PENDAHULUAN Analisis wacana kematian terduga teroris Siyono di Media Indonesia dan Republika ANISA INDRIANI FDK

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Dewasa ini, masyarakat modern tidak bisa dipisahkan oleh informasi yang disebarkan oleh media massa. Ditambah lagi dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat dan mempengaruhi kebiasaan hidup masyarakat perkotaan. Hampir pada setiap aspek kehidupan masyarakat selalu memiliki aktivitas yang berhubungan dengan komunikasi massa. Secara sederhana, masyarakat komunikasi massa adalah suatu masyarakat yang kehidupan atau kesehariannya tidak bisa dilepaskan dari adanya media massa itu sendiri. Dalam masyarakat ini, kegiatan seperti mencari informasi, mencari bahan pendidikan, mencari hiburan, membeli dan menjual barang, serta masih banyak lagi, semuanya dilakukan melalui media massa. Maka, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa masyarakat kini sangat bergantung pada informasi yang disajikan oleh media massa, baik secara online maupun offline. Media massa yang diproduksi secara offline atau cetak masih memegang kendali atas isu yang akan disebarluaskan. Keakuratannya yang lebih baik dibandingkan media online sering menjadi alasan mengapa media cetak lebih layak untuk diteliti. Para jurnalis media cetak memiliki lebih banyak waktu untuk mendalami isu yang akan diangkat menjadi laporan utama dan memiliki proses redaksi yang cukup panjang sehingga tidak sembarang berita yang bisa naik cetak. Tidak seperti halnya jurnalis online yang lebih mengedepankan kecepatan dibandingkan keakuratan dari laporannya. Dalam catatan akhir tahunnya, Aliansi Jurnalis Independen merujuk data Nielsen yang menyebutkan bahwa dari 117 surat kabar yang dilihat, 16 unit media telah gulung tikar pada 2015. 1 Dalam banyak ulasan menyatakan bahwa media cetak tidak akan bertahan lama dan akan tergantikan dengan media baru online. Namun, banyak pula media cetak yang tetap survive untuk mempertahankan eksistensinya. Diantaranya adalah Media Indonesia dan Republika. Kedua media besar tersebut hingga kini masih berjalan baik dengan pandangan yang berbeda. Bagaimana media merespon sebuah isu, tentu tidak hanya berdasarkan nilai- nilai berita, tetapi apa yang dianggap penting oleh media biasanya juga dipengaruhi oleh tujuan media itu sendiri. Secara eksplisit, tujuan media bisa dilihat dari visi misi media tersebut yang akhirnya tertuang di dalam code of conduct perusahaan. Apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan, ditulis, diberitakan wartawan, hingga sudut pandang isi berita haruslah mencerminkan media yang menaunginya. Ketika kita berbicara mengenai isi dari sebuah media massa, sesungguhnya kita telah berbicara mengenai suatu wacana . Tanpa disadari, hampir setiap hari kita telah menelan begitu banyak wacana yang dibentuk oleh publik maupun media massa itu sendiri. Pada dasarnya media massa bukanlah sesuatu yang bebas dan independen. Media mewakili realitas sosial yang terkait dengan berbagai macam kepentingan. Keterkaitan media ini berhubungan dengan kepentingan yang berada di dalam maupun di luar media massa itu sendiri. Dalam memproduksi berita, media massa sering dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan faktor eksternal. 2 Faktor internal antara lain berupa pengaruh individu pekerja media, kebijakan 1 Sumber: http:www.remotivi.or.idkabar247Media-Cetak-yang-Berhenti-Terbit- Tahun-2015- , diakses pada 4 Mei 2016 2 Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa: Sebuah Studi Critical Doscourse Analysis terhadap Berita-berita Politik, Jakarta: Granit, 2004, h. 2 redaksional tertentu mengenai isu-isu sensitif seperti terorisme, kepentingan para pengelola media, relasi media dengan sebuah nilai-nilai atau kepercayaan tertentu. Sementara faktor eksternal dapat berupa tekanan pasar pembaca, sistem pers yang berlaku, iklan dan kekuatan-kekuatan lainnya. Kepentingan-kepentingan eksternal dan internal inilah yang mengakibatkan media massa sulit menghindari bias dalam penyampaian beritanya. Awal tahun 2016 lalu, Indonesia dikejutkan dengan beberapa serangan teror salah satunya yang terjadi di Jakarta dan pada pertengahan Maret 2016, muncul berita tentang penangkapan terduga teroris Siyono yang dilakukan oleh satuan Densus 88. Siyono yang diduga kuat merupakan pimpinan wilayah Jamaah Islamiyah di Klaten ditangkap pada 9 Maret di desa Pogung, Klaten. Siyono meninggal saat dibawa Densus 88 menuju tempat penyimpanan senjata. Namun, saat diperjalanan terjadi perkelahian antara Siyono dan Densus 88 yang menyebabkan kematian Siyono. Jamaah Islamiyah JI adalah organisasi teroris Asia Tenggara yang berbasis di Indonesia. JI tetap aktif dalam aktivitas- aktivitasnya meskipun pada Agustus 2003 terjadi penangkapan atas Hambali, alias Riduan Isamuddin, seorang operator kunci. JI memiliki lebih 200 anggota yang terkait atau diduga sebagai jaringan, yang saat ini tengah menjalani penahanan di Indonesia, Malaysia, Singapura dan Filipina. 3 Pada pemberitaan kematian Siyono, media cetak seperti Kompas, Media Indonesia, Sindo, Tempo dan Jakarta Post tidak memasukkan isu ini sebagai headline. Republika yang memasukkan sebanyak empat kali berita Siyono dalam 3 Sukawarsini Djelantik, Terorisme: Tinjauan Psiko-politis, Peran Media, Kemiskinan, dan Keamanan Nasional, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2010, h. 103 headline-nya tentu tidak terlepas dari nilai-nilai yang digunakan dan relasi kepentingan media itu sendiri. Media Indonesia, walaupun tidak memasukkan berita ini sebagai headline, tetapi sempat membahas berita ini lewat liputan khusus dan editorial. Berdasarkan teori agenda media, suatu isu dapat dianggap penting jika terdapat di bagian depan atau headline, jumlah luas kolom yang diberikan dan berada di halaman berapa isu tersebut ditempatkan. Jika pengamatan peneliti dikaitkan dengan teori agenda media yang dijelaskan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa kedua media memberikan perhatian lebih terhadap kasus kematian terduga teroris Siyono. Apa yang ingin disampaikan oleh media disebut juga sebagai wacana. Terkait dengan analisis wacana pada tataran kritis, teks yang diproduksi oleh media tidak dipandang sebagai sesuatu yang netral, tetapi menyangkut konteks, di mana dalam bahasa dipakai untuk tujuan dan praktik tertentu, termasuk di dalamnya praktik kekuasaan. Wacana yang dibangun oleh media juga dapat menjadi representasi kekuasaan untuk mendefinisikan sesuatu atau suatu kelompok menjadi tidak benar atau buruk. Dalam pemberitaan kematian terduga teroris Siyono, sangat mungkin terjadi misrepresentasi dalam penafsirannya. Penghilangan dan pemunculan aktor sosial yang terjadi dalam artikel bisa jadi merupakan strategi yang sengaja dibangun oleh media untuk mengarahkan persepsi masyarakat agar sesuai dengan apa yang diinginkan oleh media. Berita yang diterbitkan oleh media biasanya diterima sebagai kebenaran atau realitas yang benar-benar terjadi. Kebenaran dalam media adalah bahwa tidak ada realitas atau kebenaran mutlak dalam media. Sebaliknya media adalah ruang dimana kelompok dominan menyebarkan pengaruhnya dengan meminggirkan kelompok lain yang tidak dominan dalam berita. Kelompok-kelompok yang lebih lemah dan lebih membangkang mendapatkan pers yang lebih buruk dan berpengaruh lebih sedikit. Paletz dan Entman memberikan contoh kelompok- kelompok terpinggirkan yang memiliki akses positif kecil atau kontrol yang kecil terhadap peliputan media, misalnya pengunjuk rasa tidak resmi, pelaku kerusuhan urban, ibu-ibu makmur, para mahasiswa militan, kaum reaksioner radikal, dan miskin. 4 Siyono termasuk dalam kelompok yang terpinggirkan karena dianggap radikal, bagian dari kelompok teroris dan diduga sebagai orang yang memiliki peran penting dalam memasok senjata kelompok Jamaah Islamiyah. Eksekusi Siyono yang dilakukan oleh Densus 88 tentu menyalahi aturan karena bagaimanapun seorang tersangka tidak boleh dihakimi sebelum proses pengadilan dilaksanakan. Maka dapat dikatakan sebelum ada proses peradilan status Siyono adalah warga negara biasa dan belum bisa dikatakan bersalah. Seperti yang kita ketahui bahwa Densus 88 berada dalam institusi kepolisian dan dilindungi oleh pemerintah, berita tentang terorisme juga sangat dijaga ketat oleh pihak kepolisian maka besar kemungkinan bahwa kebenaran atas kejadian tersebut terdistorsi oleh penyaringan berita yang dilakukan oleh pihak kepolisian. Ketika berita disampaikan oleh kepolisian kepada media, maka terjadilah interaksi antara wacana dengan pengaruh-pengaruh internal dan eksternal media seperti yang sudah dipaparkan di paragraf sebelumnya. Sikap kehati-hatian media dan kepentingan di dalamnya saat memberitakan isu terorisme justru menciptakan 4 Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa McQuail Edisi 6 Buku 2, Jakarta: Salemba Humanika, 2011, h. 21 posisi salah satu aktor menjadi terpinggirkan. Seperti dua media yang menjadi perhatian penulis, yaitu Media Indonesia dan Republika. Wacana yang disampaikan oleh kedua media tersebut terlihat berbeda walaupun pada peristiwa atau kejadian yang sama. Hal ini mengarahkan pada asumsi bahwa kasus ini adalah kasus yang merepresentasikan kepentingan antara pemerintah dan warga sipil dengan kata lain kasus ini dijadikan sebagai pertarungan wacana antar media. Berdasarkan asumsi di atas maka semakin menguatkan asumsi lain yang menyatakan bahwa tidak ada media yang melahirkan sebuah wacana tanpa adanya subjektivitas. Melihat dari adanya upaya pemarjinalan kelompok yang dilakukan oleh kedua media dalam mewacanakan kasus ini, bagaimana lingkaran kepentingan saling berinteraksi untuk membentuk wacana dan bagaimana ideologi media mempengaruhi berita maka peneliti tertarik untuk meneliti permasalahan ini dengan judul Analisis Wacana Kasus Kematian Terduga Teroris Siyono pada Media Indonesia dan Republika . B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana Media Indonesia dan Republika mewacanakan kasus kematian terduga Teroris Siyono? C. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Media Indonesia dan Republika mewacanakan kasus kematian terduga teroris Siyono. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis Pada segi akademis, penelitian ini dilakukan untuk mengaplikasikan teori komunikasi terutama penelitian kualitatif dengan menggunakan metode analisis wacana pada tataran kritis. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi pengembangan keilmuan mengenai wacana di media massa. 2. Manfaat Praktis Secara praktis, penelitian ini dapat memberi referensi bacaan untuk publik. Penulis juga berharap penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan data penunjang pengetahuan mengenai studi ilmu komunikasi. E. Tinjauan Pustaka Dalam penelitian mengenai analisis wacana isu terorisme khususnya kinerja Datasemen Khusus 88 pada kasus kematian terduga teroris Siyono, peneliti melakukan tinjauan pustaka kepada penelitian sebelumnya. Beberapa penelitian yang memiliki keterkaitan dengan skripsi ini yaitu: 1. Skripsi yang berjudul Kepemilikan Media Dalam Mencitrakan Partai Politik Analisis Wacana Kritis Berita Partai Politik Nasional Demokrat Dalam Kolom Indonesia Memilih Harian Umum Media Indonesia yang ditulis oleh Anggy Agustin, mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam tahun 2014. Skripsi ini membahas tentang bagaimana media mencitrakan partai Nasional Demokrat menggunakan analisis wacana kritis model Teun A. van Dijk. Kesimpulan dari skripsi ini adalah bahwa wacana yang dibentuk oleh Media Indonesia sengaja dibentuk lebih dominan diantara partai politik lainnya dan dicitrakan secara positif. 2. Jurnal yang berjudul Pemberitaan Gubernur Bali, Mangku Pastika, Dalam Surat Kabar Bali Post: Analisis Strategi Eksklusi-Inklusi Theo Van Leeuwen yang ditulis oleh Titan Ratih Bestari, Gd. Artawan, dan I Nyoman Yasa, mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja yang diterbitkan sebagai e-journal Universitas Pendidikan Ganesha JPBSI, Volume: Vol 2 No: 1 Tahun 2014. Jurnal ini mendeskripsikan strategi inklusi dan eksklusi yang dilakukan oleh Bali Post pada memberitakan Gubernur Bali, Mangku Pastika menggunakan model Theo van Leeuwen. Kesimpulannya menyatakan bahwa media bersikap tidak netral dengan cara memilih narasumber yang lebih dominan pada struktur kekuasaan. Dari skripsi dan jurnal yang peneliti temukan dan peneliti jadikan sebagai acuan, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa belum ada mahasiswa Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang meneliti tentang kematian terduga teroris Siyono menggunakan model analisis wacana kritis yang dikembangkan oleh Theo van Leeuwen. Maka dari itu peneliti tertarik meneliti permasalahan tersebut dengan judul Analisis Wacana Kasus Kematian Terduga Teroris Siyono pada Media Indonesia dan Republika F. Metodologi Penelitian 1. Paradigma Penelitian Sebagai karya ilmiah, setiap pembahasan menggunakan metode untuk menganalisa dan mendeskripsikan suatu masalah. Metode itu sendiri berfungsi sebagai landasan dalam mengelaborasi suatu masalah, sehingga suatu masalah dapat diuraikan dan dijelaskan dengan gamblang dan dapat dipahami. Bogdan dan Taylor yang dikutip Lexy J. Moleong mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata- kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. 5 Penelitian ini menggunakan pendekatan bahasa kritis yang dikembangkan oleh Theo van Leeuwen. Pendekatan kualitatif ini memusatkan perhatian pada susunan gramatikal yang membentuk suatu pandangan bahwa tata bahasa dapat digunakan sebagai media penyampai ideologi yang dilakukan oleh kelompok dominan. Analisis wacana didefinisikan sebagai suatu upaya pengungkapan maksud tersembunyi dari sang subjek yang mengemukakan suatu pernyataan. Metode analisis berbeda dengan analisis isi kualitatif yang lebih menekankan pada pertanyaan apa who, analisis wacana lebih melihat kepada bagaimana how dari suatu pesan atau teks komunikasi. Melalui analisis wacana kita bukan hanya mengetahui bagaimana isi teks berita, tetapi bagaimana juga pesan itu disampaikan dengan melihat bagaimana struktur kebahasan tersebut. 6 5 Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007, h. 3 6 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, Jakarta: Kencana, 2007. h, 23 2. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah tim redaksi Media Indonesia dan Republika, sedangkan objek penelitian ini adalah berita mengenai kematian terduga teroris Siyono di Media Indonesia edisi 5 April dan Republika edisi 2 April 2016. 3. Metode Pengumpulan Data Adapun tahapan-tahapan dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan dua metode, yaitu: a. Wawancara Peneliti melakukan wawancara interview dengan pihak-pihak terkait di kedua media, yaitu Usman Kansong selaku pimpinan redaksi Media Indonesia dan Fitriyan Zamzami selaku redaktur halaman satu harian Republika. b. Dokumentasi Dokumentasi adalah penelitian yang mengumpulkan, membaca, dan mempelajari berbagai bentuk data tertulis buku, majalah, atau jurnal yang terdapat di perpustakaan, internet, atau instansi lain yang dapat dijadikan referensi analisis dalam penelitian. 4. Teknik Analisis Teknik analisis data menggunakan analisis bahasa kritis model Theo van Leeuwen yang membagi perhatian analisisnya menjadi dua, yaitu proses pengeluaran exclusion dan pemasukan inclusion. Tahap pertama, penetapan subjek dan objek penelitian. Dalam tahap ini peneliti berhadapan dengan isi media sebagai subjek penelitian yang menjadi tempat penggalian atau pengungkapan ideologi dari objek yang direpresentasikan. Tahap kedua, setelah peneliti menetapkan fokus teks yang akan diteliti berikutnya peneliti melakukan analisis dengan mengidentifikasi elemen wacana yang muncul tentang permasalahan ideologi yang telah dirumuskan, kemudian mengkategorikannya sesuai dengan landasan teori atau fenomena yang ditemukan. Tahap ketiga, merupakan tahap interpretasi terhadap temuan-temuan mengenai elemen wacana, atau frame, atau kode- kode yang menunjukkan representasi ideologi, atau perjuangan ideologi atau dominasi ideologi. 7 Tahap keempat, peneliti membandingkan hasil interpretasi dari kedua media. Berdasarkan data yang didapat dari tiga tahap tersebut kemudian dianalisis dengan melewati tiga tahapan analisis data dalam penelitian deskriptif kualitatif, yaitu 1 pereduksian data, 2 penyajian data, dan 3 penarikan simpulanpembuktian, 4 perbandingan. 5. Tempat Penelitian Penelitian ini bertempat di kantor Media Indonesia dan Republika. Kantor Media Indonesia terletak di Jalan Pilar Mas Raya Kav. A-D, Kedoya Selatan, Komplek Delta Kedoya, Kebon Jeruk, Jakarta 11520 Indonesia. Website: mediaindonesia.com, telp. +6221 581 2088, fax. +6221 581 2102 redaksi dan Kantor Republika terletak di Jalan Warung Buncit Raya No. 37 Jakarta Selatan 12510 Indonesia. Email: sekretariatrepublika.co.id . 7 Udi Rusadi, Kajian Media: Isu Ideologis dalam Perspektif, Teori dan Metode, Jakarta: Rajawali Pers, 2015, h. 115 G. Sistematika Penulisan Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai skripsi ini maka penulis akan menguraikan dalam 5 bab.

BAB I PENDAHULUAN