PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA PEMBELAJARAN YANG MENGGUNAKAN LEARNING CYCLE 5E DENGAN PROBLEM BASED LEARNING

(1)

ABSTRAK

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA PEMBELAJARAN YANG MENGGUNAKAN

LEARNING CYCLE 5E DENGAN PROBLEM BASED LEARNING

Oleh: Eria Puspita

Keberhasilan dalam proses belajar mengajar salah satunya dipengaruhi oleh model pembelajaran yang efektif pada saat proses pembelajaran dan mampu

meningkatkan hasil belajar siswa.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui peningkatan rata-rata hasil belajar fisika siswa yang menggunakan Learning Cycle 5E, mengetahui

peningkatan rata-rata hasil belajar fisika siswa yang menggunakan Problem Based Learning serta untuk mengetahui perbedaan rata-rata hasil belajar fisika antara siswa yang menggunakan learning cycle 5E dengan problem based learning. Desain penelitian adalah Non-Equvalent Pretest-Posttest Design. Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas X6 dan X9 pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling.


(2)

Eria Puspita Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan rata-rata hasil

belajar fisika siswa yang menggunakan learning cycle 5E dan mengetahui

peningkatan rata-rata hasil belajar fisika siswa yang menggunakan Problem Based Learning. Berdasarkan rata-rata skor prettes pada kelas learning cycle 5E sebelum diberiperlakuan sebesar 25.54 dan rata-rata nilai posttes sebesar 83.85. Nilai thitung pada Uji paired sample t test sebesar -29.281 nilai t tabel -1.706. sedangkan pada kelas problem based learning rata-rata nilai prettes sebelum diberiperlakuan sebesar 23.68 dan rata-rata nilai posttes setelah diberiperlakuan sebesar 74.32. Nilai t hitung pada Uji paired sample t test sebesar -22.620 nilai t tabel -1.717 dengan besar signifikasi pada masing-masing kelas sebesar 0.000dan berdasarkan hasil uji Independent Samples t-test diketahui nilai t tabel 1,679 dan t hitung 5,013 (5,013 > 1,679) dengan nilaisig pada kemampuan siswa dalam mengikuti model

pembelajaran adalah sebesar 0,000, ini berarti nilai signifikansinya lebih kecil

dari nilai α (0.05). Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa: (1) Ada peningkatan hasil belajar siswa pada model pembelajaran Learning Cycle 5E, (2) Ada peningkatan hasil belajar siswa pada model pembelajaran problem based learning, (3) Ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika antara siswa yang menggunakan Learning Cycle 5E dengan Problem Based Learning.

Kata kunci : Hasil belajar, Model pembelajaran learning cycle 5E dan model pembelajaran problem based learning.


(3)

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA PEMBELEJARAN YANG MENGGUNAKAN

LEARNING CYCLE 5E DENGAN PROBLEM BASED LEARNING

Oleh Eria Puspita

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(4)

Judul Skripsi : PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA PEMBELAJARAN YANG

MENGGUNAKAN LEARNING CYCLE 5E DENGAN PROBLEM BASED LEARNING

Nama Mahasiswa : Eria Puspita Nomor Pokok Mahasiswa : 0743022022 Program Studi : Pendidikan Fisika Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dr. Agus Suyatna, M.Si. Viyanti, S.Pd, M.Pd.

NIP. 196008211985031004 NIP. 198003302005012001

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M. Si. NIP 19671004 199303 1004


(5)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs Agus Suyatna, M.Si.

Sekretaris : Viyanti, S.Pd, M.Pd.

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Abdurrahman, M.Si.

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP. 19600315 198503 1 003


(6)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah: Nama : Eria Puspita

NPM : 0743022022

Fakultas/Jurusan : FKIP/P MIPA Program Studi : Pendidikan Fisika

Alamat : Desa Pajar Bulan I Kec. Simpang Martapura, Baturaja Timur

Menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Juni 2012 Yang Menyatakan,

Eria Puspita


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kampung Bumi Kawa, Kecamatan Simpang Martapura Kabupaten Baturaja Timur, pada tanggal 03 Januari 1990, sebagai anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Baidi dan Ibu Nurmalela.

Jenjang pendidikan dimulai di Sekolah Dasar (SD) Negeri 88 Pajar Bulan I, diselesaikan pada tahun 2001. Pendidikan Sekolah Madrasah Tsanawiyah (MTS) di Pondok Pesatren Raudhatul Ulum Palembang, diselesaikan pada tahun 2004. Pendidikan Sekolah Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Kota Bumi, diselesaikan pada tahun 2007.

Tahun 2007 penulis terdaftar sebagai mahasiswa program studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Tahun 2009, penulis melakukan Kuliah Kerja Lapangan (KKL). Pada tahun 2011 penulis melaksanakan praktek mengajar melalui Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Mutiara Natar Bandar Lampung.


(8)

MOTTO:

”Jadilah engkau orang yang berilmu (pandai), atau orang-orang yang belajar, atau orang yang mau mendengarkan ilmu, atau orang yang menyukai ilmu. Dan

janganlah engkau menjadi orang yang ke-5 maka kamu akan celaka” (HR. Baehaqi)

”Kerjakanlah pekerjaan yang membawa berkah bagimu dan orang yang kamu cintai”

”Orang yang belum mencoba, tidak boleh berkata tidak mungkin” (Eria Puspita)


(9)

PERSEMBAHAN

Dengan kerendahan hati, mengucap syukur kehadirat Allah SWT serta Sholawat atas Rosululloh Muhammad SAW, Penulis mempersembahkan karya sederhana ini sebagai tanda bakti dan kasih cinta yang tulus dan mendalam kepada:

1. Ayah dan Ibu tercinta, yang telah memberikan semua yang mereka punya, keringat, serta kasih sayang, senantiasa mendo’akan, dan memberikan semangat untuk mewujudkan cita-cita dan keberhasilan penulis.

2. Adik-adik tersayang, Riko Kharisma, Rian Saputra, dan Ridho Hafiz yang selalu memberikan semangat dan menantikan keberhasilan penulis


(10)

SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT, karena kasih, karunia, dan rahmat-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Perbandingan Hasil Belajar Fisika antara Siswa yang Menggunakan Learning Cycle5E dengan Problem Based Learning” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Fisika di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Dengan selesainya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Bapak Dr. Undang Rosidin, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika.

4. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si selaku Pembahas atas kesediaan dan ke-ikhlasannya memberikan motivasi, bimbingan, saran, dan kritik kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Dr. Agus Suyatna, M.Si. selaku Pembimbing Akademik dan sekaligus selaku Pembimbing I atas kesediaan dan keikhlasannya memberikan motivasi,


(11)

xiv

bimbingan, saran, dan kritik kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.

6. Ibu Viyanti, S.Pd. M.Pd selaku Pembimbing II atas kesediaan dan ke-ikhlasannya memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi yang diberikan selama penyusunan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Jurusan Pendidikan MIPA.

8. Bapak Drs. Berchah Pitoewas, M.H selaku Kepala SMA Yayasan Pembina Unila Bandar Lampung atas bantuan dan kerjasamanya selama penelitian berlangsung.

9. Bapak Oky Sanjaya, S.Pd. selaku guru mitra dan murid-murid kelas X6 dan X9 SMA Yayasan Pembina Unila Bandar Lampung atas bantuan dan kerjasamanya selama penelitian berlangsung.

10.Bapak dan Ibu Guru serta Staf SMA Yayasan Pembina Unila Bandar Lampung.

11.Seseorang yang slalu memberi motivasi untuk menjadi yang lebih baik. 12.Ayuk Selva Apriliani yang slalu memberikan semangat dan Do’a untuk

penulis.

13.Sahabat-sahabat (Arif S, Deo, Nopi, Linna, nani, dan ka Syafri) atas semangat, motivasi yang slalu membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.

14.Teman-teman seperjuangan di Pendidikan Fisika angkatan 2007 non-Reguler (Anwar, Ana, Arif S, Arif H, Arum, Bayu, Cahyo, Eci, Dedo, Deo, Dian, Dwi, Duwi, Eda, Iza, Eka, Eko, Endang,Erla, Esti, Ferico, Istika, Ika, Jupri, Yogi, lina, Netty, Nela, Nopi, Nizom, Raden, Risna, Riski, Rianto, Ruslan, Rena, Rogandi, Syafri, Nani, Yuni, Sandi, Susanti, Fatma, Yudi,Yuli, dan Yevi).


(12)

xv

Serta teman-teman di Pendidikan Fisika 2007 reguler semoga silahturahim kita selalu terjalin dengan baik sampai nanti.

15.Kakak tingkat 2006 dan 2005 serta adik tingkat Pendidikan Fisika yang tak bisa disebutkan satu persatu. Semoga kita dapat menjadi pendidik yang profesional.

16.Teman-teman satu atap di kosan (Linna, Enni, Qori, Noe, Novia, Luksi, Rara dan Yogi) atas keceriaan yang selalu dihadirkan dalam setiap suasana.

17.Serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis hanya dapat berdoa, mudah-mudahan segala kekikhlasan, amal, dan ban-tuan, mendapat pahala serta balasan dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi dunia pendidikan. Amin.

Bandar Lampung, Juni 2012


(13)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis ... 8

1.Hasil Belajar... ... 8

2. Learning Cycle 5E... 13

3. Problem Based Learning ... 18

B. Kerangka Pemikiran ... 23

C. Anggapan Dasar dan Hipotesis ... 26

1. Anggapan Dasar ... 26

2. Hipotesis ... 26

III. METODE PENELITIAN A. Populasi Penelitian ... 27

B. Sampel Penelitian ... 27

C. Desain Penelitian ... 28

D. Prosedur Penelitian ... 28

E. Variabel Penelitian ... 29


(14)

ii

G. Analisis Instrumen ... 29

1. Uji Validitas ... 30

2. Uji Reliabilitas ... 31

H.Teknik Pengumpulan Data ... 32

I. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis... ... 33

1. Analisis data ... 33

2. Pengujian Hipotesis ... 34

a. Uji Normalitas ... 34

b. Uji Paired Sample t test ... 34

b. Uji homogenitas ... 36

c. Uji Independen Sample t test ... 36

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 39

1. Tahapan Pelaksanaan model pembelajaran learning cycle 5E ... 39

2. Tahapan Pelaksanaan model pembelajaran problem based learning..42

B. Hasil Uji Istrumen ... 44

1. Uji validitas ... 45

2. Uji Reliabilitas ... 45

C. Data Kuantitatif ... 46

1. Data Hasil Belajar Siswa... 46

2. Uji Normalitas Pretets dan postest... 46

3. Hasil Uji Paired Saple t test ... 48

4. Hasil Uji Varian ... 50

5. Hasil Uji Independent sample t test ... 50

D. Pembahasan ... 52

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 57

B. Saran ... 57


(15)

iii

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

LAMPIRAN I. PERANGKAT PEMBELAJARAN Kelas Eksperimen 1

1. Silabus ... 63

2. RPP ... 65

3. Buku Siswa ... 76

4. LKK BerbasisLearning cycle 5E ... 80

5. Kunci Jawabaan LKK ... 86

Kelas Eksperimen 2 1. Silabus ... 92

2. RPP ... 94

3. Buku Siswa ... 104

4. LKK Berbasis problem based learning ... 108

5. Kunci Jawabaan LKS ... 145

Instrumen

1. Intrumen Hasil Belajar a. Analisis SK dan KD ... 153

b. Kisi – Kisi Posttest (Penilaian Produk) ... 154

c. Soal Pretest dan Postest (Penilaian Produk) ... 158

d. Kunci jawaban (Penilaian Produk) ... 160

e. Rubrikasi Hasil Belajar ... 163

LAMPIRAN II. PENGUJIAN ISTRUMEN 1. Uji Coba Instrumen Hasil Belajar a. Data Hasil Pretest dan Postest ... 167

b. Data Rekapitulasi N-Gain ... 171


(16)

iv

LAMPIRAN III. HASIL OUPUT SPSS VERSI 17.0

1. Uji Validitas dan Reabilitas ... 176

2. Uji Normalitas Pretest ... 177

3. Uji Normalitas Postest ... 178

2. Uji Independen Sampel t tes Postest ... 179

LAMPIRAN IV. KETERANGAN 1. Izin Penelitian

2. Surat Keterangan Penelitian 3. Daftar Hadir Seminar Proposal 4. Kartu Kendali


(17)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Sintaks Model Learning Cycle 5E... 16

2. Tahap-tahap pembelajaran berbasis masalah ... 22

3. Hasil Validitas Soal ... 45

4. Hasil Uji Reliabilitas Soal ... 45

5. Skor Hasil Belajar Siswa ... 46

6. Uji Normalitas Pretest dan Postest Hasil Belajar Siswa ... 47

7. Hasil Uji Kesamaan Varian... 48


(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Diagram Learning Cycle 5E ... 15 2. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 25

3. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 27 4. Desain Eksperimen Non-Eqvalent Pretest-Posttest Design..………… 30 5. Grafik Rata-Rata Skor Hasil Belajar Siswa……… 52 6. Grafik Presentase Peningkatan Hasil Belajar………. 53


(19)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut pengembangan kemampuan siswa dalam bidang Ilmu Pengetahuan Alam termasuk fisika. Kemampuan siswa dalam bidang IPA khususnya fisika, sangat diperlukan untuk berbagai hal antara lain memberikan bekal bagi kehidupan di masyarakat dan mengembangkan bakat, minat, serta dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Fisika bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga proses penemuan. Hal ini berarti dalam pembelajaran fisika perlu diberikan penguasaan pengetahuan dan cara memperoleh pengetahuan. Belajar fisika merupakan tingkat belajar tinggi karena pada kenyataannya belajar fisika tidak hanya mendengar dan menghafal rumus saja tetapi juga dituntut untuk

menggunakan kemampuan dalam upaya membangun pengetahuan sendiri agar mendapatkan hasil yang tepat.

Masih banyak siswa menganggap pelajaran fisika merupakan pelajaran yang sulit dipahami dan kurang menarik serta membosankan karena selalu


(20)

2 berhubungan dengan menghitung serta rumus-rumus dan hafalan yang akan menambah kebosanan siswa pada pelajaran fisika. Dalam proses

pembelajaran, kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok karena berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar mengajar dirancang dan dijalankan secara profesional. Agar proses belajar mengajar dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan, salah satu strateginya adalah dengan memilih model pembelajaran yang sesuai.

Guru mempunyai tugas untuk memilih model pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang disampaikan demi tercapainya tujuan pendidikan selain itu, guru harus dapat menciptakan suasana pembelajaran yang

membuat siswa lebih aktif, kreatif, menarik, dan menyenangkan. Akan tetapi berdasarkan pengalaman yang diperoleh di lapangan, pembelajaran yang disajikan oleh guru di kelas menggunakan metode yang monoton misalnya ceramah. Dengan menggunakan metode tersebut akan berakibat dengan hasil belajar siswa. Berhasilnya suatu hasil balajar siswa tergantung dengan metode atau strategi yang dipakai oleh guru.

Pembelajaran fisika dengan metode ceramah kurang mendorong siswa berpikir ilmiah, kreatif, bekerja atas inisiatif sendiri, menumbuhkan sikap obyektif, jujur dan terbuka. Kondisi belajar dimana hanya menerima materi dari pengajar, mencatat, dan menghafalkannya. Hal tersebut harus diubah menjadi berbagi pengetahuan, mencari (inkuiri), menemukan pengetahuan secara aktif sehingga terjadi peningkatan pemahaman (bukan ingatan).


(21)

3 Bila dalam penyampaiannya hanya diberi teori tanpa adanya pembuktian dan penyampaian informasi yang mengajak siswa untuk berpikir serta tidak memberi kesempatan siswa untuk menemukan pengetahuan sendiri maka tidak mustahil jika siswa menjadi bosan. Siswa menjadi kurang paham dan tidak bersemangat dalam mengikuti pelajaran sehingga akan berakibat pada proses pembelajaran yang disampaikan guru tidak akan sampai kepada siswa dan hasil belajar yang diperoleh akan kurang baik.

Keberhasilan suatu pembelajaran dapat diukur dengan ketercapaian siswa dalam mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah kriteria ketuntasan belajar (KKB) yang ditentukan oleh satuan pendidikan. Permasalahannya adalah hampir semua siswa dari suatu sekolah tidak bisa mencapai kriteria ketuntasan minimal. Ketentuan ini menuntut guru untuk berusaha lebih keras agar siswanya berhasil dalam mencapai KKM yang telah ditentukan.

Salah satu cara guru untuk dapat meningkatkan KKM siswanya adalah dengan memberikan inovasi. Inovasi yang dilakukan oleh guru dalam memperbaiki keadaan siswanya sehingga tercapai KKM dimulai dari penerapan metode, pendekatan, atau bahkan model yang dapat membangkitkan siswanya untuk memotivasi belajar, berusaha menghadirkan pembelajaran yang menarik dan diminati oleh siswa, sehingga hasil belajar siswa bukan lagi menjadi masalah yang besar.

Pembelajarn fisika hendaknya dapat meningkatkan antara yang diajarkannya dengan konteks dimana siswa berada dan diharapkan dapat meningkatkan


(22)

4 hasil belajar siswa. Untuk mencapai tujuan tersebut, peneliti memilih

menggunakan pendekatan model pembelajaran inovatif yaitu model pembelajarn Learning Cycle 5E dan Problem Based Learning

Penggunaan Learning Cycle 5E dapat menciptakan kesempatan untuk memberi pengalaman fisik, interaksi sosial, dan pengaturan diri. Learning Cycle 5E terdiri dari 5 tahap kegiatan yaitu Engage (mengajak), Explore

(menyelidiki), Explain (menjelaskan), Elaborate (memperluas) dan

Evaluate (menilai). Pada tahap engage, guru memunculkan rasa keinggintahuan siswa terhadap materi melalui fenomena yang terjadi sehingga muncul pertanyaan- pertanyaan dalam diri siswa dan mendorong siswa untuk menghubungkan fenomena itu dengan pengetahuan yang sudah dimiliki. Pada tahap explore, siswa didorong untuk membuktikan hipotesis, mencoba alternatif pemecahanya dengan melakukan pengamatan,

mengumpulkan data, diskusi dengan kelompok melalui praktikum. Pada tahap Explain, siswa dituntut untuk menjelaskan pengetahuan yang mereka peroleh dari fenomena dengan kata- kata mereka sendiri. Pada tahap

elaborate, siswa akan menerapakan konsep yang telah dikuasai untuk menjawab pertanyaan, memecahkan masalah dan membuat keputusan. Sedangkan tahap evaluate, dilakukan untuk menilai efektivitas tahap-tahap sebelumnya dan untuk menilai pengetahuan, pemahaman konsep, atau kompetensi siswa.

Sedangkan Problem Based Learning salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. Problem Based


(23)

5

Learning merupakan pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan

pengetahuan baru.

Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa proses pembelajaran yang berorientasi pada keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan penjelasan tersebut peneliti telah melakukan penelitian yang berjudul Perbandingan Hasil Belajar Fisika Antara pembelajaran yang Menggunakan Learning Cycle 5E dengan Problem Based Learning. Penelitian ini di fokuskan pada hasil belajar siswa yang dilihat dari indikator pencapaian pada ranah kognitifnya saja. Penelitian ini dilakukan di SMA YP UNILA Bandar Lampung, materi pada penelitian ini adalah suhu.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Adakah peningkatan rata-rata hasil belajar fisika siswa yang menggunakan Learning Cycle 5E?

2. Adakah peningkatan rata-rata hasil belajar fisika siswa yang menggunakan Problem Based Learning?

3. Adakah perbedaan rata-rata hasil belajar fisika antara siswa yang menggunakan Learning Cycle 5E dengan Problem Based Learning?


(24)

6 C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui peningkatan rata-rata hasil belajar fisika siswa yang

menggunakan Learning Cycle 5E.

2. Mengetahui peningkatan rata-rata hasil belajar fisika siswa yang menggunakan Problem Based Learning.

3. Mengetahui perbedaan rata-rata hasil belajar fisika antara siswa yang menggunakan Learning Cycle 5E dengan Problem Based Learning.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa manfaat, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Dapat mengetahui hasil belajar siswa terhadap suatu materi belajar dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E dan model pembelajaran Problem Based Learning.

2. Dapat mengetahui metode atau strategi pembelajaran yang lebih baik

untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Model Pembelajaran Problem Based Learning adalah pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah nyata sebagai suatu konteks sehingga peserta didik dapat belajar kritis dalam melakukan pemecahan masalah yang ditunjukkan untuk memperoleh pengetahuan atau konsep yang esensial dari bahan pelajaran. Sintaks pembelajaran berbasis


(25)

7 masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) orientasi siswa terhadap masalah, (2) mengorganisasikan siswa untuk belajar, (3) membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, (4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya, (5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dimaksudkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa,

2. Model pembelajaran Learning Cycle 5Eadalah pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered), dimana proses pembelajaran dibagi dalam 5 fase yaitu fase pendahuluan (engange), fase menyelidiki (eksplore), fase penjelasan (explain), fase penerapan konsep

(elaborate), fase menilai (evaluate).

3. Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa dalam aspek kognitif setelah melalui proses belajar, yaitu berupa skor yang diperoleh siswa dari tes formatif

4. Materi pokok dalam penelitian ini adalah Suhu dan Kalor dengan sub materi suhu.

5. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas X semester genap SMA YP UNILA Bandar Lampung. Tahun Pelajaran 2011/2012.


(26)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoretis

1. Hasil Belajar

Seseorang akan mengalami perubahan pada tingkah laku setelah melalui suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya terjadi di setiap ranah, yaitu pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor.

Munaf, (2001: 67) mengklasifikasikan perubahan tersebut meliputi 3 wawasan, yaitu:

1. Ranah Kognitif, meliputi kemampuan intelektual siswa 2. Ranah Afektif, berkenaan dengan sikap dan minat

3. Ranah Psikomotorik, meliputi kemampuan untuk bertindak dan keterampilan fisik.

Hasil belajar yang dicapai siswa harus dapat diukur, yang digambarkan dengan angka atau nilai yang diperoleh dari hasil tes belajar. Tes hasil belajar dibuat untuk menentukan tingkat pengetahuan dan keterampilan dalam penguasaan materi. Dari hasil penilaian tersebut maka guru dapat memperbaiki dan menyusun kembali program pembelajaran lebih lanjut.

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan ketrampilan (Hamalik,


(27)

9 2005: 31). Hasil belajar merupakan suatu hal yang berkaitan dengan

kemampuan siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran, dalam menyerap atau memahami suatu materi yang disampaikan. Hasil belajar siswa diperoleh setelah berakhirnya proses pembelajaran. Menurut Sukardi (2008: 2) Hasil belajar merupakan pencapaian pertumbuhan siswa dalam proses belajar mengajar. Penacapaian belajar ini dapat dievaluasi dengan menggunakan pengukuran. Hal ini berarti hasil belajar diperoleh setelah melakukan kegiatan pembelajaran.

Menurut Dimyati dalam Dewi (2010: 14):

Hasil belajar merupakan hasil proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan atau pengukuran hasil belajar. Dengan tujuan mengetahui tingkat keberhasilan yang ditandai dengan huruf atau kata atau symbol yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 3)

Hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi dari tindak belajar dan tindak mengajar. Bagi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar

merupakan berakhirnya puncak proses belajar. Sedangkan dari sisi guru hasil belajar merupakan suatu pencapaian tujuan pengajaran.

Hasil belajar bukan hanya suatu penguasaan hasil latihan saja, melainkan mengubah perilaku. Bukti yang nyata jika seseorang telah belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti.


(28)

10 Klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom dalam Sukardi (2008: 75) membagi menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.

Ada tiga taksonomi yang dipakai untuk mempelajari jenis perilaku dan kemampuan internal akibat belajar yaitu:

1. Ranah kognitif

Ranah kognitif terdiri dari enam jenis prilaku, yaitu: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.

2. Ranah Afektif

Ranah afektif terdiri dari lima prilaku, yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup.

3. Ranah psikomotor

Ranah psikomotor terdiri dari tujuh prilaku, yaitu persepi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian gerakan dan kreativitas.

Disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang telah diperoleh setelah siswa menerima pengetahuan. Maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh setelah mengikuti kegiatan pembelajaran sesuai dengan kemampuan dari masing- masing individu. Hasil belajar menunjukkan berhasil atau tidaknya suatu kegiatan pembelajaran yang dicerminkan melalui angka atau skor setelah melakukan tes maupun non tes.

Siswa yang memiliki kemampuan analisis, maka ia akan memecahkan suatu permasalahan teori tertentu dengan menganalisis pengetahuan yang dilambangkan dengan kata-kata menjadi buah pikiran.


(29)

11 Hal tersebut didukung oleh pendapat Hamalik (2005 : 19)

Hasil belajar merupakan suatu kemampuan yang didapat dari kegiatan belajar yang merupakan kegiatan kompleks. Dengan memiliki hasil belajar, seseorang akan mampu mengartikan dan menganalisis ilmu pengetahuan yang dilambangkan dengan kata-kata menjadi suatu buah pemikiran dalam memecahkan suatu permasalahan tertentu.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang telah diperoleh setelah siswa menerima pengetahuan, dimana hasil belajar mencakup tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam penelitian ini, dari tiga ranah yang ada pada hasil belajar akan diambil satu ranah saja yaitu pada ranah kognitif.

Salah satu upaya mengukur hasil belajar siswa dilihat dari hasil belajar siswa itu sendiri. Bukti dari usaha yang dilakukan dalam kegiatan belajar dan proses belajar adalah hasil belajar yang biasa diukur melalui tes.

Abdullah (2008:120) menyatakan pengertian hasil belajar sebagai berikut. Hasil belajar (achievement) itu sendiri dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran di pondok pesantren atau sekolah, yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.

Hasil belajar yaitu hasil yang diperoleh oleh siswa setelah melalui proses belajar, berupa skor yang diperoleh siswa dari tes formatif pokok bahasan materi yang telah dijelaskan atau diajarkan oleh guru. maka dapat

dikatakan bahwa hasil belajar merupa-kan hasil yang telah diperoleh setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.


(30)

12 Menurut (Sudjana, 2004 : 22)

Hasilbelajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar : (1) Keterampilan dan kebiasaan, (2) Pengetahuan dan pengarahan, (3) Sikap dan cita-cita.

Menurut Dalyono (2005: 55) faktor-faktor yang menentukan pencapaian hasil belajar siswa, yaitu:

(1) Faktor internal (yang berasal dari dalam diri) meliputi

kesehatan, intelegensi, bakat, minat, motivasi dan cara belajar. (2) Faktor eksternal (yang berasal dari luar diri) meliputi lingkungan

keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar.

Keberhasilan suatu proses belajar mengajar dipengaruhi oleh banyak faktor, yang dapat berasal dari dalam diri (faktor internal) siswa dan faktor dari luar diri (eksternal) siswa. Untuk mendapatkan hasil yang

memuaskan, seorang siswa harus dapat mengedalikan faktor-faktor tersebut dengan baik.

Berdasarkan pengertian hasil belajar yang telah dikemukakan di atas, maka hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar tersebut berbentuk pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Oleh karena itu seseorang yang telah melakukan aktivitas belajar akan memperoleh perubahan dalam dirinya dan memperoleh pengalaman baru, maka individu itu dikatakan telah belajar.


(31)

13 2. Learning Cycle 5E

Dalam bahasa Indonesia Learning Cycle disebut sebagai siklus belajar.

Learning Cycle merupakan model pembelajaran yang terdiri dari fase-fase atau tahap-tahap kegiatan yang diorganisasikan sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetesi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif Fajaroh dan Dasna (2007).

Learning Cycle merupakan salah satu model pembelajarn yang mengacu pada teori belajar kontruktivisme (Dahar, 1996: 164). Teori belajar kontruktivisme merupakan suatu teori yang menyatakan bahwa dalam pembelajaran siswa harus mengkontruksi pengetahuannya sendiri. Dapat disimpulkan, model pembelajaran Learning Cycle merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa, guru sebagai fasilitator.

Pada mulanya Learning Cycle terdiri dari tiga fase yang dikembangkan oleh Robert Karplus dalam Science Curiculum Improvement Study/SCIS

(Wena, 2009). Ketiga tahapan tersebut meliputi tahap eksplorasi, pengenalan konsep- dan penerapan konsep. Dalam perkembangannya,

Leaning Cycle semakin berkembang dan semakin dikhususkan oleh para ahli. Model Learning Cycle tiga tahap yang semula dikembangkan menjadi lima tahap oleh Rodger W Bybee.

Perkembangannya adalah menambahkan fase engage di awal

pembelajaran dan fase evaluate ditambahkan pada akhir pembelajaran. Sehingga lima fase model Leaning Cycle 5 fase terdiri dari engage,


(32)

14

explore, explain, elaborate dan evaluate. Adapun penjelasan dari kelima fase sebagai berikut

1. Engage (mengajak)

Fase pengenalan terhadap pelajaran yang akan dipelajari yang sifatnya memotivasi atau mengaitkannya dengan hal-hal yang membuat siswa lebih berminat untuk mempelajari konsep dan memperhatikan guru dalam mengajar. Fase ini dapat dilakukan dengan memberikan

pertanyaan, memberikan gambaran tentang materi yang akan dipelajari, membaca, medemonstrasikan, atau aktivitas lain yang digunakan untuk membuka pengetahuan siswa dan mengembangkan rasa keingintahuan siswa. Fase ini juga digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pikiran siswa mengenai konsep yang akan dipelajari.

2. Explore (menyelidiki)

Fase yang membawa siswa untuk memperoleh pengetahuan dengan pengalaman langsung yang berhubungan dengan konsep yang akan dipelajari. Fase ini dapat dilakukan dengan mengobservasi, bertanya, dan menyelidiki konsep dari bahan-bahan pembelajaran yang telah disediakan sebelumnya. Pada fase ini siswa diberi kesempatan bekerja sama dalam kelompok kecil tanpa pengajaran langsung dari guru untuk menguji prediksi, melakukan dan mencatat pengamatan serta ide-ide melalui kegiatan seperti praktikum dan telaah literatur.

3. Explain (menjelaskan)

Fase yang didalamnya berisi ajakan atau dorongan terhadap siswa untuk menjelaskan konsep-konsep dan definisi-definisi awal yang mereka


(33)

15 dapatkan ketika fase ekplorasi dengan menggunakan kata-kata mereka sendiri, selanjutnya guru menjelaskan konsep dan definisi yang lebih formal untuk menghindari perbedaan konsep yang dipahami oleh siswa. 4. Elaborate (memperluas)

Fase yang tujuannya ingin membawa siswa untuk menggunakan definisi-definisi, konsep-konsep, dan keterampilan-keterampilan yang telah dimiliki siswa dalam situasi baru melalui kegiatan seperti

praktikum lanjutan dan problem solving. Fase ini dapat meliputi penyelidikan, pemecahan masalah, dan pembuatan keputusan. 5. Evaluate (menilai)

Fase penilaian terhadap seluruh pembelajaran dan pengajaran. Pada fase ini dapat digunakan berbagai strategi penilaian formal dan informal. Guru diharapkan secara terus-menerus dapat mengobservasi dan memperhatikan siswa terhadap pengetahuan dan kemampuannya.

Kelima tahapan di atas adalah langkah-langkah yang harus dilakukan oleh guru dalam menerapkan model Learning Cycle 5E yang dapat digambarkan dalam bentuk siklus dibawah ini:

Gambar 1.1. Diagram Learning Cycle 5E

Evaluate Engage

Explore Explain


(34)

16 Sintak model Learning Cycle 5E dapat dijabarkan dalam tabel berikut:

Tabel 1.1 Sintaks Model Learning Cycle 5E

Tahapan model LC 5E

Kegiatan Guru Kegiatan siswa Engange

(mengajak)

Membangkitkan minat dan keingintahuan siswa

Mengembangkan minat dan rasa ingin tahu terhadap materi yang akan diajarkan Mengajukan pertanyaan

mengenai permasalahan yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan

Memberikan respon terhadap pertanyaan guru

Ekplore (menyelidiki)

Membentuk kelompok, memberikan kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok secara mandiri

Berkelompok dan berusaha bekerja dalam kelompok

Guru berperan sebagai fasilitator

Membuktikan hipotesis yang sudah dibuat pada tahap sebelumnya, mencoba alternatife pemecahannya dengan melakukan pengamatan, mengumpulkan data, diskusi dengan

kelompoknya dan membuat suatu kesimpulan

Explain (menjelaskan)

Mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri

Mencoba memberikan penjelasan terhadap konsep yang ditemukan

Meminta bukti dan klarifikasi dari penjelasan siswa

Menggunakan data hasil pengamatan dalam memberi penjelasan Mendengar secara kritis

penjelasan antar siswa

Melakukan pembuktian terhadap konsep yang diajukan

Memandu diskusi Melakukan diskusi

Memberi definisi dan penjelasan tentang konsep yang dibahas dengan menggunakan penjelasan siswa

Mendengarkan dan

memahami penjelasan guru

Elaborate (memperluas)

Mengingatkan siswa pada penjelasan alternatife dan mempertimbangkan data saat mereka mengeksplorasi situasi baru

Menerapkan konsep dan keterampilan dalam situasi baru dan menggunakan label dan definisi formal

Mendorong dan

memfasilitasi siswa untuk menerapkan konsep dalam

Memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan percobaan dan


(35)

17

situasi yang baru pengamatan

Evaluate (menilai)

Mengamati pengetahuan atau pemahaman siswa

Mengevaluasi belajarnya sendiri dengan mengajukan pertanyaan dan mencari jawaban dari bukti dan penjelasan yang telah diperoleh sebelumnya Mendorong siswa melakukan

evaluasi diri

Mengambil kesimpulan lanjut atas situasi belajar yang dilakukannya Mendorong siswa memahami

kekurangan atau

kelebihannya dalam kegiatan pembelajaran

Melihat dan menganalisis kekurangan atau

kelebihannyadalam kegiatan pembelajaran

(Wena, 2009: 173)

Berdasarkan Tabel di atas, terlihat bahwa proses pembelajaran bukan lagi sekedar proses transfer ilmu pengetahuan dari guru ke siswa, melainkan proses yang berorientasi pada keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Siswa dapat mempelajari materi secara bermakna dengan bekerja dan berpikir, pengetahuan dikonstruksi dari pengalaman siswa melalui penyelidikan dan penemuan untuk memecahkan masalah, kemudian siswa dapat

mengungkapkan konsep yang sesuai dengan pengalamannya dan menggunakan pemahaman yang telah diperoleh untuk memecahkan permasalahan lain yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.

Sedangkan guru lebih banyak dari pada memberi tahu. Dengan demikian hasil belajar siswa dapat digali dengan menerapkan model Learning Cycle 5E.


(36)

18 3. Problem Based Learning

Rendahnya aktivitas belajar siswa seperti keberanian bertanya, menjawab pertanyaan, menanggapi pendapat, membuat kesimpulan dan lain-lain disebabkan oleh beberapa faktor . Salah satu faktor tersebut misalnya strategi pembelajaran yang diterapkan guru dalam mengajar kurang sesuai.

Pembelajaran yang aktif artinya semua komponen pembelajaran (siswa dan guru) harus aktif dalam pembelajaran. Guru bukan merupakan satu-satunya sumber pengetahuan yang hanya menularkan kepada siswa, melainkan siswa harus dapat menemukan dan menerapkan sendiri konsep yang dipelajari. Di sini guru hanya sebagai fasilitator siswa. Salah satu pendekatan yang dapat mengaktifkan siswa adalah model pembelajaran

Problem Based Learning.

Problem Based Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Pembelajaran berbasis masalah digunakan untuk merangsang berfikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah, termasuk didalam belajar. Peran guru dalam pembelajaran berbasis masalah adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan, dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog.


(37)

19

Problem based learning merupakan suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah.

Problem Based Learning yaitu proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata dan lalu dari masalah ini siswa dirangsang untuk mempelajari masalah ini berdasarkan pengetahuan dan pengalaman baru.

Padiya (2008) mengungkapkan pengertian problem based learning

merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks.

Menurut Wayan (2007) :

“PBL adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahapan-tahapan metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus keterampilan untuk


(38)

20 Menurut Trianto (2009: 91)

Belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan

lingkungan. Lingkungan memberikan masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi

menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik

Berdasarkan uraian di atas dalam problem based learning fokus

pembelajaran ada pada masalah yang dipilih sehingga pebelajar tidak saja mempelajari konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah tetapi juga metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut. Oleh sebab itu, pebelajar tidak saja harus memahami konsep yang relevan dengan masalah yang menjadi pusat perhatian tetapi juga memperoleh pengalaman belajar yang berhubungan dengan ketrampilan menerapkan metode ilmiah dalam pemecahan masalah.

Ismail (2000) mengungkapkan ciri utama problem based learning meliputi pengajuan pertanyaan atau masalah, memusatkan pada keterkaitan antar disiplin, penyelidikan autentik, kerjasama dan menghasilkan karya atau hasil peragaan.

Pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pembelajaran berbasis masalah antara lain bertujuan untuk membantu siswa

mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah.


(39)

21 Menurut Nurhadi, dkk. (2003: 56) pembelajaran berbasis masalah

(Problem Based learning) adalah:

Suatu pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.

Berdasararkan kutipan di atas dapat diketahui bahwa belajar adalah suatu proses yang kompleks yang dilakukan terus menerus yang bertujuan untuk menyelesaikan dan memecahkan suatu masalah. Adapun masalah yang dijadikan sebagai bahan belajar dapat berupa dunia nyata ataupun fenomena dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran ini dipengaruhi oleh suatu model maupun pendekatan tertentu.

Ada beberapa cara menerapkan problem based learning dalam pembelajaran. Secara umum penerapannya dimulai dengan adanya

masalah yang harus dipecahkan oleh peserta didik. Masalah tersebut dapat berasal dari peserta didik atau pendidik. Peserta didik akan memusatkan pembelajaran di sekitar masalah tersebut, dengan arti lain, peserta didik belajar teori dan metode ilmiah agar dapat memecahkan masalah yang menjadi pusat perhatiannya. Pemecahan masalah dalam problem based learning harus sesuai dengan langkah-langkah metode ilmiah. Dengan demikian peserta didik belajar memecahkan masalah secara sistematis dan terencana.

Pembelajaran berbasis masalah terdiri dari 5 tahapan utama yang di mulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan situasi masalah dan diakhiri


(40)

22 dengan penyelesaian dan analisis hasil kerja siswa. Dalam pembelajaran berbasis masalah, siswa tidak hanya diajarkan informasi bidang ilmu dan keterampilan belajar, tetapi siswa di bantu untuk mampu belajar dalam bidang ilmunya.

Tahap-tahap pembelajaran berbasis masalah antara lain

(1) Orientasi siswa pada masalah (2) Mengorganisasi siswa untuk belajar (3) Membimbing penyelidikan individual dan kelompok

(4) Mengembangkan dan menyajikan hasil kerja (5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, Nurhadi (2003)

Kelima langkah yang dilakukan dalam Model Pembelajaran problem based learning selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.1 sebagai berikut

Tabel 2.1 Langkah-langkang model pembelajaran problem based learning

TAHAP TINGKAH LAKU GURU

Tahap 1. Orientasi siswa terhadap masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi (cerita) untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah

Tahap 2. Mengorga- nisasikan siswa untuk belajar

Guru membantu siswa untuk

mengidentifikasikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

Tahap 3. Membimbing penyelidikan individual

maupun kelompok.

Guru memotivasi siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan

eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah

Tahap 4. Mengembang kan dan menyajikan hasil karya.

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, model dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya Tahap 5. Menganalisis dan

mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang mereka


(41)

23 Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa Problem Based

Learning merupakan suatu model pembelajaran yang memberikan siswa kepada masalah, melalui investigasi, inkuiri dan pemecaan masalah membangun konsep/prinsip yang mengintegrasikan keterampilan dan pengetahuan yang sudah dipahami sebelumnya, menghadapkan siswa kepada permasalahan yang nyata. Dari masalah yang disuguhkan di awal pembelajaran diharapkan siswa menemukan inti permasalahan dan berfikir bagaimana cara menyelesaikan masalah tersebut.

B. Kerangka Pemikiran

Pada pelaksanaannya, siswa dibedakan menjadi dua kelompok yaitu kelompok satu mendapatkan pengajaran dengan model pembelajaran learning cycle 5E

dan kelompok yang kedua mendapatkan pengajaran dengan model pembelajaran problem based learning. Pada kedua kelas eksperimen ini diberikan materi fisika yang sama yaitu suhu, materi ini terdiri dari

menganalisis pengaruh kalor terhadap perubahan suhu, mengkonversi skala suhu 0C, 0K, 0F dan 0R dan menjalaskan hubungan kalor, kapasitas kalor dan kalor jenis. Maka dari itu materi ini menuntut siswa untuk menganalisis, membuktikan, dan menarik kesimpulan sehingga siswa dapat belajar secara optimal.

Learning Cycle 5E merupakan siklus belajar yang terdiri dari Engage

(mengajak), Explore (menyelidiki), Explain (menjelaskan), Elaborated

(memperluas) dan Evaluate (menilai). Proses pembelajaran ini terdiri dari merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merencanakan percobaan,


(42)

24 melaksanakan percobaan, mengumpulkan data dan merumuskan kesimpulan, sedangkan topik, pertanyaan dan bahan penunjang ditentukan oleh guru. Pada tahap-tahap awal pengajaran diberikan bimbingan lebih banyak yaitu berupa pertanyaan-pertanyaan pengarah agar siswa mampu menemukan sendiri arah dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang disodorkan oleh guru. Model pembelajaran learning cycle 5E diduga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Pada penggunaan model problem based learning, Siswa dituntut untuk aktif dalam pembelajaran. Guru merupakan satu-satunya sumber pengetahuan yang hanya menularkan kepada siswa, melainkan siswa harus dapat menemukan dan menerapkan sendiri konsep yamg dipelajari. Sedangkan Hasil belajar merupakan suatu kemampuan yang didapat dari kegiatan belajar yang merupakan kegiatan kompleks.

Tahap pada masing-masing kelas yaitu siswa diberikan pretest, kemudian siswa diberikan perlakuan. Pada kelas eksperimen I siswa diberikan perlakuan dengan menerapkan model pembelajaran learning cycle 5E sedangkan pada kelas eksperimen II siswa diberikan perlakuan dengan menggunakan model

problem based learning, dengan diterapkannya model pembelajaran learning cayle 5E dan problem based learning pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada tahap akhir siswa diberikan postest untuk mengetahui hasil belajar siswa.


(43)

25

Materi

Pembelajaran Learning Cycle 5 Fase. Langkah-langkahnya:

1. Engage (mengajak) 2. Explore (menyelidiki) 3. Explain (menjelaskan) 4. Elaborated (memperluas) 5. Evaluate (menilai)

Meningkatkan hasil belajar siswa

Meningkatkan hasil belajar siswa

Kelas A Kelas B

Pretest Pretest

Pembelajaran Problem based learning.

Langkah-langkahnya:

1.Orientasi siswa kepada masalah

2.Mengorganisasi siswa untuk belajar

3.Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok,

4.Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, 5.Menganalisis dan

mengevaluasi proses

Postest Postest

gain&

N-gain

dibandingkan

gain&

N-gain

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, berikut diagram kerangka pemikiran.


(44)

26 C. Anggapan Dasar dan Hipotesis

1. Anggapan Dasar

Anggapan dasar penelitian ini adalah:

1. Kedua kelas sampel memiliki kemampuan awal dan pengalaman belajar yang setara.

2. Faktor faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar fisika selain variabel yang diteliti dianggap tidak berpengaruh atau diabaikan

2. Hipotesis

Hipotesis Pertama

Ada peningkatan hasil belajar siswa pada model pembelajaran Learning Cycle 5E

Hipotesis Kedua

Ada peningkatan hasil belajar siswa pada model pembelajaran problem based learning.

Hipotesis Ketiga

Ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika antara siswa yang

menggunakan Learning Cycle 5E dengan Problem Based Learning. Hasil belajar siswa yang menggunakan learning cycle 5E lebih tinggi

dibandingkan hasil belajar siswa yang menggunakan Problem Based Learning.


(45)

27

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA YP UNILA Bandar Lampung pada semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012 yang terdiri atas 11 kelas berjumlah 425 siswa, terdiri dari 195 siswa laki-laki dan 227 siswa perempuan.

B. Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik

Purposive Sampling. Berdasarkan populasi yang terdiri dari 11 kelas kemudian dipilih 2 kelas secara sengaja sebagai sampel dengan anggapan siswa pada 2 kelas tersebut dapat dilakukan pengukuran terhadap variabel penelitian sesuai dengan penelitian yang dilakukan dan dari hasil pengukuran tersebut akan diperoleh data yang benar. Sampel yang diperoleh adalah kelas X 6yang berjumlah 36 siswa sebagai kelas ekperimen yang menggunakan model pembelajaran learning cycle 5E dan kelas X 9 sebagai kelas

eksperimen yang menggunakan model pembelajaran problem based learning


(46)

28

Keterangan: 1

O : nilai pretest

2

O : nilai postest 1

X : pembelajaran Problem Based Learning

2

X : pembelajaran Learning Cycle 5E 1

O X1 O2 1

O X2 O2 C. Desain Penelitian

Desain eksperimen pada penelitian ini menggunakan bentuk Kuasi Eksperimental Design dengan tipe Non-Eqvalent Pretest-Posttest Design. Pada desain ini, terdapat pretest sebelum diberi perlakuan dan posttest setelah diberi

perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.

Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.1 Desain eksperimen Non-Eqvalent Pretest-Posttest Design

(Sugiyono, 2010: 110-111)

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini diawali dengan memberikan pretest yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Kemudian dilanjutkan dengan memberikan perlakuan yaitu dengan memberikan materi pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dan model


(47)

29 pembelajaran Learning Cycle 5E kepada seluruh siswa yang dijadikan sampel. Setiap proses pembelajaran selesai siswa diberikan posttes.

Pemberian pretest dan posttes bertujuan untuk mengetahui hasil belajar fisika siswa sebelum diberikan perlakuan dan sesudah diberikan perlakuan yang berkaitan dengan materi pelajaran.

E. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini terdapat dua bentuk variabel yaitu variabel bebas dan veriabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran

Problem Based Learning (X1), dan Learning Cycle 5E (X2), sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar (Y).

F. Instrumen Penelitian

Instrumen untuk mengukur hasil belajar kognitif siswa adalah soal tes berbentuk essay. Tes ini digunakan pada saat pretest dan posttest dengan jumlah soal sebanyak 5 butir soal.

G. Analisis Instrumen

Sebelum instrumen digunakan dalam sampel, instrumen harus diuji terlebih dahulu dengan menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas.


(48)

30 1. Uji Validitas

Agar dapat diperoleh data yang valid, instrumen atau alat untuk

mengevaluasinya harus valid. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diu-kur (ketepatan). Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya se-suai dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes ter-sebut dengan kriterium.

Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson dengan rumus:

(Arikunto, 2007: 72)

Dengan kriteria pengujian jika korelasi antar butir dengan skor total lebih dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan valid, atau sebaliknya jika korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan tidak valid. Dan jika r hitung > r tabel dengan α = 0,05 maka koefisien korelasi tersebut signifikan.

Item yang mempunyai kerelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3 (Masrun dalam Sugiyono, 2010: 188).


(49)

31

Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan kriterium uji bila correlated itemtotal correlation

lebih besar dibandingkan dengan 0,3 maka data merupakan construck yang kuat (valid).

2. Uji Reliabilitas

Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Perhitungan untuk mencari harga reliabilitas instrumen didasarkan pada pendapat Arikunto (2008: 109) yang menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas dapat digunakan rumus alpha, yaitu:

Di mana:

r11 = reliabilitas yang dicari

Σσi2 = jumlah varians skor tiap-tiap item

σt2 = varians total

(Arikunto, 2007: 109)

Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas instrumen diperlu-kan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran. Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan

menggunakan SPSS 17.0 dengan metode Alpha Cronbach’s yang diukur berdasarkan skala alpha cronbach’s 0 sampai 1.


(50)

32 Menurut Sayuti dalam Saputri (2010: 30), instrumen dinyatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien alpha, maka digunakan ukuran kemantapan alpha yang diinterprestasikan sebagai berikut

Tabel 3.1 Nilai Koefisien Alpha

Nilai Alpha Cronbach‘s Keterangan 0,00 - 0,20 Sangat kurang reliabel 0,21 – 0,40 Kurang reliabel 0,41 – 0,60 Cukup reliabel 0,61 – 0.80 Reliabel 0,81 – 1,00 Sangat reliabel

(Saputri, 2010: 30)

Setelah instrumen valid dan reliabel, kemudian disebarkan pada sampel yang sesungguhnya. Skor total setiap siswa diperoleh dengan

menjumlahkan skor setiap nomor soal.

H. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar pengumpulan data berbentuk tabel yang diperoleh dari hasil pretest dan posttest. Adapun skor hasil belajar yang diperoleh siswa pada model pembelajaran learning cycle 5E


(51)

33 pre pre post

S

S

S

S

g

max

I. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

1. Analisis Data

Untuk menganalisis kategori tes hasil belajar siswa digunakan skor gain yang ternormalisasi. N-gain diperoleh dari pengurangan skor postest

dengan skor pretest dibagi oleh skor maksimum dikurang skor pretest. Jika dituliskan dalam persamaan adalah

Keterangan:

g = Ngain

post

S = Skor postest

pre

S = Skor posttest

max

S = Skor maksimum

Kategori: Tinggi : 0,7 N-gain  1 Sedang : 0,3  N-gain < 0,7 Rendah : N-gain < 0,3

Meltzer (2002) dikutip oleh Marlangen (2010: 34)

Untuk menganalisis peningkatan hasil belajar siswa digunakan skor pretest

dan posttest. Peningkatan skor antara tes awal dan tes akhir dari variabel tersebut merupakan indikator adanya peningkatan atau penurunan hasil belajar pada pembelajaran fisika dengan model Problem Based Learning


(52)

34 2. Pengujian Hipotesis

a. Uji Normalitas

Untuk menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis distribusi normal, dapat dilakukan dengan uji statistik non-parametrik

Kolmogorov-Smirnov. Caranya adalah menentukan terlebih dahulu hipotesis pengujiannya yaitu:

O

H : data terdistribusi secara normal

1

H : data tidak terdistribusi secara normal

Pedoman pengambilan keputusan

1) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka distribusinya adalah tidak normal.

2) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka distribusinya adalah normal.

b. Uji Paired Sample T test

Paired Samples T test digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata- rata antara dua kelompok sampel yang berpasangan (berhubungan). Maksudnya di sini adalah sebuah sampel tetapi mengalami dua perlakuan yang berbeda.


(53)

35 uji paired sample T test ini akan digunakan oleh peneliti untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa dengan mengukur peningkatan atau penurunan antara nilai prettes dan posttes setelah diberikan perlakuan berupa model pembelajaran learning cycle 5E dan

problem based learning.

Ketentuannya bila t hitung lebih kecil dari t tabel, maka H0 diterima, dan H1 ditolak. Tetapi sebaliknya bila t hitung lebih besar dari t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima. Secara signifikan bila Sig (2-tailed) < 0,05, maka H0 ditolak dan sebaliknya. Untuk memudahkan dalam menguji hal tersebut maka dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 yaitu uji Paired Samples T Test.

Adapun hipotesis yang telah digunakan:

Hipotesis Pertama

H0 :Tidak ada peningkatan hasil belajar siswa pada model pembelajaran

Learning Cycle 5E

H1 : Ada peningkatan hasil belajar siswa pada model pembelajaran

Learning Cycle 5E

Hipotesis Kedua

H0 : Tidak ada peningkatan hasil belajar siswa pada model


(54)

36

H1 : Ada peningkatan hasil belajar siswa pada model pembelajaran

problem based learning.

c. Uji kesamaan varian (Homogenitas)

Syarat dalam analisis varian adalah homogenitas sampel yang dilakukan untuk mengetahui kehomogenan suatu sampel. Pertimbangan efisiensi uji ini dilakukan dengan F test (Levene,s test) pada SPSS 17.0. Kriteria uji ini yang digunakan adalah :

1. Jika nilai sig<α (0,05) atau Fhitung> Ftabel maka data dari perlakuan yang diberikan tidak homogen.

2. Jika nilai sig>α (0,05) atau Fhitung ≤ Ftabel maka data dari perlakuan yang diberikan adalah homogen.

d. Uji Hipotesis

Jika data terdistribusi normal maka pengujian hipotesis dalam penelitian menggunakan statistik parametrik tes.

1) Uji T Untuk Dua Sampel Bebas (Independent Sample T Test) Uji ini dilakukan untuk membandingkan dua sampel yang berbeda (bebas). Independent Sample T Test digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan.


(55)

37               2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 _____ 2 ____ 1 1 1 2 ) 1 ( ) 1 ( n n n n s n s n X X t

Adapun hipotesis yang telah diuji adalah

Hipotesis Ketiga

O

H : Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika antara siswa yang menggunakan Problem Baced Learning dengan

Learning Cycle 5E

H1 : Ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika antara siswa yang

menggunakan Problem Based Learning dengan Learning Cycle 5E.

Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.

1. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka HO

diterima.

2. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO

ditolak.

Rumus perhitungan Independent Sample T Test adalah sebagai berikut

Dimana t adalah t hitung. Kemudian t tabel dicari pada tabel distribusi t dengan  = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan


(56)

38 (df) n-2. Setelah diperoleh besar t hitung dan t tabel maka dilakukan pengujian dengan kriteria pengujian sebagai berikut

Kriteria pengujian

O

H diterima jika -t tabel  t hitung  t tabel

O

H ditolak jika -t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel


(57)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2007. Penilaian Program Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Budiasih, E., Widarti, H.R. 2004. Penerapan Pendekatan Daur Belajar (Learning Cycle) dalam Pembelajaran Matakuliah Praktikum Kimia Analisis Instrumen. Jurnal pendidikan pembelajaran. Medan.

Dahar, Ratna Wilis. (1996). Teori-Teori Belajar. Erlangga. Jakarta Dasna, I Wayan. 2007. Pembelajaran Berbasis Masalah. Diakses dari

http://lubisgrafura.wordpress.com

Dewi, Lia Astria. 2010. “Implementasi Penilaian Otentik Menggunakan

Collaborative Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa”.

Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta Fauziatul Fajaroh dan I Wayan Dasna. 2007. Pembelajaran Dengan Model Siklus

Belajar (Learning Cycle). Diakses dari http://lubisgrafura.wordpress.com Hamalik, Oemar. 2005. Proses Belajar Mengajar. PT Bumi Aksara. Jakarta Ismail. 2000. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction).

Makalah. Depdiknas. Jakarta.

Marlangen, Taranesia. 2010. Studi Kemampuan Berpikir Kritis dan Konsep Pada Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Multiple Representation. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Munaf. 2001. Evaluasi Pendidikan Fisika. UPI. Bandung

Nurhadi, dkk. 2003. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) dan Penerapannya dalam KBK. Penerbit UM. Malang.

Nurhadi, Agus Gerrad 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapan dalam KBK: Penerbit Universitas Negeri Malang.


(58)

Padiya. 2008. Model-Model Pembelajaran. Diakses dari http://model-pembelajaran.blogspot.com

Priyatno, Duwi. 2010. Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS. MediaKom. Yogyakarta.

Santoso, Singgih. 2001. Mengolah Data Statistik Secara Profesional. PT Elex Media Komputindo. Jakarta

Saputri, Novika. 2010. Pengaruh Fasilitas di Rumah dan Motivasi Belajar pada Pembelajaran Fisika melalui Metode Pemberian Tugas terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Trimurjo Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Simatupang, Dorlince. 2008. Pembelajaran Model Siklus Belajar (Learning Cycle 5E). Jurnal pendidikan dan pembelajaran. Universitas Medan.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung.

Sujianto, Agus Eko. 2009. Aplikasi Statistik dengan SPSS 16.0. Prestasi Pustaka. Jakarta

Sukardi, H.N.2008. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Bumi Aksara. Jakarta

Suyatno. 2008. Metode Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning). Diakses dari http://garduguru.blogspot.com

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kencana. Jakarta.


(1)

uji paired sample T test ini akan digunakan oleh peneliti untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa dengan mengukur peningkatan atau penurunan antara nilai prettes dan posttes setelah diberikan perlakuan berupa model pembelajaran learning cycle 5E dan problem based learning.

Ketentuannya bila t hitung lebih kecil dari t tabel, maka H0 diterima, dan H1 ditolak. Tetapi sebaliknya bila t hitung lebih besar dari t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima. Secara signifikan bila Sig (2-tailed) < 0,05, maka H0 ditolak dan sebaliknya. Untuk memudahkan dalam menguji hal tersebut maka dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 yaitu uji Paired Samples T Test.

Adapun hipotesis yang telah digunakan: Hipotesis Pertama

H0 :Tidak ada peningkatan hasil belajar siswa pada model pembelajaran Learning Cycle 5E

H1 : Ada peningkatan hasil belajar siswa pada model pembelajaran Learning Cycle 5E

Hipotesis Kedua

H0 : Tidak ada peningkatan hasil belajar siswa pada model pembelajaran problem based learning.


(2)

36 H1 : Ada peningkatan hasil belajar siswa pada model pembelajaran

problem based learning.

c. Uji kesamaan varian (Homogenitas)

Syarat dalam analisis varian adalah homogenitas sampel yang dilakukan untuk mengetahui kehomogenan suatu sampel. Pertimbangan efisiensi uji ini dilakukan dengan F test (Levene,s test) pada SPSS 17.0. Kriteria uji ini yang digunakan adalah :

1. Jika nilai sig<α (0,05) atau Fhitung> Ftabel maka data dari perlakuan yang diberikan tidak homogen.

2. Jika nilai sig>α (0,05) atau Fhitung ≤ Ftabel maka data dari perlakuan yang diberikan adalah homogen.

d. Uji Hipotesis

Jika data terdistribusi normal maka pengujian hipotesis dalam penelitian menggunakan statistik parametrik tes.

1) Uji T Untuk Dua Sampel Bebas (Independent Sample T Test) Uji ini dilakukan untuk membandingkan dua sampel yang berbeda (bebas). Independent Sample T Test digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan.


(3)

              2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 _____ 2 ____ 1 1 1 2 ) 1 ( ) 1 ( n n n n s n s n X X t

Adapun hipotesis yang telah diuji adalah Hipotesis Ketiga

O

H : Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika antara siswa yang menggunakan Problem Baced Learning dengan

Learning Cycle 5E

H1 : Ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika antara siswa yang

menggunakan Problem Based Learning dengan Learning Cycle 5E.

Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.

1. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka HO diterima.

2. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO ditolak.

Rumus perhitungan Independent Sample T Test adalah sebagai berikut

Dimana t adalah t hitung. Kemudian t tabel dicari pada tabel distribusi t dengan  = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan


(4)

38 (df) n-2. Setelah diperoleh besar t hitung dan t tabel maka dilakukan pengujian dengan kriteria pengujian sebagai berikut

Kriteria pengujian O

H diterima jika -t tabel  t hitung  t tabel O

H ditolak jika -t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2007. Penilaian Program Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Budiasih, E., Widarti, H.R. 2004. Penerapan Pendekatan Daur Belajar (Learning Cycle) dalam Pembelajaran Matakuliah Praktikum Kimia Analisis Instrumen. Jurnal pendidikan pembelajaran. Medan.

Dahar, Ratna Wilis. (1996). Teori-Teori Belajar. Erlangga. Jakarta Dasna, I Wayan. 2007. Pembelajaran Berbasis Masalah. Diakses dari

http://lubisgrafura.wordpress.com

Dewi, Lia Astria. 2010. “Implementasi Penilaian Otentik Menggunakan

Collaborative Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa”. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta Fauziatul Fajaroh dan I Wayan Dasna. 2007. Pembelajaran Dengan Model Siklus

Belajar (Learning Cycle). Diakses dari http://lubisgrafura.wordpress.com Hamalik, Oemar. 2005. Proses Belajar Mengajar. PT Bumi Aksara. Jakarta Ismail. 2000. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction).

Makalah. Depdiknas. Jakarta.

Marlangen, Taranesia. 2010. Studi Kemampuan Berpikir Kritis dan Konsep Pada Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Multiple Representation. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Munaf. 2001. Evaluasi Pendidikan Fisika. UPI. Bandung

Nurhadi, dkk. 2003. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) dan Penerapannya dalam KBK. Penerbit UM. Malang.

Nurhadi, Agus Gerrad 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapan dalam KBK: Penerbit Universitas Negeri Malang.


(6)

Padiya. 2008. Model-Model Pembelajaran. Diakses dari http://model-pembelajaran.blogspot.com

Priyatno, Duwi. 2010. Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS. MediaKom. Yogyakarta.

Santoso, Singgih. 2001. Mengolah Data Statistik Secara Profesional. PT Elex Media Komputindo. Jakarta

Saputri, Novika. 2010. Pengaruh Fasilitas di Rumah dan Motivasi Belajar pada Pembelajaran Fisika melalui Metode Pemberian Tugas terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Trimurjo Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Simatupang, Dorlince. 2008. Pembelajaran Model Siklus Belajar (Learning Cycle 5E). Jurnal pendidikan dan pembelajaran. Universitas Medan.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung.

Sujianto, Agus Eko. 2009. Aplikasi Statistik dengan SPSS 16.0. Prestasi Pustaka. Jakarta

Sukardi, H.N.2008. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Bumi Aksara. Jakarta

Suyatno. 2008. Metode Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning). Diakses dari http://garduguru.blogspot.com

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kencana. Jakarta.