commit to user
2
1.2 Tujuan Kegiatan
Tujuan dari kegiatan magang ini adalah :
1. Memahami dan meningkatkan kemampuan manajerial dalam usaha
penetasan ayam broiler. 2.
Mengetahui dan memahami secara langsung tentang manajemen pengelolaan dibidang penetasan ayam broiler.
3. Mengetahui segala aspek yang terkait dengan kegiatan magang dalam
penetasan ayam broiler. 4.
Mengetahui teknologi yang digunakan dalam manajemen penetasan ayam broiler.
1.3 Manfaat Kegiatan
Manfaat dari pelaksanaan magang di PT. Super Unggas Jaya ini adalah : 1.
Mahasiswa mampu mengaplikasikan ilmu teori dalam perkuliahan kedalam dunia kerja.
2. Mengetahui faktor-faktor eksternal di lapangan yang mempengaruhi
pengaplikasian teori ilmu. 3.
Mahasiswa mampu berkomunikasi dan mengintegrasikan diri dalam lingkungan perusahaan.
4. Mahasiswa mampu menganalisis permasalahan dan kendala dalam
pengelolaan dan pengembangan usaha penetasan ayam broiler.
commit to user
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penetasan Telur
Telur merupakan kumpulan makanan yang disediakan induk unggas untuk perkembangan embrio menjadi anak ayam didalam suatu wadah. Isi
dari telur akan semakin habis begitu telur telah menetas. Telur tersusun oleh tiga bagian utama yaitu kulit telur, bagian cairan bening, dan bagian cairan
yang berwarna kuning Rasyaf, 1990. Bangsa unggas secara alamiah yang salah satunya adalah ayam, akan
mengerami telur-telurnya bila sudah dirasa cukup baginya sebagai bagian dari memperbanyak keturunannya
species
nya. Mesin tetas tentunya memang diciptakan untuk mengambil alih tugas mengerami dari induk ayam atau
bangsa unggas lainnya dalam mengerami telur-telur yang dibuahi dari hasil persilangan atau perkawinan dengan pejantan. Penetasan telur ini merupakan
suatu upaya untuk menyelesaikan permasalahan kebutuhan unggas dimasyarakat baik kebutuhan untuk dikonsumsi maupun kebutuhan untuk
dibudidayakan. Penetasan telur ini menggunakan mesin tetas, dimana fungsinya menggantikan induk asli dari unggas tersebut. Sistem kerja mesin
tetas sama seperti sistem kerja induk, suhu dan kelembaban bisa diatur oleh orang yang menetaskan, namun kelebihan dari mesin tetas ini adalah mampu
menampung telur yang akan ditetaskan dalam jumlah yang banyak, tetapi menetaskan telur menggunakan mesin tetas masih belum terlalu banyak
diterapkan dimasyarakat, karena mereka belum memahami teknis penggunaan dari mesin tetas tersebut Rasyaf, 1995.
Menetaskan telur adalah usaha untuk menetaskan telur unggas dengan
bantuan mesin penetas telur yang sistem atau cara kerjanya mengadopsi tingkah laku
behaviour
induk ayam atau unggas lainnya selama masa mengeram, oleh karena itu jika banyak orang yang menyebut alat ini dengan
istilah mesin penetas telur dan ada sebagian orang yang menggunakan istilah
setter
ruang pengeraman dan
hatcher
ruang penetasan. Masalah penetasan
3
commit to user 4
telur dalam beternak unggas, khususnya ayam ras, sangat penting. Sebab, tujuan beternak ayam adalah untuk memproduksi daging maupun telur ayam.
Populasi yang dimiliki semakin banyak, semakin banyak pula keuntungan peternak, untuk memperbanyak populasi ayam dibutuhkan cara penetasan
telur yang tepat Yuwanta, 1983. Pada hakekatnya ada dua cara penetasan telur, yaitu secara alami
dengan induknya sendiri dan secara buatan dengan alat penetas pengganti induk.
1. Menetaskan telur secara alami.
Proses penetasan telur secara alami perlu mempersiapkan tempat penetasan telur yang biasa disebut sarang atau sangkar yang terbuat dari
rumput atau jerami yang bersih dan lembut, biasanya seekor induk ayam dapat mengerami telurnya sebanyak 10 – 15 butir, tergantung pada besar
kecilnya induk ayam itu. 2.
Menetaskan telur secara buatan Menetaskan telur dengan alat dilakukan bila anda ingin
memperoleh anak-anak ayam dalam jumlah banyak, bila dilakukan oleh induk ayam, jumlah telur yang ditetaskan relatif sedikit dan selama masa
pemeliharaan anak ayam, kegiatan produksi telur terhenti. Mesin tetas akan membantu ternak dalam memperluas usahanya, pekerjaan yang
bertujuan untuk mendapatkan anak ayam ini merupakan suatu pekerjaan tersendiri dan memerlukan penguasaan teknologi yang mengarah pada
spesialisasi. Adapun macam-macam dari mesin tetas adalah sebagai berikut :
1. Alat tetas dengan teknologi sekam dan sumber panas matahari.
2. Mesin tetas listrik dengan lampu bohlam sebagai alat pemanasnya.
3. Mesin tetas dengan menggunakan lampu minyak.
4. Mesin tetas dengan kawat nekelin.
5. Mesin tetas dengan kombinasi beberapa hal diatas.
6. Mesin tetas otomatis Rasyaf, 1995.
commit to user 5
Kelemahan mesin tetas konvensional ini antara lain : 1 pemutaran dengan tangan masih kurang halus dan menimbulkan getaran yang dapat
mengakibatkan kematian embrio ayam; 2 tidak dapat melakukan pemutaran yang merata pada semua telur ; 3 frekuensi pemutaran telur sangat terbatas,
yaitu hanya tiga kali sehari pagi, siang, dan sore; 4 suhu dan kelembaban kurang merata; serta 5 panas dalam mesin kurang stabil, untuk itu perlu
penerapan teknologi tepat guna yang mudah dikerjakan, murah, meningkatkan produksi DOC dan sekaligus dapat meningkatkan efisiensi usaha Kamsi,
1986. Mesin penetas telur bisa difungsikan sebagai
setter
pengeraman saja atau
hatcher
penetasan atau bisa kedua-duanya dalam waktu yang bersamaan. Periode
setter
berlangsung mulai hari pertama telur masuk ke dalam mesin penetas telur sampai 3 hari menjelang telur menetas, sedang
periode
hatcher
berlangsung hanya 3 hari yaitu setelah periode
setter
berlalu atau tiga hari sebelum menetas Yuwanta, 1983.
2.2
Grading
Seleksi Telur
Tahap awal dari proses penetasan dimulai dari penyeleksian telur
grading
.
Grading
adalah proses seleksi telur menjadi dua bagian yaitu, telur yang layak ditetaskan disebut
Heaching Egg
HE dan telur yang tidak layak ditetaskan
Grade Out.
Klasifikasi telur yang tidak ditetaskan atau afkir : 1.
Telur kotor
dirty.
2. Telur cacat benjol, bulat, lonjong.
3. Telur besar jumbo.
4. Telur kerabang tipis, warna tidak seragam.
5. Kerabang bintik – bintik kasar.
6. Telur retak dan hancur
damage
Rasyaf, 1995. Menurut Sudaryani dan Santoso 2003, tujuan seleksi telur tetas adalah
untuk mendapatkan anak ayam yang sesuai dengan yang diharapkan. Kriteria telur yang baik untuk ditetaskan
Hatching Egg
adalah telur utuh dan bersih,
commit to user 6
bobot telur 55-70 gram, bentuk telur normal dengan indeks 74, ketebalan kerabang 0,33 mm diharapkan dengan kualitas tersebut dapat menghasilkan
kualitas DOC yang baik yaitu berat minimal 37 gram Standar Nasional Indonesia dan sehat.
Sudaryani dan Santosa, 2003 mengatakan untuk mendapatkan telur- telur yang bagus untuk ditetaskan harus yakin bahwa telur - telur tersebut
berasal dari induk - induk ayam yang baik. Memilih atau menyeleksi telur tetas sesuai dengan kriteria telur tetas yang baik yaitu telur yang kulitnya
terlalu kotor perlu dibersihkan, akan tetapi perlu ke hati-hatian dalam membersihkan kulit telur jangan sampai lapisan kulit ikut hilang dan pisahkan
telur retak, kerabang tebaltipis. Telur yang tidak masuk ke dalam kriteria telur tetas dimasukkan ke dalam gudang telur untuk dijual sebagai telur konsumsi.
Telur yang lolos seleksi ditempatkan di
egg tray. Grading
adalah proses pemisahan telur yang layak tetas dan telur yang tidak layak tetas. Ciri – ciri telur yang layak ditetaskan:
· Berat telur normal yaitu 50 – 60 gram
.
· Bentuk telur normal yaitu berbentuk oval dengan perbandingan 2:3
· Warna kulit telur berwarna coklat gelap
· Kerabang telur tidak tipis, berukuran 0,3mm
· Kulit telur tidak kasar dan tidak berbintik – bintik
Grading
bertujuan untuk menyeleksi telur tetas yang sesuai standar untuk ditetaskan, terdapat dua
gramade
yang digunakan yaitu
grade
A 56-60
gram
dan
gramade
B 53-55
gram.
Proses
grading
dilakukan oleh tiga operator
hatchery
dengan pencucian tangan dengan disinfektan sebelum melakukan
grading
telur. Alat-alat yang digunakan dalam proses
gramading
antara lain timbangan
digital
,
spons
, dan
cutter
untuk pembersihan telur yang kotor. Telur yang lolos
grading
disebut
hatching egg
HE, sedangkan telur yang tidak masuk
grade
disebut
Grade Out
dengan ketentuan telur terlalu kecil atau besar
jumbo
, kerabangnya kotor lebih dari 50 persen, bentuk tidak normal, kerabang tipis, kerabang terlalu putih, dan pecah atau rusak, telur
grade out
commit to user 7
akan dipisahkan dan dikirim ke gudang telur sebagai telur komersil Yuwanta, 1983.
2.3 Fumigasi Telur Tetas