendadak atau penggunaan berlebihan yang berulang-ulang dari sendi.

Berdasarkan berat ringannya cedera sprain dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu a) Sprain Tingkat I

Pada cedera ini terdapat sedikit hematoma dalam ligamentum dan hanya beberapa serabut yang putus. Cedera menimbulkan rasa nyeri tekan, pembengkatan dan rasa sakit pada daerah tersebut.


(22)

b) Sprain Tingkat II

Pada cedera ini lebih banyak serabut dari ligamentum yang putus, tetapi lebih separuh serabut ligamentum yang utuh. Cedera menimbulkan rasa sakit, nyeri tekan, pembengkakan, efusi, (cairan yang keluar) dan biasanya tidak dapat menggerakkan persendian tersebut.

c) Sprain Tingkat III

Pada cedera ini seluruh ligamentum putus, sehinnga kedua ujungya terpisah. Persendian yang bersangkutan merasa sangat sakit, terdapat darah dalam persendian, pembekakan, tidak dapat bergerak seperti biasa, dan terdapat gerakan–gerakan yang abnormal.

2) Strain

Strain adalah kerusakan pada suatu bagian otot atau tendo karena penggunaan yang berlebihan ataupun stress yang berlebihan. Membagi strain menjadi 3 tingkatan, yaitu:

a) Strain Tingkat I

Pada strain tingkat I, terjadi regangan yang hebat, tetapi belum sampai terjadi robekan pada jaringan otot maupun tendon.

b) Strain Tingkat II

Pada strain tingkat II, terdapat robekan pada otot maupun tendon. Tahap ini menimbulkan rasa nyeri dan sakit sehingga terjadi penurunan kekuatan otot.


(23)

c) Strain Tingkat III

Pada strain tingkat III, terjadi robekan total pada unit musculo tendineus. Biasanya hal ini membutuhkan tindakan pembedahan, kalau diagnosis dapat ditetapkan. Adapun strain dan sprain yang mungkin terjadi dalam cabang olahraga renang yaitu punggung, dada, pinggang, bahu, tangan, lutut, siku, pergelangan tangan dan pergelangan kaki.

b. Dislokasi

Dislokasi adalah terlepasnya sebuah sendi dari tempatnya yang seharusnya. Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi di bahu, angkle (pergelangan kaki), lutut dan panggul. Faktor yang meningkatkan resiko dislokasi adalah ligamen-ligamennya yang kendor akibat pernah mengalami cedera,

kekuatan otot yang menurun ataupun karena factor eksternal yang berupa tekanan energi dari luar yang melebihi ketahanan alamiah jaringan dalam tubuh.

c. Patah Tulang (Fraktur)

Patah tulang adalah suatu keadaan yang mengalami keretakan, pecah atau patah, baik pada tulang maupun tulang rawan. Fraktur berdasarkan continuitas patahan, patah tulang dapat digolongkan menjadi dua yaitu:

1. Patah tulang komplek, dimana tulang terputus sama sakali. 2. Patah tulang stress, dimana tulang retak, tetapi tidak terpisah.


(24)

Sedangkan, berdasarkan tampak tidaknya jaringan dari bagian luar tubuh membagi patah tulang manjadi:

1. Patah tulang terbuka dimana fragmen (pecahan) tulang melukai kulit diatasnya dan tulang keluar.

2. Patah tulang tertutup dimana fragmen (pecahan) tulang tidak menembus permukaan kulit.

F. Model berpasangan

Menurut Rusli Lutan (dalam Rahmat Hermawan, 1998), bahwa beberapa model pembelajaran pendidikan jasmani menurut Mosston adalah gaya komando

(command style), pemberian tugas (task teaching), pengajaran individu (individual teaching), pengajaran berpasangan (reciprocal teaching), pengajaran

berpasangan (group teaching), pemecahan masalah (problem solving), dan penemuan terbimbing (guided discovery). Berdasarkan pengamatan dan pengalaman mengajar yang selama ini dilakukan, untuk mengatasi tingkat kesulitan dan mengatasi rasa ketakutan siswa dalam melaksanakan pembelajaran gerak kop stand maka model berpasangan sangat tepat untuk meningkatkan pembelajaran gerak tersebut, karena kemungkinan siswa mendapat bantuan dari temannya dalam melakukan gerakan tersebut sangat bepsar, sehingga keadaan ini menjadi motivasi pula dalam meningkatkan keberanian siswa dalam belajar gerak yang dianggap sangat kompleks tersebut.


(25)

G. Hipotesis

Hipotesis merupakan petunjuk arah proses penelitian untuk menjelaskan permasalahan yang harus dicari pemecahannya. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : “Jika model berpasangan diterapkan pada pembelajaran senam lantai khususnya kopstand, maka hasil belajar gerak dasar kop stand pada siswa kelas III dapat ditingkatkan.


(26)

III. METODE PENELITIAN

A. Metodologi

Metodologi adalah ”Ilmu yang membahas tentang jalan atau cara

mendapatkan sesuatu atau data dengan menggunakan teknik serta alat-alat yang sistematis dalam rangka mendapatkan suatu hal yang diinginkan” (Winarno Surachmad, 1986: 105). Sedangkan menurut Sutrisno Hadi (1981:4) Metodologi adalah ”suatu usaha untuk menentukan, mengembangkan serta menguji kebenaran suatu pengetahuan , usaha mana dilakukan dengan menggunakan metode-metode ilmiah”.

Dari pengertian diatasmaka dapat penulis kemukakan bahwa metodologi penelitian adalah metode yang digunakan seorang peneliti dalam usahanya memperoleh hasil yang diinginkan atau diharapkan dari penelitian yang

diharapkan. Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Muhadjir, Noeng, (1997), berpendapat bahwa: ”Penelitian deskriptif dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian dilakukan. Penelitian ini diarahkan untuk menetapkan sifat suatu situasi pada waktu penyelidikan itu dilaksanakan.

Dalam penelitian deskriptif tidak ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan seperti yang ditemua dalam penelitian eksperimen. Tujuan penelitian ini adalah untuk melukiskan vriabel atau kondisi ”apa adanya” dalam situasi tertentu.


(27)

B. Jenis Penelitian

Dalam memecahkan masalah sangat diperlukan suatu cara atau metode. Karena metode merupakan faktor penting dalam menentukan keberhasilan dari suatu penelitian terhadap suatu subjek yang akan diteliti. Dalam hal ini peneliti ingin menggunakan metode penelitian tindakan (kaji tindak) yang akan dilaksanakan pada siswa kelas III SDN 4 Gadingrejo. Kesalahan yang sering terjadi pada kop stand Kesalahan yang sering terjadi pada kop stand Menempatkan kedua tangan dan kepala tidak segitiga sama sisi, Kekakuan pada leher, sendi bahu, perut, pinggang dan paha, Kurang kuatnya otot leher, bahu, perut, pinggang dan paha, Alas dasar / lantai tempat kepala bertumpu terlalu keras, menimbulkan rasa sakit Dan Siswa terlalu cepat / kuat menolak. Sehingga bahwa siswa kelas III memilki kemampuan yang kurang dalam melakukan kegiatan belajar mengajar Pendidikan Jasmani khusunya dalam senam lantai yakni Kop Stand (Head Stand).

Penelitian tindakan bertujuan untuk mengembangkan ketrampilan-ketrampilan baru atau cara pendekatan baru dan untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung di dunia kerja atau dunia aktual lain.

Penelitian ini bercirikan sebagai berikut :

1. Menyediakan kerangka kerja yang teratur untuk memecahkan masalah dan perkembangan- perkembangan baru yang lebih baik.

2. Bersifat kolaboratif

3. Tujuan untuk meningkatkan pelaksanaan suatu program pembelajaran yang efektif dan efesien.


(28)

Sedangkan tujuan utama dari PTK adalah untuk perbaikan dan peningkatan praktik pembelajaran secara berkesinambungan, juga untuk pengembangan kemampuan ketrampilan guru untuk menghadapi permasalahan aktual

pembelajaran dikelasnya dan atau di sekolahnya sendiri. Dalam penelitian ini penulis merencanakan penelitian sampai tiga siklus dan disetiap siklus memiliki tindakan yang berbeda

Menurut Moch Slamet bahwa yang dimaksud dengan penelitian tindakan kelas (PTK) adalah kajian tentang situasi soasial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan di dalamnya Moch Slamet. (1990). Seluruh prosesnya telaah, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pengaruh menciptakan hubungan yang diperlukan antara evaluasi diri dari perkembangan professional. Dalam penelitian ini penulis merencanakan penelitian sampai tiga siklus dan disetiap siklus memiliki tindakan yang berbeda.

Dalam pelaksanaanya setiap proses penelitian merupakan tindak lanjut dari siklus sebelumnya. Penelitian tindakan ini dilakukan melalui putaran yang setiap siklusnya terdiri dari rencana, tindakan, observasi dan refleksi.

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas III SDN 4 Gadingrejo yang berjumlah, dengan pertimbangan bahwa siswa di kelas tersebut mendapat nilai di bawah standar rata-rata untuk pelajaran pendidikan jasmani khususnya senam lantai yakni kop stand


(29)

D. Tempat dan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) a. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SDN 4 Gadingrejo pada siswa kelas VI. b. Pelaksanaan Penelitian

Lama waktu yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah satu bulan.

E. Proses Pembelajaran Kopstand

Siklus I Rencana :

1. Menyiapkan alat-alat yang berkaitan dengan proses pembelajaran dan instrument yang diperlukan untuk mengobservasi tindakan. 2. Menyiapkan siswa untuk mengikuti proses belajar mengajar

Pendidikan Jasmani khusunya Senam Lantai yakni Kop stand Tindakan :

1. Memberikan penjelasan dan mengenalkan alat yang akan digunakan pada pembelajaran di siklus pertama.

2. Mendemonstrasikan latihan Kop stand dua orang siswa dengan cara salah satu siswa melakukan kopstand dengan cara dibantu salah satu teman untuk memegang kaki siswa tersebut.

3. Menyuruh siswa melakukan gerakan kop stand melalui cara berpasangan.


(30)

Observasi :

Setelah tindakan dilakukan, diamati, kemudian dikoreksi dan diberikan waktu pengulangan serta dinila imenggunakan alat perekam yang dapat di replay ulang untuk menjaga objektifitas penilaian.

Refleksi :

1. Hasil observasi disimpulkan dan dianalisis, bahwa pelaksanaan tindakan siklus pertama dengan model pembelajaran berpasangan sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran gerak dasar Kop stand, namun masih terdapat kekurangan.

2. Merencanakan tindakan untuk siklus kedua, yang mana penulis berencana memberikan latihan Kop stand Pada siklus berikutnya Siklus II

Rencana :

1. Menyiapkan alat-alat yang berkaitan dengan proses pembelajaran dan instrument yang diperlukan untuk mengobservasi tindakan. 2. Menyiapkan siswa untuk mengikuti proses belajar mengajar

Pendidikan Jasmani khususnya senam lantai yakni Kop stand Tindakan :

1. Memberikan petunjuk, tentang pelaksanaan pembelajaran

2. Mendemonstrasikan latihan Kop stand dua orang siswa dengan cara salah satu siswa melakukan kopstand dengan cara dibantu salah satu teman untuk memegang kaki siswa tersebut.


(31)

Observasi :

Setelah tindakan dilakukan, diamati dan dikoreksi, kemudian diberikan waktu pengulangan serta /dievaluasi menggunakan alat perekam yang dapat di replay ulang untuk menjaga objektifitas penilaian

Refleksi

1. Hasil observasi disimpulkan, bahwa pelaksanaan tindakan siklus kedua dengan cara berpasangan sangat berpengaruh, namun masih terdapat kekurangan.

2. Merencanakan tindakan untuk siklus berikutnya, apabila terdapat indikator yang kurang maka penulis merencanakan siklus

berikutnya.

Siklus III Rencana :

1. Menyiapkan alat dan tempat untuk melakukan kopstand dengan berpasangan.

2. Menyiapkan siswa untuk mengikuti pemebelajaran senam lantai yakni kopstand yang akan dilakukan dan sebelumnya menyuruh pemanasan.

Tindakan :

1. Memberikan petunjuk, mendemonstrasikan cara pelaksanaan siklus kedua.


(32)

2. Melakukan latihan kopstand

Observasi :

Setelah tindakan dilakukan, diamati, dikoreksi dan diberikan waktu pengulangan. Pada pertemuan berikutnya dilakukan tes menggunakan kopstand dengan berpasangan. Hasil tes pada siklus ketiga di analisis menggunakan persentase.

Refleksi

1. Hasil observasi disimpulkan dan dianalisis, bahwa pelaksanaan hasil latihan kopstan dengan berpasangan sangat berpengaruh terhadap hasil pembelajaran kopstand padasiswa kelas III.

2. Hasil pembelajaran kopstanddengan berpasangan sudah dianggap baik maka siklus berhanti sampai di sini.

F. Teknik Pengumpulan data

Observasi adalah studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena-fenomena social atau gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan langsung (Kartini Kartono, 1983 : 142). Metode ini penulis gunakan untuk mengungkap-kan data tentang kegiatan siswa dalam mengikuti pembelajaran pendidimengungkap-kan jasmani Senam Lantai yakni Kop stand.


(33)

G. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengukur pelaksanaan PTK disetiap siklusnya. Alat itu berupa indikator-indikator penilaian gerak kop stand Bentuk indikator dalam hand stand roll adalah : 1) Sikap awal, 2)

Pelaksanaan.dan 3) sikap akhir. Jika masing-masing prediktor pada setiap indikator nampak maka berapapun jumlahnya akan dihitung secara total. Jumlah skor (total) dibagi tiga untuk mencari nilai rata-rata setiap siswa.

H. Teknik Analisis Data

Untuk melihat seberapa besar peningkatan atau efektivitas kemampuan siswa dalam melakukan melompat pada setiap siklus, maka menggunakan rumus : P = X 100 %

Keterangan:

P = Prosentase keberhasilam

F = jumlah frekuensi yang dilakukan N = jumlah siswa yang mengikuti tes I. Validnya Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Moch Slamet. (1990), mengatakan bahwa validnya penelitian tindakan kelas bila tindakan itu memang aplikatif dan dapat berfungsi untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Sehingga criteria validitas penelitian tindakan kelas terletak pada aplikatifnya atau berfungsinyatindakan untuk mengupayakan perbaikan atas masalah yang dihadapi.


(34)

Didasarkan pendapat di atas maka penelitian dalam setiap siklus telah memberikan dampak terhadap dalam upaya peningkatan gerak dasar siswa melakukan gerakan Kop standmelalui model pembelajaran dengan cara berpasangan.


(35)

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan pada Bab IV maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Siswa yang termasuk kedalam kategori baik sekali berjumlah 0 %siswa 2. Siswa yang termasuk kedalam kategori baik berjumlah 1 siswa atau 4% 3. Siswa yang termasuk kedalam kategori sedang berjumlah 15 atau 60%

Siswa

4. Siswa yang masuk dalam kategori kurang berjumlah 9 atau 36% siswa. 5. Siswa yang masuk dalam kategori kurang sekali berjumlah 0 atau 0%

siswa.

Maka dapat disimpulkan tingkat kebugaran jasmani siswa kelas VI SDN 2 Waringinsari Timur Kecamatan Adiluwih kabupaten Pringsewu pada tingkat klasifikasi sedang.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan maka perlu diajukan beberapa saran sebagai berikut:,

1. Untuk meningkatkan kebugaran jasmani yang baik, sebaiknya dilakukan penelitian dengan menggunakan metode yang berbeda dan obyek penelitian dari aspek yang berbeda pula.


(36)

3. Untuk menjaga kebugaran jasmani yang stabil sebaiknya kita melakukan olahraga yang teratur dimulai dari tingkat olahraga yang ringan hingga ketingkat olahraga yang berat.


(37)

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang penulis laksanakan di kelas III SDN 4 Gadingrejo Kabupaten Pringsewu dapat terlaksana dengan waktu yang telah dijadwalkan. Dan penulis beri judul laporan ini “Peningkatan Kemampuan Kopstand (Head Stand) Dengan Cara Berpasangan Pada Siswa Kelas III SDN 4 Gadingrejo tahun 2011”.

Banyak manfaat yang penulis dapatkan sebagai seorang pendidik selama melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), untuk meningkatkan

profesionalisme dalam memperbaiki kinerja dalam pembelajaran. Kemudian penulis lebih serius dan percaya diri dalam mengelola pembelajaran melalui latihan terbimbing untuk memperbaiki pembelajaran dikelas yang dilakukan berulang kali dengan proses refleksi yang penulis lakukan dengan merenung dan diskusi dengan teman sejawat.

Penulis menyadari hasil kerja ini masih banyak sekali kekurangan dan masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.

Semoga hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para guru pada umumnya. Sebagai hasil untuk


(38)

Penulis


(39)

MOTTO


(40)

Kupersembahkan karya tulis ini kepada :

1.

Kedua Orang Tua ku Tercinta Ayahanda atas jasa mu lah

Ananda untuk mencapai cita-cita.

2.

Ibunda ku yang telah mendidikku, memberi kasih sayang,

semangat dan nasehat serta doa demi keberhasilan ku.

3.

Istri dan anak-anak Tercinta yang telah memberi semangat,

support, masukan serta saran dalam menyelesaikan Laporan

Skripsi ini.

4.

Kepala sekolah dan rekan guru di SDN 4 Gadingrejo yang selalu

memberi dukungan.

5.

Sahabat-sahabatku yang selalu menemani perjuanganku bersama-sama

dari awal sampai akhir masa kuliahku di Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung

6.

Almamater Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lampung tercinta


(41)

Penulis dilahirkan di Tegalrejo pada tanggal 29 Desember 1963 dengan nama lengkap Bambang Prasetyo, merupakan anak ke tiga dari sepuluh bersaudara, putra pasangan Bapak Sujo Adi Sunyoto (Alm) dan Ibu Sutinah.

Pendidikan formal yang di tempuh penulis adalah : 1. Sekolah dasar (SD) Negeri 4 Gadingrejo selesai pada tahun 1977. 2. Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 gadingrejo selesai tahun

1981.

3. Sekolah Guru Olahraga (SGO) PGRI Tanjung Karang selesai pada tahun 1984.

Pada tahun 1985 penulis diangkat menjadi PNS dan bertugas di SDN 4 Gadingrejo sampai dengan sekarang. Pada tahun 2010 meneruskan jenjang pendidikan kesarjanaan pada Universitas Lampung Jurusan Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan dalam Jabatan.


(42)

Asalamualaikum. Wr. Wb

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan Salam semoga selalu tercurah kepada baginda Rasulullah SAW yang mulia. Skripsi dengan judul “Peningkatan Kemampuan Kopstand (Head Stand) Dengan Cara Berpasangan Pada Siswa Kelas III SDN 4 Gadingrejo tahun 2011” adalah dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk pencapaian gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Baharuddin, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan 3. Bapak Drs. Ade Jubaedi, M.Pd. selaku Pembimbing yang telah memberikan

bimbingan, pengarahan dan motivasi serta kepercayaan kepada penulis. 4. Bapak Dr. Rahmat Hermawan, M.Kes. selaku Penguji Utama yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan.

5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Penjaskes FKIP Unila yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan keteladanan selama penulis menjalani studi.


(43)

melaksanakan penelitian pada siswa kelas III.

8. Siswa-siswi kelas III SD Negeri 4 Gadingrejo, terimakasih atas waktu dan kerjasamanya.

9. Teman-teman seperjuangan di Program S1 dalam Jabatan terutama kelompok Sukimin, ayo sukseskan program S1 secepatnya. Semangat.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penyelesaian tugas akhir ini.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Wasalamualaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, 17 September 2012 Penulis


(44)

(45)

Gambar Halaman 1.GambarKopstand…... 14


(46)

Halaman

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR... xv

I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Identifikasi Masalah... 3

C. Rumusan Masalah... 3

D. Tujuan Penelitian... 4

E. Kegunaan Penelitian... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA... 6

A. Pendidikan Jasmani... 6

B. BelajarMengajar ………... 7

C. BelajarMotorik ………... 8

D. BelajarGerak ………... 9

E. Senam ……... 11

F. Model Berpasangan……... 11

G. Hipotesis ………….………. 19

III. METODOLOGI PENELITIAN... 20

A. Metodologi……… 20

B. Jenis Penelitian... 21

C. Subyek Penelitian... 22

D. Tempat dan Pelaksanaan Penelitian... 23

E. Proses PembelajaranKopstand………... 23

F. Teknik Pengumpulan Data... 26

G. InstrumenPenelitian……….. 27

H.TeknikAnalisis Data... 27

I. ValidnyaPenelitianTindakanKelas... 27

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 29

A. Hasil Penelitian... 29


(47)

DAFTAR PUSTAKA ………... 36 LAMPIRAN ... 38


(48)

Corbin, C.B., et al. (1997). Physical Fitness With Laboratories. USA: Times Minor Higher Education Group, Inc.

Depdikbud, 1994, Tes Kebugaran Jasmani Indonesia Untuk Umur 10-12

Tahun,Jakarta

Depdikbud, 2003. Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar Senam di Sekolah Dasar Kelas I s/d VI mata Pelajaran Pendidikan Jasmani. Jakarta

Hermawan Rahmat, 1998, Usaha Manajemen Kelas dalam Pembelajaran

Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Yang Inovatif dan Prediktif di SDN 3 Gedung Air Tanjung Karang Barat Bandar Lampung, Universitas Lampung, Lampung.

J. Haraw Anita, 1972, Materi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Erlangga, Jakarta.

Kartono, Kartini, 1986, Pengantar Metodologi Riset Sosial, Alumni Bandung. Lutan Rusli (1988), Belajar Keterampilan Motorik, P2LPTK, Jakarta

Makmun Abin Syamsuddin. 1998. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Muhadjir, Noeng, 1997. Pedoman Pelaksanaan Penelitian Kaji Tindak, BPGSD, Yogyakarta.

Munandar Aris. 1997. Makalah: Masa Depan Penjas dan Olahraga Di Indonesia.

Bandung: IKA IKIP Bandung.

Purwanto Ngalim. 1998. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Rusli Lutan, Suherman Adang, 1993, Pengukuran dan Evaluasi Penjaskes,

DEPDIKNAS, DIRJEN Pendidikan Dasar dan Menengah.

Slameto. 1988. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Bina Aksara.

Slamet Moch. (1990). "Instrumen Penelitian." Penataran Penelitian Dasar. Yogyakarta: FPOK IKIP Yogyakarta.


(49)

(50)

(51)

1 Norma Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (untuk Putera dan

Puteri)... 21 2 Norma Tes Lari 40 Meter Untuk Usia 10-12 Tahun... 3. Norma Tes Pull-Up Untuk Usia 10-12 Tahun..... 4 Norma Tes Sit-Up Untuk Usia 10-12 Tahun... 5. Norma Tes Sit-Up Untuk Usia 10-12 Tahun... 6. Norma Tes Lari 600 Meter Untuk Usia 10-12 Tahun...

7 Peningkatan Kebugaran Jasmani Tiap Siklus... 31


(1)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR... xv

I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Identifikasi Masalah... 3

C. Rumusan Masalah... 3

D. Tujuan Penelitian... 4

E. Kegunaan Penelitian... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA... 6

A. Pendidikan Jasmani... 6

B. BelajarMengajar ………... 7

C. BelajarMotorik ………... 8

D. BelajarGerak ………... 9

E. Senam ……... 11

F. Model Berpasangan……... 11

G. Hipotesis ………….………. 19

III. METODOLOGI PENELITIAN... 20

A. Metodologi……… 20

B. Jenis Penelitian... 21

C. Subyek Penelitian... 22

D. Tempat dan Pelaksanaan Penelitian... 23

E. Proses PembelajaranKopstand………... 23

F. Teknik Pengumpulan Data... 26

G. InstrumenPenelitian……….. 27

H.TeknikAnalisis Data... 27

I. ValidnyaPenelitianTindakanKelas... 27

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 29

A. Hasil Penelitian... 29


(2)

V. KESIMPULAN DAN SARAN... 34

A. Kesimpulan...34

B. Saran... 34

DAFTAR PUSTAKA ………... 36


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Corbin, C.B., et al. (1997). Physical Fitness With Laboratories. USA: Times Minor Higher Education Group, Inc.

Depdikbud, 1994, Tes Kebugaran Jasmani Indonesia Untuk Umur 10-12 Tahun,Jakarta

Depdikbud, 2003. Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar Senam di Sekolah Dasar Kelas I s/d VI mata Pelajaran Pendidikan Jasmani. Jakarta

Hermawan Rahmat, 1998, Usaha Manajemen Kelas dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Yang Inovatif dan Prediktif di SDN 3 Gedung Air Tanjung Karang Barat Bandar Lampung, Universitas Lampung, Lampung.

J. Haraw Anita, 1972, Materi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Erlangga, Jakarta.

Kartono, Kartini, 1986, Pengantar Metodologi Riset Sosial, Alumni Bandung. Lutan Rusli (1988), Belajar Keterampilan Motorik, P2LPTK, Jakarta

Makmun Abin Syamsuddin. 1998. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muhadjir, Noeng, 1997. Pedoman Pelaksanaan Penelitian Kaji Tindak, BPGSD, Yogyakarta.

Munandar Aris. 1997. Makalah: Masa Depan Penjas dan Olahraga Di Indonesia. Bandung: IKA IKIP Bandung.

Purwanto Ngalim. 1998. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Rusli Lutan, Suherman Adang, 1993, Pengukuran dan Evaluasi Penjaskes,

DEPDIKNAS, DIRJEN Pendidikan Dasar dan Menengah.

Slameto. 1988. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Bina Aksara.

Slamet Moch. (1990). "Instrumen Penelitian." Penataran Penelitian Dasar. Yogyakarta: FPOK IKIP Yogyakarta.


(4)

Surachmad, Winarno, 1990, Pengantar Penelitian Ilmaih Dasar dan Metode Teknik, PT. Tarsiti, Bandung.

Sutrisno Hadi. 1989.Metodologi Research 2.Yogyakarta: Andi Offset Yandianto.(2003).Kamus Umum Bahasa Indonesia.Bandung:M2S Bandung


(5)

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Norma Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (untuk Putera dan

Puteri)... 21 2 Norma Tes Lari 40 Meter Untuk Usia 10-12 Tahun... 3. Norma Tes Pull-Up Untuk Usia 10-12 Tahun.....

4 Norma Tes Sit-Up Untuk Usia 10-12 Tahun... 5. Norma Tes Sit-Up Untuk Usia 10-12 Tahun... 6. Norma Tes Lari 600 Meter Untuk Usia 10-12 Tahun...

7 Peningkatan Kebugaran Jasmani Tiap Siklus... 31


Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN SENAM LANTAI GERAK DASAR SPLIT DENGAN ALAT BANTU PADA SISWA KELAS VIII-B SMP NEGERI I NATAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011

1 17 69

MELALUI PENINGKATAN PEMBELAJARAN GERAK DASAR HAND STAND MENGGUNAKAN ALAT BANTU PADA SISWA KELAS V SDN 1 BATU PUTUK BANDAR LAMPUNG

0 4 19

UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN GERAK DASAR HAND STAND MENGGUNAKAN ALAT BANTU PADA SISWA KELAS V SDN 1 TANJUNG GADING BANDAR LAMPUNG

0 12 49

MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR MENYUNDUL BOLA MELALUI MODIFIKASI ALAT BANTU PADA SISWA KELAS V SDN 1 BUMIAYU PRINGSEWU

0 9 56

MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR MENYUNDUL BOLA MELALUI MODIFIKASI ALAT BANTU PADA SISWA KELAS V SDN 1 BUMIAYU PRINGSEWU

0 18 56

UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN SENAM LANTAI GERAK MERODA MELALUI ALAT BANTU PADA SISWA KELAS V SDN RAMAN AJI LAMPUNG TIMUR

0 40 37

UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN SENAM LANTAI GERAK MERODA MELALUI ALAT BANTU PADA SISWA KELAS V SDN 1 SUMUR BATU

1 29 43

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR GERAK MERODA SENAM LANTAI MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL DAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI I EROMOKO TAHUN PELAJARAN 2015/2016.

0 0 17

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LONCAT HARIMAU DALAM SENAM LANTAI MELALUI ALAT BANTU PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS X MESIN 1 SMK PGRI 1 SURAKARTA.

0 0 17

PENGGUNAAN ALAT BANTU KARET UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK MERODA PADA PEMBELAJARAN SENAM LANTAI : Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas V SDN Cisitu 1 Bandung - repository UPI S POR 1101515 Title

0 0 4