Identifikasi Kebakaran Terhadap Sturuktur Beton

61 3. Pada suhu 400°C : pasta semen yang sudah terhidrasi terurai kembali sehingga kekuatan beton mulai terganggu. CaOH2 → CaO + H2O Dengan demikian beton yang di bawah pembebanan lebih kuat daripada yang tidak dibebani. Pada temperatur 600°C di bawah beban 0,4f’c tidak mengalami penurunan kekuatan.

2.3.4 Identifikasi Kebakaran Terhadap Sturuktur Beton

1. Perubahan warna pada beton Warna beton setelah terjadi proses pendinginan membantu dalam mengindikasikan temperatur maksimum yang pernah dialami beton dalam beberapa kasus. Perubahan warna yang terjadi pada permukaan beton yaitu Nugraha, P., 2007 : a. 300°C : tidak berubah. b. 300°C – 600°C : merah muda. c. 600°C – 900°C : putih keabu-abuan. d. 900°C : kekuning-kuningan. e. 1200°C : kuning. Ciri di atas tidak mutlak, tergantung jenis agregat di dalam beton. Warna beton yang terbakar dapat menentukan tingkat kebakaran, seperti warna mulai merah hingga putih dapat menunjukkan bahwa kebakaran tersebut cukup parah. Universitas Sumatera Utara 62 2. Spalling dan Crazing Pada Beton Spalling adalah gejala melepasnya sebagian permukaan beton dalam bentuk lapisan tipis beberapa cm. Spalling dapat diartikan tertekan dengan penampakan dengan bagian permukaan beton yang keluarlepasterpisah. a. Beton keropos dan kualitas beton buruk b. Suhu tinggi akibat kebakaran Munaf Siahaan, 2003 Crazing adalah gejala remuk pada permukaan beton seperti pecahnya kulit telur. Spalling terjadi pada 150°C - 1110°C, destructive cracking terjadi pada 220°C – 400°C. Jadi beton mulai kritis pada 300°C – 350°C Nugraha, P Antoni, 2007. 3. Retak Cracking Pada temperatur tinggi, pemuaian besi beton akan lebih besar daripada betonnya sendiri. Pada konstruksi beton, pemuaian akan tertahan sampai suatu taraf tertentu karena adanya lekatan antara besi beton dengan beton. Keretakan diklasifikasikan ke dalam 2 jenis, antara lain: a. Retak ringan, yakni pecah pada bagian luar beton yang berupa garis- garis yang sempit dan tidak terlalu panjang dengan pola menyebar. Retak ini disebabkan oleh proses penyusutan beton pada saat terjadi kebakaran. b. Retak berat, yakni ukuran retak lebih dalam dan lebar, terjadi secara tunggal atau kelompok Triwono, 2000. Universitas Sumatera Utara 63

2.3.5 Hasil – Hasil Penelitian yang Mendukung