Survei dan Pemetaan Unsur Hara N, P, K, dan pH Tanah Pada Lahan Sawah Tadah Hujan di Desa Durian Kecamatan Pantai Labu
S U R V E I D A N P E M E T A A N U N S U R H A R A N , P , K , D A N p H T A N A H P A D A L A H A N S A W A H T A D A H H U J A N D I D E S A D U R I A N
K E C A M A T A N P A N T A I L A B U
Skripsi
OLEH :
SUKMA TRIHARTO 070303043 ILMU TANAH
DEPARTEMEN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2 0 13
(2)
S U R V E I D A N P E M E T A A N U N S U R H A R A N , P , K , D A N p H T A N A H P A D A L A H A N S A W A H T A D A H H U J A N D I D E S A D U R I A N
K E C A M A T A N P A N T A I L A B U
Skripsi
OLEH :
SUKMA TRIHARTO 070303043 ILMU TANAH
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana di Departemen Ilmu tanah Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan
DEPARTEMEN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2 0 13
(3)
Judul Penelitian : Survei dan Pemetaan Unsur Hara N, P, K, dan pH Tanah Pada Lahan Sawah Tadah Hujan di Desa Durian Kecamatan Pantai Labu
Nama Mahasiswa : Sukma Triharto
NIM : 070303043
Program Studi : Agroekoteknologi
Disetujui oleh : Komisi Pembimbing Ketua
Prof. Ir. Lahuddin Musa, MS.
Anggota
Ir. Gantar Sitanggang
Diketahui :
Ketua Jurusan Agroekoteknologi
Ir. T. Sabrina Lubis, MS, Ph. D.
DEPARTEMEN AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(4)
ABSTRACT
SUKMA TRIHARTO, surveying and mapping the N.P.K nutrients and pH tanah of rain fed lowland in DESA DURIAN KECAMATAN PANTAI LABU. (Supervised by LAHUDDIN MUSA and GANTAR SITANGGANG)
The objective of this research are to survey and to map the nutrients which is nitrogen(N), phosphate(P), and potassium(K) and the soil pH of rain fed lowland in Desa Durian Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang. The soil analysis was conducted in Research and Technology Laboratory in Agricultural Faculty of North Sumatra University on July – November 2013.
The research conducted the semi detail survey method with 1 sample each 250 meter observation density. For soil pH the researcher used electrometric method, and for the nutrient the researcher used Khejdhal method for soil total nitrogen, Extraction HCl 25% for soil total phosphate, extraction 1 N NH4OAc pH 7 for soil potassium exchange, and the result will be interpreted on nutrient status map.
The result showed that soil pH classified into acidity tendency for 750 Ha of field. Total nitrogen is classified into two status, low nitrogen( 582,048 Ha) and medium nitrogen (167,952 Ha). Total phosphate is classified into very low status ( 750 Ha). And potassium exchange is classified into three status, medium potassium (137, 202 Ha), high potassium (515,303 Ha)and very high potassium (97,495 Ha)
(5)
ABSTRAK
SUKMA TRIHARTO. Survei dan Pemetaan Unsur Hara N, P, K, dan pH Tanah Pada Lahan Sawah Tadah Hujan di Desa Durian Kecamatan Pantai Labu (dibimbing oleh LAHUDDIN MUSA dan GANTAR SITANGGANG).
Penelitian ini bertujuan melakukan survei dan pemetaan unsur hara Nitrogen (N), Fosfat (P), Kalium (K), dan pH tanah pada lahan sawah tadah hujan di Desa Durian Kecamatan Pantai Labu Kabupatan Deli Serdang. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Riset & Teknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara yang dimulai pada bulan Juni – November 2013.
Penelitian ini menggunakan metode tingkat survei semi detail dengan kerapatan pengamatan 1 sampel tiap 250 meter. Analisis pH tanah (Metode Elektometri), N-total (Metode Khejdhal), P-total (Ekstraksi HCl 25%), K- tukar (Ekstraksi 1 N NH4OAc pH 7), serta mengiterpretasikan dalam peta status hara.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pH Tanah digolongkan menjadi satu golongan yakni agak masam (750 Ha). N-total digolongkan menjadi dua status hara yakni rendah (582,048 Ha) dan sedang (167,952 Ha). P-total digolongkan menjadi satu status hara yakni sangat rendah (750Ha). K-tukar Digolongkan menjadi tiga status hara yankni, sedang (137,202 Ha), tinggi (515,303 Ha), dan Sangat tinggi (97,495 Ha).
(6)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Durian Kecamatan Pantai Labu pada tanggal 04 Maret 1989, anak ketiga dari enam bersaudara pasangan Bapak Robensyah dengan Ibu Sumartiem, S.Pd.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN No. 106827 Desa Durian pada tahun 2001, sekolah lanjut pertama di SLTP Negeri 2 Pantai Labu Pada tahun 2004 dan sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Lubuk Pakam pada Tahun 2007. Pada tahun yang sama penulis diterima di Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Smatera Utara, Medan melalui jalur SPMB.
Selama menempuh penddikan di Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Smatera Utara penulis berkesempatan menjadi
anggota Ikatan Mahasiswa Ilmu Tanah (IMILTA) dan anggota Pengajian Al-bayan hingga tahun 2013.
(7)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik. Adapun judul dari skripsi ini adalah Survei dan Pemetaan Unsur Hara N, P, K, dan pH Tanah Pada Lahan Sawah Tadah Hujan di Desa Durian Kecamatan Pantai Labu sebagai salah satu syarat untuk dapat meraih gelar sarjana di Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Prof. Ir. Lahuddin Musa, MSc, dan Ir. Gantar Sitanggang selaku ketua dan anggota komisi pembimbing, yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.
Medan, Oktober 2013
(8)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
ABSTRAK ... ii
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 3
Kegunaan Penelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA Karekteristik Tanah Sawah Tadah Hujan ... 4
Unsur Hara Nitrogen ... 7
Unsur Hara Fosfor ... 8
Unsur Hara Kalium ... 10
pH Tanah Sawah ... 13
Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa L) ... 15
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu ... 20
Bahan dan Alat ... 20
Metode Penelitian ... 20
Pelaksanaan Penelitian ... 22
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 25
Kondisi wilayah ... 25
Kemasaman Tanah (pH-tanah) ... 28
Keadaan Hara Nitrogen (N-Total Tanah) ... 30
Keadaan Hara Fosfor (P) ... 33
Keadaan Hara Kalium (K) ... 36
(9)
KESIMPULAN
Kesimpulan ... 42 Saran ... 42 DAFTAR PUSTAKA
(10)
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Judul Halaman
1. Penggunaan lahan di Desa Durian Kecamatan Pantai labu Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara………... 23 2. Hasil Analisis Data N-Total... 24 3. Data Luas wilayah Berdasarkan Peta Unsur Nitrogen
(N-total)... 25 4. Hasil Analisis Data P-total (Ekstraksi HCl 25%)... 26 5. Data Luas wilayah Berdasarkan Peta Unsur Hara Fosfat
(P-total)... 27 6. Tabel 7. Hasil Analisis Data K-tukar (Ekstraksi NH4OAc
pH 7)... 28 7.
8.
Data Luas wilayah Berdasarkan Peta Unsur Hara Kalium (K-tukar)... Hasil analisis Kemasaman Tanah (pH-tanah) ……….
29 30 .
(11)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Judul Halaman
1. Pola Distribusi Oksigen Pada Tanah Sawah dan Bentuk
Unsur - Unsur Utama Mineral Setelah Stabilisasi... 6 2. Siklus dan Transformasi Nitraogen Pada Tanah
(12)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Lampiran Judul Halaman
1. Peta Pengambilan Contoh Tanah………... 39
2. Contoh Tanah Komposit……….... 40
3. Kordinat Titik Contoh Tanah (UTM)………... 41
4. Kreteria N, P, K Tanah………... 42
5. Peta Citra Satelit Desa Durian Kecamatan Pantai Labu……….. 43
6. Peta Penggunaan Lahan di Desa Durian Kecamatan Pantai Labu……… 44
7. Peta N-total Tanah Lahan Sawah Tadah Hujan di Desa Durian Kecamatan Pantai Labu………... 45
8. Peta Fosfat Tanah Lahan Sawah Tadah Hujan di Desa Durian Kecamatan Pantai Labu………... 46
9. Peta Unsur Hara Kalium Tanah Sawah Tadah Hujan di Desa Durian Kecamatan Pantai Labu………... 47
10. Peta pH Tanah Sawah Tadah Hujan di Desa Durian Kecamatan Pantai Labu……….... 48
11. Riwayat Pemupukan Di lahan Sawah Tadah Hujan Desa Durian Kec. Pantai Labu………... 49
12. Riwayat Pemupukan N, P, dan K lahan Sawah Tadah Hujan di Desa Durian Kec. Pantai Labu…………... 50
13. Hasil analisa N-total, P-potensial, K-dd, pH Tanah Sawah tadah Hujan di Desa Durian Kecamatan Pantai Labu... 51
(13)
ABSTRACT
SUKMA TRIHARTO, surveying and mapping the N.P.K nutrients and pH tanah of rain fed lowland in DESA DURIAN KECAMATAN PANTAI LABU. (Supervised by LAHUDDIN MUSA and GANTAR SITANGGANG)
The objective of this research are to survey and to map the nutrients which is nitrogen(N), phosphate(P), and potassium(K) and the soil pH of rain fed lowland in Desa Durian Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang. The soil analysis was conducted in Research and Technology Laboratory in Agricultural Faculty of North Sumatra University on July – November 2013.
The research conducted the semi detail survey method with 1 sample each 250 meter observation density. For soil pH the researcher used electrometric method, and for the nutrient the researcher used Khejdhal method for soil total nitrogen, Extraction HCl 25% for soil total phosphate, extraction 1 N NH4OAc pH 7 for soil potassium exchange, and the result will be interpreted on nutrient status map.
The result showed that soil pH classified into acidity tendency for 750 Ha of field. Total nitrogen is classified into two status, low nitrogen( 582,048 Ha) and medium nitrogen (167,952 Ha). Total phosphate is classified into very low status ( 750 Ha). And potassium exchange is classified into three status, medium potassium (137, 202 Ha), high potassium (515,303 Ha)and very high potassium (97,495 Ha)
(14)
ABSTRAK
SUKMA TRIHARTO. Survei dan Pemetaan Unsur Hara N, P, K, dan pH Tanah Pada Lahan Sawah Tadah Hujan di Desa Durian Kecamatan Pantai Labu (dibimbing oleh LAHUDDIN MUSA dan GANTAR SITANGGANG).
Penelitian ini bertujuan melakukan survei dan pemetaan unsur hara Nitrogen (N), Fosfat (P), Kalium (K), dan pH tanah pada lahan sawah tadah hujan di Desa Durian Kecamatan Pantai Labu Kabupatan Deli Serdang. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Riset & Teknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara yang dimulai pada bulan Juni – November 2013.
Penelitian ini menggunakan metode tingkat survei semi detail dengan kerapatan pengamatan 1 sampel tiap 250 meter. Analisis pH tanah (Metode Elektometri), N-total (Metode Khejdhal), P-total (Ekstraksi HCl 25%), K- tukar (Ekstraksi 1 N NH4OAc pH 7), serta mengiterpretasikan dalam peta status hara.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pH Tanah digolongkan menjadi satu golongan yakni agak masam (750 Ha). N-total digolongkan menjadi dua status hara yakni rendah (582,048 Ha) dan sedang (167,952 Ha). P-total digolongkan menjadi satu status hara yakni sangat rendah (750Ha). K-tukar Digolongkan menjadi tiga status hara yankni, sedang (137,202 Ha), tinggi (515,303 Ha), dan Sangat tinggi (97,495 Ha).
(15)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Lahan sawah tadah hujan adalah lahan sawah yang sumber air pengairannya tergantung atau berasal dari curahan hujan. Di Sumatera Utara terdapat 149.547 ha lahan sawah tadah hujan (BPS Sumatera Utara, 2012).
Desa Durian terletak di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang memiliki luas ± 1200 Ha dengan lahan sawah tadah hujannya seluas ±750 Ha. Umumnya komoditi yang terdapat di Desa Durian ini adalah padi sawah.
Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu sentra padi di Sumatra Utara, namun produksi padi sawah di Desa Durian masih memberikan
hasil yang tergolong rendah bagi masyarakat petani. Pada umumnya rata-rata produksi di daerah ini adalah 3-4,5 ton/ha masih di bawah dari rata-rata produksi nasional yang dapat dicapai (8 ton/ha) (BBPADI, 2012).
Berdasarkan Wawancara dengan beberapa petani di Desa Durian Kecamatan Pantai Labu, salah satu penyebab rendahnya produksi padi sawah di daerah ini dikarenakan air pengairan yang masih bergantung kepada air hujan. Selain itu kurangnya pengetahuan petani tentang pemupukan yang tepat guna khususnya pada budidaya padi sawah juga menjadi penyebab rendahnya produksi yang dihasilkan. Menurut Deptan (2007) dosis anjuran pemupukan untuk tanaman padi sawah adalah 250 kg Urea /ha, 100 kg SP-36 /ha dan 100 kg KCl/ha. Dobermann and Fairhurst (2000) melaporkan bahwa pengolahan hara yang tidak
(16)
diikuti dengan pengolahan tanaman yang tidak baik maka kehilangan hasil padi dapat mencapai 60% dari potensi hasilnya.
Peta status N, P dan K lahan sawah menggambarkan ketersediaan N, P, dan K dalam kondisi sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. Informasi pada peta status N, P, dan K dapat dijadikan dasar untuk menentukan rekomendasi pemupukan padi sawah yang tepat guna. Sampai saat ini rekomendasi pemupukan padi sawah yang dilakukan petani di Desa Durian belum mengacuh kepada rekomendasi pemupukan padi sawah yang tepat guna. Hal ini terjadi karena memang belum tersedianya data status hara N, P dan K tanah sawah di daerah ini.
Selain peta status N, P dan K, kemasaman tanah juga penting untuk diketahui. Kemasaman tanah erat hubungannya dengan ketersediaan hara yang dapat mempengaruhi produksi tanaman padi.
Untuk itulah maka penulis melakukan penelitian status hara Nitrogen (N), Fosfat (P), Kalium (K), dan pH tanah lahan sawah tadah hujan di Desa Durian Kecamatan Pantai Labu Kabupatan Deli Serdang guna mengetahui rekomendasi pemupukan yang tepat untuk budidaya padi sawah.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan peta status unsur hara Nitrogen (N), Fosfat (P), Kalium (K), serta pH tanah pada lahan sawah tadah hujan di Desa Durian Kecamatan Pantai Labu Kabupatan Deli Serdang.
(17)
Kegunaan Penelitian
1. Dengan mengetahui peta status hara Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), dan pH tanah berguna untuk mengetahui kebutuhan pupuk/dosis pemupukan tanaman padi sawah sesuai dengan rekomendasi pemupukan pada lahan sawah tadah hujan di Desa Durian Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang.
2. Sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar Sarjana di Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara,
(18)
TINJAUAN PUSTAKA
Karekteristik Lahan Sawah Tadah Hujan
Lahan sawah tadah hujan adalah lahan sawah yang sumber air pengairannya tergantung atau berasal dari curahan hujan tanpa adanya bangunan-bangunan irigasi permanen. Hasil padi di lahan sawah tadah hujan biasanya lebih tinggi dibandingkan dengan di lahan kering (gogo), karena air hujan dapat dimanfaatkan dengan lebih baik (tertampung dalam petakan sawah). Lahan sawah tadah hujan umumnya tidak subur (miskin hara), sering mengalami kekeringan, dan petaninya tidak memiliki modal yang cukup, sehingga agroekosistem ini disebut juga sebagai daerah miskin sumber daya (Pirngadi dan Mahkarim, 2006)
Perubahan kimia yang disebabkan oleh penggenangan tanah sawah sangat mempengaruhi dinamika dan ketersediaan hara untuk tanaman padi.Pada saat tanah sawah tergenang, oksigen yang terdapat dalam pori-pori tanah dan air dikonsumsi oleh mikroba tanah, sehingga menyebabkan terjadinya keadaan anaerob. Menurut Prasetyo, dkk (2004) Penggenangan tersebut mengakibatkan perubahan-perubahan kimia tanah sawah antara lain:
• Penurunan kadar oksigen dalam tanah • Penurunan potensial redoks
• Perubahan pH tanah
• Reduksi besi (Fe) dan mangan (Mn)
• Peningkatan suplai dan ketersediaan nitrogen • Peningkatan ketersediaan fosfor.
(19)
Ketersediaan unsur pada tanah sawah berkaitan dengan distribusi oksigen pada lapisan olah. Pada saat tanah digenangi air, pertukaran udara yang terjadi antara tanah, air, dan udara menjadi terhenti dan oksigen dari udara masuk ke dalam tanah melalui genangan air dengan proses difusi. Laju difusi oksigen tersebut adalah sangat rendah, yaitu 10 ribu kali lebih lambat dari pada melalui pori yang berisi udara, sehingga keadaan tanah menjadi anaerob. Oksigen yang terdapat dalam pori-pori tanah dan air dikonsumsi oleh jasad mikro tanah untuk respirasi. Pada saat itu pula, kegiatan mikroba tanah aerob segera diganti oleh mikroba tanah anaerob yang menggunakan energi dari senyawa-senyawa yang mudah tereduksi seperti NO3-, SO42-, Fe3+, dan Mn4+. Senyawa-senyawa tersebut segera direduksi menjadi S2- (sulfida), NO2- (nitrit), dan Mn2+ (mangano), dan Fe2+ (ferro). Pada tanah dengan kadar besi tinggi, ion Fe2+ (ferro) yang larut dalam air dapat meracuni tanaman. Pengaruh positif yang menguntungkan pada sistem sawah, seperti yang dijelaskan oleh adalah terjadinya perubahan pH tanah menjadi sekitar netral (6,5 – 7,50), ketersediaan beberapa unsur hara seperti N, P, K, Fe, Mn, Si, dan Mo. Pengaruh yang merugikan adalah menurunnya kadar S, Zn, Cu yang terikat pada sulfida yang mengendap dan hilangnya NO3- karena denitrifikasi. pada tanah tereduksi, ketersediaan K menjadi meningkat karena adanya pertukaran ion K di komplek jerapan oleh ion-ion Fe2+ dan Mn2+. Meningkatnya unsur hara P, disebabkan oleh reduksi ion Fe3+ menjadi ion Fe2+ yang mengakibatkan ikatan Fe-P menjadi lepas (Prasetyo, dkk, 2004).
(20)
Gam Pe tanah saw lapisan pe akibat red pasir atau terkecuali tereduksi teroksidas algae (Har Ki pemupuka pemupuka pemupuka
mbar 1. Pola d minera dalam rubahan sif wah, dicermi ermukaan. D duksi besi-fe
u tanah lai pada peng tersebut, da si berwarna
rdjowigeno
mia tanah an yang efis an harus me an nitroge
distribusi oksig al setelah sta Prasetyo et a fat-sifat fisi inkan juga o Dalam kead eri (Fe-III) in yang pe ggenangan y alam keada
kecoklatan , dkk, 2004)
sawah sa sien. Aplika empertimba
n dimana
gen pada tana abilisasi (Sum al, 2004)
ik dan kim oleh peruba daan tergen
menjadi be ermeabel, w yang sangat aan tergenan
, karena dif ) .
angat pent asi pupuk b angkan sifat a jenis, w
ah sawah dan b mber: Patrick
mia tanah ya ahan sifat m nang, tanah esi-fero (Fe-warna redu t lama. Di ng ditemuk fusi O2 dari
ting hubun baik jenis, ta
t kimia terse waktu dan
bentuk unsur-u k dan Mikke
ang terus b morfologi ta menjadi be -II). Akan t uksi tersebu lapisan per kan lapisan udara, atau ngannya de akaran, wak ebut. Sebag n cara pe
-unsur utama kelson, 1971, erlangsung anah, terutam erwarna abu tetapi pada
ut tidak te rmukaan ho tipis yang u dari fotosin
engan tekn ktu maupun gai contoh a
emberian pada ma di u-abu tanah erjadi, orizon tetap ntesis nologi n cara adalah harus
(21)
memperhatikan perubahan perilaku hara nitrogen pada lahan sawah agar pemupukan lebih efisien (Prasetyo, dkk, 2004).
Unsur Hara Nitrogen (N)
Pertanian padi sawah sangat tergantung pada ketersediaan N dalam tanah. Nitrogen adalah komponen penting dari asam amino, asam nukleat, nukleotida, dan klorofil. Zat tersebut memicuh pertumbuhan (meningkatkan tinggi tanaman dan jumlah anakan), meningkatkan luas daun, dan meningkatkan kandungan protein beras. Kekurangan N menyebabkan anakan pada tanaman padi menjadi sedikit, pertumbuhan tanaman menjadi kerdil, daun hijau kekuning-kunungan. Sepanjang periode pertumbuhan, tanaman memerlukan unsur N, namun yang paling banyak diperlukan antara awal sampai pertengahan pembentukan anakan (midtillering) dan tahap awal pembentukan malai. Suplai nitrogen selama proses pemasakan diperlukan untuk memelihara fotosintesis selama pengisian biji dan meningkatkan kadar protein dalam biji (Dobermann and Fairhurst, 2000).
Nitrogen diserap tanaman dalam bentuk ammonium (NH4+) dan nitrat (NO3-). Pupuk nitrogen yang diberikan pada tanaman padi sawah akan mengalami
berbagai proses trasformasi. Hal ini menyebabkan pemanfatan pupuk Nitrogen oleh tanaman padi sawah jarang melampaui 30-40%. Menurut Dobermann and Fairhurst (2000), Sekitar 60-70% aplikasi pupuk N kemungkinan
hilang dalam bentuk gas N, terutama karena volatelisasi dan Denitrifikasi NO3. Proses trasformasi pupuk nitrogen N padah tanah sawah tergantung dari cara pemberiannya. Apabila pupuk N diberikan pada tanah sawah dengan cara dibenamkan kelapisan perakaran padi yang bersifat reduktif, maka N akan
(22)
dijumpai dalam bentuk NH4+ terlarut. Sebagian dari NH4+ terlarut akan teradsorpsi (NH4+ teradsorpsi) dan terfiksasi (NH4+ terfiksasi). Teradsorpsi NH4+ dan terfiksasi NH4+ dapat diserap oleh akar padi (Abdulrachman, dkk, 2009).
Sebagian besar N tanah berupa N organik baik yang terdapat dalam bahan
organik tanah maupun fiksasi N oleh mikroba tanah dan hanya sebagian kecil (2-5%) berupa N anorganik yaitu NH4+ dan NO3- serta sedikit NO2-. Pada tanah
tergenang N merupakan hara yang tidak stabil karena adanya proses mineralisasi bahan organik (amonifikasi, nitrifikasi dan denitrifikasi) oleh mikroba tanah tertentu. Pada lapisan atas dimana oksigen masih cukup, proses mineralisasi akan menghasilkan NO3-. Mineralisasi bahan organik.
Amonifikasi Denitrifikasi
N –organik NH4+ NO3-
O2
Sedangkan pada lapisan dibawahnya yang sifatnya reduktif (tanpa oksigen) maka asimilasi akan berhenti sampai amonifikasi yaitu terbentuknya NH4+. Nitrat (NO3-) yang terbentuk di lapisan atas (lapisan oksidasi) sebagian akan berdifusi ke lapisan reduksi dan selanjutnya akan terjadi proses denitrifikasi, terbentuknya gas N2O atau N2 yang hilang ke udara. Selain melalui proses denitrifikasi NO3-, kehilangan N juga terjadi pada lapisan air yang pH nya tinggi melalui proses volatilisasi NH3+. Oleh karena itu pemupukan N harus diberikan ke dalam lapisan reduksi dengan beberapa kali pemberian untuk mengurangi kehilangan N sehingga efisiensinya meningkat (Prasetyo, dkk, 2004).
(23)
Se mengingin yang pada sangat dip dalam ken tetapi dap padi. Perb kandungan nya renda yang kand bahkan da lain Nitroge nkan produ a umumnya perlukan ap nyatannya p pat juga me bedaan resp n N yang te ah, pemberi
dungan N-n apat menuru
Ga
en dari tana uksi tinggi, a berupa pu
pabila diha pemupukan enurunkan
pon terhad erdapat di d an N dapat nya Tinggi unkan hasil p
Un ambar 2. Siklu dala Dob
ah, untuk bu diperlukan upuk buatan arapkn prod
N tidak sel atau tidak dap pemupu dalam tanah t meningkat i, pemberia padi (Abdu
nsur Hara F us Nitrogen da am lapisan bermann and F
udi daya ta n tambahaha n. Oleh kare duksi yang lalu mening memberika ukan N ini . Pada tanah tkan hasil p n N tidak ulrachman, d
Fosfor (P) an Transforma
tanah saw Fairhurst, 200
naman padi an hara Ni ena itu pena
tinggi. Na gkatkan hasi an pengaruh dapat dise h-tanah yan padi, sedang meningkatk dkk, 2009).
asi Nitrogen d wah (sumber
0)
i masa kini itrogen dari ambahan ha amun dem il tanaman, h terhadap ebabkan ad ng kandunga gkan pada kan hasil, di r: yang i luar ara N ikian, akan hasil danya an N-tanah tetapi
(24)
Fungsi utama dari unsur fosfor dalam tanaman padi adalah untuk menyimpan dan mentransfer energi serta mempertahankan integritas membran. Unsur P bersifat mobil dalam tanaman dan memicu pembentukan anakan, perkembangan akar, serta mempercepat pembungaan dan pemasakan. Kekurangan
unsur P menyebabkan tanaman padi menjadi kerdil, anakan sedikit, dan kualitas gabah rendah karena banyak proporsi gabah hampa (Dobermann and Fairhurst, 2000).
Pertambahan fosfor ke dalam tanah hanya bersumber dari defosit atau pelapukan batuan dan mineral yang mengandung fosfat seperti mineral apatit. Ketersediaan fosfor di dalam tanah sangat tergantung kepada sifat dan ciri bahan induk tanah, serta bagaimana pengelolaan tanah itu oleh manusia. Oleh karena itu
kandungan fosfor di dalam tanah hanya bersumber dan ditentukan oleh banyak sedikitnya cadangan mineral fosfor dan tingkat pelapukannya (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).
Unsur hara P diserap oleh tanaman dalam bentuk ion ortho fosfat, terutama H2PO4- dan HPO4-2. Serapan P oleh akar tanaman hanya melelui mekanisme intersepsi akar, difusi dalam jarak pendek (0,02 cm) dan aliran massa, sehingga efisiensi P umumnya sengat rendah hanya sekitar 10-25 % dari jumlah pupuk yang diberikan (Dobermann and Fairhurst, 2000). Pupuk P yang tidak diserap tanaman hanya sedikit yang hilang tercuci bersama air perkolasi. Sejalan dengan waktu, sebagian besar menjadi P nonlabil yang tidak tersedia bagi tanaman, terfiksasi Al-P dan Fe-P pada tanah masam dan sebagai Ca-P paada tanah Alkalis (Abdulrachman, dkk, 2009).
(25)
Menurut Prasetyo, dkk (2004) meningkatnya ketersediaan P pada awal penggenangan disebabkan oleh:
(a) Reduksi FePO.2H2O menjadi Fe(PO4)2.8H2O (b) Desorpsi akibat reduksi Fe3+ menjadi Fe2+ (c) Hidrolisis FePO4 dan AlPO4 pada tanah masam (d) Pelepasan occluded P (P-tersemat)
(e) Pertukaran ion.
Program intensifikasi telah dilaksanakan pemerintah melalui program Bimas, Inmas, Insus dan Supra Insus, sejak akhir tahun enam puluhan. Takaran pupuk N, P dan K yang digunakan cukup tinggi. Sebagai akibat pemupukan fosfat terus menerus dalam jangka waktu lama, diduga pada beberapa lokasi sawah intensifikasi di Jawa telah terjadi akumulasi P dalam tanah, karena sebagian besar pupuk P yang diberikan terikat dalam tanah. Hasil penelitian menunjukkan efisiensi pupuk fosfat pada tanah sawah sangat rendah, hanya sekitar 10-25% dari jumlah pupuk yang diberikan (Dobermann and Fairhurst, 2000). Penelitian status hara P pada lahan sawah intensifikasi dan kalibrasinya telah dilaksanakan oleh Pusat Penelitian Tanah (Puslittan) di Jawa sejak tahun 1987. Hasil evaluasi kebutuhan P untuk padi sawah tahun 1987/1988 selama 2 musim tanam pada lahan intensifikasi, menunjukkan bahwa sebagian besar lahan sawah di Jawa dan Madura yang berstatus P sedang sampai tinggi tidak tanggap terhadap pemupukan fosfat. Takaran pemupukan untuk lahan sawah berstatus P tinggi dan sedang dapat diturunkan masing-masing menjadi 50% dan 75% dari takaran anjuran (Sofyan et al, 2004).
(26)
Status hara tanah dapat dibuat bila telah disusun kriteria klasifikasi status hara berdasarkan hasil-hasil penelitian uji tanah, mulai dari penjajagan hara, studi korelasi kalibrasi sampai penyusunan rekomendasi. Hasil penelitian uji tanah yang telah dilaksanakan Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat (Puslitbangtanak) menunjukkan bahwa penggunaan ekstrak HCl 25% untuk penetapan P potensial mempunyai korelasi yang baik dengan hasil tanaman padi sawah (Nursyamsi, dkk, 1994). Hal ini didukung oleh Supardi, dkk ( 1993) melaporkan dari pemilihan etraksi P tanah sawah, diperoleh HCl 25% sebagai pengekstrak terbaik.
Kadar P dalam tanah 20 mg P2O5 (100 g)-1 tanah merupakan batas kritis untuk tanaman padi sawah. Berdasarkan hasil penelitian ditetapkan bahwa tanah yang mempunyai kadar <20 mg P2O5 (100 g)-1, 20 – 40 mg P2O5 (100 g)-1, dan
>40 mg P2O5 (100 g)-1 tanah termasuk kelas rendah, sedang, dan tinggi (Sofyan et al, 2004).
Unsur Hara Kalium
Unsur Kalium merupakan hara ketiga yang dibutuhkan tanaman padi dalam jumlah yang cukup besar setelah N dan P. Sehingga jika kekurangan unsur K maka produksi akan menurun. Unsur K memiliki peranan yang penting dalam tanaman padi, diantaranya adalah berfungsi dalam metabolisme karbohidrat, metabolisme nitrogen dan sitesa protein, menetrelisasi asam asam organik yang penting bagi proses fisiologi, mengatur bebagai aktifitas unsur mineral, mengaktifkan bebagai enzim (invertase, peptase, diatase, dan katalase)
(27)
menjaga tekanan turgor dalam tanaman, menambah resisten tanaman terhadap serangan hama dan penyakit. Tanaman yang kekurangan K, ujung daun berubah menjadi kekunin gangejala mulai tampak mulai dari ujung daun kemudian kepinggir daun hingga kebagian dasar daun hingga daun menjadi berwarna coklat. (Dobermann and Fairhurst, 2000).
Sumber Kalium yang terdapat dalam tanah berasal dari pelapukan mineral yang mengandung K seperti mineral mika, biotit atau muskofit. Mineral tersebut apabila terlapuk melepaskan K kelarutan tanah atau terjerapan tanah dalam bentuk K-tukar. Letak Kalium dalam koloid umumnya dalam permukaan dakhil (internal surface) yang sering diduduki oleh ion Mg2+, Fe3+, Al3+ dan molekul H2O. Perubahan mineral karena pelepasan K dari mika menjadi montmorilonit sebagai berikut:
Mika Hidratmik Ilit Mineral Transisi Vermikulit/Montmorilonit (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).
Kalium (K) merupakan hara mobil, diserap tanaman dalam bentuk ion K+ dari larutan tanah. Dalam tanah K yang terdapat dalam larutan tanah berada dalam bentuk keseimbangan dengan K yang diadsorpsi liat. Penurunan Eh akibat penggenangan akan menghasilkan Fe2+ dan Mn2+ dalam jumlah besar yang dapat menggantikan K yang diadsorpsi liat sehingga K dilepaskan ke dalam larutan dan tersedia bagi tanaman. Oleh sebab itu penggenangan dapat meningkatkan ketersediaan K tanah (Prasetyo, dkk, 2004).
Hasil penelitian menunjukkan tingkat ketersediaan hara K bervariasi, bergantung pada kedalaman lapisan olah tanah, pemupukan dan pola tanam. K dapat dipertukarkan meningkat pada rase anakan maksimum dan primordial
(28)
bunga, kemudian menurun pada saat panen. Aplikasi pupuk kandang dan pengembalian sisa tanaman mengurangi kehilangan karena pencucian hara akibat curah hujan, menahan air pada palawija, dan meningkatkan produktivitas tanah. K dapat dipertukarkan dan serapan K oleh tanaman menunjukkan berkorelasi positif pada tahun pertama sampai ketiga, namun tidak ada korelasi pada tahun keempat dan kelima karena curah hujan tinggi (Tirtoutomo, et al, 2000).
Ketersediaan unsur K dalam tanah mempengaruhi rencana penggunaan pupuk pada budidaya tanaman padi sawah. Karena itu penetapan kandungan unsur K di dalam tanah merupakan kebutuhan pokok dalam menduga respon pertumbuhan tanaman akibat pemupukan K. Untuk mengetahui ketersediaan unsur K di dalam tanah perlu digunakan ekstraksi yang memiliki respon terbaik terhadap serapan K dan produksi tanaman padi. Suyono, dkk (1990) melaporkan bahwa ekstraksi NH4OAc 1 N pH 7 merupakan ekstraksi terbaik dalam menduga kandungan K tanah pada lahan sawah, karena hampir semua jenis tanah berkolerasi nyata dengan serapan dan hasil gabah tanaman padi.
Pembakaran jerami sebelum diberikan ke tanah sawah seperti yang biasa dilakukan petani dinilai sangat merugikan karena banyak unsur hara yang hilang, salah satunya unsur hara, antara lain C, N, P, K, S, Ca, Mg dan unsur-unsur mikro (Fe, Mn, Zn, Cu). Untuk setiap 1 ton gabah (GKG) dari pertanaman padi dihasilkan 1,5 ton jerami
yang mengandung 9 kg N, 2 kg P, 25 kg K, 2 kg Si, 6 kg Ca dan 2kg Mg (Makarim, dkk, 2007).
Batas kritis K-dd berkisar antara 0,20-0,40 cmol K/kg, bergantung pada jenis tanaman, tanah, dan lingkungannya. Tanaman sangat respons terhadap pupuk K jika nilai K-dd < 0,20 cmol K/kg, agak respons jika nilai K-dd antara
(29)
0,20-0,40 cmol K/kg, dan tidak respons jika nilai K-dd > 0,40 cmol K/kg (Aljabri, 2007).
pH Tanah Sawah
Penggenangan pada tanah sawah mengakibatkan terjadinya peningkatan pH tanah mendekati netral pada tanah masam dan menurunkan pH mendekati netral pada tanah basa/alkalis. Pada saat penggenangan. pH tanah akan menurun selama beberapa hari pertama hingga mencapai titik minimum, setelah beberapa minggu kemudian pH akan meningkat kembali untuk mencapai nilai pH netral yaitu sekitar 6,7–7,2. Penurunan pH awal disebabkan oleh akumulasi CO2 dan terbentuknya asam organik. Kenaikan pH berikutnya ditentukan oleh, pH awal dari tanah, macam dan kandungan komponen tanah teroksidasi terutama besi dan mangan, serta macam dan kandungan bahan organik (Prasetyo, dkk, 2004).
pH tanah pada tanah sawah sangat mempengaruhi ketersedian dari unsur hara terutama unsur P. pada kondisi masam (pH< 5,5) P terfiksasi oleh Al dan Fe membentuk Al-p dan Fe-P, sedang pada kondisi alkalis (pH >6,5) terfiksasi sebagai Ca-P. Bentuk fiksasi P ini bersifat nonlabil (Abdulrachman, dkk, 2009).
Reaksi kemasaman (pH) air genangan tanah sawah dipengaruhi oleh konsentrasi karban dioksida (CO2) dalam air. Jika kadar CO2 dalam air berada pada titik kesetimbangan dengan kadar CO2 di atmosfir, ini berarti pH-nya mendekati 7,0 atau mendekati netral. pH larutan tanah pada tanah tereduksi mungkin stabil pada pH antara 6,5 sampai 7,00. Perubahan ini, terutama disebabkan oleh reduksi besi (Fe3+ menjadi Fe2+) atau komponen tanah lainnya yang menghasilkan kelebihan OH- pada tanah masam sehingga dapat menetralkan
(30)
kemasaman. Peningkatan pH pada tanah masam dapat menguntungkan bagi padi, diantaranya: menekan keracunan alumunium, mangan, besi, karbon dioksida, dan asam organik; meningkatkan ketersediaan P, Si, dan Mo; serta mendukung proses mikroorganisme yang melepaskan berbagai nutrisi (Prasetyo dkk, 2004).
Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa L)
Pertumbuhan tanam padi dibagi ke dalam tiga fase: (1) Vegetatif (awal pertumbuhan sampai pembentukan bakal malai/primordial); (2) reproduktif (primordial sampai pembungaan), dan (3) pematangan (pembungaan sampai gabah matang). Fase vegetatif merupakan fase pertumbuhan organ-organ vegetatif, seperti pertambahan jumlah anakan, tinggi tanaman, jumlah, bobot dan luas daun. Lama fase ini beragam, yang menyebabkan adanya perbedaan umur tanaman. Fase reprodukrif ditandai dengan :
a) Memanjangnya beberaparuas teratas batang tanamn
b) Berkurangnya jumlah anakan (matinya anak tidak produktif c) Munculnya daun bendera
d) Bunting, dan e) Pembungaan
Inisiasi pramodia malai biasanya dimulai 30 hari sebelum heading (keluarnya bunga atau malai) dan waktunya hampir bersamaan dengan perpanjangan ruas-ruas batang, yang terus berlanjut sampai berbunga. Oleh sebab itu stedia reproduktif disebut juga stedia perpanjangan ruas. Di daerah tropis fase reproduktif umumnya 35 hari dan fase pematangan sekitar 30 hari. Perbedaan masa pertumbuhan (umur) hanya di tentukan oleh lamanya fase vegetatif.
(31)
Sebagai contoh IR64 matang dalam waktu 110 hari dengan fase vegetatif 45 hari,
sedang IR28 yang matang dalam 130 hari fase vegetatifnya 65 hari (Makarim dan Suhartatik, 2009).
Penanaman padi dapat dilakukan menanam 2-3 batang bibit padi perrumpun dengan jarak tanam 25 x 25 cm. Jarak penanaman padi akan berpengaruh pada pertumbuhan gulma. Jarak tanam yang dekat akan dapat menekan pertumbuhan gulma sehingga gangguan gulma dapat diperkecil, namun
jika jarak tanam terlalu dekat pertumbuhan padi juga akan terhambat (Puspita dkk, 2005).
Tinggi tanaman adalah sifat baku (keturuhan), adanya perbedaan tinggi suatu varietas disebabkan oleh suatu pengaruh keadaan lingkungan. Bila syarat tumbuh baik, maka tinggi tanaman padi sawah biasanya 80-120 cm. Tanaman padi memiliki pola anakan berganda (anak-beranak). Tanaman pindah (transplanting) dapat menghasilkan sekitar 10-30 anakan sedang tanam sebar langsung hanya menghasilkan anakan sekitar 2-5 (Makarim dan Suhartatik, 2009).
Pemupukan berimbang, yaitu pemberian berbagai unsur hara dalam bentuk pupuk untuk memenuhi kekurangan hara yang dibutuhkan tanaman berdasarkan tingkat hasil yang ingin dicapai dan hara yang tersedia dalam tanah. Untuk pertumbuhannya, tanaman padi sawah memerlukan suplai hara yang berasal dari berbagai sumber. Untuk setiap ton padi yang dihasilkan dibutuhkan sekitar 14,7 kg N, 2,6 kg P, dan 14,5 kg K/Ha yang diperoleh dari tanah, air irigasi, sisa tanaman atau dari pupuk (organik dan/atau anorganik) yang ditambahkan. (Dobermann and Fairhurst, 2000).
(32)
Sejak dicanangkannya Program Intensifikasi padi sawah, secara umum takaran pemberian pupuk untuk padi sawah berkisar antara 200-250 kg urea/ha, SP-36 100-150 kg/ha dan KCl 75-100 kg/ha (Setyorini dkk, 2004). Rekomendasi pemupukan lahan sawah yang berstatus P rendah, sedang dan tinggi yang dianjurkan adalah 100, 75 dan 50 kg (TSP)/ha/musim/. Lahan sawah yang berstatus hara K rendah direkomendasikan untuk dipupuk 50 kg KCl /ha/ musim, sedangkan yang berstatus sedang dan tinggi tidak perlu diberi pupuk K tetapi
jerami dikembalikan ke tanah sebagai sumber bahan organik dan K (Sofyan et al , 2004).
Tanaman padi memiliki potensi hasil genetik, yaitu hasil tertinggi yang merupakan batas kemampuan suatu varietas padi dalam memproduksi gabah (Produktivitas), yang dapat dicapai hanya pada iklim terbaik dan tanpa ada pembatas dari faktor lingkungan tumbuh tanaman apapun. Hasil padi tertinggi yang pernah dicapai untuk daerah trofik adalah 10-11 ton/Ha, sedangkan didaerah subtrofik dapat mencapai 13-15 t/Ha (Makarim dan Suhartatik, 2009).
(33)
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Durian Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang yang memiliki luas ± 1200 Ha, dan luas lahan sawah tadah hujannya ±750 Ha. Secara geografis lokasi ini terletak pada 03.39’30’’– 03.42’37’’LU dan 99.52’30’’– 99.54’34’’ BT pada ketinggian tempat 10–18 m di atas permukaan laut (dpl) dengan jarak ± 45 km dari kota medan ke arah timur. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Riset & Teknologi, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dimulai pada bulan Juni 2013 hingga selesai.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta lokasi penelitian skala 1 : 25.000, sampel tanah yang diambil dari daerah penelitian, serta bahan – bahan kimia untuk analisis tanah.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS (Global Position System), bor tanah, cangkul, kantong plastik berkapasitas 2 kg, kertas label, alat tulis, karet gelang, serta alat-alat laboratorium yang mendukung dalam penelitian ini.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Survey Grid tingkat survei semi detail (kerapatan pengamatan 1 sampel tiap 250 meter).
(34)
Pelaksanaan Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini dilakukan beberapa tahapan. Adapun tahapan kegiatan yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Persiapan
Sebelum pelaksanaan pekerjaan di lapangan, terlebih dahulu dilakukan konsultasi dengan komisi pembimbing, pengadaan peralatan, pengadaan peta, studi literatur, dan penyusunan rencana kerja yang berguna untuk mempermudah pekerjaan secara sistematis sehingga didapatkan hasil sesuai dengan yang diharapkan.
2. Survei dan Pengambilan Cotoh di Lapangan
Pekerjaan dimulai dengan survei pendahuluan, yaitu dengan mengadakan orientasi lapangan penelitian seperti pengambilan titik koordinat. Setelah survei pendahuluan, dilanjutkan dengan pelaksanaan survei utama dengan tujuan utamanya adalah pengambilan contoh tanah. Pengambilan contoh tanah dilakukan pada setiap jarak 250 meter, sehingga diperoleh 90 titik sempel pengambilan (lampiran 1). Kemudian dilakukan pengompositan tiga contoh tanah yang jaraknya berdekatan sehingga didapatkan 30 contoh tanah untuk keperluan analisis di laboratorium (lampiran 2). Pengambilan contoh tanah menggunakan cangkul/bor tanah pada kedalaman 0 - 20 cm sebanyak ± 1 kg tanah setiap pengambilan contoh tanah. Dari tiap pengambilan contoh tanah tersebut, dilakukan pencatatan hasil pembacaan koordinat pada GPS (lampiran 3).
3. Parameter Yang di Amati
(35)
b. P-potensial (Ekstraksi HCl 25%) c. K- tukar ( Ekstraksi 1 N NH4OAc pH)
d. pH tanah (Metode Elektometri)
4. Pengolahan Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis spasial menggunakan GIS (Geografic Information System). Out put analisis spasial adalah cluster tingkat/kretia N-total , P-potensial, dan K – tukar, dan pH tanah. Data yang diperoleh di kelompokkan berdasarkan kriteria penilaian sifat – sifat tanah yang dibuat oleh Staf Pusat Penelitian Tanah (1983) dan BPP Medan (1982) seperti pada lampiran 4.
5. Pembuatan Peta Digital
Pembuatan Peta Digital Menggunakan Arview 3.2a dengan tahap sebagai berikut:
1. Diambil peta rupa bumi/peta citra satelit (lampiran 5) untuk daerah yang diteliti melalui program Google Earth Plus dengan kordinat dalam bentuk UTM/Derajat dan disimpan dalam bentuk JPG.
2. Peta yang telah disimpan kemudian dibuka dengan program Arview 3.2a untuk di registrasi untuk menyamakan titik kordinat peta pada program. 3. Kemudian pilih icon new theme pada menu viem untuk menggambar
objek yang terdapat pada peta seperti jalan, sungai, batas daerah studi, batas administrasi/wilayah menggunakan digital point, line, atau polygon. Penggambaran objek sebaiknya dibuat pada masing-masing layer (thame).
(36)
4. Pembuatan layout meliputi: pengaturan kertas dan margin untuk pencetakan peta, pembuatan orientasi peta, pembuatan skala 1:25000, pembuatan legenda, serta pencetakan layout peta ke printer.
(37)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kondisi wilayah
Desa Durian termasuk pada Kecamatan Pantai Labu, kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Daerah ini terletak di dataran rendah dengan ketinggian tempat 10–18 m di atas permukaan laut (dpl), dengan luas daerah sekitar 1200 Ha dengan batas administrasi sebagai berikut :
Sebelah utara : Berbatasan dengan desa Batang Biara Kec. Pantai Labu
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Desa Rumbia dan Desa Sidourip Kec. Beringin
Sebelah timur : Berbatasan Desa Ramunia Kec. Beringin
Sebelah barat : Berbatasan dengan Desa Kampung Dalam Kec. Batang Kuis
Dari hasil survey lokasi tabel 1 dan peta penggunaan lahan di Desa Durian seperti pada lampiran 6, diperoleh bahwa penggunaan lahan di
Desa Durian didominasi oleh lahan sawah tadah hujan seluas 750 Ha (60,04 %,) dan sisanya merupakan pemukiman seluas 256 Ha (21,33%) dan kebun campuran seluas 194 Ha (16,17%).
Tabel 1. Penggunaan Lahan di Desa Durian Kecamatan Pantai labu Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara.
Penggunaan Lahan Luas Presentase
…….. (Ha) %
Lahan sawah tadah hujan 750 62,50
Kebun campuran (Melinjo, Kelapa
Sawit, Kelapa, Aren, pinang) 194 16,17
Pemukiman 256 21,33
(38)
Keadaan Hara Nitrogen (N-Total Tanah)
Dari hasil pengambilan contoh tanah lahan sawah tadah hujan di Desa Durian Kecamatan Pantai Labu diperoleh 30 contoh tanah komposit (T1
Sampai T30). Hasil analisa N-total dari contoh tanah tersebut di evaluasi berdasarkan kreteria sifat kimia tanah Staf Pusat Penelitian Tanah (1983) dan BPP Medan (1982) seperti tabel 2 berikut:
Tabel 2. Hasil Analisis N-Total Tanah
Sempel Komposit N-Total Kreteria
……. % ……..
T1 0,23 Sedang
T2 0,34 Sedang
T3 0,23 Sedang
T4 0,19 Rendah
T5 0,25 Sedang
T6 0,19 Rendah
T7 0,17 Rendah
T8 0,20 Rendah
T9 0,21 Sedang
T10 0,14 Rendah
T11 0,13 Rendah
T12 0,15 Rendah
T13 0,17 Rendah
T14 0,12 Rendah
T15 0,12 Rendah
T16 0,15 Rendah
T17 0,25 Sedang
T18 0,17 Rendah
T19 0,19 Rendah
T20 0,17 Rendah
T21 0,12 Rendah
T22 0,17 Rendah
T23 0,15 Rendah
T24 0,11 Rendah
T25 0,10 Rendah
T26 0,13 Rendah
T27 0,16 Rendah
T28 0,17 Rendah
(39)
Dari hasil analisis contoh tanah pada tabel 2, kandungan N-total terendah terdapat pada contoh tanah T25 yaitu sebesar 0,10 % dan kandungan N-total tertinggi terdapat pada contoh tanah T2 yaitu sebesar 0,34%.
Menurut kriteria Staf Pusat Penelitian Tanah (1983) dan BPP Medan (1982), maka lokasi penelitian dapat digolongkan menjadi 2 jenis status hara Nitrogen, yakni status rendah dan status sedang.
Dari hasil analisisa N-total contoh tanah dan evaluasi sifat kimia tanah menurut Staf Pusat Penelitian Tanah (1983) dan BPP Medan (1982) diperoleh peta status hara Nitrogen seperti pada lampiran 7 dengan status rendah dan sedang. Luas wilayah dari kedua status tersebut, disajikan pada Tabel 3 berikut:
Tabel 3. Data Luas Wilayah Berdasarkan Peta Unsur Nitrogen (N-total)
Kreteria Luas (ha) %
Rendah 582,048 77,61
Sedang 167,952 22,39
Total 750 100
Dari hasil survei contoh tanah sawah tadah hujan dengan luas 750 Ha dan hasil analisisa N-total tanah yang dapat dilihat pada tabel 2, diperoleh lahan sawah tadah hujan berstatus rendah dengan rata-rata N-total tanah sebesar 0,15 % seluas 582,048 Ha (77,61%) dan berstatus sedang dengan rata-rata N-total tanah sebesar 0,25% seluas 167,952 Ha ( 22,39 %).
Keadaan Hara Fosfor (P)
Dari hasil pengambilan contoh tanah lahan sawah tadah hujan di Desa Durian Kecamatan Pantai Labu diperoleh 30 contoh tanah komposit (T1 Sampai T30). Hasil analisa P-potensial dari contoh tanah tersebut di evaluasi berdasarkan
(40)
kreteria sifat kimia tanah Staf Pusat Penelitian Tanah (1983) dan BPP Medan (1982) seperti tabel 4 berikut:
Tabel 4. Hasil Analisis Data P-potensial (Ekstraksi HCl 25%) Sempel Komposit P-potensial Kreteria
……. %P2O5 ……..
T1 0,013 Sangat Rendah
T2 0,013 Sangat Rendah
T3 0,013 Sangat Rendah
T4 0,013 Sangat Rendah
T5 0,013 Sangat Rendah
T6 0,012 Sangat Rendah
T7 0,013 Sangat Rendah
T8 0,013 Sangat Rendah
T9 0,013 Sangat Rendah
T10 0,013 Sangat Rendah
T11 0,012 Sangat Rendah
T12 0,012 Sangat Rendah
T13 0,012 Sangat Rendah
T14 0,013 Sangat Rendah
T15 0,013 Sangat Rendah
T16 0,013 Sangat Rendah
T17 0,013 Sangat Rendah
T18 0,013 Sangat Rendah
T19 0,014 Sangat Rendah
T20 0,014 Sangat Rendah
T21 0,012 Sangat Rendah
T22 0,013 Sangat Rendah
T23 0,012 Sangat Rendah
T24 0,012 Sangat Rendah
T25 0,012 Sangat Rendah
T26 0,012 Sangat Rendah
T27 0,012 Sangat Rendah
T28 0,013 Sangat Rendah
T29 0,012 Sangat Rendah
T30 0,016 Sangat Rendah
Berdasarkan kriteria penilaian sifat tanah oleh Staf Pusat Penelitian Tanah (1983) dan BPP Medan (1982) maka lokasi penelitian dapat digolongkan menjadi satu golongan status hara P yakni sangat rendah.
(41)
Dari hasil interpolasi data analisis P-potensial contoh tanah dan evaluasi kreteria sifat kimia tanah menurut Staf Pusat Penelitian Tanah (1983) dan BPP Medan (1982) diperoleh peta status hara Fosfor seperti pada lampiran 8 dengan status sangat rendah dengan luas wilayah disajikan pada Tabel 5 berikut:
Tabel 5. Luas wilayah Berdasarkan Peta Unsur Hara Fosfat (P-potensial)
Kreteria Luas (ha) %
Sangat Redah 750 100
Total 750 100
Dari hasil survei contoh tanah sawah tadah hujan dengan luas 750 Ha dan hasil analisisa P-potensial tanah yang dapat dilihat pada tabel 4, diperoleh lahan sawah tadah hujan berstatus P-potensial sangat rendah dengan rata-rata kandungan P-potensial tanah sebesar 0,0128 % seluas 750 Ha (100%).
Keadaan Hara Kalium (K)
Dari hasil pengambilan contoh tanah lahan sawah tadah hujan di Desa
Durian Kecamatan Pantai Labu diperoleh 30 contoh tanah komposit (T1 Sampai T30). Hasil analisa K-tukar dari contoh tanah tersebut di evaluasi
berdasarkan kreteria sifat kimia tanah Staf Pusat Penelitian Tanah (1983) dan BPP Medan (1982) seperti tabel 6 berikut:
(42)
Tabel 6. Hasil Analisis Data K-tukar (Ekstraksi NH4OAc pH 7)
Sempel Komposit K-Tukar Kreteria
……. me/100 gr ……..
T1 0,667 Tinggi
T2 0,729 Tinggi
T3 0,781 Tinggi
T4 0,698 Tinggi
T5 1,083 Sangat Tinggi
T6 0,464 Sedang
T7 1,004 Sangat Tinggi
T8 1,127 Sangat Tinggi
T9 1,007 Sangat Tinggi
T10 0,615 Tinggi
T11 0,423 Sedang
T12 0,901 Tinggi
T13 0,874 Tinggi
T14 0,354 Sedang
T15 0,818 Tinggi
T16 0,699 Tinggi
T17 0,751 Tinggi
T18 0,674 Tinggi
T19 0,893 Tinggi
T20 0,837 Tinggi
T21 0,396 Sedang
T22 0,818 Tinggi
T23 0,601 Tinggi
T24 0,606 Tinggi
T25 0,228 Sedang
T26 0,658 Tinggi
T27 0,513 Tinggi
T28 1,045 Sangat Tinggi
T29 0,470 Sedang
T30 0,478 Sedang
Dari hasil analisis contoh tanah pada tabel 6, dapat diperoleh bahwa kandungan K–tukar terrendah terdapat pada contoh tanah komposit T25 sebesar 0,228 me/100 g dan K-tukar tertinggi terdapat pada contoh tanah komposit T8 sebesar 1,127 me/100 g.
(43)
Menurut kriteria sifat kimia tanah Staf Pusat Penelitian Tanah (1983) dan BPP Medan (1982), maka lokasi penelitian dapat digolongkan menjadi 3 jenis status hara Kalium, yakni status sedang, tinggi, dan sangat tinggi.
Dari hasil analisis K-tukar contoh tanah dan evaluasi kreteria sifat kimia tanah menurut Staf Pusat Penelitian Tanah (1983) dan BPP Medan (1982) diperoleh peta status hara Kalium seperti pad lampiran 9 dengan status sedang, tinggi dan sangat tinggi. Luas wilayah dari ketiga status tersebut, disajikan pada Tabel 7 berikut:
Tabel 7. Data Luas wilayah Berdasarkan Peta Unsur Hara Kalium (K-tukar)
Kreteria Luas (ha) %
Sedang 137,202 18,3
Tinggi 515,303 68,7
Sangat Tinggi 97,495 13,0
Total 750 100
Dari hasil survei contoh tanah sawah tadah hujan dengan luas 750 Ha dan hasil analisisa K-tukar tanah yang dapat dilihat pada tabel 6, diperoleh lahan sawah tadah hujan dengan K-tukar Tanah berstatus sedang dengan rata-rata K-tukar tanah sebesar 0,392 me/100gr seluas 137,202 Ha (18,3%), K-tukar tanah berstatus tinggi dengan rata-rata K-tukar tanah sebesar 0,729 me/100 gr seluas 515,303 Ha ( 68,7 %) dan K-tukar tanah berstatus sangat tinggi dengan rata-rata K-tukar tanah sebesar 1,053 me/100 gr seluas 97,495 Ha (13,0%).
Kemasaman Tanah (pH-tanah)
Dari hasil pengambilan contoh tanah lahan sawah tadah hujan di Desa
(44)
(T1 Sampai T30). Hasil analisa K-tukar dari contoh tanah tersebut di evaluasi berdasarkan kreteria sifat kimia tanah Staf Pusat Penelitian Tanah (1983) dan BPP Medan (1982) seperti tabel 8 berikut:
Tabel 8. Hasil analisis Kemasaman Tanah (pH-tanah)
Sempel Komposit pH (H2O) Kreteria
T1 5,98 Agak masam
T2 6,42 Agak masam
T3 5,89 Agak masam
T4 5,89 Agak masam
T5 6,44 Agak masam
T6 6,36 Agak masam
T7 6,45 Agak masam
T8 6,15 Agak masam
T9 5,91 Agak masam
T10 6,43 Agak masam
T11 6,22 Agak masam
T12 6,20 Agak masam
T13 5,88 Agak masam
T14 6,14 Agak masam
T15 6,19 Agak masam
T16 6,19 Agak masam
T17 5,85 Agak masam
T18 5,86 Agak masam
T19 5,91 Agak masam
T20 5,93 Agak masam
T21 5,84 Agak masam
T22 6,07 Agak masam
T23 6,25 Agak masam
T24 5,86 Agak masam
T25 6,03 Agak masam
T26 6,07 Agak masam
T27 6,10 Agak masam
T28 6,43 Agak masam
T29 5,86 Agak masam
T30 6,27 Agak masam
Dari hasil analisis contoh tanah pada tabel 8 , diperoleh bahwa kondisi pH tanah terendah terdapat pada contoh tanah T21 yaitu sebesar 5,84 dan kondisi pH tanah tertinggi pada contoh tanah T7 yaitu sebesar 6,45.
(45)
Berdasarkan kriteria penilaian sifat kimia tanah oleh Staf Pusat Penelitian Tanah (1983) dan BPP Medan (1982) maka lokasi penelitian dapat digolongkan menjadi satu golongan kemasaman tanah yakni tergolong agak masam.
Dari hasil interpolasi data analisis pH tanah dan evaluasi kreteria sifat kimia tanah menurut Staf Pusat Penelitian Tanah (1983) dan BPP Medan (1982) diperoleh peta kemasaman tanah seperti pada lampiran 10 dengan pH tanah tergolong agak masam seluas 750 ha (100%).
Dari hasil survei contoh tanah sawah tadah hujan dengan luas 750 Ha dan hasil analisisa pH tanah yang dapat dilihat pada tabel 8, diperoleh lahan sawah tadah hujan memiliki pH tanah tergolong agak masam dengan rata-rata pH tanah sekitar 6,102 seluas 750 Ha (100%).
Pembahasan
Tanaman padi membutuhkan suplai hara dengan proporsi yang seimbang dengan hara yang dapat diserap dari dalam tanah. Tingkat kesuburan lahan sawah tadah hujan ummumnya lebih rendah dibanding lahan sawah irigasi, pada pihak lain kelembaban tanah juga cukup membatasi serapan hara oleh tanaman. Oleh karena itu untuk mencapai tingkat hasil yang diharapkan, suplai hara (pemupukan) lahan sawah tadah hujan memerlukan jumlah dan variasi yang lebih banyak. Selain itu waktu pemupukan juga perlu mendapat perhatian khusus, dimana bila lahan dalam kondisi kering pemupukan tidak dapat dilakukan harus menunggu sampai kondisi lahan menjadi lembab.
Dari hasil survei dan hasil analisisa N-total tanah, pada lahan sawah tadah hujan di Desa Durian, terdapat 3 jenis status hara N yaitu berstatus rendah dengan
(46)
rata-rata N-total tanah sebesar 0,15 % seluas 582,048 Ha (77,61%) dan berstatus sedang dengan rata-rata N-total tanah sebesar 0,25% seluas 167,952 Ha (22,39%). Status unsur hara N didaerah ini tergolong rendah hingga sedang diduga akibat kurang maksimalnya dalam pemanfaatan sisa tanaman maupun pupuk kandang serta dosis pemupakan yang kurang tepat. Pemupukan Urea sebagai sumber N pada tanaman padi sawah didaerah ini masih tergolong rendah (lampiran 11) dibandingkan dengan dosis anjuran pemupukan padi sebesar 250 Kg/Ha, hal ini diduga karena masih rendahnya ekonomi petani didaerah. Selain itu tingkat dekomposisi bahan organik yang berbeda pada di setiap lahan sawah tadah hujan
diduga menyebabkan status N tergolong rendah hingga sedang. Menurut Prasetyo, dkk (2004) pada tanah sawah N merupakan hara yang tidak stabil
karena adanya proses mineralisasi bahan organik (amonifikasi, nitrifikasi dan denitrifikasi) oleh mikroba tanah tertentu. Pupuk N adalah pupuk yang mobil dalam tanah sehingga mudah hilang melalui pencucian dan penguapan. Selain itu Dobermann and Fairhurst (2000) menyatakan sekitar 60-70% aplikasi pupuk N kemungkinan hilang dalam bentuk gas N, terutama karena volatelisasi dan denitrifikasi NO3.
Pemupukan N sangat perlu dilakukan di lahan sawah tadah untuk meningkatkan produksi padi di daerah ini mengingat status hara N pada daerah ini tergolong rendah sampai sedang. Dosis pemupukan 115 N kg/Ha (setara dengan Urea 250 kg/Ha) dapat dianjurkan untuk lahan yang memiliki kandungan hara N rendah, sedangankan untuk lokasi yang memiliki kandungan hara N sedang dosis pemupukan dapat diturunkan menjadi 92 N kg/Ha (setara dengan Urea 200 kg/Ha) untuk mendapatkan hasil yang optimal (Sofyan et al, 2004).
(47)
Dari hasil survei contoh tanah dan hasil analisisa P-potensial, lahan sawah tadah hujan dengan luas 750 Ha di Desa Durian memiliki kandungan P-potensial sangat rendah dengan rata-rata kandungan P-potensial tanah sebesar 0,0128 %. Sangat rendahnya kandungan P-potensial di daerah ini diduga akibat kurang maksimalnya dalam hal pemanfaatan sisa tanaman dan penggunaan pupuk kandang sebagai sumber P serta dosis pemupukan P yang tidak tepat. Pemupukan P di daerah ini pada umumnya masih tergolong rendah (lampiran 11) dibandingkan dengan dosis anjuran sebesar 100 SP-36 kg/Ha. Hal ini diduga karena tingkat ekonomi masyarakat petani yang masih rendah.
Pemupukan P sangat dianjurkan dilakukan didaerah ini untuk meningkatkan produksi padi mengingat sangat rendahnya kandungan P-potensial didaerah ini. Menurut Syofyan et al (2004) pemupukan dengan dosis 100 SP-36/Ha (setara dengan 36 P2O5 kg/Ha) dapat dianjurkan untuk tanah dengan kandungan P ekstraksi HCl 25% < 21 me/100gr. Pemupukan P dengan dosis tinggi sangat diperlukan untuk meningkatkan hasil padi di lahan sawah di desa ini selain itu tingginnya dosis pupuk P yang diberikan diharapkan mampu merubah keadaan hara P dari sangat rendah menjadi tinggi.
Dari hasil survei dan analisis laboratorium lahan sawah tadah hujan di Desa Durian Kecamatan Pantai Labu memiliki kandungan hara K berstatus sedang dengan rata-rata K-tukar tanah sekitar 0,392 me/100gr seluas 137,202 Ha (18,3%), berstatus tinggi dengan rata-rata K-tukar tanah sekitar 0,729 me/100 gr seluas 515,303 Ha ( 68,7 %) dan berstatus sangat tinggi dengan rata-rata K-tukar tanah sekitar 1,053 me/100gr seluas 97,495 Ha (13,0%). Status K di daerah ini tergolong tinggi hinggga sedang diduga akibat adanya pengembalian sisa
(48)
tanaman terutama jerami padi yang umumnya dilakukan oleh masyarakat petani di daerah ini. Makarim dkk (2007) menyatakan bahwa unsur K yang diserap oleh tanaman padi banyak terakumulasi dalam jerami padi, untuk setiap 1 ton gabah (GKG) dari pertanaman padi dihasilkan 1,5 ton jerami yang mengandung 25 kg K. Sebagai pupuk, jerami padi tidak efektif sebagai simber N dan P tetapi cukup efektif sebagai sumber K.
Pemupukan Kalium tidak perlu dilakukan daerah ini mengingat kandungan Kalium pada ummnya didaerah ini tergolong Tinggi hingga sedang. Menurut Sofyan, dkk (2004) pemupukan hara Kalium tidak perlu dilakukan pada lahan sawah yang memiliki kandungan Kalium sedang dan tinggi asalkan dilakukan pengembalian jerami padi. Apabila tidak dilakukan pengembalian jerami padi, pemupukan KCl dengan dosis 50-75 kg/Ha perlu dilakukan untuk daerah yang memiliki kandungan K sedang hingga sampai tinggi. Pemupukan K tersebut untuk menggantikan K yang terangkut oleh panen.
Dari hasil survei contoh tanah sawah dan hasil analisisa pH tanah, pH tanah lahan sawah tadah hujan di Desa Durian tergolong agak masam dengan rata-rata pH tanah sekitar 6,102 seluas 750 Ha (100%). Penggunaan pupuk yang bersifat masam seperti ZA yang masih diberikan petani daerah ini sebaiknya dihindari karena dapat menurunkan keasaman tanah sehingga mempengaruhi ketersediaan unsur hara lain seperti P dan Mo yang menjadi tidak tersedia, serta mempengaruhi pertumbuhan dan produktifitas dari tanaman padi. Ionisasi dari Pupuk ZA akan menghasilkan ion H+ yang dapat mengasamkan tanah.
(49)
KESIMPULAN
1. Pada lahan sawah tadah hujan di Desa Durian Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang terdapat 2 jenis status N-total tanah, yakni status rendah dengan rata-rata N-total tanah sekitar 0,15% seluas 582,048 Ha (77,61 %) dan status sedang dengan rata-rata N-total tanah sebesar 0,25 % seluas 167,952 Ha (22,39%).
2. Pada lahan sawah tadah hujan di Desa Durian Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang terdapat satu jenis status hara P-potensial tanah yaitu status sangat rendah dengan rata-rata P-potensial sekitar 0,0128 % seluas 750 Ha (100%).
3. Pada lahan sawah tadah hujan di Desa Durian Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang terdapat 3 jenis status hara Kalium tanah, yaitu K-tukar Tanah berstatus sedang dengan rata-rata K-tukar tanah sekitar 0,392 me/100gr seluas 137,202 Ha (18,3%), berstatus tinggi dengan rata-rata K-tukar tanah sekitar 0,729 me/100 gr seluas 515,303 Ha ( 68,7 %), dan berstatus sangat tinggi dengan rata-rata K-tukar tanah sekitar 1,053 me/100 gr seluas 97,495 Ha (13,0%).
4. pH tanah di lahan sawah tadah hujan di Desa Durian Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang tergolong agak masam dengan rata-rata pH tanah sekitar 6.102.
(50)
Saran
Dari hasil penenelitian, lahan sawah tadah hujan di desa durian Kecamatan Pantai Labu masih memerlukan pemupukan hara N dan P disebabkan kandungan hara N yang masih rendah hingga sedang serta kandungan hara P yang sangat rendah sekali. Namun pemupukan K tidak perlu dilakukan apabila dilakukan pengembalian jerami mengingat kandungan K-tukar tanah yang cukup tinggi di daerah ini.
(51)
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrachman, S., Hasil Sembiring, dan Suyamto. 2009. Pemupukan Tanaman Padi. Balai Besar Penelitian Tanan Padi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Hal :123-166
Aljabri, M. 2007. Perkembangan Uji Tanah Dan Strategi Program Uji Tanah Masa Depan Di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian, 26(2), 2007. Balai Penelitian Tanah, Jalan Ir. H. Juanda No. 98, Bogor 16123. Hal : 54-66
BBPADI, 2012. Varietas Unggul Baru Padi Sawah: Adaktif untuk daerah Jawa Barat. Balai Besar Penetitian Tanaman Padi.
BPS Sumatera Utara, 2012. Statistik Lahan Sawah Di Sumatera Utara.
Deptan, 2007. Acuhan Penetapan Rekomendasi N, P, dan K Sumut. Departemen Pertanian.
Dobermann, A., and Thomas FairHurst. 2000. Rice: Nutrient Disorders & Nutrient Management. Potash & Phosphate Institute (PPI), Potash & Phosphate Institute of Canada (PPIC) and International Rice Research Institute (IRRI).
Hardjowigeno, S., H. Subagyo, dan M. Luthfi Rayes. 2004. Morfologi Dan Klasifikasi Tanah Sawah. Dalam; Tanah Sawah Dan teknologi Pengolahannya. Editor : Agus. F., A. Adimihardja, S. Hardjowigeno. A. M. Fagi, dan W. Hartatik. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Tanah
Agroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor. Hal :1-28
Makarim, A. K. dan E. Suhartatik. 2009. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Hal : 295-330
Makarim, A. K., Sumarno, dan Suyamto. 2007. Jerami Padi : Pengolahan Dan Pemanfaatannya. Pusat Penelitian Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian.
Nursyamsi, D., M. Soepartini, A.M. Damdam, Syarifuddin, dan J. Sri Adiningsih. 1994. Pemilihan Metode Ekstraksi P Tanah Sawah Di Sulawesi Selatan. Disampaikan Pada Seminar Intern Di Pusat Penelitian Tanah Dan Agroklimat, Bogor. Tanggal 25 Maret 1994.
Pirngadi, K. dan A. Karim Makarim. 2006. Peningkatan Produktivitas Padi pada Lahan Sawah Tadah Hujan melalui Pengelolaan Tanaman Terpadu. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 25 ( 2) :116-123
Prasetyo, B. H., J. Sri Adiningsih, Kasdi Subagyono, dan R. D. M. Simanungkalit. 2004. Mineralogi, Kimia, Fisika, Dan Biologi Tanah Sawah. Dalam;
(52)
Tanah Sawah Dan teknologi Pengolahannya. Editor: Agus. F.,A. Adimihardja., S. Hardjowigeno. A. M. Fagi., dan W. Hartatik. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Tanah Agroklimat. Badan Penelitian dan Pengmbangan Pertanian, Bogor. Hal : 29-83
Puspita L, Eka Ratnawati,I Nyoman N. Suryadiputra, dan Ami Aminah Meutia.2005. Lahan Basah Buatan di Indonesia. Wetlands International – Indonesia Programme, Bogor.
Rosmarkam, A., dan N. W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius, Yoggyakarta.
Setyorini, D., Ladiyani Retno Widowati, dan Sri Rochayati. 2004. Teknologi Pengolahan Hara Lahan Sawah Intensif. Dalam; Tanah Sawah Dan teknologi Pengolahannya. Editor : Agus. F., A. Adimihardja, S. Hardjowigeno. A. M. Fagi, dan W. Hartatik. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Tanah Agroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor. Hal : 137-166
Sofyan, A, Nurjaya, dan Antonius Kasno. 2004. Status Hara Tanah Sawah Untuk Rekomendasi Pemupukan. Dalam; Tanah Sawah Dan teknologi Pengolahannya. Editor : Agus. F., A. Adimihardja, S. Hardjowigeno. A. M. Fagi, dan W. Hartatik. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Tanah Agroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor. Hal : 83-115
Supardi, A., W. Hartatik, dan M. Soepartini. 1993. Pemilihan Metode Etraksi P Tanah Sawah Pulau Lombok. Dalam Ringkasan Hasi-Hasil Penelitian Tanah Agro Klimat. Pusat Penelitian Tanah Dan Agroklimat. Hal : 65 Suyono, A. D., Ani Yuniarti, S. Mariam, H. E. Hidayat Salim, Daut Siliwangi
Sayibun, dan Ridha Hudaya. 1990. Evaluasi Beberapa Metode Etraksi K dan Pendugaan Kebutuhan Pupuk K Pada Tanah Sawah Di Jawa Barat. Dalam Ringkasan Hasil-Hasil Penelitian 1989-1990. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Derektorat Jendral Pendidikan Tinggi. Derektorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat. Hal : 24-26
Tirtoutomo, S., S. Abdulrachmanl, A. WiharDjaka, dan G. J. Kirk. 2000. Dinamika Kalium pada Kondisi Intensifikasi dan Diversifikasi dalam Usahatani Berbasis Padi. Dalam Prosiding Seminar Nasional Budidaya Tanaman Pangan Berwawasan Lingkungan. Hal :126-140
(53)
LAMPIRAN Lampiran 1. Peta Pengambilan Contoh Tanah
(54)
Lampiran 2. Contoh Tanah Komposit No. Contoh
Komposit Contoh Tanah
1. T.1 1, 2, 3
2. T.2 4, 5, 8
3. T.3 6, 7, 9
4. T.4 10, 12, 13
5. T.5 11, 14, 15
6. T.6 16, 22, 21
7. T.7 17, 18, 23
8. T.8 19, 24, 25
9. T.9 33, 34, 41
10. T.10 31, 32, 40
11. T.11 20, 29, 30
12. T.12 46, 47, 54
13. T.13 39, 44, 45
14. T.14 37, 38, 43
15. T.15 35, 36, 42
16. T.16 26, 27, 28
17. T.17 49, 57, 65
18. T.18 63, 71, 80
19. T.19 52, 53, 62
20. T.20 50, 51, 61
21. T.21 59, 60, 67
22. T.22 58, 66, 74
23. T.23 70, 77, 78
24. T.24 68, 69, 74
25. T.25 75, 84, 85
26. T.26 86, 87, 88
27. T.27 79, 89, 90
28. T.28 48, 55, 56
29. T.29 64, 72, 81
(55)
Lampiran 3 . Kordinat Titik Contoh Tanah (UTM) Contoh
Tanah X Y
Contoh
Tanah X Y
Contoh
Tanah X Y
1 483750 405507 36 483750 403505 71 482198 402496
2 483506 405495 37 483261 403493 72 484750 402250
3 483255 405509 38 483000 403500 73 484227 402239
4 482996 405512 39 482746 403494 74 483788 402247
5 482755 405504 40 482500 403500 75 483500 402250
6 483504 405256 41 482272 403509 76 483285 402273
7 483257 405246 42 484250 403250 77 483005 402240
8 482744 405242 43 483238 403251 78 482758 402245
9 483819 405085 44 483003 403255 79 482245 402256
10 483003 404757 45 482735 403251 80 482005 402250
11 482840 404735 46 482512 403250 81 484708 402030
12 483235 404624 47 482227 403258 82 484496 402012
13 483000 404509 48 485016 403016 83 483995 401989
14 482750 404492 49 484506 402996 84 483503 402004
15 482500 404500 50 483253 403003 85 483249 401999
16 482765 404267 51 483005 403006 86 482996 402005
17 482500 404250 52 482761 402969 87 482754 401999
18 482230 404251 53 482503 403009 88 482505 402000
19 482009 404250 54 482243 403005 89 482252 401999
20 483250 403999 55 485250 402647 90 482005 402006
21 483003 404011 56 484994 402746
22 482781 403995 57 484500 402753
23 482511 403996 58 483994 402756
24 482253 403996 59 483500 402750
25 482007 404005 60 483249 402748
26 485006 403750 61 483000 402746
27 484755 403768 62 482750 402745
28 484492 403753 63 482000 402750
29 483283 403744 64 485000 402500
30 483005 403758 65 484500 402500
31 482753 403726 66 483740 402506
32 482506 403750 67 483500 402509
33 482254 403762 68 483242 402507
34 482000 403750 69 483000 402506
(56)
Lampiran 4. Kreteria N, P, K Tanah. Sifat Tanah Satuan Sangat
rendah
Rendah Sedang Tinggi Sangat
Tinggi N –Total % <0,10 0,10-0,20 0,21-0,50 0,51-0,75 >0,75 P (Eks-HCl) % <0,021 0,021-0,039 0,040-0,060 0,061-0,1 >0,1
K-Tukar me/100gr <0,1 0,10-0,20 0,21-0,50 0,51-1,00 >1,00
Kreteria pH (H2O) Sangat masam < 4,5
Masam 4,5-5,5
Agak masam 5,6-6,5
Netral 6,6-7,5
Agak alkalis 7,6-8,5
Alkalis > 8,5
Menurut :
1. Pusat Penelitian Tanah 1983 2. BPP Medan 1982
(57)
(58)
Lampiran 6. Peta Penggunaan Lahan di Desa Durian Kecamatan Pantai Labu.
(59)
Lampiran 7. Peta N-total Tanah Lahan Sawah Tadah Hujan di Desa Durian Kecamatan Pantai Labu.
(60)
Lampiran 8. Peta Fosfat Tanah Lahan Sawah Tadah Hujan di Desa Durian Kecamatan Pantai Labu.
(61)
Lampiran 9. Peta Unsur Hara Kalium Tanah Sawah Tadah Hujan di Desa Durian Kecamatan Pantai Labu.
(62)
Lampiran 10. Peta pH Tanah Sawah Tadah Hujan di Desa Durian Kecamatan Pantai Labu.
(63)
Lampiran 11 Riwayat Pemupukan Di lahan Sawah Tadah Hujan Desa Durian Kec. Pantai Labu.
No. Nama Petani
Dosis Pemupukan(kg/ha) Produksi (Ton/Ha)
Phoskha
(15-15-15) Urea SP-36 KCl ZA Organik
1. Misdi 50 125 50 - - 3.9
2. Dalim 50 125 50 - 50 4.1
3. Sage - 150 75 - 75 4.8
4. Hariono 50 100 50 - 50 4.3
5. Atar - 150 50 - - 4.2
6. Waluyo 100 120 - - 50 4.5
7. Agek - 150 50 - 50 3.7
8. Azan 50 100 75 - 50 3.8
9. Iram - 100 50 - 50 3.6
10. Awaluddin 100 100 50 - - 4.1
11. Jumadi 100 100 - - 50 3.5
12. Iwan 100 150 50 - - 4.1
13. Sugik - 150 50 - - 3.7
14. Sarimen - 150 75 - 75 4.5
15. Karto 75 75 - - 75 4
16. Musimin - 125 62.5 - 62.5 4.5
17. Alik - 150 50 - - 3.1
18. Ponidi - 100 50 - 50 3.7
19. Abdul Jabbar - 208 208 - 69.4 5,1
20. Zulkifli - 125 75 - 50 4
21. Danang - 150 50 - - 3.7
22. Surip - 100 50 - 50 3.9
23. Noto Basuki - 150 187 - 62.5 4.5
24. Paiman 100 100 50 - 50 4.5
25. Rusli - 150 75 - 50 4.4
26. Alon - 100 50 - - 3.3
27. Ipol - 100 75 - 50 3.5
28. Senen 50 160 83 - - 4.2
29. H. Manurung - 350 100 - 100 5.1
(64)
Lampiran 12 Riwayat Pemupukan N, P, dan K lahan Sawah Tadah Hujan di Desa Durian Kec. Pantai Labu.
No. Nama Petani Dosis Pemupukan(kg/ha)
Produksi (Ton/Ha)
N P2O5 K2O
1. Misdi 65.00 25.50 7.5 3.9
2. Dalim 75.50 25.50 7.5 4.1
3. Sage 84.75 27.00 - 4.8
4. Hariono 64.00 25.50 7.5 4.3
5. Atar 69.00 18.00 - 4.2
6. Waluyo 80.70 15.00 15 4.5
7. Agek 79.50 18.00 - 3.7
8. Azan 64.00 34.50 7.5 3.8
9. Iram 56.50 18.00 - 3.6
10. Awaluddin 61.00 33.00 15 4.1
11. Jumadi 71.50 15.00 15 3.5
12. Iwan 84.00 33.00 15 4.1
13. Sugik 69.00 18.00 - 3.7
14. Sarimen 84.75 27.00 - 4.5
15. Karto 61.50 11.25 11.25 4
16. Musimin 70.63 22.50 - 4.5
17. Alik 69.00 18.00 - 3.1
18. Ponidi 56.50 18.00 - 3.7
19. Abdul Jabbar 110.25 74.88 - 5.1
20. Zulkifli 68.00 27.00 - 4
21. Danang 69.00 18.00 - 3.7
22. Surip 56.50 18.00 - 3.9
23. Noto Basuki 82.13 67.32 - 4.5
24. Paiman 71.50 33.00 15 4.5
25. Rusli 79.50 27.00 - 4.4
26. Alon 46.00 18.00 - 3.3
27. Ipol 56.50 27.00 - 3.5
28. Senen 81.10 37.38 7.5 4.2
29. H. Manurung 182.00 36.00 - 5.1
30. Wakijo 94.50 15.00 15 4.8
Rata-Rata 75.46* 26.71** 11.56***
Ket : * setara dengan 164.06 kg Urea **setara dengan 74.20 kg SP-36 ***setara dengan 19.27 KCl
(65)
Lampiran 13. foto Penggambilan Sempel Dilapangan
Gambar Pembersihan Lokasi Contoh Tanah
(1)
Lampiran 8. Peta Fosfat Tanah Lahan Sawah Tadah Hujan di Desa Durian Kecamatan Pantai Labu.
(2)
Lampiran 9. Peta Unsur Hara Kalium Tanah Sawah Tadah Hujan di Desa Durian Kecamatan Pantai Labu.
(3)
Lampiran 10. Peta pH Tanah Sawah Tadah Hujan di Desa Durian Kecamatan Pantai Labu.
(4)
Lampiran 11 Riwayat Pemupukan Di lahan Sawah Tadah Hujan Desa Durian Kec. Pantai Labu.
No. Nama Petani
Dosis Pemupukan(kg/ha) Produksi (Ton/Ha)
Phoskha
(15-15-15) Urea SP-36 KCl ZA Organik
1. Misdi 50 125 50 - - 3.9
2. Dalim 50 125 50 - 50 4.1
3. Sage - 150 75 - 75 4.8
4. Hariono 50 100 50 - 50 4.3
5. Atar - 150 50 - - 4.2
6. Waluyo 100 120 - - 50 4.5
7. Agek - 150 50 - 50 3.7
8. Azan 50 100 75 - 50 3.8
9. Iram - 100 50 - 50 3.6
10. Awaluddin 100 100 50 - - 4.1
11. Jumadi 100 100 - - 50 3.5
12. Iwan 100 150 50 - - 4.1
13. Sugik - 150 50 - - 3.7
14. Sarimen - 150 75 - 75 4.5
15. Karto 75 75 - - 75 4
16. Musimin - 125 62.5 - 62.5 4.5
17. Alik - 150 50 - - 3.1
18. Ponidi - 100 50 - 50 3.7
19. Abdul Jabbar - 208 208 - 69.4 5,1
20. Zulkifli - 125 75 - 50 4
21. Danang - 150 50 - - 3.7
22. Surip - 100 50 - 50 3.9
23. Noto Basuki - 150 187 - 62.5 4.5
24. Paiman 100 100 50 - 50 4.5
25. Rusli - 150 75 - 50 4.4
26. Alon - 100 50 - - 3.3
27. Ipol - 100 75 - 50 3.5
28. Senen 50 160 83 - - 4.2
29. H. Manurung - 350 100 - 100 5.1
(5)
Lampiran 12 Riwayat Pemupukan N, P, dan K lahan Sawah Tadah Hujan di Desa Durian Kec. Pantai Labu.
No. Nama Petani Dosis Pemupukan(kg/ha)
Produksi (Ton/Ha)
N P2O5 K2O
1. Misdi 65.00 25.50 7.5 3.9
2. Dalim 75.50 25.50 7.5 4.1
3. Sage 84.75 27.00 - 4.8
4. Hariono 64.00 25.50 7.5 4.3
5. Atar 69.00 18.00 - 4.2
6. Waluyo 80.70 15.00 15 4.5
7. Agek 79.50 18.00 - 3.7
8. Azan 64.00 34.50 7.5 3.8
9. Iram 56.50 18.00 - 3.6
10. Awaluddin 61.00 33.00 15 4.1
11. Jumadi 71.50 15.00 15 3.5
12. Iwan 84.00 33.00 15 4.1
13. Sugik 69.00 18.00 - 3.7
14. Sarimen 84.75 27.00 - 4.5
15. Karto 61.50 11.25 11.25 4
16. Musimin 70.63 22.50 - 4.5
17. Alik 69.00 18.00 - 3.1
18. Ponidi 56.50 18.00 - 3.7
19. Abdul Jabbar 110.25 74.88 - 5.1
20. Zulkifli 68.00 27.00 - 4
21. Danang 69.00 18.00 - 3.7
22. Surip 56.50 18.00 - 3.9
23. Noto Basuki 82.13 67.32 - 4.5
24. Paiman 71.50 33.00 15 4.5
25. Rusli 79.50 27.00 - 4.4
26. Alon 46.00 18.00 - 3.3
27. Ipol 56.50 27.00 - 3.5
28. Senen 81.10 37.38 7.5 4.2
29. H. Manurung 182.00 36.00 - 5.1
30. Wakijo 94.50 15.00 15 4.8
Rata-Rata 75.46* 26.71** 11.56***
Ket : * setara dengan 164.06 kg Urea **setara dengan 74.20 kg SP-36 ***setara dengan 19.27 KCl
(6)
Lampiran 13. foto Penggambilan Sempel Dilapangan
Gambar Pembersihan Lokasi Contoh Tanah