Kekebalan tubuh yang terbentuk setelah divaksinasi

Polio Vaccine maupun IPV Inactivated Poliovirus Vaccines atau vaksin polio khusus diperbolehkan, bisa dilihat pada website MUI, lanjut dr Novilia. Pembuatan semua vaksin di Indonesia sendiri dilakukan oleh PT Bio Farma Persero. Kelima vaksin dasar lengkap yakni Hepatitis B, Imunisasi BCG, Polio, Imunisasi DPT, Imunisasi Campak juga dibuat Bio Farma dan sudah dibolehkan Majelis Ulama Indonesia MUI. Dari pihak PT Bio Farma Persero sendiri menekankan ada beberapa hal yang perlu diklarifikasi, yaitu: 1. Tripsin bukan bahan pembuat vaksin, tapi untuk harvest sel panen yang digunakan untuk media virus. Tripsin merupakan bahan untuk melepaskan sel dari tempat merekatnya virus pada media virus. 2. Tripsin kemudian dibuang dan ada proses pencucian, dan kemudian pelarutan dengan air dalam jumlah yang sangat besar. 3. Pada produk final tidak ditemukan unsur tripsin.Untuk vaksin lainnya kita tidak menggunakan tripsin seperti polio. Dengan demikian, bisa dijelaskan vaksin adalah suatu medikasi yang sifatnya urgent, bukan pilihan seperti makanan, tutup dr Novilia.Sebagai informasi, sejak tahun 1997 sampai saat ini, PT Bio Farma pun telah mengekspor produknya ke 120 negara, termasuk 36 negara dengan penduduk mayoritas beragama Islam seperti Iran, Pakistan, Malaysia, Mesir dan negara lainnya seperti India, Thailand, Afrika Selatan dan lainnya.

C. Kekebalan tubuh yang terbentuk setelah divaksinasi

Vaksin pada dasarnya bertujuan membantu tubuh menghasilkan antibodi dan melindungi terhadap penyakit. Namun beberapa kalangan menolak menerima vaksin atau memberikan vaksin pada anaknya karena alasan bahan dasar vaksin adalah babi. Benarkah demikian? Vaksin adalah bakteri atau virus yang telah dilemahkan, yang dimasukkan ke dalam tubuh baik secara injeksi ataupun oral yang berguna untuk merangsang pembentukan kekebalan tubuh.Saat ini lebih dari 190 negara secara terus menerus melakukan imunisasi untuk bayi dan balita. Di negara tersebut terdapat institusi resmi yang meneliti dan mengawasi vaksin, yang beranggotakan dokter ahli penyakit infeksi, imunologi, mikrobiologi, farmakologi, epidemiologi, biostatistika dan lain-lain. Sampai saat ini tidak ada negara yang melarang imunisasi, justru semua negara berusaha meningkatkan cakupan imunisasi lebih dari 90 persen artinya lebih dari 90 persen anak atau bayi telah mendapat imunisasi. Tapi di berbagai negara, ada saja kelompok-kelompok tertentu yang menentang pemberian vaksin. Salah satunya karena vaksin dianggap berbahan dasar babi. “Tidak benar bahwa bahan dasar pembuatan vaksin hanya dari babi. Vaksin terdiri dari virus dan bakteri yang dilemahkan. Vaksin yang diedarkan kepada masyarakat sudah melalui proses yang [ 10 ] Artikel ebuletin LPMP Sulsel. ISSN 2355‐3189. 06 April 2015 h t t p : ww w. l p m psu l se l . n e t v2 i n de x.ph p? option=com_contentview=articleid=343:pengaruh‐ vaksinasi‐terhadap‐ ketat dari segi kualitas, efektifitas dan keamanan vaksin. Di dalam negeri dilakukan oleh badan POM dan untuk ekspor dilakukan penilaian kualitas dan mutu vaksin oleh World Health Organization WHO,” jelas dr Novilia Sjafri Bachtiar, M.Kes, Kepala Bagian Evaluasi Produk PT Bio Farma Persero, saat dihubungi detikHealth, Rabu 2062012. Dalam pembuatan vaksin, unsur binatang termasuk babi sering dipakai sebagai media untuk membiakkan bibit vaksin dari kuman yang dilemahkan. Media ini berfungsi sebagai pemotong rantai kimia tertentu, sehingga bersinggungan dengan bahan baku pembuatan vaksin. Namun dengan berkembangnya teknologi, pembuatan vaksin pun sudah tidak lagi dibiakkan pada embrio anjing, babi atau manusia. “Pendapat tersebut bersumber dari tulisan 50 tahun lalu tahun 1961-1962. Teknologi pembuatan vaksin telah berkembang sangat pesat, sehingga sangat jauh berbeda dengan pembuatan vaksin pada tahun 1950an. Saat ini, tidak ada vaksin yang terbuat dari nanah atau dibiakkan embrio anjing, babi atau manusia,” tulis Dr. Soedjatmiko, SpAK, MSi, Sekretaris Satgas Imunisasi PP IDAI, dalam penjelasannya pada detikHealth. Menurut Dr. Soedjatmiko, pada proses penyemaian induk bibit vaksin tertentu 15-20 tahun lalu, proses panen bibit vaksin tersebut bersinggungan dengan tripsin pankreas babi untuk melepaskan induk vaksin dari persemaiannya. Tetapi induk bibit vaksin tersebut kemudian dicuci dan dibersihkan total dengan cara ultrafilterisasi ratusan kali, sehingga vaksin yang diberikan kepada anak tidak mengandung tripsin babi. Hal ini dapat dibuktikan dengan pemeriksaan khusus. “Majelis Ulama Indonesia menyatakan bahwa vaksin tersebut dapat dipakai, selama belum ada penggantinya. Contoh vaksin meningokokus haji diwajibkan oleh Saudi Arabia bagi semua jemaah haji untuk mencegah radang otak karena meningokokus,” lanjut Dr. Soedjatmiko. Lagipula, vaksin yang digunakan oleh program imunisasi di Indonesia adalah buatan PT Bio Farma Bandung, pabrik vaksin BUMN yang telah berpengalaman selama 120 tahun, dengan mayoritas karyawannya adalah muslim. Proses penelitian dan pembuatannya pun mendapat pengawasan ketat dari ahli-ahli vaksin di BPOM dan WHO. Dan sejak tahun 1997 sampai saat ini, PT Bio Farma pun telah mengekspor produknya ke 120 negara, termasuk 36 negara dengan penduduk mayoritas beragama Islam seperti Iran, Pakistan, Malaysia, Mesir dan negara lainnya seperti India, Thailand, Afrika Selatan dan lainnya. Vaksin terbagi menjadi dua, yaitu vaksin mati dan vaksin hidup. Vaksin mati, berasal dari virus atau bakteri yang dimatikan. Jenis vaksin ini menghasilkan antibodi pada tubuh karena ada antigen didalamnya. Tidak membahayakan janin jika dilakukan pada ibu hamil. Vaksin hidup, berasal dari virus atau bakteri yang dilemahkan. Virus ini dapat berpotensi menyebabkan penyakit itu sendiri, seperti rubella atau tetanus. [ 11 ] Artikel ebuletin LPMP Sulsel. ISSN 2355‐3189. 06 April 2015 h t t p : ww w. l p m psu l se l . n e t v2 i n de x.ph p? option=com_contentview=articleid=343:pengaruh‐ vaksinasi‐terhadap‐ Vaksinasi tidak menjamin kekebalan. Kekebalan alami terjadi hanya setelah seseorang pulih dari penyakit yang sebenarnya. Selama sakit, mikroorganisme biasanya harus melewati banyak sistem alami dalam pertahanan kekebalan tubuh hidung, tenggorokan, paru-paru, saluran pencernaan dan jaringan getah bening sebelum mencapai aliran darah. Seperti halnya mikroorganisme memicu banyak peristiwa biologis yang penting dalam membangun kekebalan alami. Ketika anak mendapat penyakit baru, ia mungkin merasa sakit selama beberapa hari, lalu ia akan sembuh. Satu-satunya perbedaan pada vaksinasi adalah Anda melakukannya secara buatan, dengan cara yang lebih aman. Vaksin atau imunisasi yang disarankan. Ada beberapa vaksin atau imunisasi yang disarankan untuk diberikan pada ibu hamil, bayi dan anak-anak, diantaranya : 1. DTaP-IPV-Hib Difteri, Tetanus, Pertusis aseluler, Polio dan Hib. DTaP-IPV-Hib Difteri, Tetanus, Pertusis aseluler, Polio dan Hib Haemophilus influenzae type B adalah vaksin kombinasi yang diberikan dalam satu jarum. Ini adalah perlindungan terbaik anak Anda dapat memiliki terhadap 5 penyakit ini. Vaksin kombinasi yang sangat efektif dan tidak menimbulkan efek samping lebih banyak daripada jika diberikan oleh jarum terpisah. Anak-anak harus menerima vaksin atau imunisasi ini pada usia 2 bulan untuk membantu melindungi mereka terhadap penyakit ini. Biasanya diberikan pada saat yang sama dengan vaksin pneumokokus dan meningokokus. Imunisasi DPT DtaP-IPV-Hib diberikan dalam “seri” untuk membantu membangun kekebalan yang kuat terhadap penyakit ini. Anak- anak menerima dosis pada: 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, 18 bulan, 4-6 tahun kecuali Hib. Perlindungan yang terbaik adalah jika anak Anda memiliki seluruh seri pada usia yang dianjurkan. Tapi itu tidak pernah terlambat untuk memulai. Boosters tetanus dan difteri dianjurkan setiap 10 tahun. 2. Hepatitis B.Hepatitis B adalah virus yang menyerang hati. Kebanyakan orang yang terinfeksi dapat sembuh sepenuhnya. Namun, hingga 10 dari anak-anak dan orang dewasa yang terinfeksi kronis seumur hidup hepatitis B. Vaksin Hepatitis B diberikan sebanyak tiga kali, yaitu saat bayi lahir, berumur satu dan enam bulan. Vaksin ini efektif mencegah terjadinya penyakit hepatitis. 3. Human Papillomavirus HPV adalah infeksi yang sangat umum dan ditularkan melalui kontak seksual. Diperkirakan bahwa lebih dari 70 orang akan memiliki minimal satu infeksi HPV genital dalam hidup mereka. Beberapa jenis infeksi HPV menyebabkan hampir semua kasus kanker serviks. Vaksin HPV paling efektif apabila diberikan pada perempuan sebelum mereka mulai aktivitas seksual dan risiko eksposur terhadap HPV. Maka disarankan kepada pasangan yang akan menikah untuk melakukan serangkaian imunisasi HPV untuk mencegah kanker serviks. Selanjutnya imunisasi ini diberikan pada saat trimester pertama kehamilan atau anda juga bisa berkonsultasi dengan bidan atau dokter kandungan mengenai imunisasi apa saja yang harus dilakukan saat hamil. 4. BCGImunisasi ini Bacillus Calmette Guerin, adalah jenis imunisasi yang diberikan pada bayi untuk mencegah penyakit TBC, penyakit ini sering menyerang anak dibawah usia 12 tahun. Oleh sebab itu imunisasi BCG sangat diperlukan. Vaksin atau imunisasi ini juga mengurangi resiko tuberkulosis berat seperti meningitis TB radang selaput otak yang disebabkan oleh bakteri TB. Imunisasi BCG biasanya diberikan pada bayi ketika usianya 2 – 3 bulan, imunisasi ini dilakukan hanya satu kali karena imunisasi ini berisi kuman atau bakteri hidup dan membuat antibodi yang dihasilkan cukup tinggi. 5. Campak, Virus Campak mudah menjangkiti anak-anak, terutama anak dibawah usia lima tahun. Campak biasanya akan memicu komplikasi berupa pnemonia, radang telinga dan radang otak, bahkan banyak anak yang harus cacat seumur hidup akibat campak, seperti mengalami kebutaan atau tuli.Maka imunisasi campak sangat penting diberikan pada anak sebagai tindakan pencegahan, biasanya diberikan saat anak berusia 9 bulan dan 6 tahun, namun apabila pada usia 15 bulan si kecil sudah mendapatkan vaksin MMR, Campak – 2 tidak diberikan. Vaksinasi campak dilakukan saat usia bayi 9 bulan dikarenakan antibodi bawaan dari ibu imunisasi pasif masih ada hingga usia 9 bulan, dan setelah itu menghilang, sehingga perlu vaksinasi. Imunisasi tidak menjamin 100. Tidak ada yang obat yang bisa menjamin 100 kesembuhan dan menjamin 100 pencegahan. Semua tergantung banyak faktor, salah satunya adalah daya tahan tubuh kita. Begitu juga dengan imunisasi, sehingga beberapa orang mempertanyakan imunisasi hanya karena beberapa kasus penyakit campak, padahal penderita sudah diimunisasi campak. Semua obat pasti ada efek sampingnya Bahkan madu, habbatussauda, dan bekam juga ada efek sampingnya, hanya saja kita bisa menghilangkan atau meminimalkannya jika sesuai aturan. Begitu juga dengan imunisasi yang dikenal dengan istilah KIPI [Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi]. Misalnya, sedikit demam, dan ini semua sudah dijelaskan dan ada penanganannya. Anak yang tidak imunisasi lebih sehat? Ada pengakuan bahwa anaknya yang tidak diimunisasi lebih sehat dan pintar dari yang diimunisasi. Maka kita jawab, bisa jadi itu karena faktor-faktor lain yang tidak terkait dengan imunisasi, dan perlu dibuktikan. Banyak orang-orang miskin dan kumuh anaknya lebih sehat dan lebih pintar dibandingkan mereka yang kaya dan pola hidupnya sehat. Apakah kita akan mengatakan, jadi orang miskin saja supaya lebih sehat? Kita tahu sebagian besar anak Indonesia diimunisasi dan lihatlah mereka semuanya banyak yang pintar-pintar dan menjuarai berbagai olimpiade tingkat [ 13 ] Artikel ebuletin LPMP Sulsel. ISSN 2355‐3189. 06 April 2015 h t t p : ww w. l p m psu l se l . n e t v2 i n de x.ph p? option=com_contentview=articleid=343:pengaruh‐ vaksinasi‐terhadap‐ internasional. Apakah kita kemudian akan mengatakan, ikut imunisasi saja supaya bisa menjuarai olimpiade tingkat internasional? sehingga, jangan karena satu dua kasus, kemudian kita menyamakannya pada semua kasus.

D. Penelitian tentang kegagalan imunisasi dan vaksin yang setengah‐