Analisis wacana kematian terduga teroris Siyono di Media Indonesia dan Republika ANISA INDRIANI FDK
ANALISIS WACANA KEMATIAN TERDUGA TERORIS SIYONO DI MEDIA INDONESIA DAN REPUBLIKA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
Anisa Indriani
NIM: 1112051100053
JURUSAN JURNALISTIK
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
(2)
i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
ANALISIS WACANA KEMATIAN TERDUGA TERORIS
SIYONO DI MEDIA INDONESIA DAN REPUBLIKA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Anisa Indriani NIM 1112051100053
Pembimbing
Bintan Humeira, M.Si NIP. 19771105 200112 2 002
JURUSAN JURNALISTIK
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1438 H/2017 M
(3)
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tangerang, 28 Januari 2017
(4)
(5)
iv ABSTRAK Anisa Indriani
Analisis Wacana Kematian Terduga Teroris Siyono di Media Indonesia dan Republika
Pada pertengahan 2016 lalu muncul peristiwa kematian terduga teroris Siyono yang terjadi di Desa Pogung, Klaten. Kematian Siyono diduga karena ada kesalahan dalam penanganan yang dilakukan oleh Densus 88. Siyono meninggal pada saat dibawa ke tempat persembunyian senjata yang berlokasi di Prambanan. Hasil visum menyatakan bahwa terdapat tanda-tanda kekerasan yang dialami oleh Siyono sebelum meninggal dan hal tersebut menyeret anggota Densus 88 yang bertugas saat itu. Peristiwa kematian Siyono akhirnya diwacanakan secara berbeda di dua media nasional, dalam hal ini yaitu Media Indonesia dan Republika. Pandangan yang berseberangan antara kedua media menjadikan ranah publik sebagai arena pertarungan wacana.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan penelitian ini adalah menjawab pertanyaan penelitian mengenai bagaimana media mewacanakan kasus kematian terduga teroris Siyono.
Untuk menjawab pertanyaan penelitian, peneliti menggunakan teori marjinalisasi dan analisis wacana kritis model Theo van Leeuwen. Terdapat empat macam strategi marjinalisasi, yaitu penghalusan makna, pengasaran bahasa, labelisasi dan stereotipe. Dalam wacana van Leeuwen, ia memusatkan perhatiannya pada bagaimana aktor dimarjinalkan posisinya melalui proses eksklusi dan inklusi. Beberapa teori pendukung seperti ideologi media juga peneliti gunakan untuk memberikan analisis yang lebih mendalam mengenai wacana di bidang media.
Penelitian ini menggunakan metodologi paradigma kritis dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif yang dilakukan oleh peneliti adalah menganalisis data dengan mengumpulkan data yang berhubungan dan mengonfirmasi hasil temuan dengan wawancara dengan pihak-pihak terkait.
Dalam pemberitaan tentang kematian terduga teroris Siyono, media indonesia mewacanakan kasus ini dengan memarjinalkan posisi Siyono dengan begitu maka Media Indonesia terlihat cenderung melindungi pihak kepolisian. Sedangkan Republika mewacanakan kasus ini dengan memposisikan Siyono sebagai korban pelanggaran HAM dan dibela oleh tim advokasi yang dibentuk oleh PP Muhammadiyah. Keberpihakan media sangat ditentukan oleh ideologi yang dianut oleh media. Jika dilihat dari struktur kekuasaan, Media Indonesia memiliki kecenderungan melindungi pemerintah karena pemilik medianya adalah seorang pemimpin partai politik yang berkoalisi dengan pemerintah yang berkuasa. Sedangkan Republika menyuarakan tim advokasi karena ada Muhammadiyah di dalamnya. Pada dasarnya setiap media melakukan upaya hegemoni tidak terkecuali Media Indonesia dan Republika. Penerimaan publik atas wacana yang dikembangkan oleh industri media adalah tujuan dari setiap media.
Kata kunci: Wacana, Media Indonesia, Republika, Siyono, Muhammadiyah, Objektifitas.
(6)
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillahirabbil alamin, segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik. Tidak lupa shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW berserta keluarga dan para sahabatnya.
Setelah proses yang cukup panjang dan melelahkan akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Tidak hanya karena kerja keras dan doa. Namun, banyak pihak yang turut serta mendukung dan mendoakan penulis agar dapat menyelesaikan skripsi pada waktu yang tepat. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, oleh karena itu ucapan terima kasih penulis haturkan kepada:
1. Bapak Mujirun Budiharjo dan Ibu Siti Julaeha sebagai orang tua penulis yang tak hentinya memberikan dukungan baik moril dan materil. Memberikan kasih sayang dan doa yang tak pernah terputus sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dan mendapat gelar sarjana.
2. Bapak Dr. Arief Subhan, M. A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Suparto, M. Ed, Ph. D., M. A, Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, Dra. Hj. Roudhonah, M. Ag., serta Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan Dr. Suhaimi, M. Si.
(7)
vi
3. Bapak Kholis Ridho selaku Ketua Jurusan Jurnalistik dan Ibu Laeli Musfirah selaku Sekretaris Jurusan yang telah memberi masukan dan membantu penulis dalam menyelesaikan persoalan akademis dan administrasi.
4. Ibu Bintan Humeira, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan memberikan pengarahan kepada penulis. Semoga selalu diberikan kesehatan dan kemudahan dalam segala urusan.
5. Segenap dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah membantu penulis dalam memahami pelajaran di bangku kuliah sehingga penulis bisa menyelesaikan kuliah di waktu yang tepat. Semoga Allah senantiasa melindungi dan memberikan nikmat dan karunia-Nya kepada mereka.
6. Bapak Usman Kansong selaku Pimpinan Redaksi Media Indonesia yang menjadi narasumber penulis serta sekretariat Media Indonesia yang membantu penulis mendapatkan data untuk penelitian.
7. Bapak Fitriyan Zamzami selaku Redaktur Halaman 1 harian Republika yang bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi narasumber peneliti. Semoga bantuan yang mereka berikan dibalas dengan kemudahan dalam urusannya. 8. Keluarga penulis, Indra Gunawan, Danang Wibisono, Diah Nawang Wulan
dan Lintang Az Zahra, yang selalu mengingatkan penulis agar segera menyelesaikan kuliah.
9. Kategori sahabat terbaik penulis, Ahmad Faathir dan Lukman Hakim yang senantiasa berbagi ceria dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi. 10. Teman-teman Grup Penuh Berkah, Rizky Ananda, Dwinda Nur Oceani, Annisa Rahmah dan Indah Permata Sari yang membantu menyemangati
(8)
vii
penulis dan memberikan lawakan-lawakan yang kadang tidak lucu tetapi menghibur. Semoga kita selalu diberikan keberkahan dan kebahagiaan di setiap langkah dan keputusan yang kita ambil.
11. Tim penyemangat skripsi, Dziah Adzkia, Rahma Sari, Lilik Nur Cholilah, Ka Edo, Ka Izul, Ai Munawaroh, Rebecca Safitri, Moudy Lilang Shelita, dan Ahmad Fauzi. Terima kasih atas waktu dan support-nya semoga kalian dipermudah segala urusan, studi dan rezekinya.
12. KKN Sigma dan keluarga Ibu Titin yang pernah mengisi hari-hari penulis selama satu bulan dan memberikan pelajaran hidup.
13. Teman-teman Jurnalistik kelas A dan B angkatan 2012.
Penulis senantiasa berdoa semoga amal baik yang telah diberikan oleh orang-orang terkasih baik yang tertera di atas atau pun tidak selalu mendapatkan ridha Allah dalam setiap kegiatan positifnya. Teriring salam dan doa, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Aamiin.
Tangerang, 28 Januari 2017
(9)
viii DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING... i
LEMBAR PERNYATAAN... ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN... iii
ABSTRAK... iv
KATA PENGANTAR... v
DAFTAR ISI... viii
DAFTAR TABEL... x
DAFTAR GAMBAR... xi
DAFTAR LAMPIRAN... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan... 7
D. Manfaat Penelitian... 7
E. Tinjauan Pustaka ... 8
F. Metodologi Penelitian ... 9
G. Sistematika Penulisan... 12
BAB II KERANGKA TEORI A. Analisis Wacana ... 14
B. Analisis Wacana Model Theo van Leeuwen ... 15
1. Eksklusi ... 16
2. Inklusi ... 17
C. Marjinalisasi ... 21
D. Konsep Berita ... 22
E. Konsep Ideologi ... 24
F. Konsep Terorisme ... 29
BAB III GAMBARAN UMUM A. Sejarah Media Indonesia ... 36
1. Manajemen Baru ... 39
2. Visi dan Misi Media Indonesia ... 41
3. Profil Pembaca ... 42
B. Sejarah Harian Republika ... 43
1. Perkembangan Harian Republika... 45
2. Visi dan Misi Harian Republika... 47
3. Profil Pembaca ... 50
BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA A. Hasil Temuan Eksklusi dan Inklusi pada Media Indone-sia dan Republika ... 53
(10)
ix
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan... 92 B. Saran ... 93 DAFTAR PUSTAKA
(11)
x
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Pasivasi Teks Media Indonesia dan Republika ... 54
Tabel 4.2 Nominalisasi Teks Media Indonesia dan Republika ... 55
Tabel 4.3 Diferensiasi Teks Media Indonesia dan Republika ... 56
Tabel 4.4 Indeterminasi Teks Media Indonesia dan Republika ... 58
Tabel 4.5 Determinasi Teks Media Indonesia dan Republika... 60
Tabel 4.6 Kategorisasi Teks Media Indonesia dan Republika ... 61
Tabel 4.7 Asosiasi Teks Media Indonesia dan Republika... 63
Tabel 4.8 Identifikasi Teks Media Indonesia dan Republika ... 64
Tabel 4.9 Asimilasi Teks Media Indonesia dan Republika ... 67
Tabel 4.10 Abstraksi Teks Media Indonesia dan Republika ... 68
Tabel 4.11 Individualisasi Teks Media Indonesia dan Republika... 69
Tabel 4.12 Konstruksi Makna tentang Densus 88 Menurut Media Indo-nesia dan Republika... 74
Tabel 4.13 Konstruksi Makna tentang Siyono Menurut Media Indonesia dan Republika... 74
(12)
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Jenis Kelamin Profil Pembaca Media Indonesia ... 42
Gambar 3.2 Profesi Profil Pembaca Media Indonesia ... 43
Gambar 3.3 Usia Profil Pembaca Media Indonesia ... 43
Gambar 3.4 Jenis Kelamin Profil Pembaca Republika ... 50
Gambar 3.5 Profesi Profil Pembaca Republika... 50
(13)
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Keterangan Penelitian Media Indonesia Lampiran 2 Surat Keterangan Penelitian Republika Lampiran 3 Teks Berita Media Indonesia
Lampiran 4 Teks Berita Republika
Lampiran 5 Open CodingMedia Indonesia Lampiran 6 Open CodingRepublika Lampiran 7 Axial Coding
(14)
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini, masyarakat modern tidak bisa dipisahkan oleh informasi yang disebarkan oleh media massa. Ditambah lagi dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat dan mempengaruhi kebiasaan hidup masyarakat perkotaan. Hampir pada setiap aspek kehidupan masyarakat selalu memiliki aktivitas yang berhubungan dengan komunikasi massa. Secara sederhana, masyarakat komunikasi massa adalah suatu masyarakat yang kehidupan atau kesehariannya tidak bisa dilepaskan dari adanya media massa itu sendiri. Dalam masyarakat ini, kegiatan seperti mencari informasi, mencari bahan pendidikan, mencari hiburan, membeli dan menjual barang, serta masih banyak lagi, semuanya dilakukan melalui media massa. Maka, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa masyarakat kini sangat bergantung pada informasi yang disajikan oleh media massa, baik secara online maupunoffline.
Media massa yang diproduksi secara offline atau cetak masih memegang kendali atas isu yang akan disebarluaskan. Keakuratannya yang lebih baik dibandingkan mediaonlinesering menjadi alasan mengapa media cetak lebih layak untuk diteliti. Para jurnalis media cetak memiliki lebih banyak waktu untuk mendalami isu yang akan diangkat menjadi laporan utama dan memiliki proses redaksi yang cukup panjang sehingga tidak sembarang berita yang bisa naik cetak. Tidak seperti halnya jurnalis online yang lebih mengedepankan kecepatan dibandingkan keakuratan dari laporannya.
(15)
2
Dalam catatan akhir tahunnya, Aliansi Jurnalis Independen merujuk data Nielsen yang menyebutkan bahwa dari 117 surat kabar yang dilihat, 16 unit media telah gulung tikar pada 2015.1 Dalam banyak ulasan menyatakan bahwa media cetak tidak akan bertahan lama dan akan tergantikan dengan media baru (online). Namun, banyak pula media cetak yang tetap survive untuk mempertahankan eksistensinya. Diantaranya adalah Media Indonesia dan Republika. Kedua media besar tersebut hingga kini masih berjalan baik dengan pandangan yang berbeda.
Bagaimana media merespon sebuah isu, tentu tidak hanya berdasarkan nilai-nilai berita, tetapi apa yang dianggap penting oleh media biasanya juga dipengaruhi oleh tujuan media itu sendiri. Secara eksplisit, tujuan media bisa dilihat dari visi misi media tersebut yang akhirnya tertuang di dalam code of conduct perusahaan. Apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan, ditulis, diberitakan wartawan, hingga sudut pandang isi berita haruslah mencerminkan media yang menaunginya.
Ketika kita berbicara mengenai isi dari sebuah media massa, sesungguhnya kita telah berbicara mengenai suatu wacana . Tanpa disadari, hampir setiap hari kita telah menelan begitu banyak wacana yang dibentuk oleh publik maupun media massa itu sendiri. Pada dasarnya media massa bukanlah sesuatu yang bebas dan independen. Media mewakili realitas sosial yang terkait dengan berbagai macam kepentingan. Keterkaitan media ini berhubungan dengan kepentingan yang berada di dalam maupun di luar media massa itu sendiri. Dalam memproduksi berita, media massa sering dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan faktor eksternal.2 Faktor internal antara lain berupa pengaruh individu pekerja media, kebijakan
1Sumber: http://www.remotivi.or.id/kabar/247/Media-Cetak-yang-Berhenti-Terbit-Tahun-2015-, diakses pada 4 Mei 2016
2Ibnu Hamad,Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa: Sebuah Studi Critical
(16)
3
redaksional tertentu mengenai isu-isu sensitif seperti terorisme, kepentingan para pengelola media, relasi media dengan sebuah nilai-nilai atau kepercayaan tertentu. Sementara faktor eksternal dapat berupa tekanan pasar pembaca, sistem pers yang berlaku, iklan dan kekuatan-kekuatan lainnya. Kepentingan-kepentingan eksternal dan internal inilah yang mengakibatkan media massa sulit menghindari bias dalam penyampaian beritanya.
Awal tahun 2016 lalu, Indonesia dikejutkan dengan beberapa serangan teror salah satunya yang terjadi di Jakarta dan pada pertengahan Maret 2016, muncul berita tentang penangkapan terduga teroris Siyono yang dilakukan oleh satuan Densus 88. Siyono yang diduga kuat merupakan pimpinan wilayah Jamaah Islamiyah di Klaten ditangkap pada 9 Maret di desa Pogung, Klaten. Siyono meninggal saat dibawa Densus 88 menuju tempat penyimpanan senjata. Namun, saat diperjalanan terjadi perkelahian antara Siyono dan Densus 88 yang menyebabkan kematian Siyono. Jamaah Islamiyah (JI) adalah organisasi teroris Asia Tenggara yang berbasis di Indonesia. JI tetap aktif dalam aktivitas-aktivitasnya meskipun pada Agustus 2003 terjadi penangkapan atas Hambali, alias Riduan Isamuddin, seorang operator kunci. JI memiliki lebih 200 anggota yang terkait atau diduga sebagai jaringan, yang saat ini tengah menjalani penahanan di Indonesia, Malaysia, Singapura dan Filipina.3
Pada pemberitaan kematian Siyono, media cetak seperti Kompas, Media Indonesia, Sindo, Tempo dan Jakarta Post tidak memasukkan isu ini sebagai headline. Republika yang memasukkan sebanyak empat kali berita Siyono dalam
3Sukawarsini Djelantik,Terorisme: Tinjauan Psiko-politis, Peran Media, Kemiskinan,
(17)
4
headline-nya tentu tidak terlepas dari nilai-nilai yang digunakan dan relasi kepentingan media itu sendiri. Media Indonesia, walaupun tidak memasukkan berita ini sebagai headline, tetapi sempat membahas berita ini lewat liputan khusus dan editorial. Berdasarkan teori agenda media, suatu isu dapat dianggap penting jika terdapat di bagian depan atau headline, jumlah luas kolom yang diberikan dan berada di halaman berapa isu tersebut ditempatkan. Jika pengamatan peneliti dikaitkan dengan teori agenda media yang dijelaskan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa kedua media memberikan perhatian lebih terhadap kasus kematian terduga teroris Siyono. Apa yang ingin disampaikan oleh media disebut juga sebagai wacana.
Terkait dengan analisis wacana pada tataran kritis, teks yang diproduksi oleh media tidak dipandang sebagai sesuatu yang netral, tetapi menyangkut konteks, di mana dalam bahasa dipakai untuk tujuan dan praktik tertentu, termasuk di dalamnya praktik kekuasaan. Wacana yang dibangun oleh media juga dapat menjadi representasi kekuasaan untuk mendefinisikan sesuatu atau suatu kelompok menjadi tidak benar atau buruk. Dalam pemberitaan kematian terduga teroris Siyono, sangat mungkin terjadi misrepresentasi dalam penafsirannya. Penghilangan dan pemunculan aktor sosial yang terjadi dalam artikel bisa jadi merupakan strategi yang sengaja dibangun oleh media untuk mengarahkan persepsi masyarakat agar sesuai dengan apa yang diinginkan oleh media.
Berita yang diterbitkan oleh media biasanya diterima sebagai kebenaran atau realitas yang benar-benar terjadi. Kebenaran dalam media adalah bahwa tidak ada realitas atau kebenaran mutlak dalam media. Sebaliknya media adalah ruang dimana kelompok dominan menyebarkan pengaruhnya dengan meminggirkan
(18)
5
kelompok lain yang tidak dominan dalam berita. Kelompok-kelompok yang lebih lemah dan lebih membangkang mendapatkan pers yang lebih buruk dan berpengaruh lebih sedikit. Paletz dan Entman memberikan contoh kelompok-kelompok terpinggirkan yang memiliki akses positif kecil atau kontrol yang kecil terhadap peliputan media, misalnya pengunjuk rasa tidak resmi, pelaku kerusuhan urban, ibu-ibu makmur, para mahasiswa militan, kaum reaksioner radikal, dan miskin.4
Siyono termasuk dalam kelompok yang terpinggirkan karena dianggap radikal, bagian dari kelompok teroris dan diduga sebagai orang yang memiliki peran penting dalam memasok senjata kelompok Jamaah Islamiyah. Eksekusi Siyono yang dilakukan oleh Densus 88 tentu menyalahi aturan karena bagaimanapun seorang tersangka tidak boleh dihakimi sebelum proses pengadilan dilaksanakan. Maka dapat dikatakan sebelum ada proses peradilan status Siyono adalah warga negara biasa dan belum bisa dikatakan bersalah. Seperti yang kita ketahui bahwa Densus 88 berada dalam institusi kepolisian dan dilindungi oleh pemerintah, berita tentang terorisme juga sangat dijaga ketat oleh pihak kepolisian maka besar kemungkinan bahwa kebenaran atas kejadian tersebut terdistorsi oleh penyaringan berita yang dilakukan oleh pihak kepolisian.
Ketika berita disampaikan oleh kepolisian kepada media, maka terjadilah interaksi antara wacana dengan pengaruh-pengaruh internal dan eksternal media seperti yang sudah dipaparkan di paragraf sebelumnya. Sikap kehati-hatian media dan kepentingan di dalamnya saat memberitakan isu terorisme justru menciptakan
4Denis McQuail,Teori Komunikasi Massa McQuail Edisi 6 Buku 2,(Jakarta: Salemba Humanika, 2011), h. 21
(19)
6
posisi salah satu aktor menjadi terpinggirkan. Seperti dua media yang menjadi perhatian penulis, yaitu Media Indonesia dan Republika. Wacana yang disampaikan oleh kedua media tersebut terlihat berbeda walaupun pada peristiwa atau kejadian yang sama. Hal ini mengarahkan pada asumsi bahwa kasus ini adalah kasus yang merepresentasikan kepentingan antara pemerintah dan warga sipil dengan kata lain kasus ini dijadikan sebagai pertarungan wacana antar media. Berdasarkan asumsi di atas maka semakin menguatkan asumsi lain yang menyatakan bahwa tidak ada media yang melahirkan sebuah wacana tanpa adanya subjektivitas.
Melihat dari adanya upaya pemarjinalan kelompok yang dilakukan oleh kedua media dalam mewacanakan kasus ini, bagaimana lingkaran kepentingan saling berinteraksi untuk membentuk wacana dan bagaimana ideologi media mempengaruhi berita maka peneliti tertarik untuk meneliti permasalahan ini dengan judul Analisis Wacana Kasus Kematian Terduga Teroris Siyono pada Media Indonesia dan Republika .
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana Media Indonesia dan Republika mewacanakan kasus kematian terduga Teroris Siyono?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Media Indonesia dan Republika mewacanakan kasus kematian terduga teroris Siyono.
(20)
7
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis
Pada segi akademis, penelitian ini dilakukan untuk mengaplikasikan teori komunikasi terutama penelitian kualitatif dengan menggunakan metode analisis wacana pada tataran kritis. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi pengembangan keilmuan mengenai wacana di media massa.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini dapat memberi referensi bacaan untuk publik. Penulis juga berharap penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan data penunjang pengetahuan mengenai studi ilmu komunikasi.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian mengenai analisis wacana isu terorisme khususnya kinerja Datasemen Khusus 88 pada kasus kematian terduga teroris Siyono, peneliti melakukan tinjauan pustaka kepada penelitian sebelumnya. Beberapa penelitian yang memiliki keterkaitan dengan skripsi ini yaitu:
1. Skripsi yang berjudul Kepemilikan Media Dalam Mencitrakan Partai Politik (Analisis Wacana Kritis Berita Partai Politik Nasional Demokrat Dalam Kolom Indonesia Memilih Harian Umum Media Indonesia) yang ditulis oleh Anggy Agustin, mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam tahun 2014. Skripsi ini membahas tentang bagaimana media mencitrakan partai Nasional Demokrat menggunakan analisis wacana kritis model Teun A. van Dijk. Kesimpulan dari
(21)
8
skripsi ini adalah bahwa wacana yang dibentuk oleh Media Indonesia sengaja dibentuk lebih dominan diantara partai politik lainnya dan dicitrakan secara positif.
2. Jurnal yang berjudul Pemberitaan Gubernur Bali, Mangku Pastika, Dalam Surat Kabar Bali Post: Analisis Strategi Eksklusi-Inklusi Theo Van Leeuwen yang ditulis oleh Titan Ratih Bestari, Gd. Artawan, dan I Nyoman Yasa, mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja yang diterbitkan sebagai e-journal Universitas Pendidikan Ganesha JPBSI, Volume: Vol 2 No: 1 Tahun 2014. Jurnal ini mendeskripsikan strategi inklusi dan eksklusi yang dilakukan oleh Bali Post pada memberitakan Gubernur Bali, Mangku Pastika menggunakan model Theo van Leeuwen. Kesimpulannya menyatakan bahwa media bersikap tidak netral dengan cara memilih narasumber yang lebih dominan pada struktur kekuasaan. Dari skripsi dan jurnal yang peneliti temukan dan peneliti jadikan sebagai acuan, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa belum ada mahasiswa Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang meneliti tentang kematian terduga teroris Siyono menggunakan model analisis wacana kritis yang dikembangkan oleh Theo van Leeuwen. Maka dari itu peneliti tertarik meneliti permasalahan tersebut dengan judul Analisis Wacana Kasus Kematian Terduga Teroris Siyono pada Media Indonesia dan Republika
(22)
9
F. Metodologi Penelitian 1. Paradigma Penelitian
Sebagai karya ilmiah, setiap pembahasan menggunakan metode untuk menganalisa dan mendeskripsikan suatu masalah. Metode itu sendiri berfungsi sebagai landasan dalam mengelaborasi suatu masalah, sehingga suatu masalah dapat diuraikan dan dijelaskan dengangamblangdan dapat dipahami. Bogdan dan Taylor yang dikutip Lexy J. Moleong mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.5 Penelitian ini menggunakan pendekatan bahasa kritis yang dikembangkan oleh Theo van Leeuwen. Pendekatan kualitatif ini memusatkan perhatian pada susunan gramatikal yang membentuk suatu pandangan bahwa tata bahasa dapat digunakan sebagai media penyampai ideologi yang dilakukan oleh kelompok dominan.
Analisis wacana didefinisikan sebagai suatu upaya pengungkapan maksud tersembunyi dari sang subjek yang mengemukakan suatu pernyataan. Metode analisis berbeda dengan analisis isi kualitatif yang lebih menekankan pada pertanyaan apa (who), analisis wacana lebih melihat kepada bagaimana (how) dari suatu pesan atau teks komunikasi. Melalui analisis wacana kita bukan hanya mengetahui bagaimana isi teks berita, tetapi bagaimana juga pesan itu disampaikan dengan melihat bagaimana struktur kebahasan tersebut.6
5Lexy J. Moeloeng,Metodologi Penelitian, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), h. 3
(23)
10
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah tim redaksi Media Indonesia dan Republika, sedangkan objek penelitian ini adalah berita mengenai kematian terduga teroris Siyono di Media Indonesia edisi 5 April dan Republika edisi 2 April 2016. 3. Metode Pengumpulan Data
Adapun tahapan-tahapan dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan dua metode, yaitu:
a. Wawancara
Peneliti melakukan wawancara (interview) dengan pihak-pihak terkait di kedua media, yaitu Usman Kansong selaku pimpinan redaksi Media Indonesia dan Fitriyan Zamzami selaku redaktur halaman satu harian Republika.
b. Dokumentasi
Dokumentasi adalah penelitian yang mengumpulkan, membaca, dan mempelajari berbagai bentuk data tertulis (buku, majalah, atau jurnal) yang terdapat di perpustakaan, internet, atau instansi lain yang dapat dijadikan referensi analisis dalam penelitian.
4. Teknik Analisis
Teknik analisis data menggunakan analisis bahasa kritis model Theo van Leeuwen yang membagi perhatian analisisnya menjadi dua, yaitu proses pengeluaran (exclusion) dan pemasukan (inclusion).
Tahap pertama, penetapan subjek dan objek penelitian. Dalam tahap ini peneliti berhadapan dengan isi media sebagai subjek penelitian yang menjadi tempat penggalian atau pengungkapan ideologi dari objek yang
(24)
11
direpresentasikan. Tahap kedua, setelah peneliti menetapkan fokus teks yang akan diteliti berikutnya peneliti melakukan analisis dengan mengidentifikasi elemen wacana yang muncul tentang permasalahan ideologi yang telah dirumuskan, kemudian mengkategorikannya sesuai dengan landasan teori atau fenomena yang ditemukan. Tahap ketiga, merupakan tahap interpretasi terhadap temuan-temuan mengenai elemen wacana, atau frame, atau kode-kode yang menunjukkan representasi ideologi, atau perjuangan ideologi atau dominasi ideologi.7Tahap keempat, peneliti membandingkan hasil interpretasi dari kedua media.
Berdasarkan data yang didapat dari tiga tahap tersebut kemudian dianalisis dengan melewati tiga tahapan analisis data dalam penelitian deskriptif kualitatif, yaitu (1) pereduksian data, (2) penyajian data, dan (3) penarikan simpulan/pembuktian, (4) perbandingan.
5. Tempat Penelitian
Penelitian ini bertempat di kantor Media Indonesia dan Republika. Kantor Media Indonesia terletak di Jalan Pilar Mas Raya Kav. A-D, Kedoya Selatan, Komplek Delta Kedoya, Kebon Jeruk, Jakarta 11520 Indonesia. Website: mediaindonesia.com, telp. +6221 581 2088, fax. +6221 581 2102 (redaksi) dan Kantor Republika terletak di Jalan Warung Buncit Raya No. 37 Jakarta Selatan 12510 Indonesia. Email:[email protected].
7Udi Rusadi,Kajian Media: Isu Ideologis dalam Perspektif, Teori dan Metode,(Jakarta: Rajawali Pers, 2015), h. 115
(25)
12
G. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai skripsi ini maka penulis akan menguraikan dalam 5 bab.
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, serta sistematika penulisan. Bab ini memberikan gambaran atau kerangka dari penelitian yang dilakukan.
BAB II KAJIAN TEORI
Pada bab ini peneliti menjelaskan landasan teori yang digunakan dalam memaparkan kasus yang diteliti. Bab ini meliputi konsep tentang media, berita, analisis wacana, dan kerangka analisis wacana.
BAB III GAMBARAN UMUM MEDIA INDONESIA DAN HARIAN
REPUBLIKA
Penulis akan menggambarkan mengenai sejarah berdiri Media Indonesia dan Harian Republika, Visi dan Misi, dan struktur organisasi.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini menguraikan proses inklusi dan ekslusi yang dilakukan oleh Media Indonesia dan Harian Republika dan menjelaskan data hasil temuan strategi inklusi dan ekslusi yang digunakan masing-masing media pada pemberitaan mengenai kematian terduga teroris Siyono.
(26)
13
BAB V PENUTUP
Pada bab ini peneliti akan memberikan kesimpulan mulai dari tahap awal hingga akhir penelitian. Selain kesimpulan peneliti juga akan memasukkan saran yang bermanfaat bagi pihak yang terkait dalam penelitian ini.
(27)
! !" #$ ( !! #) " % " %
% % & " & ' (' % ) %$ $
'') ') ( "
% '
*
+ $ $) " '' " + ,-./wak/uak ) berkata atau berucap . Kemudian kata tersebut mengalami perubahan menjadi wacana. Kata ana yang berada dibelakang adalah bentuk akhiran yang bermakna membendakan , dengan demikian, kata wacana dapat dilakukan sebagai perkataan atau tuturan.2
Istilah wacana diperkenalkan dan digunakan oleh para ahli linguistik (ahli bahasa) di Indonesia sebagai terjemahan dari istilah bahasa inggris discourse , kata
deiscourse sendiri berasal dari bahasa Latin, discursus (lari ke sana lari ke mari). Kata ini diturunkan dari kata dis (dan/dalam arah yang berbeda-beda) dan kata
curere (lari).3
Dalam kamus bahasa indonesia kontemporer, terdapat tiga makna dari istilah wacana. Pertama, percakapan, ucapan, dan tutur. Kedua, keseluruhan tutur
1Depdikbud,Kamus Besar Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, cet ke-1 1998), h. 32 2Deddy Mulyana,Kajian Wacana: Teori, Metode Aplikasi, dan Prinsip-Prinsip Analisis Wacana,(Yogyakarta: Tiara Wacana, 2005) h. 3
3Dede Oetomo,Kelahiran dan Perkembangan Analisis Wacana,( Yogyakarta: Kanisius,
(28)
12 13 415 1617 8179 : ;<361517 = 123 5;=12 317> ? ;2 @ 91A =12317 B1C 1= 1 2;<B ;= 1<A
2 ;<D ;795168179<; 1D @=1=@7 8161E1B ;72 3551< 17917817932 3C A= ;6;<2@7 FG;DAB 353A
1<2@5;D > H
I1D1: B 353 J<@= K1E 1<1A L23B= :;7 9121517 A 171D@=@= M 14 17 1 : ;<361517
: ;< 361517=312 35 1N @ 17817 9: ;7;D@2 @B 1C 1=18179E @ 937 1517=;41< 11D1: @ 1C AB 1@5
E 1D 1: B ;72 35 D @=17 :13637 2 3D @=17> L;41< 1 < @7 951= A 171D @= @= M 14 171 8179
: ;7 99371517 6 1< 1E @ 9:1 5< @2@= B ;<2 3N317 372 35 : ;: B F7 951< <;D1= @ 53 1= 1 8179
B ;<=;:B 378@ E @ B 1D @ 5 6< F=;= B 1C 1=1> O ;D 1D 3@ 617E 17 917 2;<=;B 32 A M 14171 = ;D 1D 3
E @51@2 517 E 1D 1: C 3B 37 917 5;531=1 17 A 2;< 32 1:1 E 1D1: : ;:B ;7235 6F= @= @ 152F<
=F= @ 1D81792;<D@B 12E 17<;6< ;=;721=@6;< @= 2@M 181792 ;<N1E @E @:1= 81<15 12> P
Q 14 17 1
5< @2@=:;D @C 12B 1CM1B1C1=1B 3517D1C=;= 312381797;2< 1DE17B ;B1=7 @D 1@>K1C 1=1
E @617E 179:;:@D@5@5;5312 17=;B 191@1D126 ;78;B 1<@E ;FD F9@E F: @7 17>R ;7 ;: 612 17
=31235;DF: 6F5E 1D 1:2; 5=16151C 6F=@=@7 81E @:1<N@7 1D 51712 132 @E 15:;< 361517
=1D1C=12 3@7E @ 512 F<1E17 815;6 ;72@7 9178179: ;:6;7 91< 3C @= 312 3M 14 171>I 1D1:
C 1D @7 @B ;<1<2 @ M 1417 1 E @61C 1:@=;B 1 91@ =;= 3123 8179 E @ ;5=6< ;= @5 17 = ;41< 1= 1E 1<A
2 ;< 5F72< FDE 17B 3517=;=312381792@E 15E @=1E 1<@>
K> J7 1D@=@=Q 1417 1OFE ;DSC ;FG 17T; ;3M ;7
SC ;F G17 T; ;3M ;7 :;:6;<5;71D 517 : FE ;D 17 1D@= @= M 14 171 372 35
: ;7 9;21C 3@ B 1 91@:17 1 =;= ;F< 179 1213 5;D F:6F5 E @: 1<N @7 1D517 6F= @= @781 E 1D1:
=3123M 14 171>I1D1:617 E 17 917SC ;FA5 ;D F: 6F5E F:@7 17D;B @C: ;:;9179531=1
U
VWX WY Z[\ ] ^_ [ `aW ` ` bZ[\] ^c de fg hi j he k ie l e he m n o pn jhqed p n r jfs p kj kc (t [u[ YX [v wx _WY`y` z\] { |VY W{{ cW_]{]u W}~ )c|
Y] { [_[Y [c n e qh qhe e n e jp k qjr poj, o e n jn jke sen n eseo ee e n ejo qe, (t [u [YX [v W` [` [VYW` [_ [wW_ ] [Yx c )c|
(29)
¡¢ £¤ ¥£¢¡¦ ¢ § ¨©¦ £ª ¢ « £ ¥ ¤¥ ¥ ¤ ¡¬£
«£¤¤¥ ¤ ®¥ ®¤¨©¦¢ ¤®¢ ¯
° ¢ ¡¢ ¡±²®³´ §¡¬ £ ¥¢ ¤ «©¢ ¥¢² ¤µ
¥¢² ¤ ¦ ¤ ¦®£ ¢¦¥¢ ¤ ¥ «£¢¦ ¯ ° ®¤ ¡ ¢ ¡¢¡
±² ®¶¥ £¦ ¥ £®¡ ¡¥ © £(·¸ ¹º»¼ ½ ¾¿)¶¥¤ ²¡ ¦¦¤ ¡«£¢ ¦ ¶ ¤ ®¥ ®¤¦¤ ¦®£¨©¢¤ £¤ ¥ « £¢¦ ¶« ©¢ ¡ ¦ £¦©¢
§¬ ¨© ¢© ¤ ¦ ¤ ¢¦¯ À ¶ ¥£®¡ ¡ ¥ ¡ ¤ (½ ¿¹ º»¼ ½¾¿)¯ Á ¢ ¤ ·¸¹º»¼ ½ ¾¿ «£² «© © ¥ £¦¨ « ©¢ ¥ £®¡ ¡ ¡ ¦ ¤ ®¥ ®¤
¢¤£¤ £¢¦¤ ¡¥ « £¢ ¦ ¶ ¤ ½¿¹ º»¼ ½ ¾¿« £«¢¬ £¡« ¢¤¨¶« ©¢
¡¢ ©µ ¡¢ ©¥¢² ¤¢ ¦¥¢ ¤ § ¦¥ «£¢ ¦ ¯ Â
Ã Ä Å¤ ¡¤¡¢
Å ¤ ¡¤¡¢ ²¥ £®¡ ¡¥ © £ ¤ ¦®£¡ ¦ « £¢ ¦ ¯Æ £®¡ ¡¢ ¢
¡ ¬£ ¢¡£¢ ¦ ¦¢¤ ¥ ¦ ©¢ ¦¢ ¡¢ ¡¦ ¥ ² ¦ £¦ ¦ ¯
Ç¥ £¦¢ ¦¢¤ ¨ ¥¢ ² ¤ ¨© ¢ ¢ «¦¤ ¦ «¢¡ ª© « £ © ¦ ¤
¢ ©¢ ¡¦ ¤ ¦®£ ¦ ¤ ®¥ ®¤ ¦ £¦ ¦ ¯ Ǧ £¦©¢ ¤ ¡¤ ¡¢ ¥ ¦
¢ £¢ ¤ ª¢¦¢©¶¨¢¦È
É¯É Æ¡¢³ ¡¢
Ç ² ¡¦ « ©¢ £¢ £¢ ¤ ¡¤ ¡¢ ² © ©© ¤
¤ ¢¦ ¥ ¡¢ ¯ Ê ¢ ¤ ¢ ¦ ¥ ¡¢ ¶ ¤ ¦ ®£ ¦¢¤ ¢² ¢£¤ ¦¤ ¡¯
Ë¢¡ ¨¥ ©© ¤ ¢¦¥ ¡¢ ¢§¢ ©¢ «² ¢ µ¥ §
¤ ¢¦¯
Ì
Í Î ÏÐÑÒÓÔ Õ Ö × Ø Ù ÚÛ ÚÛ ÜØ Ý Ø×ØÞ ß à× á Ø× â Ø ã Ö × ØÙÚÛ ÚÛ ä àåÛ æàç ÚØÕ (èÔ éÐÑ êÑ Î ÓÑ ë ìê Ï í èÔ é ÐÑ êÑÎÓÑ Õî ï ï ð)ÕñÄà ò Ã
(30)
õö÷ øùúû üýþû ÿ ýÿû
ýþý ÿ ý ý û ýü ÿ þÿû ýü ú ý ý ü ÿ ý û ü
úüûþýü ýü þ ùú ù ýù ÿ ùÿû ýþ ü ûÿ ý ý úþýþ û
üùúûüýþûÿýÿûö ýûûüû ýû ýüü ýü ü ýýüý ý ý ( ý) ú ü ýû ý ý üý (üù úû üý)ö øùúûüýþûÿýÿû û ý úú ýü ÿ ý üýüùúûüýþûÿýÿûýýýÿ ý ü ýú ý ýü ùÿÿú üý ý ý ý
ýü ú ýü ýûüýýüý ý ûýýüúüýûýýüýý ü úýüý
ûÿû ýö üýüü ý üýü ý ýüý ýý ú û ý ûý ü ù
üý ý ý ý ýÿû úú üý ÿ û ü ýþû ýü þû ÿü ýü
úú û ýýü ÿ ý û ÿ û ý ýþýú ü üùúû üýþ û ýüû üýü
üýü ü û üýýüö ü üùúûüýþ úúüý þ û ú üü
úùÿû ýþý ýöû ÿ ýþü ý ýý ýý ý ûü û ý û ýü û úüýû
úüýü ý ýü ý ú ýü ýü ýö ý ý û ý ÿýý û ýÿ ýü ý
ü ýýü ýý ý ú üýû ýý üý ûüû ýýü úü úüûýü
ý ù ý ýþ ýýüú ú ýúýýûý û ûÿö
õö üýü û ýüüýýþûúý
üýü û ýü ÿ ý ýý û þ ý ýü ü ýü ú üüý ýü
ýüýýþû ú ýý ü ÿ ýþû ÿ üÿû ÿ ý ýû üýüûý ù öþûýþû
úü úýýþû ú ýýüúüýü ýý ýÿ ú ýýÿú ÿûúý ýýý ü
ÿ ýú ý ýûÿ ýýüú üú ü û ýüý ù ö
üþÿû
ü ýü ü ÿ ý û ý ýüý ý ü ûü ýýü ü
úüýúûþýü ÿ ÿý ÿÿù ýü ý ý þ ùúù (ûüþÿû) û ýþýú ÿö
(31)
!" #$%" & '(') #" * ' + $), '!" -$)')! ' .')/#'" ( #'/ '" + ')' * 0 '& 0 ($1 2+-2( '& '0
-$%"* & " 3 '!" %$-%$* $)&'* "( ')! '1'+&$(* 4
5 46 7" 8$% $)*"'*"9:)! $8$% $)*" '* "
; $)//0 )' ') * &% '& $/" 3'<') ' " )" ! '-'& !"" ! $ )&" 8"('*" +$1 '1 0"
#'/ '"+')' * 0 '& 0 ($12+ - 2( .' )/ !" *0!0&(') !"# ')!" )/( ') ! $) / ') <'% '
+ $)/= '!"% (')($1 2+-2( .')/ 1 $#"=! 2+ " )') ! $)/') 3 '<') ' .')/ 1 $#"=
#'" (4 >$=" )// ' ($12+-2 ( .' )/ & "! '( ! 2+")') ' (') &$%1 " ='& #0%0 ( ! ')
& $% -" )//" %( ')4
5 45 ?#,$(&" @ '* "9A #*& %'(* "
B$)0%0& @ ') C$$03 $)D -$).$#0&') ! '1 '+ #$)&0 ( '#* & %'(* "
*$%")/( '1 " #$%( '" & ') ! $)/') -$%&').' ') '-'( '= '(&2% * 2*"'1 !"* $#0& (')
! $)/ ') + $+#$%"(') -$&0 ), 0 ( .') / , $1 '* '& '0 *'+'% E* '+'%4 B" * '1) .'
($&"(' 3 '%&'3') + $).$#0& (') , 0+1'= +'* *' -'! ' * 0'&0 -$%"* &"3'
! $+ 2)* &% '* "D-"1 " =')('& ' puluhan ribu demonstran dengan sepuluh ribu demonstran tentu akan mempengaruhi persepsi khalayak tentang jumlah pendemo. Penyebutan dalam bentuk abstraksi biasanya tidak hanya disebabkan oleh ketidaktahuan wartawan mengenai informasi yang jelas tetapi hal tersebut merupakan strategi wartawan untuk menampilkan sesuatu.
2.3 Nominasi Kategorisasi
Strategi nominasi kategorisasi berkaitan dengan bagaimana cara aktor digambarkan dalam sebuah wacana. Apakah ditampilkan apa adanya atau dikategorikan (agama, status, bentuk fisik, dsb). Menampilkan aktor dengan kategori tertentu dapat merepresentasikan bahwa peristiwa tertentu
(32)
HIJKL HMIJKNOKP Q OLQMJRSTUS ML JVLJKLQW X OTQ KYLH IOMP JTQ OU JKZJ[Q L OK
T JT [ JVH MOK HK\S VT OPH L OT[ O]OK T JK NJKOH OMLSVW ^ HP OR K ZO U JKZJ[Q L OK
Habibie diubah menjadi suami setia , pemberian kategori bahwa Habibie adalah sorang suami yang setia sebenarnya tidak memberikan pengaruh informasi apa pun tentang peristiwa. Namun, penambahan kategori suami setia akan menambahkan informasi mengenai siapa laki-laki tersebut.
2.4 Nominasi Identifikasi
Strategi nominasi identifikasi hampir mirip dengan kategorisasi, yaitu berbicara mengenai bagaimana suatu kelompok, peristiwa atau tindakan didefinisikan. Perbedaannya terletak pada penambahan anak kalimat yang bertujuan memberikan penilaian ke arah mana peristiwa yang akan dijelaskan. Misalnya pada kalimat soekarno yang dikenal sebagai presiden pertama indonesia, ternyata berasal dari keluarga yang kurang mampu . Penambahan anak kalimat menentukan arah pembicaraan, biasanya penambahan anak kalimat diarahkan kepada wacana yang buruk sehingga akan mempengaruhi persepsi khalayak.
2.5 Determinasi Indeterminasi
Dalam pemberitaan sering kali aktor atau peristiwa disebutkan secara jelas, tetapi bisa juga disebutkan tidak jelas (anonim). Anonimitas dapat terjadi karena wartawan belum mendapatkan bukti yang cukup untuk menuliskannya, sehingga lebih aman untuk menulis secara anonim. Misalnya, Sandiaga Uno disebut-sebut merupakan calon gubernur terkaya dibanding saingannya . Jika dibandingkan dengan kalimat pemuda yang
(33)
abcd efcg dh if j dhk b lmnkek i khk jk of adepof ade qfcdl bibh rbn m h sdafc hdc
efc ib tbjkabhjkhso bk hs b hhtb . Pada kalimat kedua penyebutan pemuda yang baru terjun ke dunia politik akan menghasilkan makna jamak. Sehingga ada dua orang yang dituju, antara Agus Yudhoyono dan Sandiaga Uno.
2.6 Asimilasi Individualisasi
Asimilasi individualisasi adalah sebuah strategi wacana yang berkaitan dengan pertanyaan apakah aktor sosial yang diberitakan ditunjukkan dengan jelas kategorinya atau tidak. Ketika dalam pemberitaan yang disebutkan adalah komunitas atau kelompok sosial yang ditempatkan oleh aktor, itulah yang disebut asimilasi. Misalnya ketika artis Rio Dewanto disebut sebagai aktor muda indonesia , maka persepsi khalayak akan menjadi bias karena aktor muda indonesia tidak hanya Rio Dewanto.
2.7 Asosiasi Disosiasi
Strategi ini berhubungan dengan pertanyaan apakah aktor atau suatu pihak ditampilkan sendiri ataukah dihubungkan dengan kelompok lain yang lebih besar. Strategi ini ingin melihat apakah suatu peristiwa atau aktor sosial dihubungkan dengan peristiwa lain atau kelompok lain yang lebih luas dan mendapatkan makna yang lebih luas.7
7Eriyanto,
(34)
¡
¢ ¡
£
¤
¥ ¦ (§¨©ª «ª ¬ «§)
®
¤ ¡
¤
¯ ¦ (°ª¬©§ «ª¬« §)
±
¤ ¦ ² ³¡
² ³
´ µ
¶·¸§¹ªº»
¤ ¼
² misalnya, mengasosiasikan di benak khalayak bahwa para petani penggarap sawah adalah liar dan melanggar hukum. Pemakaian label ini tidak hanya membuat posisi kelompok atau kegiatan menjadi buruk, tetapi juga memiliki kesempatan bagi mereka yang memproduksinya untuk melakukan tindakan tertentu.
(35)
¾¿ À Á ÂÃÂÄÁ Å ÆÂ
À Á ÂÃÂÄÁÅÆÂÇÈ ÇÉÇÊÆÂËÌÇ Í ÇÇËÎ ÇÁ Ç ÌÇË ÏÍÂËÐËÑÐ ÎÎ ÇË ÒÅ ÓÇÁÔÒÅÓÇÁËÂÏÇÁÅÓ
ÇÁÇÐ ÆÄÒÅ ÁÅÓ¿ ÀÁ ÂÃÂÄÁ Å ÆÂ ÇÈ ÇÉÇÊ ÆÃ ÇÎÁÅ Î ÃÂ Æ ÃÂÒ ÂËÁÇÒÅ ÌÇË Ï Í ÂË ÏÏÏ ÇÍ Õ ÇÃÎ ÇË
ÒÂÒÐ ÇÁÐÈ ÂË Ï ÇËÆÂËÐ ÊÆÃÇÒ ÇË ÏÎ ÇÖÎ ÄË ÄÁ ÇÒÅ ÌÇËÏËÂÏ ÇÁ Å ÓÈ ÇËÕ ÂÃÒÅÓ ÇÁÒÐÕÑ ÂÎ Á Å Ó¿
×ÅÒÇÉ ËÌÇ ØÇËÅ Á Ç ÙÇËÁÅ Î ÊÇÃÐ Ò Õ ÂÃÎÐÉÅ Á ÆÐÁ Å Ê¿ ÀÁ ÂÃÂÄÁÅÆÂ Õ ÇÊØÇ Ø ÇËÅ Á Ç Ù ÇË ÁÅ Î
ÇÈ ÇÉÇÊÌÇË ÏÕÂÃÎÐÉ ÅÁÆÐÁ Å ÊÖÁÂËÁÐÇÎ ÇËÍÂÍ ÅËÏÏÅÃÎÇËØÇËÅ Á ÇÌÇË ÏÁ ÅÈ ÇÎÕ Â ÃÎ ÐÉ ÅÁ
ÆÐÁÅÊÍ ÂËÑÇÈÅÁÅ È ÇÎÙ ÇËÁ Åο Ú
Û¿ ÜÄË Ò ÂÆÝ ÂÃÅ Á Ç
Þ¿ ßÂËÏ ÃÁÅÇËÝ ÂÃÅ Á Ç
à ÇÃÅ ÒÀ ÐÍ ÇÈÅ ÃÇÍ ÂËÏÐÁÅÆÆÂËÈ ÇÆÇÁÈ ÇÃÅßÇÐÉÛ Â× ÇË Ò Ò ÂË ÂÃÍ ÂËÌÇÁÇÎ ÇË
Õ ÇÊØ Ç áâãä ÇÁ ÇÐ Õ ÂÃÅ Á Ç ÇÈ ÇÉ ÇÊ ÒÂÕÐ ÇÊ ÅË ÓÄÃÍÇÒÅ ÌÇË Ï ÆÂËÁ ÅËÏ ÈÇË Í ÂË Ç ÃÅÎ
ÆÂÃÊÇÁÅÇËÒÂÃÁÇÍ ÅË ÇÁÎ ÊÇÉÇÌÇο ÝÂÃÈÇÒÇÃÎÇËÕÐÎÐå ÂÎËÅÎ×ÂËÐÉÅÒÝ ÃÅ Á ÇÈÇË
æÇÂÁ РàÌÇËÏ ÈÅÁ ÐÉÅÒ ÄÉ ÂÊ à ÇÃÅÒ À ÐÍÇÈÅÃÇÖ çÊ ÇÃËÉ ÂÌ È ÇË èÇÍÂÒ ×¿ éÂÇÉ
Õ ÂÃÆÂËÈ ÇÆ ÇÁ Õ ÇÊØÇ ÕÂÃÅ ÁÇ ÇÈ ÇÉ ÇÊ ÉÇÆÄÃ ÇË Á ÂËÁÇËÏ ÒÐ ÇÁ Ð ÆÂÃÅÒÁ Å Ø Ç ÇÁÇÐ ÄÆÅËÅÖ
Î ÂÙ ÂËÈÂÃÐËÏÇË ÖÒÅÁ Ð ÇÒÅÖÎÄËÈÅ ÒÅ ÖÅ ËÁ ÂÃÆÃÂÁÇÒÅÌÇËÏÆÂËÁ ÅËÏÖÍÂËÇÃÅÎ ÖÍÇÒÅÊÕ ÇÃÐ
È ÇËÊÇÃÐ ÒÒ ÂÙ ÂÆÇÁ ËÌÇÈÅÒÇÍÆÇÅÎ ÇËÎ ÂÆ ÇÈ ÇÎ ÊÇÉÇÌÇÎ ¿ ê
×ÂËÐ ÃÐÁ ëËÅ ÀÂÁÅÇÁÅÖ ÕÂÃÅÁÇ È ÇÆÇÁ ÈÅÈ ÂÓÅ ËÅ ÒÅ Î ÇË Ò ÂÕ ÇÏÇÅ ÆÂÃÅÒÁ Å Ø Ç ÌÇË Ï
ÈÅÉÇÆÄÃÎ ÇË Ò ÂÏ ÂÃÇ ÌÇË Ï ÈÅÈ ÇÆÇÁ ÈÅ É ÇÆÇË Ï ÇË ÈÇË ÒÅÇÆ ÐËÁ ÐÎ ÈÅÉÇÆÄÃÎÇË¿
ìÇÃÁ ÇØ ÇË ÌÇËÏ ÍÂË ÄËÁÄË È ÇË Í ÂËÌÇÎ ÒÅÎ ÇË Æ Â ÃÅÒÁÅ Ø ÇÖ Õ ÂÉÐÍ Á ÂËÁ Ð ÁÂÉÇÊ
Í ÂË ÂÍÐÎ ÇË ÆÂÃÅ ÒÁÅØÇ¿ ìÇÃÁ ÇØÇË ÊÇÃÐ Ò ÕÅ Ò Ç ÍÂË ÂÍ ÐÎ ÇË ÆÂ ÃÅÒÁÅØÇ Ò ÂÁÂÉ ÇÊ
Í ÂÍ ÇÊÇÍÅ ÆÃÄÒÂÒ ÇÁÇÐ ÑÇÉÇË Ù Â ÃÅ Á ÇÖ ÌÇÅÁ Ð ÊÇ ÃÐ Ò ÁÇÐ ÇÆÇ (ãíîï) ÌÇË Ï ÁÂÃÑ ÇÈÅ Ö
ð
ñ ò óôõö÷ ø ùú û ü ýþ ÿþ ÿ ü üûü û üû ü ú ûü ýþÿþÿ ÿ þ ü,
õòó õ óò õ ù Jurnalistik Indonesia: Tekhnik Menulis Berita dan Featureù ( õ ö ö ó ó ø õ õ ÷õõ óõ ù !! ")ù#
(36)
& '()( (*+,) -( . /0123 '4( 0 54( /( '6( .(7 18( 9'( .'0: 0128( 9' (+,*)57() ( .(*+ ;<) 0128( 9'59'6( .( (*+;=;) )12 '&0'>('0:0128( 9'59( .61./()( (*+ ?) &(6 )('0128 ( 9'@ A 11.(6B (30 12&14: 0612 :)( 7( .: .&:2412' 0(@
C D
E1013(B 6 12:8: 7 71)(9( 41412()( 91F' .'&' 9' ( 0(& 5 6 (7( 9()(0
9'&'6 ):3 7( . 412 '0( ( 9(3 (B 3() G2(. 012H1) ( 0 6 1. /1.( ' F(70 ( ( 0(: ' 91 012 4(2:
-(. / 41.( 2561.(2 ' 7 9( . ( 0(: ) 1.0' . / 4(/' & 14(/'(. 41&(2 7B (3 (-( 75 613 (3 :'
6 19'(412 7(3(&1) 12 0'&:2( 07( 4(252( 9'G50 13 1I'& '(0 (:6 19'(,<J K<;'.0 12.10@ C C
L@ M '3 ( 'N.'3( 'O12 '0(
M '3( '412' 0(( 0(:<;* PQRJS;P6 12:) ( 7( .13161.N 13161.9( 2 '412' 0(-(. /
9'/: .( 7( . & 14(/( ' )( 0G 7( . 4(/' >( 20(>( . : .0: 7 6 16 : 0:& 7( . 412 '0( 6( .(
-(. / )( .0(& : .0: 7 9'3 '): 05 9( . 6( .( -( . / 0 '9( 7@ A 2' 012 '( .'3 ( ' :6:6 4 12'0(5
6 1.:2: 0O2 '( .E @O2 GG7&5T 1G2/1A 1.. 19 -5U ([email protected]( .UG1.W (.3
-9(3 (6 4: 7: X Y;*P Z;[,= \ K< ] R< ^ _ ^K\K< ]` 6 1.: .8 : 7 71)( 9( & 16 4'3( . B(3 @
O1412() ()( 7(23 ( '.6 1.-1 4: 07( .571012 0( 2 '7( .6( .:&'(> ' (+ SaR< K\ ?) 9( .& 17&
(P ;b) 9(3(6&1/(3 (9'6 1.&'58: /(0126 (&: 7719(3 (67 2' 012 '(:6 :6.'3 ( '412' 0( -(. /B (2:& 9') 12B ( 0 '7( . 91./(. & 17& (6(G3 1B ) (2 (21) G2 012 9( .19' 0G2 619'(
6(& &(@ E1B './/( 0129()(0 cc .'3 (' 412 '0(56 1.:2:0 dE e(2'&E :6( 9'2( 9(3(6
4: 7: .-(fg:2 .(3'&0 '7h.9 G.1&'(V1.:3 '&O12 '0(9(.i1( 0:2 1 yakni: a. Keluarbiasaan(S<P SRJ <; PPj
b. Kebaruan(<;*P <;P P) c. Akibat(Ka[Rk\) d. Aktual(\Ka;J K<;P)
10Eni Setiati,
l m n m oJurnalistik Baru dalam Pemberitaan, (Yogyakarta: Andi Publisher, 2005), h. 18
(37)
rs tr urvwx w y(z{ |}~ ~ ) s y w (~ |{ ~|) s t y v(| ~)
s w yr yxy(z{| ~ )
s trxr xw vw ywyw ( ~ { ) s tr x w y(z{~~ )
vs rv( })s
yvwx ryx yyw w x r x w wx w uw wx ux y vvw y ur yw y
r wx uw ¡ ~ ¢ w w w y r xw w¢ u wy r y£v¢ rv r y
r wxw y¢ v ¤ vx wwwxw r yw wywyr v y w r x ww y
x ywxw v y v s ¥
¦s t y r ur
ur r y u ywv w y uww wvxv v r uw ys §ww r yr w w
x w urr yyvvw y wyuw w y wx yrw w¢ wyw wy£w ws
¨w uw w w ur w ¢ r r yxw r yrxw vw y ur wy r u w y w
ur w y£w ws r yw y uw y r wv vr uw y ww wv wx w
r uw w vw y ur xyw ¢w xwy£w w s
rxr w w w r w ¢ rx w r ww¢ vr v w w wvwx wv w y
yu©u ur rvw y r v ur yw wy¤w y vr £ w ur
v y w y uywx wv wy xr w w ys ¨w xw x v r v ur y w w y¤
wyw yr r x y w vr wvwxw ys§ww wvxvrv y ¢uru ywvwy
r w w w yuww ywyuw yxuw wr ywx zzuw y¡ ¡ w w yuw yw w.
ª«
¬®¯°±²³ ´¯µ ±°¯¶Jurnalistik Indonesia Tekhnik Menulis Berita dan Feature¶·¸¹ º ª»
(38)
ÉÊËÊÌÍÎ ÍÏÐÑÍÒÊÓÎÓÔÍÕÊÎÐ ÍÑÒÍÖר×ÏÐÑÏ ÊËÐ ÒÐÑ ÊÔÐÙÐÚÏ ÊÎ ÓÌ ËÓÏÚÓÙ ÔÐÑ ÍÕÐ ÕÍ
Ð ÖÐ× ËÊÙÓÙ ÐÑ ÔÐÑÚ Ø×ÔÐ ÕÊÛÐÔÐ Í Î ÐÑ ÒÐ Õ ÐÑ ÒÐÑ ÓÙ Í ÊÑ ÖÐÕ Í Ñ ÍÎ Ð Í ÜÐÑÔ ÒÍÐÑ× Ö ÒÐÎ Ð Ì
ËÙÐÏ Ö ÍÏÏ ÊÝ ÍÒ× ËÐÑÕ ÊÝÐ ÙÍÞÝÐÙ ÍßàÒ ÊÓÎÓÔÍÛ ÍÕÐØ × ÔÐÌ ÊÙ× ËÐÏÐÑÑ ÍÎÐ ÍÜÐÑ ÔÒÍ ÖÊÖÐ ËÏÐÑ
ÒÐÑÒÍËÐÏ ÕÐÏÐÑÓÎÊÝÕ× Ð Ö ×Ï ÊÏ×ÐÖÐÑÐ ÖÐ×Ì×ÙÑ ÍÒÐÙ ÍÙÊáÎ ÊÏ Õ ÍÑ ÍÎ Ð ÍÞÑ ÍÎ Ð ÍÜÐÑ ÔÒÍÐÑ× Ö
ÍÑ ÒÍâ ÍÒ×Ð ÖÐ×Ï ÊÎÓÌËÓÏÎ Ð ÍÑ ß
ãÝ ÓÌ ËÕÓÑÒÐÎ Ð ÌÛ×Ï×ÑÜÐäÒÍå× ÕÐ ÒÍÛ ÊÙËÊÑ ÒÐ ËÐÖÛÐÝæÐÏ ÓÑ Õ ÊËÍÒÊÓÎ Ó ÔÍ
ÌÊÌ ÍÎÍÏ Í Õ ÊØ ÐÙÐÝ ÜÐ Ñ Ô ËÐÑØ ÐÑ Ô ÒÐÑ ÖÊÎÐÝ ÒÍ Ô×ÑÐÏ ÐÑ ÒÐÎÐ ÌÛ ÊÙÛ Ð ÔÐ Í ÐÑ ÐÎÍÕ ÍÕ ËÐ ÒÐ
ÏÐØ ÍÐÑÊÏ ÓÑ ÓÌÍÚËÓÎÍÖ ÍÏÒÐÑÕÓÕ ÍÐÎßÉ ÓÑ ÕÊË ÞÏ ÓÑ Õ ÊËÜÐÑ ÔÛ ÊÙÏ ÊÌÛÐÑ ÔÌÊÑ× ÑØ ×ÏÏÐÑ
Õ ÊÕ×Ð Ö× ÜÐÑ Ô Ð ÌÛ Í Ô× ß ç ÊÙ ÖÐ ÌÐÚ ÍÒÊÓÎ ÓÔÍ Ì ÊÌÍÎÍÏ Í ËÊÑÔÊÙÖ ÍÐÑ ÜÐÑ Ô ÑÊÖÙ Ð Î Ú ÜÐ ÍÖ×
Õ ÊÛÐ ÔÐ ÍÕÍ Õ ÖÊÌËÊÌ ÍÏ ÍÙÐÑ ÚÕÍ ÕÖ ÊÌÏ Ê ÜÐ Ï ÍÑÐÑ Ð ÖÐ× Õ ÍÕ Ö ÊÌÕ ÍÌÛ ÓÎ ÜÐÑ ÔÛ ÊÙÝ× Û×ÑÔÐÑ
ÒÊÑÔÐÑ ÖÍÑ ÒÐÏÐÑ ÕÓÕ ÍÐÎ ÒÐÑ ËÙÐÏ ÖÍÏ ËÓÎ Í ÖÍÏ ß ç ÊÑÔÊÙÖ ÍÐÑ Í ÒÊÓÎÓÔÍ ÒÐÎÐ Ì ËÊÙÕ ËÊÏ ÖÍá
ÏÙ ÍÖ ÍÏÐÎÌÊÌÐÑ ÒÐÑ ÔÍÒÊÓÎÓÔÍÜÐÑ ÔÕ ÊèÐÙÐÌ ÊÑ ÒÐ ÕÐ ÙÌ ÊÙ× ËÐÏ ÐÑËÙ ÓÕ ÊÕËÊÌÛ ÊÑÐÙÐ Ñ
Ù ÊÎ Ð ÕÍ Ï×Ð ÕÐ ÜÐÑ Ô ÖÍ ÒÐÏ Õ ÊÍ ÌÛÐÑÔ Ð ÖÐ× ÒÍÔ×ÑÐ ÏÐÑ ×Ñ Ö×Ï Ì ÊÎÊÔÍÖÍ ÌÐ Õ Í ËÙÐÏ Ö ÍÏ
ËÊÑÔ× ÐÕÐÐÑÐÖÐ×ÒÓÌÍÑÐ ÕÍ ßÉ ÓÑ ÕÊËÕ ÍÜÐ Ñ ÔÏ ÊÒ× ÐÍ ÒÊÓÎÓÔÍÌÊÙ× ËÐÏÐÑÕ ÊÛ×ÐÝËÙÓÕ ÊÕ
Ï ÊÕÐ ÒÐÙ ÐÑ ÜÐÑ Ô ÒÍ ËÐÏ ÕÐ ÏÐÑ ÒÐÙ Í ÕÐ Ö× ÏÊÎÓÌËÓÏ Ï Ê Ï ÊÎ ÓÌ ËÓÏ Î ÐÍÑ Ð ÖÐ× ÒÐÙÍ ÕÐ Ö×
ÓÙÐÑ ÔÏ ÊÕ ÊÓÙÐÑ ÔÐ ÖÐ×Õ ÊÏ ÊÎÓÌËÓ ÏÎÐ ÍÑÕ ÊÝ ÍÑÔÔÐÖÊÙ èÍËÖÐÕ×Ð Ö×ÒÓÌÍÑÐ Õ Íß
éÐÙ Í ÛÐÑÜÐ Ï ÒÊáÍÑ ÍÕ Í ÜÐÑÔ ÛÊÙÐ Õ ÐÎ ÒÐÙÍ ÛÊÙÛÐ ÔÐ Í ÒÍÕ ÍËÎÍÑ ÍÎÌ× Ú åÐÜÌ ÓÑ
êÍÎ Î ÍÐ Ì ÕÊÛÐÔÐ ÍÌÐÑÐ ÜÐ ÑÔ ÒÍÏ ÊÌ×Ï ÐÏÐÑ ÒÐÎ Ð Ì Û×Ï×ÑÜÐ ëÓÝÑ ìÍÕÏ Ê ÒÐÑ ÒÍÏ× Ö ÍË
Ï ÊÌÛÐÎÍÏ Ê ÒÐÎÐ ÌÛ×Ï× ä ÒÍå× ÕÐ ÒÍ ÚÌÊÑ ÔÊÌ×ÏÐ ÏÐÑÐ ÒÐ Ö ÍÔÐÒÊá ÍÑ Í ÕÍ × ÖÐ ÌÐ ÜÐ Ñ Ô
Û ÍÐ ÕÐ ÒÍÔ×ÑÐÏ ÐÑÚ ÜÐ Í Ö× ÍÒÊÓÎÓÔÍ Õ ÊÛÐ ÔÐ Í Õ Í ÕÖ ÊÌ ÏÊËÊÙ èÐÜÐ ÐÑ ÒÐÙÍ Õ×Ð Ö× Ï ÊÎÓÌËÓÏ
Ð ÖÐ×Ï ÊÎ Ð ÕÚÍÒÊÓÎÓÔÍÕ ÊÛÐ ÔÐ ÍÍÎ × ÕÍÐ ÖÐ×Ï ÊÕÐ ÒÐ ÙÐÑËÐÎ Õ× ÒÐÑ ÍÒÊÓÎ ÓÔÍÕ ÊÛÐ ÔÐÍËÙ ÓÕ ÊÕ
ËÙ ÓÒ×Ï ÕÍÌÐÏÑÐ ß
Ðß ç ÊÑÔÊÙ ÖÍÐÑ Ë ÊÙ ÖÐÌÐ Û ÊÙÐ ÕÐÎ ÒÐ Ù Í ËÐ ÙÐ ËÐÏÐ Ù Ë Õ ÍÏ ÓÎÓÔÍ ÜÐÑ Ô ÌÊÌÐÑ ÒÐÑÔ
(39)
ïðñ ò óòô õ öð÷ø ùø ôúûùü ýôóòþ ÿø ÿøùòïò ýö òï ø ôõø ô òý òü ð ÿøö óòô õ òü
ò ò ñòý ô ü øùöòýü òô øô ò ý òü öøïø ù ò óòòô ÿøù ò òþ ø ô ò ý ýøðñ ðõýú
ñø÷ ö òùø ô ò ýü þ üøùÿøôü ö ôóò ýøðñðõý ýüø ôüö òô ðñø÷ öøñð ïðö òü ò
ò óòù òöòü òôÿö òô÷òñóòô õ ï ø ýýö ýüø ôüö òôý ô ýýüøùüø ôü ú
ÿú øðñð õýòñò ïø ô õø ùüýò ôöø ò óòýü ý üø öøóòö ý ôòô óòô õ ÷ òô óòø ôòý
ø ÿ ò÷ ýñ ý þ òü ò öø ò òùòô ï òñ ú òñò ïø ô õøùüýòô ýôý ýøðñð õý ýýïüòö òô
ðñø÷ öøñò óòô õ ÿøùöò ò ôü ö øñ òô õõø ô õö òô ð ýôò ýôóò ü øù÷ ò òï
öøñ ð ïðö ÿðù ýôòü ñòýôôóò ú òùòôóò ø ô õò ô øñ òöö òô ïø ô õø ô òñ ýòô
ÿøù ÿò õòý òñòü ü ò ò ÿò õý ï òù ò ïøöøùò óò ô õ ü òï òö øïøùü ý òñò ý òô øïøùüý
ü òï òö òüóò ô õÿø ô òù ú òñ òöð ôü øö ýôý þï ý÷ òöóò ô õÿøùö ò òøñòööòô
ïùðï ò õòô ò òô ø ÿ øù ýö òô ý ýôõ ý ý ôõ kepada kelompok subordinat bahwa mereka akan memperoleh keuntungan atau kebaikan.
c. Ideologi pada konsep ketiga digunakan untuk menggambarkan proses produksi makna. Dalam konteks ini sebagaimana pemikiran Roland Barthes ideologi merupakan penanda yang memilki makna konotatif yang disebutnya retorika ideologi yang menjadi sumber pemaknaan tataran kedua. Tataran pertama(
, ialah tahap pembentukan makna denotatif yang tahapannya melalui interaksi antara penanda( dan petanda( .
Tataran kedua ( merupakan tahapan pembentukan makna
konotasi dan mitos. Oleh karena itu, niilai konotatif dan mitos merupakan ideologi yang kegunaannya bisa diwujudkan.
Ketiga konsep ideologi tersebut menurut Fiske saling berkaitan. Konsep ideologi kedua merupakan implementasi dari konsep pertama. Kemudian konsep satu dan dua berada dalam konsep ideologi yang ketiga yaitu pada proses produksi
(40)
! " # $%&' ( ) *& +, % , ,- ' , '%& &.& +/ ( () %& +*& %0
, ' # ( . ,% # ,' &- 1 ,, . #& & %' , 0 %0 .& )& * ) & ' 1 + . # '0
1 # + ) & # 0 .& )0 ' %0 . +% ,1 $ ,' ,! 21 & $#$ ), . , % # ,' &
1 . +%, 1 $ ,' , 1, +&. +& '& %', 1 # *& +* ), % 1 3% 1 '& 4 ,))
*,' , %*/!5 4 . %& +' & *0 %& +0. . +$'& '.& +$10 ', -1 #
.& )& +% ,,1& $# $ ),( )& %,)! 6 7
8 ! 21 & $#$),9 &1 ,
21 & $#$), &1 , & ,# ,, .& )&+% , ,1& $# $), () 1 , ,# ,, $#&4 &1 ,
'& * ), '& *0 4 ,' %, %0 ' , %0 #1 ' 4 ,10. &1 , ! :$'&. ,1& $# $ ), ()
1 . % 1 , %+, 1 # % ,) %&)$+, ,1& $#$ ), & 0+0 % . 1 ) . + .& ,, +
$3 +; , '- +; , '-1 & $3 +; , ' !
< 1 )$3 +; , '& ,#4 %,1& $#$),&+0. ', '%& &.&+/(
*), ' &% ,. , 1 ,=,10 % 0 & # $. $! 21& $# $ ), &1 , 1 # .1 ) $ 3
+;,' 1 . % 1 , #,4 % 1 +, %&$+, $ +%,> %& %) &1 ,! 5&$+, %&+'&*0 %
& )& 0 . $# &0 ' ( ) & )&1 #, &1 , - 1 ,
&0 ' &1 , 1 ,40 *0 ) 1& ) ' %+0 %0 + & 0 ' 1 , & )+ 1 ,
&1 ,4 ,10. !?&*), ?,& *& +%& )0 ) . *4@' ,' %& .& +'A5A B
&1 ,1 ,'0 %0&)+ & (& '0 , 1& )',' %&. $#, %, 1 , & 1 ,
,%0*&+1 !
< 1 ) %& $ +,3 %& $+, +; , '- (, %0 & $$, . $# ,% , +,% ,#- ( )
& ) C, , % %+ +& #' , ' $' ,# 1& ) . &+, & 0'! D$0 ' (
0 %0 & #,4 % *), ( ) 1 ,0 ). &1 , 1 ,.& )+04 , $#&4
EF
GH IJ KL MH I NOP Q R P STU V RP WX Y ZXVU [ \[] R YV P \ P ^_ U `Ya U bc Rd efU[ ` RV P STUc [ V U,(g Mh Mi j Mk JMlM mMnIo pi L Nq r s t)Nu vts
(41)
y z{|}z |{ ~y z{y ~{ {~y y y ~ ~ ~ ~ {y }z
~ }~ |{ |z ~ {~ } }{ z }~ ~ z | y z{ | z~ y ~
y z{|}z |{~ y ~ ~ ~~ ~ yz{ |z~ y }~ ~ ~ }|y }~
~~ ~{ ~ ~{ ~ }~z~ y|~ }~ } }|~ z~ } |z|} ~
~~{ ~{ |y { ~y yy|~ ~ } z ~ ~ ~ ~ ~ ~
} y ~{~ {~ y~~ yz{ | }~y ~ y ~
~ |~y ~ ~~ ~~}~ z~ y
~ }~ |{ |z } z }yz{|}z |{~ y ~}|~y~~
} ~}~ yz{ |}z|{ ~ {~ }| ~z|y z{ |}z |{ ~ ~ ~ ~
~~ ~ ~ |~y~ |}~ ~ | z z~ ~z |{~ ~ z|{ ~ ~ z~ |
y y z ~z| y yz ~{~ y yz } } ~z~| z ~ z ~ ~
~}|}~ ~ |~ }~ {y }z~{ y (} ~y} |~ z~ y ~}|}~ ~ | |}}~ |}z|}z~{{ yy{ |}y y z{|y ~
} y |y~ ~{~}z }|yz{ ~
z | z z~ ~ |{ |z {y }z ~ { y
y ~~ ~~ } |}~} ~ z |yy { ~ } |}~ ~ ||}}~
y ~~ ~y ~{ {y y ~ ~ ~ ~ { |~ }~ { {y z~y
~ { ~{ { ~ z~y ~ | |}}~ }y y z y y |~ z | | ~ z~ |
} } y y z~} y ~ | z z|}~ |~y ~~ }
z z~ y~ z| | z ~{ {y y ~~ ~ }{
~{ y ~ |z ~~ ~~ ~ ~ y y z~ } z z|}~
~ }z{ } y ~~~~ | ~ ~{~ } { ~{ y ~ ~ y{ z
z {~ y
(42)
ÇÈ ÉÊËÌ ÍÎÏ ÍÐÊ ÐÑ ÌÒ Í
Ï ÍÐ ÊÐ ÒÍË ÓÔ ËÕÖ Ë Ó ÔÐ× Ñ Î ÍË ÓÓÖ ËÔÔ Ë ØÍØ ÍÐÔ ÌÔ ËÙ Ö Ë×Ö Ø Ò ÍËÚÑÎ ×ØÔ Ë Ô×ÔÖ
ÒÍËÓÊËÕ Ñ ÌÑ ØÔ ËÌ ÍÛÖ ÔÜÑØÝ Ñ Ò ØÍ×Ô ØÖ ×ÔË Õ ÑÕÔÝ ÔÒØÍÝÊÒÎ ÊØÒÔ Ì ÞÔ ÐÔ ØÔ ×ÞÔËÓÝÖÔ ÌÙ
Õ ÑÛÔ ËÕ Ñ ËÓØÔË Ü Ô ËÞÔ ßÔ× ÖÜ Ë ÞÔ ØÊÐÛÔË ØÍØÍÐÔ Ì ÔË È àÔÝÔ Ò Î ÍÐØÍÒÛÔ Ë ÓÔË ËÞÔ Ý ÔÝÖ
ÒÖ ËÚÖÝ ÌÖÔ×ÖØÊËÌÍÎ ÞÔËÓÒÍÒÛ ÍÐ Ñ Î ÍË ÓÍÐ ×ÑÔË Û ÔÜáÔ × ÍÐ ÊÐ ÑÌ ÒÍ ÔÕÔÝÔÜÚ ÔÐÔ Ô×ÔÖ
×ÍØËÑ Ø ÑË× ÑÒ ÑÕÔ Ì Ñ Õ ÍËÓÔË ÌÔ ÌÔÐ Ô Ë ÌÑ Ì× ÍÒÔ ×Ñ ØÙ ÕÍÒÑ ÌÖÔ ×Ö ØÍÎÍË× ÑËÓÔ Ë Î ÊÝ Ñ ×ÑØ
×ÍÐ ×ÍË×ÖÈ
àÔÝ ÔÒÛÖ ØÖâ ÍËÕÐ ÊÎ ÐÑÞÊ ËÊÒÍË ÓÖ ×ÑÎÎ ÍËÕÔÎ Ô ×ãÜ Ñ ××Ô ØÍÐ× ÍË×Ô Ë ÓÛ ÍÛ ÍÐÔÎ Ô
Î ÍËÓÍÐ× ÑÔ Ë ×ÍÐ ÊÐÑ ÌÒ Í ÔË× ÔÐÔ Ý ÔÑ Ë ÒÍËÖÐÖ × ãÔÝ × ÍÐ äÍÑÚÜ ÞÔ Ë Ó Ò ÍËÞÔ× Ô ØÔ ËÙ ÛÔÜá Ô
×ÍÐ ÊÐÑ Ì ÒÍ ÔÕÔÝÔÜ ÌÖÔ ×Ö Ì ×ÐÔ ×Í ÓÑ ØÍØÍÐÔ Ì ÔË ÞÔË Ó Õ ÑÐÔ ËÚÔ Ë Ó Ö Ë×Ö Ø ÒÍËÑ ËÓØÔ × ØÔ Ë
ÜÔ ÌÑÝ åÜÔ Ì ÑÝ ÞÔË Ó Õ ÑÑ ËÓÑË ØÔ ËÙ Õ ÍË ÓÔ Ë ÚÔ ÐÔ ÒÍËÔËÔÒØÔ Ë ØÍ×Ô ØÖ ×Ô Ë Õ Ñ ØÔÝ Ô Ë ÓÔË
ÒÔ ÌÞÔ ÐÔ ØÔ × Ö ÒÖ ÒÈ Ï ÍÐÊÐ ÑÌ Ò Í ÔÕÔÝÔÜ Î ÍË ÓÓÖ ËÔÔ Ë Ô ×ÔÖ ÔË ÚÔ ÒÔË Î ÍË ÓÓÖ ËÔ ÔË
ØÍØÍÐÔ Ì Ô ËÞÔ Ë ÓÛÍÐ ×Ö ßÖÔ ËÖ Ë×Ö ØÒ ÍËÚÔÎÔ Ñ× ÍÐß ÔÕ ÑËÞÔÎÍÐÖÛÔÜ Ô ËÎ ÊÝ Ñ ×Ñ Ø È
æÍÛ ÍÐÔÎ Ô Î ÍË ÓÍÐ× ÑÔ Ë Ý Ô Ñ Ë ÞÔ Ë Ó Õ ÑØÖ × ÑÎ ÕÔÐ Ñ Çæ çÙ ×ÍÐÊÐ Ñ ÌÒ Í ÔÕÔÝÔÜ
Î ÍËÓÓÖ ËÔÔ Ë ØÍØÖÔ × Ô Ë Ô× ÔÖ ØÍØ ÍÐÔ Ì Ô ËÌÍÚÔÐÔ Õ ÑÝÖÔÐ ÜÖ ØÖ Ò ×ÍÐÜÔÕ ÔÎ ÒÔ ËÖ ÌÑÔ ÕÔ Ë
ÜÔÐ×ÔÛ ÍËÕ ÔÖ Ë×Ö ØÒÍËÔ ØÖ ×å ËÔØÖ × ÑÌÖÔ×ÖÎ ÍÒ ÍÐÑ Ë×Ô ÜÔ ËÙÎ ÍËÕÖÕÖ ØÌ ÑÎ ÑÝ ÙÔ×ÔÖÛÔÓÑ Ô Ë
ÕÔÐÑ Ò ÍÐ ÍØÔ Õ ÍË ÓÔ Ë ÌÔ ÌÔÐÔ ËÝÍÛ ÑÜ Ý ÔËßÖ × ÔÕÔÝ ÔÜÜÔÝ ÞÔ Ë Ó ÒÍËÞÔËÓØÖ × Î ÊÝÑ× ÑØÔ ×ÔÖ
Ì ÊÌÑÔÝÈ
àÔÐ Ñ ÌÖÔ ×Ö èÊÐÖ Ò Õ ÑÌ ØÖ Ì Ñ Ô Ë×ÔÐÔ Î ÔÐ Ô ÔØ ÔÕ Í Ò ÑÌ ÑÙ ÎÐ ÊèÍÌ ÑÊËÔÝÙ ÎÔØÔ Ð Ù
Î ÍËÓÔ ÒÔ × Î ÊÝÑ× ÑØÙ ÕÔ Ë Õ ÑÎÝ ÊÒÔ × × ÍÐ× ÍË×Ö Ù ÞÔ Ë Ó Õ ÑÔÕÔ ØÔ Ë Õ Ñ ØÔË× ÊÐ éÍË× ÍÐÑ
ÉÊÊÐÕ ÑËÔ × ÊÐ êÊÝ Ñ ×Ñ Ø ÕÔ Ë ÉÍÔ ÒÔ ËÔ Ë ÎÔÕ Ô ×Ô ËÓÓÔÝ ëì
íÍÎ × ÍÒÛ ÍÐ îïïëÙ
ÒÍË ÞÑÒÎÖÝ ØÔ Ë Î ÍËÓÍÐ× Ñ ÔË × ÍÐÊÐ ÑÌ Ò ÍÙÌ ÍÛÔÓÔÑ Û ÍÐ Ñ ØÖ×ð ñÏÍÐ ÊÐ ÑÌ ÒÍ ÕÔÎÔ ×Õ ÑÔÐ× ÑØÔË
(43)
ôõö÷øõ) ø ùô õ÷õúû õü õöýùþõÿ ú þöýÿù ù þüù ÿ ù õú ü õö õö ÷ýúõÿ õõýú õõú ùüõüúøõü þõöþùø úõýõûõü þ ÿ
ù ÷õþ õõ þõýôõ ÿ õöù ö üú ø ÿ õöùö÷ùþý ú õöýù þ þúø ùø ù õþõþùøúùüõüú
ö õö÷ö õö ÷ öù ÷ õþõ õö ÷ ùþ õÿ õö õ ö ÷ ÿ öýÿ úýù þûù õ ÿ õö
ÿù õü õ ôù þôõ÷ õú øýþõýù ÷ú ùþõø úö õü õøú ö ÷õø úö÷ õüõ ÿ ù ÷úõý õö ÿù÷úõý õö
õöýú ýù þ þú ø ù ù þúÿ õ ù þúÿ õý ý ùü õ ùö ùú öúøú ÿ õö ý ù þ þúøù ùö þ ý ù
þú úö õü ù ù þõü ( õý ù þ õþý úý üù ý ù öúý ù ýõýùø ù ýùöýõö÷ ýù þ þú ø ù õö õýõþ ý úö õÿõö ÿ þúúö õü õö ÷ ôùþ ôö÷õö ùö ÷õö
ýù þ þúø ù) õ õ ùý úö õý ùþ ô ýù þ þú ø ù úùú öúø úÿ õö ø ùôõ÷õú kegiatan-kegiatan yang melibatkan kekerasan atau aksi-aksi yang mengancam kehidupan, yang merupakan pelanggaran terhadap undang-undang kriminal Amerika Serikat atau negara manapun dan yang terjadi karena keinginan untuk (i) menakut-nakuti atau memaksa penduduk sipil; (ii) mempengaruhi kebijakan pemerintah dengan intimidasi atau paksaan, atau (iii) memberikan dampak terhadap langkah suatu pemerintah dengan cara perusakan massal, pembunuhan atau penculikan; dan terjadi pada mulanya di dalam jurisdiksi teritorial Amerika Serikat atau terjadi pada mulanya di luar jurisdiksi teritorial Amerika Serikat .
Inggris mendefinisikan terorisme dalam Terrorism Act 2000, sebagai penggunaan ancaman yang dirancang untuk memperngaruhi pemerintah atau menakut-nakuti masyarakat umum atau kelompok masyarakat dan penggunaan ancaman yang dilakukan untuk kepentingan pengembangan suatu kepentingan yang bersifat politik, agama atau ideologi yang melibatkan kekerasan secara nyata (serius) terhadap manusia, melibatkan perbuatan yang merusak harta benda, membahayakan kehidupan manusia selain dirinya sendiri dan menimbulkan suatu
(44)
!"# $" "%&'( ) %* %'"# "+ % , ## , *$& "+, +,"+ %- ., ).
,*$&""+( /#/ #0* %/ &#$" (*%& +* 1+ #"+, %#00#00+2
3 %#0%&" # "%#"#0 "%& .& *,% ()" ( � +, (& '* - 4 # 5 - * 5"
#- " * !'*2 6%!0 *+"+ ,%" .(% !%& ) & $# 0 & ( - (,%#(- ,) (# !%&* 5"#%"& - 75 - *5 "# - " *!'* " (,%,!%& #)%#5* & #" %#"#0&%- "*
(#" ( +"/, )+&(-,)%#00+##! '*2
3 %#%&)#89:; <; =>?; @AB:;A=;BC 9+#"+,%#0+4 ) '* +" +)%& #$"# "+
()" ( " # *%!0 !%&, # "+ " ( 7 , %&+) # * +" + / & $#0
!%&" %#"#0# ( %#0# )& #* ) ,%" 5 * 2 D - "%&* %!+" !%& & " 7 !'E #- "
!'* " ( #, %#%- " " %& .& *,%(& * * ' * " .& *7 (%.-.0 *"+)+#) %# 5* & #
"%.-.0 *#$2 F # - * * !'* '#$ , %- + # 89:; <; =>?; @A (G %& 5 * ) "%&'( ) +#0 ) #H+#0)# (& ) ' I*, ! # J( %#7 $#0 ,%#/%& , # #
)%, & ## $" %#" #0&%- "*(+# (#,%#0 )( , %- + #"%&. & * , %2
K& G%& 5 * "%&* %!+"( "%, + #-%" %" ( "%& " +&#)%, & #I* ,
! # J(%#2 L+ 0* 5 -*5 "(- ' ,%- + # & " " %&'() % %- &+#H %%- & +#
$# 0 " %&4 ( 7 !+ # +#"+ , %#%, + # %!%# & # H %!%#& # $#0 " %& () " )(
+#0 ) #H+#0)#,%&% $#0*%-, # " ()%&- +-0 ,%#()"#& " 2
M .#* %) #- " * ( "%& ) # ( * # 7 , *%/ & 5 - .* .5 * )%#0%&" #
"%& .& *,%()"( " %,+ #, %-- + (+)%#(%" #N
O2 K& *%0 %*%- +& +' # $#0 - %! ' !%*& 7 $#0 ( (-,# $ "%& ()" !0 #
%* * " %#* "%& .& * , % 2
P2 K& *%0 ! 0 #H! 0 #$ #0,%#$+*+#*+"+ %*" +#$#0- %! '!%*&7$#0
(45)
S TUVWV X YX Z T[VZY\ \T]^V _T`] T\V Z V` ZTWXTa^Z ] Yb^`V\V ` X TaVbVY \TWV `b\V
_T`Tc YZ YV`dYc eXe dYXVbV W] V _VZ[ T`fVgVa_T WZV `hV V`hV `bXT]TWiV `VZT`ZV `bTX T`X Y
[V \`V]V WYZ T We WYX [ Tj
k T`] T\VZ V ` _ TWZ V[Vl ZTWe WYX [ T [TW^ _V \V ` X ^VZ ^ Y] T ZT`ZV `b Z Y `]V \
\T\TWVXV `VZ V^V `UV[ V `\T\TWVXV`jm TWeWYX [ T]V cV[\e `Z T\XY`Y[ TW^ _V\V `aVbYV`
]V WYX^VZ ^gVUV `Va TXV WZT`ZV `bYc [^_TWV`blXT_TWZY_TWV `bZ T WaVZVX[ V^ _^ `_TWV `b
ZeZ Vcl _TWV `b ZTWa^ \V [V^ _^ ` nopqrst uvqs np wxpv yq (\V[_V`hT ZTWZ^Z ^ _l \cV `] TX Z Y `lbTWV \V `aV gV iZV `VizXTWZVdYcX V dVZ_TWV`bjk T`] T\VZ V `\T]^VlZ T We WYX[T
[ TW^ _V \V`X^VZ ^\e `XT_hV`bZTWX ^X^ `]VWY_WY `X Y _{|j}TZ Y]V \Z TWVZ ^ WV `_Y\Y WV `]V `
[VX VcVi]Vc V[\T_ WYaV] YV`[ V `^X YVj~jkXY\ec ebY[ VX X V(x ovn)laV Y\_^acY\hV`b \TZV \^Z V`[ V^ _^ `_^ac Y \hV `b[T`VW^iXY[_VZYa ^Z Vj
k Tc T[ aVbVV ` Z TWiV]V_ _T`biVcVcV ` XTbVc V U V WV ]V ` _T`bbVcV `bV ` e _Y `Y
_^ac Y \ Y `YcVi hV `b [ TW^_V \V` T\XYXZT`XY Z TWe WYX[ Tj mTWe WYX[T [ TW^ _V\V ` X ^VZ^
WTVcYZ VX]V ` WTVc YZVX ] Y ]^ `YVZ TWXTa^Z ] Yg^ f^] \V ` ]Vc V[aViVX Vl hV`b [TW^ _V \V`
^ `b\V _V` _T[Y\Y WV ` ]V WY XTXTeWV `b hV `b i Y]^ _ ]VcV[ \T[ VfT[^ \V `
c Y `b\^ `bV``hVj ViVXV ]VcV[ Z TWe WYX[T ] Y b^ `V\ V` X TaV bV Y ^ `b\V _V` _ T[ Y \YWV `
X V[V a Y ` V] T` ]V` Te WbT Vc \TW ^X i ] Y ]Vc V[ WTdcT\X Y `hV [T`biV] V _Y
WTVcYZ VX jS^VZ ^\e `XT_] Y ` hV ZV \V`] VcV[a T`Z^ \^ `b\V _V `]V`^ `b\V _V`_T[ Y \YWV `
V]VcViX ^VZ ^aViVXVj\X _ WTXY]VcV[Z TWe WYX[T[ T `bb^ `V \V`aViVX VhV`b[T`fV] Y
[VX ^ \V \Vcl\V WT`V] Y b^ `V \V`[V `^XYV^ `Z ^ \[T`hV [_VY \V `_TX V`[ TW T\V\T_V]V
[ V`^XYVc V Y`j
k TcV \^ Z TWe WYX[Ta^ \V` iV ` hV_ TWe WV `bV ` VZV^ fVWY `bV` X T_ TWZY cV T] Vl
Z TZ V _Y f^bV Z TW[VX ^ \ `TbV WVj mY`]V \ \TfViVZ V ` ] T `bV` \T\ TWVX V ` hV`b ] YcV \^ \V `
(46)
¡
¢
£...¤¥¦ §¨ ¦© ª «§¬ ¦®¯ ¦ ©®°¦ §±§ª¬° ¤ ¤¥¦ª © ± ®² ¦© ¬¨ ¦¬ ¤ s
war in Vietnam. They must do the same today. The american people should stop the massacre... by their government. (Rakyat Amerika dulu bangkit menentang pemerintahannya dalam perang di Vietnam. Mereka harus melakukan hal yang sama sekarang ini. Rakyat Amerika harus menghentikan pembunuhan yang dilakukan oleh pemerintah mereka).
Dari ungkapan Osama bin Laden tersebut terlihat bahwa ia menginginkan rakyat Amerika bergerak seperti yang terjadi di masa perang Vietnam dahulu, sehingga membuat Amerika Serikat menderita kekalahan. Bahasa yang digunakan Osama bin Laden merupakan bahasa orang yang mengharapkan sesuatu, dari kenyataan yang pernah berlaku di Vietnam. Kenyataan hidup manusia berada dalam satu keanekaragaman, sebagaimana dalam bahasa yang dijumpai sehari-hari. Keanekaragaman yang dimaksud oleh Wittgenstein bukanlah bermacam-macam bahasa seperti bahasa Indonesia, bahasa Inggris, bahasa Belanda, bahasa Jepang, dan semacamnya, serta juga bukan bahasa kedokteran, bahasa sastra, bahasa filsafat, dan semacamnya, melainkan keanekaragaman bahasa yang kita jumpai dalam hidup sehari-hari.
Menurut Wittgenstein bahwa permainan kata-kata itu meliputi bahasa perintah untuk dipatuhi, bahasa lelucon atau komedi, bahasa pertanyaan, bahasa
(47)
µ¶·¸ ¹º»¶¼ » ¶½ ¾·¿·À½ Áº· Á·À·º»¶Ã µ·Âº·Á·À·µ¶· ¸ ¹¾»¾·¿½ Â÷ ¸À »Ä»¸½À ¸ Å·ÆÇ »¼½ ·È
¶· ¹· ¾È»¶¾·½ ¸· ¸º·Á·À· ½ ¼ ɾ »¸¹· ¸Ã ɸ ¹·¼ ɶ· ¸¼»¶¼»¸¼ É Å· ¸ ¹¾»¸Ê »¶¾½ ¸¿· ¸Ê½ ¶½
¿Á·À ÷¶½ ʵ¶·¿ È»¶¾·½¸· ¸ º·Á·À · Å· ¸ ¹ º »¶À· ¸¹¿ ɼ · ¸Æ Ç »º·¹·½ ¾· ¸· À »È » ¶¼½
º½·À · ¸ Å· à ·Ë· ¾ À »ºÉ·Á È »¶¾·½¸·¸Â µ ¶· ¸ ¹ Å·¸ ¹ ¼ »¶Ë½º·¼ ÷˷ ¾ È»¶¾·½ ¸·¸ Ê·¼ ɶ
¾½ À ·Ë¸ ŷ¾ »¾È ɸŷ½·¼ É ¶· ¸À »¸Ã½¶½Å· ¸ ¹¼ ½Ã·¿À·¾·Ã »¸ ¹· ¸È»¶¾·½¸· ¸À »È·¿º µË·Â
º»¹½¼É È ÉË · Á ·Ë¸ Å· Å· ¸ ¹ ¼ »¶Ä ·Ã½ Ã·Ë · ¾ ¼ ·¼ · È »¶ ¾·½¸· ¸ º·Á·À ·Â ¾·À ½ ¸¹Ì ¾·À ½ ¸¹
¾»¾È ɸ Å·½ ·¼ ɶ· ¸¸Å· À»¸Ã½ ¶½ÌÀ»¸Ã½ ¶½Æ ͽ÷¿ ¾É¸¹¿½¸ ¼ »¶Á·Ã ·È ¸Å· ý º»¶Ë·¿ É¿· ¸
·¼ ɶ· ¸ Å· ¸ ¹ º»¶Ë·¿ É À»Ê· ¶· ɾ É¾Æ Ç »º· ¹·½ ÀÉ·¼É ¶»Ë·½¼ ·À ¿ »Á½Ã ÉÈ · ¸Â ¼ »¶ µ¶½ À ¾»
·Ã·Ë·Áɸ ¹¿·È · ¸Ã· ¶½È »¾½¿½¶· ¸·¼ · ÉÈ »¶·À ·· ¸È · ¶·È »Ë·¿ ɸŷÀ»Á½ ¸¹¹·¾ » ¶ÉÈ·¿· ¸
ÀÉ·¼Éº·Á·À·Â Å·¸ ¹¾»¾ È É¸ Å·½·¼É¶·¸À»¸Ã½ ¶½Æ
ÍÉÄ É· ¸È· ¶·È »Ë ·¿ ɼ »¶µ¶½À¾»Ã· ¸¾ µ¼½ ηÀ½¸ ŷý¾·À ·Ë·Ë ɺ» ¶·¹· ¾ÂÅ·½ ¼ É
à »¾½¿ »É¸¼ ɸ¹· ¸»¿ µ¸µ ¾½(ÏÐÑÒ)¾»¾È » ¶µË »Á¹»¸¹À ½ÀµÀ ½·Ë(ÏÑÐÓÔ)¾»¾ ·¿À·¿· ¸ ½Ã »µËµ¹½Â È»¸·ÕÀ ½¶· ¸ ¿ »Å·¿½ ¸· ¸ ·¼·É »¿À ÈË µ½ ¼·À ½ ·¹· ¾·Â ¿»ºÉ÷ŷ · ¸Â Á» ¹»¾µ¸½Â
¿ »¿ É·À·· ¸Âà µ¾½¸·À½¿ É˼ɶ·Ë ·¼· ÉÈ »¾·¿À ·· ¸¿ µ¸À »ÈÕ½Ë À·Õ·¼ Æ
Í»¶µ¶½ À ¾ »¼½Ã·¿ ¾ »¾È ɸŷ½ ¸½Ë ·½Â¿· ¶»¸· ¸½Ë ·½Ã·Ë· ¾·¿À ½ µËµ¹½¼ »¶Ã½ ¶½ ·¼ ·À
»¼½ ¿· (º·½ ¿·¼· ɺɶɿ)¸ µ¶¾·¾µ¶·Ë (À·Ë·Á·¼· ɺ» ¸·¶)Âà · ¸¸½Ë ·½»À ¼ »¼ ½¿· (»Ëµ¿·¼ · É ¼½ ÷¿ »Ëµ¿ÖÆ ×·Á ·À· à ·Ë· ¾ ¼ »¶µ¶½ À ¾ » ·Ã·Ë·Á º· Á·À· ɸ½Î » ¶À ·Ë ŷ ¸ ¹ È » ¸½Ë ·½· ¸
¼ »¶Á·Ã·È ¸Å· ÄÉ ¹· º» ¶À½ Õ·¼ ɸ½ Î »¶À ·ËÆ ØË »Á ¿· ¶»¸· ½ ¼ É ¸½Ë ·½ ÷ ¶½ ¼ »¶µ¶½ À ¾ »
¼ »¶¸» ¹·À ½ ¿·¸ À » Ê· ¶· È »¸ ÉÁ µË»Á Ä·¼ÉÁ ¸ Å· ¿ µ¶º·¸ ¾· ¸ÉÀ ½· Å· ¸ ¹ ¼ ½Ã·¿ º»¶À ·Ë·ÁÆ
Í»¶µ¶½ À ¾ » ¾»¸ ¹¹É¸·¿·¸ À É·¼É º·Á·À · à ·Ë· ¾ ¾»¸¹É¸ ¹¿ ·È¿· ¸ Ƚ¿½¶· ¸ ·¼· É
¿ » Å· ¿½¸· ¸ ȽÁ·¿ È»Ë ·¿ É Å·¸¹ ¾ »¸½ ¾ ºÉË¿· ¸ È·¸½¿ ÷¸ ¿ »¼ ·¿ ɼ· ¸ ý ¿ ·Ë· ¸ ¹· ¸
¾·ÀÅ·¶·¿ ·¼ ËÉ·À Æ Ù·¶· ¸Å· ·Ã ·Ë ·Á ¾ »Ë ·Ëɽ ¿ »¿ » ¶·À· ¸ ·¼ ·ÉÈ É¸ · ¸ Ê· ¾· ¸ ¿ »¿»¶·À· ¸Â
º·½¿À»Ê·¶·Õ½ À½ ¿·¼ · ÉÈ É¸ÈÀ½ ¿½À¼ »¶Á·Ã·ÈÀ ½·È ·À· Ä·¼· ¸È·¼»¶¿»Êɷ˽ ÆÚ»¼·¿ ɼ· ¸Å· ¸ ¹
(48)
ÝÞÝÞßÞààáÞâãÞäåæ çßè ßå Ýé çáÞ à äê çàæåà äÞ ëÞ ì ÞíéçàîÞêÞåæ ïðïÞ àñòÞ ìÞïê ï àëçàäÞà
éçàäí Þ ìÞ ìóÞ àÝç äÞ ìÞîÞß Þâ
ôÞß å ê çéõÞí Þ ÝÞ à ëå ÞæÞÝñ ëÞêÞæ ëåê çßè ì çí õÞäåÞà ëÞß å Ý çõïÞí ê çà äçßæ åÞà
æ çàæ Þ àäæ çßè ßå Ýé çñáÞ åæ ïæçßèß åÝ éçéçßïêÞó Þ àæ å àëÞóó çðÞíÞæÞ àáÞ à äëå ìÞóï óÞ àè ì çí
ê åíÞó áÞà ä àåìÞåó çõçàÞß ÞààáÞ æçßì çæÞó ëå ëÞ ìÞé ëåß åàáÞ Ý çàëåß åâ öçõçàÞ ß Þ à áÞà ä
ëåéÞó Ýï ë Þ ëÞ ìÞí ó çõçàÞ ßÞ à ëÞß å Ýï éõçß ê çà äçæ Þ íïÞ à êÞßÞ æçßèß åÝñ Ýçêçßæ å íÞ ì àáÞ
Ý çéïÞÝï é õçßê çà äçæÞíï Þ àðï äÞõçßàå ìÞ åêÞ Ýæ å õç àÞßñð åóÞÝÞð ÞÞ ìÞæ÷Þ ìÞæêç àçßÞêÞ à
éçß çóÞõçó çßð ÞÝ çîÞßÞàè ßéÞ ìâ øù
úû
üýþ ýÿ Fundamentalis Kristen, Yahudi, Islam,(
(49)
36
BAB III
GA"BA#A$%"% ""EDIA I$D&$E'IA DA$HA#IA$#E( %B)I*A
A. Sejarah Media Indonesia
Harian umum Media Indonesia pertama kali diterbitkan pada tanggal 19 Januari 1970 dengan motto Pembawa Suara Rakyat , berdasarkan Surat Izin Terbit (SIT) No. 0856/SK/Dir-PK/SIT/1969 yang dikeluarkan oleh Departemen Penerangan pada tanggal 6 Desember 1969 dengan ketentuan sebagai berikut: Pemimpin umum/redaksi perusahaan : Teuku Yousli Syah
Misi penerbitan : Umum/independen
Periode terbit : 7x seminggu
Oplah pertama : 5.000 eksemplar
Jumlah halaman : 4 halaman
Sistem cetak : Letter press
Bahasa : Indonesia
Pada tahun-tahun pertama penerbitan, harian umum Media Indonesia bukanlah suatu harian yang memuat berita politik atau bisnis, tetapi merupakan sebuah harian yang pemberitaannya lebih banyak ke bidang hiburan, seperti cerita artis dan lain sebagainya. Tak heran pada saat itu harian umum Media Indonesia dikatakan sebagai koran kuning yaitu koran yang penuh dengan cerita+,- - . /.
Dalam rangka memajukan penerbitan harian umum Media Indonesia, ketua badan yayasan penerbit telah melakukan konsolidasi dan usaha pembenahan di segala bidang untuk menigkatkan mutu penerbitan Harian Umum Media Indonesia
(1)
keorganisasian kan sejak 2001 kami sudah diambil alih oleh mahaka group. Jadi walaupun secara keorganisasian kami sudah tidak terikat lagi tapi secara visi dan misi masih ada. ICMI tidak bisa lepas dari Republika, Republika juga tidak bisa lepas dari ICMI karena mereka yang membidani kami jadi dalam satu dan lain hal pola pikir ICMI yang sering kami jawantahkan dalam pemberitaan soal islam yang harus bermandiri, soal umat islam yang harus berdaya, islam moderat yang lebih santun, yang pro terhadap kemajuan, yang pro terhadap kebangsaan, hal tersebut yang masih terbawa sampai sekarang di Republika.
P: Apakah ada campur tangan atau intervensi dari Erick Thohir sebagai pemilik dari Mahaka Group? NS: Jarang sekali, apalagi untuk hal-hal yang teknis apalagi tentang pemberitaan di bidang polhukam dan ekonomi. Seringnya di olahraga, yang dia senang kalau kita mengangkat tentang prestasi bangsa. Tapi tidak jarang juga kami kritik di olahraga. Kalau tentang pemberitaan tidak sedemikian ketat. Kadang-kadang hal itu yang membuat kami bersyukur karena kami punya pemilik tidak ikut partai atau parpol, dia tidak punya perusahaan yang menggurita, jadi kami tidak punya kewajiban membela apa-apa. Kami tidak perlu takut untuk menaikkan berita tentang muhammadiyah. Paling waktu olimpiade, Erick itu kan ketua Komite Olimpiade Indonesia (KOIL). Nah, waktu berita penyambutan nama dia gak ada sama sekali, disitu enaknya, kami tidak terikat
Tidak ada campur tangan pemilik (Erick Tohir) dalam menentukan angle berita kategori polhukam. Kalaupun ada, biasanya hanya pada kategori olahraga.
Ketidakikutsertaan Erik Tohir dalam parpol dan ketiadaan perusahaan yang menggurita menjadi hal yang disyukuri oleh republika sehingga republika tidak ada tekanan beritanya harus berpihak kemana.
(2)
dengan hal-hal seperti itu. Jadi mau siapa pun presidennya baik itu SBY atau Jokowi sekarang kita melakukan kritis yang sama tajamnya karena tidak ada kedekatan. Kalau bisa dibilang Erick itu sangat dekat dengan Jokowi dan pemerintahan sekarang tapi dia tidak pernah menahan kami untuk melakukan kritik terhadap pemerintah. Selama saya tiga tahun memegang halaman satu, tidak habis dihitung sebelah jari dia mengarahkan untuk membuat berita ini dibuat lebih damai dong, yang ini dibikin lebih soft dong, jangan mengadu-adu domba dong, paling hanya begitu-begitu saja komentar dia. Kalau di polhukam dia tidak pernah mengatur-atur pemberitaan.
(3)
Aampiran 7
BXCBAD EFCG H
IBnalisis Jacana Kasus Kematian LMrduga LMroris NiOono pada PMdia Cndonesia QRSsi 5 Bpril dan Tepublika Q RSsi 2 Bpril 2016
Dimensi: Rutinitas Media, Nilai Berita, Kebijakan Media, Ideologi, Objektifitas, Keberpihakan, Kode Etik Jurnalistik, Hierarki Pengaruh
UVW XYZ[\V ]^ _^ `[a b^ c[ d^Yea d Va [b ^Y(U Y] Yb f `g []h) i[j fg k^ l Y(U Y] Yb f `g []mn
1 Latar Belakang Nama: Usman Kansong
Jabatan: Pimpinan Redaksi
Nama: Fitriyan Zamzami Jabatan: Redaktur halaman 1 2 Rutinitas Media Alur berita Media indonesia memiliki aplikasi
yang bernama GPRS yang menghimpun berita dari seluruh wartawan Media Group.
Kalau ada perubahan pada last minute, yang ikut mengambil keputusan biasanya di level asisten redaktur pelaksana ke atas.
Tiap redaktur sudah bisa melihat layout beritanya dan berapa karakter yang harus dipenuhi karena layout sudah diberikan pada sore hari oleh tim artistik.
Nantinya semua wartawan media indonesia dan metro tv akan
tergabung menjadi wartawan Media Group.
Alur berita di republika menggunakan sistem newsroom.
Peserta rapat yang menentukan berita dari level redaktur hingga redpel lalu diberikan ke kepala newsroom untuk dibagikan ke reporter.
Tugas pimred lebih ke hubungan media dengan pihak eksternal.
Keputusan berita yang akan naik ada pada diskusi dan pemegang keputusan tertinggi rapat ada pada waredpel.
3 Nilai Berita Kriteria berita yang masuk headline
Kriteria yang akan masuk headline adalah berdasarkan nilai berita dan
Republika tidak memiliki kriteria khusus untuk menentukan berita apa yang akan
(4)
diskusi pada saat rapat. masuk headline dan memiliki agenda sendiri. oppi hal tersebut tidak berlaku jika ada isu nasional qang sangat penting seperti reshuffle kabinet.
4 rdeologi sandangan media
terhadap isu terorisme
tecara umum media indonesia melawan dan memerangi tindakan terorisme dan mencegah agar terorisme tidak terjadi.
uepublika setuju untuk memberantas terorisme tapi dengan cara-cara qang dilakukan harus berada dalam koridor qang benar.
5 vebijakan media ttrategi untuk melawan
terorisme
wxmasukkan kutipan dari pemerintah dan pakar terorisme termasuk strategi media indonesia dalam memberitakan isu terorisme. wxdia indonesia memiliki kebijakan
untuk tidak mewawancarai keluarga teroris.
wxdia indonesia tidak memberikan kesempatan kepada kelompok qang mereka anggap menqerukan
kekerasan dan keributan.
uepublika memiliki cara sendiri untuk memberantas terorisme. w xnurutnqa dengan cara merangkul orang-orang dan mengajak kembali ke jalan qang lebih damai adalah cara qang lebih baik.
w xnurutnqa, pemberantasan terorisme dengan cara qang agresif dapat
menumbuhkan teroris-teroris baru. yengan memberikan ruang kepada perjuangan qang dilakukan oleh tim advokasi diharapkan dapat mengajak orang-orang qang putus asa terhadap hukum bisa percaqa dan qakin bahwa kesewenang-wenangan pemerintah bisa dilawan melalui cara qang legal.
6 rdeologi sandangan media
terhadap berita kematian siqono
tecara umum media indonesia mengkritik cara kerja densus 88 dan kepolisian dalam menangani teroris. wxdia
rndonesia setuju kalau ti qono tersangka teroris. namun
menqaqangkan cara penangkapan qang dinilai gegabah.
tiqono tetap dinilai tidak bersalah karena dia dieksekusi sebelum ada persidangan. zalaupun
ti qono memiliki indikasi qang kuat tapi tetap tidak terbukti secara hukum kalau dia teroris.
varena indonesia adalah negara hukum, maka terduga teroris seperti
(5)
{i|ono juga patut mendapatkan perlindungan hukum dan proses pengadilan sebelum dieksekusi. 7 }bjektivitas ~emilihan narasumber dia indonesia membenarkan kalau
kutipan |ang dimasukkan keban|akan dari pemerintah.
m republika memang berniat mengangkat tim advokasi dalam pemberitaann|a.
8 eberpihakan ~embagian dua kubu |ang menjadi aktor dalam pemberitaan ({i|ono/tim advokasi dan pemerintah/kepolisian)
dia indonesia mengkritik
kepolisian untuk terlihat seolah-olah membela si|ono.
dia indonesia melihat bahwa titik berat kasus ini adalah kepolisian, bukan tim advokasi. adi pendapat tim advokasi sangat sedikit.
nurut republika kasus ini
melibatkan kubu muhammadi|ah/ tim advokasi dan pemerintah.
epublika mempertahankan berita ini karena adan|a perjuangan |ang dilakukan secara konsinsten oleh tim advokasi.
9 ode etik jurnalistik ~edoman penulisan berita terorisme
dia indonesia menggunakan buku pedoman penulisan terorisme |ang dikeluarkan oleh dan buku etika perusahaan/code of conduct
epublika sering mengikuti seminar tentang bagaimana memberitakan isu terorisme |ang diadakan oleh ~ {angat disa|angkan bahwa pihak
pemerintah |ang sering melanggar peraturan tersebut.
10 }bjektifitas nulis berita |ang objektif mengenai isu terorisme
gar berita tentang terorisme bersifat objektif, media indonesia mengikuti pedoman dari . ~ertama, media harus bersama pemerintah memerangi terorisme dan tidak memberi ruang secara berlebihan kepada teroris.
{ulit menulis berita terorisme |ang objektif karena ketika pihak media mengambil keterangan dari pihak selain pemerintah akan di cap sebagai media |ang pro terorisme.
epublika berusaha melakukan investigasi sendiri terkait pelaku teroris dan sering menemukan fakta |ang berlawanan dengan versi kepolisian.
11 ierarki pengaruh ~andangan media terhadap objektifitas
dia indonesia men|atakan bahwa berita itu bersifat subjektif dan tidak ada berita |ang objektif karena dipengaruhi
epublika mengatakan bahwa tidak ada berita |ang objektif. ang objektif adalah metoden|a.
(6)
ideologi media itu sendiri. 12 deologi deologi ang
mempengaruhi pemberitaan media
dia indonesia menganut ideologi ang dimiliki oleh pemilikna aitu ura aloh, aitu menhargai
kebangsaan dan keberagaman. deologi tersebut ang mempengaruhi
pemberitaan.
efleksi pola pikir masih digunakan oleh republika dalam menulis beritana.
dak ada campur tangan pemilik (ick r) dalam menentukan angle berita kategori polhukam. alaupun ada, biasana hana pada kategori olahraga.