BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teoritis
2.1.1. Lahan Sawah Tadah Hujan
Sawah tadah hujan adalah lahan sawah yang sangat tergantung pada curah hujan sebagai sumber air untuk berproduksi. Jenis sawah ini hanya menghasilkan
di musim hujan. Setelah menanam padi, lahan sawah tadah hujan biasanya dimanfaatkan untuk menanam tanaman palawija yang lebih kuat terhadap
kekeringan. Intensitas penggunaan tenaga kerja di sawah tadah hujan lebih tinggi karena petani harus menyulam menanam kembali lebih sering dibandingkan
sawah beririgasi, akibat suplai air yang tidak stabil Anonim, 2014. Menurut Goswami et al. 1986 manajemen lahan sawah tadah hujan
dalam kaitannya dengan kesuburan tanah dan penggunaan pupuk harus memperhitungkan faktor-faktor seperti kearifan lokal, jumlah curah hujan dan
distribusi selama musim panen, durasi tanaman, dan kondisi tanah seperti tekstur, kandungan bahan organik, salinity-alkalinitas, kekurangan unsur hara, dan
toksisitas. Sistem tanam yang sering digunakan pada sawah tadah hujan adalah gogo
rancah. Cekaman kekeringan dan kesuburan tanah yang rendah adalah faktor pembatas produktivitas sawah tadah hujan. Kekeringan dapat terjadi di awal
musim tanam atau saat tanaman berbunga hingga pengisian gabah Wade et al., 1998.
2.1.2. Sistem Gogo Rancah
Gogo Rancah merupakan sistem tanam padi yang dilakukan pada daerah- daerah tertentu di Indonesia, dimana persiapan lahan dilakukan pada saat musim
kemarau. Penanaman padi dilakukan dengan cara ditugal. Pada saat penanaman yang berupa benih akan tumbuh pada keadaan kering pada minggu-minggu
pertama. Sistem tanam padi ini biasanya dilakukan pada lahan sawah tadah hujan. Segera setelah datangnya hujan lahan padi mulai terendam tetapi tidak terjadi
proses pelumpuran sehingga jumlah air dan kedalaman air tergantung sepenuhnya pada curah hujan Suryatna et al., 1979.
5
2.1.3. Pengelolaan Hara N, P, dan K
Kemampuan tanah menyediakan hara alami merupakan dasar dari pemupukan secara berimbang. Pemupukan yang diberikan didasarkan dengan
hara yang tidak cukup tersedia dalam tanah dalam jumlah yang tepat sesuai kebutuhan tanaman untuk mencapai target hasil yang realistis Suyamto, 2012.
Hara asli tanah dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin. Unsur hara esensial yang sangat dibutuhkan oleh tanaman adalah nitrogen, fosfor, dan kalium.
Nitrogen N
Pada tanah kering nitrogen diserap oleh tanaman paling banyak dalam bentuk NO
3 -
Tisdale, 1985. Pemberian ammonium NH
4 +
akan mengalami nitrifikasi menjadi nitrat. Nitrogen pada tanah banyak mengalami leaching saat
hujan datang, bervariasi antara 28 sampai 53 tergantung dari cara metode aplikasinya. Pemberian pemupukan N diberikan 2-3 kali lebih baik daripada
sekali pemberian Gupta and Toole, 1986. Pemberian hara N sangat berpengaruh pertumbuhan maupun hasil padi.
Sehingga kelebihan atau kekurangan hara N sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil padi. Menurut Hardjowigeno 2010 kekurangan N akan
mengakibatkan tanaman kerdil, pertumbuhan akar terbatas, dan daun-daun kuning dan gugur sedangkan kelebihan hara N akan memperlambat kematangan tanaman,
batang tanaman lemah sehingga mudah roboh, dan mengurangi daya tahan tanaman terhadap penyakit.
Fosfor P
Fosfor merupakan senyawa penyusun jaringan tanaman seperti asam nukleat, fosfolipida, dan fitin. Hara P diperlukan untuk pembentukkan primordia
bunga dan organ tanaman untuk reproduksi sehingga pemberian hara P akan mempercepat masaknya buah biji tanaman, terutama pada tanaman serealia
Rosmarkam dan Yuwono, 2002. Pemberian hara P yang tepat jumlah akan memaksimalkan hasil padi.
Pada lahan sawah tadah hujan kondisi lahan yang kering dan basah terjadi secara bergantian. Peningkatan fosfor tersedia bagi tanaman terbentuk selama
penggenangan Basah, berhenti saat pada kondisi kering. Pergantian kondisi kering dan basah yang berkepanjangan akan menurunkan persentase P disebabkan
6 oleh fiksasi oleh Al pada keadaan tanah masam dan pada keadaan tanah masam
yang digenangi difiksasi oleh Fe. Fiksasi oleh Ca pada keadaan tanah alkalis basah Goswami, 1986; Hardjowigeno, 2010. Pengaplikasian pupuk kandang
dapat membantu menjaga ketersediaan fosfor bagi tanaman pada situasi pergantian kondisi kering dan basah yang berkepanjangan.
Kalium K
Menurut Marchner 1986 Kalium berperan terhadap lebih dari 50 enzim baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga kahat K akan mengganggu
aktivitas enzim. Umumnya, bila penyerapan K tinggi juga menyebabkan penyerapan unsur Ca, Na, Mg turun. Oleh karena itu, perlu ketersediaan unsur
hara yang berimbang optimal. Pada kedaan basah dan kering yang bergantian pada lahan sawah hujan
juga berpengaruh terhadap ketersediaan K tetapi bukan masalah yang serius. Kalium juga memiliki peran yang sangat menguntungkan terhadap keadaan
kekeringan dan serangan penyakit Goswami, 1986. Menurut Suyamto 2012 nisbah optimal N:P:K, pupuk yang perlu
diberikan bersifat spesifik lokasi karena bergantung pada tingkat hasil dan pasokan masing-masing hara alami dalam tanah. Kondisi pasokan hara dalam
tanah dapat diketahui secara praktis dengan mengacu pada hasil tanaman padi pada kondisi hara terbatas dan tidak ada tambahan dari luar yang dapat diukur
melalui petak omisi.
2.1.4. Metode Petak Omisi